Anda di halaman 1dari 7

Mochammad Muflik Kusron / 2019-007

KEBERHASILAN DAN HAMBATAN PENYELENGGARAAN PEMERINTAHAN

MASA PRESIDEN JOKOWI PERIODE II DIKAWASAN 3T BERDASARKAN

KEBIJAKAN PENGELOLAAN PERBATASAN

A. PENDAHULUAN

Salah satu yang menjadi agenda nawacita dari Presiden Joko Widodo, yaitu
pembangunan Indonesia dilakukan dari pinggiran dengan menguatkan sisi sosial,
ekonomi dan pembagunan sumber daya manusia diseluruh wilayah indonesia, termasuk
daerah tertinggal baik yang ada dikepulauan terluar dan daratan. Indonesia memiliki
daerah perbatasan yang sangat luas, dimana secara letak geografis indonesia berbatasan
dengan beberapa Negara yang lebih maju dari indonesia, diataranya adalah Negara Brunei
Darusalam, Malaysia, singapore, Australia, dan beberapa negara sedang berkembang
yaitu Thailand, Vietnam, Filiphina, selain dari Negara sedang maju dan berkembang
Indonesia juga berbetasan dengan beberapa Negara yang ekonominya dibawah indonesia
yaitu Timor Leste dan Papua Nugini (Situmorang & Ayustia, 2019).

Maka peluang indonesia yang daerahnya banyak berbatasan dengan beberapa Negara
yang baik ekonominya dan lebih maju dari Indonesia sangat bisa menguntungkan daerah-
daerah yang berbatasan langsung dengan Negara-Negara tersebut. Sehingga perlu
diperhatikan dan dimanfaatkan dari peluang dampak berbatasan dari Negara-negara lebih
maju dari Indonesia. Ada beberapa daerah yang berbatasan langsung dengan Negara
Sigapura dan Malaysia dan beberapa provinsi kalimantan yang langsung berbatasan
dengan Negara Malaysia (Situmorang & Ayustia, 2019).

Namun pada kenyataannya hanya provinsi kepulauan Riau yang mampu menangkap
peluang tersebut, contohnya kota Batam dan kota Tanjungpinang, sedagkan provinsi-
provinsi yangada di pulau Kalimantan belum mampu menangkap dan memanfaatkan
peluang yang ada. Hal itu dapat dilihat dari masih adanya beberapa daerah tertinggal di
daerah kalimantan. Demikian juga beberapa daerah yang berbatasan langsung dan tidak
langsung dengan Negara-negara lebih maju dan pertumbuhan ekonominya di bawah
Negara Indonesia. Daerah-daerah yang berbatasan langsung dengan Negara-negara
lainmasih sangat banyak memprihatinkan baik itu daeri segi infrastruktur, sumber daya
manusia yang masih kurang memadai, hal itu menjadi perhatian dari pemerintah sekarang
ini. Upaya terus dilakukan oleh pemerintah dalam membangun daerah perbatasan maka
dikelurkan program pembagunan daerah 3T (Terdepan, Terluar, Tertinggal)
pembangunan 3T sudah mulai dilakukan dengan membangun daerah kawasan perbatasan
lintas batas negara, seperti pembangunan di provinsi Kalimantan Barat yaitu Entikong,
Manga Badan, dan Aruk dimana berbatasan langsung dengan Negara Malaysia.

Dengan jumlah kawasan kawasan perbatasan yang banyak, indonesia berkepentingan


untuk menjaga kedaulatan dan ancaman negara lain dan dapat mensejahterahkan
kehidupan bermasyarakat di daerah perbatasan. Sebagai berdanda depan, sosok
perbatasan Indonesia seharusnya mencerminkan kondisi yang aman dan sejahtera. Namun
paradigma masa lalu yang memandang kawasan perbatasan sebagai halaman belakang
dan daerah terluar membuat pembagunannya kurang diperhatikan oleh pemerintah
indoneisa yang sentrilalis saat itu lebih memntingkan pembangunan kawasan pusa.
Akibatnya, pembagunan kawasan perbatasan secara umum tertingal dibandingkan daerah
indonesia yang lainnya (Dinda, 2019). Permasalahan yang ditimbulakan dalam
pembangunan daerah-daeah 3T adalah tidak mempunyai pemerintah baik daerah dan
pusat melihat secara mendalam permasalahn yang dialami oleh darah-daerah 3T yang ada
berbatasan dengan beberapa Negara-negara Tetangga. Hal itu dapt dilihat dari daerah
yang langsung berbatsan langsung dengan Negara Malaysia seperti Kepulauan Riuan dan
Provinsi Kalimanatan Barat, bahwa 2 Provinsi tersebut pembangunan daerah yang
sangatlah berbeda, karena banyak faktor yaitu faktor Sosial, Tradisi, Adat istiadat dan
geografis.

