Anda di halaman 1dari 244

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN (CONTINUITY OF CARE)

PADA IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KB


PADA NY “R” USIA 22 TAHUN DI PUSKESMAS PERAWATAN
PASANEA

DISUSUN OLEH :

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

TAHUN 2022/2023
LEMBAR PENGESAHAN

Pengesahan Laporan Pendahuluan Asuhan Kebidanan Berkelanjutan


(Continuity Of Care) Pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Neonatus Dan KB Pada Ny
“R” Usia 22 Tahun Di

Nama :

NIM :

Jombang, 22 Oktober 2022

Mahasiswa,

(NAMA)

Mengetahui,

Preceptor Klinik Preceptor Akademik

(Eni Sukamti, S.ST. Bd.) (Bdn. Semi Na’im, SST., MM., M.Kes)

Ketua STIKES Husada Jombang Ketua Program Studi Pendidikan Profesi Bidan

(Dra Hj Soelijah Hadi, M. Kes., MM) (Bdn. Zeny Fatmawati, SST., M.PH)

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan karunia-Nya,
saya dapat menyelesaikan penyusunan Asuhan Kebidanan Berkelanjutan
(Continuity Of Care) Pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Neonatus Dan KB Pada
Ny. “R” Usia 22 Tahun Di
Dalam penyusunan asuhan kebidanan ini, banyak pihak yang telah
membantu dalam memberikan dukungan serta bimbingan kepada saya. Oleh
karena itu saya menggucap banyak berterima kasih kepada:
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MM. selaku Ketua STIKES Husada Jombang,
yang telah memberikan kesempatan dan fasilitas kepada kami sehingga
laporan ini dapat terselesaikan dengan baik.
2. Zeny Fatmawati, SST., M.PH selaku Ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan STIKES Husada Jombang.
3. Bdn. Semi Na’im, SST., MM., M.Kes selaku pembimbing akademik dalam
penyusunan laporan stase ini.
4. Eni Sukamti, S.ST. Bd. selaku pembimbing Lahan dalam penyusunan laporan
stase ini.
Penulis menyadari banyak hal yang perlu ditambah dalam penyusunan
asuhan kebidanan ini, oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran dari
semua pihak sehingga asuhan kebidanan ini dapat bermanfaat bagi semua.

Nganjuk, 22 Oktober 2022

Penyusun

iii
DAFTAR ISI

Halaman

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah................................................................................3

1.3 Tujuan..................................................................................................4

1.3.1 Tujuan Umum............................................................................4

1.3.2 Tujuan Khusus...........................................................................4

1.4 Ruang Lingkup....................................................................................4

1.4.1 Sasaran ......................................................................................4

1.4.2 Tempat.......................................................................................5

14.3 Waktu..........................................................................................5

1.5 Manfaat................................................................................................5

1.5.1 Manfaat Teoritis........................................................................5

1.5.2 Manfaat Praktis..........................................................................5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asuhan Kebidanan Kehamilan.............................................6

2.1.1 Pengertian................................................................................6

2.1.2 Penyebab Terjadinya Kehamilan............................................6

2.1.3 Pertumbuhan Janin..................................................................8

2.1.4 Tanda-Tanda Kehamilan.........................................................17

2.1.5 Perubahan Fisiologi Pada Saat Kehamilan..............................21

iv
2.1.6 Menentukan Usia Periode Kehamilan.....................................23

2.1.7 Ketidaknyamanan Pada Masa Kehamilan...............................25

2.1.8 Kebutuhan Dasar Ibu Hamil....................................................27

2.1.9 Tanda Bahaya dalam Kehamilan.............................................34

2.1.10 ANC (Ante Natal Care).........................................................34

2.1.11 Konsep Mual selama Kehamilan...........................................37

2.1.12 Konsep Nyeri Tulang Belakang pada Kehamilan.................40

2.1.13 Pusing pada kehamilan..........................................................44

2.1.14 Sembelit pada ibu hamil........................................................50

2.1.15 Konsep Manajemen Kebidanan............................................57

2.2 Konsep Asuhan Kebidanan Persalinan.............................................64

2.2.1 Pengertian................................................................................64

2.2.2 Proses Mulainya Persalinan....................................................65

2.2.3 Tahapan Persalinan.................................................................69

2.2.4 Perubahan Fisiologis...............................................................74

2.2.5 Perubahan Psikologis Pada Ibu Bersalin.................................76

2.2.6 Kebutuhan Kesehatan..............................................................80

2.2.7 Konsep Manajemen Varney....................................................84

2.3 Konsep Asuhan Kebidanan Nifas.....................................................93

2.3.1 Pengertian................................................................................93

2.3.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas.....................................................93

2.3.3 Tahapan Masa Nifas................................................................93

v
2.3.4 Kebijakan Program Nasional Nifas.........................................94

2.3.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas............................................95

2.3.6 Adaptasi Psikologi Ibu Postpartum…………………………101

2.3.7 Tanda – Tanda Bahaya Masa Nifas………………………...102

2.3.8 Deteksi Dini Komplikasi Pada Nifas dan Penanganannya…104

2.3.9 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas…………………………………115

2.3.10Konsep Manajemen Kebidanan……………………………120

2.4 Konsep Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir (Neonatus)…………133

2.4.1Pengertian Bayi Baru Lahir…………………………………133

2.4.2Proses………………………………………………………..133

2.4.3 Adaptasi Bayi Baru Lahir…………………………………..134

2.4.4 Kebutuhan Kesehatan………………………………………140

2.4.5 Imunisasi……………………………………………………140

2.4.6 Cara pemberian imunisasi………………………………….148

2.4.7 Efek samping pasca imunisasi……………………………..148

2.4.8 Efek samping pasca imunisasi……………………………..148

2.4.9 Konsep Manajemen Kebidanan……………………………151

2.5 Konsep Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana (KB)…………..158

2.5.1 Defenisi KB………………………………………………..158

2.5.2 Tujuan Program KB……………………………………….159

2.5.3 Macam ‒ Macam Alat Kontrasepsi………………………..159

2.5.4 Konsep Manajemen Kebidanan……………………………200

vi
BAB III TINJAUAN KASUS…………………………………….…………..205

BAB IV PEMBAHASAN…………………………………………………….231

BAB V PENUTUP……………………………………………………………233

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………235

vii
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Upaya pemerintah untuk mencegah komplikasi selama masa


kehamilan yaitu dengan adanya program kunjungan antenatal. Kunjungan
antenatal merupakan penerapan fungsi dan kegiatan yang menjadi tanggung
jawab dalam memberikan pelayanan kepada klien yang kebutuhan atau
masalah dalam bidang kesehatan ibu hamil, masa persalinan, nifas, bayi
setelah lahir serta keluarga berencana. Pada dasarnya proses kehamilan,
persalinan dan nifas merupakan suatu tahapan perkembangbiakan manusia
yang alamiah,namun tetap harus diwaspadai apabila terjadi hal-hal yang dapat
membahayakan kesehatan ibu dan bayi,terutama pada ibu yang tidak
mendapatkan asuhan dari tenaga kesehatan (Sarwono Prawirohardjo, 2014).

Proses Kehamilan merupakan proses yang alamiah. Hal ini perlu


diyakini oleh tenaga kesehatan khususnya bidan, sehingga ketika memberikan
asuhan kepada pasien, pendekatan yang dilakukan lebih cenderung pada
bentuk pelayanan promotif. Realisasi yang paling mudah dilaksanakan adalah
Pelaksanaan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada pasien dengan
materi-materi mengenai pemantauan kesehatan ibu hamil dan
penatalaksanaan ketidaknyamanan selama hamil. ( Ari Sulistyawati,2013).

Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal,


setelah ibu menjalani proses Kehamilan dari awal Kehamilan hingga umur
Kehamilan yang menginjak 36 minggu, ibu akan mengalami proses
persalinan. Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil konsepsi
melalui vagina kedunia luar. Proses tersebut dapat dikatakan normal atau
spontan jika bayi yang dilahirkan berada pada posisi letak belakang kepala
atau berlangsung tanpa bantuan alat-alat atau pertolongan, serta tidak melukai
ibu dan bayi,proses ini berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam
(Sondakh J,2013).

1
Setelah melewati masa persalinan ibu akan memasuki masa nifas.
Nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan rentan waktu
kira-kira 6 minggu. Masa nifas (Puerperium) dimulai setelah kelahiran
plasenta dan berakhir ketika alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum
hamil. Selama pemulihan tersebut ibu akan banyak mengalami perubahan
baik secara fisik maupun psikologis (Eni Purwanti, 2013).

Neonatus bayi dan anak balita merupakan suatu masa yang akan
menentukan pertumbuhan dan perkembangan masa anak,remaja sampai
dewasa. Mengingat hal tersebut penanganan yang baik dan sesuai prosedur
kebidanan sangat diperlukan untuk menjamin keselamatan dan kesehatan
masa itu (Sarwono Prawirohardjo,2014).

Selama pasca persalinan, ibu diharapkan untuk mulai merencakan


mengenai Keluarga Berencana (KB). Metode KB digunakan untuk
menjarangkan ataupun menunda kehamilan. Asuhan kebidanan pada masa ini
akan memberikan manfaat yang efektif untuk mencegah angka kematian ibu
dan anak karena dapat menghindari Kehamilan resiko tinggi, dapat
menyelamatkan jiwa dan mengurangi angka kesakitan (Prawirohardjo,2014).

Angka kematian ibu merupakan tolak ukur dalam menilai derajat


kesehatan suatu bangsa,karena iu pemerintahan sangat menekankan untuk
menurunkan angka kematian ibu dan bayi melalui program-program
kesehatan (Sulistyawati,2013).

Berdasarkan Rencana Pembanguan Jangka Menengah Nasional


(RPJMN) tahun 2015-2019 menunjukkan AKI di Indonesia menunjukkan
penurunan sebesar AKI 305/100.000 KH. Sementara target AKI sesuai target
global SDG’s (Suitanainable Development Goals) tahun 2030, AKI harus
diturunkan sampai 70/100.000 KH. Sedangkan di provinsi Jawa Timur untuk
tahun 2015 berdasarkan laporan dari AKI Provinsi Jawa Timur mencapai
89,6/100.000 kelahiran hidup, angka ini mengalami penurunan dibandingkan
tahun 2014 yang mencapai 93,52/100.000 KH. Sedangkan AKI di Kabupaten

2
Malang pada tahun 2016 berdasarkan laporan dari AKI kabupaten Malang
tercatat 19 ibu hamil meninggal dunia. (Depkes RI, 2015).

Upaya untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu dan anak


salah satunya adalah melaksanakan asuhan secara berkelanjutan atau
continuity of care. Continuity of care adalah pelayanan yang dicapai ketika
terjalin hubugan yang terus menerus antara seseorang wanita dan bidan.
Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas pelayanan dari waktu
ke waktu yang membutuhkan hubungan terus menerus antara pasien dengan
tenaga profesional kesehatan. Pelayanan kebidanan harus disediakan mulai
prakonsepsi, awal Kehamilan,selama semua trimester,kelahiran dan
melahirkan sampai enam minggu pertama post partum. Bidan berperan dalam
memberikan asuhan masa nifas untuk dapat memastikan ibu merasa nyaman
dalam menjalani peran barunya dan selalu member dukungan dalam proses
adaptasi yang dilalui ibu. Seorang bidan harus bersikap ramah, tanggap dan
sabar dalam upaya memberikan pelayanan yang terbaik kliennya. Asuhan
masa nifas normal merupakan wewenang dan tanggup jawab bidan untuk
melakukan kompotensi dan keterampilan memberikan asuhan yang sesuai
dengan kebutuhan individu (Suhemi,2011).

Dari latar belakang telah diuraikan diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan studi kasus “ Asuhan Kebidanan Berkelanjutan (Continuity Of
Care) Pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Neonatus Dan Kb Pada Ny. “R”
Usia 22 tahun di Puskesmas Pace”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan data diatas maka asuhan kebidanan yang berkelanjutan


(Continuity of care) dilakukan pada Ny. “R” Usia 22 tahun di RSD
Kertosono”.

3
1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Diharapkan penulis mampu memahami dan melaksanakan konsep


dasar asuhan kebidanan yang berkelanjutan yang meliputi asuahan pada
Kehamilan, asuhan pada persalianan, asuhan pada masa nifas, asuhan pada
keluarga berencana dan asuahan pada neonatus. Serta dapat memberikan
asuhan kebidanan secara continuity of care mulai dari Ibu Hamil, Bersalin,
Nifas, Neonatus Dan Kb pada Ny.“R” Usia 22 tahun.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian pada ibu nifas pada Ny. “R” Usia 22


tahun

2. Menyusun diagnosa kebidanan sesuai prioritas pada ibu nifas


pada Ny. “R” Usia 22 tahun

3. Merencanakan asuhan kebidanan secara kontinyu pada ibu nifas


pada Ny. “R” Usia 22 tahun

4. Melaksanakan asuhan kebidanan secara kontinyu pada ibu nifas


pada Ny. “R” Usia 22 tahun

5. Melakukan evaluasi asuhan kebidanan yang telag dilakukan


kontinyu pada ibu nifas pada Ny. “R” Usia 22 tahun
6. Mendokumentasikan asuhan kebidanan yang telah dilakukan
pada ibu nifas pada Ny. “R” Usia 22 tahun.
1.4 Ruang Lingkup
1.4.1 Sasaran

Sasaran asuhan kebidanan ditujukan kepada ibu dengan


memperhatikan continuity of care nifas yaitu pada Ny. “R” Usia 22
tahun di RSD Kertosono

4
1.4.2 Tempat

Laporan Tugas Akhir ini disusun dengan mengambil tempat di RSD


Kertosono

1.4.3 Waktu

Waktu yang diperlukan dalam pelaksanaan continuity of care 10-22


Oktober 2022

1.5 Manfaat

1.5.1 Manfaat Teoritis

Menambah, pengetahuan, pengalaman, dan wawasan serta


bahan dalam penerapan asuahan kebidanan secara continuity of care
terhadap ibu Nifas pada Ny. “R” Usia 22 tahun.

Dapat dijadikan bahan perbandingan untuk laporan study kasus


selanjutnya.

1.5.2 Manfaat Praktis

Dapat dijadikan sebagai bahan meningkatkan kualitas


pelayanan kesehatan Ibu dan Anak (KIA), khususnya dalam
memberikan informasi tentang perubahan fisiologis maupun
psikologis dan asuhan yang diberikan pada ibu nifas secara
continuity of care.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Asuhan Kebidanan Kehamilan


2.1.1 Pengertian Kehamilan
Menurut Hutahean (2013) kehamilan diawali dengan proses
konsepsi (pembuahan). Konsepsi ini sering juga disebut fertilisasi
atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan
nidasi atau implantasi. Proses pembuahan tidak lepas dari sistem
reproduksi pria dan wanita. Reproduksi atau seksualitas adalah
suatu karakter yang menjadi bagian dari manusia dan dipengaruhi
oleh faktor biologis dan psikologis individu.
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya
janin, lamanya hamil normal adalah 280 hari atau 40 minggu (9
bulan 7 hari) dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi
menjadi tiga trimester; trimester petama dimulai dari konsepsi
sampai 12 minggu, trimester kedua dari 14 minggu sampai 24
minggu, trimester ketiga dari 28 minggu sampai 36 minggu
(Prawirohardjo, 2014).
Kehamilan cukup bulan (aterm) adalah masa gestasi 37-42
minggu (259-294 hari). Kehamilan kurang bulan (peterm) adalah
masa gestasi kurang dari 37-42 minggu (259 hari). Kehamilan
lewat waktu (postterm) adalah masa gestasi lebih dari 42 minggu
(294 hari), (Muslihtin, 2011).

2.1.2 Penyebab Terjadinya Kehamilan


Menurut Manuaba (2012), peristiwa terjadinya kehamilan
diantaranya yaitu:
1. Ovulasi
Ovulasi adalah proses pelepasan ovum yang dipengaruhi
oleh sistem hormonal. Dengan pengaruh FSH, folikel primer
mengalami perubahan menjadi folikel de graaf yang menuju
kepermukaan ovum disertai pembentukan cairan folikel.
6
Selama pertumbuhan menjadi folikel de graaf, ovarium
mengeluarkan hormon esterogen yang dapat mempengaruhi
gerak dari tuba yang makin mendekati ovarium, gerak sel
rambut lumen tuba makin tinggi, sehingga peristaltic tuba
makin aktif yang mengalir menuju uterus. Dengan pengaruh
LH yang semakin besar dan fluktusi yang mendadak, terjadi
proses pelepasan ovum yang disebut ovulasi. Ovum yang
dilepaskan akan ditangkap oleh fimbriae, dan ovum yang
ditangkap terus berjalan mengikuti tuba menuju uterus dalam
bentuk pematangan yang siap untuk dibuahi.
2. Konsepsi
Merupakan pertemuan antara inti ovum dengan
spermatozoa yang nantinya akan membentuk zigot.
3. Nidasi atau Implantasi.
Setelah terbentuknya zigot yang dalam beberapa jam telah
mampu membelah dirinya menjadi dua dan seterusnya serta
berjalan terus menuju uterus, hasil pembelahan sel memenuhi
seluruh ruangan dalam ovum, maka terjadilah proses
penanaman blastula yang dinamakan nidasi atau implantasi
yang berlangsung pada hari ke-6 sampai ke-7 setelah konsepsi.
4. Pembentukan Plasenta
Terjadinya nidasi mendorong sel blastula mengadakan
diferensisi, sel yang dekat dengan ruangan eksoselom
membentuk kantong kuning telur sedangkan sel lain
membentuk ruangan amnion, sedangkan plat embrio terbentuk
diantara dua ruangan amnion dan kantong kuning telur
tersebut. Ruangan amnion dengan cepat mendekati korion
sehingga jaringan yang terdapat diantara amnion dan embrio
padat dan berkembang menjadi talipusat. Vili korealis
menghancurkan desidua sampai pembuluh darah vena mulai
pada hari ke-10 sampai ke-11 setelah konsepsi sedangkan
arteri pada hari ke-14 sampai hari ke-15. Bagian desidua yang

7
tidak dihancurkan akan membentuk plasenta 16-20 kotiledon
maternal, pada janin plasenta akan dibagi menjadi sekitar 200
kotiledon fetus dan setiap kotiledon fetus terus bercabang dan
mengambang ditengah aliran darah yang nantinya berfungsi
untuk memberikan nutrisi dan pertumbuhan.
2.1.3 Pertumbuhan Janin.
Menurut Suryati Romauli (2011), pertumbuhan janin
adalah sebagai berikut:
1. Perkembangan Awal Embrio
Zigot yang dihasilkan mulai mengalami pembelahan sel
mitosis. Melalui serangkaian tahapan, masa sel yang membelah
disebut morula. Setelah mengalami reorganisasi sel dan cairan
yang masuk ke dalam sel, morula menjadi blastosit yang
tertahan pada lapisan uterus. Saat proses implantasi berakhir
pada hari ke–10 atau ke–11 periode embrionik telah dimulai.
2. Perkembangan Embrio Lebih Lanjut
a. 14 hari pertama
Blastula diberi makan oleh sitoplasmanya sendiri.
Pembuluh darah primitif untuk embrio mulai
berkembang pada mesoderm.
b. Hari ke 14–28
Pembuluh darah embrio berhubungan dengan
pembuluh darah pada villi chorion plasenta primitif.
Sirkulasi embrio/maternal dengan demikian telah
berbentuk dan darah dapat beredar. Perkembangan yang
terjadi pada janin :
1. Kepala embrio dapat dibedakan dari badannya.
2. Tunas–tunas tungkai dan lengan telah tampak.
3. Terjadi sikap fleksi yang terjadi secara perlahan.
4. Sistem utama di dalam tubuh telah ada dalam
bentuk rudimenter.
5. Jantung menonjol dari tubuh dan mulai berdenyut.

8
c. Hari ke 28–42
Panjang embrio kira–kira 12 mm pada akhir minggu
ke–6. Perkembangan janin :
1) Dengan mulai memanjang dan tangan
mendapatkan bentuknya, Timbul mata dan telinga
rudimenter, telinga tampak, tetapi terletak lebih
rendah.
2) Gerakan pertama dapat dideteksi dengan
ultrasound mulai dari minggu ke–6.
3) Minggu ke–8. Menandai akhir masa embrio
3. Perkembangan Fetus
a. Minggu ke 8–10
1) Kepala mempunyai ukuran kira–kira sama dengan
tubuh.
2) Leher lebih panjang sehingga dagu tidak menyentuh
tubuh.
3) Pusat–pusat penulangan/osifikasi muncul pada tulang
rawan/kartilago.
4) Terbentuk kelopak mata, tetapi tetap menutup sampai
minggu ke–25, usus mengalami penonjolan/herniasi
kedalam Funiculus umbilicalis karena tidak tersedia
cukup ruang dalam perut.
5) Insersi funiculus umbilicalis, sangat rendah pada
abdomen. Apabila perut ibu diraba terlalu keras maka
fetus akan bergerak menjauh.
b. Minggu ke–12
1) Panjang tubuh kira–kira 9 cm dan berat 14 gram.
2) Sirkulasi fetal telah berfungsi secara penuh.
3) Traktus renalis mulai berfungsi.
4) Terdapat refleks menghisap dan menelan.
5) Genetalia eksterna telah tampak dan dapat
ditetapkan jenis kelaminnya.

9
c. Minggu ke 12–16
1) Panjang badan kira–kira 16 cm pada akhir.
2) Minggu ke–16 dengan berat 100 gram.
3) Kulit sangat tembus pandang/transparan sehingga
vasa darah dapat terlihat.
4) Deposit (timbunan) lemak subkutan terjadi
menjelang minggu ke–16.
5) Rambut mulai tumbuh pada kepala dan lanugo (bulu
halus) mulai tumbuh pada tubuh.
6) Tungkai lebih panjang daripada lengan
d. Minggu ke 16–20
1) Kecepatan pertumbuhan mulai berkurang.
2) Kepala sekarang tegak dan merupakan separuh
panjang badan.
3) Gambaran wajah telah nyata, dengan telinga yang
terletak pada tempatnya yang normal.
4) Kelopak mata, alis mata, dan k uku telah tumbuh
dengan sempurna.
5) Tungkai mempunyai proporsi relatif yang baik
terhadap tubuh.
6) Skeleton terlihat pada pemeriksaan sinar-x
(walaupun sinar-x tidak digunakan untuk keperluan
diagnosis).
7) Kelenjar minyak telah aktif dan vernix caseosa (zat
seperti salep) akan melapisi  tubuh fetus/janin.
8) Gerakan fetus dapat dirasakan oleh ibu setelah
kehamilan minggu ke–18.
9) Jantung fetus dapat di dengar dengan stetoskop
setelah minggu ke–20.
10) Traktus renalis mulai berfungsi, dan sebanyak 7–17
ml urine dikeluarkan setiap 24 jam.

10
e. Minggu ke 20–24
1) Kulit sangat berkeriput karena terdapat terlalu sedikit
lemak subkutan.
2) Lanugo menjadi lebih gelap dan verniks caseosa
meningkat.
3) Dari minggu ke–24 dan seterusnya, fetus akan
menendang dalam merespon rangasangan (stimulus)
misalnya bising yang keras dari luar.
4) Bayi tampak tenang apabila ibu mendengarkan musik
yang tenang dan merdu.
5) Semua organ telah tumbuh.
6) Pemberian sakarin (gula) kedalam cairan ketuban
memperlihatkan adanya kecepatan menelan dua kali
lebih besar.
f. Minggu ke 24–28
1) Mata terbuka, alis dan bulu mata telah berkembang
dengan baik, Rambut menutupi kepala.
2) Lebih banyak deposit lemak subkutan yang
menyebabkan kerutan kulit berkurang.
3) Testis mengalami penurunan dari abdomen ke dalam
skrotum pada minggu ke–28.
4) Fetus yang lahir pada akhir masa ini mempunyai
angka kematian atau mortalitas yang tinggi karena
gangguan pernafasan atau respirasi.
g. Minggu ke 28–32
1) Lanugo mulai berkurang.
2) Tubuh mulai lebih membulat karena lemak disimpan
disana.
3) Testis terus turun.
h. Minggu ke 32 – 36
1) Lanugo sebagian besar telah terlepas/rontok tetapi
kulit masih tertutup oleh vernik caseosa.

11
2) Testis fetus laki–laki terdapat di dalam skrotum pada
minggu ke–36.
3) Ovarium perempuan masih berada disekitar cavitas
pelvic.
4) Kuku jari tangan dan kaki mencapai ujung jari.
5) Umbilicus sekarang terletak lebih di pusat abdomen.
i. Minggu ke 36–40
1) Penulangan/osifikasi tulang tengkorak masih belum
sempurna, tetapi keadaan ini merupakan keuntungan
dan memudahkan lewatnya fetus melalui jalan lahir.
2) Gerakan pernafasan fetus dapat diidentifikasi pada
pemindaian ultrasound. Sekarang terdapat cukup
jaringan lemak subkutan, dan fetus mendapat
tambahan berat badan hampir 1 kg pada minggu
tersebut.
4. Fungsi Amnion (Cairan Ketuban)
a. Cairan amnion/air ketuban berfungsi sebagai:
1) Melindungi fetus terhadap trauma dari luar.
2) Memungkinkan fetus bergerak dengan bebas.
3) Memungkinkan anggota badan fetus berkembang
dan bergerak tanpa saling menekan satu sama lain,
tanpa tertekan oleh badan fetus atau dinding uterus.
4) Menyeimbangkan tekanan intrauteri dan bekerja
sebagai peredam goncangan (shock absorber).
5) Menstabilkan suhu intrauteri (Verralls, 2003; hal :
252).
b. Pada persalinan, asalkan kantong cairan tersebut tetap
utuh sampai persalinan telah maju, maka cairan
amnion :
1) Bekerja sebagai bantalan untuk melindungi kepala
fetus terhadap tekanan.
2) Mempertahankan lingkungan fetus tetap steril.

12
3) Bekerja sebagai baji (wedge) untuk membantu
dilatasi serviks.
4) Mengurangi efek kontraksi uterus terhadap
perdarahan darah plasenta.
5) Menyediakan douche (siraman) steril bagi jalan lahir
tepat sebelum kelahiran pada saat saccus
amnionticus pecah (Suryati Romauli, 2011).
5. Sirkulasi Tali Pusat.
Tali pusat terletak antara pusat janin dan permukaan fetal
plasenta. Warnanya dari luar putih, merupakan tali yang
berpilin. Panjangnya kira–kira 55 cm (30–100 cm) dan garis
tengahnya 1-2 cm. Tali pusat diliputi amnion yang sangat erat
melekat, terdiri dari 2 arteri dan 1 vena. Diliputi oleh zat
seperti agar–agar yang disebut selewharton yang mencegah
kompresi pembekuan darah, sehingga pemberian makanan
yang kontinyu untuk embrio–janin dapat dijamin. (Suryati
Romauli, 2011).
6. Sirkulasi Plasenta.
Sirkulasi embrio–plasenta ibu terjadi pada hari ke–17,
saat jantung embrio mulai berdenyut. Pada minggu ke–3,
darah embrio bersirkulasi diantara embrio dan villi korion.
Darah fenosa (tanpa oksigen) meninggalkan janin melalui
arteri umbilikalis dan masuk ke dalam plasenta. Di dalam villi
ia membentuk sistem arteri–kapiler–vena. Villi ini terbenam
dalam lacuna (pada saat ini adalah spasium intervilosum)
sehingga sebenarnya tidak terdapat percampuran darah antara
vena janin dan darah ibu. Darah arteri (teroksigenasi) masuk ke
dalam janin melalui vena umbilikalis. Darah maternal masuk
kedalam spasium intervilosum dengan cara menyemprot. Pada
saat inilah pertukaran gas dan nutrien antara janin dan ibu
terjadi. Selanjutnya darah maternal masuk kembali melalui
vena dalam endometrium. (Suryati Romauli, 2011).

13
Plasenta memiliki lima fungsi utama sebagai berikut :
1) Plasenta menyerap oksigen dan mengeluarkan
kabondioksida untuk metabolisme janin.
2) Plasenta menyerap nutrien yang dibutuhkan janin dan
menguraikannya (dengan bantuan enzim) menjadi
molekul yang lebih sederhana. Beberapa nutrien
disimpan oleh plasenta untuk dipakai ketika
dibutuhkan. Sebagai contoh, glukosa disimpan oleh
plasenta sebagai glikogen.
3) Produk sampah yang dihasilkan janin dibuang dari
darah janin dan diekskresi oleh organ ibu.
4) Sawar plasenta berfungsi menghalangi masuknya
sebagian besar bakteri, tetapi mikroorganisme kecil
(seperti virus) mampu menembusnya dan bisa
mempengaruhi perkembangan janin. Sejumlah
antibodi protektif, seperti imunoglobulin IgG
disalurkan dari darah ibu ke darah janin pada akhir
kehamilan dan berfungsi melindungi janin dari
berbagai organisme berbahaya sampai beberapa bulan
setelah lahir. Sebagian besar obat dapat menembus
plasenta dan dapat mencederai janin.
5) Plasenta berperan sebagai kelenjar endokrin yang
kompleks, menghasilkan Hormon chorionic
gonadotropin (HCG) dihasilkan dalam jumlah besar
oleh vili semasa kehamilan dini guna mempertahankan
korpus luteum (kehamilan) sampai plasenta terbentuk
sempurna dan mengambil alih fungsi tersebut. Hormon
lain yang dihasilkan adalah human placenta lactogen
untuk metabolisme glukosa, kortikosteroid, hormon
adrenokortikotropik (ACTH), thyroid stimulating
hormone (Nurul Kamariyah, 2014).
7. Sirkulasi Darah Fetus.

14
Darah yang sudah direoksigenasi meninggalkan plasenta
melalui satu – satunya vena umbilikala, vena umbilikala
berjalan di dalam tepi pusat ke umbilicus dan dari sana ada
vena kecil yang berjalan ke porta hepatis. Hampir tidak ada
darah masuk ke dalam hati sebab vena umbilika langsung
bersambung dengan vena cava interior melalui sebuah
pembuluh besar, yang disebut duktus venosus, sebuah
struktur yang hanya ada pada masa fetus. Setelah di dalam
vena cava inverior :
1) Darah berjalan ke atas dan mencapai atrium kanan.
2) Sebagian besar darah bukan masuk ke dalam ventrikel
kanan bukan masuk atrium kiri, tetapi melalui lubang
fetal yang hanya untuk sementara ada di dalam septum
interatrial, yang disebut foramen ovale.
3) Setelah mencapai atrium kiri.
4) Masuk melalui katup mitral ke dalam ventrikel kiri.
5) Kontraksi ventrikel kiri mendorong darah masuk ke
dalam aorta asendens.
6) Dari sini sebagian besar darah didistribusikan ke jantung,
otak, dan anggota atas. Darah yang tertinggal lengkung
aorta.
7) Masuk ke dalam aorta torasika – abdominalis desendens.
Setelah beredar dalam otak dan anggota atas, darah
kembali ke jantung melalui vena cava superior.
8) Dan mencapai atrium kanan. Setelah berjalan terus ke
bawah di dalam atrium kanan kemudian melalui lubang
triscupidalis masuk ke dalam ventrikel kanan.
9) Dari sini darah dipompa masuk ke dalam arteri
pulmonalis.
10) Sebenarnya paru – paru dalam fetus tidak aktif dan
menerima hanya sedikit darah, sebagian besar dari darah
dalam arteri pulmonalis disalurkan langsung ke dalam

15
aorta melalui sebuah arteri besar berotot yang disebut
duktus arteriosus yang bergabung dengan aorta dekat
akhir lengkung aorta. Aorta torasika desendens.
11) Dengan demikian berisi sebagian besar darah yang telah
dideoksigenasi yang mencapainya melalui duktus
arteriosus dan sebagian kecil darah yang berisi oksigen,
sebagaimana telah disebut dan mencapainya melalui
lengkung aorta.
Kemudian darah dalam aorta disebarkan ke visera
dalam abdomen melalui cabang – cabang bawah aorta.
Tetapi di dalam fetus sebagian besar darah yang mencapai
bifurkasi aorta, berjalan bukan ke visera pelvis dan anggota
bawah. Di dalam plasenta ini terjadi pertukaran dengan
darah ibu di seberang plasenta.
Fetus membuat darahnya sendiri dan selama
plasenta lengkap, tidak terjadi pencampuran. Setelah
berjalan melalui kapiler – kapiler plasenta, darah mengalir
kembali lagi ke fetus.
Beberapa perubahan tertentu terjadi pada saat – saat
kelahiran. Cuping yang seperti katub yang menjaga
foramen ovale, menutup dan atrium kanan dan kiri terpisah
secara permanen. Duktus arteriousus mengerut hilang dan
mengalami fibrosis. Dua lubang itu, yang pada masa fetus
adalah normal, dapat berjalan terus dan menyebabkan
berbagai kelainan sesudah bayi lahir.
Sesudah tali pusat di potong dan diikat darah
berhenti mengalir dalam arteri dan vena umbilika dan
dalam duktus venosus. Semua struktur itu mengerut dan
diganti oleh benang dari jaringan fibrus. Ligamentum teres
dari hati pada hakikatnya adalah sisa dari vena umbilika
(Suryati Romauli, 2011).

16
2.1.4 Tanda-Tanda Kehamilan
Untuk bisa memastikan kehamilan ditetapkan dengan
melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala hamil.
Tanda kehamilan menurut Astuti (2010: 25) dibagi menjadi 3
bagian, yaitu:
1. Tanda Tidak Pasti Hamil
a. Tidak terjadi mesntruasi/haid (amenorea)
Tidak dapat menstruasi dapat menandakan
kehamilan, tetapi dapat juga merupakan tanda gangguan
fisik. Untuk lebih memastikan dapat dilakukan pemeriksaan
lebih lanjut.
b. Mengidam
Mengidam sering terjadi pada bulan-bulan pertama akan
tetapi akan hilang seiring semakin tuanya usia kehamilan.
Tujuh puluh persen perempuan hamil mengalami
komplikasi mual dan muntah. Hal ini disebabkan oleh
estrogen atau HCG.
c. Pingsan
Pada wanita hamil, terjadi pengenceran darah akibat
proses kehamilan. Jika salah satu organ tubuh, misalnya
otak mengalami kekurangan oksigen, hal tersebut dapat
menyebabkan terjadi pingsan.

d. Sering berkemih
Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih
cepat terasa penuh dan sering berkemih. Frekuensi terjadi
pada triwulan pertama akibat desakan uterus. Pada triwulan
kedua desakan ini berkurang karena uterus yang membesar
keluar dari rongga panggul. Pada trimester 3 gejala ini
timbul kembali karena kepala janin mulai masuk rongga
panggul dan menekan kembali kandung kemih.

