Anda di halaman 1dari 14

ISSN : 2580 - 6041

2018
Januari
Volume I
Nomer 2

Diterbitkan Oleh:

PRODI. PENDIDIKAN LUAR BIASA


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI JEMBER
ISSN: 2580-6041

Volume I, No 2, Januari 2018

DAFTAR ISI
Halaman
1. Evre Rejesman Basori dan Gunawan 1-5
Pengaruh Pembelajaran Matematika Realistik terhadap Kemampuan
Berhitung Anak Tunagrahita Ringan Kelas 1 di SD Inklusi Glagahwero 01
2. Reza Dwi Hendaryanti dan Basuki Hadiprayogo 6-10
Pengaruh Perangkat Lunak MELDICT terhadap Hasil Belajar Bahasa Inggris
Siswa Tunanetra di SLB A TPA Jember
3. Dio Gitarama Subrata dan Asrorul Mais 11-19
Pengaruh Terapi Applied – Behaviour - Analysis (ABA) melalui Pendekatan
Antecedent – Behaviour – Consequemce (A – B – C) terhadap Peningkatan
Kepatuhan Siswa Down Syndrome Kelas 2 SDLB ABCD PGRI Kalipuro
4. Dyah Ayu Yatmi Utami Wardani dan Lailil Aflakhul Yaum 20-24
Upaya Meningkatkan Kemampuan Pengembangan Diri Menggosok Gigi
melalui Permainan Puzzle pada Anak Tunagrahita Sedang Kelas III di SDLB
ABCD PGRI Kalipuro Banyuwangi
5. Umy Farida Ratnasari dan Hisbiyatul H 25-29
Penerapan Metode Komunikasi Total untuk Meningkatkan Kemampuan
Membaca Sederhana pada Anak Tunarungu Kelas 1 di SLB-B DAN Autis
TPA Jember
6. Winda Ayu Suciati dan Rudy Sumiharsono 30-39
Pengaruh Penggunaan Keterampilan Meronce terhadap Kemampuan Motorik
Halus Anak Tunanetra Kelas V

PENERBIT
PRODI. PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI JEMBER
Sekretariat: Jl. Jawa No. 10 Tegal Boto Jember
Telepon (0331) 335827 Fax 0331 335977
http://openjurnal.ikipjember.ac.id/index.php/speed_journal
ISSN: 2580-6041

Volume I, No 2, Januari 2018

SPEED, Journal of Special Education adalah Jurnal pendidikan yang diterbitkan oleh
Program Studi Pendidikan Luar Biasa Fakultas Ilmu Pendidikan IKIP PGRI Jember. Jurnal ini
diterbitkan dua kali dalam setahun yaitu pada bulan Juli dan Januari. Jurnal ini terbit pertama
kali pada bulan Juli 2017.

Pelindung :
Rektor IKIP PGRI Jember

Penanggung Jawab :
Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan

Ketua Penyunting :
Prof. Dr. Rudy Sumiharsono, MM.

Anggota Penyunting :
Asrorul Mais, S.T, S.Pd., M.Pd.
Lailil AflakhulYaum, S.Pd., M.Pd
Inna Hamida Zusfindhana, M.Pd.
Rosika Novia Megaswarie, M.Pd.

PENERBIT
PRODI. PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI JEMBER
Sekretariat: Jl. Jawa No. 10 Tegal Boto Jember
Telepon (0331) 335827 Fax 0331 335977
http://openjurnal.ikipjember.ac.id/index.php/speed_journal
11
Volume I, No. 2 Januari 2018

PENGARUH TERAPI APPLIED – BEHAVIOUR ANALYSIS (ABA)


MELALUI PENDEKATAN ANTECEDENT – BEHAVIOUR – COSEQUENCE
(A – B – C) TERHADAP PENINGKATAN KEPATUHAN SISWA DOWN
SYNDROME KELAS 2 SDLB ABCD PGRI KALIPURO

