Anda di halaman 1dari 6

85

PERBANDINGAN KUALITAS ORGANOLEPTIK DAGING ITIK

YANG DIPELIHARA SECARA INTENSIF DAN NON INTENSIF

Penulis: Wahyuni Nasution, Zunaedi Arrasyid Siregar, Alpin Saputra, Wahid Khasim

Mahasiswa Peternakakn, Fakultas Sains dan Teknologi

Univwesitas Muhammadiyah Tapanuli Selatan, Padangsidimpuan

ABSTRAK

ini bertujuan uji organoleptik daging itik intensif dan non intensif Hasil yang di dapat pada
penelitian organoleptik yaitu mutu hedonik intensif dan non intensif penampilan umum mutu
hedonik intensif penilaian panelis memiliki rata-rata scor 1 (tidak anyir) untuk penilaian warna
rata-rata skor warna 1(merah pucat) hal tersebut tidak berbeda nyata (p>0.05) pada pengujian
keempukan rata-rata skor 1,2 ( lunak dan kenval) hal tersebut tidak berbeda nyata Sedangkan
pada pengujian mutu hedonik non intensif penilaian panelis memilikki rata-rata skor 1.1.1
(aroma, warna, keempukan hal tersebut tidak berbeda nvata. Kesimpulan penelitian ini adalah
hasil pengujian organoleptik mutu hedonik intensif dan non intensif terhadap daging itik yang
dipelihara secara intensif dan non intensif semua perlakuan masih berada pada kisaran skor 1

Kata Kunci: Daging Itik intensif dan Non Intensif mutu hedonik

ABSTRACT

This aims at organoleptic tests of intensive and non-intensive duck meat. The results obtained in
the organoleptic study were intensive and non-intensive hedonic quality. Intensive hedonic
quality. (pale red) this was not significantly different (p> 0.05) on the tenderness test the average
score was 1.2 (soft and firm). (Aroma, color, tenderness, these did not differ significantly. The
conclusion of this study is that the results of organoleptic testing of intensive and non-intensive
hedonic quality of duck meat which were reared intensively and non-intensively, all treatments
were still in the range of score 1

Keywords: Intensive and Non-intensive duck meat hedonic quality


PENDAHULUAN

Daging adalah satu atau sekelompok otot yang mengalami perubahanperubahan biokimia
dan biofisik setelah ternak disembelih (Abustam, 2012).

Itik merupakan jenis unggas yang banyak dimanfaatkan dan dikembangkan oleh
masyarakat Indonesia. Itik dipelihara untuk tujuan diambil daging dan telurnya sebagai penghasil
sumber protein hewani (Rohmah et al. 2016). Perbedaan dari sistem pemeliharaan intensif dan
semi intensif adalah tempat pemeliharaan dan pemenuhan kebutuhan pakan itik. Pakan sangat
mempengaruhi pertumbuhan dan produksi itik. Protein diperlukan untuk pertumbuhan,
menggantikan jaringan tubuh, dan untuk pembentuk antibodi yang berguna untuk melawan
penyakit. Energi dibutuhkan untuk segala aktivitas tubuh dan apabila jumlahnya berlebih akan
disimpan dalam bentuk lemak (Suharno et al.. 2002).

Produksi karkas adalah salah satu indikator terpenuhinya kebutuhan nutrien itik. Semakin
tinggi produksi karkas menunjukkan bahwa pakan yang diberikan sudah memenuhi kualitas dan
kuantitas yang dibutuhkan itik (Pasang, 2016).permasalahannya bagaimana pengujian
organoleptik daging itik intensif dan non intensif bagian dada dan paha?

Tingginya tingkat kesukaan masyarakat terhadap daging itik merupakan modal dasar
untuk pengembangan jenis ternak ini. Pengembanga ternak itik dapat dilakukan dengan sistem
pemeliharaan intensif dan semi intensif. , itik dikandangkan pada malam hari hingga pagi hari
dengan pemberian pakan dikontrol dan air minum secara adlibitum, sedangkan pada siang
hingga sore hari tidak dikandangkan sehingga bebas mencari pakannya sendiri. Kondisi ini akan
mempengaruhi tingkat kualitas daging itik segar maupun daging itik olahan yang dihasilkan. Jika
kita lihat hubungan antara sistem pemeliharaan dengan kualitas daging yang dihasilkan, kedua
sistem pemeliharaan intensif dan semi intensif yang begitu berbeda, sistem pemeliharaan intensif
lebih terjamin manajemen pemberian pakannya dan sistem pemeliharaan semi intensif itik yang
dipelihara lebih mandiri dalam pencarian pakannya sehingga daging yang dihasilkan dari kedua
sistem pemeliharaan itik tersebut juga berbeda kualitas daging yang dihasilkan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kualitas organoleptik daging itik yang di
pemelihara secara intensif dan non intensif
manfaat penelitian ini adalah sebagai sumber informasi ilmiah baik untuk mahasiswa maupun
untuk masyarakat umum mengenai kualitas organoleptik yang di pemelihara secara intensif dan
non intensif

Metode Penelitian

Tempat dan waktu

panelitian ini telah dilaksanakan di laboratorium universitas muhammadiyah tapanuli


selatan(umts) panelitian ini dilaksanakan pada Tanggal 10 Juli 2023.

alat dan bahan

alat alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu piring, Sendok, sendok masak, kuali kompor.
bahan yang digunakan dalam penelitian Ini adalah air, danging itik intensif dan non intensif

rancangan penelitian.