17
e. Sembelit/ konstipasi
Sembelit pada ibu hamil disebabkan oleh hormon
steroid yang meningkat sehingga menyebabkan kerja usus
menjadi lambat.
f. Pigmentasi kulit
Pigmentasi kulit pada wajah, payudara, perut, paha, dan
ketiak biasanya bertambah. Hal ini disebabkan karena
pengaruh hormone dalam kehamilan.
g. Epulsi
Gusi dan mukosa menjadi mudah berdarah, sering
terjadi pada triwulan pertama.
h. Varises
Karena pengaruh dari estrogen dan progesteron terjadi
penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi yang
mempunyai bakat. Sering terjadi pada trimester pertama dan
hilang setelah persalinan.
2. Tanda Mungkin Hamil
Tanda mungkin hamil merupakan tanda untuk menetapkan
kehamilan. Tanda-tanda yang memungkinkan seorang wanita
hamil menurut Astuti (2010), sebagai berikut:
a. Perut membesar
Perut membesar sangat identik dengan ibu hamil.
Namun, tidak semua perut membesar merupakan akibat
kehamilan, mungkin saja akibat faktor kegemukan atau
terdapat penyakit abdomen, misalnya tumor atau adanya
cairan di rongga perut.
b. Uterus membesar
Dengan kehamilan yang sehat, uterus pun akan membesar
sedikit demi sedikit sesuai dengan usia kehamilan. Namun,
pembesaran uterus dapat juga terjadi akibat suatu penyakit,
misalnya mioma uteri, kista atau kanker.

18
c. Tanda hegar.
Melunaknya segmen bawah rahim yang mempunyai
kesan lebih tipis dapat diketahui dengan pemeriksaan
bimanual. Tanda ini mulai terlihat pada minggu ke-6 dan
menjadi nyata pada minggu ke 7-8.
d. Tanda chadwik.
Terjadi perubahan warna pada porsio, pada awalnya
berwarna merah muda, menjadi kebiru-biruan. Selaput
lendir dan vaginapun berwana keungu-unguan.

e. Tanda piscasek.
Uterus membesar ke salah satu jurusan sehingga
menonjol jelas ke jurusan pembesaran tersebut.
f. Braxton-hicks.
Ibu hamil dapat merasakan kontraksi yang timbul
sesekali, tepatnya berada di bagian perut bawah.
g. Teraba ballottement.
Ballotement adalah pantulan saat rahim digoyangkan.
Memeriksa ballotement ini dilakukan dengan cara
memegang bagian Rahim yang mengeras sambil sedikit
digoyangkan.
3. Tanda Pasti Hamil.
Indikator pasti hamil adalah penemuan-penemuan
keberadaan janin secara jelas dan hal ini tidak dapat dijelaskan
dengan kondisi kesehatan yang lain. Menurut tanda pasti hamil
yaitu:
1. Gerakan janin yang dilihat dan dirasakan.
Gerakan janin bisa dirasakan dengan jelas setelah
minggu 24.
2. Denyut jantung janin
Denyut jantung janin terlihat dan terdengar dengan
bantuan alat. Djj dapat didengarkan pada umur kehamilan

19
17-18 minggu dengan steteskop laenec, pada orang gemuk
lebih lambat. Sementara menggunakan doppler sekitar
minggu ke-12. USG untuk melihat kondisi janin di dalam
kandungan.
3. Diagnosis Banding Kehamilan.
Suatu kehamilan perlu dibedakan dalam keadaan/
penyakit yang dalam pemeriksaan meragukan. Pembesaran
prempuan tidak selamanya menunjukkan adanya kehamilan
sehingga perlu dilakukan diagnosis banding. Diagnosis
banding kehamilan menurut Sulistyawati (2012) meliputi:
1) Kehamilan palsu.
Dijumpai tanda dugaan hamil, tetapi dengan
pemeriksaan alat dan tes bilogis tidak menunjukkan
kehamilan.
2) Kistoma ovari.
Pembesaran perut, tetapi tidak disertai tanda hamil,
datang bulan terus berlangsung, lamanya pembesaran
perut dapat melampaui usia kehamilan, pemeriksaan tes
biologis kehamilan dengan hasil negatif.
3) Mioma uteri.
Terdapat pembesaran rahim, tetapi tidak disertai
tanda hamil, bentuk pembesaran tidak merata,
perdarahan banyak saat menstruasi.
4) Retensi urine ( bendungan kantong kemih).
Pembesaran perut bisa disebabkan karena kandung
kemih penuh, hal ini bisa diatasi dengan katerisasi.
5) Hematometra.
Hematometra ditandai dengan terlambat datang
bulan yang dapat melampaui usia kehamilan, perut terasa
sakit setiap bulan, terjadi tumpukan darah dalam rahim,
tanda pemeriksaan hamil negatif

20
2.1.5. Perubahan Fisiologi Pada Saat Kehamilan
Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormone
somatomatropin, estrogen, dan progesteron yang menyebabkan
perubahan pada :
1. Rahim atau uterus
Pada perempuan tidak hamil uterus mempunyai berat 70
gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Selama kehamilan,
uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu
menampung janin, plasenta, dan cairan amnion rata – rata pada
akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 liter bahkan
dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan berat rata – rata
1100 gram (Prawirohardjo, 2008).
2. Vagina (liang senggama)
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan
hyperemia terlihat jelas pada kulit dan otot – otot di perineum
dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat bewarna
keunguan yang dikenal dengan tanda Chadwicks. Perubahan ini
meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan
ikat dan hipertrofi dari sel – sel otot polos.
3. Ovarium
Proses ovulasi selama kehamilan akan terhenti dan
pematangan folikel baru juga ditunda. Hanya satu korpus
luteum yang dapat ditemukan di ovarium. Folikel ini akan
berfungsi maksimal selama 6 – 7 minggu awal kehamilan dan
setelah itu akan berperan sebagai penghasil progesterone dalam
jumlah yang relative minimal.
4. Payudara
Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari
pengaruh hormone saat kehamilan, yaitu estrogen,
progesterone, dan somatromatropin.

21
5. Sirkulasi darah ibu
Peredaran darah ibu dipengaruhi oleh meningkatnya
kebutuhan sirkulasi darah, terjadinya hubungan langsung
antara arteri dan vena pada sirkulasi retro – plasenter, pengaruh
hormon estrogen dan progesteron semakin meningkat.
Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan
peredaran darah, yaitu:
a. Volume darah
Volume darah semakin meningkat di mana jumlah serum
darah lebih besar dari pertumbuhan sel darah, sehingga
terjadi semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan
puncaknya sebesar 25 % – 30 % sedangkan sel darah
bertambah sekitar 20 %. Curah jantung akan bertambah
sekitar 30 %. Bertambahnya hemodilusi darah mulai
tampak sekitar umur hamil 16 minggu, sehingga pengidap
penyakit jantung harus berhati – hati untuk hamil beberapa
kali.
b. Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya untuk
dapat mengimbangi pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi
pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan
volume darah sehingga terjadi hemodilusi yang disertai
anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan
mencapai jumlah sebesar 10.000/ml.
6. Sistem respirasi
Pada kehamilan terjadi perubahan sistem respirasi untuk
memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan
diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur
hamil 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan
rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan
bernafas lebih dalam sekitar 20 % – 25 % dari biasanya.

22
7. Sistem pencernaan
Terjadi peningkatan asam lambung karena pengaruh
estrogen.
8. Traktus urinarius
Pada bulan – bulan pertama kehamilan kandung kemih
akan tertekan oleh uterus yang mulai membesar sehingga
menimbulkan sering kemih. Hilang dengan makin tuanya
kehamilan. Pada akhir kehamilan, jika kepala janin sudah
mulai turun ke pintu panggul, keluhan itu akan timbul
kembali.
9. Perubahan pada kulit
Pada kulit dinding perut akan terjadi perubahan warna
menjadi kemerahan, kusam, dan kadang – kadang juga akan
mengenai daerah payudara dan paha. Perubahan ini dikenal
dengan nama striae gravidarum.
10. Sistem Metabolisme
Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh
mengalami perubahan yang mendasar, dimana kebutuhan
nutrisi makin tinggi. Diperkirakan selama kehamilan berat
badan akan bertambah 12,5 kg. Sebagian besar penambahan
berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya.
Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular.
Pada kehamilan normal akan terjadi hipoglikemia puasa yang
disebabkan oleh kenaikan kadar insulin, hiperglikemia
postprandial dan hiperinsulinemia.
Zinc (Zn) sangat penting untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Beberapa peneliatian menunjukkan
kekurangan zat ini dapat menyebabkan pertumbuhan janin
terhambat.
2.1.6. Menentukan Usia Periode Kehamilan
Menentukan usia kehamilan bisa dilakukan dengan
berbagai cara diantaranya :

23
1. Rumus Naegele
Rumus Naegele terutama untuk menentukan hari
perkiraan lahir / HPL. Cara menghitungmya yaitu tanggal
pertama menstruasi terakhir (HPM) ditambah 7 dan bulan
dikurangi tiga (Suryati Romauli, 2011). Cara ini hanya dipakai
bila menstruasi teratur dan tidak dapat digunakan jika ibu
hamil saat menyusui dan belum menstruasi, Ibu hamil post –
pil KB belum menstruasi lagi (Vivian Nanny Lia Dewi, dkk.
2011).
2. Berdasarkan tinggi fundus uteri
Secara tradisional dilakukan dengan palpasi fundus dan
membandingkannya dengan beberapa patokan antara lain
simfisis pubis, umbilicus, atau prosesus xifoideus. Pengukuran
dilakukan dengan menempatkan ujung dari pita ukur pada tepi
atas simfisis pubis dan dengan tetap menjaga pita ukur
menempel pada dinding abdomen diukur jaraknya ke bagian
atas fundus uteri. Ukuran ini biasanya sesuai dengan usia
kehamilan dalam minggu setelah umur kehamilan 24 minggu.
(Suryati Romauli, 2011).
3. Berdasarkan Palpasi Abdominal
Menurut rumus Mc. Donald, fundus uteri diukur dengan
pita. Tinggi fundus dikalikan 2 dan dibagi 7 memberikan umur
kehamilan dalam bulan obstetric dan bila dikalikan 8 dan
dibagi 7 memberikan umur kehamilan dalam minggu.
Tafsiran Berat Janin dapat dihitung namun tafsiran ini
berlaku bila janin presentasi kepala. Rumusnya adalah sebagai
berikut : (tinggi fundus uteri dalam cm – n) x 155 = berat
(gram).
Bila kepala di atas atau pada spina ischiadica maka n = 12.
Bila kepala di bawah spina ischiadica maka n = 11.

24
4. Quickening (persepsi gerakan janin pertama)
Gerakan janin pertama biasanya dirasakan pada umur
kehamilan 18 minggu (primigravida) atau 16 minggu
(multigravida).
5. Ultrasonografi (USG)
Penentuan umur kehamilan dengan USG menggunakan 3 cara :
a. Dengan mengukur diameter kantung kehamilan (GS =
Gestational Sac) untuk kehamilan 6 – 12 minggu.
b. Dengan mengukur jarak kepala – bokong (GRI = Groun
Ramp Length) untuk umur kehamilan 7 – 14 minggu.
c. Dengan mengukur diameter biparietal (BPD) untuk
kehamilan lebih dari 12 minggu (Suryati Romauli, 2011).
2.1.7. Ketidaknyamanan Pada Masa Kehamilan
1. Keluhan Umum pada TM I (Umur kehamilan 0 – 3 bulan)
a. Mual muntah
Muntah di pagi hari (Morning Sickness) gejala hilang
pada usia kehamilan 3 bulan keatas terjadi 60 %  ̶ 80 %
pada primi gravida.
b. Sering Buang Air Kecil (Miksi)
Terjadi karena kandung kencing tertekan uterus yang
semakin membesar.
c. Ngidam
Menginginkan makanan atau minuman dan hal
tertentu, menghilang dengan bertambahnya usia kehamilan.
d. Hipersaliva (air liur yang berlebihan)
Pengaruh peningkatan hormone estrogen dan
progesterone pada kehamilan.
e. Pingsan
Gangguan sirkulasi ke daerah kepala (Central)
menyebabkan iskemia susunan syaraf pusat.

25
f. Peneganggan dan Pembesaran Mamae
Karena pengaruh hormone estrogen, progesterone,
somamomanotropin menimbulkan penumpukan air, garam,
lemak pada payudara dan menyebabkan nyeri bila
dipegang.

2. Keluhan Umum pada TM II (Umur kehamilan 4 – 6 bulan)


a. Susah buang air besar (konstipasi)
Pengaruh hormone progesterone yang meningkatkan
peristaltic usus sehingga mengakibatkan peningkatan
penyerapan air.
b. Panas Perut (Heart Burn)
Aliran balik esophagus rasa panas seperti terbakar di
area dengan retrosternal timbul dari aliran balik asam
gastric kedalam esophagus bagian bawah.
c. Varises
Pembesaran rahim dan gravitasi sehingga menekan
pembuluh darah.
d. Sakit kepala
Konstraksi otot ketegangan spasme otot, keletihan.
e. Sakit Punggung
Perubahan tubuh selama hamil bisa mengakibatkan
pegal karena penyesuaian dengan pembesaran uterus.
3. Keluhan Umum pada TM III ( Umur kehamilan 7 – 9 bulan)
a. Nyeri punggung
Karena penekanan syaraf pelvis dan pembesaran
uterus.
b. Sembelit
Relaksasi tonus otot usus dan penekanan uterus pada
usus besar.

26
c. Insomnia
Ketidaknyamanan karena uterus hamil, nocturia,
dyspnea, heartburn.

2.1.8. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil


1. Kebutuhan Fisik Ibu Hamil
a. Oksigen
Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi saat hamil
sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen
pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang dikandung.
Untuk mencegah hal tersebut dan untuk memenuhi
kebutuhan oksigen maka ibu hamil perlu latihan nafas
melalui senam hamil, tidur dengan bantal yang lebih tinggi,
makan tidak terlalu banyak, kurangi atau hentikan merokok,
konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernafasan
seperti asma dan lain – lain.
b. Nutrisi
Gizi pada waktu hamil harus ditingkatkan hingga 300
kalori perhari, ibu hamil seharusnya mengkonsumsi
makanan yang mengandung protein, zat besi, dan minum
cukup cairan (menu seimbang).
c. Personal Hygiene
Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi
dianjurkan sedikitnya dua kali sehai karena ibu hamil
cenderung mengeluarkan banyak keringat, menjaga
kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah
dada, daerah genetalia) dengan cara dibersihkan dengan air
dan dikeringkan. Kebersihan gigi dan mulut, perlu
mendapat perhatian karena seringkali mudah terjadi gigi
berlubang, terutama pada ibu yang kekurangan kalsium.
Rasa mual selama masa hamil dapat mengakibatkan
perburukan hygiene mulut dapat menimbulkan karies gigi.

27
d. Pakaian
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam pakaian
ibu hamil adalah pakaian harus longgar, bersih, dan tidak
ada ikatan yang ketat pada perut, bahan pakaian usahan
yang mudah menyerap keringat, pakailah bra yang
menyokong payudara, memakai sepatu dengan hak yang
rendah, pakaian dalam selalu bersih.
e. Eliminasi
Keluhan yang sering muncul pada ibu hamil adalah
konstipasi dan sering buang air kecil. Konstipasi terjadi
karena adanya pengaruh hormon progesteron yang
mempunyai efek rileks terhadap otot polos, salah satunya
otot usus, serta desakan usus oleh pembesaran janin juga
menyebabkan bertambahnya konstipasi.
Tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah
dengan mengkonsumsi makanan tinggi serat dan banyak
minum air putih. Meminum air putih hangat ketika perut
dalam keadaan kosong dapat merangsang gerak peristaltik
usus. Jika ibu sudah dalam dorongan, maka segeralah untuk
buang air besar agar tidak terjadi konstipasi.
Sering buang air kecil terjadi pada trimester I dan III.
Hal tersebut adalah kondisi yang fisiologis. Terjadi pada
awal kehamilan karena pembesaran uterus yang mendesak
kantong kemih sehingga kapasitasnya berkurang.
Sedangkan pada trimester III terjadi pembesaran janin yang
juga menyebabkan desakan pada kantong kemih. Tindakan
mengurangi asupan cairan untuk mengurangi keluhan ini
sangat tidak dianjurkan, karena akan menyebabkan
dehidrasi.
f. Seksual
Selama kehamilan berjalan normal, koitus
diperbolehkan sampai akhir kehamilan, meskipun beberapa

28
ahli berpendapat sebaiknya tidak lagi berhubungan seks
selama 14 hari menjelang kelahiran. Koitus tidak
dibenarkan bila terdapat perdarahan pervaginam, riwayat
abortus berulang, abortus/partus prematurus imminens,
ketuban pecah sebelum waktunya.
Pada saat orgasme dapat dibuktikan adanya fetal
bradycardia karena kontraksi uterus dan para peneliti
berpendapat wanita yang melakukan hubungan seks dengan
aktif menunjukkan insidensi fetal distress yang lebih tinggi.
Pria yang menikmati kunikulus (stimulasi oral genetalia
wanita) bisa kehilangan gairahnya ketika mendapati bahwa
sekret vagina bertambah dan mengeluarkan bau berlebih
selama masa hamil. Pasangan yang melakukan kunikulus
harus berhati – hati untuk tidak meniupkan udara ke dalam
vagina. Apabila serviks sedikit terbuka (karena sudah
mendekati aterm), ada kemungkinan udara akan terdesak
diantara ketuban dan dinding rahim. Udara kemungkinan
bisa memasuki danau plasenta, dengan demikian ada
kemungkinan udara memasuki jaringan vaskular maternal.
g. Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan kegiatan / aktifitas fisik
biasa selama tidak terlalu melelahkan. Beratnya pekerjaan
harus dikaji untuk mempertahankan postur tubuh yang baik
– penyokong yang tinggi dapat mencegah bungkuk dan
kemungkinan nyeri punggung. Ibu dapat dianjurkan untuk
melakukan tugas dengan posisi duduk lebih banyak
daripada berdiri.
h. Istirahat
Istirahat dan tidur yang teratur dapat meningkatkan
kesehatan jasmani dan rohani untuk perkembangan dan
pertumbuhan janin. Tidur pada malam hari selama kurang

29
lebih 8 jam dan istirahat dalam keadaan rileks pada siang
hari selama 1 jam.
i. Imunisasi
Jenis imunisasi yang diberikan adalah tetanus toxoid
(TT) yang dapat mencegah terjadinya tetanus pada bayi
yang akan dilahirkan dan keuntungan bagi wanita untuk
mendapatkan kekebalan aktif terhadap Tetanus Long Card
(LLC).
Imunisasi TT pada ibu hamil harus terlebih dahulu
ditentukan status kekebalan / imunisasinya. Selama
kehamilan bila ibu hamil statusnya T0 maka hendaknya
mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 dan TT2 dengan
onterval 4 minggu dan bila memungkinkan untuk
mendapatkan TT3 sesudah 6 bulan berikutnya). Ibu hamil
dengan status T1 diharapkan mendapatkan suntikan TT2
dan bila memungkinkan juga diberikan TT3 dengan
interval 6 bulan (bukan 4 minggu / 1 bulan). Bagi bumil
dengan status T2 maka bisa diberikan 1 kali suntikan bila
interval suntikan sebelumnya lebih dari 6 bulan. Bila
statusnya T3 maka suntikan selama hamil cukup sekali
dengan jarak minimal 1 tahun dari suntikan sebelumnya.
Ibu hamil dengan status T4 pun dapat diberikan sekali
suntikan (TT5) bila suntikan terakhir telah lebih dari
setahun dan bagi ibu hamil dengan status T5 tidak perlu
disuntik TT karena telah mendapatkan kekebalan seumur
hidup (25 tahun).
j. Traveling
Hal – hal yang dianjurkan apabila ibu hamil bepergian
adalah sebagai berikut :
1) Hindari pergi ke tempat yang ramai, sesak dan panas,
serta berdiri terlalu lama.

30
2) Apabila berpergian selama kehamilan, maka duduk
dalam jangka waktu lama harus dihindari karena dapat
menyebabkan peningkatan resiko bekuan darah vena
dalam dan tromboflebitis selama kehamilan.
3) Wanita hamil dapat mengendarai mobil maksimal 6 jam
dalam sehari dan harus berhenti selama 2 jam lalu
berjalan selama 10 menit.
k. Persiapan Laktasi
Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam perawatan
payudara adalah sebagai berikut :
1) Hindari pemakaian bra dengan ukuran yang terlalu
ketat dan yang menggunakan busa, karena akan
menyangga penyerapan keringat payudara.
2) Gunakan bra dengan bentuk yang menyangga
payudara.
3) Hindari membersihkan puting dengan sabun mandi
karena akan menyebabkan iritasi. Bersihkan puting
susu dengan minyak kelapa lalu bilas dengan air
hangat.
4) Jika ditemukan pengeluaran cairan yang berwarna
kekuningan dari payudara berarti produksi ASI sudah
dimulai.
l. Persiapan Persalinan dan Kelahiran Bayi
Rencana persalinan adalah rencana tindakan yang
dibuat oleh ibu, anggota keluarga dan bidan. Dengan
adanya rencana persalinan akan mengurangi kebingungan
dan kekacauan pada saat persalinan dan meningkatkan
kemungkinan bahwa ibu akan menerima asuhan yang
sesuai tepat waktu.
Ada 5 komponen penting dalam rencana persalinan,
antara lain :

31
1) Membuat rencana persalinan.
Idealnya setiap keluarga harus mempunyai kesempatan
untuk membuat suatu rencana persalinan. Berikut ini
hal – hal yang harus digali dan diputuskan dalam
membuat rencana persalinan, antara lain :
a) Memilih tempat persalinan.
b) Memilih tenaga terlatih.
c) Bagaimana menghubungi tenaga kesehatan tersebut.
d) Bagaimana transportasi ke tempat persalinan.
e) Siapa yang akan menemani pada saat persalinan.
f) Berapa banyak biaya yang dibutuhkan dan
bagaimana cara mengumpulkan biaya.
g) Siapa yang menjaga keluarga bila ibu tidak ada.
2) Membuat rencana untuk pengambilan keputusan jika
terjadi kegawatdaruratan pada saat pengambilan
keputusan utama tidak ada. Penting bagi bidan dan
keluarga untuk mendiskusikan :
a) Siapa pembuat keputusan utama dalam keluarga.
b) Siapa yang akan membuat keputusan jika pembuat
keputusan utama tidak ada saat terjadi
kegawatdaruratan.
3) Mempersiapkan sistem transportasi jika terjadi
kegawatdaruratan.
Banyak ibu meninggal karena mengalami
komplikasi yang serius selama hamil, persalinan atau
post partum dan tidak mempunyai jangkauan
transportasi. Setiap keluarga seharusnya mempunyai
rencana transportasi untuk ibu jika ia mengalami
komplikasi dan perlu segera dirujuk ke tingkat asuhan
yang lebih tinggi. Rencana ini perlu dipersiapkan lebih
dini dalam kehamilan dan harus terdiri dari elemen –
elemen di bawah ini :

32
a) Dimana ibu  akan bersalin (RS, bidan, polindes,
atau puskesmas).
b) Bagaimana cara menjangkau tingkat asuhan yang
lebih lanjut jika terjadi kegawatdaruratan.
c) Ke fasilitas kesehatan yang mana ibu tersebut harus
di rujuk.
d) Bagaimana cara mendapatkan dana jika terjadi
kegawatdaruratan.
e) Bagaimana cara mencari donor darah yang
potensial.
4) Membuat rencana atau pola menabung.
Ibu dan keluarga dianjurkan untuk menabung
sejumlah uang sehingga dana akan tersedia untuk
asuhan selama kehamilan dan jika terjadi
kegawatdaruratan.
5) Mempersiapkan peralatan yang diperlukan untuk
persalinan.
Seorang ibu dapat mempersiapkan segala
sesuatunya untuk persalinan. Ia dan keluarganya dapat
mengumpulkan barang – barang seperti pembalut
wanita atau kain, sabun dan seprei dan menyimpannya
untuk persiapan persalinan.
6) Pekerjaan
Seorang wanita hamil boleh mengerjakan pekerjaan
sehari-hari asal hal tersebut tidak memberikan
gangguan rasa tidak enak. Bagi wanita pekerja, ia boleh
tetap masuk kantor sampai menjelang partus. Pekerjaan
jangan dipaksakan sehingga istirahat yang cukup
selama kurang lebih 8 jam sehari.
Pada keadaan tertentu seperti partus prematurus
imminens, ketuban pecah, menderita kelainan jantung,
aktivitas sehari-hari harus dibatasi. Bila sedang bepergian,

33
ia tidak boleh duduk terus menerus selama 1-2 jam,
melainkan harus selang-seling berdiri dan berjalan. Senam
hamil dianjurkan untuk dilaksanakan dengan baik secara
kelompok maupun individu (Suryati Romauli, 2011).
2.1.9. Tanda Bahaya dalam Kehamilan
1. Tanda Bahaya Kehamilan
Tanda – tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan
diantisipasi dalam kehamilan lanjut, adalah perdarahan
pervaginam, sakit kepala yang hebat, penglihatan kabur,
bengkak pada muka dan jari tangan. keluar cairan pervaginam,
gerakan janin tidak terasa. Selama pemeriksaan antenatal, ibu
mungkin akan membertitahukan jika ia mengalami tanda –
tanda bahaya tersebut atau dapat terdeteksi oleh bidan (Suryati
Romauli, 2011).
2. Kebutuhan Psikologis Ibu Hamil
Wanita cenderung sensitif ketika masa kehamilannya
meningkat. Keadaan ini akan mencapai puncaknya pada 2
minggu post partum dan berangsur-angsur akan turun dalam
tingkat normal antara 6-8 minggu post partum.
Beberapa wanita hamil dapat mengalami stress dimana hal
tersebut terjadi karena adanya penyesuaian terhadap
kehamilan, kecemasan terhadap kesejahteraan bayinya, stress
yang ditimbulkan dari keluarga, aktivitas seksual, penolakan
terhadap kehamilan, tekanan sosial budaya, dan pekerjaan.
Bidan diharapkan memberikan penanganan dan perhatian sejak
awal kunjungan sehingga diharapkan dapat mendatangkan
keadaan psikologis wanita hamil sebaik mungkin. (Suryati
Romauli, 2011).
2.1.10. ANC (Ante Natal Care)
1. Pengertian ANC
ANC adalah pemeriksaan kehamilan sebelum persalinan
terjadi pengawasan antenatal memberikan manfaat dengan

34
ditemukannya berbagai kelainan yang menyertai hamil secara
dini. ANC adalah pengawasan sebelum persalinan terutama
ditunjukkan pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam
Rahim.
Pada ibu hamil memerlukan sedikitnya lebih dari 4 kali
kunjungan selama periode kehamilannya yaitu :
a. 1 x kunjungan pada 3 bulan pertama.
b. 1 x kunjungan pada 3 bulan kedua.
c. 2 x kunjungan pada 3 bulan ketiga.
2. Tujuan ANC
a. Menurut WHO expert committee on the mildfe in maternity
cara mengemukakan tujuan maternity care yaitu :
1) Pengawasan serta penanganan wanita hamil dan saat
persalinan.
2) Perawatan dan pemeriksaan wanita sesudah persalinan.
3) Perawatan neonatus bayi.
4) Pemeliharaan dan pemberian laktasi.
b. Tujuan ANC :
1) Deteksi dini adanya komplikasi.
2) Memantau perkembangan dan kondisi janin.
3) Menyiapkan proses persalinan yang lancar.
4) Meningkatkan dan mempertahankan kesehatan, fisik,
mental, sosial, ibu dan bayi.
5) Mempersiapkan ibu agar masa nifas berjalan normal
dan pemberian asi eksklusif.
6) Mempersiapkan peran ibu dan keluarga dalam
menerima.
7) Memberikan informasi tentang kesehatan dan KB
sekaligus mempersiapkan penggunaan alat kontrasepsi.

35
3. Jadwal Kunjungan
Tabel 2.1 Jadwal Kunjungan
Kunjungan Waktu Informasi Penting
Membangun hubungan saling
percaya antar petugas kesehatan dan
ibu hamil.
Mendeteksi masalah dan
menanganinya melakukan tindakan
pencegahan seperti Tetanus,
Sebelum
Trimester neonanatorum, anemia kekurangan
minggu
pertama zat besi, penggunaan praktek
ke-14
tradisional yang merugikan memulai
persiapan kelahiran bayi dan
kesiapian untuk menghadapi
komplikasi mendorong perilaku
sehat (gizi, latihan, dan kebersihan,
istirahat dan sebagainya).
Sama seperti diatas, ditambah
kewaspadaan khusus mengenai
Sebelum
Trimester eklamsia (tanya ibu tentang gejala-
minggu
kedua gejala pre eklamsia, pantau tekanan
ke-28
darah, evaluasi edema, periksa untuk
mengetahui proteiuriea).
Antara Sama seperti diatas, ditambah palpasi
Trimester
minggu ke abdominal untuk mengetahui apakah
ketiga
28-39 ada kehamilan ganda.
Sama seperti diatas ditambah deteksi
Trimester Setelah 36 letak bayi yang tidak normal atau
ketiga minggu kondisi lain yang memerlukan
kelahiran dirumah sakit.

36
2.1.11. Konsep Mual selama Kehamilan
A. Definisi Mual
Mual dan muntah selama kehamilan bisa terjadi di pagi
hari ataupun kapan saja. Tanda biasa muncul segera setelah
implantasi dan bersamaan saat produksi HCG mencapai
puncaknya, diduga bahwa hormon plasenta inilah yang memicu
mual dan muntah dengan bekerja pada chemoreseptor trigger
zone pada pusat muntah (Sherwood, 2001).
Sebelum muntah terjadi takipnea, salivasi yang banyak,
dilatasi pupil, berkeringat, pucat dan denyut jantung yang cepat
sebagai tanda perangsangan otonom yang menyebar luas
(Soedeman, 2003).
Sebagian besar wanita hamil mengalami mual dan
muntah pada berbagai tingkatan yang berbeda dan dapat terjadi
setiap saat, terutama pagi hari. Keadaan ini biasanya akan
berakhir pada minggu ke 16 (bulan ke 4) pada kehamilan,
meskipun pada beberapa kasus keadaan ini dapat berlangsung
lebih lama. Sebagian besar wanita mengalami mual dan muntah
dalam derajat yang ringan. Pada mual muntah derajat sedang
wanita merasa aktivitasnya terganggu karena kondisi mual dan
muntah ini. Setengah dari wanita yang bekerja merasa
pekerjaannya terganggu karena kondisi ini dan 25% wanita
membutuhkan waktu untuk tidak bekerja (Golberg, 2006).
B. Etiologi
Terdapat beberapa teori mengenai penyebab mual dan
muntah pada kehamilan.
a. Peningkatan Hormon
HCG serum memuncak pada trimester ketiga, tetapi
hubungan antara mual muntah dan sekresi HCG belum
dapat dipastikan. Selain itu efek progesteron pada tonus
otot polos lambung, terutama efek pada motilitas saluran
gastrointestinal bagian atas, kepatenan sfingter esofagus

37
bagian bawah. Selain itu, perlambatan pengosongan
lambung mengisyratka kemungkinan peran hormon steroid
(Coad & Dunstall, 2001). Dalam Sherwood (2008), muntah
secara umum disebabkan oleh motilitas lambung yang
abnormal, muntah tidak ditimbulkan oleh peristaltik
terbalik (reserve peristaltis). Gaya yang mendorong keluar
isi lambung, datang dari kontraksi otot pernafasan yaitu
diafragma (otot inspirasi utama) dan otot abdomen (otot
ekspirasi aktif).
b. Penyakit Penyerta
Selain karena proses kehamilan, mual dan muntah
juga sering kali menyertai penyakit lain, diantaranya yaitu
gastritis akut, penyebab sentral, penyakit yang berhubungan
dengan lambung, akibat obat-obatan maupun pengobatan
medis, dan obstuksi saluran cerna (Wedro, 2009).
Mual mungkin disebabkan oleh penyakit lambung atau
pankreas, obstruksi pilorus dan usus, gangguan emosi,
perangsangan visual, penciuman ataupun pengecapan yang
tidak menyenangkan, kelainan biokimia yang berkaitan
dengan gangguan metabolik ataupun rasa nyeri yang hebat
(Sodeman, 2003).
C. Faktor predisposisi
Kolcaba dan Wilson dalam Tiran (2008)
mengemukakan bahwa terdapat empat elemen kenyamanan,
yaitu elemen fisik (fisiologis), psikospiritual, sosiokultural dan
lingkungan. Adapun faktor predisposisi dan pemburuk mual
dan muntah dalam kehamilan,
a. Mual dan muntah semasa kehamilan ini bisa disebabkan
oleh perubahan dalam sistem endokrin, efek aparatus
vestibular, adaptasi saluran gastrointestinal, infeksi
Helicobacter pylori.

38
b. Masalah psikologis dapat mempredisposisi beberapa wanita
untuk mengalami mual dan muntah dalam kehamilan, atau
memperburuk gejala yang sudah ada ataupun mengurangi
kemampuan untuk mengatasi gejala yang normal.
Kehamilan yang tidak direncanakan, tidak nyaman atau
tidak diinginkan, beban pekerjaan akan menyebabkab
penderitaan batin dan konflik (Tiran, 2008). Perasaan
bersalah, marah, ketakutan dan cemas dapat menambah
gejala fisik. Kurang pengetahuan, informasi dan
komunikasi yang buruk antara wanita dan pemberi
asuhannya turut mempengaruhi persepsi wanita tentang
keparahan gejala (Iatrakis et al, 1988 dalam Tiran, 2008).
c. Masalah sosiokultural turut ambil bagian dalam
mencetuskan terjadinya mual dan muntah. Adanya isu
finansial/okupasional dan harapan sosial menuntut wanita
untuk bekerja. Kecemasan terhadap situasi keuangan dapat
menimbulkan kekhawatiran tambahan yang membuat
wanita merasa tidak sehat.
d. Wanita sering terpapar dengan bau/aroma, zat kimia di
lingkungan sekitar mereka yang dapat menambah rasa mual
mereka dan menyebabkan muntah. Perjalanan ke tempat
kerja membuat mereka bertemu banyak orang dan
dikelilingi oleh berbagai macam bau sehingga dapat
mempengaruhi keparahan mualnya (Tiran, 2008).
e. Kemampuan koping wanita yang megalami mual dan
muntah selama kehamilan sangat beragam yang akan
dipengaruhi oleh kepribadian dan sikapnya terhadap
penyakit, komitmen keluarga, pekerjaan, kesehatan umum
dan ketersediaan mekanisme pendukung. Seorang ibu dapat
mengalami gejala yang berat, meskipun hanya muntah dua
sampai tiga kali. Persepsi ibu mengenai keparahan gejala
merupakan hal yang penting (Tiran, 2008).

