Anda di halaman 1dari 12

Pertemuan 28

Tutor : Ns. Riska Amalya, S.Kep, M.Kep, Sp.Kep.Jiwa


Sub materi :
1. Ansietas
2. Konsep diri dan gangguan terkait
3. Defisit pengetahuan
4. HDR kronik – situasional
5. Halusinasi/gangguan presepsi sensori
6. Waham

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 1


ANSIETAS

1. Pengertian
Ansietas (kecemasan) adalah perasaan was-was, khawatir, takut yang tidak jelas atau tidak
nyaman seakan-akan terjadi sesuatu yang mengancam (Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2016).
Ansietas juga merupakan keadaan emosi dan pengalaman subjektif individu terhadap objek
yang tidak jelas dan spesifik akibat antisipasi bahaya yang memungkinkan individu
melakukan tindakan untuk menghadapi ancaman (SDKI, 2016).

Tingkatan Ansietas :
a. Ansietas ringan
Ansietas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari dan
menyebabkan seseorang menjadi waspada dan meningkatkan lapang persepsinya
(Videbeck, 2011). Ansietas memotivasi belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan
kreativitas. Selama tahap ini, seseorang menjadi lebih waspada dan kesadarannya
menjadi lebih tajam terhadap lingkungan. Jenis ansietas ini dapat memberikan motivasi
pembelajaran dan menghasilkan pertumbuhan dan kreativitas.

b. Ansietas sedang
Pada tingkat ini, individu berfokus pada hal yang penting dan mengesampingkan yang
lain. Ansietas ini mempersempit lapang persepsi individu. Individu tidak mempunyai
perhatian yang selektif, kemampuan penglihatan, pendengaran, dan penciuman
menurun (Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2016). Jika diarahkan untuk melakukan sesuatu,
individu dapat berfokus pada perhatian yang lebih banyak.

c. Ansietas Berat
Lapang persepsi individu sangat menyempit (Videbeck, 2011). Individu cenderung
berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir tentang hal yang lain.
Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi ketegangan. Individu tersebut memerlukan
banyak arahan untuk berfokus pada area yang lain. Kemampuan persepsi seseorang
menjadi menurun secara menyolok dan perhatiannya pun terpecah-pecah. Pikirannya
hanya fokus pada satu hal dan tidak memikirkan yang lain.

d. Tingkat Panik
Panik adalah kehilangan kendali, individu tidak mampu melakukan sesuatu walaupun
dengan arahan. Panik mengakibatkan disorganisasi kepribadian dan menimbulkan
peningkatan aktivitas motorik, menurunnya kemampuan untuk berhubungan dengan
orang lain, persepsi yang menyimpang dan kehilangan pemikiran yang rasional. Tingkat

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 2


ansietas ini jika berlangsung terus dalam waktu yang lama, dapat terjadi kelelahan dan
kematian (Videbeck, 2011). Gejala yang terjadi adalah palpitasi, nyeri dada, mual atau
muntah, ketakutan kehilangan kontrol, parestesia, tubuh merasa panas atau dingin
(Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2013)

2. Penyebab
Krisis situasional, kebutuhan tidak terpenuhi, krisis maturasional, ancaman terhadap konsep
diri, ancaman terhadap kematian, takut mengalami kegagalan, disfungsi sistem keluarga,
hubungan orang tua-anak tidak memuaskan, keturunan (temperamen mudah teragitasi
sejak lahir), penyalahgunaan zat, dan terpapar bahaya lingkungan (mis. toksin, polutan, dll).

