Contoh Perhitungan Validitas
Contoh Perhitungan Validitas
Bu Sari membuat 10 buah butir tes pilihan ganda dalam mata pelajaran fisika. Untuk mengetahui
apakah kualitas tes nya bagus Bu Sari memberikan soal tes itu kepada siswanya untuk dijawab dan
melalui jawaban siswa melakukan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran , daya beda dan tingkat
pengecoh
Tabel 1. Data Jawaban siswa untuk menguji validitas dan reliabilitas tes
Untuk mencari validitas butir 1,2 dan seterusnya digunakan rumus korelasi Product Moment dari
Person yaitu :
( )( )
√( ( ) )( ( ) )
untuk butir 1 koofisien validitasnya adalah :
( ) ( )( )
√( ( ) ( ))( ( ) ( ))
√( )( )
(sangat rendah)
B. Reliabilitas tes
Reliabilitas tes perhitungannya sekali dilakukan untuk seluruh tes, caranya dengan mengambil nilai
yang menjawab benar pada soal yang bernomor ganjil dan genap, ikuti table berikut
( )( )
√( ( ) ))( ( ) )
( ) ( )( )
√( ( ) ( ))( ( ( ))
√( )( )
√( )( )
Dimana :
r ½ ½ = Korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
r 11 = Koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
Selanjutnya Soewardi (1987:146) mengemukakan bahwa: "Bulir tes adalah baik jika tingkat
kesukarannya ada disekitar 25 % - 75 %”
Tingkat kesukaran tes essay dilakukan dengan cara melihat persentase siswa yang
memperoleh nilai dibawah nilai batas lulus ( misalnya nilai 6 ), dengan ketentuan :
Sebagai pedoman umum, klasifikasi tingkat kesukaran soal dapat dicontohkan sebagai
berikut :
0,00 – 0,30 soal tergolong sukar
0,31 – 0,70 soal tergolong sedang
0,71 – 1,00 soal tergolong mudah
9
TK = ──── 100 % = 90% JB = banyaknya siswa yg
10 menjawab benar
E. DAYA PEMBEDA
Daya Pembeda (D), Sudijono (1996:387) mengemukakan bahwa: “Daya pembeda item itu
dapat diketahui melalui atau dengan melihat besar kecilnya indeks diskriminasi item”. Untuk
mengetahui indeks diskriminasi dapat digunakan rumus:
Sebagai kriteria baik buruknya daya pembeda ini Azwar (1996:139) mengemukakan: “Dalam
seleksi aitem, setiap aitem yang memiliki indeks diskriminasi lebih besar dari 0,50 dapat
langsung dianggap sebagai aitem yang berdaya diskriminasi baik, aitem yang memiliki daya
diskriminasi kurang dari 0,20 dapat langsung dibuang, sedangkan aitem lainnya dapat
ditelaah lebih lanjut untuk direvisi”. Disamping itu Nurkancana (1986 : 140 ) mengemukakan
: "Daya beda yang ideal adalah daya beda 0,40 ke atas" Namun suatu tes dianggap memiliki
daya pembeda yang lumayan bagus minimal 0,30 . (Azwar 1996 : 140 ).
Untuk menghitung daya beda, total skor yang diperoleh haru diurutkan terlebih dahulu dari nilai
tertinggi sampai nilai terendah, jumlah peserta di bagi menjadi kelas atas dan kelas bawah. Kelas
atas untuk skor tertinggi, kelas bawah untuk skor yang lebih rendah berikut contoh dari data di atas:
No Nama 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
1 A 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 10
2 B 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 9
3 C 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 9 Kelas Atas
4 D 1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 6
5 E 0 1 1 1 1 1 1 1 1 0 8
BA 4 5 5 5 5 5 4 3 3 3 42
6 F 1 1 1 1 1 0 0 0 0 0 5
7 G 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 4
Kelas Bawah
8 H 1 1 0 0 0 0 0 1 1 0 4
9 I 1 0 0 0 0 0 0 0 0 1 2
10 J 1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1
BB 5 3 2 1 1 0 0 1 2 1 16
= -0,2
(Daya pembeda lemah)
D. PENGECOH (distractor )
Pola pilihan jawaban oleh siswa di samping tergantung pada kemampuan dan pengetahuan atau
wawasan siswa, juga tergantung pada penentuan alternatif jawaban yaitu penetapan pengecohnya
(distractor). Disamping itu Arikunto (1995 : 226) mengemukakan bahwa: "Suatu distraktor dapat
dikatakan berfungsi baik jika paling sedikit dipilih oleh 5 % pengikut tes”. Efektifitas distraktor dari
suatu soal (item) dapat diketahui dari banyaknya siswa kelompok rendah yang memilih jawaban
(distraktor) tersebut, sedangkan dari kelonpok tinggi (pandai) hanya sedikit yang memilihnya.
Contoh
Panjang sepotong kayu adalah 2 meter. Yang merupakan besaran dari pernyataan tersebut
adalah....
A. panjang
B. sepotong kayu
C. 2
D. meter
Kunci : C, sedangkan opsi yang lain adalah pengecoh