39
D. Komplikasi
Mual muntah yang berlebihan dapat menyebabkan
dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan metabolik
dan defisiensi gizi yang dikenal sebagai hiperemesis
gravidarum (Coad & Dunstall, 2001).
Hiperemesis gravidarum merupakan muntah persisten dan
parah. Tanpa pengobatan hiperemesis akan menyebabkan
banyak komplikasi, diantaranya kegagalan hati dan kegagalan
ginjal.(Sinclair,2004)
E. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan mual muntah menurut Suryati Romauli
(2011) antara lain, hindari bau atau faktor – faktor
penyebabnya, makan biscuit kering atau roti bakar sebelum
bangun dari tempat tidur pagi hari, makan sedikit – sedikit
tetapi sering, duduk tegak setiap kali selesai makan, hindari
makanan berminyak dan berbumbu merangsang, makan-
makanan kering dan minuman diantara waktu makan, bangun
dari tidur secara perlahan, dan hindari melakukan kegiatan
secara tiba – tiba, hindari menggosok gigi segera setelah
makan, minum teh herbal, istirahat sesuai kebutuhan dengan
mengangkat kaki dan kepala agak ditinggikan. Hirup udara
segar, jalan – jalan, tidur dengan jendela terbuka, pastikan
cukup udara didalam rumah.
2.1.12. Konsep Nyeri Tulang Belakang pada Kehamilan
A. Pengertian
Nyeri didefinisikan sebagai suatu kondisi subjektif yang
tidak menyenangkan meliputi pengalaman sensorik maupun
emosional, aktual maupun potensial yang menandakan
terjadinya kerusakan jaringan (IASP, 2012). Nyeri bukanlah
penyakit, akan tetapi merupakan keluhan atau tanda klinis yang
harus dicermati dengan baik (Purba, 2010).

40
Nyeri merupakan suatu pengalaman subjektif yang
dialami individu, hanya orang yang mengalami nyeri yang
dapat merasakannya (Potter & Perry, 2011).
Nyeri tulang belakang pada kehamilan menjadi masalah
yang mengganggu kenyamanan ibu saat kehamilan. Nation
Halth System 2014, menjelaskan bahwa sebagian besar wanita
akan mengalami nyeri tulang belakang saat kehamilan yang
sering sebagai gejala yang tidak nyaman dirasakan saat
kehamilan.
B. Etiologi
Penyebab terjadinya nyeri tulang belakang pada
kehamilan bervariatif dan saling berhubungan diantaranya
kenaikan berat badan saat kehamilan, perubahan postur,
peregangan otot rektus abdominis, maupun stres emosional
(Johnson, 2014).
Berat badan selama kehamilan dapat mencapai 12,5
kilogram. Tulang belakang harus mampu untuk menopang
pertambahan berat tersebut. Pertambahan ukuran dan volume
janin maupun uterus dapat menekan pembuluh darah dan
serabut syaraf disekitar tulang belakang (Rukiyah dkk, 2009).
Penyebab lainnya yaitu perubahan postur saat
kehamilan (Leifer, 2008). Kehamilan dapat mengubah pusat
gravitasi tubuh, akibatnya secara perlahan perubahan postur
tubuh ini akan merubah gaya dan posisi saat berjalan
(Henderson & Jones, 2006). Perubahan gaya gravitasi dan gaya
berjalan ini yang akan menyebabkan otot-otot sekitar tulang
belakang menjadi tegang dan nyeri (Wong et al, 2006).
Perubahan hormonal terjadi saat kehamilan menjadi
salah satu penyebab nyeri tulang belakang (Johnson, 2014).
Peningkatan hormon relaksin yang diproduksi membuat
ligamen ada area panggul relaksasi dan sendi menjadi semakin

41
meregang sebagai persiapan proses melahirkan (Wong et al,
2006).
Penyebab nyeri tulang belakang saat kehamilan lainnya
yaitu peregangan otot terjadi saat uterus mulai membesar
(Leifer, 2008). Dua otot yang berhubungan yaitu rectus
abdominis yang menghubungkan antara rongga dada sampai ke
area pubis, memungkinkan terjadinya pemisahan. Pemisahan
ini akan memperburuk kondisi nyeri tulang belakang (Salmah
dkk, 2005).
Faktor stres dan emosional menyebabkan gangguan
tegangan otot yang ada di punggung semakin memegang
(ACPWH, 2011). Tegangan ini yang menyebabkan terjadinya
nyeri tulang belakang yang semakin parah (Johnson, 2014).
C. Faktor resiko terjadinya nyeri tulang belakang
Pekerja berat menjadi faktor resiko terjadinya nyeri
tulang belakang pada kehamilan. Hipermobilisasi terutama
pada wanita karier yang bekerja dilaporkan meningkatkan
angka terjadinya nyeri tulang belakang saat kehamilan (Katonis
et al, 2011).
Indeks masa tubuh lebih tinggi dari batas normal serta
usia kehamilan yang semakin meningkat menyebabkan resiko
terjadinya nyeri tulang belakang meningkat. Usia kehamilan
yang semakin tua dapat meningkatkan resiko terjadinya nyeri
tulang belakang mengingat beban yang ada dan harus ditopang
tulang belakang semakin berat (Kurup et al, 2012).
D. Tanda dan gejala
Nyeri pada area panggul, tulang belakang, maupun diantara
anus dan vagina dikeluhkan secara subjektif oleh ibu hamil
yang mengalami nyeri tulang belakang (NHS, 2014).
Nyeri tersebut terjadi terutama saat posisi tubuh fleksi
kearah depan, hal ini terjadi karena terbatasnya ruang gerak

42
tulang belakang pada area lumbal dan memperburuk terjadinya
nyeri tulang belakang (Vermani et al, 2009).
Nyeri dapat dirasakan saat berjalan, menaiki tangga,
berdiri menggunakan satu kaki, dan bangun dari tempat tidur.
Nyeri tulang belakang dilaporkan tidak hanya terjadi lokal pada
area tulang belakang melainkan dapat menyebar ke area
panggul, paha, dan simpisis (ACPWH, 2011).
Nyeri tulang belakang pada kehamilan dapat terjadi
sejak awal kehamilan, dan pada setiap trimester intensitas nyeri
akan mengalami perubahan. Trimester pertama terjadi
peningkatan hormon relaksin yang menyebabkan ligamen
tulang belakang meregang sehingga terjadi ketidakstabilan
posisi tulang belakang. Perubahan nyeri semakin meningkat
pada trimester kedua, hal ini disebabkan karena pembesaran
uterus dan gravitasi tubuh sehingga nyeri semakin terasa.
Trimester ketiga kehamilan nyeri tulang belakang semakin
berat terasa, bahkan nyeri tulang belakang dirasakan sepanjang
hari karena uterus yang semakin membesar dan beban kerja
tulang belakang untuk menopangnya semakin berat (Innes,
2014).
E. Penatalaksanaan nyeri tulang belakang
a. Penatalaksanaan Farmakologis
Penatalaksanaan secara farmakologis khususnya
untuk nyeri tulang belakang pada kehamilan masih belum
ditetapkan secara jelas (Sinclair, 2014). Penggunaan
parasetamol dan analgesik aman digunakan untuk
mengatasi nyeri tulang belakang dalam kehamilan (Green
& Wilkinson, 2004). Penggunaan parasetamol dan
analgesik tidak selalu efektif untuk digunakan mengatasi
nyeri tulang belakang (Vermani et al, 2009).
Penggunaan Non Steroid Anti Inflamation Drug’s
(NSAID), namun obat ini tidak boleh digunakan pada usia

43
kandungan bayi dibawah 30 bulan, karena berisiko
menyebabkan malformasi pada proses pembentukan janin
(Sinclair, 2014).
b. Penatalaksanaan Non-Farmakologis
Pendidikan kesehatan tentang pola hidup yang baik
saat kehamilan seperti menghindari kelelahan, tidak
mengangkat benda yang terlalu berat, istirahat yang cukup,
dan turunnya kedua kaki dalam kondisi fleksi keduanya
saat turun dari tempat tidur perlu untuk disampaikan kepada
ibu hamil yang mengalami nyeri tulang belakang (ACPWH,
2011).
F. Komplikasi
Nyeri tulang belakang saat kehamilan dapat menjadi
buruk kondisinya jika tidak segera ditangani seperti kerusakan
jaringan sekitar sebagai respon maldaptif dari nyeri ditambah
emosional yang kurang baik dapat terjadi, depresi dan
perubahan mood merupakan masalah terbesar yang ditemukan,
karena masalah ini dapat mengubah persepsi kesehatan secara
umum bagi ibu hamil yang mengalami nyeri tulang belakang,
frustasi karena tidak dapat melaksanakan tugas sehari-hari
sebagai seorang ibu serta komunikasi terhadap pasangan
maupun keluarga menjadi kurang harmonis karena sang ibu
menganggap tidak mampu merawat diri sendiri maupun
keluarga dan sang ibu tidak dapat menjalani kehamilannya
dengan nyaman (ACPWH, 2011).

2.1.13 Pusing pada kehamilan


A. Pengertian
Pusing saat hamil muda. Pusing ketika hamil umum terjadi
pada awal trimester kehamilan. Hal itu wajar terjadi akibat
rendahnya tekanan darah dalam tubuh.

44
Turunnya tekanan darah pada masa-masa kehamilan
dikarenakan oleh kesibukan hormon progresteron yang
melemaskan serta memperlebar dinding pembuluh darah.
Tidak hanya pada trimester awal, pusing ketika hamil dapat
juga terjadi pada masa-masa trimester ke-2 serta ketiga.
Pada trimester ke-2, perkembangan serta perubahan janin
dalam rahim bikin tubuh mempunyai darah serta cairan yang
banyak. Hal semacam ini bakal tingkatkan tekanan darah
hingga dapat mengakibatkan ibu hamil alami sakit kepala serta
pusing. Lalu itu pada trimester ketiga kehamilan, pusing dapat
disebabkan oleh aliran darah menyusut akibat penekanan
pembuluh darah oleh berat tubuh janin.
B. Etiologi
Berikut ini ini yaitu 10 penyebabnya pusing ketika hamil
yang ditulis dari healthmeup. com serta beberapa sumber yang
lain. Beberapa salah satunya yaitu lumrah terjadi ketika
melakukan kehamilan & yang lain memerlukan perlakuan
selanjutnya.

a. Melebarnya pembuluh darah


Perubahan hormon Anda yang terjadi ketika hamil
dapat bikin lebar pembuluh darah. Hingga tubuh Anda
bakal mengalirkan semakin banyak lagi darah ke bayi
dalam kandungan Anda. System kardiovaskular serta detak
jantung Anda bakal makin bertambah. Darah yang dipompa
dapat juga bertambah sampai meraih 50%. Mengakibatkan,
tidak tidak sering beberapa bumil kerap rasakan pusing.
b. Meningkatnya aliran darah
Tingkatkan aliran darah dalam tubuh pada janin dalam
kandungan Anda memiliki arti juga kalau tekanan darah
Anda sendiri bakal alami penurunan. Sesungguhnya system
dari kardiovaskular serta saraf Anda sudah didesain untuk

45
siap dengan hal itu, namun ada ketika dimana aliran darah
Anda ke otak juga jadi tidak memenuhi hingga bakal bikin
Anda pusing serta sampai ada yang pingsan.
c.Timbulnya tekanan dalam pembuluh darah
Bersamaan dengan makin bertambah besarnya
kehamilan, jelas saja rahim Anda akan menghimpit sisi
pembuluh darah yang disebut juga nama vena kava. Bentuk
vena yang satu ini termasuk juga vena yang besar serta
berperan membawa kembali darah Anda dari tubuh
dibagian bawah pada jantung Anda. Tekanan ini jelas saja
dapat bikin supply darah Anda ke otak makin menyusut
serta bakal mengakibatkan pusing.
d. Kandungan gula dalam darah yang rendah
Perubahan pada system metabolisme tubuh Anda yang
juga terjadi saat hamil dapat menurunkan kandungan gula
darah Anda. Ini menyebabkan Anda terasa pusing.
Ke empat penyebabnya timbulnya rasa pusing pada
ketika tengah hamil diatas yaitu lumrah saja hingga Anda
tidak usah cemas serta lantas meminum banyak obat
pusing, lantaran minum obat-obatan kimiawi beresiko
kesehatan kandungan Anda.
e. Kehamilan ektopik
Kehamilan ektopik ini terjadi pada ketika janin
tertanam pada tuba falopi serta bukanlah didalam rahim.
Kehamilan ektopik ini bakal mengakibatkan pusing dengan
dibarengi dengan nyeri pada satu diantara segi kepala.
f) Tidak/kurang makan
Bayi Anda seperti ‘parasit’ serta bakal menyedot
beragam nutrisi yang ada dalam tubuh Anda. Tubuh Anda
bakal memenuhi keperluan nutrisi janin terlebih dulu saat
sebelum mulai memenuhi nutrisi Anda.

46
Begitulah satu diantara sebab mengapa wanita hamil
dianjurkan untu kselalu makan tiap beberapa jam sekali.
Jika Anda tidak makan kurun waktu yang cukup lama,
kandungan glukosa dalam tubuh mungkin saja bakal turun
hingga bisa mengakibatkan pusing. Baca juga : 8 Nutrisi
Perlu Ibu Hamil.
g) Berdiri sangat lama
Sesudah umur kehamilan masuk trimester ke-2, berdiri
dalam periode waktu yang cukup panjang tidaklah adalah
hal yang bagus. Berdiri bisa mengakibatkan penimbunan
darah di bagian kaki serta sekalian memotong supply
oksigen dari tubuh ke otak. Hal itu dapat menyebabkan
pusing serta beberapa ibu bahkan juga dapat pingsan.
h) Tekanan darah naik turun
Perubahan hormonal ketika hamil dalam dapat
mengakibatkan tekanan darah jadi naik serta turun. Jika
tekanan darah Anda tengah turun dengan cepat, Anda akan
mulai rasakan pusing serta berkeringat dengan deras.
i) Diabetes gestasional
Jika Anda menanggung derita diabetes ketika hamil
atau yang disebut dengan diabetes gestasional, Anda bakal
cukup kerap alami pusing sepanjang dalam melakukan
kehamilan. Diabetes dapat juga menyulitkan proses
persalinan. Pemecahannya yaitu Anda mesti ganti pola
makan serta makan pada setiap beberapa jam sekali agar
bisa hindari pusing.
j) Anemia
Kekurangan zat besi maupun anemia kerapkali dihadapi
oleh beberapa wanita ketika kehamilan. Anda butuh dengan
teratur mengecek kandungan hemoglobin serta konsumsi
beberapa suplemen zat besi supaya tidak terasa pusing.
Baca juga : Penyebabnya & Langkah Alami Tangani

47
Anemia Ketika Hamil. Begitulah 10 penyebabnya pusing
ketika hamil yang perlu Anda pahami. Supaya tidak
menduga-duga, baiknya Anda teratur memeriksakan
kandungan sepanjang dalam melakukan masa-masa hamil,
supaya tiap ada keluhan apa pun dapat mendapat perlakuan
yang pas dari dokter.
C. Penatalaksanaan
Ada beberapa hal yang mungkin saja dapat bantu
memperingan sakit kepala pada ibu hamil seperti :
a. Istirahat
Anda dapat berbaring ditempat tidur dengan
keadaan ruang gelap serta tidak berisik. Lantas pejamkan
mata Anda supaya tubuh serta kepala merasa santai.
b. Pijat
Memijat lembut sisi kepala yang sakit dapat juga
Anda kerjakan. Atau dapat pula minta tolong pada orang
lain untuk memijat pundak serta leher Anda untuk
menangani kemelut. Bila Anda mempunyai waktu
senggang, Anda bisa berkunjung ke tempat pijat profesional
supaya dapat mendapat pijak relaksasi pada semua tubuh.
c. Kompres.
Anda dapat mengompres muka, mata, serta jidat
dengan handuk yang sudah di rendam air panas. Atau dapat
pula mengompres sisi belakang leher dengan handuk
dingin. Ibu hamil dapat serta aman untuk konsumsi obat
parasetamol bila diminum sesuai sama dosis yang
disarankan. Tetapi jauhi konsumsi obat sakit kepala yang
lain tanpa referensi dari dokter.
d. Janganlah terlambat makan
Makan teratur akan memberi kandungan gula darah
yang stabil untuk tubuh. Idealnya, ibu hamil makan dengan
jumlah sedikit, tetapi kerap. Jauhi makanan manis yang

48
dapat menambah kandungan gula saat itu juga, tetapi cuma
untuk saat yang singkat serta kemudian kandungan gula
bakal alami penurunan mencolok.
e. Cukup minum air putih
Cukupilah keperluan cairan tubuh dengan
mengkonsumsi air putih. Jauhi minuman yang memiliki
kandungan cafein seperti teh, kopi, serta minuman
berkarbonasi, yang bakal merangsang ibu hamil untuk
selalu berkemih.
f. Cukupi keperluan zat besi
Memenuhi zat besi bakal menghindari ibu hamil
dari anemia. Makanlah sumber makanan kaya zat besi,
seperti seperti daging merah, daging unggas, kacang-
kacangan, serta kubis. Bila mau konsumsi suplemen zat
besi, pastikan dulu Anda memperoleh pengawasan dari
dokter.
g. Pakai baju longgar yang nyaman
Baju yang longgar serta nyaman bakal menghindari
ibu hamil dari kegerahan sampai alami kenaikan temperatur
tubuh yang berlebihan. Bila hal itu masihlah merasa
kurang, minum air putih serta pakai kipas angin untuk
menyejukkan tubuh.
h. Rajin bergerak
Bergeraklah untuk memperlancar system aliran.
Bila pekerjaan menuntut untuk berdiri dalam periode waktu
lama, bebrapa kerap menggeser posisi atau bertukaran
memakai kaki yang jadikan penopang bisa dikerjakan.
Lalu bila pekerjaan ibu hamil semakin banyak duduk, jalan-
jalan sesekali harus dikerjakan supaya aliran darah lancar.
Janganlah duduk dengan kaki disilangkan lantaran bisa
tingkatkan resiko terjadinya bekuan darah di pembuluh
darah di kaki.

49
i. Janganlah mandi dengan air panas
Mandilah menggunakan air sesuai sama suhu ruang.
Bila ketika mandi terasa pusing, bergeraklah perlahan atau
minta pertolongan orang lain. Jauhi menggunakan spa atau
jacuzzi lantaran bisa tingkatkan suhu tubuh serta hal itu
tidak aman untuk ibu hamil.
j. Berhenti merokok
Berhenti merokok ketika melakukan masa-masa
kehamilan yaitu tindakan yang amat bijak. Tidak hanya
beresiko untuk janin dalam kandungan, asap rokok dapat
juga mengakibatkan pusing ketika hamil.
k) Janganlah berbaring terlentang sangat lama
Terlentang kurun waktu yang lama akan
mengakibatkan tertekannya pembuluh darah paling utama
yang membawa darah kembali pada jantung hingga
menghalangi system aliran.
Tidak hanya itu, berbaring terlentang dapat juga
mengakibatkan menyusutnya supply oksigen untuk janin.
Berbaring dengan menghadap satu segi lebih aman
dikerjakan. Tidak hanya itu, pastikan dulu duduk perlahan
dulu ketika akan bangun, janganlah langsung berdiri.
2.1.14. Sembelit pada ibu hamil
1. Pengertian
Konstipasi atau Sembelit selama kehamilan terjadi
karena peningkatan hormone progesterone yang menyebabkan
relaksasi otot sehingga usus kurang efisien, konstipasi juga
dipengaruhi karena perubahan uterus yang semakin membesar,
sehingga uterus menekan daerah perut, dan penyebab lain
konstipasi atau sembelit adalah karena tablet besi (iron) yang
diberikan oleh dokter/ bidan pada ibu hamil biasanya
menyebabkan konstipasi juga, selain itu tablet besi juga
menyebabkan warna feses (tinja) ibu hamil berwarna kehitam-

50
hitaman tetapi tidak perlu dikhawatirkan oleh ibu hamil karena
perubahan warna feses karena pengaruh zat besi ini adalah
normal.
2. Etiologi
Adapun penyebab sembelit atau susah buang air besar
saat hamil akan dijelaskan sebagai berikut:
a. Faktor perubahan hormon
Pada masa kehamilan terjadinya peningkatan
hormon progesteron. Hormon ini berperan dalam proses
relaksasi otot halus. Maka, ketika terjadi peningkatan kadar
progesteron dalam tubuh secara otomatis berpengaruh
kepada gerak otot halus yang semakin mudah untuk rileks.
Akibatnya, fungsi kerja otot halus jadi semakin melambat.
Hal ini kemudian berimbas termasuk pada otot halus di
lambung yang menyebabkan proses pengosongan lambung
menjadi semakin melambat dan waktu transit makanan di
lambung meningkat.
Begitu pula dengan gaya peristaltik usus pun jadi
melambat sehingga proses pencernaan makanan menjadi
lebih lama serta daya dorong dan kontraksi usus juga turut
menurun. Hal inilah yang menyebabkan terjadinya
penumpukan sisa makanan di usus yang menyebabkan
proses sekresi turut terganggu. Akhirnya, ibu hamil pun
mengalami sembelit.
b. Perut yang membesar
Seiring dengan bertambahnya usia kehamilan dan
perbesaran perut, risiko terkena sembelit pada ibu hamil
pun semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh perut yang
membesar menimbulkan tekanan rahim pada pembuluh
darah balik panggul dan pembuluh darah balik besar (vena
cava inferior) sebelah kanan yang membawa darah dari
tubuh bagian kanan. Adanya tekanan pada kedua pembuluh

51
itu memberikan pengaruh pada sistem kerja usus besar dan
usus halus sehingga proses pencernaan sisa makanan
terganggu. Akhirnya terjadi penumpukan sisa makanan
yang menyebabkan sembelit.
c. Tekanan pada rektum
Akibat dari perbesaran rahim yang terjadi pada
masa kehamilan, tidak hanya usus saja yang mengalami
penekanan tetapi juga rektum. Akibat adanya tekanan
tersebut menjadikan proses sekresi tinja menjadi tidak
lancar sehingga ibu hamil mudah terkena sembelit.
d. Kurang mengkonsumsi serat
Serat sangat penting untuk memperlancar sistem
pencernaan tubuh. Serat berperan dalam proses penguraian
zat makanan agar semakin mudah saat dikeluarkan
(sekresi). Maka, ibu hamil yang kurang mengonsumsi
makanan yang mengandung serat akan meningkatkan risiko
terkena sembelit.
e. Konsumsi obat dan vitamin tertentu
Konsumsi obat dan vitamin. Selama masa hamil
biasanya ibu diberikan vitamin dan mineral yang bagus
untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi juga untuk
menjaga kesehatan ibu sendiri. Tapi di sisi lain beberapa
obat dan vitamin yang diberikan justru memiliki efek
menyebabkan ibu sembelit seperti konsumsi asam folat, zat
besi, dan kalsium.
f. Cemas dan Stres
Gangguan psikis memang bisa terjadi pada siapa
saja, apalagi pada ibu hamil yang memiliki keadaan khusus.
Ibu hamil cenderung lebih emosional akan kehamilannya
karena berbagai hal apalagi bila sedang stres saat hamil.
Bisa jadi karena kecemasan terhadap bagaimana
kehamilannya, memikirkan apakah ia bisa hamil dengan

52
sehat, ketakutan akan proses persalinan, bahkan termasuk
memikirkan bagaimana ke depannya perkembangan bayi
setelah ia lahir nanti. Gangguan psikis ini juga bisa
disebabkan oleh faktor luar seperti perhatian suami yang
kurang, minimnya peran suami saat istri hamil atau
lingkungan keluarga yang tidak mendukung. Keadaan
emosional ini merupakan kondisi yang harus segera diatasi
karena bisa memberikan dampak buruk bagi si Ibu hamil.
Dalam keadaan stres, bisa jadi kondisi fisik ibu ikut
terganggu. Salah satu efek buruk stres juga, ibu hamil jadi
malas makan karena terlalu banyak merenung atau malas
beraktivitas.
Hal inilah yang berpengaruh terhadap kesehatan
fisik termasuk dalam masalah sistem pencernaan. Ibu
menjadi kekurangan asupan gizi yang menyebabkan
terganggunnya berbagai proses penting dalam tubuh. Hal
demikian juga turut berdampak pada risiko mudahnya ibu
hamil terkena konstipasi.
g. Tidak berolahraga
Kondisi hamil bukan berarti penghalang bagi ibu
untuk berolahraga. Yang perlu diperhatikan bahwa selama
hamil ibu tetap bisa berolahraga asal dengan perhatian yang
khusus dan memahami tips olahraga. Mengambil manfaat
jalan pagi untuk ibu hamil juga termasuk olahraga untuk
ibu hamil. Selain itu, senam hamil juga sebaiknya
dilakukan. Kurang berolahraga menyebabkan kekencangan
pada otot tubuh sehingga ibu mudah mengalami kram dan
nyeri. Otot menjadi kaku bahkan termasuk otot halus yang
akhirnya mengganggu pada gerak peristaltik usus dan
menyebabkan terjadinya sembelit pada ibu hamil.

53
h. Kurang bergerak
Yang paling mengkhawatirkan dengan seiring
bertambahnya usia kehamilan adalah ibu hamil yang
menjadi malas untuk beraktivitas. Hal ini disebabkan
karena ibu yang merasa kesulitan karena pertambahan berat
tubuh sekaligus membesarnya rahim. Padahal, kurang
bergerak pada usia kehamilan tua justru membuat otot-otot
tubuh menjadi kaku dan berdampak pada persalinan.
Selain itu, kurang bergerak juga dapat menyebabkan
menignkatnya risiko sembelit. Sebaiknya ibu hamil tetap
beraktifitas asalkan tidak mengambil bahaya ibu hamil
angkat beban berat dan menghindari aktivitas berbahaya
untuk ibu hamil.
i. Makan yang tidak teratur
Pada awal kehamilan biasanya ibu akan mendapati
kondisi mual dan muntah (morning sickness). Hal ini
menyebakan perut menjadi begah sekaligus dapat
mengurangi nafsu makan. Akibat berkurangnya nafsu
makan, maka asupan nutrisi pun jadi tidak terpenuhi
dengan baik. Hal ini dapat menyebabkan terjadinya
sembelit.
j. Kurang minum
Kekurangan asupan cairan selain menyebabkan ibu
mudah dehidrasi juga berdampak pada sisa pencernaan
makanan yang menjadi keras sehingga sulit untuk
dikeluarkan. Akhirnya menyebabkan ibu hamil jadi
kesulitan untuk buang air besar.
3. Penatalaksanaan
Mengatasi masalah sembelit pada ibu hamil perlu
perhatian khusus karena perlu pertimbangan terhadap kondisi
kehamilan ibu. Tidak serta merta dengan menggunakan obat
pencahar saja karena dikhawatirkan obat-obatan tertentu justru

54
akan berdampak pada janin yang dikandung. Untuk itu, berikut
akan dijelakan beberapa cara untuk mengatasi masalah buang
air besar pada ibu hamil, yakni:
a. Asupan nutrisi yang baik
Selama hamil, asupan gizi dan nutrisi yang baik
sangat dibutuhkan untuk menjaga ibu agar tetap sehat.
Apalagi, asupan gizi ini terbilang harus lebih banyak lagi
karena tidak hanya untuk memenuhi kebutuhan ibu, tetapi
juga agar pertumbuhan dan perkembangan janin bisa
berjalan dengan baik. Usahkan untuk selalu mengkonsumsi
makanan sehat dan minuman yang sehat dan seimbang
untuk menjaga agar nutrisi sehari-hari dapat terpenuhi.
Konsumsi makanan yang mengandung banyak serat
dapat membantu ibu mengatasi sekaligus mencegah dari
terkena sembelit.Sumber makanan yang dimaksud adalah
sayur-sayuran hijau, buah-buahan, serta kacang-kacangan.
Selain banyak mengkonsumsi makanan yang penuh serat,
usahakan juga untuk menghindari sumber makanan yang
tidak mengandung serat seperti roti putih karena akan
menyebabkan feses menjadi keras.
b. Memperbanyak minum air putih
Salah satu penyebab sembelit adalah karena feses
yang terlalu keras sehingga sulit untuk dikeluarkan. Untuk
melunakkannya, ibu hamil butuh asupan air putih yang
banyak agar usus bisa lebih lancar dalam memproses
pelunakan sisa makanan sehingga sembelit pun dapat
segera diatasi.
c.  Hindari makan terlalu kenyang
Hindari untuk tidak makan berlebih atau
kekenyangan karena akan membuat ibu jadi mudah merasa
begah. Selain itu, kekenyangan juga akan memperberat
fungsi sistem pencernaan dalam mencerna makanan. Jadi,

55
ibu hamil lebih baik untuk makan sering dalam porsi kecil
daripada makan hanya tiga kali sehari tapi dalam porsi yang
berlebihan.
d. Memeriksa kembali obat atau vitamin yang dikonsumsi
Beberapa vitamin dan mineral yang baik
dikonsumsi selama kehamilan di sisi lain juga memiliki
efek samping menyebabkan sembelit pada ibu hamil.
Maka ada baiknya konsultasikan dengan bidan atau dokter
kandungan Anda bagaimana cara mensiasatinya atau jika
memungkinkan mengganti dengan obat dan vitamin yang
tidak berisiko menyebabkan sembelit.
e. Tidak menunda ketika ingin buang air besar
Pada beberapa orang termasuk ibu hamil mungkin
memiliki kebiasaan buruk satu ini yakni senang menunda-
nunda ketika ingin buang air besar. Padahal, hal ini justru
berdampak pada lemahnya otot-otot usus besar sehingga
dalam fungsinya memproses sisa makanana turut
terganggu. Akibatnya bisa menjadi sembelit. Karena itu,
jangan membiasakan untuk menunda-nunda ketika ingin
BAB.
f. Mengkonsumsi bakteri baik
Konsumsi probiotik bermanfaat untuk
merangsanga bakteri alami pada usus untuk menguraikan
sisa makanan. Dengan konsumsi probiotik, dapat
menmbantu memperlancar proses buang air besar dan ibu
hamil pun jadi terhindar dari sembelit.
g. Olahraga
Berolahraga membantu melemaskan otot tubuh tapi
bukan berarti  membuat otot menjadi kelebihan rileks.
Berolahraga selama kehamilan justru membantu
menghindarkan dari kekakuan otot yang sangat
bermanfaat pada saat proses persalinan nanti. Selain itu,

56
banyak bergerak pada saat hamil juga membantu
mengatasi masalah sembelit.
2.1.15. Konsep Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Menejemen Kebidanan
Adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan agar
menguntungkan kedua belah pihak klien maupun pemberi
asuhan kebidanan.

Merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan


sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah. Temuan ketrampilan dalam rangkaian
atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan.

2. Tujuh Langkah Varney


I. Pengkajian
Pengkajian adalah mengumpulkan semua informasi yang
akurat dan lengkap dari semua sumber yang berkaitan dengan
kondisi klien seperti hasil anamnese klien, suami, maupun
keluarga, hasil pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksan
dokumentasi atau rekam medis lain (Varney, 2015).
Tanggal :
Pukul :
Tempat :
1. Data Subjektif
a. Biodata
Nama : Memudahkan untuk berkomunikasi.
Umur :Untuk menentukan faktor resiko dan kurun
waktu reproduksi yang sehat antara umur 20
– 30 tahun (Manuaba, 2016).
Agama :Ditanyakan untuk mempermudah dalam
memberi dukungan spiritual.

57
Pendidikan :Ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektualnya. Tingkat pendidikan yang
mempengaruhi sikap perilaku seseorang.
Pekerjaan :Ditanyakan untuk mengetahui kemungkinan
pengaruh pekerjaan terhadap permasalahan
kesehatan klien.
Alamat :Dengan diketahui alamat klien bidan dapat
mengetahui lingkungan sekitar klien.
b. Keluhan Utama
Mengkaji adanya keluhan / gejala yang menyebabkan
klien dibawa untuk periksa berkaitan dengan gangguan
pertumbuhan dan perkembangannya.
c. Riwayat Kebidanan
1) Riwayat Menstruasi
Meliputi umur menarche, siklus haid,
banyaknya darah haid, apakah pernah keputihan
waktu haid yang terakhir untuk menentukan
tafsiran persalinan.
2) Riwayat Kehamilan
Persalinan dan nifas yang lalu ditanyakan
kepada ibu untuk mengetahui berapa kali hamil,
melahirkan dengan cara apa, jumlah anak, umur
anak terkecil, keadaan setelah melahirkan ada
perdarahan atau tidak.
3) Riwayat Kehamilan Sekarang
Keluhan atau gangguan waktu hamil ANC
berapa kali dan dimana, imunisasi TT berapa.
Menambah tablet penambah darah atau tidak,
pelayanan yang didapat. Untuk memudahkan kita
dalam memberikan pelayanan dan pengobatan.

58
4) Riwayat Kesehatan
a) Riwayat penyakit yang lalu
Ditanyakan kepada ibu untuk
mengetahui ada tidaknya penyakit yang diderita
oleh ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan,
misal : TBC, Kencing manis, Hipertensi,
Jantung, dan Hepatitis serta pengobatan yang
sedang dan pernah dilakukan. Hal ini penting
dilakukan untuk mengetahui untuk melihat
kemungkinan adanya penyakit yang meyertai
dan dapat mempengaruhi kehamilannya.
b) Riwayat Penyakit dan Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang
kesehatan keluarga terutama anggota keluarga
yang mempunyai penyakit menular seperti :
TBC, Hepatitis. Penyakit keluarga yang dapat
ditrunkan seperti asma, kencing manis,
hipertensi dan riwayat kehamilan kembar.
d. Keadaan Psikososial
Untuk mengetahui keadaan psikologis dan
hubungan sosial dengan keluarga dan masyarakat.
e. Latar Belakang Sosial Budaya
Untuk mengetahui kebiasaan dan kebudayaan
lingkungan tempat tinggal klien.
f. Pola Kegiatan Sehari – hari
1) Pola Nutrisi
Makan berapa kali, terdiri dari apa saja,
berapa banyak, Minum berapa kali, berapa banyak.
2) Pola Eliminasi
BAK : Berapa kali tiap hari, warna, ada gangguan
atau tidak.

59
BAB : Berapa kali tiap hari, warna, konsistensi
lunak/keras.
3) Pola Aktivitas
Selama di rumah ibu melakukan kegiatan /
aktivitas apa saja.
4) Pola Istirahat
Tidur siang jam berapa, dari jam berapa sampai jam
berapa
Tidur malam jam berapa, dari jam berapa sampai
jam berapa.
5) Pola Kebersihan Diri
Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali,
ganti pakaian dan celana dalam berapa kali per hari.
2. Data Obyektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik / cukup / lemah
Kesadaran : Composmentris / apatis / koma
Tekanan darah : 100 – 120 mmHg
Nadi : 80 – 90 kali/menit
RR : 16 – 24 kali/menit
TB : ≥ 145 cm
BB saat hamil : Penambahan 12 – 16 kg
BB sebelum hamil: (....) kg
b. Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi
1) Muka
Untuk mengetahui ada atau tidak chloasma
gravida dan ada icterus atau tidak pada sklera.
2) Mata
Untuk mengetahui apakah terjadi anemia
atau tidak pada conjungtiva.