Dio Gitarama Subrata


PLB IKIP PGRI Jember
Email: dewa.detective@gmail.com

Asrorul Mais
PLB IKIP PGRI Jember

Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan siswa Down Syndrome kelas 2
SDLB ABCD PGRI KALIPURO Semester Genap Tahun Ajaran 2014/2015. Dengan
terapi Applied – Behaviour – Analysis (ABA) melaui pendekatan Antecedent –
Behaviour – Consequence (A – B – C). Metode penelitian ini adalah dengan
menggunakan Single Subjek Research (SSR) atau dengan kata lain menggunakan
subjek tunggal, yaitu menerapkan terapi perilaku kepada anak berkebutuhan khusus
untuk memodifikasi perilaku terhadap kepatuhannya agar dapat mematuhi instruksi
yang diberikan dengan menggunakan bahasa reseptif. Pada saat pengumpulan data
sistem pengukuran yang digunakan adalah latensi, yaitu penghitungan antara ketika
subjek diberi perintah hingga respondennya, sedangkan tekhnik analisa datanya
menggunakan visual dalam kondisi dan antar kondisi, yaitu pada saat fase baseline dan
setelah diberikan fase intervensi. Sehingga terapi Applied – Behaviour – Analysis
(ABA) atau sering dikenal dengan terapi perilaku dengan pendekatan Antecedent –
Behaviour – Consequence (A-B-C) dapat meningkatkan kepatuhan siswa Down
Syndrome kelas 2 SDLB ABCD PGRI Kalipuro semester genap tahun ajaran
2014/2015.
Kata Kunci : Applied Behaviour Analysis (ABA), Kepatuhan, Down Syndrome.

PENDAHULUAN
Keterbelakangan mental atau dengan kisaran IQ antara 40 sampai 55. Anak
tunagrahita adalah istilah yang Tunagrahita seperti ini disebut Down Syndrome
digunakan untuk menyebut anak yang karena memiliki karakter berbeda dibandingkan
perkembangan kecerdasannya Anak Tunagrahita lainnya. Mereka memiliki
mengalami hambatan sehingga tidak raut dengan ciri-ciri mata sipit dan miring,
mencapai tahap perkembangan yang hidung yang datar, lidah tebal, kepala
optimal. Menurut Amin (1995), jika cenderung pipih. Selain itu, nama Down
dilihat dari tingkatan IQ, maka anak Syndrome diambil dari nama penemunya yaitu
Down Syndrome termasuk kedalam Langdon Down yang berasal dari Inggris.
klasifikasi tunagrahita sedang yaitu Berbagai macam pelayanan khusus
bagi Anak Berkebutuhan Khusus (ABK)
12
Volume I, No. 2 Januari 2018

dalam meningkatkan kepatuhan ataupun kata yang dapat dipahami oleh orang
terhadap orang lain agar mampu lain.
bersosialisasi terhadap lingkungan Keadaan di atas jika dikaitkan dengan
sekitarnya, melalui metode (ABA) pendekatan yang digunakan maka keadaan
Applied Behaviour Analysis yang saat tersebut merupakan yang termasuk dalam
ini populer berasal dari Universitas Antecedent yang merupakan peristiwa
Washington pada tahun 1960an. ABA
lingkungan sebelum intervensi Terapi
juga mulai digunakan di kalangan lain
Behaviour, sedangkan Behaviour itu sendiri
seperti pendidikan, khususnya pada
(B) mengacu pada perilaku yang diamati
anak Tunagrahita dan Autis (Maurice
yakni Kepatuhan dalam bahasa reseptif.
dkk, 1996). Metode terapi ABA saat ini
juga dikembangkan di SLB ABCD Consequence (C) ialah peristiwa yang
PGRI Kalipuro. Dengan subjek yang langsung mengikuti respon (memberikan
diteliti adalah seorang anak laki-laki contoh langsung dengan mengikut sertakan
Down Syndrome yang memiliki anak). Karena menurut Japan League for
gangguan dalam kepatuhannya terhadap mentally Retarded (1992) yang mengulas
orang lain, meskipun orang yang sudah tentang pengertian Reterdasi Mental tentang
dikenalnya (Guru dan Orang Tua). intelektualnya yang lamban, yaitu IQ 70
Kemampuan dalam berbahasa reseptif kebawah berdasarkan tes Intelegensi baku,
mengalami kesulitan sehingga perintah kekurangan dalam perilaku adaptif, terjadi
dan kemauan orang lain tidak pada masa perkembangan, yaitu antara masa
tersampaikan sehingga peraturan yang konsepsi hingga usia 18 tahun. Dengan
ada di lingkungan sekitarnya tidak dapat
menarik kesimpulan tentang hal itu maka,
dilaksanakannya dengan baik. Menurut
anak Down Syndrome harus dengan
Sarfino (dalam Smet, 1994)
pembiasaan dan contoh perilaku untuk
mendefinisikan kepatuhan (ketaatan)
memodifikasi perilakunya yang nantinya
sebagai tingkat penderita melaksanakan
cara terapi dan perilaku yang disarankan sesuai dengan yang kita harapkan. Oleh
oleh guru dan terapisnya. karena itu penulis terdorong untuk
Kepatuhan adalah perilaku memberikan terapi perilaku agar anak dapat
positif penderita dalam mencapai tujuan mematuhi norma yang ada pada lingkungan
terapi (Degrest, 1998). Menurut sekitarnya melalui pendekatan Antecedent –
Decision theory (1985) penderita adalah Behaviour – Consequence (A-B-C).
pengambil keputusan dan kepatuhan
sebagai hasil pengambilan keputusan. METODE
Jika dikaitkan dengan hasil wawancara Penelitian ini menggunakan
dengan guru terapi, orang tua dan hasil pendekatan kuantitatif dengan jenis penelitian
assesmen serta observasi dilapangan Single Subyek Research (SSR) yang
maka anak yang dimaksud mempunyai mengarah pada Metodologi Eksperimen.
kebiasaan tidak patuh terhadap orang Metode yang dipakai dalam penelitian ini
tua maupun guru dalam mengikuti adalah metode dengan subjek tunggal Single
perintah yang sederhana dan menunjuk Subyek Research (SSR), yaitu penelitian yang
sesuatu tanpa menggunakan suara dilaksanakan pada subjek dengan tujuan
13
Volume I, No. 2 Januari 2018

