Bab II Skripsi
Bab II Skripsi
TINJAUAN PUSTAKA
Dapat dilihat tentang masalah permasalahan yang dikaji pada latar belakang diatas, disini
akan menjelaskan penelitian terdahulu yang dijadikan acuan dalam penulisan ini yang berjudul
“Implementasi Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan di Kecamatan Gedeg
Kabubaten Mojokerto”.
pada tahun 2021 jurusan Teknik Informatika universitas Teknologi Sumbawa. Jurnal ini
membahas tentang pelaksanaan tugas-tugas pemerintahan umum seperti pendataan dan
pengarsipan dokumen pada Kantor Kecamatan di Sumbawa yang masih tercatat di buku besar
dan yang sulit dilakukan oleh petugas di Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan atau
biasa disebut PATEN. Penelitian Hasil akhirnya adalah sistem informasi Pendataan dan
Pendokumentasian Kabupaten Sumbawa berbasis web yang dapat mengelola data secara
efektif dan efisien untuk memudahkan pelaporan. (Gayatri et al., 2021).
Ketujuh, Implementasi Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomer 4 Tahun 2010 Tentang
Pedoman Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) di Kecamatan Kendal
Kabupaten Kendal. Dalam jurnal ini membahas tentang implementasi PERMENDAGRI Nomor
4 tahun 2010 sudah sesuai. Dalam jurnal menjelaskan bahwa disinsentif pelaksanaan PATEN di
Kabupaten Kendal Kabupaten Kendal adalah kurangnya aturan resmi mengenai juknis PATEN
terbaru dan pemberian izin yang dapat diganggu oleh kabupaten, merupakan salah satu syarat
perizinan PATEN. Sosialisasi kepada masyarakat masih belum memadai dan Kesadaran
masyarakat dalam mendukung penerapan paten masih terbatas. Upaya yang diambil oleh pihak
jalan adalah dengan tetap memakai peraturan teknis yang telah ada sambil menanti regulasi
baru dan meningkatkan sosialisasi di kalangan masyarakat melalui kegiatan di Jalan Kendal.
(Saputra, 2017).
1.3 Implementasi
Mulanya secara teoritis, implementasi merupakan sebuah konsep riil dari banyak rencana
yang sudah tersusun secara kompleks yang dilakukan oleh badan pelaksana atau organ
berkepentingan seperti macam-macamkelompok pelaksana yang didasarkan pada kebijakan
yang telah disusun oleh otoritas yang legal. Dalam kajiannya sendiri, implementasi merupakan
sebuah proses merubah hipotesa dan juga gagasan program dan bagaimana merubahnya
menjadi berjalan ataupun dapat berupa sebuah wujud perubahan yang riil (Sunarti, 2016).
Dalam ekologi pemerintahan, kebijakan merupakan hal yang notabene bisa bersifat
kontestual ataupun dalam wujud rupa yang dapat dirasakan. Implementasi kebijakan sendiri
secara principle merupakan langkah yang dijalankan dengan tujuan kebijakan yang digagas dan
disusun dapat mencapai tujuan terwujudnya (Mzamanian, Daniel, 1983). Tindakan-tindakan ini
sendiri mengubah keputusan menjadi tindakan operasional dalam kuantitas waktu yang diukur,
dalam rangka melaksanakan usaha-usaha dari variabel besar hingga kecil, sehingga dapat
terwujud gagasan-gagasan dari program kebijakan hingga menjadi wujud nyata (Lubis, 2021).
Sehingga dalam ekologi pemerintahan, wujud dari apa yang dirasakan masyarakat sebagai
konsumen dari produk ketetapan yang diperintahkan oleh pemerintah merupakan bagian dari
apa yag disebut dengan implementasi.
Namun dalam beberapa literature, dijelaskan hal yang paling penting dalam implementasi
kebijakan yang berkembang pada tahun 1990-an ialah bagaimana pentingnya variable perilaku
dari sumber daya manusia dalam instansi selaku actor yang melaksanakan berbagai macam
upaya sehingga dapat diukur bagaimana keberhasilan tercapainya sebuah implementasi
kebijakan (Sirajuddin, 2016). Pendekatan tersebut tidak lain hal berkembang hingga saat ini,
dari bagaimana produk kebijakan dapat dirasakan oleh masyarakat dari bagaimana para aktor
tersebut dapat memperoleh dan memberikan wujud implementasi sesuai dengan ketentuan dan
harapan masyarakat. Berkenaan dengan ini sumber daya manusia merupakan variable utama
dalam proses mewujudkan berbagai hipotesa dan gagasan yang diperlukan masyarakat terkait
pelayanan yang akan diberikan.