B. KAJIAN TEORI
1. Pemerintahan

Jika dilihat dari pendekatan segi bahasa “Pemerintah” atau “pemerintahan” kedua
kata tersebut berasal dari kata “Perintah” yang berarti sesuatu yang harus
dilaksanakan “Perintah” atau “Pemerintahan” dalam bahasa inggris dipergunakan kata
“Government”kata yang berasal dari suku kata “to govern”. Tetapi “Perintah” disalin
dengan kata “to order” atau : tocommand” dengan kata lain “to command” tidak
diturunkan dengan kata lain “to command” tidak diturunkan dari “to govern”. Pada
umumnya yang disebut “pemerintah” adalah sekelompok individu yang mempunyai
wewenang tertentu untuk melaksanakan kekuasaan, yang dalam arti ini melaksanakan
wewenang yang sah dan melindungi serta meningkatkan taraf hidup masyarakat
melalui perbuatan dan pelaksanaan berbagai keputusan. Sebagaimana pada Undang-
undang Republik Indonesia Nomor 30 Tahun 2014 tentang Administrasi Pemerintah
Pasal 1 (ayat 2) bahwa fungsi pemerintahan adalah fungsi dalam melaksanakan
adminstrasi pemerintah yang meliputi tugas pengaturan, pelayanan, pembagunan,
pemberdayaan dan perlindungan (Djaenuri, 1945).

2. Daerah 3T (terdeoan, Terluar, Tertinggal)

Sebagaimana yang termuat dalam Peraturan Presiden (Pepres) Nomor 63 Tahun


2020 tentang penetapan daerah tertinggal tahun 2020-2024 pasal 1 ayat (1) “yang
dimaksud dengan daerah tertinggaladalah daerah kabupaten yang wilayahnya serta
masyarakatnya kurang berkembang dibandingkan dengan daerah lain dalam skala
nasional”, Pasal 2 ayat (1) “ Suatu daerah yang ditetapkan sebagai daerah tertnggal
berdasakan kriteria: Perekonomian masyarakat, sumber daya manusia, sarana dan
prasarana, kemampuan keuangan daerah, aksesbilitas, dan karakteristik daerah”.
Kemudian mengenai daerah Terluar menimbang Peraturan Presiden Nomor 78 Tahun
205 tentang pengelolaan pulau-pulau kecil terluar telah ditetapkan 92 pulau-pulau
kecil terluar, dan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2002 tetang
daftar koordinat geografis titik titik garis pangkal kepuluan Indonesia sebagaimana
telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2008 terdapat perubahan
jumlah pulau-pulau kecil terluar, sehingga pemerintah menetapkan Peraturan Presiden
Nomor 6 tahun 2017 tentang penetapan pulau-pulau kecil terluar (Hendrayady, 2018).

3. Pengelolaan Kawasan Perbatasan

Pengelolaan secara umum adalah aktivitas manajemen yang meliputi perencanaan,


pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan serta pengedalian pengelolaan
kawasan perbatasan dimaknai sebagai kegiatan manajemen penanganan (bagaimana
mengenai) perbatasan, atau secara rinci sebagai upaya bagaimana menggerakan orang
orang dan potensi kawasan perbatsan melalui penetapan kebijakan perencaan
program, penyunsunan kebutuhan anggaran, koordinasi pelaksanaan, serta evaluasi
dan pengawasan atas penanganan batas wilayah negara dan kawasan perbatsan untuk
mencpai tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan (Kara & Sabri, 2016).

C. PEMBAHASAN
Terkait dengan kebijakan pengelolaan perbatsan di Indonesia, Indonesia telah
mendirikan Badan Nasional Pengelola Perbatsan yang selanjutnya disebut BNPP sesuai
dengan amanat kehadiran Undang-undang Nomor 43 Tahun 2008 tetang wilayah Negara
dan Peraturan Presiden Nomor 12tahun 2010 yang diharapkan dapat menjadi payung
hukum pemerintah pusat dan daerah untuk mempunyai komitmen yang tinggi dalam
upaya pembagunan dan pengelolaan kawasan perbatasan. Ada tiga pendekatan yang
digunakan BNPP dalam mengelola kawasan perbatsan, yaitu pendekatan keamanan,
kesejahteraan, dan lingkungan (Endi, 2022).