untuk mengetahui besarnya pengaruh Intervensi) menggunakan instrumen


dari perlakuan yang diberikan secara pengukuran latensi. Untuk mengetahui
berulang-ulang dalam waktu tertentu kepatuhan yang ditunjukkan oleh subjek,
(Tawney & David, 1987, hlm. 2). yaitu siswa Down Syndrome kelas 2 SDLB
Menurut Sunanto (2005, hlm. ABCD PGRI Kalipuro, Banyuwangi.
56), menyatakan bahwa “Ada dua Pengumpulan data yang digunakan
kategori pada bidang modifikasi dalam penelitian ini adalah pencatatan latensi.
perilaku yang dilakukan dalam Hal ini dilakukan untuk mengukur lamanya
penelitian eksperimen kasus tunggal, waktu antara pemberian instruksi dan saat
yaitu Desain Reversal dan Desain subyek memulai suatu perilaku. Dalam hal ini
Multiple Baseline”. Namun, format pencatatan dari pemberian instruksi
dikarenakan peneliti melakukan sampai memulai suatu perilaku ada pada
intervensi hanya pada seorang anak kondisi Baseline (A) dan Intervensi (B).
laki-laki penyandang Down Syndrome Data yang diperoleh dari format
dan satu target behavior maka pola pencatatan dengan menggunakan latensi
eksperimen yang digunakan adalah kemudian dimasukkan ke dalam format tabel
eksperimen subjek tunggal dengan pencatatan hasil lama waktu yang diperlukan
desain reversal jenis A-B. subjek untuk memulai suatu perilaku setelah
Desain A-B merupakan desain mendapat stimulus berupa instruksi.
dasar dari penelitian eksperimen subjek Menurut Tawnwi dkk dalam Sunanto,
tunggal. Karena hal ini menunjukkan 2005, hlm. 19-20) Tabel ini digunakan untuk
suatu pengulangan pengukuran perilaku membuat grafik hasil kepatuhan subjek dalam
atau target behavior pada sekurang- mengikuti instruksi dalam bentuk bahasa
kurangnya dua kondisi yaitu kondisi reseptif yang akan diperlukan dalam proses
baseline (A) dan kondisi intervensi (B). analisis data.
Oleh karena itu, dalam melakukan Penelitian dengan subjek tunggal atau
penelitian dengan desain kasus tunggal Single Subject Research (SSR) terfokus pada
akan selalu ada pengukuran target data individu dari pada data kelompok.
behavior pada fase baseline dan Dalam menganalisis data pada penelitian
pengulangannya pada sekurang- dengan desain subjek tunggal ada beberapa
kurangnya satu fase intervensi (Hasselt hal, diantaranya pembuatan grafik,
dan Hersen, 1981). Penelitian ini penggunaan statistik deskriptif dan
dilaksanakan pada tanggal 23 Juli 2015 penggunaan analisa visual. Penggunaan
sampai 6 Agustus 2015 di rumah analisis grafik diharapkan dapat memperjelas
subjek, Kabupaten Banyuwangi, gambaran dari suatu eksperimen baik
Kecamatan Kalipuro, Desa Bulusan, sebelum perlakuan (Baseline A) maupun pada
Lingkungan Kampung Baru. saat setelah diberi perlakuan (Intervensi B).
Dalam penelitian ini data yang Menurut Sunanto (2005, hlm. 96),
digunakan adalah pengukuran pada fase dalam analisa data dengan metode analisis
baseline dan fase intervensi, Sumber visual ada beberapa hal yang menjadi
data pada setiap fase (Baseline dan perhatian peneliti diantaranya adalah
14
Volume I, No. 2 Januari 2018

