Anda di halaman 1dari 3

SOP PENYELIDIKAN EPIDEMIOLOGI

AFP
No.
:
Dokumen
SOP No.Revisi :
Tanggal Terbit :
Halaman :
PUSKESMAS
Titim Adrianingsih,SST,M.Kes
MARGAJAYA NIP. 19761013 200801 2007
1.Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah kelumpuhan atau paralisis secara fokal yang
onsetnya akut tanpa penyebab lain yang nyata seperti trauma. Yang ditandai dengan flaccid
dan mengenai anak kelompok < 15 tahun termasuk didalamnya Sindrom Guillain-Barre.

1. Pengertian AFP disebabkan oleh beberapa agen termasuk enterovirus, echovirus, atau adenovirus.
2.Acute Flaccid Paralysis (AFP) adalah Semua anak yang berusia kurang dari 15 tahun
dengan kelumpuhan yang sifatnya flaccid (layuh), terjadi secara akut (mendadak) termasuk
Sindroma Guillain Barre dan bukan desebabkan oleh ruda paksa.

Umum :

1. Mengidentifikasikan daerah risiko tinggi Yang dimaksud dengan daerah resiko tinggi
adalah daerah dimana transmisi virus polio liar masih terjadi, kemungkinan besar terjadi
atau kemungkinan besar akan terjadi.
2. Memantau kemajuan program eradikasi polio Surveilans AFP akan memberikan
informasi kepada para pengambil keputusan untuk melihat keberhasilan program ERAPO
3. Membuktikan Indonesia bebas polio Untuk menyatakan bahwa Indonesia bebas polio ini,
harus dapat dibuktikan bahwa :
a. Tidak ada lagi transmisi virus polio liar di Indonesia,

2. Tujuan b. Sistem surveilans terhadap polio mampu mendeteksi memenuhi standar WHO
Khusus :

1. Menemukan semua kasus AFP yang ada di suatu wilayah,


2. Melacak semua kasus AFP yang ditemukan di suatu wilayah,
3. Mengumpulkan 2 (dua) specimen semua kasus AFP selambat-lambatnya 14 hari
setelah kelumpuhan, dan dengan tenggang waktu pengumpulan spesimen I dan II ≥
24 jam,
4. Mengidentifikasikan kemungkinan adanya virus polio liar di suatu wilayah melalui
pemeriksaan specimen tinja (faeceS) semua kasus AFP yang ditemukan dalam suatu
wilayah tersebut.

SK Kepala Puskesmas Nomor : 02/Admen/PKM-MGJ/I/2022 Penetapan Pedoman


3. Kebijakan
Penyelenggaraan Pelayanan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM)

4. Referensi Permenkes no 45 tahun 2014 tentang surveilans

1. Langkah penemuan kasus :


5. Langkah-
langkah
a. Menemukan kasus AFP minimal 1/100.000 penduduk berusia < 15 tahun melalui :
1) Surveilans AFP di rumah sakit
2) Surveilans AFP di masyarakat
b. Mengumpulkan 2 (dua) specimen dari setiap kasus AFP dengan
tenggang ≥ 24 jam, seambat-lambatnya 14 hari sejak kelumpuhan
c. Melakukan pemeriksaan specimen tinja kasus AFP di laboratorium
nasional (PT. BIO FARMA Bandung)
d. Melakukan pemeriksaan residual paralisis setelah 60 hari kelumpuhan
e. Meibatkan DSA (Dokter Spesialis Anak) dan/atau DSS (Dokter Spesialis Syaraf) dalam :
1) Memastikan kasus AFP dan menentukan diagnosa awal
2) Menentukan adanya paralisis residual, serta menentukan diagnosa pada saat
kunjungan ulang 60 hari.
2. Kriteria kasus
Dalam Surveilans AFP (SAFP), diagnosa pasti polio dapat ditegakkan berdasarkan
kriteria :
a. Klasifikasi-Klinis

Prosedur Digunakan pada tahap awal implementasi surveilans AFP dimana surveilans AFP
pada umumnya berjalan dengan baik
b. Klasifikasi-virologis
Digunakan apabila surveilans AFP sudah memenuhi kriteria :
1) AFP rate : 1 per 100.000 pada penduduk usia < 15 tahun
2) Specimen yang adekuat dari kasus AFP ≥ 60%
3. Sampel (specimen)
Specimen disebut adekuat bila memenuhi kriteria berikut :
a. Dua specimen dikumpulkan dalam tenggang waktu ≥ 24 jam, dan diambil ≤ 14
hari setelah terjadinya kelumpuhan
b. Specimen tiba di laboratorium dalam kondisi baik, yaitu :
1) Beratnya ≥ 8 gram
2) Tidak dalam keadaan kering
3) Suhu dalam kontainer pengiriman 0° - 8°C berdasarkan indikator temperatur atau
masih ada ice pack yang beku dalam specimen carrier
4) Tidak terdapat kebocoran pada pot tinja
5) Disertai formulir pengiriman specimen yang telah diisi lengkap

6. Bagan Alir

1. Petugas Imunisasi
2. Petugas Promosi kesehatan
7. Unit terkait
8. Rekaman
No Yang diubah Isi Perubahan Tg, Mulai diberlakukan
histori
perubahan

Anda mungkin juga menyukai