60
3) Mulut / bibir
Untuk mengetahui apakah adanya
pembesaran tonsil atau karies gigi / Untuk
mengetahui keadaan konstruksi gigi apakah
terjadi kekeroposan atau tidak dimana hal ini
menjadi indikasi adanya kekurangan kalsium
atau tidak.
4) Payudara
Observasi dilakukan untuk mengetahui
ukuran, bentuk, dan warna kulit dan putting
susu. Palpasi dilakukan untuk mengatahui ada
tidaknya benjolan, rasa sakit (oleh karena
adanya infeksi).
5) Abdomen
Observasi dinding abdomen.Untuk
mengamati gerak uterus (his), gerak janin, dan
tanda – tanda kehamilan.
6) Genetalia
Genetalia eksterna : Observasi labia mayora,
minora, fluor albus
(warna dan baunya).
Genetalia interna : Observasi vagina, portio
dan orifisium eksterna.
7) Ekstremitas
Atas : Gangguan atau kelainan, bentuk
Observasi keadaan tangan terutama
telapak tangan dan kuku, misal untuk
mengetahui apakah tampak pucat atau
sianosis.
Bawah : Bentuk, udema, varisesObservasi
dilakukan untuk mangetahui ada
tidaknya kelainan seperti varises dan

61
edema. Palpasi dilakukan untuk
menentukan derajat varises atau edema.
2) Palpasi
1) Payudara
Konsistensi payudara keras, tidak ada
benjolan pada payudara terdapat
pengeluaran colostrum.
2) Abdomen  
1. Leopold I
Untuk menentukan TFU dan bagian
janin yang terdapat pada fundus.
2. Leopold II  
Untuk menentukan bagian janin yang
terdapat disamping kanan / kiri ibu.
1. Leopold III
Untuk menentukan bagian terendah
janin (kepala).
1. Leopold IV
Menentukan apakah bagian terendah
sudah masuk PAP atau belum.
3) TBJ
1. Hodge I : TFU – 13 x 155
2. Hodge II : TFU – 12 x 155
3. Hodge III : TFU – 11 x 155
4)His : > 2x 10’ > 40”
3) Auskultasi
a) Dada : Tidak ada bunyi ronhki
dan weezing
b) DJJ : > 120 – > 160 x/menit
4) Perkusi
Ekstremitas : Reflek patella + / +

62
5) Pemeriksaan Panggul
a) Distansia Spinarum : 23 – 26 cm
b) Distansia Cristarum : 28 – 30 cm
c) Conjugata Eksterna : 16 – 18 cm
d) Lingkar Panggul : 80 cm
6) Pemeriksaan Penunjang
a) HB : 11 gram/%
b) Pemeriksaan albumin urine : (+) / (-)
c) Pemeriksaan reduksi urine : (+) / (-)

II.  Identifikasi Diagnosa  Masalah Dan Kebutuhan


Yaitu menganalisa data dasar yang diperoleh pada
pengkajian, menginterpretasikannya secara akurat dan logis,
sehingga dapat merumuskan diagnosa atau masalah
kebidanan (Varney, 2015).
Diagnosa kebidanan dirumuskan berdasarkan analisa
data yang telah dikumpulkan dan dibuat dengan kesenjangan
yang dihadapi oleh pasien atau keadaan psikologi yang ada
pada tindakan kebidanan sesuai dengan wewenang bidan dan
kebutuhan pasien (IBI, 2004).
III. Identifikasi Diagnosa Dan Masalah Potensial
Yaitu langkah antisipasi, sehingga dalam melakukan
asuhan kebidanan dapat mengantisipasi permasalahan yang
akan timbul dari kondisi yang ada atau sudah ada. Langkah
ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan
pencegahan (Varney, 2015).
IV. Identifikasi Masalah Yang Membutuhkan Tindakan Segera
Yaitu mengidentifikasi perlunya tindakan segera,
baik tindakan intervensi, tindakan konsultasi, kolaborasi
dengan Dokter, atau rujukan berdasarkan kondisi klien
(Varney, 2015).

63
V. Mengembangkan Rencana
Yaitu merencanakan asuhan secara menyeluruh
yang ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah
ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap masalah atau
diagnosis yang telah diidentifikasi atau diantisipasi. Pada
langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat
dilengkapi (Varney, 2015).
VI. Implementasi
Yaitu melakukan rencana asuhan secara
menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke –
5, dan dilaksanakn secara efisien, efektif dan aman (Varney,
2015).
VII. Evaluasi
Yaitu mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang
sudah diberikan, meliputi pemenuhan kebutuhan akan
bantuan apakah benar – benar telah terpenuhi sesuai dengan
kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di dalam
dignosa dan masalah (Varney, 2015).
2.2 Konsep Asuhan Kebidanan Persalinan
2.2.1 Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran (kelahiran) hasil
konsepsi yang dapat hidup di luar uterus melalui vagina ke dunia
luar. Proses tersebut dapat dikatakan normal atau spontan jika bayi
yang dilahirkan berada pada posisi letak belakang kepala dan
berlangsung tanpa bantuan alat -alat atau pertolongan, serta tidak
melukai ibu dan bayi. Pada umumnya proses ini berlangsung dalam
waktu kurang dari 24 jam (Jenny J.S. Sondakh, 2013).

1. Menurut cara persalinan


a. Partus biasa (normal)
Atau disebut juga partus spontan adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala dengan tenaga ibu
sendiri tanpa bantuan alat – alat serta tidak melukai ibu dan
64
bayi, umumnya berlangsung kurang dari 24 jam. Persalinan
normal dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan culup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai
adanya penyulit.
b. Partus luar biasa (abnormal)
Adalah persalinan per – vaginam dengan bantuan
alat – alat atau melalui dindning perut dengan operasi
section caesarea (SC)
2. Menurut usia kehamilan
a. Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelum janin
dapat hidup (viable), berat janin di bawah 1000 gram, atau
usia kehamilan di bawah 28 minggu.
b. Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi
pada umur kehamilan 28 – 36 minggu. Janin dapat hidup,
tetapi premature, berat janin antara 1000 – 2500 gram.
c. Partus matures/aterm (cukup bulan) adalah partus pada
umur kehamilan 37 – 40 minggu, janin matur, berat badan
di atas 2500 gram.
d. Partus postamaturus (serotinus) adalah persalinan yang
terjadi 2 minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir,
janin disebut postmatur.
e. Partus praesipitatus adalah partus yang berlangsung cepat,
mungkin di kamar mandi, di atas kendaraan, dan
sebagainya.
f. Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan
persalinan untuk memperoleh bukti tentang ada tidaknya
Cephalo Pelvix Disproportion (CPD).
2.2.2 Proses Mulainya Persalinan
Terdapat beberapa teori yang berkaitan dengan mulai
terjadinya kekuatan his sehingga menjadi awal mula terjadinya
proses persalinan (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
1. Teori Penurunan Progesteron

65
Kadar hormon progesteron akan mulai menurun pada kira–
kira 1–2 minggu sebelum persalinan dimulai (Prawiroharjo
2014 : 181).
Terjadinya kontraksi otot polos uterus pada persalinan
akan menyebabkan rasa nyeri yang hebat yang belum diketahui
secara pasti penyebabnya, tetapi terdapat beberapa
kemungkinan, yaitu :
a. Hipoksia pada miometrium yang sedang berkontraksi.
b. Adanya penekanan ganglia saraf di serviks dan uterus
bagian bawah otot – otot yang saling bertautan.
c. Peregangan serviks pada saat dilatasi atau pendataran
serviks, yaitu pemendekan saluran serviks dari panjang
sekitar 2 cm menjadi hanya berupa muara melingkar
dengan tepi hampir setipis kertas.
d. Peritoneum yang berada di atas fundus mengalami
peregangan (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
2. Teori Keregangan
Ukuran uterus yang makin membesar dan mengalami
peregangan akan mengakibatkan otot – otot uterus
mengalami iskemia sehingga mungkin dapat menjadi faktor
yang dapat mengganggu siskulasi uteroplasenta yang pada
akhirnya membuat plasenta mengalami degenerasi. Ketika
uterus berkontraksi dan menimbulkan tekanan pada selaput
ketuban, tekanan hidrostatik kantong amnion akan
melebarkan saluran serviks (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
3. Teori Oksitosin Interna
Hipofisis posterior menghasilkan hormon oksitosin.
Adanya perubahan keseimbangan antara estrogen dan
progesteron dapat mengubah tingkat sensitivitas otot rahim
dan akan mengakibatkan terjadinya kontraksi uterus yang
disebut Braxton Hicks. Penurunan kadar progeston karena
usia kehamilan yang sudah tua akan mengakibatkan

66
aktivitas oksitosin meningkat (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
Beberapa tanda – tanda dimulainya proses persalinan
adalah terjadinya his Persalinan dengan sifat teratur,
interval makin pendek, dan kekuatan makin besar.
Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan. Sifatnya
Makin beraktivitas (jalan), kekuatan akan makin bertambah
(Jenny J.S. Sondakh, 2013).
Pengeluaran lendir dengan darah, terjadinya his
persalinan mengakibatkan terjadinya perubaha pada serviks
yang akan menimbulkan pendataran dan pembukaan.
Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis
servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler
pembuluh darah pecah (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
Pengeluaran Cairan Pada beberapa kasus persalinan
akan terjadi pecah ketuban. Sebagian besar, keadaan ini
terjadi menjelang pembukaan lengkap. Setelah adanya
pecah ketuban, diharapkan proses persalinan akan
berlangsung kurang dari 24 jam (Jenny J.S. Sondakh,
2013).
Hasil – Hasil yang Didapatkan pada Pemeriksaan
Dalam adalah perlunakan serviks, perdarahan serviks,
pembukaan serviks (Jenny J.S. Sondakh, 2013).

Secara umum, persalinan berlangsung alamiah, tetapi


tetap diperlakukan pemantauan khusus karena setiap ibu
memiliki kondisi kesehatan yang berbeda – beda, sehingga
dapat mengurangi risiko kematian ibu dan janin pada saat
persalinan. (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
Adapun faktor – faktor yang dapat memengaruhi
jalannya proses persalinan antara lain:
a. Penumpang (passenger)
Penumpang dalam persalinan adalah janin dan
plasenta. Hal – hal yang perlu diperhatikan mengenai
67
janin adalah ukuran kepala janin, presentasi, letak,
sikap, dan posisi janin. Sedangkan yang perlu
diperhatikan pada plasenta adalah letak, besar dan
luasnya (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
b. Jalan Lahir (passage)
Jalan lahir terbagi atas dua, yaitu jalan lahir
keras dan jalan lahir lunak. Hal – hal yang perlu
diperahatikan dari jalan lahir keras adalah ukuran dan
bentuk tulang panggul. Sedangkan yang perlu
diperhatikan pada jalan lahir lunak adalah segmen
bawah uterus yang dapat meregang, serviks, otot dasar
panggul, vagina dan introitus vagina (Jenny J.S.
Sondakh, 2013).
c. Kekuatan (Power)
Faktor kekuatan dalam persalinan dibagi atas dua,
yaitu:
1) Kekuatan primer (kontraksi involuter)
Kontraksi berasal dari segmen atas uterus
yang menebal dan dihantarkan ke uterus bawah
dalam bentuk gelombang. Istilah yang digunakan
untuk menggambarkan kontraksi involunter ini
antara lain : frekuensi, durasi, dan intensitas
kontraksi. Kekuatan primer ini mengakibatkan
serviks menipis (effacement) dan berdilatasi
sehingga janin turun (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
2) Kekuatan sekunder (kontraksi volunter)
Pada kekuatan ini, otot – otot diafragma
dan abdomen ibu berkontraksi dan mendorong
keluar isi ke jalan lahir sehingga menimbulkan
tekanan intraabdomen. Tekanan ini menekan uterus
pada semua sisi dan menambah kekuatan dalam
mendorong keluar. Kekuatan sekunder tidak

68
memengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi
serviks lengkap, kekuatan ini cukup penting dalam
usaha untuk mendorong keluar dari uterus dan
vagina (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
d. Posisi Ibu (Positioning)
Perubahan posisi yang diberikan pada ibu
bertujuan untuk menghilangkan rasa letih, memberi
rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Posisi tegak
(contoh : posisi berdiri, berjalan, duduk dan jongkok)
memberi sejumlah keuntungan, salah satunya adalah
memungkinkan gaya gravitasi membantu penurunan
janin. Selain itu, posisi ini dianggap dapat mengurangi
kejadian penekanan tali pusat (Jenny J.S. Sondakh,
2013).
e. Respons Psikologi (Psychology Response)
Respons psikologi ibu dapat dipengaruhi oleh :
1) Dukungan ayah bayi / pasangan selama proses
persalinan.
2) Dukungan kakek – nenek (saudara dekat)
selama persalinan.
3) Saudara kandung bayi selama persalinan (Jenny
J.S. Sondakh, 2013).
2.2.3 Tahapan Persalinan
Tahapan dari persalinan terdiri atas kala I (kala
pembukaan), kala II (kala pengeluaran), kala III (pelepasan
plasenta), dan kala IV (kala pengawasan / observasi / pemulihan)
(Jenny J.S. Sondakh, 2013).
1. Kala I  (Kala Pembukaan)
Kala I dimulai dari saat persalinan mulai (pembukaan
nol) sampai pembukaan lengkap (10 cm). Proses ini terbagi
dalam 2 fase, yaitu :

69
a. Fase laten : Berlangsung selama 8 jam, serviks membuka
sampai 3 cm.
b. Fase aktif : Berlangsung selama 7 jam, serviks membuka
dari 4 cm sampai 10 cm, kontraksi lebih kuat dan sering,
dibagi dalam 3 fase :
1) Fase akselerasi : Dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm
menjadi 4 cm.
2) Fase dilatasi maksimal : Dalam waktu 2 jam
pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm menjadi
9 cm.
3) Fase deselerasi : Pembukaan menjadi lambat sekali,
dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap
(Jenny J.S. Sondakh, 2013).
Proses di atas terjadi pada primigravida ataupun
multigravida, tetapi pada multigravida memiliki jangka
waktu yang lebih pendek. Pada primigravida, kala I
berlangsung ± 12 jam, sedangkan pada multigravida ± 8
jam (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
2. Kala II ( Kala Pengeluaran Janin )
Gejala utama kala II adalah sebagai berikut :
a. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit,
dengan durasi 50 sampai 100 detik.
b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah yang ditandai
dengan pengeluaran cairan secara mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap
diikuti keinginan mengejan akibat tertekannya
Frankenhauser.
d. Kedua kekuatan his dan mengejan lebih mendorong
kepala bayi sehingga terjadi :
1) Kepala membuka pintu.
2) Subocciput bertindak sebagai hipomoglion,
kemudian secara berturut – turut lahir ubun –

70
ubun besar, dahi, hidung dan muka, serta kepala
seluruhnya.
3) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar
paksi luar, yaitu penyesuain kepala pada
punggung.
4) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka
persalinan bayi ditolong dengan cara :
a) Kepala dipegang pada os occiput dan di
bawah dagu, kemudian ditarik dengan
menggunakan cunam ke bawah untuk
melahirkan bahu depan dan ke atas
untuk melairkan bahu belakang.
b) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait
untuk melahirkan sisa badan bayi.
c) Bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
5) Lamanya kala II untuk primigravida 1,5 – 2 jam
dan multigravida 1,5 – 1 jam (Jenny J.S.
Sondakh, 2013).
3. Kala III (Pelepasan Plasenta)
Kala III dimulai segera setelah bayi lahir sampai
lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30
menit. Proses lepasnya plasenta dapat diperkirakan dengan
mempertahankan tanda – tanda di bawah ini.
a. Uterus menjadi bundar.
b. Uterus terdorong ke atas karena plasenta dilepas ke
segmen bawah rahim.
c. Tali pusat bertambah panjang.
d. Terjadi semburan darah tiba – tiba
(Jenny J.S. Sondakh, 2013).
Cara melahirkan plasenta adalah menggunakan teknik
dorsokranial. Pengeluaran selaput ketuban, selaput janin biasanya
lahir dengan mudah, namun kadang – kadang masih ada bagian

71
plasenta yang tertinggal. Bagian tertinggal tersebut dapat
dikeluarkan dengan cara :
1. Menarik pelan – pelan.
2. Memutar atau memilinnya seperti tali.
3. Memutar pada klem.
4. Manual atau digital (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
Plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa secara teliti
setelah dilahirkan. Apakah setiap bagian plasenta lengkap atau tidak
lengkap. Bagian plasenta yang diperiksa yaitu permukaan maternal
yang pada normalnya memiliki 6 – 20 kotiledon, permukaan fetal,
dan apakah terdapat tanda – tanda plasenta suksenturia. Jika plasenta
tidak lengkap, maka disebut ada sisa plasenta. Keadaan ini dapat
menyebabkan perdarahan yang banyak dan infeksi (Jenny J.S.
Sondakh, 2013).
Kala III terdiri dari dua fase, yaitu :
1) Fase Pelepasan Plasenta
Beberapa cara pelepasan plasenta antara lain :
1) Schultze
Proses lepasnya plasenta seperti menutup payung.
Cara ini merupakan cara yang paling sering terjadi (80 %).
Bagian yang lepas terlebih dulu adalah bagian tengah, lalu
terjadi retroplasental hematoma yang menolak plasenta
mula – mula bagian tengah, kemudian seluruhnya. Menurut
cara ini, perdarahan biasanya tidak ada sebelum plasenta
lahir dan berjumlah banyak setelah plasenta lahir (Jenny
J.S. Sondakh, 2013).
2) Duncan
Berbeda dengan sebelumnya, pada cara ini lepasnya
plasenta mulai dari pinggir 20 %. Darah akan mengalir
keluar antara selaput ketuban. Pengeluarannya juga
serempak dari tengah dan pinggir plasenta (Jenny J.S.
Sondakh, 2013).

72
2) Fase Pengeluaran Plasenta
Perasat – perasat untuk mengetahui lepasnya plasenta adalah :

1) Kustner
Dengan meletakkan tangan disertai tekanan di atas
simfisis, tali pusat ditegangkan, maka bila tali pusat masuk
berarti belum lepas. Jika diam atau maju berarti sudah lepas
(Jenny J.S. Sondakh, 2013).
2) Klein
Sewaktu ada his, rahim didorong sedikit. Bila tali pusat
kembali berarti belum lepas, diam atau turun berarti lepas.
(Cara ini tidak digunakan lagi) (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
3) Strassman
Tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat
bergetar berarti plasenta belum lepas, tidak bergetar berarti
sudah lepas. Tanda – tanda plasenta telah lepas adalah rahim
menonjol di atas simfisis, tali pusat bertambah panjang, rahim
bundar dan keras, serta keluar darah secara tiba – tiba (Jenny
J.S. Sondakh, 2013).
4. Kala IV (Kala Pengawasan / Observasi / Pemulihan)
Kala IV dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2
jam postpartum. Kala ini terutama bertujuan untuk melakukan
observasi karena perdarahan postpartum paling sering terjadi
pada 2 jam pertama. Darah yang keluar selama perdarahan
harus ditakar sebaik – baiknya. Kehilangan darah pada
persalinan biasaya disebabkan oleh luka pada saat pelepasan
plasenta dan robekan pada serviks dan perineum. Rata – rata
jumlah perdarahan yang dikatakan normal adalah 250 cc,
biasanya 100 cc – 300 cc. Jika perdarahan lebih dari 500 cc,
maka sudah dianggap abnormal, dengan demikian harus dicari
penyebabnya (Rohani, dkk, 2011). Penting untuk diingat :
Jangan meninggalkan wanita bersalin 1 jam sesudah bayi dan

73
plasenta lahir. Sebelum pergi meninggalkan ibu yang baru
melahirkan, periksa ulang terlebih dulu dan perhatikanlah 7
pokok penting berikut :
1) Kontraksi rahim : Baik atau tidaknya diketahui dengan
pemeriksaan palpasi. Jika perlu lakukan masase dan
berikan uterotonika, seperti methergin, atau ermetrin dan
oksitosin.
2) Perdarahan : Ada atau tidak, banyak atau biasa.
3) Kandung kemih : Harus kosong, jika penuh, ibu
dianjurkan untuk berkemih dan kalau tidak bisa, lakukan
kateter.
4) Luka – luka : Jahitan baik atau tidak, ada perdarahan atau
tidak.
5) Plasenta dan selaput ketuban harus lengkap.
6) Keadaan umum ibu, tekanan darah, nadi, pernafasan, dan
masalah lain.
7) Bayi dalam keadaan baik.

II.2.4 Perubahan Fisiologis


1. Sifat kontraksi otot rahim.
a. Setelah kontraksi, otot rahi tidak berelaksasi kembali seperti
keadaan sebelum kontraksi, tetapi menjadi sedikit lebih
pendek walaupun tonusnya seperti sebelum kontraksi, yang
disebut retraksi. Dengan retraksi, ukuran rongga rahim akan
mengecil dan janin secra perlahan akan berangsur didorong
ke bawah dan tidak naik lagi ke atas setelah his hilang,
Retraksi ini mengkibatkan SAR makin tebal dengan
majunya persalinan terutama setelah bayi lahir.
b. Kontaksi tidak sama kuatnya, tetapi paling kuat di daerah
fundus uteri dan berangsur berkurang ke bawah dan paling
lemah pada segmen bawah rahim.

74
Sebagian dari isi rahim yang keluar dari SAR diterima oleh
SBR sehingga SAR makin mengecil, sedangkan SBR makin
terenggang dan makin tipis, dan isi rahimpindah ke SBR
sedikit demi sedikit (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
2. Perubahan bentuk rahim.
a. Adanya kontraksi mengakibatkan sumbuh panjang
rahim bertambah panjang, sedangkan ukuran melintang
maupun ukuran muka belakang berkurang.
b. Pengaruh perubahan bentuk rahim yaitu ukuran
melintang berkurang, rahim bertambah panjang.Hal ini
merupakan salah satu sebab dari pembukaan serviks
(Jenny J.S. Sondakh, 2013).
3. Ligamentum rotundum.
Mengandung otot – otot polos dan jika uterus
berkontraksi, otot – otot ini ikut berkontraksi sehingga
ligamentum rotundum menjadi pendek (Jenny J.S. Sondakh,
2013).
4. Perubahan pada serviks.
Agar janin dapat keluar dari rahim, maka perlu terjadi
pembukaan dari serviks. Pembukaan serviks biasanya
didahului oleh perdarahan dari serviks (Jenny J.S. Sondakh,
2013).
a. Perdarahan dari serviks. Pemendekan dari canalis
cervicalis, yang semula berupa saluran yang
panjangnya 1 – 2 cm menjadi suatu lubang dengan
pinggir yang tipis (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
b. Pembukaan dari serviks. Pembesaran dari ostium
externum yang pada awalnya hanya berupa suatu
lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi
lubang yang berdiameter kira – kira 10 cm, sehingga
dapat dilalui janin (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
Faktor yang menyebabkan pembukaan serviks :

75
1) Otot – otot serviks menarik pada pinggir ostium.
2) Waktu kontraksi semen bawah rahim dan serviks
teregang oleh isi rahim terutama oleh air ketuban
dan ini menyebabkan tarikan pada serviks.
3) Waktu kontraksi, bagian dari selaput yang
terdapat di atas canalis cervicalis ialah yang
disebut ketuban (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
5. Perubahan pada vagina dan dasar panggul.
a. Pada kala I, ketuban ikut meregangkan bagian atas
vagina.
b. Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama
pada dasar panggul ditimbulkan oleh bagian depan
anak. Oleh bagian depan yang maju tersebut, dasar
panggul teregang menjadi saluran dengan dinding –
dinding yang tipis. Pada saat kepala sampai di vulva,
lubang vulva menghadap ke depan atas.
c. Dari luar, peregangan oleh bagian depan tampak
pada perineum yang menonjol dan menjadi tipis,
sedangkan anus menjadi terbuka (Jenny J.S.
Sondakh, 2013).
II.2.5 Perubahan Psikologis Pada Ibu Bersalin
Pada ibu bersalin terjadi beberapa perubahan psikologis
diantaranya :
1. Rasa cemas pada bayinya yang akan lahir.
2. Kesakitan pada kontraksi dan nyeri.
3. Ketakutan pada saat melihat darah (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
Rasa takut dan cemas yang dialami ibu berpengaruh
pada lamanya persalinan, his kurang baik, dan pembukaan
kurang lancar. Menurut Pitchard, dkk., perasaan takut dan
cemas merupakan faktor utama yang menyebabkan rasa sakit
dalam persalinan dan berpengaruh terhadan kontraksi rahim
dan dilatasi serviks sehingga persalinan lama. Apabila perasaan

76
takut dan cemas yang dialami ibu berlebihan, maka akan
berujung pada stres (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
Beberapa hal yang mempengaruhi psikologi ibu meliputi :
a. Melibatkan psikologi ibu, emosi dan persiapan
intelektual.
b. Pengalaman bayi sebelumnya.
c. Kebiasaan adat.
d. Hubungan dari orang terdekat pada kehidupan ibu (Jenny
J.S. Sondakh, 2013).
Sikap negatif yang mungkin muncul pada ibu menjelang
proses persalinan :
a. Persalinan sebagai ancaman terhadap keamanan.
b. Persalianan sebagai ancaman terhadap self image.
c. Medikasi persalinan.
d. Nyeri persalinan dan kelahiran (Jenny J.S. Sondakh,
2013).
Oleh karena banyak sekali perubahan yang dialami ibu
bersalin maka penolong persalinan seperti bidan dituntut untuk
melakukan asuhan sayang ibu, sebagai berikut :
a. Asuhan yang aman bedasarkan evidence based, dan turut
meningkatkan kelangsungan hidup ibu.
b. Membantu ibu merasa aman dan nyaman selama proses
persalinan yang menghargai kebiasaan budaya, praktik
keagamaan dan kepercayaan, serta melibatkan ibu dan
keluarga sebagai pembuat keputusan, yang secara
emosional sifatnya mendukung. Asuhan sayang ibu
melindungi hak – hak ibu untuk mendapatkan privasi dan
mengunakan sentuhan bila di perlukan.
c. Menghormati kenyataan bahwa kehamilan dan
persalinan merupakan proses alami dan bahwa intervensi
yang tidak di perlukan dan pengobatan untuk proses
alamiah harus di hindarkan.

77
d. Berpusat pada ibu dan bukan pada petugas kesehatan dan
selalu melihat terlebih dahulu ke cara pengobatan yang
sederhana dan non intervensi sebelum berpaling ke
teknologi.
e. Menjamin bahwa ibu dan keluarga di beritahu tentang
apa yang sedang terjadi dan apa yang bisa di harapkan.
f. Bidan harus memastikan seseorang yang telah di pilih
ibu untuk mendampingi selama persalinan (suami, ibu,
mertua, saudari perempuan, teman).
g. Ibu yang memperoleh dukungan emosional selama
persalinan akan mengalami waktu persalinan yang lebih
singkat, intervensi yang lebih sedikit dan hasil persalinan
yang lebih baik (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
Bantuan yang di berikan pada ibu dalam bimbingan dan
persiapan mental di jelaskan sebagai berikut :
a. Mengatasi perasaan takut yang di rasakan oleh ibu
dalam persalinan dengan cara :
1) Memberikan pengertian kepada ibu tentang
peristiwa persalinan.
2) Menunjukkan kesediaan untuk menolong.
3) Mengajak ibu untuk menyerahkan diri untuk
memohon bantuan kepada tuhan sesuai dengan
agamanya.
b. Berusaha menentramkan perasaan yang mencemaskan
denga cara :
1) Dengan penjelasan yang bijaksana.
2) Dengan menjawab pertanyaan – pertanyaan ibu
secara baik dan tidak menyinggung perasaan.
c. Memberikan gambaran yang jelas dan sistematis
tentang jalannya persalinan, misalnya :
1) Bahwa his yang mengakibatkan tersebut penting
untuk membuka jalan lahir.

78
2) Bahwa melahirkan anak dalam kandungan bukan
saja dengan his yang semakin kuat, tetapi juga
dengan cara yang baik.
d. Ibu harus sering di temani. Bila ibu sering ditemani, ia
akan merasa mendapatkan bantuan moral karena ada
orang lain yang simpati, ada orang lain yang memberi
bantuan setiap saat diperlukan, dan mendengarkan
segala keluhannya.
e. Mengerti perasaan ibu. Penolong harus memberikan
simpati, memperlihatkan kesanggupan memberi
bantuan, dan kesanggupan membentu meringankan
perasaan tidak nyaman dan sebagainya. Jadi, penolong
tidak boleh lekas tersinggung apabila ibu tidak
menyenangkan.
f. Menarik perhatian ibu. Cara penolong menarik
perhatian ibu adalah dengan memperlihatkan tingkah
laku yang baik, bijaksanan, halus, ramah dan sopan.
g. Membantu pasien memperjelas serta mengurangi beban
perasaan serta pikiran selama proses persalinan.
h. Membantu mengambil tindakan yang efektif untuk
pasien.
i. Membantu mempengaruhi orang lain, lingkungan fisik
dan diri sendiri untuk kesejahteraan ibu dan proses
persalinan agar dapat berjalan dengan semestinya.
j. Menunjukkan sikap dewasa dan bertanggung jawab,
dengan cara :
1) Setiap melakukan tindakan harus dipikirkan
terlebih dahulu dengan matang.
2) Apabila menemui kesulitan dalam menjalankan
tugasnya, maka harus bertindak dengan cepat dan
tepat.

79
3) Dalam memberikan pertolongan hendaknya
penuh kesadaran dan pengertian bahwamenolong
ibu bersalin telah menjadi kewajiban.
4) Bila ada kesulitan harus dihadapi dengan tenang,
jangan gelisah atau menunjukkan kekhawatiran.
Bila penolong gelisa, maka ibu akan lebih gelisa
lagi karena tahu bahwa penolong pun
menggelisakannya dan sebaliknya.
5) Berusaha membesarkan kepercayaan atas
keselamatan ibu menghadapi persalinan dengan
memberikan petunjuk – petunjuk dan berusaha
agar ibu mengikuti petunjuk – petunjuk tersebut
(Jenny J.S. Sondakh, 2013).
II.2.6 Kebutuhan Kesehatan
Untuk dapat membantu pasien secara terus – menerus selama
persalinan, bidan harus dapat memperlihatkan perasaan berada
terus dekat pasien, bahkan bila mereka tidak lagi berada di ruangan
kapan saja persalinan terjadi (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
1. Peran Orang Terdekat
Suami atau orang terdekat dapat memainkan peranan
penting bagi wanita yang sedang melahirkan. Bila orang
terdekat menghadiri kelas prenatal bersama dengan ibu, maka
orang tersebut dapat memberikan informasi yang membantu
dan menemani ibu selama proses persalinan. (Jenny J.S.
Sondakh, 2013).
2. Menjaga Kebersihan dan Kondisi Kering
Kebersihan dan kondisi kering dapat meningkatkan
kenyamanan dan relaksasi, serta menurunkan resiko terinfeksi.
Kombinasi bloody show, keringat, cairan amnion, larutan
untuk pemeriksaan vagina, dan feses dapat membuat wanita
merasa sangat kotor, tidak nyaman dan sangat tidak karuan.
Perawatan perineum dan mempertahankannya tetap kering

80
akan menambah perasaan sejahtera pada wanita. (Jenny J.S.
Sondakh, 2013).
3. Mengajarkan dan Memandu
Untuk mengajarkan pada pasien seluruh proses fisik
dari persalinan dan melahirkan selama beberapa jam saat
pasien dalam proses persalinan adalah masalah besar.. Hal ini
harus sesuai dengan tahap persalinan yang sedang dihadapi
oleh pasien (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
4. Makanan dan Cairan.
Sebagai peraturan khusus, makanan padat tidak boleh
diberikan selama persalinan aktif, kerena makanan padat lebih
lama tinggal dalam lambung dari pada cairan, dan pencernaan
menjadi sangat lambat selama persalinan. Pada saat
bersamaan, kombinasi dari stres persalinan, kontraksi, dan
obat – obatan tertentu mungkin akan menyebabkan mual.
Bersamaan dengan faktor ini, lambung yang penuh dan mual
dapat menyebabkan muntah sehingga beresiko aspirasi dari
partikel – partikel makanan ke dalam paru – paru (Jenny J.S.
Sondakh, 2013).
Di lain pihak, cairan sangat penting untuk mencegah
dehidrasi. Banyak dokter menganjurkan pasien minum air
putih sepanjang proses persalinan. Bila pasien mengalami
mual, maka larutan ringer laktat 5 % secara intervena di
anjurkan untuk diberikan (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
5. Eliminasi
Kandung kemih harus dikosongkan secara berkala
sepanjang proses persalinan, minimal setiap 2 jam. Catatan
yang jelas mengenai jumlah dan waktu berkemih harus
disertakan. Bila ibu tidak mampu berkemih dan kandung
kemihnya menjadi distensi, turunnya kepala janin ke pelvis
dapat terganggu. Kandung kemih yang penuh dapat dipalpasi
tepat di bawah pubis. Hal ini amat menyakitkan dan

81
meningkatkan rasa tidak nyaman, tetapi kerena adanya
kontraksi, pasien tidak mengenali sumber dari rasa nyerinya.
Bidan harus tetap memeriksa dengan cermat akan kebutuhan
pasien ini. (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
6. Positioning dan Aktivitas.
Kemungkinan posisi yang paling nyaman bagi ibu
adalah posisi yang biasanya dilakukan bila ia tidur.
Meletakkan bantal dibelakang di bawah abdomen, dan diantara
lutut juga dapat membantu. Selain itu, menggosok punggung
dan mengusap keringat yang memenuhi wajah pasien juga
merupakan hal yang dapat memberikan rasa nyaman. Orang
terdekat dapat menolong bidan untuk melakukan tindakan
tersebut. Oleh karena tekanan uterus pada vena cava dan
pembuluh besar lainnya dapat melambatkan arus balik darah
vena. Jangan biarkan ibu untuk berbaring telentang. Jika tetap
melakukan hal tersebut, maka dapat menyebabkan sindrom
hipotensi supinasi (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
Keinginan untuk mandi dan ambulasi di sekitar ruang
bersalin biasanya diperbolehkan kecuali ibu telah mendapat
obat sedatif atau terlihat gejala – gejala persalinan yang tepat.
Sebagian tempat tidur diruang bersalin dilengkapi dengan
bantalan bokong yang dapat diubah dengan cepat dan mudah
kapan saja dibutuhkan. Merupakan hal penting untuk menjaga
ibu tetap kering dan bersih karena hal ini tidak hanya
membuatnya menjadi lebih nyaman, tetapi juga untuk
mengurangi kontaminasi jalan lahir (Jenny J.S. Sondakh,
2013).