banyaknya data point dalam setiap penelitian berlangsung. Penelitian ini


kondisi, banyaknya variabel terikat yang bertujuan untuk meningkatkan kepatuhan
ingin diubah, tingkat stabilitas dan siswa Down Syndrome terhadap pengaruh
perubahan level data dalam suatu terapi Applied – Behaviour – Analysis (ABA)
kondisi atau antar kondisi, arah dengan pendekatan Antecedent – Behaviour –
perubahan dalam kondisi maupun antar Consequence (ABC).
kondisi. Agar memperoleh gambaran yang
Analisis dalam kondisi adalah jelas perolehan data hasil penelitian pada
menganalisa perubahan data dalam satu subjek digambarkan secara visual
kondisi misalnya kondisi baseline atau menggunakan grafik. Data Hasil
kondisi intervensi. Komponen analisis meningkatkan kepatuhan pada Fase Baseline
visual dalam kondisi meliputi enam (A) dan Fase Intervensi (B) dengan
komponen, yaitu: (1) Panjang Kondisi, menggunakan desain A – B sebagai berikut :
(2) Estimasi Kecenderungan Arah, (3)
Kecenderungan Stabilitas, (4) Jejak Pengukuran Menggunakan Desain A-B
Data, (5) Level Stabilitas dan Rentang,
Grafik.1
(6) Level Perubahan.
Pengukuran Baseline (A)
Komponen analisis visual untuk
analisis antar kondisi meliputi lima
3:50
komponen, yaitu: (1) Jumlah Variabel
yang diubah. (2) Perubahan 3:21
Kecenderungan dan Efeknya. (3) 2:52
Perubahan Stabilitas. (4) Perubahan 2:24
Level. (5) Data Overlap. 1:55
1:26
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil penelitian ini didapat dari 0:57

hasil latensi dengan menggunakan 0:28


desain reversal A-B, diberikan 0:00
Sesi
intervensi. Hal ini menunjukkan apa Mematuhi Instruksi
yang menjadi permasalahan selama
15
Volume I, No. 2 Januari 2018

