Anda di halaman 1dari 21

PARAMETER KUNCI AIR BERSIH

PH (DERAJAT KEASAMAN)

1. Definisi parameter tersebut


Derajat keasaman (pH) merupakan logaritma negatif dari konsentrasi ion-ion
hidrogen yang terlepas dalam suatu cairan dan merupakan indikator baik buruknya suatu
perairan. pH suatu perairan merupakan salah satu parameter kimia yang cukup penting
dalam memantau kestabilan perairan (Simanjuntak, 2009). Variasi nilai pH perairan
sangat mempengaruhi biota di suatu perairan. Selain itu, tingginya nilai pH sangat
menentukan dominasi fitoplankton yang mempengaruhi tingkat produktivitas primer
suatu perairan dimana keberadaan fitoplankton didukung oleh ketersediaanya nutrien di
perairan laut (Megawati et al., 2014). Nilai pH yang ideal bagi perairan adalah 7 – 8,5.
Kondisi perairan yang sangat basa maupun sangat asam akan membahayakan
kelangsungan hidup organisme karena akan mengganggu proses metabolisme dan
respirasi.
2. Faktor yang mempengaruhi
Berikut ini adalah faktor-faktor yang mempengaruhi pH air:
 Konsentrasi CO2 dalam air
Karbon dioksida (CO2) yang terlarut dalam air misalnya yang sering terjadi
akhir-akhir ini akibat kadar CO2 di atmosfer yang tinggi sehingga menyebabkan
naiknya konsentrasi ion hidrogen (H+) yang bisa menurunkan pH air. Selain itu,
aktivitas fotosintesis dan respirasi biota laut dapat mempengaruhi kadar
CO2. Aktivitas fotosintesis di siang hari membutuhkan karbon dioksida (CO 2)
sehingga pH air pada siang hari akan naik, sedangkan pada proses respirasi oleh
semua makhluk hidup yang terjadi akan melepaskan karbon dioksida (CO2)
sehingga pH air akan turun.
Air (H2O) berikatan dengan CO2 membentuk asam karbonat. Asam karbonat
termasuk golongan asam lemah. Asam karbonat (H2CO3) akan terdisosiasi seperti
yang ditunjukkan di bawah ini sehingga Ion hidrogen (H +) yang terbentuk
menurunkan nilai pH air.
CO2+ H2O  →   H2CO3
H2CO3 → H+ + HCO3– →  2H+ + CO32-

 Konsentrasi karbonat (CO32-) dan bikarbonat (HCO3–)


Ion karbonat dan bikarbonat termasuk golongan basa. Untuk mengetahui
hubungannya dengan asam karbonat, dapat dilihat dalam reaksi kesetimbangan
berikut ini.

Ion bikarbonat merupakan basa konjugat dari asam karbonat dan asam
konjugat dari ion karbonat. Bikarbonat sendiri adalah alkalis atau merupakan basa
yang terdapat di perairan. Meningkatnya konsentrasi Ion karbonat dan bikarbonat
menyebabkan pH naik menjadi basa. Keberadaannya juga dapat ditemukan dalam
batu dan juga berkaitan dengan siklus karbon.