Membangun perbatasan merupakan salah satu program prioritas jokowi yang


tercantum pada poin ketiga yaitu membangun membangun Indonesia dari pinggiran
dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan. Arnya
akan ada pernguatan pada desesntralisasi asimetris demi melindungi kepentingan nasional
hinga ke wilayah perbatasan. Cita ketiga ini juga menyebutkan upaya untuk memperkuat
daya saing ekonomi indonesia secara global yang seharusnya dimulai dengan
memperkuat daerah-daerah dalam paradigma ekonomi yang inklusif. Membangun
hubungan konektivitas ekonomi antar Barat dan Timur Indonesia, antara pesisir hingga ke
pelosok, antara kawasan landai hingga ke pegunungan, antara kawasan kota hingga
pedesaan hingga otonomi di Indonesia tidak lagi menjadi macan kertas yang hanya
berbunyu di tingkat kebijakan, tetapi tidak terimplementasi melalui publik yang dapat
dirasakan rakyat hingga ke pelosok (St.Nuraisyah, 2019).

Nawacita pada poin ketiga menjelaskan bahwa dalam “membangun indonesia dari
pinggiran”, ada 4 program yang dirancangkan oleh Jokowi yakni, desentralisasi asimetris,
pemerataan pembangunan antar wilayah terutama desa, kawasan timur Indonesia dan
kawasan perbatasan, penataan daerah otonomi baru untuk kesejahteraan rakyat, dan
implementasi Undang-Undang desa. Jokowi menjadikan PLBN sebagai pintu gerbang
negara yang aman, nyaman, dan ramah investasi. Sesuai dengan Inpres No 6 Tahun 2015
Tentang Percepatan Pembangunan 7 PLBN Terpadu dan Sarana Prasarana Peunjang di
Kawasan Perbatsan Kalimantan yang berbatas langsung dengan Malaysia terdapat 3
PLBN yang masuk dalam agenda prioritas Jokowi yakni PLBN Entikong di Kabupaten
Sanggau, PLBN Nanga Badau di Kabupaten Kapuas Hullum dan PLBN Aruk di
Kabupaten Sambas.
Jokowi dalam Peresmian PLBN Entikong di Kalimantan Barat mengatakan bahwa
pos perbatasan menyangkut masalah harga diri, kebanggaan, nasionalisme, dan martabat
yang akan dikerjakan oleh pemerintahnnya. Membenahi perbatasan pasti juga mengorek
hal lain misalnya pembangunan infrastruktr. Dengan ini inftruktur itu juga, sisi sosial dan
ekonomi masyarakat meningkat, Kehidupan warga di tapal batas bisa lebih baik lagi
bahkan menjadi pusat pertunbuhan baru. PLBN sendiri selain berfungsi sebagai etalase
negara juga berfungsi sebagaipasar modern, pusat perdangan yang besar, dan dapat
mengendalikan penyelendupan (St.Nuraisyah, 2019). Pemerintah Indonesia telah lama
mengeluarkan peraturan perundangundangan di bidang kepabeanan, yaitu Undang-
Undang Nomor 10 Tahun 1985 tentang Kepabeanan yang kemudian dirubah menjadi
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor
10 Tahun 1995 yang mengatur atau menetapkan tata cara atau kewajiban yang harus
dipenuhi dalam melakukan ekspor dan impor. Selain itu, pemerintah juga melakukan
kesepakatan kerjasama Sosial Ekonomi Malaysia – Indonesia. Untuk mengatur lalu-lintas
barang (perdagangan tradisional) antar masyarakat perbatasan, maka kedua pemerintahan
baik Republik Indonesia dan Malaysia pun membeuat sebuah kesepakatan berupa Border
Trade Agreement (BTA) atau Perjanjian Tentang Perdagangan Lintas Batas antara
Pemerintah Republik Indonesia dengan Kerajaan Malaysia.”

Kecamatan di Provinsi Kalimantan Barat Yang berbatsan langsung dengan negara


tetangga Malaysia. Adapaun kabupatendan kecamatan tersbeut dapat dilihat pada tabel
berikut :

Kabupaten-Kecmatan yang berbatasan Langsung dengan Malaysia

No Kabupaten Kecamatan
1. Kabupaten Sambas 1. Paloh
2. Sajingan Besar
2. Kabupaten Bengkayang 1. Jagio Babang
2. Siding
3. Kabupaten Sanggau 1. Entikong
2. Sekayam
4 Kabupaten Sintang 1. Ketungau Hulu
2. Ketungau Tengah
5 Kabupaten Kapuas Hulu 1. Badau
2. Puring KEncana
3. Putussibau Utara
4. Putusubau Selatan
5. Embaloh Hulu
6. Batang Lupas
Sumber : Badan Pengelolahan Kawasan Perbatasan, 2013