3. Tanda dan gejala


MAYOR MINOR
a. Subjektif a. Subjektif
1) Merasa bingung, merasa cemas 1) Pusing
2) Merasa takut dengan akibat dari 2) Tidak nafsu makan, anoreksia
kondisi yang dihadapi 3) Merasa tidak berdaya
3) Sulit berkonsentrasi
b. Objektif
b. Objektif 1) Nadi cepat
1) Gelisah 2) Jantung berdebar-debar/deg-degan
2) Tampak tegang 3) Tremor
4) Muka tampak pucat
3) Sulit tidur (insomnia)
5) Suara bergetar
6) Kontak mata buruk
7) Sering berkemih
8) Berorientasi pada masa lalu

4. Diagnosis Medis Terkait


Penyakit kronis progresif (misal: kanker, penyakit autoimun), penyakit akut, hospitalisasi,
rencana operasi, kondisi diagnosis penyakit belum jelas, penyakit neurologis, dan tahap
tumbuh kembang.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 3


GANGGUAN CITRA TUBUH

1. Pengertian
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas seseorang terhadap tubuhnya yang
diakibatkan oleh perubahan struktur, ukuran, bentuk, dan fungsi tubuh karena tidak sesuai
dengan yang diinginkan (Stuart, Keliat, & Pasaribu, 2016). Gangguan citra tubuh juga
merupakan perubahan persepsi tentang fisik individu (SDKI, 2016).

2. Penyebab
Perubahan fungsi tubuh (misal: anomali, penyakit, obat-obatan, kehamilan, radiasi,
pembedahan, trauma, dll), perubahan fungsi kognitif, ketidaksesuaian budaya, transisi
perkembangan, proses penyakit, gangguan psikososial, ketidaksesuaian agama, trauma,
dan tindakan pengobatan.

3. Tanda dan Gejala


MAYOR MINOR
a. Subjektif a. Subjektif
1) Tidak mau 1) Pandangan pada tubuh berubah (mis. penampilan,
mengungkapkan struktur, fungsi)
kecacatan/kehilangan 2) Mengungkapkan perubahan gaya hidup
bagian tubuh 3) Merasa pada reaksi orang lain
2) Perasaan negatif 4) Mengungkapkan perasaan tentang perubahan tubuh
tentang tubuh (mis. penampilan struktur, fungsi)
5) Fokus pada perubahan/kehilangan
b. Objektif 6) Menolak mengakui perubahan keinginan bertemu
1) Kehilangan bagian pemuka agama
tubuh
2) Fungsi dan/atau struktur b. Objektif
tubuh berubah 1) Fokus berlebihan pada perubahan tubuh
2) Kemampuan tubuh beradaptasi dengan lingkungan
3) Menghindari melihat
berubah
dan/atau menyentuh
3) Hubungan sosial berubah
tubuh
4) Respon non verbal pada perubahan dan persepsi
4) Menyembunyikan
tubuh
bagian tubuh
5) Fokus pada penampilan dan kekuatan masa lalu

4. Kondisi Klinis atau Diagnosis Medis Terkait


Mastektomi, amputasi, jerawat, parut atau luka bakar yang terlihat, obesitas,
hiperpigmentasi pada kehamilan, dan gangguan psikiatrik.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 4


DEFISIT PENGETAHUAN

1. Pengertian
Ketiadaan atau kurangnya informasi kognitif dan keterampilan psikomotorik yang
berhubungan dengan topik tertentu yang dibutuhkan oleh pasien yang meliputi informasi
tentang kondisi kesehatan, penanganan, dan perubahan gaya hidup.

2. Penyebab
Keterbatasan kognitif, gangguan fungsi kognitif, kekeliruan mengikuti anjuran, kurang
terpapar informasi, kurang minat dalam belajar, kurang mampu mengingat, dan
ketidaktahuan menemukan sumber informasi.