7. Kontrol Rasa Nyeri.


Metode persalinan secara alami dirancang untuk
mengurangi ketakutan dan mengontrol rasa sakit yang

82
berhubungan saat persalinan. Menggunakan latihan peregangan
otot dan teknik relaksasi merupakan metode untuk menyiapkan
ibu untuk melahirkan. Teknik relaksasi digunakan untuk
membantu untuk memberikan rasa nyaman pada ibu (Jenny J.S.
Sondakh, 2013).
Pada proses bersalin, terdapat beberapa jenis latihan
relaksasi yang dapat membantu wanita bersalin, yaitu relaksasi
progresif, relasasi terkendali, serta mengambil dan
mengeluarkan nafas (Jenny J.S. Sondakh, 2013).
8. Menjamin Pivasi dan Mencegah Pajanan
Menjamin privasi dan mencegah pajanan bukanlah
sesuatu yang harus dipastikan pada persalianan rumah, tetapi
sangat penting untuk diberikan pada penyuluhan di rumah
sakit. Privasi bukan saja mengacu pada penghargaan terhadap
tubuh ibu sebagai seorang pribadi, tetapi juga menghormati
tubuhnya, yang merupakan haknya sebagai individu.
Menjaga privasi dan mencegah pajanan merupakan
upaya untuk menghormati martabat ibu. Pemikiran mengenai
martabat sangat bervariasi saat ini. Salah satu contohnya,
seseorang ibu yang berpengetahuan tetap merasa nyaman
walaupun tubuhnya tidak diselimuti iuntuk menutupi organ
genetalia eksternalnya. Beberapa ibu merasa hali ini bertolak
belakang dengan tradisi yang menganggap memalukan jika
area genital eksternalnya terlihat. Mereka sangat merasa malu
jika bidan tidak menutupi tubuh mereka. Oleh karena itu, cara
terbaik adalah dengan menanyakan keinginan mereka
berkeanaan dengan hal tersebut (Jenny J.S. Sondakh, 2013).

II.2.7 Konsep Manajemen Varney


1. Pengertian Menejemen Kebidanan

83
Adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara
sistematis dan logis dalam memberi asuhan kebidanan agar
menguntungkan kedua belah pihak klien maupun pemberi
asuhan kebidanan.

Merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan


sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah. Temuan ketrampilan dalam rangkaian
atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan.

2. Tujuh Langkah Varney


F. Pengajian Data
1. Data Subyektif
a. Biodata
1) Nama
Memudahkan untuk berkomunikasi.
2) Umur
Untuk menentukan faktor resiko dan kurun
waktu reproduksi yang sehat antara umur
20 – 30 tahun (Manuaba, 2015).
3) Agama
Ditanyakan untuk mempermudah dalam
memberi dukungan spiritual.
4) Pendidikan
Ditanyakan untuk mengetahui tingkat
intelektualnya. Tingkat pendidikan yang
mempengaruhi sikap perilaku seseorang.
5) Pekerjaan
Ditanyakan untuk mengetahui
kemungkinan pengaruh pekerjaan terhadap
permasalahan kesehatan klien.
6) Alamat

84
Dengan diketahui alamat klien bidan dapat
mengetahui lingkungan sekitar klien.
b. Keluhan Utama
Mengkaji adanya keluhan / gejala yang
menyebabkan klien dibawa untuk periksa
berkaitan dengan gangguan pertumbuhan dan
perkembangannya.
c. Riwayat Kebidanan
Meliputi umur menarche, siklus haid,
banyaknya darah haid, apakah pernah keputihan
waktu haid yang terakhir untuk menentukan
tafsiran persalinan.
d. Riwayat Kehamilan
Persalinan dan nifas yang lalu
ditanyakan kepada ibu untuk mengetahui berapa
kali hamil, melahirkan dengan cara apa, jumlah
anak, umur anak terkecil, keadaan setelah
melahirkan ada perdarahan atau tidak.
e. Riwayat Kehamilan Sekarang
Keluhan atau gangguan waktu hamil
ANC berapa kali dan dimana, imunisasi TT
berapa. Menambah tablet penambah darah atau
tidak, pelayanan yang didapat. Untuk
memudahkan kita dalam memberikan pelayanan
dan pengobatan.
f. Riwayat Kesehatan
1) Riwayat penyakit yang lalu
Ditanyakan kepada ibu untuk
mengetahui ada tidaknya penyakit yang
diderita oleh ibu yang dapat mempengaruhi
kehamilan, misal : TBC, Kencing manis,
Hipertensi, Jantung, dan Hepatitis serta

85
pengobatan yang sedang dan pernah
dilakukan. Hal ini penting dilakukan untuk
mengetahui untuk melihat kemungkinan
adanya penyakit yang meyertai dan dapat
mempengaruhi kehamilannya.
2) Riwayat Penyakit dan Kesehatan Keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang
kesehatan keluarga terutama,anggota keluarga
yang mempunyai penyakit menular seperti :
TBC, Hepatitis. Penyakit keluarga yang dapat
ditrunkan seperti asma, kencing manis,
hipertensi dan riwayat kehamilan kembar.
g. Keadaan Psikososial
Untuk mengetahui keadaan psikologis dan
hubungan sosial dengan keluarga dan masyarakat.
h. Latar Belakang Sosial Budaya
Untuk mengetahui kebiasaan dan
kebudayaan lingkungan tempat tinggal klien.
i. Pola Kegiatan Sehari-hari
1) Pola Nutrisi
Makan berapa kali, terdiri dari apa saja, be rapa
banyak Minum berapa kali, berapa banyak
Pola Eliminasi
BAK : Berapa kali tiap hari, warna, ada
gangguan atau tidak
BAB : Berapa kali tiap hari, warna,
konsistensi lunak/keras
1. Pola Aktivitas
Selama di rumah ibu melakukan kegiatan /
aktivitas apa saja

2. Pola Istirahat

86
Tidur siang jam berapa, dari jam berapa
sampai jam berapa
Tidur malam jam berapa, dari jam berapa
sampai jam berapa
3. Pola Kebersihan Diri
Mandi berapa kali, gosok gigi berapa kali,
ganti pakaian dan celana dalam berapa kali
per hari
2. Data Obyektifr
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik / cukup / lemah

Kesadaran : Composmentris/apatis/koma

Tekanan darah : 100 – 120 mmHg

Nadi : 80 – 90 kali/menit

RR : 16 – 24 kali/menit

TB : ≥ 145 cm

BB saat hamil : Penambahan 12 – 16 kg.


2. Pemeriksaan Fisik
Inspeksi :
1) Kepala
Bersih / tidak, rontok / tidak, rambut luru /
ikal, panjang rambut
2) Muka
Pucat / tidak, oedema / tidak, cloasma ada /
tidak.
3) Mata
Simetris / tidak, conjunctiva berwarna merah
muda / tidak, Sclera putih / tidak, palpebra
oedema / tidak.
4) Mulut
87
Simetris / tidak, Bibir lembab / tidak, gusi
berdarah / tidak, ada caries gigi / tidak.
5) Leher
Ada pembersaran kelenjar tyroid / tidak, ada
bendungan vena jugularis / tidak.
6) Dada
Simetris / tidak, Payudara tegang / tidak,
hiperpigmentasi areola mamae / tidak,
bersih / tidak.
7) Abdomen
Simetris / tidak, linea ada / tidak, Ada strie /
tidak, ada bekas opersai / tidak, besar
membujur / tidak, tampak pergerakan anak /
tidak.
8) Genetalia
Bersih / tidak, varices / tidak, fluor albus /
tidak.
9) Ekstremitas Atas Dan Bawah
Simetris / tidak, Varices ada / tidak, oedem
ada tidak, ada gangguan pergerakan / tidak.
Palpasi:
1) Leher
Teraba / tidak ada pembesaran kelenjar
tyroid dan vena jugularis
2) Payudara
Ada / tidak benjolan abnormal, kolostium
keluar / tidak, ada nyeri tekan / tidak
3) Ketiak
Ada benjolan abnormal / tidak

4) Abdomen

88
Leopold I
Menentukan TFU dan UK bagian
janin dalam Fundus.
Leopold II
Menentukan batas samping rahim
kiri dan kanan dan menentukan letak
punggung janin.
Leopold III
Menentukan bagian terbawah janin
dan apakah bagian bawah tersebut sudah
smasuk PAP atau masih dapat digoyangkan.
Leopold IV
Bisa juga menentukan bagian
terbawah janin dan seberapa bagian janin
yang sudah masuk PAP.
Pemeriksaan Dalam
Dilakukan pada pukul :

VT : V/V (fluksus +/-), ada benjolan


abnormal atau  tidak.

Ø : …. Cm

Eff : 25% - 100%

Ketuban : (+/-)

Bagian terbawah : …..

Bagian terdahulu : …..

Moulage : (+/-).

Bagian menumbung : (+/-) tali


pusat atau
alat

89
ekstermitas
.

Hodge : Ada pada H1, H2,


H3, atau H4
Auskultasi:
Perhatikan bunyi nafas, ronchi (ada / tidak)
wheezing (ada / tidak), perhatikan DJJ
(teratur / tidak).

B. Identifikasi Diagnosa Masalah

Diagnosa : Ny.”....” usia ....th G ... P ... Ab ...


UK ... Minggu, tunggal / ganda,
hidup / mati, intra / extra uteri,
letkep / letsu / letlin, puka / puki
dengan ibu inpartu kala…. Fase
…..

DS : Ibu mengatakan hamil Ke ...


UK ...bulan dengan keluhan ......
haid terakhir tanggal.........

DO :

TP :

Inspeksi

1. Perut membesar sesuai usia kehamilan /


tidak.
2. Bentuk membujur / lintang.
Palpasi
Leopold I
Menentukan TFU dan UK bagian janin
dalam Fundus.
90
Leopold II
Menentukan batas samping rahim kiri dan
kanan dan menentukan letak punggung janin.
Leopold III
Menentukan bagian terbawah janin dan
apakah bagian bawah tersebut sudah masuk
PAP atau masih dapat digoyangkan.
Leopold IV
Bisa juga menentukan bagian terbawah janin
dan seberapa bagian janin yang sudah masuk
PAP.
Asukutasi :
(+/-) berapa kali per menit, teratur / tidak, kuat /
lemah, frekuensi DJJ : 120 – 160
keli/menit.
Pemeriksaan Dalam
Dilakukan pada pukul :

VT : V/V (fluksus +/- ), ada benjolan


abnormal atau tidak.

Ø : …. Cm

Eff : 25% - 100%

Ketuban : (+/-)

Bagian terbawah : …..

Bagian terdahulu :…..

Moulage : (+/-)

Bagian menumbung : (+/-), seperti tali pusat atau


alat ekstermitas.

Hodge : ada pada H1, H2, H3, atau H4

91
C . Masalah Potensial
Berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosa yang
telah diidentifikasi dimana langkah ini membutuhkan
antisipasi bila mungkin dilakukan pencegahan bersiap –
siap bila diagnosa / masalah potensial benar – benar
terjadi (varney, 2015).

D. Idenditifikasi Kebutuhan Segera


Mencerminkan kelanjutan proses manajemen
sejak masa kehamilan dengan melakukan pemeriksaan
secara berkala sampai pada proses persalinan. Dalam hal
ini termasuk ketika dibutuhkan tindakan – tindakan
darurat dimana bidan harus bertindak dengan segera
demi keselamatan hidup ibu dan bayinya (varney, 2015).

E. Intervensi

Suatu perkembangan berdasarkan data – data yang


sudah terkumpul dari langkah – langkah sebelumnya.
Rencana yang menyeluruh harus disepakati antara bidan
dan pasien supaya efektif sebab pasien yang akhirnya
melaksanakan rencana tersebut (varney, 2015).

F. Pelaksanaan / Implementasi
Mengacu pada intervensi dapat dilakukan oleh bidan
sepenuhnya atau sebagian dilaksanakan klien atau tenaga
kesehatan lainnya (varney, 2015).

G. Evaluasi
Penilaian untuk keefektifan dari asuhan yang telah
diberikan jika terbukti tidak efektif maka perlu suatu
kontinuitas untuk mengulang kembali asuhan yang
diberikan pengkajian berdasarkan penulisan SOAP (varney,
2015).

92
2.3 Konsep Asuhan Kebidanan Nifas
2.3.1 Pengertian Nifas
Masa nifas (puerperium) dimulai setelah kelahiran plasenta
dan berakhir ketika alat – alat kandungan kembali seperti keadaan
sebelum hamil yang berlangsung kira – kira 6 minggu (Damayanti,
dkk. 2011)
Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan
plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya,
disertai dengan pulihnya kembali organ – organ yang berkaitan
dengan kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan
dan lain sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2012).
2.3.2 Tujuan Asuhan Masa Nifas
Asuhan masa nifas diperlukan dalam periode ini karena
merupakan masa kritis baik ibu maupun bayi. (Ambarwati, dkk.
2011).
Tujuan asuhan masa nifas adalah :
1. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun
psikologik.
2. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi
masalah, mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi
pada ibu dan bayinya.
3. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan
kesehatan diri, nutrisi, keluarga berencana, menyusui,
pemberian imunisasi kepada bayinya dan perawatan bayi
sehat.
4. Memberikan pelayanan  keluarga berencana (Saleha, 2011).
2.3.3 Tahapan Masa Nifas
Adapun tahapan – tahapan  masa postpartum adalah :
1. Puerperium dini : Masa kepulihan, yakni saat – saat ibu
dibolehkan berdiri dan berjalan – jalan.
2. Puerperium intermedial : Masa kepulihan menyeluruh dari
organ – organ genital, kira – kira 6 – 8 minggu.

93
3. Remot puerperium : Waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau
persalinan mempunyai komplikasi (Suherni, 2011).
2.3.4 Kebijakan Program Nasional Nifas
Selama ibu berada pada masa nifas, paling sedikit 4 kali
bidan harus melakukan kunjungan, dilakukan untuk menilai
keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk mencegah, mendeteksi
dan menangani masalah – masalah yang terjadi.
Kunjungan ke – 1 (6 – 8 jam setelah persalinan) :
Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri; Mendeteksi
dan merawat penyebab lain perdarahan; rujuk bila perdarahan
berlanjut; Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota
keluarga bagaimana cara mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri; Pemberian ASI awal; Melakukan hubungan antara ibu
dan bayi baru lahir; Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi; Jika petugas kesehatan menolong persalinan,
ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir 2 jam pertama
setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat.
Kunjungan ke – 2 (6 hari setelah persalinan) : Memastikan
involusi uterus berjalan normal; uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau;
Menilai adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan
abnormal; Memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan
istirahat; Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tak
memperlihatkan tanda – tanda penyulit; Memberikan konseling
pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat, menjaga bayi tetap
hangat dan merawat bayi sehari – hari.
Kunjungan ke – 3 (2 minggu setelah persalinan), sama
seperti kunjungan hari keenam. Dan Kunjungan ke – 4 (6 minggu
setelah persalinan) : Menanyakan pada ibu tentang penyulit –
penyulit yang ia atau bayi alami; Memberikan konseling untuk KB
secara dini (Suherni, 2011).

94
2.3.5 Perubahan Fisiologis Masa Nifas
1. Perubahan Sistem Reproduksi
Perubahan uterus terjadi kontraksi uterus yang
meningkat setelah bayi keluar. Hal ini menyebabkan iskemia
pada lokasi perlekatan plasenta (plasental site) sehingga
jaringan perlekatan antara plasenta dan dinding uterus,
mengalami nekrosis dan lepas. Ukuran uterus mengecil
kembali (setelah 2 hari pasca persalinan, setinggi sekitar
umbilikus, setelah 2 minggu masuk panggul, setelah 4 minggu
kembali pada ukuran sebelum hamil).
Perubahan vagina dan perineum Pada minggu ketiga,
vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan – lipatan atau
kerutan – kerutan) kembali. Terjadi robekan perineum pada
hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada
persalinan berikutnya. Bila ada laserasi jalan lahir atau luka
bekas episiotomi (penyayatan mulut serambi kemaluan untuk
mempermudah kelahiran bayi) lakukanlah penjahitan dan
perawatan dengan baik (Suherni, 2011).
a. Involusi uterus
Involusi atau pengerutan uterus merupakan suatu
proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil
dengan berat sekitar 60 gram. Proses ini dimulai segera
setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot – otot polos
uterus (Ambarwati, dkk, 2012).
Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :
1) Iskemia miometrium
Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang
terus menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta
membuat uterus relatif abenia dan menyebabkan serat
otot atrofi.

95
2) Autolisis
Autolisis merupakam proses penghancuran diri
sendiri yang terjadi di dalam otot uterus. Enzim
proteolitik akan memendekkan jaringan otot yang telah
mengendur hingga panjangnya 10 kali dari semula dan
lebar 5 kali dari semula selama kehamilan atau dapat
juga dikatakan sebagai perusakan secara langsung 
jaringan hipertrofi yang berlebihan. Hal ini disebabkan
oleh penurunan hormon estrogen dan progesteron.
3) Efek oksitosin
Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi
dan retraksi otot uterin sehingga akan menekan
pembuluh darah yang mengakibatkan berkurangnya
suplai darah ke uterus. Proses ini membantu untuk
mengurangi situs atau tempat implantasi plasenta serta
mengurangi perdarahan (Dewi, dkk, 2013)
Berat Diameter
Involusi TFU Uterus bekas Keadaan
(gr) melekat Serviks
Plasenta
Bayi Setinggi 1000
Lahir Pusat
Uri 2 Jari di 750 12,5 Lembek
Lahir bawah
Pusat
Satu Pertengahan 500 7,5 Beberapa hari
minggu pusat- setelah post
simpisis partum dapat
Dua Tak teraba 350 3–4 di lalui 2 jari
minggu di atas akhir minggu
simpisis pertama dapat

Enam Bertambah 50 – 1–2


96
minggu Kecil 60
Delapa Sebesar 30
n normal di masuki 1 jari
minggu
Tabel 2.2 Involusi Uterus (Dewi, dkk, 2013).
b. Lokhea
Dengan adanya involusi uterus, maka lapisan rahim
luar dari desidua yang mengelilingi situs plasenta akan
menjadi nekrotik. Desidua yang mati akan keluar bersama
dengan sisa cairan. Campuran darah dan desidua tersebut
dinamakan lokea, yang biasanya berwarna merah muda atau
putih pucat.
Lokhea adalah ekskresi cairan rahim selama masa
nifas dan mempunyai reaksi basal / alkalis yang dapat
membuat organisme berkembang cepat dari pada kondisi
asam yang ada pada vagina normal. Lokea mengalami
perubahan karena proses involusi.
Pengeluaran lokea dapat dibagi berdasarkan waktu dan
warnanya :
1) Lokhea rubra / merah
Lokhea ini keluar pada hari pertama sampai
hari ke – 4 masa post partum. Cairan yang keluar
berwarna merah karena terisi darah segar,  jaringan
sisa – sisa plasenta, dinding rahim, lemak bayi lanugo
(rambut bayi), dan mekonium.

2) Lokhea sanguelenta
Lokhea ini berwarna merah kecoklatan dan
berlendir, serta berlangsung dari hari ke – 4 sampai
hari ke – 7 post partum.

97
3) Lokhea serosa
Lokhea ini berwarna kuning kecoklatan karena
mengandung serum, leukosit, dan robekan atau
laserasi plasenta. Keluar pada hari ke – 7 sampai ke –
14.
4) Lokhea alba
Lokhea ini mengandung leukosit, sel desidua,
sel epitel, selaput lendir serviks, dan serabut jaringan
yang mati. Lokhea alba ini dapat berlangsung selama
2 – 6 minggu post partum (Sulistiyawati, 2013).
2. Perubahan pada serviks
Serviks mengalami involusi bersama – sama uterus.
Bentuk servik akan  menganga seperti corong. Bentuk ini
disebabkan oleh  korpus uteri yang dapat mengadakan
kontraksi sedangkan servik tidak berkontraksi sehingga seolah
– olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk
semacam cincin. Warna servik merah kehitam – hitaman
karena penuh pembuluh darah.
3. Perubahan Pada Vulva, Vagina, dan Perineum
Vulva dan vagina mengalami penekanan serta
peregangan yang  sangat besar selama proses persalinan dan
akan kembali secara bertahap dalam 6 – 8 minggu postpartum.
Penurunan hormon estrogen pada masa postpartum berperan
dalam penipisan mukosa vagina dan hilangnya rugae. Rugae
akan terlihat kembali pada sekitar minggu ke 4 (Ambarwati,
dkk, 2012).
Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur
karena sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi bergerak
maju. Pada postnatal hari ke – 5, perineum sudah mendapatkan
kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur
dari pada keadaan sebelum melahirkan.

98
Perubahan pada perineum pasca melahirkan terjadi pada
saat perineum mengalami robekan. Robekan jalan lahir dapat
terjadi secara spontan ataupun dilakukan episiotomi dengan
indikasi tertentu. Meskipun demikian, latihan otot perineum
dapat mengembalikan tonus tersebut dan dapat
mengencangkan vagina hingga tingkat tertentu. Hal ini dapat
dilakukan pada akhir puerpurium dengan latihan harian
(Rukiyah, dkk, 2011).
4. Perubahan pada Sistem Pencernaan
Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan.Hal
ini umumnya karena makan padat dan kurangnya berserat
selama persalinan. Seorang wanita dapat merasa lapar dan siap
menyantap makanannya dua jam setelah persalinan. Kalsium
sangat penting untuk gigi pada kehamilan dan masa nifas,
dimana pada masa ini terjadi penurunan konsentrasi ion
kalsium karena meningkatnya kebutuhan kalsium pada ibu,
terutama pada bayi yang dikandungnya untuk proses
pertumbuhan juga pada ibu dalam masa laktasi (Saleha, 2011).
5. Perubahan Perkemihan
Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 – 8
minggu, tergantung pada keadaan / status sebelum persalinan,
lamanya partus kala II dilalui, besarnya tekanan kepala yang
menekan pada saat persalinan. Disamping itu, dari hasil
pemeriksaan sistokopik segera setelah persalinan tidak
menunjukkan adanya edema dan hyperemia diding kandung
kemih, akan tetapi sering terjadi exstravasasi (extravasation,
artinya keluarnya darah dari pembuluh – pembuluh darah di
dalam badan) ke mukosa (Suherni, 2011).
6. Perubahan dalam Sistem Endokrin
Oksitosin diseklerasikan dari kelenjer otak bagian
belakang. Selama tahap ketiga persalinan, hormon oksitosin
berperan dalam pelepasan plasenta dan mempertahankan

99
kontraksi, sehingga mencegah perdarahan. Isapan bayi dapat
merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut
membantu uterus kembali ke bentuk normal. Pada wanita yang
menyusui bayinya, kadar prolaktin tetap tinggi dan pada
permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang
ditekan.
Pada wanita yang tidak menyusui bayinya tingkat
sirkulasi prolaktin menurun dalam 14 – 21 hari setelah
persalinan, sehingga merangsang kelenjer bawah depan otak
yang mengontrol ovarium kearah permulaan pola produksi
estrogen dan progesteron yang normal, pertumbuhan folikel,
ovulasi, dan menstruasi.
Selama hamil volume darah normal meningkat walaupun
mekanismenya secara penuh belum dimengerti. Di samping
itu, progesteron mempengaruhi otot halus yang mengurangi
perangsangan dan peningkatan pembuluh darah. Hal ini sangat
mempengaruhi saluran kemih, ginjal, usus, dinding vena, dasar
panggul, perineum dan vulva, serta vagina.
7. Perubahan Tanda – tanda Vital
Selama 24 jam pertama, suhu mungkin meningkat
menjadi 38 ºC, sebagai akibat meningkatnya kerja otot,
dehidrasi dan perubahan hormonal jika terjadi peningkatan
suhu 38 ºC yang menetap 2 hari setelah 24 jam melahirkan,
maka perlu dipikirkan adanya infeksi seperti sepsis puerperalis
(infeksi selama post partum), infeksi saluran kemih,
endometritis (peradangan endometrium), pembengkakan
payudara, dan lain – lain.
Dalam periode waktu 6 – 7 jam sesudah melahirkan,
sering ditemukan adanya bradikardia 50 – 70 kali permenit
(normalnya 80 – 100 kali permenit) dan dapat berlangsung
sampai 6 – 10 hari setelah melahirkan. Takhikardia kurang

100
sering terjadi, bila terjadi berhubungan dengan peningkatan
kehilangan darah dan proses persalinan yang lama.
Selama beberapa jam setelah melahirkan, ibu dapat
mengalami hipotensi orthostatik (penurunan 20 mmHg) yang
ditandai dengan adanya pusing segera setelah berdiri, yang
dapat terjadi hingga 46 jam pertama. Hasil pengukuran tekanan
darah seharusnya tetap stabil setelah melahirkan. Peningkatan
tekanan sisitolik 30 mmHg dan penambahan diastolik 15
mmHg yang disertai dengan sakit kepala dan gangguan
penglihatan, bisa menandakan ibu mengalami preeklamsia dan
ibu perlu dievaluasi lebih lanjut.
Fungsi pernafasan ibu kembali ke fungsi seperti saat
sebelum hamil pada bulan ke enam setelah melahirkan
(Maryunani, 2010).
2.3.6 Adaptasi Psikologi Ibu Postpartum
Setelah persalinan yang merupakan pengalaman unik yang
dialami ibu, masa nifas juga merupakan salah satu fase yang
memerlukan adaptasi psikologis. Ikatan antara ibu dan bayi yang
sudah lama terbentuk sebelum kelahiran akan semakin mendorong
wanita untuk menjadi ibu yang sebenarnya. Inilah pentingnya
rawat gabung atau rooming in pada ibu nifas agar ibu dapat leluasa
menumbuhkan rasa kasih sayang kepada bayinya tidak hanya dari
segi fisik seperti menyusui, mengganti popok saja tapi juga dari
segi psikologis seperti menatap, mencium, menimang sehingga
kasih sayang ibu dapat terus terjaga.
Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan
mengalami fase – fase sebagai berikut :
1. Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini
berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah
melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada
dirinya sendiri. Ibu akan berulang kali menceritakan proses
persalinan yang dialaminya dari awal sampai akhir.

101
2. Fase taking hold yaitu periode yang berlangsung antara 3 – 10
hari setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir
akan ketidakmampuan dan rasa tanggungjawabnya dalam
merawat bayi. Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif
sehingga mudah tersinggung dan gampang marah. Kita perlu
berhati – hati menjaga komunikasi dengan ibu. Dukungan
moril sangat diperlukan untuk menumbuhkan kepercayaan diri
ibu. Bagi petugas kesehatan pada fase ini merupakan
kesempatan yang baik untuk memberikan berbagai penyuluhan
dan pendidikan kesehatan yang diperlukan ibu nifas.
3. Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan
peran barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.
Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan
bayinya. Ibu memahami bahwa bayi butuh disusui sehingga
siap terjaga untuk memenuhi kebutuhan bayinya. Keinginan
untuk merawat diri dan bayinya sudah meningkat pada fase ini.
Ibu akan percaya diri dalam menjalani peran barunya.
2.3.7 Tanda – Tanda Bahaya Masa Nifas
Jika ibu melihat hal – hal berikut ini atau memperhatikan
bahwa ada seseuatu yang tidak beres atau melihat salah satu dari
hal – hal berikut ini, maka ibu tersebut akan perlu menemui
seseorang bidan dengan segera  :
1.  Perdarahan hebat atau peningkatan perdarahan secara tiba –
tiba (melebihi biasa atau jika perdarahan tersebut membasahi
lebih dari 2 pembalut saniter dalam waktu setengah jam).
2. Pengeluaran cairan vagina dengan bau busuk yang keras.
3. Rasa nyeri di perut bagian bawah atau punggung.
4. Sakit kepala yang terus – menerus, nyeri epigastrik, atau
masalah penglihatan.
5. Pembengkakan pada wajah dan tangan.
6. Demam, muntah, rasa sakit sewaktu buang air seni, atau
merasa tidak enak badan.

102
7. Payudara yang memerah, panas dan atau sakit.
8. Kehilangan selera makan untuk waktu yang berkepanjangan.
9. Rasa sakit, warna merah, kelembutan dan atau pembengkakan
pada kaki.
10. Merasa sangat sedih dan tidak mampu mengurus diri sendiri
atau bayi.
11. Merasa sangat letih atau bernafas terengah – engah (Rukiyah,
dkk. 2011).
Keadaan abnormal pada rahim :
1. Sub involusi uteri: proses involusi rahim tidak berjalan
sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilan rahim
terhambat. Penyebab terjadinya sub involusi uteri adalah
terjadinya infeksi pada endometrium, terdapat sisa plasenta
dan selaputnya, terdapat bekuan darah, atau mioma uteri.
2. Perdarahan masa nifas skunder : adalah perdarahan yang
tedrjadi pada 24 jam pertama. Penyebabnya adalah terjadinya
infeksi pada endometrium, dan terdapat sisa plasenta dan
selaputnya.
3. Flekmansia alab dolens : merupakan salah satu bentuk infeksi
puerpuralis yang mengenai pembuluh darah vena femoralis.
Gejala kliniknya adalah, terjadi pembengkakakn pada tungkai,
berwarna putih, terasa sangat  nyeri, tampak bendungan
pembuluh darah, temperatur badan dapat meningkat.
Keadaan abnormal pada payudara :
Beberapa keadaan abnormal yang mungkin terjadi adalah:
1. Bendungan ASI: disebabkan oleh penyumbatan pada saluran
ASI. Keluhan mamae bengkak, keras dan terasa panas sampai
suhu badan meningkat.
2. Mastitis dan abses mamae: infeksi ini menimbulkan demam,
nyeri lokal pada mamae, pemadatan mamae dan terjadi
perubahan warna kulit mamae (Rukiyah, dkk. 2011).

103
2.3.8 Deteksi Dini Komplikasi Pada Nifas dan Penanganannya
Patologi yang sering terjadi pada masa nifas adalah sebagai
berikut:
1. Infeksi Nifas
Infeksi puerperalis adalah infeksi pada traktus genetalia
setelah persalinan biasanya dari endometrium bekas insersi
plasenta (Sitti Saleha, 2011). Pada umumnya disebabkan oleh
bakteri aerob dan anaerob. Infeksi puerperalis dibagi dalam
dua golongan yaitu sebagai berikut :
1. Infeksi Terbatas
Infeksi yang terbatas pada perineum, vulva, vagina,
serviks, dan endometrium.
a. Vulvitis
Pada infeksi bekas sayatan episiotomi atau lu ka
perineum jaringan sekitarnya membengkak, tepi luka
menjadi merah dan bemgkak, jahitan mudah lepas,
serta luka yang terbuka menjadi ulkus dan
mengeluarkan pus.
b. Vaginitis
Infeksi vagina dapat terjadi secara langsung pada
luka vagina atau melalui perineum. Permukaan
mukosa membengkak dan kemerahan, terjadi ulkus,
serta getah mengandung nanah yang keluar dari
daerah ulkus. Penyebaran dapat terjadi, tetapi pada
umumnya infeksi tinggal terbatas.
c. Servisitis
Infeksi serviks sering juga terjadi, tetapi biasanya
tidak menimbulkan banyak gejala. Luka serviks yang
dalam dan meluas dapat langsung ke dasar
ligamentum latum sehingga menyebabkan infeksi
menjalar ke parametrium.

104
Gejala klinis yang dirasakan pada servisitis
adalah sebagai berikut :
1) Nyeri dan rasa panas pada daerah infeksi.
2) Kadang perih bila BAK.
3) Demam dengan suhu badan 39 oC – 40 °C
(Sitti Saleha, 2009). 
d. Tromboflebitis
Penjalaran infeksi melalui vena sering terjadi
dan merupakan penyebab terpenting dari kematian
karena infeksi puerperalis.
Radang vena golongan 1 disebut tromboflebitis pelvis
dan infeksi vena – vena golongan 2 disebut
tromboflebitis femoralis.
1) Tromboflebitis Pelvis
Tromboflebitis pelvis yang sering
meradang adalah vena ovarika karena
mengalirkan darah dan luka bekas plasenta di
daerah fundu uteri. Penjalaran tromboflebitis
pada vena ovarika kiri adalah vena renalis dan
dari vena ovarika kanan ke vena cava inferior.
2) Tromboflebitis Femoralis
Tromboflebitis femoralis dapat menjadi
tromboflebitis vena safena magna atau
peradangan femoralis sendiri, penjalaran
tromboflebitis vena uterin, dan akibat
parametritis. Tromboflebitis vena femoralis
mungkin terjadi karena aliran darah lambat di
daerah lipat paha karena vena tersebut yang
tertekan oleh ligamentum inguinale, juga karena
dalam masa nifas kadar fibrinogen meningkat.

105
e. Peritonitis
Infeksi puerperalis melalui saluran getah bening
dapat menjalar ke peritoneum hingga terjadi
peritonitis atau ke parametrium menyebabkan
parametritis.
f. Parametritis (cellulitis pelvic)
Parametritis dapat terjadi dengan tiga cara berikut
ini :
1) Melalui robekan serviks yang dalam.
2) Penjalaran endometritis atau luka serviks yang
terinfeksi melalui saluran getah bening.
3) Sebagai lanjutan tromboflebitis pelvis.
Jika terjadi infeksi parametrium, timbullah
pembengkakan yang mula – mula lunak, tetapi
kemudian menjadi keras kembali dengan gejala klinis
sebagai berikut.
1) Uterus agak membesar dan lembek.
2) Nyeri pada perabaan .
3) Suhu tubuh 39 oC – 40 °C.
4) Nadi cepat dan menggigil.
5) Lokhea banyak dan berbau (Sitti Saleha,
2009).
2. Perdarahan dalam Masa Nifas
Penyebab perdarahan dalam masa nifas adalah sebagai
berikut :
a. Sisa plasenta dan polip plasenta
Sisa plasenta dalam nifas dapat menyebabkan
perdarahan dan infeksi. Perdarahan yang banyak dalam
masa nifas hampir selalu disebabkan oleh sisa plasenta. Jika
pada pemeriksaan plasenta ternyata jaringan plasenta tidak
lengkap, maka harus dilakukan eksplorasi dari cavum uteri.