 Proses dekomposisi bahan organik dan DIC (konsentrasi Dissolved Inorganic


Carbon) di dasar perairan
Proses dekomposisi atau pembusukan bahan organik yang terdapat di
perairan dapat mempengaruhi pH air. Bahan organik yang berupa kumpulan
senyawa organik dari makhluk hidup mengandung unsur karbon (C). Senyawa
organik umumnya tidak stabil dan mudah teroksidasi menjadi CO 2 dan H2O.
Selain menyebabkan berkurangnya kadar oksigen, juga dapat menurunkan pH air
menjadi asam. Kandungan karbon anorganik terlarut dapat meningkatkan ion
hidrogen sehingga pH air juga akan rendah atau menjadi asam. Bahan organik
tersebut dapat berasal dari aliran sungai yang dipengaruhi oleh daratan di
sekitarnya.
 Suhu atau temperature
Intensitas cahaya matahari dapat meningkatkan suhu permukaan air.
Penelitian tentang kondisi keasama (pH) laut Indonesia yang dilakukan oleh
Safitri dan Mutiara dari Kelompok Keahlian Oseanografi, ITB menyatakan
temperatur air laut yang relatif lebih rendah meningkatkan kelarutan CO 2 yang
bisa menurunkan pH air. Mereka menambahkan, kondisi temperatur rendah juga
akan membuat konsentrasi DIC (dissolved inorganic carbon) tinggi, sehingga pH
air laut akan turun. Suhu atau temperatur ini berkaitan dengan kondisi musim
yang terjadi di perairan tersebut.Jadi, nilai pH merupakan faktor penting yang
mempengaruhi produktifitas perairan. Namun, pH sendiri dapat mengalami
perubahan akibat faktor-faktor yang mempengaruhi pH air seperti suhu,
konsentrasi senyawa organik dan anorganik, konsentrasi karbonat dan bikarbonat,
serta konsentrasi CO2 dalam air .
3. Cara mengukur dan alat yang dipakai
Berikut adalah beberapa jenis alat ukur pH air yang bisa kita gunakan untuk
mengukur tingkat keasaman suatu larutan.
 Kertas Lakmus Merah dan Biru
Kertas lakmus merah dan biru merupakan
salah satu alat untuk mengetahui tingkat keasaman
suatu larutan.Bisa dikatakan kertas lakmus adalah alat
ukur PH yang paling sederhana dan cara
menggunakannya pun cukup mudah.Hanya dengan
mencelupkannya ke dalam larutan yang ingin diuji,
kemudian kertas akan berubah warna.Warna kertas
lakmus akan berbeda pada larutan asam, larutan basa,
dan larutan netral.Kertas lakmus merah akan berwarna
merah jika berada dalam larutan asam dan netral, namun akan berwarna biru jika
berada dalam larutan basa.Sedangkan kertas lakmus biru akan berwarna biru dalam
larutan basa dan netral, namun akan berwarna merah dalam larutan asam.
 PH Meter Digital
PH meter digital memiliki keunggulan
dibandingkan dengan alat pengukur PH
lainnya, yaitu bisa menunjukkan nilai PH
secara teliti.Alat ukur PH ini banyak
digunakan untuk alat pengukur PH air
aquarium atau pada sistem instalasi
hidroponik.Cara menggunakannya pun
sangat mudah. Cukup dengan mencelupkan
ujung PH meter, kemudian akan muncul
angka pada alat tersebut.Angka itulah yang digunakan untuk menentukan tingkat
keasaman air. Cara mengukur PH air minum juga bisa menggunakan PH meter
digital.Mengukur nilai pH air menggunakan PH meter digital dapat melalui langkah –
langkah berikut:
- Mengambil sampel air yang akan diuji
- Menekan tombol “On” pada PH meter.
- Memasukkan PH meter ke dalam sampel air
- PH meter akan menunjukkan angka pada display digital
 Indikator Alami
Cara mengukur PH air tanpa alat yaitu
dengan menggunakan indikator alami yang
diperoleh dari jenis tanaman tertentu.Misalnya
saja seperti bunga sepatu, kubis ungu, kulit buah
manggis, dan kunyit. Tanaman-tanaman tersebut
di ekstrak, kemudian hasil ekstraknya di teteskan
pada larutan yang diuji.Tanaman-tanaman yang
digunakan untuk indikator pH memiliki sifat yang berbeda dalam menunjukkan
perubahan warna.Misal, jika menggunakan indikator bunga sepatu akan menunjukkan
warna merah jika larutan asam dan netral. Lalu akan berwarna kuning kehijauan jika
larutan basa.Berbeda jika menggunakan indikator kunyit, yaitu akan menunjukkan
warna kuning jika larutan asam dan netral, serta akan berwarna merah jika larutan
basa.
4. Standar nilainya sesuai peraturan

Batas pH yang memenuhi SNI 06-6989.11- 04 adalah 6,5– 8,5. Jika di bawah 7 termasuk
asam dan jika di atas 7 termasuk basa

SUHU
1. Definisi parameter tersebut
Suhu perairan merupakan salah satu faktor yang amat penting bagi kehidupan
organisme di perairan. Suhu merupakan salah satu faktor eksternal yang paling mudah
untuk diteliti dan ditentukan. Aktivitas metabolisme serta penyebaran organisme air
banyak dipengaruhi oleh suhu air (Nontji, 2005). Suhu juga sangat berpengaruh terhadap
kehidupan dan pertumbuhan biota air, suhu pada badan air dipengaruhi oleh musim,
lintang, waktu dalam hari, sirkulasi udara, penutupan awan dan aliran serta kedalaman
air. Suhu perairan berperan mengendalikan kondisi ekosistem perairan. Peningkatan suhu
menyebabkan peningkatan dekomposisi bahan organik oleh mikroba (Effendi, 2003).
Kenaikan suhu dapat menyebabkan stratifikasi atau pelapisan air, stratifikasi air ini dapat
berpengaruh terhadap pengadukan air dan diperlukan dalam rangka penyebaran oksigen
sehingga dengan adanya pelapisan air tersebut di lapisan dasar tidak menjadi anaerob.
Perubahan suhu permukaan dapat berpengaruh terhadap proses fisik, kimia dan biologi di
perairan tersebut (Kusumaningtyas et al., 2014)
2. Faktor yang mempengaruhi
Suhu dipengruhi oleh faktor eksternal antara lain cuaca, angin dan arus. Perubahan
pola arus yang mendadak juga dapat menurunkan nilai suhu air (Pond & Pickard, 1978).
3. Cara mengukur dan alat yang dipakai
Hanna HI 991300
Dengan alat ini dalam satu alat dapat mengukur
PH, kualitas air, elektro-konduktivitas, total
padatan terlarut, serta suhu air sekaligus. Anda
dapat melakukan pengukuran hanya dengan dua
tombol yang tersedia, di mana Anda dapat
memilih untuk aneka buffer kaibrasi serta skala
pada suhu ° C atau ° F.