1.4.1 Komunikasi
Komunikasi merupakan pola hubungan dan proses hubungan yang dilakukan
untuk menyalurkan hipotesa, perintah, dan arahan dari sumber pembuat kebijakan
terhadap mereka yang diberi sebuah kewenangan dar tugas dan fungsinya menjalankan
program kebijakan sehingga dalam luarannya impelementasi kebijakan dapat terlaksana.
1.4.2 Sumber Daya
Sumber daya merupakan hal penting dalam sebuah proses pengimplementasian
kebijakan hingga terlaksananya sebuah produk kebijakan. Sumber daya sendiri
utamanya terdiri dari sumber daya dalam keperluan instansi hingga hingga keperluan
dari kebijakan itu sendiri, baik dari fasilitas maupun infrastrukutr, hingga sumber daya
manusia sebagai variabel penggerak dari sebuah sumber daya lainnya yang sudah
disediakan.
1.4.4 Disposisi
Disposisi sendiri erat kaitannya dengan accepted of conduct, dimana para
pelaksana kebijakan harus memiliki sikap dan perilaku yang semestinya sehingga dapat
mengatur pola tanggung jawab yang diberikan atas tugasnya, sehingga dapat
menjalankan proses pengolahan maupun pelaksanaan kebijakan itu sendiri. Hal ini
merupakan hal penting bagi individu setiap actor pelaksana dalam instansi
pemerintahan, sehingga mereka memiliki rasa tanggung jawab sesuai dengan ketentuan
dalam menjalankan tugas dan fungsinya.
berkembangnya pelayanan publik. Oleh karena itu, diharapkan agar jalan-jalan memberikan
layanan yang unggul, karena layanan yang unggul adalah salah satu tanda dari pemerintahan
yang baik. Kualitas dari layanan publik sangat mempengaruhi kualitas hidup masyarakat.
Karena itu, dengan adanya Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN), pemerintah
menginginkan layanan publik yang lebih responsif terhadap dinamika masyarakat penerima.
(Pandipa, 2019).
Berdasarkan definisi yang tercantum dalam Pasal 1 ayat (3) dari Peraturan Menteri
Dalam Negeri Nomor 4 Tahun 2010 tentang Panduan Pelayanan Administrasi Terpadu
Kecamatan, Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (Paten) adalah penyelenggaraan
pelayanan publik di kecamatan yang meliputi tahap permohonan hingga terbitnya dokumen,
yang dilaksanakan di satu tempat. Pendapat yang sama juga diungkapkan oleh Muhdad dan
kawan-kawan (2008:11) “Pelayanan administrasi terpadu kecamatan atau disingkat Paten dapat
di defenisikan sebagai suatu kegiatan penyelenggaraan pelayanan publik di kecamatan, yang
proses pengelolaannya, mulai dari permohonan hingga penerbitan dokumen, dilakukan melalui
suatu meja atau loket pelayanan. Sistem ini warga hanya berhubungan dengan petugas
meja/loket pelayanan di kecamatan”. Maulidiah (2014:271) juga menyampaikan pengertian
PATEN sebagai kegiatan pemberian pelayanan publik di tingkat jalan dimana proses
pengelolaan pelayanan publik dimulai dengan permohonan yang diajukan oleh masyarakat
sesuai dengan kebutuhan dan kepentingannya, hingga pada tahap penerbitan dokumen.
Dokumen tersebut akan diproses melalui meja atau loket pelayanan publik dengan lengkap,
dengan tujuan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas dalam pemberian pelayanan publik
yang menjadi fokus utama seluruh lapisan masyarakat. Hal ini juga berlaku bagi pemangku
kepentingan di Indonesia, seperti kepala dinas terkait, sekretaris jalan, dan kepala jalan.
Namun, dengan adanya PATEN, warga hanya perlu menyerahkan dokumen ke petugas help
desk atau loket pelayanan, dan menunggu beberapa saat sebelum dipanggil untuk mengambil
dokumen yang telah dilengkapi (Prihatin et al., 2019).