Pada penelitian ini pengolahan


Grafik.2 data menggunakan analisis visual, yaitu
Pengukuran Intervensi (B) analisis dalam kondisi, (1) panjang
kondisi: pada penelitian ini memiliki 5
2:52 sesi pada fase Baseline (A) dan 10 sesi
pada fase intervensi (B), (2) Estimasi
2:24
Kecenderungan Arah: Mengestimasi
1:55 kecenderungan arah dengan
menggunakan metode belah dua (split-
1:26
middle). Sehingga dapat diketahui data
0:57 pada fase baseline (A) menunjukkan
0:28 tingkat variability yang cukup tinggi
dan kecenderungan trend arahnya naik.
0:00 Pada data fase intervensi arah trendnya
Sesi
Mematuhi Instruksi menurun. (3) kecenderungan stabilitas:
Dalam hal ini menggunakan kriteria
Grafik.3 stabilitas 15%, karena sebaran data
Pengukuran Baseline (A) dan Intervensi mengelompok pada bagian atas dan
(B)
bawah (Sunanto, 2005, hlm. 97). Untuk
fase baseline (A) Skor tertinggi x
3:50 Kriteria Stabilitas yang hasilnya rentang
rentang stabilitas. (a) menghitung mean
3:21 level (1,4). (b) menentukan batas atas
(1,72). (c) menentukan batas bawah
2:52 (1,08). (4) menghitung presentase data
point pada kondisi baseline (A) yang
2:24
berada pada rentang stabilitas (60%).
Untuk fase Intervensi (B) rentang
stabilitas sama dengan skor tertinggi x
1:55
kriteria stabilitas sama dengan (0,6). (a)
menghitung mean level (1,2). (b)
1:26
menentukan batas atas (1,95). (c)
menentukan batas bawah (0,90). (d)
0:57
menghitung presentase data point pada
kondisi Intervensi (B) yang berada
0:28
rentang stabilitas. (80%).
Jika persentase stabilitas sebesar
0:00 80%-90% dikatakan stabil, sedangkan
Sesi
Mematuhi Instruksi
Baseline (A
di bawah itu dikatakan tidak stabil
Mematuhi Instruksi Intervensi (B) (variabel) (Sunanto, 2005, hlm. 13).
Karena perhitungan untuk fase baseline
16
Volume I, No. 2 Januari 2018

(A) adalah 60% maka diperoleh hasil berada pada rentang kondisi baseline
stabil sedangkan untuk fase intervensi (A). Pada analisis di atas, terlihat ada 2
(B) adalah 80% maka diperoleh hasil data point pada kondisi intervensi yaitu
variabel atau tidak stabil. (4) Jejak data sesi 6 dan 15. Setelah itu diperolehan
ditentukan oleh garis hitam yang hasil pada langkah (2) dibagi dengan
berdasarkan penghitungan estimasi jejak banyaknya data point dalam kondisi (B)
data. (5) level stabilitas: berdasarkan (15) kemudian dikalikan 100%.
pada penghitungan pada fase baseline, Semakin kecil presentase overlap
datanya variable dengan rentang 4-5. semakin baik pengaruh intervensi
Sedangkan pada fase intervensi datanya terhadap target behavior (kepatuhan).
variabel dengan rentang 6-15. (6) level Maka presentase overlap sebesar
perubahan dilakukan dengan cara 17,78% menunjukkan bahwa dengan
menandai data pertama (sesi ke-1) dan terapi Applied –Behaviour – Analysis
data trakhir (sesi ke-5) pada fase melalui pendekatan Antecedent –
baseline (A), setelah itu menandai data
Behaviour – Consequence dapat
pertama (sesi ke-6) dan data terakhir
meningkatkan kepatuhan pada siswa
(sesi ke-15) pada fase intervensi (B).
DownSyndrome.
setelah itu menghitung selisih antara
kedua data dan menentukan arahnya Kondisi Baseline (A)
menaik atau menurun dan diberi tanda Panjang kondisi subjek terdiri
(+) jika membaik, (-) jika menurun, dan dari 5 sesi. Banyaknya perolehan
(=) jika tidak ada perubahan.
skor/nilai yang didapat rata-rata mean
Analisis antar kondisi, (1) jumlah
(mean level) sebesar 1,4 dan batas atas
variabel yang diubah dari kondisi baseline
1,72 serta batas bawah 1,08 dengan
(A) ke intervensi (B) adalah 1, perubahan
kreteria stabilitas 15%. Dengan data
kecenderungan dan efeknya, yaitu dengan
tersebut jika dilihat grafik skor/nilai
mengambil data pada analisis dalam
kondisi. (3) perubahan stabilitas, yaitu yang berada di antara mean level, batas
perbandingan antara fase baseline (A) dan atas dan batas bawah sebanyak 60%.
fase intervensi (B). (4) perubahan level, Dengan hasil kecenderungan stabilitas
menentukan data point pada kondisi (trend menaik) baseline (A) sebesar
baseline (A) pada sesi terakhir (3) dan 60% maka dapat dikatakan bahwa
sesi pertama pada kondisi intervensi (B), kondisi baseline trend nya bervariabel.
setelah itu menghitung selisih antara Berdasarkan estimasi
keduanya, setelah itu menentukan tanda kecenderungan arah subjek terjadi
(+) jika membaik dan (-) jika menurun. kestabilan pada kondisi baseline. Jika
(5) Data overlap pada fase baseline dan dilihat pada estimasi kecenderungan
intervensi ditentukan dengan cara: arah tersebut, maka jejak data pada
melihat kembali batas atas (1,72) dan kondisi baseline juga mengalami
batas bawah (1,08) pada kondisi baseline, keadaan yang bervariabel. Dilihat dari
selanjutnya menghitung banyaknya data level stability dan rentang jika dilihat
point pada kondisi intervensi (B) yang pada kondisi baseline datanya variabel
17
Volume I, No. 2 Januari 2018