4. Standar nilainya sesuai peraturan


permenkes No.416/MENKES/PER/IX/1990 tentang persyaratan kualitas air bersih adalah
sebagai sebagi berikut: suhu air bersih sebaiknya sama dengan suhu udara atau kurang
lebih 25o c, dan apabila terjadi perbedaan maka batas yang diperbolehkan adalah 25o ±
3o c

DAYA HANTAR LISTRIK

1. Definisi parameter tersebut


Dipengaruhi oleh jumlah ion atau garam yang terlarut di dalam air. Semakin banyak
garam yang terlarut semakin tinggi daya hantar listrik yang terjadi. DHL merupakan
pengukuran tidak langsung terhadap konsentrasi garam yang dapat digunakan untuk
menentukan secara umum kesesuaian air untuk budidaya tanaman dan untuk memonitor
konsentrasi larutan hara. Pengukuran DHL dapat digunakan untuk mempertahankan
target konsentrasi hara di zona perakaran yang merupakan alat untuk menentukan
pemberian larutan hara kepada tanaman. Satuan pengukuran DHL adalah millimhos per
centimeter (mmhos/cm), millisiemens per centimeter (mS/cm) atau microsiemens per
centimeter (Susila dan Poerwanto, 2013).

2. Faktor yang mempengaruhi


 Jumlah Ion yang Ada
Daya hantar listrik larutan elektrolit dipengaruhi oleh banyaknya ion-ion
yang terdapat didalam larutan tersebut. Jumlah ion yang ada tergantung dari jenis
elektrolit (kuat/lemah) dan konsentrasi selanjutnya pengenceran baik untuk elektrolit
lemah/kuat memperbesar daya hantar dan mencapai harga maksimum pada
pengenceran tak berhingga. Semakin banyak jumlah ion yang ada dalam larutan maka
semakin besar daya hantar listriknya dan sebaliknya.
 Kecepatan Ion pada Beda Potensial antara Kedua Elektroda yang Ada
Perpindahan muatan listrik dapat terjadi bila terdapat beda potensial antara
satu tempat terhadap yang lain, dan arus listrik akan mengalir dari tempat yang meiliki
potensial tinggi ke tempat potensial rendah. Didalam suatu larutan, terjadinya arus
listrik dikarenakan adanya ion yang bergerak.Adapun faktor-faktor yang
mempengaruhi kecepatan ion adalah:
- Berat dan muatan ion
- Adanya hidrasi
- Orientasi atmosfer pelarut
- Gaya tarik antar ion
- Temperatur
- Viskositas
Jika larutan diencerkan maka untuk elektrolit lemah α-nya semakin besar dan
untuk elektrolit kuat gaya tarik antar ion semakin kecil. Pada pengenceran tidak
terhingga, daya hantar ekivalent elektrolit hanya tergantung pada jenis ionnya.
Masing-masing ion mempunyai daya hantar ekivalent yang berbeda.Dalam penghantar
ini disebabkan oleh gerakan dari ion-ion kutub satu ke kutub lainnya. Berbeda dengan
penghantar logam, penghantar elektrolit tahanannya berkurang bila temperatur naik.
 Konsentrasi Larutan
Pada larutan encer, ion-ion dalam larutan tersebut mudah bergerak sehingga
daya hantarnya semakin besar. Pada larutan yang pekat, pergerakan ion lebih sulit
sehingga daya hantarnya menjadi lebih rendah.Daya hantar ekuivalen didefenisikan
sebagai daya hantar satu gram ekuivalen suatu zat terlarut diantara 2 elektroda dengan
jarak kedua elektroda 1 cm. Daya hantar ekuivalen pada larutan encer diberi symbol
“0” yang harganya tertentu untuk setiap ion.
Konduktivitas molar elektrolit tidak tergantung pada konsentrasi. Jika K tepat
sebanding dengan konsentrasi elektrolit. Walaupun demikian pada praktiknya,
konduktivitas molar bervariasi terhadap konsentrasi, salah satu alasannya adalah
jumlah ion dalam larutan mungkin tidak sebanding dengan konsentrasi larutan
elektrolit, misalnya konsentrasi ion dalam larutan asam lemah tergantung pada
konsentrasi asam secara rumit dan penduakalian konsentrasi nominal asam itu tidak
menduakalikan jumlah ion tersebut. Kedua, karena ion saling berinteraksi dengan