Lalu pertumbuhan ekonomi dan keuangan di regional Kalimantan Barat pada bulan
Februari tahun 2019 oleh Bank Indonesia Kantor Perwakilan Kalimantan Barat merilis
IPM Kabupaten bengkayang sebesar 65,99 atau nomor teratas di Provinsi Kalimantan
Barat setelah Kabupaten sambas, secara tahunan pertmbuhan ekonomi pada tahun 2018
tercatat sebesar 5,06% lebih rendah dari tahun 2017 yang tercatat sebesar 5,17.
Pertumbuhan ekonomi triwulan I tahun 2019 diperkirakan tumbuh 4,8-5,2%. Kondisi
kesejahteraan masyarakat Kalimantan Barat berdasarkan indikator ketenagakerjaan serta
profil kemiskinan pada triwulan IV tahun 2018 menunjukan perkembangan yang cukup
baik.Hal tersebut tercermin dari penurunan angka Tingkat Penggaguran Terbuka (TPT)
dari 4,26% per Agustus 2018 serta peningkatan Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja
(TPAK) menjadi 68,65 pada Agustus 2018 (Beni, Sadewo, & Manggu, 2021). Lalu
tingkat kemiskinan Kalimantan Barat Maret Tahun 2018 tercatat sebesar 7,77%. Namun
demikian, tingkat kesejahteraan masyarakat pedesaan yang terefleksi melaluipergerakan
Nilai Tukar Petani (NTP) pada Triwulan IV 2018 kembali mengalami penurunan. Pada
Desember 2018 NTP Kalimantan Barat menurun sebesar 94,66 dari sebelumnya 94,94
pada juni 2018, atau mengalami pertumbuhan negatif sebesar 0,30%. Pertumbuhan
Ekonomi Kabupaten Bengkayang Tahun 2018 sebesar 5,37% berdasarkan data Badan
Pusat Statistik Kabupaten Bengkayang Tahun 2018.

D. KESIMPULAN

Pembangunan di kawasan Perbatsan darat Kalimantan Barat masih belum optimal dan
berjalan lambat serta jauh tertinggal dibandingkan daerah lain. Hal inidisebabkan karena
lemahnya political will dan komintan pemerintah dalam implementasi program
pembangunan di kawasan perbatasan; juga untuk percepatan pembagunan kawasan
perbatasan diperukan alokasi sumber daya dan dan yang memadai. Dalam upaya
percepatan pembangunan di kawasan perbatasan, pemerintah dapat membuat regulasi
berupa payung hukum khusu yang dijadikan legal formal; dan sebuah badan atau lembag
otoritas yaini Badan Percepatan Pembagunan Kawasa Perbatsan (BP2KP) yang
melibatkan pemerintah daerah, swasta serta masyarakat lokal sebagai ujung tombak
pembangunan.
E. DAFTAR PUSTAKA

Beni, Sabinus, Sadewo, Yosua Damas, & Manggu, Blasius. (2021). COMMUNITY
WELFARE AND ECONOMIC GROWTH IN THE BORDER OF JAGOI BABANG
WEST KALIMANTAN THROUGH Regional Provinsi Kalimantan Barat pada Provinsi
Kalimantan Barat setelah Tingkat kemiskinan Kalimantan. 9(2), 125–140.

Dinda, Asri. (2019). Implementasi Kebijakan Pembagunan Kawasan Perbatsan Oleh Badan
Nasional Pengelola Perbatsan.

Djaenuri, Aries. (1945). Penyelenggaraan Pemerintahan Negara RI menurut UUD 1945. 1–


68.

Endi, Dr. (2022). ASA KALBAR PADA PRESIDEN JOKOWI. 1–7.

Hendrayady, Agus. (2018). Strategi pembangunan wilayah perbatasan Provinsi Kepulauan


Riau. Jurnal Ilmu Administrasi Negara, 6(1), 44–51. Retrieved from
http://sandyherdians.wordpress.com/2013/04/0

Kara, Muslimin H., & Sabri, Mohd. (2016). perkembangan pembangunan ekonomi kawasan
perbatasan negara Indonesia Malaysia di Sambas. 04, 217–247.

Situmorang, Dokman Marulitua, & Ayustia, Rissa. (2019). Model Pembangunan Daerah 3T:
Studi Kasus Daerah Perbatasan Kabupaten Bengkayang. Mbia, 18(1), 49–64.
https://doi.org/10.33557/mbia.v18i1.321

St.Nuraisyah. (2019). DAMPAK KEBIJAKAN NAWACITA JOKOWI TENTANG


PENGEMBANGAN KAWASAN PERBATASAN INDONESIA- MALAYSIA SKRIPSI.
6(1), 5–10.

Anda mungkin juga menyukai