dengan trend 60% dengan rentang nilai dengan nilai rentang nilai antara 4 sampai
antara 4 sampai dengan 5. Pada level dengan 5, pada kondisi intervensi
perubahan mengalami perubahan karena datanya stabil dengan trend sebesar
perolehan skor/nilai pada kondisi 80% dengan rentang nilai 6 sampai
baseline diawal sesi mendapat 3 dan dengan angka 15. Pada Level
diakhir sesi mendapat 2 sehingga level Perubahan kondisi intervensi terjadi
perubahan mengalami kenaikan. perubahan penurunan yang ditandai
dengan level perubahan bernilai
Kondisi Intervensi (B) negatife (-5).
Kondisi subjek diberikan Terapi Applied – Behaviour –
treatment/perlakuan sebanyak 15 sesi. Analysis (ABA) melalui pendekatan
Subjek diberikan intervensi berupa Antecedent – Behaviour – Consequence
memberikan contoh dengan
(A-B-C) merupakan salah satu model
menggunakan bahasa reseptif. Pada
terapi dengan pendekatan untuk
kondisi ini didapatkan perolehan
meningkatkan kepatuhan kepada siswa
skor/nilai. Dengan skor yang telah didapat
Down Syndrome.
dengan menggunakan kreteria stbilitas
Penelitian ini menemukan
15% diketahui mean 1,2 dan batas atas
perubahan kecenderungan arah data
sebanyak 1,95 sedangkan batas bawah
sebesar 0,90. Melalui data tersebut skor yang cenderung negatif, persentase
yang berada diantara mean level, batas overlap sebesar 17,78% yakni menjadi
atas dan batas bawah sebanyak 80%. bukti kuat bahwa terapi Applied –
Hasil trend stability intervensi sebesar Behaviour – Analysis (ABA) melalui
80% maka dapat dikatakan bahwa pada pendekatan Antecedent – Behavior –
kondisi intervensi data stabil. Consequence (A-B-C) dapat
Berdasarkan estimasi meningkatkan kepatuhan siswa Down
kecenderungan arah yaitu cara Syndrome kelas 2 di SLB ABCD PGRI
memperkirakan titik garis apakah naik, Kalipuro. Pengaruh penerapan
turun atau datar pada kondisi intervensi penggunaan terapi Applied – Behaviour
melalui pengamatan garis biru pada – Analysis (ABA) melalui pendekatan
grafik estimasi kecenderungan arah Antecedent – Behavior – Consequence
digunakan metode belah dua (Split (A-B-C) akan nampak jelas apabila
Middle). grafik.3 diamati. Sesuai dengan analisis
Secara umum subjek terjadi pada data yang di paparkan, dalam
kondisi kenaikan diawal kondisi meningkatkan kepatuhan siswa Down
intervensi dan pada akhirnya data Syndrome yang dilakukan secara bertahap
mengalami penurunan di akhir sesi dan apabila kegiatan intervensi dilakukan
intervensi, keadaan ini dideskripsikan dari secara intensif, teratur dan konsisten.
hasil pengamatan grafik tersebut. Pada Satu-satunya yang menjadi batasan
level stabilitas dan rentang sebagaimana intervensi adalah target behavior yang
telah dihitung, pada kondisi baseline ingin dicapai, maka dengan hal ini akan
datanya variabel dengan trend 60% terjadi pola pembiasaan pada anak.
18
Volume I, No. 2 Januari 2018