kuat, maka konduktivitas larutan tidak tepat sebanding dengan jumlah ion yang ada.
 Jenis Larutan
Berdasarkan sifat daya hantar listriknya, larutan dibagi menjadi dua yaitu
larutan elektrolit dan larutan non elektrolit. Sifat elektrolit dan non elektrolit
didasarkan pada keberadaan ion dalam larutan yang akan mengalirkan arus listrik.
Larutan elektrolit adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam pelarut (misalnya
air) akan menghasilkan larutan yang dapat menghantarkan arus listrik. Elektrolit
diklasifikasikan berdasarkan kemampuannya dalam menghantarkan arus listrik yaitu
elektrolit kuat dan elektrolit lemah. Suatu elektrolit dapat berupa asam, basa maupun
garam. Menurut Michael Faraday, elektrolit merupakan suatu zat yang dapat
menghantarkan listrik jika berada dalam bentuk larutan atau lelehannya. Dalam suatu
larutan elektrolit bila diberi dua batang elektroda inert dan diberi tegangan listrik
diantaranya, maka anion-anion akan bergerak ke elektroda negatif (katoda). Proses ini
merupakan fenomena transport seperti halnya yang terjadi dalam molekul gas adalah
adanya pengaruh medan listrik dan molekul pelarut. Analisis kimia yang didasarkan
pada daya hantar listrik berhubungan dengan pergerakan suatu ion didalam larutan ion
yang mudah bergerak mempunyai daya hantar listrik yang besar. Larutan non
elektrolit adalah larutan yang tidak dapat menghantarkan arus listrik. Hal ini ditandai
lampu tidak menyala pada alat uji elektrolit dan tidak terdapat gelembung gas pada
permukaan elektrodanya. Contohnya antara lain larutan gula, larutan UREA, larutan
alkohol dan sebagainya.Zat elektrolit yang memiliki daya hantar listrik sangat baik di
dalam larutan encernya (dilarutkan dalam air dalam jumlah sedikit) disebut sebagai
elektrolit kuat, sedangkan lautannya disebut sebagai larutan elektrolit kuat. Sedangkan
zat elektrolit yang memiliki daya hantar listrik yang kurang baik di dalam larutan
encernya disebut sebagai elektrolit lemah, dan larutannya disebut sebagai larutan
elektrolit lemah.
3. Cara mengukur dan alat yang dipakai

Konduktometer digunakan
Total Dissolve Solid (TDS) suatu larutan atau
cairan

Cara Kerja

- Hubungkan steker alat dengan kontak listrik


- Tekan tombol ON untuk menghidupkan alat
- Tekan tombol MODE lalu pilih conductivity mode
- Lepaskan penutup elektroda, kemudian bilas elektroda dengan akuades
- Masukkan elektroda ke dalam larutan KCL 0,01 N
- Tekan tombol CAL/MEAS pilih calibration mode tunggu sampai muncul
indikator READY pada layar lalu tekan tombol ENTER, tunggu sampai muncul
indikator DONE.
- Setalah kalibrasi selesai, bilas elektroda dengan akuades dan dilap dengan tisu
- Siapkan larutan sampel yang sudah homogen lalu masukkan elektroda ke dalam
larutan tersebut tunggu sampai muncul indikator READY, catat hasil pengukuran
tersebut.
- Setelah selesai pengukuran, bilas elektroda dengan akuades dan dilap dengan tisu
- Tutup kembali elektroda dengan penutup berisi larutan penyimpanan
- Tekan tombol OFF untuk mematikan alat
- Lepaskan steker alat dari kontak listrik
4. Standar nilainya sesuai peraturan
Batas maksimum DHL air minum adalah 1500 µ mhos/cm. Berdasarkan klasifikasi
Mandel (1981) jenis air tanah segar (fresh water) memiliki kisaran nilai DHL antara
30 – 2000 µS (Tabel ), apabila nilai DHL lebih dari 2000 µS maka dapat diindikasikan
telah terkontaminasi oleh air asin. Nilai daya hantar listrik berbagai jenis air (Mandel,
1981).
Jenis Air Nilai DHL (µS)
Air Destilasi 0,5 – 5
Air Hujan 5 – 30
Air tanah segar 30 – 2000
Air laut 45000 – 55000
Air garam > 90000 µS