3. Tanda dan Gejala


MAYOR MINOR
a. Subjektif a. Subjektif
1) Menanyakan masalah yang 1) Kurang dapat menjawab pertanyaan sesuai
dihadapi kehendak perawat
2) Menanyakan kurangnya 2) Menanyakan sesuatu topik
informasi 3) Kurang terintegrasi rencana tindakan ke dalam
3) Menanyakan atau meminta kegiatan sehari-hari (kurang dapat
informasi tentang upaya yang berpartisipasi)
dilakukan untuk
meningkatkan kesehatannya b. Objektif
1) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
b. Objektif 2) Menunjukkan perilaku berlebihan
1) Menunjukkan perilaku yang 3) Selama wawancara dapat duduk tidak bisa
tidak sesuai anjuran tenang dan tampak ketertarikan untuk
2) Menunjukkan persepsi yang mendengarkan
keliru terhadap masalah 4) Menampikan secara tidak tepat perilaku sehat
yang diinginkan atau yang sudah ditentukan
5) Ketidakakuratan mengikuti perintah

4. Kondisi klinis terkait


Kondisi klinis yang baru dihadapi oleh klien, penyakit akut, dan penyakit kronis.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 5


HARGA DIRI RENDAH KRONIK

1. Pengertian
Keadaan dimana individu mengalami evaluasi diri negatif mengenai diri dan
kemampuannya dalam waktu lama dan terus-menerus yang berhubungan dengan perasaan
tidak berharga, tidak berdaya, putus asa, ketakutan, rentan, rapuh, serta tidak berarti.

2. Penyebab
Sering disalahkan, kurang mendapatkan kesempatan mengembangkan diri, kurang dihargai
keluarga maupun orang lain, sering mengalami kegagalan, dikucilkan oleh lingkungan.

3. Tanda dan Gejala


MAYOR MINOR
a. Subjektif a. Subjektif
1) Menilai diri negatif (misal: 1) Merasa sulit konsentrasi
mengungkapkan tidak berguna, 2) Mengatakan sulit tidur
tidak tertolong) 3) Mengungkapkan keputusasaan
2) Merasa malu/bersalah 4) Merasa tidak berarti
3) Merasa tidak mampu melakukan 5) Mengungkapkan enggan mencoba hal baru
apapun 6) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri
4) Meremehkan kemampuan 7) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang
mengatasi situasi diri sendiri
5) Merasa tidak memiliki kelebihan
atau kemampuan positif b. Objektif
1) Perilaku tidak asertif
b. Objektif 2) Mencari penguatan secara berlebihan
1) Berjalan menunduk 3) Bergantung pada pendapat orang lain
2) Postur tubuh menunduk 4) Sulit membuat keputusan
3) Kontak mata kurang 5) Seringkali mencari penegasan
4) Lesu dan tidak bergairah 6) Menghindari orang lain
5) Berbicara pelan dan lirih 7) Lebih senang menyendiri
6) Pasif 8) Mengkritik orang lain

4. Diagnosis Medis Terkait


Skizofrenia dan depresi berat.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 6


HARGA DIRI RENDAH SITUASIONAL

1. Pengertian
Risiko harga diri rendah situasional adalah berisiko mengalami evaluasi atau perasaan
negatif terhadap diri sendiri atau kemampuan pasien sebagai respon terhadap situasi saat
ini.

2. Penyebab
Gangguan gambaran diri, gangguan fungsi, gangguan peran sosial, harapan diri tidak
realistis, pemahaman terhadap situasi kurang, penyakit fisik, kegagalan, ketidakberdayaan,
riwayat kehilangan, riwayat pengabaian, riwayat penolakan, dan transisi perkembangan.

3. Tanda dan Gejala


MAYOR MINOR
a. Subjektif a. Subjektif
1) Mudah menilai diri negatif (mis. tidak berguna, tidak 1) Kurang konsentrasi
tertolong)
2) Merasa malu/bersalah b. Objektif
3) Melebih-lebihkan penilaian negatif tentang diri 1) Kontak mata kurang
sendiri 2) Lesu dan tidak bergairah
4) Menolak penilaian positif tentang diri sendiri 3) Pasif
4) Tidak mampu membuat
b. Objektif keputusan
1) Berbicara pelan dan lirih
2) Menolak berinteraksi dengan orang lain
3) Berjalan menunduk
4) Postur tubuh menunduk