106
b. Endometritis Puerperalis
Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa
patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan
desidua bersama – sama dengan bekuan darah menjadi
nekrosis dan mengeluarkan getah berbau yang terdiri atas
keping – keping nekrosis serta cairan. Pada batas antara
daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan
yang banyak terdapat leukosit – leukosit. Perdarahan
biasanya tidak banyak, pengobatannya diberi antibiotik.
c. Perdarahan Oleh Sebab – sebab fungsional
Hal yang termasuk perdarahan oleh sebab – sebab
fungsional antara lain sebagai berikut :
1) Perdarahan karena hiperplasia glandularis yang dapat
terjadi yang berhubungan dengan siklus anovulatorius
dalam nifas.
2) Perubahan dinding pembuluh darah. Pada golongan ini
tidak ditemukan sisa plasenta, endometritis, ataupun
luka.
3) Perdarahan Karena Luka
Kadang – kadang robekan serviks atau robekan
rahim tidak didiagnosis sewaktu persalinan, karena
perdarahan pada waktu itu tidak menonjol. Beberapa
hari setelah post partum dapat terjadi perdarahan yang
banyak (Sitti Saleha, 2011).
3. Infeksi Saluran Kemih
Kejadian infeksi saluran kemih pada masa nifas relatif
tinggi dan hal ini dihubungkan dengan hipotoni kandung
kemih akibat trauma kandung kemih waktu persalinan,
pemeriksaan dalam yang terlalu sering, kontaminasi kuman
dari perineum, atau katerisasi yang sering.
Adanya retensi urine pascapersalinan umumnya
merupakan tanda adanya infeksi. Piolonefritis memberikan

107
gejala yang lebih berat, demam, menggigil, serta perasaan
mual dan muntah. Selain disuria, dapat juga terjadi piuria dan
hematuria.
Pengobatan :
Antibiotik yang terpilih meliputi golongan
nitrofurantoin, sulfonamid, trimetroprim, sulfametoksazol,
atau sefalosporin. Banyak penelitian yang melaporkan
resistensi mikrobakterial terhadap golongan penisilin.
Pielonefritis membutuhkan penanganan yang lebih
awal, pemberian dosis awal antibiotik yang tinggi secara
intravena, misalnya sefalosporin 3 – 6 gram/hari dengan
atau tanpa aminoglikosida. Sebaiknya juga dilakukan kultur
urine (Sitti Saleha, 2011).
4. Patologi Menyusui
Masalah menyusui pada umumnya terjadi dalam dua
minggu pertama masa nifas. Pada masa ini pengawasan dan
perhatian petugas kesehatan sangat diperlukan agar masalah
menyusui dapat segera ditanggulangi, sehingga tidak menjadi
penyulit atau menyebabkan kegagalan menyusui.
Masalah dalam pemberian ASI adalah sebagai berikut :
a. Puting Susu Lecet
Sebanyak 57 % ibu yang menyusui dilaporkan
pernah menderita kelecetan pada putting. Penyebab lecet
tersebut adalah sebagai berikut :
1) Kesalahan dalam teknik menyusui, bayi tidak
menyusui sampai areola tertutup oleh mulut bayi.
Bila bayi hanya menyusu pada puting susu, maka
bayi akan mendapat ASI sedikit.
2) Monoliasis pada mulut bayi yang menular pada
puting susu ibu.
3) Akibat dari pemakaian sabun, alkohol, krim, atau
zat iritan lainnya untuk mencuci puting susu.

108
4) Bayi dengan tali lidah yang pendek (frenulum
lingue), sehingga menyebabkan bayi sulit
mengisap sampai ke kalang payudara dan isapan
hanya pada puting susu saja.
5) Rasa nyeri juga dapat timbul apabila ibu
menghentikan menyusui dengan kurang berhati –
hati.
Penatalaksanaan :
1) Bayi harus disusukan terlebih dahulu pada puting
yang normal yang lecetnya lebih sedikit. Untuk
puting yang sakit dianjurkan mengurangi frekuensi
dan lamanya menyusui. Disamping itu, kita harus
yakin bahwa teknik menyusui yang digunakan bayi
benar, yaitu harus menyusu sampai ke kalang
payudara. Untuk menghindari payudara yang
bengkak, ASI dikeluarkan dengan pompa tangan,
kemudian diberikan dengan sendok, gelas, atau
pipet.
2) Setiap kali selesai menyusui bekas ASI tidak perlu
dibersihkan, tetapi diangin – anginkan sebentar
agar melembutkan puting sekaligus sebagai anti –
infeksi.
3) Jangan menggunakan sabun, alkohol, atau zat
iritan lainnya untuk membersihkan payudara.
4) Pada puting susu bisa dibubuhkan minyak lanolin
atau minyak kelapa yang telah dimasak terlebih
dahulu.
5) Menyusui lebih sering (8 – 12 kali dalam 24 jam),
sehingga payudara tidak sampai terlalu penuh dan
bayi tidak begitu lapar.
6) Periksakanlah apakah bayi tidak menderita
moniliasis yang dapat menyebabkan lecet pada

109
puting susu ibu. Jika ditemukan mmoniliasis dapat
diberikan nistatin.
Pencegahan :
1) Tidak membersihkan puting susu dengan sabun,
alkohol, krim, atau zat – zat iritan lainnya.
2) Sebaiknya untuk melepaskan puting dari isapan
bayi pada saat bayi selesai menyusu, dengan
menekan dagu atau dengan memasukkan jari
kelingking yang bersih ke mulut bayi.
3) Posisi menyusu harus benar, yaitu bayi harus
menyusu sampai ke kalang payudara dan
menggunakan kedua payudara (Sitti Saleha, 2011).
b. Payudara Bengkak
Berikut ini akan dijelaskan mengenai terjadinya
pembengkakan payudara pada ibu di masa nifas.
1) Penyebab :
Pembengkakan payudara terjadi karena ASI
tidak disusui dengan adekuat, sehingga sisa ASI
terkumpul pada sistem duktus yang mengakibatkan
terjadinya pembengkakan. Payudara bengkak ini
sering terjadi pada hari ketiga atau keempat sesudah
melahirkan. Statis pada pembuluh darah dan limfe
akan mengakibatkan meningkatnya tekanan
intrakaudal, yang akan memengaruhi segmen pada
payudara, sehingga seluruh tekanan seluruh payudara
meningkat. Akibatnya, payudara sering terasa penuh,
tegang, serta nyeri. Kemudian diikuti oleh penurunan
produksi ASI dan penurunan let down. Penggunaan
bra yang ketat juga bisa menyebabkan segmental
engorgement, demikian pula puting yang tidak bersih
dapat menyebabkan sumbatan pada duktus.

110
2) Gejala :
Payudara yang mengalami pembengkakan
tersebut sangat sulit disusui oleh bayi, karena kalang
payudara lebih menonjol, puting lebih datar dan sulit
diisap oleh bayi, kulit pada payudara nampak lebih
mengkilap, ibu merasa demam, dan payudara terasa
nyeri. Oleh karena itu, sebelum disusukan pada bayi,
ASI harus diperas dengan tangan atau pompa terlebih
dahulu agar payudara lebih lunak, sehingga bayi lebih
mudah menyusu.
3) Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan yang dilakukan pada ibu
yang payudaranya bengkak adalah sebagai berikut :
a) Masase payudara dan ASI diperas dengan
tangan sebelum menyusui.
b) Kompres dingin untuk mengurangi statis
pembuluh darah vena dan mengurangi rasa
nyeri. Bisa dilakukan selang – seling dengan
kompres panas untuk melancarkan pembuluh
darah.
c) Menyusui lebih sering dan lebih lama pada
payudara yang terkena untuk melancarkan
aliran ASI dan menurunkan tegangan
payudara.
4) Pencegahan :
Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah
terjadinya pembengkakan pada payudara adalah
sebagai berikut :
a) Apabila memungkinkan, susukan bayi segera
setelah lahir.
b) Susukan bayi tanpa jadwal.

111
c) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa,
bila produksi ASI melebihi kebutuhan bayi.
d) Melakukan perawatan pascapersalinan secara
teratur (Sitti Saleha, 2009).
5) Saluran Susu Tersumbat
Berikut ini dijelaskan mengenai penyebab,
gejala, penatalaksanaan, dan pencegahan saluran susu
yang tersumbat.
a) Penyebab :
Hal – hal yang menjadi penyebab saluran
susu tersumbat adalah sebagai berikut :
1. Tekanan jari ibu yang terlalu kuat pada
waktu menyusui.
2. Pemakaian bra yang terlalu ketat.
3. Komplikasi payudara bengkak, yaitu susu
terkumpul tidak segera dikeluarkan, sehingga
terbentuklah sumbatan.

b) Gejala :
Gejala yang dirasakan adalah sebagai berikut :
1. Pada wanita yang kurus, gejalanya terlihat
jelas dan lunak pada perabaan.
2. Payudara pada daerah yang mengalami
penyumbatan terasa nyeri dan bengkak yang
terlokalisir (Sitti Saleha, 2011)
c) Penatalaksanaan :
Saluran susu yang tersumbat ini harus
dirawat, untuk menghindari terjadinya radang
payudara (mastitis). Adapun cara untuk merawat
payudara adalah sebagai berikut :

112
1. Untuk mengurangi rasa nyeri dan bengkak,
dapat dilakukan masase serta kompres panas
dan dingin secara bergantian.
2. Bila payudara masih terasa penuh, ibu
dianjurkan untuk mengeluarkan ASI dengan
tangan atau dengan pompa setiap kali selesai
menyusui.
3. Ubah-ubah posisi menyusui untuk
melancarkan aliran ASI.
d) Pencegahan :
Pencegahan yang dapat dilakukan agar
payudara tidak tersumbat adalah sebagai berikut :
1. Perawatan payudara pascapersalinan secara
teratur, untuk menghindari terjadinya statis
aliran ASI.
2. Posisi menyusui yang diubah – ubah.
3. Mengenakan bra yang menyangga, bukan
yang menekan (Sitti Saleha, 2009).
4. Mastitis
Mastitis adalah radang payudara.
a. Penyebab terjadinya mastitis adalah sebagai
berikut :
1) Payudara bengkak yang tidak di susui secara
adekuat.
2) Puting lecet akan memudahkan masuknya
kuman dan terjadinya payudara bengkak.
3) Bra yang terlalu ketat mengakibatkan
segmental engorgement.
4) Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan
anemia akan mudah terkena infeksi.

113
b. Gejala :
Gejala-gejala yang dirasakan adalah sebagai
berikut :
1) Bengkak, nyeri pada seluruh payudara / nyeri
lokal.
2) Kemerahan pada seluruh payudara atau
hanya lokal.
3) Payudara keras dan berbenjol – benjol.
4) Panas badan dan rasa sakit umum (Sitti
Saleha, 2011).
5. Abses Payudara
Harus dibedakan antara mastitis dan abses.
Abses payudara merupakan kelanjutan / komplikasi
dari mastitis. Hal ini disebabkan karena meluasnya
peradangan dalam payudara tersebut.
a. Gejala :
Gejala yang dirasakan oleh ibu dengan abses
payudara adalah sebagai berikut :
1) Ibu tampak lebih parah sakitnya.
2) Payudara lebih merah dan mengkilap.
3) Benjolan lebih lunak karena berisi nanah,
sehingga perlu untuk mengeluarkan nanah
tersebut.
b. Penatalaksanaan :
Penatalaksanaan pada klien dengan abses
payudara adalah sebagai berikut :
1) Teknik menyusui yang benar.
2) Kompres air hangat dan dingin.
3) Terus menyusui pada mastitis.
4) Susukan dari yang sehat.
5) Senam laktasi.
6) Rujuk.

114
7) Pengeluaran nanah dan pemberian antibiotik
bila abses bertambah.
Bila terjadi abses, menyusui dihentikan,
tetapi ASI tetap dikeluarkan (Sitti Saleha, 2011).
2.3.9 Kebutuhan Dasar Ibu Nifas
1. Mobilisasi
Ibu yang baru melahirkan mungkin enggan banyak
bergerak karena merasa letih dan sakit. Namun ibu harus
dibantu turun dari tempat tidur dalam 24 jam pertama setelah
kelahiran pervaginam. Ambulasi dini sangat penting dalam
mencegah trombosis vena. Tujuan dari ambulasi dini adalah
untuk membantu  menguatkan otot-otot perut dan dengan
demikian menghasilkan bentuk tubuh yang baik,
mengencangkan otot dasar panggul sehingga mencegah atau
memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh tubuh.
Para wanita menyatakan bahwa mereka merasa lebih
baik dan lebih kuat setelah ambulasi awal. Komplikasi
kandung kencing dan konstipasi kurang sering terjadi. Yang
penting, ambulasi dini juga menurunkan banyak frekuensi
trombosis dan emboli paru pada masa nifas.
Dianjurkan untuk melakukan mobilisasi dini setelah 2
jam postpartum. Perawatan mobilisasi dini mempunyai
keuntungan :
a. Melancarkan pengeluaran lochea, mengurangi infeksi
puerperium.
b. Mempercepat involusi alat kandungan.
c. Melancarkan fungsi alat gastrointestinal dan alat
perkemihan.
d. Meningkatkan kelancaran peredaran darah sehingga
mempercepat fungsi ASI dan pengeluaran sisa
metabolisme.

115
Pada persalinan normal sebaiknya ambulasi dilakukan
setelah 2 jam ibu boleh miring ‒ miring ke kanan atau kekiri
untuk mencegah terjadinya trombosit.
Keuntungan lain dari ambulasi dini adalah sebagai berikut :
a. Ibu merasa lebih sehat dan kuat.
b. Faal usus dan kandung kemih lebih baik.
c. Kesempatan yang baik untuk mengajar ibu
merawat/memelihara anaknya.
d. Tidak menyebabkan pendarahan yang abnormal.
e. Tidak mempengaruhi penyembuhan luka episiotomi atau
luka perut.
f. Tidak memperbesar kemungkinan prolaps atau retroflexio
(Dewi, dkk. 2013).
Ambulasi dini tidak dibenarkan pada ibu post partum
dengan penyulit, misalnya anemia, penyakit jantung, penyakit
paru – paru, demam dan sebagainya. Penambahan kegiatan
dengan ambulasi dini harus berangsur – angsur, jadi bukan
maksudnya ibu segera setelah bangun dibenarkan mencuci,
memasak dan sebagainya (Saleha, 2011).
2. Nutrisi
Kebutuhan gizi pada masa nifas terutama bila
menyusui akan meningkat 25 %, karena berguna untuk proses
kesembuhan karena sehabis melahirkan dan untuk
memproduksi air susu yang cukup untuk menyehatkan bayi.
Semua itu akan meningkat 3 kali lipat dari kebutuhan biasa.
Makanan yang dikonsumsi berguna untuk melakukan aktivitas,
metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses memproduksi ASI
serta sebagai ASI itu sendiri  yang akan dikonsumsi bayi untuk
pertumbuhan dan perkembangan (Ambarwati, dkk, 2012).
Ibu nifas membutuhkan nutrisi yang cukup, gizi
seimbang, terutama kebutuhan protein dan karbohidrat (Dewi,
dkk, 2013).

116
Nutrisi yang baik dapat mempercepat penyembuhan ibu
dan sangat mempengaruhi susunan air susu. Ibu menyusui
harus memenuhi kebutuhan akan gizi sebagai berikut.

1) Mengkonsusi tambahan 500 kalori tiap hari.


2) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari.
3) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi,
setidaknya selama 40 hari pasca persalinan.
4) Minum kapsul viamin A 200.000 unit agar dapat
memberikan vitamin A kepada bayinya melalui ASI
3. Eliminasi (Miksi)
Ibu diminta untuk BAK 6 jam post partum. Jika dalam
8 jam post partum belum dapat berkemih atau sekali berkemih
belum melebihi 100 cc, maka dilakukan kateterisasi. Berikut
sebab – sebab terjadinya kesulitan berkemih (retensio urine)
pada ibu postpartum.
a. Berkurangnya tekanan intraabdominal.
b. Otot – otot perut masih lemah.
c. Edema uretra.
d. Dinding kandung kemih kurang sensitif (Saleha, 2011).
Ibu mampu BAK sendiri bila tidak, maka dilakukan
tindakan berikut :
a. Dirangsang dengan mengalirkan air.
b. Mengompres air hangat di atas simpisis.
c. Saat sith bath (berendam air hangat) klien disuruh BAK.
Bila tidak berhasil dengan cara di atas, maka dilakukan
kateterisasi. Hal ini dapat membuat klien tidak nyaman dan
resiko infeksi saluran kemih tinggi. Oleh karena itu,
kateterisasi tidak dilakukan sebelum lewat 6 jam postpartum
(Dewi, dkk. 2013).

117
4. Defekasi
Harus dilakukan 3 hari postpartum. Bila ada obstipasi
dan timbul koprostase hingga skibala (feses yang mengeras)
tertimbun di rektum, mungkin akan terjadi febris. Bila terjadi
hal demikian dapat dilakukan klisma atau diberi laksan per os
(melalui mulut). Berikut adalah cara agar dapat BAB dengan
teratur.
a. Diet teratur.
b. Pemberian cairan yang banyak.
c. Ambulasi yang baik (Dewi, dkk. 2013).
Jika klien pada hari ke 3 belum juga buang besar maka
diberikan laksan supositoria dan minum air hangat. Agar dapat
buang air besar secara teratur dapat dilakukan dengan diit
teratur, pemberian cairan yang banyak, makanan cukup serat,
olah raga (Ambarwati, dkk. 2012).
5. Kebersihan diri
Pastikan bahwa ibu mengerti untuk membersihkan
daerah vulva terlebih dahulu dari depan ke belakang anus.
Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air
sebelum dan sesudah membesihkan daerah kelaminnya. 
6. Istirahat
Sarankan ibu untuk kembali ke kegiatan – kegiatan
rumah tangga biasa perlahan – lahan serta untuk tidur siang
atau istirahat selagi bayi tidur.
Kurang istirahat akan mempengaruhi ibu dalam
beberapa hal: mengurangi jumlah ASI yang diproduksi,
memperlamabat proses involusi uterus dan memperbanyak
perdarahan, menyebabkan depresi, dan ketidak mampuan
untuk merawat bayinya dan dirinya sendiri (Rukiyah, dkk.
2011).

118
Ibu nifas memerlukan istirahat yang cukup, istirahat
yang dibutuhkan ibu nifas sekitar 8 jam pada malam hari dan 1
jam pada siang hari (Damayanti, dkk. 2011).
7. Seksual
Apabila perdarahan telah berhenti dan episiotomi
sudah sembuh maka coitus bisa dilakukan pada 3 – 4 minggu
pos tpartum. Hasrat seksual pada bulan pertama akan
berkurang baik kecepatannya maupun lamanya, juga orgasme
akan menurun. (Ambarwati, dkk. 2009)
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami istri
begitu darah merah berhenti dan ibu dapat memasukkan satu
atau dua jarinya ke dalam vagina tanpa rasa nyeri.
8. Keluarga berencana
Sebelum menggunakan metoge KB, hal – hal berikut
sebaiknya dijelaskan dahulu kepada ibu : bagaimana metode
ini dapat mencegah kehamilan dan efektivitasnya,
kekurangannya, efek samping, bagaimana menggunakan
metode itu, kapan metode itu dapat mulai digunakan untuk
wanita pasca salin yang menyusui.
9. Senam nifas 
Senam yang pertama paling baik paling aman untuk
memperkuat dasar panggul adalah senam kegel. Segera
lakukan senam kegel pada hari pertama postpartum bila
memang memungkinkan. Meskipun terkadang sulit untuk
secara mudah mengaktifkan otot – otot dasar panggul ini
selama hari pertama atau kedua, anjurkan agar ibu tersebut
tetap mencobanya. Senam kegel akan membantu
penyembuhan postpartum dengan jalan membuat kontraksi
dan pelepasan secara bergantian pada otot-otot dasar panggul.
Senam kegel mempunyai beberapa manfaat antara lain
membuat jahitan lebih merapat, mempercepat penyembuhan,
meredakan hemoroid, meningkatakan pengendalian atas urin.

119
Caranya dengan berdiri dengan tungkai dirapatkan.
Kencangkan otot-otot pantat dan pinggul tahan sampai 5
hitungan. Kendurkan dan ulangi lagi latihan sebanyak 5 kali
(Ambarwati, dkk. 2012).
2.3.10 Konsep Manajemen Kebidanan
1. Pengertian Menejemen Kebidanan
Adalah suatu metode berfikir dan bertindak secara sistematis
dan logis dalam memberi asuhan kebidanan agar
menguntungkan kedua belah pihak klien maupun pemberi
asuhan kebidanan.

Merupakan proses pemecahan masalah yang digunakan


sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah. Temuan ketrampilan dalam rangkaian
atau tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan.

2. Tujuh Langkah Varney


I. Pengkajian
Tanggal…. Jam…..
a) Data Subjektif
a. Biodata
Meliputi nama istri dan suami, usia untuk
menentukan apakah pasien termasuk dalam golongan
resiko tinggi atau tidak, agama sebagai dasar
intervensi yang akan diberikan, pendidikan untuk
mengetahui tingkat pengetahuan pasien, pekerjaan,
alamat.
1. Keluhan Utama
Keluhan – keluhan yang biasa disampaikan oleh ibu
nifas antara lain :
a. Rasa mulas akibat kontraksi uterus biasanya 2 hari post
partum.
b. Keluarnya lokhia tidak lancar.

120
c. Rasa nyeri bila ada luka jahit pada perineum atau
robekan pada jalan lahir.
d. Adanya bendungan ASI.
e. Rasa takut BAK dan BAB akibat adanya luka jahitan.
f. Kurangnya pengetahuan ibu tentang cara menyusui
yang benar.
g. Kurangnya pengetahuan tentang cara merawat bayi
1. Riwayat kesehatan sekarang
Apakah ibu sedang mengalami penyakit menurun
seperti kencing manis dan penyakit jantung (dapat
bertambah parah jika ibu menyusui), maupun penyakit
menular seperti TBC (dapat menular ke bayi melalui
kontak langsung dengan bayi), hepatitis (dapat menular ke
bayi melalui ASI dan kontak langsung dengan secret ibu).
1. Riwayat Kesehatan yang Lalu
Perlu ditanyakan apakah ibu pernah menderita
penyakit yang mungkin kambuh saat nifas dan
berpengaruh pada masa nifasnya, misalnya :
a. Kencing manis : Memperlambat penyembuhan luka.
b. Anemia : Potensial menyebabkan HPP karena atonia
uteri.
c. Penyakit jantung.
1. Riwayat kesehatan keluarga
Ditanyakan mengenai latar belakang kesehatan
keluarga terutama anggota keluarga yang mempunyai
penyakit menular dan tinggal satu rumah seperti TBC dan
hepatitis serta penyakit keluarga yang dapat diturunkan
seperti penyakit jantung, darah tinggi dan kencing manis
yang mungkin diderita ibu tanpa ibu mengetahui bahwa ia
menderita penyakit tersebut.

121
2. Riwayat Nifas yang lalu
Adakah penyakit yang menyertai nifas, adakah
riwayat perdarahan dan infeksi, apakah ibu menyusui
anaknya.
1. Riwayat Kehamilan dan Persalinan Sekarang
a. Kehamilan
Apakah selama hamil ada penyakit yang
menyertai kehamilan seperti darah tinggi, anemia,
penyakit jantung, asma, kencing manis, TBC dan
Hepatitis. Adakah masalah yang diderita ibu selama
hamil misalnya hiperemesis gravidarum yang dapat
menyebabkan anemia dan berpengaruh pada masa
nifas, apa saja obat yang dikonsumsi ibu selama hamil,
HPHT, TP.
b. Persalinan
Ibu melahirkan tanggal berpa, jam berapa,
bagaimana persalinannya (normal atau tindakan),
adakah penyulit selama proses persalinan, BBL, PBL,
jenis kelamin, jumlah perdarahan.
1. Riwayat KB
KB apa saja yang pernah digunakan ibu, keluhan
selama ikut KB, rencana KB setelah nifas ini. Apakah
kehamilan terakhir ini dikarenakan kegagalan KB atau
direncanakan : mempengaruhi penerimaan ibu terhadap
kelahiran anaknya (keadaan psikologis)
Metode kontrasepsi pascapersalinan :

Metode Waktu Ciri – ciri khusus Catatan


kontrasepsi pascapersalinan
MAL  Mulai  Manfaat  Harus
segera kesehatan benar
pascapersal bagi ibu dan –

122
inan. bayi. benar
ASI
 Efektivitas  Memberikan ekskl
tinggi waktu untuk usif.
sampai 6 memilih
bulan metode  Efekti
pascapersal kontrasepsi vitas
inan / lain. berku
belum rang
dapat haid. jika
mulai
suple
menta
si.
Kontrasepsi  Jika  Selama 6 – 8  Konta
kombinasi menyusui : minggu rsepsi
 Jangan pascapersalin komb
dipakai an, inasi
sebelum 6 – kontrasepsi meru
8 minggu kombinasi pakan
pascapersalin akan piliha
an. mengurangi n
ASI dan terakh
 Sebaiknya mempengaru ir
tidak hi tumbuh pada
dipakai kembang klien
dalam bayi. meny
waktu 6 usui.
minggu – 6  Selama 3
bulan minggu  Dapat
pascapersal pascapersalin diberi
inan. an kan

123
kontrasepsi pada
 Jika pakai kombinasi klien
MAL tunda meningkatka denga
sampai 6 n resiko n
bulan. masalah riway
pembekuan at
 Jika tidak darah. preekl
menyusui  Jika klien amsia
dapat tidak atau
dimulai 3 mendapat hipert
minggu haid dan ensi
pascapersal sudah dalam
inan. berhubungan keha
seksual, milan
mulailah .
kontrasepsi
kombinasi  Sesud
setelah yakin ah 3
tidak ada ming
kehamilan. gu
pasca
persal
inan
tidak
menin
gkatk
anresi
ko
pemb
ekuan
darah.
Kontrasepsi  Sebelum 6  Selama 6  Perdara

124
progestin minggu minggu pertama han
pascapersal pascapersalinan, ireguler
inan, klien progestin dapat
menyusui mempengaruhi, terjadi.
jangan tumbuh
menggunak kembang bayi.
an
kontrasepsi  Tidak ada
progestin. pengaruh
terhadap ASI.
 Jika
menggunak
an MAL,
kontrasepsi
progestin
dapat
ditunda
sampai 6
bulan.

 Jika tidak
menyusui,
dapat
langsung
dimulai.

 Jika tidak
menyusui,
lebih dari 6
minggu
pascaersali
125
nan, atau
sudah dapat
haid,
kontrasepsi
progestin
sudah dapat
dimulai
setelah
yakin tidak
ada
kehamilan.
Tabel 2.3 Metode Kontrasepsi Pascapersalinan ( Abdul Beri
Saifuddin, 2003).
1. Pola Kebiasaan Sehari – hari
a. Nutrisi
Nilai gizi ibu nifas, energi 3000 kkal, protein 100
gr, lemak 87,45 gr, karbohidrat 433 gr, Dapat diperoleh
dari 3x makan dengan komposisi 1 centong nasi, 1
potong sedang daging / telur / daging / tahu / tempe, 1
mangkuk sayuran, buah dan susu 1 gelas sehari
b. Istirahat
Tidur malam :  7 – 8 jam → memulihkan kondisi
ibu yang lelah setelah   melahirkan.
Tidur siang :  1 – 2 jam → memenuhi kebutuhan
tidur malam yang kurang.
c. Aktivitas
Dilakukan secara bertahap  2 jam post partum ibu
dianjurkan sudah melakukan mobilisasi.
d. Eliminasi
BAB : Maksimal sudah harus BAB 3 hari post partum.
BAK : Maksimal sudah harus BAK 6 jam post partum.
e. Kebersihan

126
1. Mandi minimal 2x sehari.
2. Ganti pakaian setiap kali mandi dan jika terasa
lembab atau berkeringat.
3. Ganti CD minimal setiap kali mandi dan jika terasa
lembab (Mellyna Huliana, 2013).
10. Keadaan Psikososial
a. Psikologi
Tingkatan Psikologis ibu post partum
1) Taking In
Suatu periode dimana tingkah laku
tergantung pda orang lain dan berfocus pada
dirinya sendiri belum pada bayinya. Ibu sangat
membutuhkan batuan untuk memenuhi
kebutuhannya berlangsung pada hari ke 1 dan
ke 2.
2) Taking Hold (hari 3 dan ke 7 hari)
a. Terjadinya perpindahan dan dari keadaan
ketergantungan menjadi individu.
b. Energi ibu lebih meningkat.
c. Fokus ibu pada dirinya dan bayinya.
d. Saat tepat pemberian pendidikan kesehatan.
3) Letting Go
Suatu periode dimana terjadi
perpindahan dari keadaan mandiri ke peran
baru. Dimulai hari minggu 1 post partum. Ibu
merasa bayinya sudah terpisah dari dirinya, bayi
memerlukan bantuannya. Gangguan psikologis
yang sering terjadi adalah post partum blues
yaitu adanya tekanan yang bersifat sementara
pada ibu yang baru melahirkan paa hari
pertama. Gejala yang tampak adalah : ibu
menangis, mudah tersinggung, gangguan nafsu

127
makan dan gangguan tidur. Keadaan ini terjadi
pada masa laktasi (penyesuaian menjadi orang
tua) ( Persis Mary, 1995).
b. Sosial
Bagaimana hubungan ibu dengan suami
dan keluarga. Hal ini untuk menilai apakah ibu
memperoleh support yang kuat dalam menjlani
masa nifasnya dan ini akan sangat
mempengaruhi pada keadaan psikologis ibu.
11. Latar Belakang Sosial Budaya
Bagaimana adat istiadat yang berlaku dalam
lingkungan tempat ibu terhadap ibu nifas. Misalnya
anggapan masyarakat bahwa ibu nifas tidak boleh makan
ikan, telur, sayur, makanan yang berkuah karena dapat
menyebabkan luka tidak cepat kering (benyek).
b) Data Objektif
Pemeriksaan tanggal….. jam……
a. Pemeriksaan pada Ibu
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan
Baik / cukup / lemah
Umum

Kesadaran Compos mentis / letatrgis / apatis / koma

100/70 mmHg – 130/90 mmHg


Tekanan
darah mungkin sedikit meningkat karena upaya
persalinan dan keletihan

60 – 90 x/menit (normal)

Nadi nadi embali ke frekuensi normal dalam 1


jam post partum, mungkin terjadi sedikit
bradikardi ( 50 – 70 x/menit )

128
36,5 °C – 37,5 0C

segera setelah persalinan dapat terjadi

Suhu peningkatan suhu badan, tetapi tidak


melebihi 38 0C. Bila terjadi peningkatan
suhu melebihi 38 0C mungkin terjadi
infeksi.

16 – 24 x/menit
RR

Tabel 2.4 Pemeriksaan Umum (Persis Mary, 2015 :


282)

2) Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
a) Rambut
Untuk mengetahui kebersihan dan rontok atau tidak.
b) Muka
Untuk mengetahui pucat atau tidak, flek atau tidak.
c) Mata
Untuk mengetahui konjungtiva merah / tidak
(pucat tanda anemia), Sklera putih / kuning (kuning
menandakan penyakit   hepatitis).
d) Hidung
Untuk mengetahui adakah secret, polip, dan
pernafasan cuping hidung (pernapasan cuping
hidung menandakan asma).
e) Telinga
Untuk mengetahui adanya sekret.

f) Mulut
129
Untuk mengetahui apakah bibir kering lembab
(kering menandakan dehidrasi), bibir sianosis / tidak
(sianosis menandakan anemia atau gangguan paru),
ada / tidaknya caries pada gigi, lidah kotor / bersih
(lidah kotor menandakan anemia).
g) Leher
Untuk mengetahui ada tidaknya  bendungan
vena jugularis (adanya bendungan vena jugularis
menandakan ibu mengalami penyakit jantung).
h) Dada
Untuk mengetahui puting susu menonjol /
datar / tenggelam (putting susu tenggelam
menghambat proses laktasi), Colostrum sudah
keluar atau belum,ada tidaknya ronchi / wheezing,
nampak / tidaknya retraksi otot dada saat ibu
bernapas (menandakan ibu mengalami asma)
( Manuaba, 2015).
i) Abdomen
ININVOLUSI
T TFU B BERAT UTERUS

BayBayi lahir
Se tinSetinggi pusat 11000 Gram

jari 2 jari di bawah


Uri Uri lahir 7750 Gram
pusat

Pertengahan
min1 Minggu 5 500Gram
pusat symphisis

t terTeraba diatas
Mi 2 Minggu 3 350 Gram
symphisis

min6 Minggu
BeberBertambah kecil 5 50-60 Gram

min8 Minggu
SebesNormal 3 80 Gram

130
Table 2.5 TFU sesuai masa involusi (Mochtar,
2013).

j) Genetalia : Tampak luka jahitan / tidak.


Pengeluaran lochea
k) Ekstremitas
Untuk mengetahui ekstremitas atas dan
bawah terdapat oedem / tidak, terdapat
varises/tidak. Pada betis ada tanda Hoffman / tidak
(tanda Hoffman menandakan ibu menderita
Tromboflebitis) (Persis Mary, 1995).
Palpasi
a) Leher
Untuk mengetagui apakah ada pembesaran
kelenjar tyroid dan bendungan vena jugularis.
b) Dada
Untuk mengetahui adakah benjolan abnormal
atau tidak, ada nyeri tekan atau tidak.
c) Abdomen
Untuk mengetahui ada nyeri tekan atau tidak,
ada benjolan abnormal atau tidak.
Auskultasi
Dada : Untuk mengetahui apakah ada ronchi atau
wheezing atau tidak.
Perkusi    : Untuk mengetahui Reflek patella (+/-)
II. Identifikasi Diagnosa Masalah
Yaitu peningkatan dari data dasar yang berupa
penafsiran data ke dalam permasalahan atau diagnose spesifik
yang sudah di identifikasi oleh Bidan. ( Varney, 2015)

131
III. Identifikasi Diagnosa Masalah Potensial
Identifikasi permasalahan potensial berdasarkan pada
rangkaian masalah yang sekarang untuk mengantisipasi atau
mencegah overdistension, misalnya : polyhidramnion,
kehamilan dengan diabetes mellitus (Varney,2015).
IV. Identifikasi Kebutuhan Segera
Mencerminkan kelanjutan proses manajemen sejak
masa kehamilan dengan melakukan pemeriksaan secara
berkala sampai pada proses persalinan. Dalam hal ini
termasuk ketika dibutuhkan tindakan – tindakan darurat
dimana Bidan harus bertindak dengan segera demi
keselamatan hidup ibu dan bayi (Varney, 2015).
V. Intervensi
Suatu perkembangan berdasarkan data – data yang
sudah terkumpul dari langkah – langkah sebelumnya.
Rencana yang menyeluruh harus disepakati antara bidan dan
pasien supaya efektif, sebab pasien yang akhirnya
melaksanakan rencana tersebut.Asuhan yang menyeluruh,
meliputi memberikan informasi bimbingan dan mengajarkan
pasien tentang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
(Varney, 2015).
VI. Implementasi
Suatu perkembangan berdasarkan data – data yang
sudah terkumpul dari langkah – langkah sebelumnya.
Rencana yang menyeluruh harus disepakati antara bidan dan
pasien supaya efektif, sebab pasien yang akhirnya
melaksanakan rencana tersebut. Asuhan yang menyeluruh,
meliputi memberikan informasi bimbingan dan mengajarkan
pasien tentang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
(Varney, 2015).