ALKALINITAS

1. Definisi parameter tersebut


Alkalinitas adalah kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan
pH larutan atau dikenal dengan sebutan acid-neutralizing capacity (ANC) atau kuantitas
anion di dalam air yang dapat menetralkan kation hidrogen. Alkalinitas merupakan hasil
reaksi terpisah dalam larutan dan merupakan analisa makro yang menggabungkan
beberapa reaksi. Alkalinitas merupakan kemampuan air untuk mengikat ion positif
hingga mencapai pH 4,5.
Alkalinitas dalam air disebabkan oleh ion-ion karbonat (CO32-), bikarbonat (HCO3–),
hidroksida (OH–), borat (BO32-), fosfat (PO43-), silikat (SiO44-), ammonia, asam organik,
garam yang terbentuk dari asam organik yang resisten terhadap oksidasi biologis. Dalam
air alami, alkalinitas sebagian besar disebabkan adanya bikarbonat, karbonat, dan
hidroksida. Pada keadaan tertentu, keberadaan ganggang dan lumut dalam air
menyebabkan turunnya kadar CO2 dan HCO3– sehingga kadar CO32- dan OH– naik dan pH
larutan menjadi naik.

2. Faktor yang mempengaruhi

ion karbonat, bikarbonat,, hidroksida, borat, fosfat, silikat, ammonia, asam organik,
garam yang terbentuk dari asam organik yang resisten terhadap oksidasi biologis

3. Cara mengukur dan alat yang dipakai


Titrasi adalah alat untuk mengukur kadar
konsentrasi alkalinitas pada air dengan
mencampurkan beberapa volume larutan dan
beberapa volume larutan lain yang sudah
diketahui kadar konsentrasi alkalinitasnya atau
larutan baku.

Ada 2 jenis titrasi yang dapat kita gunakan untuk mengetahui kadar pH air, yaitu alkalimetri
(menentukan konsentrasi larutan asam
menggunakan larutan baku basa) dan asidimetri
(menentukan konsentrasi larutan basa menggunakan
larutan baku asam).

4. Standar nilainya sesuai peraturan

Standar baku mutu untuk perairan adalah nilai alkalinitas alami


tidak pernah melebihi 500 mg/liter CaCO3 menurut PP no 82 tahun 2001. Perairandengan
nilai alkalinitas yang terlalu tinggi tidak terlalu disukai oleh organismeakuatik karena
biasanya diikuti dengan nilai kesadahan yang tinggi atau kadargaram natrium yang tinggi