4. Diagnosis Medis Terkait


Cedera traumatis, pembedahan, kehamilan, kondisi baru terdiagnosis (mis. diabetes
melitus), stroke, penyalahgunaan zat, demensia, dan pengalaman tidak menyenangkan

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 7


HALUSINASI/GANGGUAN PERSEPSI SENSORI

1. Pengertian
Halusinasi adalah gejala gangguan jiwa berupa respon panca indera, yaitu penglihatan,
pendengaran, penciuman, perabaan dan pengecapan terhadap sumber yang tidak jelas.

2. Penyebab
a. Orang dengan gangguan jiwa
b. Sering mengurung diri
c. Tidak mau bicara dengan orang lain
d. Kurangnya kegiatan sosial di lingkungan tempat tinggal
e. Berpikir jelek tentang diri

3. Tanda dan Gejala


MAYOR MINOR
a. Subjektif a. Subjektif
1) Menyatakan 1) Sulit tidur
mendengarkan suara 2) Khawatir
bisikan/ melihat 3) Takut
bayangan
2) Merasakan sesuatu b. Objektif
melalui indera perabaan, 1) Afek datar
penciuman, atau 2) Bosan
pengecapan 3) Menyendiri
4) Melamun
b. Objektif 5) Konsentrasi buruk
1) Bicara sendiri 6) Distorsi sensori
2) Mengarahkan telinga 7) Disorientasi waktu, tempat, orang, atau situasi.
kearah tertentu 8) Respon tidak sesuai
3) Melihat ke satu arah 9) Curiga
10) Bersikap seolah mendengar sesuatu
11) Melihat ke satu arah
12) Mondar-mandir

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 8


Tahap Intensitas Halusinasi
Dalam proses terjadinya halusinasi, halusinasi berkembang melalui 4 fase, dimana menurut
Stuart, Keliat, & Pasaribu (2016) tahapan fase tersebut yaitu :

Tahap I. Fase Comforting


Menenangkan, memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang secara umum halusinasi
merupakan suatu kesenangan.
1) Karakteristik :
a) Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah, ketakutan.
b) Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menghilangkan ansietas.
c) Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol kesadaran.

2) Perilaku Pasien:
a) Tersenyum, tertawa sendiri.
b) Menggerakkan bibir tanpa suara.
c) Pergerakan mata yang cepat.
d) Respon verbal yang lambat
e) Diam dan berkonsentrasi.

Tahap II. Fase Condemming


Menyalahkan, tingkat ansietas berat
1) Karakteristik:
a) Pengalaman sensori menakutkan dan menjijikkan.
b) Merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut.
c) Mulai merasa kehilangan kontrol.
d) Menarik diri dari orang lain.

2) Perilaku Pasien :
a) Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
b) Perhatian pada lingkungan berkurang.
c) Konsentrasi terhadap pengalaman sensorinya.
d) Kehilangan kemampuan membedakan halusinasi dengan realitas.

Tahap III. Fase Controlling


Mengontrol, tingkat kecemasan berat. Pada fase ini individu mencoba untuk melawan dan
mengendalikan halusinasinya.
1) Karakteristik
a) Klien menyerah dan menerima pengalaman sensorinya (halusinasi).
b) Isi halusinasinya menjadi aktaktif.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 9


c) Kesepian bila pengalaman sensori berakhir.

2) Perilaku Pasien :
a) Perintah halusinasi ditaati
b) Sulit berhubungan dengan orang lain
c) Perhatian terhadap lingkungan berkurang, hanya beberapa detik
d) Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat, tampak tremor dan berkeringat.

Tahap IV. Fase Conquering


Menakutkan, ansietas tingkat panik. Klien sudah dikuasai oleh halusinasi.
1) Karakteristik
a) Pengalaman sensori menjadi pengancam
b) Halusinasi dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari.