132
VII. Evaluasi
Yaitu mengevaluasi tindakan yang menyeluruh sesuai
yang dibutuhkan oleh pasien. Apabila tindakan yang telah
dilakukan dianggap tidak efektif, maka dilakukan
penyesuaian rencana selanjutnya (Varney, 1997).

II.4 Konsep Asuhan Kebidanan Bayi Baru Lahir (Neonatus)


2.4.1 Pengertian Bayi Baru Lahir
Bayi baru lahir (neonatus) adalah bayi yang baru
mengalami proses kelahiran, berusia 0 – 28 hari. Menurut
psikologi, bayi adalah periode perkembangan yang merentang dari
kelahiran hingga 18 atau 24 bulan (Marmi dan Rahardjo, kukuh,
2014).
Menurut Donna L. Wong, (2013) bayi baru lahir adalah
bayi dari lahir sampai usia 4 minggu. Lahirnya biasanya dengan
usia gestasi 38 – 42 minggu.
Menurut Dep. Kes. RI, (2015) bayi baru lahir normal
adalah bayi yang lahir dengan umur kehamilan 37 minggu sampai
42 minggu dan berat lahir 2500 gram sampai 4000 gram.
Menurut M. Sholeh Kosim, (2015) bayi baru lahir normal
adalah bayi lahir antara 2500 – 4000 gram, cukup bulan, lahir
langsung menangis, dan tidak ada kelainan congenital (cacat
bawaan) yang berat.
2.4.2 Proses
1.Ciri-ciri umum Bayi baru lahir :
a. Bernafas dan menangis spontan.
b. Frekuensi berkisar 180 x/ menit.
c. Warna kulit kemerah – merahan dan terdapat verniks
caseosa atau bersih.
d. Lemak subkutan cukup tebal.
e. Rambut lanugo dan rambut kepala tumbuh dengan baik.

133
f. Aktifitas atau gerakan aktif ekstremitas dalam keadaan
fleksi.
g. BB berkisar antara 2500 – 3000 gram.
h. PB antara 50 – 55 cm.
i. Ukuran kepala antara lain: FO 34 cm, MO 35 cm, SOB 32
cm.
j. Sebagai akibat perubahan lingkungan dalam uterus ke luar
uterus, maka bayi menerima rangsangan yang bersifat
kimiawi, mekanik dan termik.
k. Hasil rangsangan tersebut membuat bayi akan mengalami
perubahan – perubahan.
2.4.3 Adaptasi Bayi Baru Lahir
Adaptasi neonatus (bayi baru lahir) adalah proses
penyesuaian fungsional neonatus dari kehidupan di dalam uterus ke
kehidupan di luar uterus. Kemampuan adaptasi fisiologis ini
disebut juga hemeostasis. Bila terdapat gangguan adaptasi, maka
bayi akan sakit (Nur Muslihatun, Wafi, 2010 ). Konsep-konsep
esensial adaptasi fisiologi bayi baru lahir :
1. Memulai segera perubahan pernapasan dan perubahan dalam
pola sirkulasi merupakan hal yang esensial dalam kehidupan
ekstrauterin.
2. Dalam 24 jam setelah lahir, sistem ginjal, gastrointestinal (GI),
hematologi, metabolik, dan sistem neurologi bayi baru lahir
harus berfungsi secara memadai untuk maju ke arah dan
mempertahankan kehidupan ekstrauterin (Marmi dan
Rahardjo, kukuh, 2014).
Periode Transisi
a. Periode ini merupakan fase tidak stabil selama 6 – 8 jam
pertama kehidupan yang akan dialami oleh seluruh bayi,
dengan mengabaikan usia gestasi atau sifat persalinan dan
melahirkan.

134
b. Pada periode pertama reaktivitas (segera setelah lahir),
pernapasan cepat (dapat mencapai 80 kali per menit) dan
pernapasan cuping hidung sementara, retraksi, dan suara
seperti mendengkur dapat terjadi. Denyut jantung dapat
mencapai 180 kali per menit selama beberapa menit
pertama kehidupan.
c. Setelah respon awal ini, bayi baru lahir menjadi tenang,
rileks dan jatuh tertidur; tidur pertama ini (dikenal sebagai
fase tidur ) dalam 2 jam setelah kelahiran dan berlangsung
beberapa menit sampai beberapa jam.
d. Periode kedua reaktivitas, dimulai waktu bayi bangun,
ditandai dengan respons berlebihan terhadap stimulus,
perubahan kulit dari merah muda menjadi agak sianosis,
dan denyut jantung cepat
e. Lendir mulut dapat menjadi masalah besar, misalnya,
tersedak, tercekik, dan batuk (Marmi dan Rahardjo,
kukuh, 2014).
Faktor – faktor yang mempengaruhi adaptasi bayi
baru lahir (Marmi dan Rahardjo, kukuh, 2014) :
1. Pengalaman antepartum ibu dan bayi baru lahir
(misalnya, terpajan zat toksik dan sikap orang tua terhadap
kehamilan dan pengasuhan anak).
2. Pengalaman intrapartum ibu dan bayi baru lahir (misalnya,
lama persalinan, tipe analgesik, atau anastesi intrapartum).
3. Kapasitas psikologis bayi baru lahir untuk melakuakan
transisi  ke kehidupan ekstrauterin.
4. Kemampuan petugas kesehatan untuk mengkaji dan
merespons masalah dengan tepat pada saat terjadi.
Hemeostasis adalah kemampuan mempertahankan
fungsi – fungsi vital, bersifat dinamis, dipengaruhi oleh tahap
pertumbuhan dan perkembangan, termasuk masa pertumbuhan
dan perkembangan intrauterin. Adaptasi segera setelah lahir

135
meliputi adaptasi  fungsi-fungsi vital (sirkulasi, respirasi,
susunan saraf pusat, pencernaan dan metabolisme) (Nur
Muslihatun,Wafi, 2010 ).
Dibawah ini akan dijelaskan beberapa fungsi dan
proses vital pada neonatus (Nur Muslihatun,Wafi, 2010 ) :
1. Sistem Pernafasan
Perkembangan sistem pulmoner terjadi sejak masa
embrio, tepatnya pada umur kehamilan 24 hari, pada umur
kehamilan 24 hari ini bakal paru – paru terbentuk. Pada
umur kehamilan 26 – 28 hari kedua bronchi membesar.
Pada umur kehamilan 6 minggu terbentuk segmen
bronchus. Pada umur kehamilan 12 minggu terjadi
diferensiasi lobus. Pada umur kehamilan 24 minggu
terbentuk alveoli. Pada umur kehamilan 28 minggu
terbentuk surfaktan. Pada umur kehamilan 34 – 36 struktur
paru-paru matang, artinya paru – paru sudah bisa
mengembangkan sistem alveoli. Selama dalam uterus
janin mendapat oksigen dari pertukaran gas melalui
plasenta. Setelah bayi lahir, pertukaran gas harus melalui
paru – paru bayi.
Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam
waktu 30 menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama
kali mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya
surfaktan yang dengan menarik nafas dan mengeluarkan
nafas dengan merintih sehingga udara tertahan di dalam.
Respirasi pada neonatus biasanya pernafasan diafragmatik
dan abdominal, sedangkan frekuensi dan dalamnya belum
teratur. Apabila surfaktan berkurang, maka alveoli akan
kolaps dan paru-paru kaku sehingga terjadi atelektasis.
Dalam keadaan anoksia neonatus masih dapat
mempertahankan hidupnya karena adanya kelanjutan
metabolisme anaerobik.

136
1. Suhu Tubuh
Terdapat empat mekanisme kemugkinan hilangnya
panas tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungannya.
a. Konduksi
Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda
sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi
(pemindahan panas dari tubuh bayi ke objek lain
melalui kontak langsung). Contoh : menimbang bayi
tanpa alas timbangan, tangan penolong yang dingin
memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop
dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir.
b. Konveksi
Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya
yang sedang bergerak (jumlah panas yang hilang
tergantung kepada kecepatan dan suhu udara). Contoh :
membiarkan atau menempatkan bayi baru lahir dekat
jendela, membiarkan bayi baru lahir di ruangan yang
terpasang kipas angin.
c. Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir keluar
tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin (pemindahan
panas antara 2 objek yang mempunyai suhu berbeda).
Contoh : bayi baru lahir dibiarkan dalam ruangan
dengan air conditioner (AC) tanpa diberikan pemanas
(radiant warmer), bayi baru lahir dibiarkan dalam
keadaan telanjang, bayi baru lahir ditidurkan
berdekatan dengan ruangan yang dingin, misalnya
dekat tembok.
d. Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan
tergantung kepada kecepatan dan kelembapan udara
(pirpindahan panas dengan cara merubah cairan

137
menjadi uap). Contoh : bayi baru lahir dibiarkan dalam
suhu kamar 25 ºC, maka bayi akan kehilangan panas
melalui konveksi, radiasi dan evaporasi 200 per
kilogram berat badan (perkg BB), sedangkan yang
dibentuk hanya satu persepuluhnya.
1. Metabolisme
Pada jam – jam pertama energi didapatkan dari
perubahan karbohidrat. Pada hari ke dua, energi berasal dari
pembakaran lemak. Setelah mendapat susu kurang lebih
pada hari keenam, pemenuhaan kebutuhan energi bayi 60
% didapatkan dari lemak dan 40 % dari karbohidrat.
1. Peredaran Darah
Pada masa fetus darah dari plasenta melalui vena
umbilikus sebagian menuju ke hati, sebagian langsung ke
serambi kiri jantung, kemudian ke bilik kiri jantung, dari
bilik kiri darah di pompa melalui aorta keseluruh tubuh.
Dari bilik kanan darah dipompa sebagian ke paru dan
sebagian melalui duktus arteriosus ke aorta.
Setelah bayi lahir, paru akan berkembang
mengakibatkan tekanan arteriol dalam paru menurun.
Tekanan dalam jantung kanan turun, sehingga tekanan
jantung kiri lebih besar daripada tekanan jantung kanan
yang mengakibatkan menutupnya foramen ovale secara
fungsional. Hal ini terjadi pada jam – jam pertama setelah
kelahirkan oleh karena tekanan dalam paru turun dan
tekanan dalam aorta desenden naik serta disebabkan oleh
rangsangan biokimia (Pa O² yang naik) dan duktus
arteriosus berobliterasi.
1. Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal
Tubuh bayi baru lahir mengandung relatif banyak
air dan kadar natrium relatif lebih besar dari kalium karena
ruangan ekstraseluler luas. Fungsi ginjal belum sempurna

138
karena jumlah nefron masih belum sebanyak orang dewasa,
ketidakseimbangan luas permukaan glomerulus dan volume
tubulus proksimal, serta renal blood flow relatif kurang bila
dibandingkan dengan orang dewasa.
1. Imunoglobulin
Pada neonatus tidak terdapat sel plasma pada
sumsum tulang, lamina propia ilium serta apendiks.
Plasenta merupakan sawar sehingga fetus bebas dari
antigen dan stres imunologis. Pada bayi baru lahir hanya
terdapat gama globulin G, sehingga imunologi dari ibu
dapat melalui plasenta karena berat molekulnya kecil.
Tetapi bila ada infeksi yang dapat melalui plasenta (lues,
toksoplasma, herpes simpleks, dan lain – lain), reaksi
imunoglobulis dapat terjadi dengan pembentukan sel
plasma dan antibodi gamma A, G dan M.
1. Traktus Digestivus
Pada neonatus, traktus digestivus mengandung zat
yang berwarna hitam kehijauan yang terdiri dari
mukopolisakarida dan disebut mekonium. Pengeluaran
mekonium biasanya dalam 10 jam pertama dan dalam 4
hari biasanya tinja sudah berbentuk dan berwarna biasa.
Enzim dalam traktus digestivus biasanya sudah terdapat
pada neonatus kecuali amilase pankreas.
1. Hati
Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan
kimia dan morfologis yaitu kenaikan protein serta
penurunan kadar lemak dan glikogen. Sel hemopoetik
mulai berkurang, walaupun memakan waktu agak lama.
Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahir,
daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna,
contohnya pemberian obat kloramfenikol dengan dosis

139
lebih dari 50 mg/kg BB/hari dapat menimbulkan grey baby
syndrome.

1. Keseimbangan Asam Basa


Derajat keasaman (pH) darah pada waktu lahir
rendah, karena glikolisi anaerobik. Dalam 24 jam telah
mengkompensasi asidosis ini.
2.4.4 Kebutuhan Kesehatan
1. Jaga kehangatan.
2. Bersihkan jalan napas (bila perlu).
3. Keringkan dan tetap jaga kehangatan.
4. Potong dan ikat tali pusat tanpa membubuhi apapun kira-kira 2
menit setelah lahir.
5. Lakukan inisiasi menyusui dini dan kontak kulit bayi dengan
kulit ibu.
6. Beri salep mata antibiotika tetrasiklin 1 % pada kedua mata.
7. Beri suntikan vitamin K 1mg intramuskular di paha kiri
anterolateral setelah inisiasi menyusui dini.
8. Berikan imunisasi Hepatitis B 0,5 mL intramuskular, di paha
kanan anterolateral, diberikan kira – kira 1 – 2 jam setelah
pemberian Vitamin K (Depkes – RI – APN, 2008).
2.4.5 Imunisasi
1. Pengertian imunisasi dasar
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap
suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh
agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau
berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun
yang berarti kebal atau resisten (Anonim, 2008).
Tujuan imunisasi adalah untuk mencegah terjadinya
penyakit tertentu pada seseorang, dan menghilangkan penyakit
tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan
menghilangkan penyakit tertentu dari dunia (Ranuh, 2010).

140
Imunisasi dasar atau imunisasi wajib adalah 5 jenis
imunisasi yang wajib diperoleh bayi sebelum usia setahun
(Anonim, 2009). Imunisasi dasar adalah imunisasi yang
diberikan pada bayi (usia 0 – 12 bulan) meliputi imunisasi
BCG, DPT, Polio, Hepatitis B dan Campak (Depkes RI, 2015).
Tujuan imunisasi dasar adalah memberikan kekebalan tubuh
anak terhadap penyakit Tuberkolosis, difteri, pertusis (batuk
rejan), tetanus, hepatitis B, Campak, dan  polio.
Dilihat dari cara timbulnya ada 2 jenis kekebalan yaitu :
1. Kekebalan pasif
Kekebalan pasif yaitu kekebalan yang diperoleh dari
luar tubuh, bukan dibuat oleh individu itu sendiri.
Kekebalan pasif tidak akan bertahan lama karena akan di
metabolisme oleh tubuh (Ranuh, 2010).
Kekebalan pasif dapat terjadi dengan 2 cara :
a. Kekebalan pasif alamiah atau kekebalan pasif bawaan,
yaitu kekebalan yang diperoleh zat penolak sehingga
proses cepat tetapi tidak bertahan lama. Misalnya
kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu.
b. Kekebalan pasif buatan yaitu diperoleh setelah
mendapat suntikan zat penolak. Misalnya pemberian
vaksin ATS.
1. Kekebalan aktif
Kekebalan aktif adalah kekebalan yang dibuat oleh
tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada
imunisasi, atau terpajan secara alamiah. Kekebalan aktif
biasanya berlangsung lebih lama karena adanya memori
imunologik (Ranuh, 2010).
Kekebalan aktif dapat dibedakan menjadi :
a. Kekebalan aktif alamiah, dimana tubuh membuat
kekebalan sendiri setelah mengalami / sembuh dari
suatu penyakit. Misal penyakit campak.

141
b. Kekebalan aktif didapat yaitu dengan pemberian vaksin
sehingga akan merangsang tubuh membentuk antibodi.
Misal :  vaksin BCG, DPT, Polio, dan lainya.
Vaksin adalah suatu obat yang diberikan untuk
membantu mencegah suatu penyakit. Vaksin membantu
tubuh untuk menghasilkan antibodi. Antibodi ini berfungsi
melindungi terhadap penyakit (Anonim, 2009). Sedangkan
menurut Depkes RI (2005) Vaksin adalah suatu produk
biologis yang terbuat dari kuman, komponen kuman
(bakteri, virus atau riketsia), atau racun kuman (toxoid)
yang dilemahkan atau dimatikan dan akan menimbulkan
kekebalan spesifik secara aktif terhadap penyakit tertentu.

2. Sasaran imunisasi
Sesuai dengan program pengembangan imunisasi (PPI)
Nasional, sasaran imunisasi adalah :
1. Bayi dibawah umur 1 tahun.
2. Ibu hamil (awal) kehamilan sampai 8 bulan.
3. Wanita usia subur (WUS) calon pengantin.
4. Anak sekolah dasar kelas 1 dan 6.
3. Program imunisasi dasar di indonesia
Imunisasi dasar adalah imunisasi yang diberikan pada
bayi (usia 0 – 12 bulan) meliputi imunisasi BCG, DPT, Polio,
Hepatitis B dan Campak (Depkes RI, 2015).
4. Jenis  ̶ jenis imunisasi dasar pada bayi
a. BCG
BCG (Bacillus Calmette – Guerin) adalah vaksin untuk
mencegah penyakit TBC. Berasal dari bakteri hidup yang
dilemahkan, ditemukan oleh Calmette dan Guerin (Anonim,
2013).
Vaksin BCG berbentuk bubuk kering harus dilarutkan
dengan 4 cc NaCl 0,9 %. Setelah dilarutkan harus segera
dipakai dalam waktu 3 jam, sisanya dibuang. Penyimpanan
142
pada suhu < 5 °C terhindar dari sinar  matahari (indoor day
– light) (Depkes RI, 2015).
Kontra indikasi pemperian imunisasi BCG adalah :
1) Adanya penyakit kulit berat/menahun seperti eksim,
furunkolosis dan sebagainya.
2) Mereka yang sedang menderita TBC (Depkes RI,
2015).
3) Respon imunologik terganggu : infeksi HIV, def imun
kongenital, leukemia, keganasan
4) Respon imunologik tertekan: kortikosteroid, obat
kanker, radiasi (Anonim, 2009).
1. Vaksin Hepatitis B
Vaksin Hepatitis B adalah vaksin virus recombinan
yang telah diinaktivasikan dan bersifat non infectious,
berasal dari HbsAg yang dihasilkan dari sel ragi
(Hansenula polymorpha) menggunakan teknologi DNA
recombinan. Untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis B. Vaksin
disuntikkan dengan dosis 0,5 ml, vaksin harus disimpan
pada suhu 2 ˚C – 8 ˚C (Depkes RI, 2015).
Kontra indikasi : vaksin ini tidak boleh diberikan
kepada penderita infeksi berat yang disertai kejang. Tingkat
kekebalan yang didapat cukup tinggi, antara 94 % - 96 %.
Umumnya setelah 3 kali suntikan, lebih dari 95% bayi
mengalami respons imun yang cukup (Anonim, 2013).
1. Difteri, Pertusis, Tetanus (DPT)
Vaksin DPT (Difteri Pertusis Tetanus) adalah vaksin
yang terdiri dari toxoid difteri dan tetanus yang dimurnikan
dan bakteri pertusis yang telah diinaktivasi (Depkes RI,
2015).
Tujuan pemberian untuk pemberian kekebalan
secara simultan terhadap difteri pertusis dan tetanus. Dosis

143
pemberian 0,5 cc sebanyak 3 dosis. Vaksin DPT yang telah
dibuka hanya dapat digunakan selama 4 minggu dengan
ketentuan :
a. Vaksin belum kadaluarsa.
b. Vaksin disimpan dalam suhu 2 ˚C – 8 ˚C.
c. Tidak pernah terendam air.
d. Sterilitasnya terjaga.
Kontra indikasi pemberian DPT adalah anak yang
mengalami gejala – gejala parah pada dosis petama,
komponen pertusis harus dihindarkan pada dosis kedua.
Anak dengan demam tinggi harus ditunda pemberian
imunisasinya sampai benar – benar sembuh.

Sekarang vaksin yang biasanya digunakan adalan


DPT – HB yaitu vaksin yang terdiri dari toxoid difteri dan
tetanus yang dimurnikan dan bakteri pertusis yang telah
diinaktivasi serta vaksin hepatitis B yang merupakan sub
unit vaksin virus yang mengandung HbsAg murni non
infectious (Depkes RI, 2005)

4. Vaksin polio
Vaksin oral polio hidup adalah vaksin polio trivalent
yang terdiri dari suspensi virus poliomyelitis tipe 1, 2, dan 3
(strain sabin) yang sudah dilemahkan, dibuat dalam biakan
jaringan ginjal kera dan distabilkan dengan sukrosa (Depkes
RI, 2015). Diberikan dengan dosis 2 tetes sebanyak 4 dosis
pemberian.
Kontra indikasi pemberian imunisasi polio :
a. Pada individu yang menderita imuno defisiensi.
b. Misal anak sedang diare atau muntah berat dosis ulangan
dapat diberikan setelah sembuh (Depkes RI, 2015).
c. Tak dapat diberikan pada anak yang menderita penyakit
akut atau demam tinggi (diatas 38 ˚C), muntah atau
diare, penyakit kanker atau keganasan, HIV / AIDS,
144
sedang menjalani pengobatan steroid dan pengobatan
radiasi umum, serta anak dengan mekanisme kekebalan
terganggu (anonim, 2013).
1. Vaksin Campak
Vaksin campak merupakan vaksin virus hidup yang
dilemahkan, untuk pemberian kekebalan aktif terhadap
penyakit campak. Sebelum disuntikkan vaksin campak
terlebih dahulu harus dilarutkan dengan pelarut steril yang
telah tersedia yang berisi 5 ml cairan pelarut. Dosis
pemberian 0,5 ml (Depkes RI, 2015).
Kontra indikasi pemberian imunisasi campak adalah :
a. Infeksi akut yang disertai demam lebih dari 38 ˚C.
b. Gangguan sistem kekebalan.
c. Pemakaian obat imunosupresan.
d. Alergi terhadap protein telur.
e. Hipersensitivitas terhadap kanamisin dan eritromisin.
f. Wanita hamil (Anonim, 2013).
5. Jadwal pemberian imunisasi dasar pada bayi
Tabel 2.6 Jadwal Imunisasi Menurut Depkes RI 2015
Umur Jenis Imunisasi

0 bulan HB 0

1 bulan BCG, Polio 1

2 bulan DPT/HB 1, Polio 2

3 bulan DPT/HB 2, Polio 3

4 bulan DPT/HB 3, Polio 4

9 bulan Campak

Sumber : Buku Kesehatan Ibu dan Anak, 2014.

145
Dalam Buku Pedoman Teknis Imunisasi di Puskesmas
Jadwal Imunisasi Program Nasional Depkes RI adalah
sebagai berikut:

Tabel 2.7 Jadwal Imunisasi Program Nasional Depkes RI


Pemberian Selang waktu
Vaksin Umur
imunisasi pemberian
BCG 1X 0 – 11
DPT 3X 4 minggu bulan
(DPT 1, 2, 3) 2 – 11
Polio 4X 4 minggu bulan
(Polio 1, 2, 3, 4)
Campak 1X 4 minggu 0 – 11
Hepatitis 3 X bulan
B (Hep. B 1, 2, 3)
9 – 11
bulan
0 – 11
bulan
Sumber : Pedoman Teknis Imunisasi di Puskesmas, 2014.
Jadwal Alternatif Pemberian Imunisasi dalam Pedoman
Imunisasi di Indonesia adalah sebagai berikut :
Tabel 2.6 Jadwal imunisasi menurut Pedoman Imunisasi di

Indonesia

Umur Antigen

Lahir (0 bulan) BCG, Polio – 1, Hepatitis B – lahir

6 minggu Polio – 2, DPT / Hep B – 1*

10 minggu Polio – 3, DPT / Hep B – 2*

14 minggu Polio – 4, DPT / Hep B – 3*

146
9 – 12 bulan Campak

(Sumber : Pedoman Imunisasi di Indonesia, 2014

Vaksin kombinasi DPT dan Hepatitis B.

Jadwal imunisasi rekomendasi IDAI (Ikatan Dokter Anak


Indonesia)
1. Imunisasi BCG
Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 2
bulan. Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3
bulan maka dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu.
1. Imunisasi Hepatitis B
Imunisasi hepatitis B dibrikan sedini mungkin
setelah lahir, mengingat paling tidak 3,9 %  Ibu hamil
merupakan pengidap hepatitis dengan resiko transmisi
maternal kurang lebih sebesar 45 %.  Hepatitis B – 1
diberikan pada anak usia 0 – 7 hari. Hepatitis B – 2
diberikan dengan interval 1 bulan dari Hepatitis B – 1
(saat bayi berumur 1 bulan). Untuk mendapatkan respon
imun optimal interval Hepatitis B – 2 dan Hepatiitis B –
3 minimal 2 bukan, terbaik adalah 5 bulan. Maka
Hepatitis B – 3 diberikan 2 - 5 bulan setelah Hepatitis B
– 2 yaitu umur 3 – 6 bulan.
1. Imunisasi DPT
Imunisasi DPT dasar diberikan 3 kali sejak umur 2
bulan. DPT tidak boleh diberikan sebelum umur 6
minggu dengan interval 4 – 6 minggu DPT – 1 diberikan
pada umur 2 bulan, DPT – 2 pada umur 3 bulan dan DPT
– 3 pada umur 4 bulan.
1. Vaksin Polio

147
Polio oral diberikan saat bayi lahir. Untuk
imunisasi dasar (polio 1, 2, 3) interval diantaranya tidak
kurang dari 4 minggu.
1. Vaksin Campak
Vaksin campak dianjurkan diberikan pada umur 9
bulan.

2.4.6 Cara pemberian imunisasi


Tabel 2.8 Cara Pemberian Imunisasi
DPT dan
Vaksin BCG Campak Polio
Hepatitis B
Tempat Lengan Paha Lengan Mulut
penyuntika kanan tengah luar kiri atas diteteskan
n dan cara atau luar suntikan suntikan dimulut
penyuntika suntikan intra subcutan
n intracutan muskular
(Sumber : Pedoman Imunisasi di Indonesia, 2005).
Lokasi penyutikan yang dianjurkan untuk anak usia 1 tahun
(0 – 12 bulan) adalah otot vastus lateralis pada daerah anterolateral
(paha tengah luar) karena otot pada anterolateral tersebut adalah
otot anak usia 1 tahun yang paling tebal dan besar. Pemilihan
tempat penyuntikan vaksin berdasarkan beberapa pertimbangan,
pertimbangan tersebut antara lain untuk mendapatkan kekebalan
optimal, cidera minimal pada jaringan pembuluh darah, syaraf  dan
sekitarnya, memperkecil kemungkinan rasa tidak nyaman pada bayi
dan anak akibat gerakan, tekanan sentuhan, atau sekedar
pertimbangan estetis. Perbedaan tempat penyuntikan tidak
menimbulkan perbadaan kekebalan asalkan kedalaman penusukan
jarum yang disuntik vaksin sesuai dengan ketentuan untuk setiap
jenis vaksin.
2.4.7 Efek samping pasca imunisasi

148
Setelah imunisasi dapat timbul reaksi lokal ditempat
penyuntikan atau reaksi umum berupa keluhan dan gejala tertentu
tergantung pada jenis vaksinnya.

1. BCG
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat
umum seperti demam 1 – 2 minggu kemudian akan timbul
indurasi dan kemerahan ditempat suntikan yang akan berubah
menjadi postula kemudian pecah menjadi luka dan akan
sembuh secara spontan meninggalkan luka parut bulat.
1. Hepatitis B
Efek samping yang terjadi umumnya berupa reaksi lokal
yang ringan dan bersifat sementara.
1. DPT
Gejala – gejala bersifat sementara seperti lemas, demam,
kemerahan pada tempat suntikan. Kadang – kadang terjadi
demam tinggi yang meracau yang biasanya terjadi 24 jam.
1. Polio
Pada umumnya pada imunisasi polio tidak terjadi reaksi.
1. Campak
Reaksi yang terjadi pasca imunisasi campak yakni pada 5
– 15 % kasus berupa demam djumpai pada hari ke 5 – 6
sesudah imunisasi dan berlangsung selama 2 hari.

Gambar  2.1 Pencatatan Pemberian Imunisasi Dasar Lengkap


Menurut Depkes RI 2009
Tanggal lahir:.../...../..... Nama Anak:..........Nama
Orang tua:................
Umur 0 1 2 3 4 5 6 7 8 9 1 11 12+**
(Bulan) 0
Vaksin Tanggal Pemberian Imunisasi
HB 0 (0-7

149
hari)
BCG
*Polio 1
*DPT/HB
1
*Polio 2
*DPT/HB
2
*Polio 3
*DPT/HB
3
*Polio 4
Campak

Keterangan :
- Jarak antara (interval) pemberian vaksin DPT/HB dan Polio
minimal 4 minggu(1 bulan).
- anak diatas 1 tahun (12 bulan) yang belum lengkap imunisasinya
tetap harus diberikan imunisasi dasar lengkap.
- Jadwal tepat pemberian imunisasi dasar lengkap.
2.4.8 Waktu yang masih diperbolehkan untuk imunisasi
1. Waktu pemberian imunisasi bagi anak diatas 1 tahun yang
belum lengkap.
2. Waktu yang tidak diperbolehkan untuk pemberian imunisasi
dasar lengkap (Sumber : Buku Kesehatan Ibu dan Anak, 2014).
Gambar 2.2 Jadwal Imunisasi 2008

150
2.4.9 Konsep Manajemen Kebidanan
I. Pengumpulan Data Dasar
Pada Tanggal……Pukul…….. melalui Anamnesa di……..
A. Data Subyektif
1. Bayi
Nama : Dikaji untuk mengetahui umur anak.
Tanggal/Jam lahir : Dikaji untuk mengetahui umur anak.
Umur                       : Dikaji untuk mengetahui dosis pemberian
obat.
Jenis kelamin           : Dikaji untuk mengetahui identitas anak.
Anak ke : Dikaji untuk mengetahui anak keberapa dan
dengan jumlah saudara berapa.
Alamat                     : Dikaji untuk mengetahui tempat tinggal yang
sekarang ditempati, bila ada suatu hal yg
terjadi.
1. Orang Tua
Dikaji untuk mengetahui latar belakang keluarga, dilahirkan
pada keluarga siapa.
Nama ibu dan ayah          : Dikaji untuk mengetahui identitas ibu
dan ayah.

151
Umur  ibu dan ayah         : Dikaji untuk mengetahui identitas ibu
dan ayah.
Pendidikan ibu dan ayah : Untuk mengetahui pendididkan ibu dan
ayah mempermudah kita untuk
memberikan KIE.
Suku ibu dan ayah           : Bisa mengetahui adat dari keluarga
dengan begitu bidan dapat
menyesuaikan diri dengan budaya
keluarga.
Agama ibu dan ayah         : Dikaji untuk mengetahui kebiasaan
agama dan kepercayaan sehingga biasa
menyesuaikan dengan kebiasaan
keluarga.
Pekerjaan ibu dan ayah     : Dikaji untuk mengetahui pola aktifitas
sehari ̶ hari dan penghasilan keluarga.
Alamat ibu dan ayah         : Untuk mengetahui tempat tinggal
keluarga, satu rumah atau tidak ibu dan
ayah.
2. Keluhan Utama
Dikaji untuk menganalisa keluhan yang diutarakan secara
subyektif sehingga didapatkan data untuk menentukan diagnosa.
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Dikaji untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit
menular dan menahun yang lalu atau sebelumnya.
1. Riwayat penyakit sekarang
Untuk mengetahui penyakit-penyakit yg dialami anak dan
keluhan – keluhan rasa sakit yg dialami anak.
1. Riwayat penyakit keluarga
Untuk mengetahui ada atau tidaknya penyakit menahun atau
menular dalam keluarga.
1. Riwayat prenatal, natal dan postnatal
a. Prenatal

152
Dikaji untuk mengetahui kesehatan pada waktu hamil,
keluhan, control ke petugas kesehatan berapa kali, mendapatkan
obat – obatan apa saja, bagaimana ibu meminum obat tersebut.
Mendapatkan imunisasi TT berapa kali selama hamil.
b. Natal
Dikaji untuk mengetahui anak lahir pada usia
Kehamilan berapa bulan, dengan cara apa, ditolong siapa,
dimana dan keadaan bayi bagaimana, BBL……., PB……, bayi
lahir segera menangis atau tidak.

c. Postnatal
Dikaji untuk mengetahui masa nifas ibu, adakah tanda
– tanda infeksi, lama masa nifas dan apakah anak yang sekarang
pernah sakit kronis / tidak setelah lahir.
1. Riwayat Imunisasi
Dikaji untuk mengetahui apakah bayi sudah pernah imunisasi.
1. Genogram
Dikaji untuk mengetahui silsilah keluarga, dituliskan
mulai silsilah keluarga suami dan keluarga istri, kemudian dari
sanakah terbentuk suatu latar belakang silsilah keluarga dari si anak
tersebut.
10. Pola kegiatan sehari-hari
Meliputi :
a. Pola nutrisi.
b. Pola eliminasi.
c. Pola istirahat.
d. Pola aktifitas.
Semua ini dikaji untuk mengetahui sejauh mana pengaruh kegiatan
pada penyakit atau keluhan dari anak.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum

153
a. Keadaan umum : Baik / cukup / lemah
b. Kesadaran              : Composmentis / apatis / somnolen /  
sopor / koma
c. Nadi : 120 – 160 x/menit
d. Pernafasan : 40 – 60 x/menit
e. Suhu : 36,5 0C – 37,5 0C
1. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala
Untuk mengetahui bentuk kepala simetris / tidak, ada
benjolan / tidak, untuk mengetahui keadaan UUB dan UUK
sudah menutup atau belum.
b. Mata
Untuk mengetahui apakah simetris / tidak, kotor atau tidak,
perdarahan atau tidak.
c. Hidung
Untuk mengetahui apakah ada / tidak lubang hidung, ada /
tidak pernafasan cuping hidung, terdapat lendir pada lubang /
tidak.
d. Mulut
Untuk mengetahui apakah simetris atau tidak atas bawah,
ada / tidak labiopalatoskisis, ada bercak putih / tidak, ada / tidak
labioskisis, lengkap / tidak, ada / tidak, bagian atas dan bawah,
berwarna merah mudah atau pucat.
e. Telinga
Untuk mengetahui apakah simetris / tidak kanan dan kiri,
daun telinga ada / tidak kanan dan kiri, lubang telinga ada / tidak
kanan dan kiri, ada / tidak cairan yang keluar dari telinga.
f. Leher
Untuk mengetahui apakah ada kelainan atau tidak dapat
digerakkan / tidak  kanan dan kiri.
g. Dada

154
Untuk mengetahuipergerakan lemah / tidak, bunyi nafas
teratur / tidak, bunyi jantung lemah / tidak.
h. Perut
Untuk mengetahui bentuk perut simetris atau tidak, apakah
ada bising usus atau tidak, apakah ada / tidak kelainan.
i. Tali pusat
Untuk mengetahui apakah ada perdarahan atau tidak,
adakah kelainan atau tidak, adakah infeksi atau tidak.
j. Kulit
Untuk mengetahui warna kulit merah muda atau biru pucat,
turgor elastis atau tidak, lanugo ada tidak apakah sedikit atau
banyak.
k. Punggung
Untuk mengetahui apakah simetris atau tidak, apakah ada
kelainan atau tidak.
l. Ekstremitas
Untuk mengetahui apakah jari jari tangan dan kaki lengkap
atau tidak, adakah kelainan atau tidak (polidaktil dan sindaktil),
pergerakan aktif atau tidak.
m. Genetalia
Untuk mengetahui apakah skrotum ada atau tidak, testis
sudah masuk skrotum atau tidak, penis ada atau tidak, adakah
kelainan atau tidak (laki – laki). Untuk mengetahui labia mayora
dan minora ada atau tidak, klitoris ada atau tidak, vagina ada
ataua tidak, kelainan ada atau tidak.
n. Anus
Untuk mengetahui apakah ada lubang anus atau tidak,
adakah kelainana ada atau tidak.
1. Pemeriksaan Neurologis
a. Refleks moro / reflek terkejut
Apabila bayi diberi sentuhan mendadak, khususnya dengan
jari tangan dan kaki maka akan timbul gerakan flexi.