ASIDITAS
1. Definisi parameter tersebut
Asiditas adalah kapasitas kuantitatif air untuk bereaksi dengan basa kuat sehingga
menstabilkan pH hingga mencapai 8,3 atau kemampuan air untuk mengikat OH– untuk
mencapai pH 8,3 dari pH asal yang rendah. Semua air yang memiliki pH < 8,5
mengandung asiditas.Pada dasarnya, asiditas (keasaman) tidak sama dengan pH. Asiditas
melibatkan dua komponen, yaitu jumlah asam, baik asam kuat maupun asam lemah
(misalnya asam karbonat dan asam asetat), serta konsentrasi ion hidrogen. Menurut
APHA (1976) dalam Effendi (2003), pada dasarnya asiditas menggambarkan kapasitas
kuantitatif air untuk menetralkan basa sampai pH tertentu, yang dikenal dengan base-
neutralizing capacity (BNC); sedangkan Tebbut (1992) dalam Effendi (2003)
menyatakan bahwa pH hanya menggambarkan konsentrasi ion hidrogen.
Pada kebanyakan air alami, air buangan domestik, dan air buangan industri bersifat
buffer karena sistem karbondioksida-bikarbonat. Pada titrasi beberapa asam lemah, dapat
diketahui bahwa titik akhir stoikiometri dari asam karbonat tidak dapat dicapai sampai
pH sekitar 8,5. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa semua air yang memiliki pH <
8,5 mempunyai sifat asiditas. Biasanya titik akhir phenophtalein pada pH 8,2 sampai 8,4
digunakan sebagai titik referensi.
Dari titrasi terhadap asam karbonat dan asam kuat, diketahui bahwa asiditas dari air
alami disebabkan oleh CO2 yang merupakan agen efektif dalam air yang memiliki pH >
3,7 atau disebabkan oleh asam mineral kuat yang merupakan agen efektif dalam air
dengan pH < 3,7. Dapat dikatakan bahwa asiditas di dalam air disebabkan oleh
CO2 terlarut dalam air, asam-asam mineral (H2SO4, HCl, HNO3), dan garam dari asam
kuat dengan basa lemah.
Asiditas Total (Asiditas Phenophtalein)
Asiditas total merupakan asiditas yang disebabkan adanya CO 2 dan asam mineral.
Karbondioksida merupakan komponen normal dalam air alami. Sumber CO 2 dalam air
dapat berasal dari adsorbsi atmosfer, proses oksidasi biologi materi organik, aktivitas
fotosintesis, dan perkolasi air dalam tanah. Karbondioksida dapat masuk ke permukaan
air dengan cara adsorbsi dari atmosfer, tetapi hanya dapat terjadi jika konsentrasi
CO2 dalam air < kesetimbangan CO2 di atmosfer. Karbondioksida dapat diproduksi dalam
air melalui oksidasi biologi dari materi organik, terutama pada air tercemar. Pada
beberapa kasus, jika aktivitas fotosintesis dibatasi, konsentrasi CO2 di dalam air dapat
melebihi keseimbangan CO2 di atmosfer dan CO2 akan keluar dari air. Air permukaan
secara konstan mengadsorpsi atau melepas CO2 untuk menjaga keseimbangan dengan
atmosfer.
Air tanah dan air dari lapisan hypolimnion di danau dan reservoir biasanya
mengandung CO2 dalam jumlah yang cukup banyak. Konsentrasi ini dihasilkan dari
oksidasi materi organik oleh bakteri dimana materi organik ini mengalami kontak dengan
air dan pada kondisi ini CO 2 tidak bebas untuk keluar ke atmosfer. CO 2 merupakan
produk akhir dari oksidasi bakteri secara anaerobik dan aerobik. Oleh karena itu
konsentrasi CO2 tidak dibatasi oleh jumlah oksigen terlarut.
Asiditas Mineral (Asiditas Metil Orange)
Asiditas mineral merupakan asiditas yang disebabkan oleh asam mineral. Dapat juga
disebut asiditas metil orange karena untuk menentukan titik akhir titrasi digunakan
indikator metil orange untuk mencapai pH 3,7. Asiditas mineral di dalam air dapat
berasal dari industri metalurgi, produksi materi organik sintetik, drainase buangan
tambang, dan hidrolisis garam-garam logam berat.
Asiditas mineral terdapat di limbah industri, terutama industri metalurgi dan
produksi materi organik sintetik. Beberapa air alami juga mengandung asiditas mineral.
Kebanyakan dari limbah industri mengandung asam organik. Kehadirannya di alam dapat
ditentukan dengan titrasi elektrometrik dan gas chromatografi.
2. Faktor yang mempengaruhi
Asiditas dalam air disebabkan oleh karbondioksida (CO2) asam mineral. Adanya asiditas
dalam air ditunjukkan oleh PH air tersebut dibawah 8,5. Air yang dengan PH <4,5 hanya
mengandung asam mineral (kuat).
3. Cara mengukur dan alat yang dipakai

Alat dan Bahan

Alat

No Nama alat Spesifikasi Jumlah

1 Beaker gelas 100 mL 2


2 Beaker gelas 250 mL 2

3 Beaker gelas 600 mL 1

4 Pipet tetes - 2

5 Gelas ukur 100 mL 2

6 Corong Kaca 2

7 Kertas saring - Secukupya

8 Buret 50 mL 2

9 Klem & Statif Besi 2 pasang

10 Erlenmeyer 250 mL 2

11 Pipet ukur 25 mL 1

Bahan

No Nama bahan Spesifikasi Jumlah

1 NaOH 0,1 N Secukupnya

2 HCl 0,1 N Secukupnya

3 Sampel air Air sumur Secukupnya

4 Indikator PP Secukupnya

5 Indikator MO Secukupnya

V.            Prosedur Kerja
A.  Prosedur kerja Asiditas
1.         Ambil 100 mL sampel air, masukkan ke dalam labu Erlenmeyer 250 mL
2.         Tambahkan 5 tetes indikator phenolphthalein
3.         Titrasi dengan larutan standar NaOH  0,1 N sampai berwarna rose, catat volume
pemakaian NaOH, misalnya p mL.
4.         Lalu tambahkan 5 tetes indikator metil jingga.
5.         Titrasi kembali dengan larutan standar HCl  0,1 N sampai terjadi perubahan
warna menjadi jingga merah. Catat volume pemakaian HCl, misalnya q mL.