PENUTUP kembali karena penelitian ini mengacu


Simpulan pada Single Subjek Research (SSR) yang
dilakukan pada sekali penelitian. (2) Bagi
Berdasarkan analisis data dapat
sekolah yang memiliki siswa
disimpulkan bahwa Terapi Applied –
berkebutuhan khusus khususnya subjek
Behaviour – Analysis (ABA) melalui
Down Syndrome dapat dijadikan acuan
pendekatan Antecedent – Behaviour –
untuk melakukan terapi ABA dengan
Consequence (A-B-C) dapat
penelitian ini. (3) Bagi Guru yang ingin
mempengaruhi peningkatan kepatuhan
menerapkan metode terapi ABA dengan
siswa Down Syndrome kelas 2 SDLB Subjek Down Syndrome, penelitian ini
ABCD PGRI Kalipuro Semester Genap juga dapat dijadikan sebagai acuan untuk
Tahun Ajaran 2014/2015. membuat metode terapi ABA
Pengukuran yang menggunakan selanjutnya dengan gangguan pada
latensi pada penelitian ini dan analisis kepatuhan perilakunya. (4) Bagi Orang
visual dalam kondisi dan antar kondisi Tua yang memiliki anak dengan
memperoleh hasil, yaitu mengalami berkebutuhan Down Syndrome
penurunan (membaik) setelah diberikan penelitian ini dapat dijadikan sebagai
intervensi yang intensif dan teratur pedoman untuk melakukan terapi ABA
sesuai dengan jadwal. dengan intervensi perlakuan kepatuhan
Pada analisis antar kondisi perilaku pada subjek. (5) Bagi
didapatkan hasil perhitungan bahwa Mahasiswa yang mengambil Program
perubahan level (-5) dan persentase Studi Pendidikan Luar Biasa pada
overlap perbandingan kondisi baseline khususnya, penelitian ini dapat
dan intervensi yaitu 17,78%, maka hal dijadikan refrensi untuk menangani
ini membuktikan adanya penurunan anak berkebutuhan khusus khususnya
pada latensi kepatuhan terhadap subjek Down Syndrome yang memiliki
instruksi. Hal ini membuktikan bahwa gangguan pada perilakunya, untuk
dengan menggunakan terapi Applied – memodifikasi kepatuhannya. (6) Bagi
Behaviour – Analysis (ABA) melalui Peneliti selanjutnya dapat dijadikan
pendekatan Antecedent – Behavior – sebagai refrensi dan acuan untuk
Consequence (A-B-C) terhadap membuat metode terapi ABA dengan
peningkatan kepatuhan siswa Down subjek Downn Syndrome.
Syndrome dapat dimodifikasi
perilakunya agar mematuhi instruksi. DAFTAR PUSTAKA
Saran Ali, M. (2015). Teknik Analisis
Kuantitatif. [Online]. Diakses
Berdasarkan hasil penelitian
dari
yang telah dilaksanakan serta
http://staff.uny.ac.id/sites/defaul
kesimpulan yang telah diuraikan
t/f
sebelumnya, maka saran yang diajukan iles/pendidikan/Ali%20Muhson,
sebagai berikut: (1) Penelitian ini
tidak dapat digeneralisasikan
19
Volume I, No. 2 Januari 2018

%20S.Pd.,M.Pd./Analisis%20K
ua ntitatif.pdf.

Heryati, Euis. (2005). Layanan


Pendidikan Autis. [Online].
Diakses
darihttp://file.upi.edu/Direktori/
FIP/JUR._PEND._LUAR_BIAS
A/197710132005012-
EUIS_HERYATI/Layanan_pen
dk
.Autis_%5BCompatibility_Mod
e %5D.pdf.

Juang S. Dkk. (2005).


Pengantar
Penelitian Dengan Subyek
Tunggal. Japan: Center for
Research on International
Cooperation in Education
Development (CRICED)
University of Tsukuba, Japan
Student Service Organization
(JASSCO).

Maman, A. (1985). Mengenal Anak Luar


Biasa. [Online].
http://file.upi.edu/Direktori/FIP/J
UR._PEND._LUAR_BIASA/195
706131985031MAMAN_ABDU
RAHMAN_SA
EPUL_R/MENGEANAL_ANK_
_LUAR__BIASA.pd
20
Volume I, No. 2 Januari 2018
PRODI. PENDIDIKAN LUAR BIASA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
IKIP PGRI JEMBER
Sekretariat: Jl. Jawa No. 10 Tegal Boto Jember
Telepon (0331) 335827 Fax 0331 335977
http://openjurnal.ikipjember.ac.id/index.php/speed_journal

ISSN: 2580-6041

Anda mungkin juga menyukai