rancangan Penelitian yang digunakan penelitian ini dilakukan dangan menggunakan metode
mutu hedonic dengan 3 Ulangan dan 2 perlakuan perlakuan yang diberikan yaitu intensif dan non
intensif dan ulangannya, aroma, rasa, dan keempukan pada bagian dada dan paha intensif dan
non intensif, penelitian ini memiliki panelis 10 orang dengan objek daging itik intensif dan non
intensif pada bagian dada dan paha

TABEL INTENSIF

PERLAKUAN ULANGAN
AROMA TIDAK ANYIR ANYIR SANGAT ANYIR
8 2

WARNA MERAH PUCAT MERAH CERAH MERAH GELAP


6 1 3

KEEMPUKA LUNAK KENYAL A LOT/ KERAS


N 5 4 2
TABEL NON INTENSIF

PERLAKUAN ULANGAN
AROMA TIDAK ANYIR ANYIR SANGAT ANYIR
1 7 2

WARNA MERAH PUCAT MERAH CERAH MERAH GELAP


1
9
KEEMPUKAN LUNAK KENYAL A LOT/KERAS
2 3 5

Hasil dan Pembahasan

Jenis itik yang digunakan sebagai sampel penelitian yaitu itik petelur yang dipelihara
secara intensif dan non intensif bagian yang akan diteliti yaitu selain dari jeroan. Pengamatan
dilakukan secara sensorik dilakukan oleh 10 panelis dari mahasiswa peternakan Universitas
Muhammadiyah tapanuli selatan dengan parameter organoleptik yang akan diamati yaitu aroma,
warna, keempukan dengan skor penilaian 1 – 3.Pengamatan dilakukan setelah pemasakan. Dari
10 panelis di penilaian aroma daging itik bagian paha dan dada intensif lebih dominan aroma
tidak anyir, dipenilaian warna lebih dominan merah pucat, dipenilaian keempukan lebih dominan
lunak, dan dipenilaian aroma, warna, dan keempukan daging itik bagian pada dan dada non
intensif tidak berbeda nyata.

Pada daging itik intensif dan non intensif memiliki perubahan sebelum dan sesudah di
masak dimana daging itik yang sebelum dimasak memiliki aroma yang sangat anyir, warna yang
merah cerah dan lunak, Daging itik non intensif lebih anyir dibandingkan daging itik intensif,
warna tidak berbeda nyata dengan daging itik intensif, daging itik non intensif lebih alot.
dari uji organoleptik daging itik intensif dan non intensif yang telah kami lakukan
berbeda nyata dimana daging itik intensif lebih lunak di bandingkan daging non intensif, dan
aroma daging non intensif lebih anyir di bandingkan aroma daging intensif. sama seperti
pendapat Tumanggor et al. (2017) menyatakan bahwa produksi erat hubungannya dengan bobot
hidup, dimana semakin bertambah bobot hidupnya maka produksi karkasnya semakin
meningkat. Bobot karkas itik intensif lebih tinggi karena itik intensif tidak banyak bergerak dan
hanya dia di kandang, hal ini menyebabkan itik intensif lebih banyak menyimpan protein dan
energi yang kemudian dideposisikan dalam tubuh dalam bentuk lemak dan otot. Itik semi intensif
mengkonsumsi protein dan energi yang rendah, sedangkan aktivitas fisiknya tinggi saat
digembalakan, hal ini menyebabkan energi itik semi intensif banyak digunakan untuk bergerak,
sehingga hanya sedikit nutrien yang dapat dideposisikan menjadi otot dan lemak. sama seperti
pendapat Putra et al.. (2015) menyatakan bahwa energi yang dikonsumsi oleh itik digunakan
untuk menyelenggarakan aktivitas fisik. Sistem pemeliharaan dapat mempengaruhi pemanfaatan
energi karena perbedaan aktivitas fisik itik. Itik yang dipelihara dengan digembalakan
mempunyai aktivitas fisik lebih banyak sehingga energi banyak terbuang untuk bergerak. Itik
yang dipelihara secara intensif tidak banyak melakukan aktivitas fisik sehingga banyak energi
berlebih yang disimpan menjadi lemak yang akan menambah bobot badan dan bobot karkas

Kesimpulan

Dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa daging itik yang di pelihara secara intensif
lebih baik, baik dari segi aroma warna dan keempukan sedangkan daging yang dipelihara secara
non intensif lebih anyir dan memiliki warna yang lebih pucat dan alot.

Saran

untuk penelitian selanjutnya penelitian dilakukan dengan waktu perebusan agar perebusan
daging itik yang satu dengan yang lain bisa di samakan, karna dari lama pemasakan pun akan
mempengaruhi aroma, warna dan keempukan.

Daftar Pustaka

Abustam. E. 2012. Ilmu Daging. Masagena Press, Makassar

Putra, A, Rukmiasih, dan R. Afnan. 2015. Persentase dan Kualitas Karkas Itik Cihateup – Alabio
pada umur pemotongan yang berbeda. J. Ilmu Produksi dan Teknologi Pertanian 3(1): 27-32

Rohmah, N., E, Tugiyanti dan Roesdiyanto. 2016. Pengaruh tepung daun sirsak (Announa
muricata L) dalam ransum terhadap bobotusu, pankreas, dan gizzard itik Tegal jantan. Agripet.
16(2) :140-146

Suharno, Bambang, dan Toni, S. 2002. Beternak Itik Petelur di Kandang Baterai. Penebar
Swadaya. Jakarta.

Tumanggor, B, G., D, M, Suci dan S, Suharti. 2017. Kajian pemberian pakan pada itik dengan
sistem pemeliharaan intensif dan semi intensif di Peternakan Rakyat. Bul.Mak. Ter. 104(1) : 21-
29

Anda mungkin juga menyukai