4. Standar nilainya sesuai peraturan


Asiditas
adalah kapasitas kuantitatif air untuk bereaksi dengan basa kuat sehingga menstabilkan p
H hingga mencapai 8,3 atau kemampuan air untuk mengikat OH. Untuk mencapai pH 8,3
dari pH asal yang rendah. Semua air yang memiliki pH <8,5 mengandung asiditas. Pada
dasarnya, asiditas (keasaman) tidak sama dengan pH. Asiditas melibatkan dua komponen,
yaitu jumlah asam, baik asam kuat maupun asam lemah (misalnyaasam karbonat dan asa
m asetat), serta konsentrasiion hidrogen. Menurut APHA (1976) dalam Effendi (2003),
pada dasarnya asiditas menggambarkan kapasitas kuantitatif air untuk menetralkan
basa sampai pH tertentu, yang dikenal dengan base-neutralizing capacity

KLOR BEBAS

1. Definisi parameter tersebut

Klor bebas adalah hasil dari sisa pembubuhan desinfektan berupa klorin yang merupakan
salah satu proses dari pengolahan air minum. Pengujian parameter klor bebas dilakukan
dengan metode titrasi Iodometri dengan Na2S2O3 sebagai titran dan amilum sebagai
indikator warnanya. Untuk menghitung kadar nilai kadar klor bebas dibutuhkan volume
titran untuk menitrasi sampel dan blanko.

2. Faktor yang mempengaruhi


 jumlah dan jenis klorin yang digunakan
 waktu kontak
 suhu
 jenis serta konsentrasi mikroba.
3. Cara mengukur dan alat yang dipakai

Alat Ukur Kadar Klorin AMT26R merupakan sebuah alat


ukur yang berfungsi untuk mendeteksi kadar klorin yang
terkandung dalam air. Klorin atau yang sering disebut
dengan kaporit ini berguna untuk membunuh kuman dan
bakteri, akan tetapi klorin juga memiliki dampak negatif
terhadap kesehatan apabila dipakai secara berlebihan. Hasil
pengukuran menggunakan alat ini dapat lebih dipercaya
karena telah banyak dibuktikan untuk melakukan penelitian pada sebuah laboratorium. Alat
ini telah dilengkapi dengan indikator baterai lemah, dan akan mati secara otomatis setelah
10 menit tidak digunakan.

4. Standar nilainya sesuai peraturan


PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32
TAHUN 2017
TENTANG
STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERSYARATAN
KESEHATAN AIR UNTUK KEPERLUAN HIGIENE SANITASI, KOLAM
RENANG,
SOLUS PER AQUA, DAN PEMANDIAN UMUM

 Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu Kesehatan Lingkungan untuk


media Air Kolam Renang :
Sisa Khlor bebas
 mg/l 1-1,5 Kolam beratap/ tidakberatap
 mg/l 2-3 Kolam panas dalamruangan

 Parameter Kimia dalam Standar Baku Mutu KesehatanLingkungan untuk


Media Air SPA
Sisa Khlor bebas
 mg/l Minimum 1 SPA biasa
 mg/1 Minuman 2-3SPA panas
OKSIGEN TERLARUT

1. Definisi parameter tersebut


Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah total jumlah oksigen yang ada
(terlarut) di air. DO dibutuhkan oleh semua jasad hidup untuk pernapasan, proses
metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian menghasilkan energi untuk pertumbuhan
dan pembiakan. Disamping itu, oksigen juga dibutuhkan untuk oksidasi bahan-bahan
organik dan anorganik dalam proses aerobik. Umumnya oksigen dijumpai pada lapisan
permukaan karena oksigen dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut berdifusi ke
dalam air laut (Hutabarat dan Evans, 1985). Kebutuhan organisme terhadap oksigen
terlarut relatif bervariasi tergantung pada jenis, stadium dan aktifitasnya (Gemilang et al.,
2017).
Hasil pengukuran DO pada stasiun pengamatan cukup bervariasi berkisar antara 5,1
– 5,6 mg/l. Pada setiap stasiun pengambilan data, nilai DO yang diperoleh menandakan
perairan dalam kondisi sangat baik, dan masih memenuhi standar baku mutu air laut
dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 51 tahun 2004 untuk kehidupan
biota laut dengan nilai DO >5 mg/l, sehingga konsentrasi DO di perairan Depapre masih
tergolong masih sesuai untuk biota laut. DO perairan Depapre bisa dikatakan masih lebih
baik untuk mendukung kehidupan biota laut dimana pada setiap stasiun pengamatan
masih memenuhi baku mutu bila dibandingkan dengan hasil penelitian di perairan Papua
yang dilaporkan oleh Erari et al. (2012) dan Silalahi et al. (2017) dimana pada beberapa
stasiun pengamatan menunjukkan konsentrasi DO perairan laut di bawah baku mutu
untuk biota laut.
Menurut Subarijanti (2005) dalam Kadim et al. (2017), kandungan oksigen dalam air
yang ideal adalah antara 3 – 7 mg/l. Konsentrasi DO yang lebih tinggi pada stasiun 1 dan
2 (5,6 mg/l) kemungkinan disebabkan karena pada kedua stasiun pengukuran tersebut
terdapat biota vegetasi laut (lamun) yang cukup banyak. Kondisi tersebut sesuai dengan
pernyataan Salmin (2005) bahwa sumber utama oksigen dalam suatu perairan berasal
hasil fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan tersebut, selain dari proses difusi
dari udara bebas. Kandungan DO pada suatu perairan sangat berhubungan dengan tingkat
pencemaran, jenis limbah dan banyaknya bahan organik di suatu perairan. Oleh karena
itu, berdasarkan konsentrasi DO yang diperoleh, maka dapat disimpulkan bahwa dari
nilai DO perairan laut Depapre tergolong dalam kategori tingkat pencemaran rendah
dengan nilai DO >5 mg/l (Wirosarjono, 1974 dalam Salmin, 2005).
2. Faktor yang mempengaruhi
- Difusi udara bebas dari atmosfer
- Fotosintesis organisme yang hidup dalam perairan
- Kedalama titik
- Pergerakan air permukaan
- Adanya injeksi oksigen (aerator)
3. Cara mengukur dan alat yang dipakai
DO (Dissolve Oxygen)
Meter digunakan untuk mengukur kadar
oksigen di dalam air atau di dalam suatu
larutan dengan sistem digital. Kadar
oksigen dalam air dipengaruhi oleh
beberapa faktor, seperti kandungan
berbagai macam zat organik dan suhu
udara. Kualitas air dapat dikatakan baik jika
memiliki Dissolve Oxygen yang tinggi dan
dapat dikatakan buruk jika memiliki
Dissolve Oxygen yang rendah.