2) Perilaku Klien
a) Perilaku panik
b) Resiko tinggi mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan
c) Tindak kekerasan agitasi, menarik atau katatonik
d) Tidak mampu berespon terhadap lingkungan

4. Diagnosis Medis Terkait


Skizofrenia Paranoid, Gangguan Bipolar dan Psikotik Akut

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 10


WAHAM

1. Pengertian
Waham adalah keyakinan pribadi berdasarkan kesimpulan yang salah dari realitas
ekstrenal).Waham juga diartikan sebagai keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan.

2. Jenis Waham
Jenis Waham Pengertian Perilaku Klien
1. Waham Kebesaran Keyakinan secara berlebihan bahwa “Saya ini pejabat di
dirinya memiliki kekuatan khusus atau Kementerian Semarang!”
kelebihan yang berbeda dengan orang
lain, diucapkan berulang-ulang tetapi “Saya punya perusahan paling
tidak sesuai kenyataan. besar lho!”

2. Waham Agama Keyakinan terhadap suatu agama “Saya adalah Tuhan yang bisa
secara berlebihan, diucapkan berulang- menguasai dan
ulang tetapi tidak sesuai kenyataan. mengendalikan semua
makhluk!”
3. Waham Curiga Keyakinan terhadap seseorang atau “Saya tahu mereka mau
sekelompok orang yang mau menghancurkan saya, karena
merugikan atau mencederai diri klien, iri dengan kesuksesan saya.”
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak
sesuai kenyataan.

4. Waham Somatik Keyakinan seseorang bahwa tubuh atau “Saya menderita kanker.”
sebagian tubuhnya terserang penyakit,
diucapkan berulang-ulang tetapi tidak (Padahal hasil pemeriksa-an
sesuai kenyataan. lab/penunjang tidak
menunjukkan ada sel kanker
pada tubuh klien)

5. Waham Nihlistik Keyakinan seseorang bahwa dirinya “Ini saya berada di alam kubur
sudah meninggal dunia, diucapkan ya, semua yang ada di sini
berulang-ulang tetapi tidak sesuai adalah roh-roh.”
kenyataan.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 11


3. Penyebab
Lesi pada daerah frontal, temporal dan limbik, Neurotransmitter dopamin berlebihan, tidak
seimbang dengan kadar serotonin, Riwayat tinggal di lingkungan yang dapat
mempengaruhi moral individu, Kepribadian: mudah kecewa, kecemasan tinggi, mudah
putus asa dan menutup diri, Konsep diri yang negatif, Adanya kebutuhan yang tidak
terpenuhi.

4. Tanda dan Gejala


MAYOR MINOR
a. Subjektif a. Subjektif
1) Mudah lupa atau sulit konsentrasi 1) Tidak mampu
2) Mengatakan bahwa ia adalah artis,nabi, presiden, wali, dan mengambil
lainnya yang tidak sesuai dengan kenyataan keputusan
3) Mengatakan hal yang diyakini sacara berulang-ulang 2) Merasa khawatir
4) Sering merasa curiga dan waspada berlebihan sampai panik

b. Objektif b. Objektif
1) Inkoheren 1) Bingung
2) Flight of idea 2) Perubahan pola
3) Sirkumtansial tidur
4) Sangat waspada 3) Kehilangan selera
5) Khawatir makan
6) Sedih berlebihan atau gembira berlebihan
7) Wajah tegang
8) Perilaku sesuai isi waham
9) Banyak bicara
10) Menentang atau permusuhan
11) Hiperaktif
12) Menarik diri
13) Tidak bisa merawat diri
14) Defensive

5. Diagnosis Medis Terkait


Skizofrenia, Gangguan bipolar, Gangguan sistem limbik, Gangguan ganglia basalis, tumor
otak, depresi.

Bimbingan Belajar Appskep Indonesia | Hal. 12

Anda mungkin juga menyukai