4. Standar nilainya sesuai peraturan

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 32


TAHUN 2017

TENTANG

STANDAR BAKU MUTU KESEHATAN LINGKUNGAN DAN PERSYARATAN


KESEHATAN AIR UNTUK KEPERLUAN HIGIENE SANITASI, KOLAM
RENANG,

SOLUS PER AQUA, DAN PEMANDIAN UMUM

 Standar Baku Mutu Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen) : ≥4 mg/l ≥ 80 % saturasi


(jenuh)
DAFTAR PUSTAKA

 Juju. (2012). Parameter Fisik-Kimia-Biologi Penentu Kualitas Air. Tersedia di


https://jujubandung.wordpress.com/2012/06/08/parameter-fisika-kimia-biologi-penentu-
kualitas-air-2/[diakses 18/2/2020]
 Maslina, Lidia. (2018). Faktor yang Mempengaruhi pH Air dan Contohnya. Tersedia
dihttps://materiipa.com/faktor-yang-mempengaruhi-ph-air. [diakses 19/3/2020]
 Agustya. (2016). Faktor Yang Mempengaruhi Daya Hantar Listrik. Tersedia di
https://akhmadawaludin.web.ugm.ac.id/faktor-yang-mempengaruhi-daya-hantar-listrik/[
diakses 19/3/2020]
 P,Agung. (2020). Jenis – Jenis Alat Ukur PH Air dan Cara Menggunakannya. Tersedia
di https://serviceacjogja.pro/alat-ukur-ph-air/ [diakses 19/3/2020]
 Rohmat Ismail. (2018). http://rohmatchemistry.staff.ipb.ac.id/2018/04/29/alat-
konduktometer-alat-pengukur-daya-hantar-listrik-pada-larutan-dalam-kegiatan-
penelitian-dan-praktikum-di-laboratorium/
 file:///C:/Users/user/Downloads/18011-49451-2-PB.pdf
 https://media.neliti.com/media/publications/271768-kualitas-air-irigasi-ditinjau-dari-
param-79a42a1c.pdf
 https://id.wikipedia.org/wiki/Klor
 http://akuwewete.blogspot.com/2012/07/klorinasi.html

https://media.neliti.com/media/publications/159571-ID-none.pdf
https://www.kucari.com/alat-ukur-kualitas-air/
https://www.academia.edu/31961465/TUGAS_KUALITAS_AIR
file:///C:/Users/Lenovo%20G485/Downloads/Pedoman%20Praktikum%20Pengelolaan%20Kualitas
%20Air%20T%20Sipil%20UM%20Sorong%20(1).pdf
https://www.academia.edu/9843883/Alkalinitas_Air
http://repositori.usu.ac.id/bitstream/handle/123456789/4430/142401010.pdf?
sequence=1&isAllowed=y
https://analisisairdanmineralarmilah16.blogspot.com/2015/03/penetapan-asiditas-dan-
alkalinitas.html

Anda mungkin juga menyukai