155
b. Refleks menggenggam
Apabila telapak tangan disentuh dengan jari pemeriksa maka
akan berusaha menggenggam jari pemeriksa.
c. Refleks Rooting / mencari
Apabila pipi disentuh dengan jari maka ia akan menolehkan
kepadanya mencari sentuhan itu.
d. Refleks Menghisap /  sucking refleks
Apabila pipi diberi dot atau putting susu dimulutnya maka ia
akan berusaha menghisap

e. Grabella Refleks
Bayi disentuh pada daerah OS Glabella / pangkal hidung
dengan jari tangan pemeriksa maka ia akan mengerutkan
keningnya, mengedipkan matanya.
f. Gland Refleks
Bayi disentuh pada lipatan paha kanan dan kiri dengan jari
tangan maka ia akan berusaha mengangkat kedua pahanya.

1. Pemeriksaan Antropometri
a. Berat badan : Normalnya 2.500 gr – 4.000 gr
b. Panjang badan : Normalnya 48 – 52 cm
c. Lingkar kepala : Normalnya 33 – 35 cm
d. Lingkar  lengan atas : Normalnya 10 – 11 cm
e. Ukuran Kepala
1. Diameter Sub Oksipito Bregmatika
Antara foramen magnum ubun – ubun besar (9,5 cm).
1. Diameter Sub Oksipito Frontalis
Antara foramen magnum ke pangkal hidung (11 cm).

1. Diameter Fronto Oksipitalis

156
Antara titik pangkal hidung ke jarak terjauh belakang
kepala (12 cm).
1. Diameter Mento Oksipitalis
Antara dagu ke titik terjauh belakang kepala (13cm).
1. Diameter Submento Pregmantika
Antara OS hyroid ke ubun-ubun besar (9,5 cm).
1. Diameter bi parietalis
Antara kedua tulang temperalis (9 cm).
1. Diameter bi Temporalis
Antara kedua tulang temperalis (8 cm).
1. Circumferentia Sub Occipito
Bregmantika
Ukuran melingkar foramen magnum ubun-ubun besar (32
cm).
1. Circumferentika Fronto Oksipitalis
Ukuran melingkar, pangkal hidung  ke jarak terjauh.
belakang kepala (34 cm)
1. Circumferentika mento Oksipitalis
Ukuran melingkar, dagu ke titik terjauh belakang kepala (35
cm).
1. Pemeriksaan Tingkat Perkembangan
a. Adaptasi Sosial
Sejauh mana dapat beradaptasi sosial baik dengan orang tua,
keluarga maupun orang lain.
b. Bahasa
Kemampuan bayi untuk mengungkapkan perasaannya melalui
tangisan untuk mengatakan rasa lapar, BAB, BAK, Kesakitan.
c. Motorik Halus
Kemampuan bayi untuk menggerakkan bagian terkecil dari
anggota badannya.
d. Motorik Kasar

157
Kemampuan bayi untuk melakukan akitivitas dengan
menggerakkan anggota tubuhnya.

II. Identifikasi Diagnosa Masalah Dan Kebutuhan


Yaitu peningkatan dari data dasar yang berupa penafsiran
data ke dalam permasalahan atau diagnose spesifik yang sudah di
identifikasi oleh Bidan (Varney, 2015).
III. Identifikasi Masalah Potensial Dan Antisipasi Penanganannya
Identifikasi permasalahan potensial berdasarkan pada
rangkaian masalah yang sekarang untuk mengantisipasi atau
mencegah overdistension, misalnya : polyhidramnion, kehamilan
dengan diabetes mellitus (Varney, 2015).
IV. Identifikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Tindakan Segera
Mencerminkan kelanjutan proses manajemen sejak masa
kehamilan dengan melakukan pemeriksaan secara berkala sampai
pada proses persalinan. Dalam hal ini termasuk ketika dibutuhkan
tindakan – tindakan darurat  dimana Bidan harus bertindak dengan
segera demi keselamatan hidup ibu dan bayi (Varney, 2015).
V. Intervensi / Perencanaan
Suatu perkembangan berdasarkan data – data yang sudah
terkumpul dari langkah – langkah sebelumnya.Rencana yang
menyeluruh harus disepakati antara bidan dan pasien supaya
efektif, sebab pasien yang akhirnya melaksanakan rencana
tersebut.Asuhan yang menyeluruh, meliputi memberikan informasi
bimbingan dan mengajarkan pasien tentang pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan (Varney,2015).
VI. Implementasi / Pelaksanaan
Suatu perkembangan berdasarkan data – data yang sudah
terkumpul dari langkah – langkah sebelumnya.Rencana yang
menyeluruh harus disepakati antara bidan dan pasien supaya
efektif, sebab pasien yang akhirnya melaksanakan rencana
tersebut.Asuhan yang menyeluruh, meliputi memberikan informasi

158
bimbingan dan mengajarkan pasien tentang pelayanan kesehatan
yang dibutuhkan (Varney, 2015).
VII. Evaluasi
Yaitu mengevaluasi tindakan yang menyeluruh sesuai  yang
dibutuhkan oleh pasien. Apabila tindakan yang telah dilakukan
dianggap tidak efektif, maka dilakukan penyesuaian rencana
selanjutnya (Varney, 2015).
II.5 Konsep Asuhan Kebidanan Keluarga Berencana (KB)
II.5.1 Defenisi KB
Upaya peningkatan kepedulian masyarakat dalam mewujudkan
keluarga kecil yang bahagia sejahtera (undang – undang N0.
10/2014).
Menurut WHO, tindakan yang membantu individu / pasutri
untuk mendapatkan kelahiran yang diinginkan, mengatur interval di
antara kehamilan dan menentukan jumlah anak dalam keluarga
(Sulistyawati, Ari. 2014).
II.5.2 Tujuan Program KB
Tujuan umumnya adalah membentuk keluarga kecil sesuai
dengan kekuatan sosial ekonomi suatu keluarga, dengan cara
pengaturan kelahiran anak agar diperoleh suatu keluarga bahagia dan
sejahtera yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Tujuan lainnya meliputi pengatuhan kelahiran, pendewasaan
usia perkawinan, peningkatan ketahanan dan kesejahteraan keluarga
(Sulistyawati, Ari. 2014).
II.5.3 Macam ‒ Macam Alat Kontrasepsi
A. Kontrasepsi Alami
1. Metode Amenorea Laktsi (MAL)
a. Profil
Metode Amenorea Laktasi (MAL), adalah
kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air Susu Ibu
(ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa
tambahan makanan atau minuman apa pun lainnya.

159
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :
1) Menyusui secara penuh (full breast feeding); lebih
efektif bila pemberian ≥ 8x sehari.
2) Belum haid.
3) Umur bayi kurang dari 6 bulan.
4) Efektif sampai 6 bulan.
5) Harus dianjurkan dengan pemakaian metode
kontrasepsi lainnya.
b. Cara Kerja
Penundaaan atau penekanan ovulasi.
c. Keuntungan Kontrasepsi
1) Efektif tinggi (keberhasilan 98 % pada enam bulan
pascapersalinan).
2) Segera efektif.
3) Tidak mengganggu senggama.
4) Tidak ada efek samping secara sistemik.
5) Tidak perlu pengawasan medis, tidak perlu obat
atau alat.
6) Tanpa biaya.
d. Keterbatasan
1) Perlu perawatan sejak perawatan kehamilan agar
segera menyusui dalam 30 menit pascapersalinan.
2) Mungkin sulit dilaksanakan karena kondisi sosial.
3) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid
atau sampai dengan 6 bulan.
4) Tidak melindungi terhadap IMS termasuk virus
hepatitis B / HBV dan HIV / AIDS.
e. Yang Dapat Menggunakan MAL
Ibu yang menyusui secara eksklusif, bayinya
berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid
setelah melahirkan.
f. Yang Seharusnya Tidak Pakai MAL

160
1) Sudah mendapat haid setelah bersalin.
2) Tidak menyusui secara eksklusif.
3) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan.
4) Bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari 6 jam
(Affandi, Biran, dkk, 2014).
1. Metode Keluarga Berencana Alamiah (KBA)
a. Profil
1) Ibu harus belajar mengetahui kapan masa suburnya
berlangsung.
2) Efektif bila dipakai dengan tertib.
3) Tidak ada efek samping.
4) Pasangan secara sukarela menghindari senggama
pada masa subur ibu (ketika ibu tersebut dapat
menjadi hamil), atau senggama pada masa subur
untuk mencapai kehamilan.
b. Macam – Macam KBA (Keluarga Berencana Alamiah)
1) Metode Lendir Serviks
Metode Lendir Serviks atau lebih dikenal
sebagai Metode Ovulasi Billings / MOB atau metode
dua hari mukosa serviks dan Metode Simtomtermal
adalah yang paling efektif. Cara yang kurang efektif
misalnya Sistem Kalender atau Pantang Berkala atau
Metode Suhu Basal  yang sudah tidak diajarkan lagi
oleh pengajar KBA. Hal ini disebabkan oleh kegagalan
yang cukup tinggi (> 20%) dan waktu pantang yang
lebih lama.
2) Teknik Pantang Berkala
a) Untuk Kontrasepsi
Senggama dihindari pada masa subur yaitu
dekat dengan pertengahan siklus haid atau terhadap
tanda-tanda adanya kesuburan yaitu keluarnya lendir
encer dari liang vagina.

161
Untuk perhitungan masa subur dipakai rumus
siklus terpanjang dikurangi 11, siklus terpendek
dikurangi 18. Antara kedua waktu sanggama
dihindari.
b) Manfaat
1. Dapat digunakan untuk menghindari atau
mencapai kehamilan.
2. Tidak ada risiko kesehatan yang berhubungan
dengan kontrasepsi.
3. Tidak ada efek samping sistemik.
4. Murah atau tanpa biaya.

c) Keterbatasan
1. Sebagai kontraseptif  sedang (9 – 20 kehamilan
per 100 perempuan selama tahun pertama
pemakaian). Catatan untuk Metode Ovulasi
Billing bila tauran ditaati kegagalan 0 %
(kegagalan metode / method failur dan 0 – 3
kegagalan pemakai / user’s failure yaitu
pasangan dengan sengaja atau tanpa sengaja
melanggar aturan mencegah kehamilan).
2. Keefektifan tergantung dari kemauan dan
disiplin pasangan untuk mengikuti instruksi.
3. Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan unruk
menggunakan jenis KBA yang paling efektif
secara benar.
4. Dibutuhkan pelatih / guru KBA (bukan tenaga
media).
5. Pelatih / guru KBA harus mampu mambantu ibu
mengenali masa suburnya, memotivasi
pasangan untuk menaati aturan jika ingin

162
menghindari kehamilan dan menyediakan alat
bantu jika diperlukan; misalnya buku catatan
khusus, termometer (oral atau suhu basal).
6. Perlu pantang selama masa subur untuk
menghindari kehamilan.
7. Perlu pencatatan setiap hari.
8. Infeksi vagina membuat lendir serviks sulit
dinilai.
9. Termometer basal diperlukan untuk metode
tertentu.
10. Tidak terlindung dari IMS termasuk HBV
(Virus Hepatitis B) dan HIV / AIDS.

c. Yang Dapat Menggunakan KBA


1. Semua perempuan semasa reproduksi, baik
siklus haid teratur maupun tidak teratur, tidak
haid baik karena menyusui maupun
pramenopause.
2. Semua perempuan dengan paritas berapapun
termasuk nulipara.
3. Perempuan kurus atupun gemuk.
4. Perempuan yang merokok.
5. Perempuan dengan alasan kesehatan tertentu
antara lain hipertensi sedang, varises,
desminorea dan lain – lain.
6. Pasangan dengan alasan agama atau filosofi
untuk tidak menggunakan metode lain.
7. Perempuan yang tidak dapat menggunakan
metode lain.
8. Pasangan yang ingin pantang sanggama lebih
dari seminggu pada setiap siklus haid.

163
9. Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk
mengobservasi, mencatat dan menilai tanda dan
gejala kesuburan.
d. Yang Seharusnya Tidak Menggunakan KBA
1. Perempuan yang dari segi umur, paritas atau
masalah kesehatannya membuat kehamilan
menjadi suatu kondisi risiko tinggi.
2. Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui,
segera setelah abortus), kecuali MOB.
3. Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur,
kecuali MOB.
4. Perempuan yang pasangannya tidak mau bekerja
sama (berpantang) selama waktu tertentu dalam
siklus haid.
5. Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah
genitalianya (Affandi, Biran, dkk, 2014).
3) Senggama Terputus
a) Profil
Senggama terputus adalah metode keluarga
berencana tradisional, di mana pria mengeluarkan
alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria
mencapai ejakulasi.
b) Cara Kerja
Alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum
ejakulasi sehingga sperma tidak masuk ke dalam
vagina sehingga tidak ada pertemuan antara sperma
ada ovum dan kehamilan dapat dicegah.
c) Manfaat
1. Efektif bila dilaksanakan dengan benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Dapat digunakan sebagai pendukung metode Kb
lainnya.

164
4. Tidak ada efek samping.
5. Dapat digunakan setiap waktu.
6. Tidak membutuhkan biaya.
d) Keterbatasan
1. Efektif sangat bergantung pada kesediaan untuk
melakukan sanggama terputus setiap
melakukannya (angka kegagalan 4 – 27
kehamilan per 100 perempuan per tahun).
2. Efektivitas akan jauh menurun apabila sperma
dalam 24 jam sejak ejakulasi masih melekat
pada penis.
3. Memutus kenikmatan dalam berhubungan
seksual.
e) Yang Dapat Menggunakan
1. Suami yang ingin berpartisipasi aktif dalam
keluarga berencana.
2. Pasangan yang taat beragam atau mempunyai
alasan fisiologi untuk tidak memakai metode –
metode lain.
3. Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan
segera.
4. Pasangan yang memerlukan metode sementara,
sambil menunggu metode yang lain.
5. Pasangan yang membutuhkan metode
pendukung.
6. Pasangan yang melakukan hubungan seksual
tidak teratur.
f) Tidak Dapat Dipakai untuk
1. Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.
2. Suami yang sulit melakukan sanggama terputus.
3. Suami yang memiliki kelainan fisik atau
psikologis.

165
4. Istri yang mempunyai pasangan yang sulit
bekerja sama.
5. Pasangan yang kurang dapat saling
berkomunikasi.
6. Pasangan yang tidak bersedia melakukan
sanggama terputus (Affandi, Biran, dkk, 2014).
B. Kontrasepsi Modern
1. Metode Barier
1) Kondom
a) Profil
1. Kondom tidak hanya mencegah kehamilan, tetapi
juga mencegah IMS termasuk HIV / AIDS.
2. Efektif bila dipakai dengan baik dan benar.
3. Dapat dipakai bersama kontrasepsi lain untuk
mencegah IMS.
4. Kondom merupakan selubung  / sarung karet yang
dapat terbuat dari berbagai bahan di anataranya
lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan lami
(produksi hewani) yang dipasang pada penis saat
hubungan seksual.
5. Standar kondo dilihat dari ketebalan, pada umumnya
standar ketebalan adalah 0,02 mm.
6. Tipe kondom terdiri dari :
a. Kondom biasa.
b. Kondom berkontur (bergerigi).
c. Kondom beraroma.
d. Kondom tidak beraroma.
1. Kondom pria dan wanita.
b) Cara Kerja
1. Kondom menghalangi terjadinya pertemuan sperma
dan sel telur dengan cara mengemas sperma di ujung
selubung karet yang dipasang pada penis sehingga

166
sperma tersebut tidak tercurah ke dalam saluran
reproduksi perempuan.
2. Mencegah penularan mikroorganisme (IMS
termasuk HBV dan HIV / AIDS) dari satu pasangan
kepada pasangan yang lain (khusus kondom yang
terbuat dari lateks dan vinil).
c) Efektivitas
Kondom cukup efektif bila dipakai secara benar
pada setiap kali berhubungan seksual. Pada beberapa
pasangan, pemakaian kondom tidak efektif  karena
tidak dipakai secara konsisten. Secara ilmiah
didapatkan hanya sedikit angka kegagalan kondom
yaitu 2 – 12 kehamilan per 100 perempuan per tahun.

d) Manfaat
1. Efektif bila digunakan dengan benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Tidak mengganggu kesehatan klien.
4. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
5. Murah dan dapat dibeli secara umum.
6. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan
khusus.
7. Metode kontrasepsi sementara bila metode
kontrasepsi lainnya harus ditunda.
e) Keterbatasan
1. Efektivitas tidak terlalu tinggi.
2. Cepat penggunaan sangat mempengaruhi
keberhasilan kontrasepsi.
3. Agak mengganggu hubungan seksual (mengurangi
sentuhan langsung).
4. Pada beberapa klien bisa menyebabkan kesulitan
untuk mempertahankan ereksi.

167
5. Harus selalu tersedia setiap kali berhubungan
seksual
6. Beberapa klien malu untuk membeli kondom di
tempat umum.
7. Pembuangan kondom bekas mungkin menimbulkan
masalah dalam hal limbah (Affandi, Biran, dkk,
2011).
2) Diafragma
a) Profil
Diafragma adalah kap berbentuk bulat
cembung, terbuat dari lateks (karet) yang diinsersikan
ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan
menutup serviks.
b) Jenis
1. Flat spring (flat metal band).
2. Coil spring (coiled wire).
3. Arching spring (kombinasi metal spring).
c) Cara Kerja
Menahan sperma agar tidak mendapat akses
mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus
dan tuba falopii) dan sebagai alat tempat spermisida.
d) Manfaat
1. Efektif bila digunakan dengan benar.
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah
terpasang sampai 6 jam sebelumnya.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
e) Keterbatasan
1. Efektivitas sedang (bila digunakan dengan
spermisida angka kegagalan 6 – 16 kehamilan per
100 perempuan per tahun pertama).

168
2. Keberhasilan sebagai kontrasepsi bergantung pada
kepatuhan mengikuti cara penggunaan.
3. Motivasi diperlukan berkesinambungan dengan
menggunakannya setiap berhubungan seksual.
4. Pemeriksaan pelvik oleh petugas kesehatan terlatih
diperlukan untuk memastikan ketepatan
pemasangan.
5. Pada beberapa pengguna menjadi penyebab infeksi
saluran uretra.
6. Pada 6 jam pasca berhubungan seksual, alat masih
harus berada di posisinya (Affandi, Biran, dkk,
2011).

3) Spermisida
a) Profil
Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non
oksinol-9) digunakan untuk aktifitas atau membunuh
sperma. Dikemas dalam bentuk :
1. Aerosol (busa).
2. Tablet vagina, suppositoria, atau dissolvable film.
3. Krim.
b) Cara Kerja
Menyebabkan sel membran sperma terpecah,
memperlambat pergerakan sperma dan menurunkan
kemampuan pembuahan sel telur.
c) Manfaat
1. Efektif seketika (busa dan krim).
2. Tidak mengganggu produksi ASI.
3. Bisa digunakan sebagai pendukung metode lain.
4. Tidak mengganggu kesehatan klien.
5. Tidak mempunyai pengaruh sistemik.
6. Mudah digunakan.

169
7. Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksual.
8. Tidak perlu resep dokter atau pemeriksaan kesehatan
khusus.
d) Keterbatasan
1. Efektivitas kurang (18 – 19 kehamilan per 100
perempuan per tahun pertama).
2. Efektivitas sebagai kontrasepsi bergantung pada
kepatuhan mengikuti cara penggunaan.
3. Pengguna harus menunggu 10 – 15 menit setelah
aplikasi sebelum melakukan hubungan seksual
(tablet busa vagina, suppositoria dan film).
4. Efektivitas aplikasi hanya 1 – 2 jam (Affandi, Biran,
dkk, 2011).
C. Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen Dan Progesteron)
1. Pil Kombinasi
a) Profil
1. Efktif dan refersible.
2. Harus diminum setiap hari.
3. Pada bulan-bulan pertama efek samping berupa mual
dan perdarahan bercak yang tidak berbahaya dan segera
akan hilang.
4. Efek samping serius sangat jarang terjadi.
5. Dapat dipakai oleh semua ibu usia reproduksi, baik
yang sudah mempunyai anak maupun belum.
6. Dapat mulai diminum setiap saat bila yakin sedang
hamil.
7. Tidak dianjurkan pada ibu menyusui.
8. Dapat digunakan sebagai kontrasepai darurat.
b) Jenis
1. Monofasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen / progesterin (E/P)

170
dalam dosis yang sama, dengan 7 tablet tanpa hormon
aktif.
2. Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormn aktif estrogen / progestin (E/P)
dengan dua dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
3. Trifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormon aktif estrogen / progestin (E/P)
dengan tiga dosis yang berbeda, dengan 7 tablet tanpa
hormon aktif.
c) Cara Kerja
1. Menekan ovulasi.
2. Mencegah implantasi.
3. Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh
sperma.
4. Pergerakan tuba terganggu sehingga transportasi telur
dengan sendirinya akan terganggu pula.
d) Manfaat
1. Memiliki efektivitas yang tinggi (hampir menyerupai
efektivitas tubektomi), bila pengguna setiap hari (1
kehamilan per 1000 perempuan dalam tahun pertama
penggunaan).
2. Risiko terhadap kesehatan sangat kecil.
3. Tidak mengganggu hubungan seksual.
4. Siklus haid menjadi teratur, banyaknya darah haid
berkurang (mencegah anemia), tidak terjadi nyeri haid
5. Dapat digunakan jangka panjang selama perempuan
masih ingin menggunakannya untuk mencegah
kehamilan.
6. Dapat digunakan sejak usia remaja hingga menopause.
7. Mudah dihentikan setiap saat.

171
8. Kesuburan segera kembali setelah penggunaan pil
dihentikan.
9. Dapat digunakan sebagai kontrasepsi darurat.
10. Membantu mencegah :
a.Kehamilan ektopik.
b.Kanker ovarium.
c.Kanker endometrium.
d.Kista ovarium.
e.Penyakit radang panggul.
f. Kelainan jinak pada payudara.
g.Dismenore atau.
h.Akne.

e) Keterbatasan
1. Mahal dan membosankan karena harus mengunakannya
setiap hari.
2. Mual, terutama pada 3 bulan pertama.
3. Perdarahan bercak, terutama 3 bulan pertama.
4. Pusing.
5. Nyeri payudara.
6. Berat badan naik sedikit, tetapi pada perempuan
tertentu kenaikan berat badan justru memiliki dampak
positif.
7. Berhenti haid (amenorea), jarang pada pil kombinasi.
8. Tidak boleh diberikan pada perempuan menyusui
(mengurangi ASI).
9. Pada sebagian kecil perempuan dapat menimbulkan
depresi, dan perubahan suasana hati, sehingga
keinginan untuk melakukan hubungan seks berkurang.
10. Dapat meningkatkan tekanan darah dan retensi
cairan, sehingga risiko stroke dan mengganggu

172
pembekuan darah pada vena dalam sedikit meningkat.
Pada perempuan usia > 35 tahun dan merokok perlu
hati – hati.
11. Tidak mencegah IMS (infeksi menular seksual),
HBV, HIV / AIDS
f) Yang Dapat Mengunakan Pil Kombinasi
1. Usia reproduksi.
2. Telah memiliki anak ataupun yang belum memiliki
anak.
3. Gemuk atau kurus.
4. Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektifitas
tinggi.
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6. Setelah melahirkan 6 bulan dan tidak memberikan ASI
eksklusif, sedangkan semua cara kontrasepsi yang di
anjurkan tidak cocok bagi ibu tersebut.
7. Paska keguguran.
8. Anemia karena haid berlebihan.
9. Nyeri haid hebat.
10. Siklus haid tidak teratur.
11. Riwayat kehamilan ektopik.
12. Kelainan payudara jinak.
13. Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal,
pembuluh darah, mata dan syaraf.
14. Penyakit tiroid, penyakit radang panggul,
endometriosis atau tumor ovarium jinak.
15. Menderita tuberkulosis (kecuali yang sedang
mengunakan rifampisin).
16. Varises vena.
g) Yang Tidak Boleh Mengunakan Pil Kombinasi
1. Hamil atau di curigai hamil.
2. Menyusui eksklusif.

173
3. Perdarahan pervaginam yang belum di ketahui
penyebabnya.
4. Penyakit hati akut (hepatitis).
5. Perokok dengan usia > 35 tahun.
6. Riwayat penyakit jantung, stroke atau tekanan darah >
180/110 mmHg.
7. Riwayat gangguan faktor pembekuan darah atau
kencing manis > 20 tahun.
8. Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara.
9. Migrain dan gejala neurologik fokal (epelipsi atau
riwayat epilepsi).
10. Tidak dapat mengunakan pil secara teratur setiap
hari (Affandi, Biran, dkk, 2011).
1. Suntikan Kombinasi
a) Profil
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg depo
medroksiprogesteron asetat dan 5 mg estradiol sipionad
yang di berikan injeksi IM. Sebulan sekali (cyclofem), dan
50 mg noretindron enantat dan 5 mg estradiol valerat yang
di berikan injeksi IM sebulan sekali.
b) Cara kerja
1. Menekan ovulasi.
2. Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga
penetrasi sperma terganggu.
3. Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga
implantasi terganggu.
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.
c) Efektifitas
Sangat efektif (0,1 – 0,4 kehamilan per 100
perempuan) selama tahun pertama penggunaan.
d) Keuntungan kontrasepsi
1. Risiko terhadap kesehatan kecil.

174
2. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
3. Tidak diperlukan pemeriksaan dalam.
4. Jangka panjang.
5. Efek samping sangat kecil.
6. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
e) Kerugian
1. Terjadi perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,
perdarahan bercak atau spoting, atau perdarahan sela
sampai 10 hari.
2. Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan keluhan
seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau
ketiga.
3. Ketergantungan klien terhadap pelayanan kesehatan.
Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapatkan
suntikan.
4. Efektifitasnya berkurang bila digunakan bersamaan
dengan obat – obat epilepsi (fenitoin dan barbiturat)
atau obat tuberkulosis (rifampisin).
5. Dapat terjadi efeksamping yang serius, seperti serangan
jantung, stroke, bekuan darah pada paru atau otak, dan
kemungkinan tibulnya tumor hati.
6. Penambahan berat badan.
7. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS,
Hepatitis B, atau infeksi virus HIV.
8. Kemungkinan terlambatnya pemulian kesuburan
setelah penghentian pemakaian.
f) Yang Boleh Mengunakan Suntik Kombinasi
1. Usia reproduksi.
2. Telah memiliki anak ataupun belum memiliki anak.
3. Ingin mendapat kontrasepsi dengan efektifitas yang
tinggi.
4. Menyusui ASI paska persalinan > 6 bulan.

175
5. Paska persalinan dan tidak menyusui.
6. Anemia.
7. Nyeri haid hebat.
8. Haid teratur.
9. Riwayat kehamilan ektopik.
10. Sering lupa mengunakan pil kontrasepsi.
1. Yang Tidak Boleh Mengunakan Suntikan Kombinasi
1. Hamil atau diduga hamil.
2. Menyusui di bawah 6 minggu paskapersalinan.
3. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
4. Penyakit hati akut (virus hepatitis).
5. Usia > 35 tahun yang merokok.
6. Riwayat penyakit jantung, stroke atau denga tekanan
darah tinggi > 180/110 mmHg.
7. Riwayat kelainan tromboemboli atau denga kencing
manis lebih dari 20 tahun.
8. Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit
kepala atau migrain.
9. Keganasan pada payudara (Affandi, Biran, dkk, 2011).
11. Kontrasepsi progestin
1. Kontrasepsi suntikan progestin
a) Profil
1. Sangat efektif.
2. Aman.
3. Dapat dipakai oleh semua perempuan dalam usia
reproduksi.
4. Kembalinya kesuburan lebih lambat, rata – rata 4 bulan.
5. Cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan
produksi ASI.
b) Jenis

176
1. Depo medroksiprogesteron asetat (depo provera)
mengandung 150 mg DMPA, yang di berikan setiap 3
bulan dengan cara di suntik IM.
2. Depo noretisteron enantat (depo noristerat), yang
mengandung 200 mg noretindron enantat, di berikan
setiap 2 bulan dengan cara di suntik IM.
c) Cara kerja
1. Mencegah ovulasi.
2. Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan
kemampuan penetrasi sperma.
3. Menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi.
4. Menghambat transportasi gamet oleh tuba.

d) Efektifitas
Kedua kontrasepsi suntik tersebut memiliki
efektifitas yang tinggi, dengan 0,3 kehamilan per 100
perempuan – tahun, asal penyuntikannya di lakukan secara
teratur sesuai jadwal yang telah di tentukan.
e) Keuntungan
1. Sangat efektif.
2. Mencegah kehamilan jangka panjang.
3. Tidak berpengaruh pada hubungan suami istri.
4. Tidak mengandung estrogen sehingga tidak berdampak
serius terhadap penyakit jantung dan gangguan
pembekuan darah.
5. Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI.
6. Sedikit efek samping.
7. Klien tidak perlu menyimpan obat suntik.
8. Dapat di gunakan oleh perempuan usia > 35 tahun –
perimenopause.

177
9. Membantu mencegah kanker endometrium dan
kehamilan ektopik.
10. Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara.
11. Mencegah beberapa penyebab penyakit radang
panggul.
12. Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell).
f) Keterbatasan
1. Sering di temukan gangguan haid seperti :
a. Siklus haid yang memendek atau memanjang.
b. Perdarahan yang banyak atau sedikit.
c. Perdarahan tidak teratur atau perdarahan bercak
(spoting).
d. Tidak haid sama sekali.
1. Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan
kesehatan (harus kembali untuk suntikan).
2. Tidak dapat di hentikan sewaktu – waktu sebelum
suntikan berikut.
3. Permasalahan berat badan merupakan efek samping
tersering.
4. Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan IMS,
Hepatitis B, atau infeksi virus HIV.
5. Terlambatnya kembali kesuburan setelah penghentian
pemakaian.
6. Terlambatnya kembali kesuburan bukan karena
terjadinya kerusakan atau kelainan pada organ
genetalia, melainkan karena belum habisnya pelepasan
obat suntikan dari deponya (tempat suntikan).
7. Terjadi perubahan pada lipid serum pada pengunaan
jangka panjang.
8. Pada pengunaan jangka pangjang dapat sedikit
menurunkan kepadatan tulang (densitas).

178
10.Pada pengunaan jangka panjang dapat menimbulkan
kekeringan pada vagina, menurunkan libido, gangguan
emosi (jarang), sakit kepala, nervositas, jerawat.
g) Yang Dapat Mengunakan Kontrasepsi Suntikan Progestin
1. Usia reproduksi.
2. Nulipara dan yang telah memiliki anak.
3. Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang
memiliki efektifitas yang sangat tinggi.
4. Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui.
6. Setelah abortus atau keguguran.
7. Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki
tubektomi.
8. Perokok.
9. Tekanan darah < 180/110 mmHg, dengan masalah
gangguan pembekuan darah atau anemia bulan sabit.
10.Mengunakan obat untuk epilepsi (fenitoin dan
barbiturat) atau obat tuberkulosis (rifampisin).
11.Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung
estrogen.
10. Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.
11. Anemia defisiensi besi.
12. Mendekati usia menopause yang tidak mau atau
tidak boleh menggunakan pil kontrasepsi kombinasi.
h) Yang Tidak Boleh Menggunakan Kontrasepsi Suntikan
Progestin
1. Hamil atau dicurigai hamil (resiko catat pada janin 7
per 100.000 kelahiran).
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3. Tidak dapat menerima terjadi gangguan haid, terutama
amenorea.

179
4. Menderita kanker payudara atau riwayat kanker
payudara.
5. Diabetes melitus di sertai kombinasi (Affandi, Biran,
dkk, 2011).
2. Kontrasepsi Pil Progestin (Mini Pil)
1. Profil
1. Cocok untuk perempuan menyusui yang ingin
memakai pil kb.
2. Sangat efektif pada masa laktasi.
3. Tidak menurunkan produksi ASI.
4. Tidak memberikan efeksamping estrogen.
5. Efek samping utama adalah gangguan perdarahan :
perdarahan bercak atau perdarahan tidak teratur.
6. Dapat dipakai sebagai kontrasepsi darurat.
2. Jenis Mini Pil
1. Kemasan dengan isi 35 pil : 300 µg levonorgestrel
atau 350 µg noretindron.
2. Kemasan dengan isi 28 pil : 75 µg desogestrel.
3. Cara Kerja Mini Pil
1. Menekan sekresi genadotropin dan sitesis steroid seks
di ovarium (tidak begitu kuat).
2. Endometrium mengalami transformasi lebih awal
sehingga implantasi lebih sulit.
3. Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat
penetrasi sperma.
4. Mengubah motilitas tuba sehingga transportasi sperma
terganggu.
4. Efektifitas
Sangat efektif (98,5 %). Pada penggunaan mini pil
jangan sampai lupa 1 – 2 tablet atau jangan sampai terjadi
gangguan gastrointestinal (muntah, diare), karena
akibatnya memungkinkan terjadi kehamilan sangat besar.

180
Agar didapatkan kehandalan yang tinggi maka :
1. Jangan sampai ada tablet yang lupa.
2. Tablet digunakan pada jam yang sama (malam hari).
3. Sanggama sebaiknya di lakukan 3 – 20 jam setelah
penggunaan mini pil.
5. Keuntungan kontrasepsi
1. Sangat efektif bila digunakan secara benar.
2. Tidak mengganggu hubungan seksual.
3. Tidak mempengaruhi ASI.
4. Kesuburan cepat kembali.
5. Nyaman dan mudah digunakan.
6. Sedikit efek samping.
7. Dapat dihentikan setiap saat.
8. Tidak menggandung estrogen.
6. Keterbatasan
1. Hampir 30 – 60 % mengalami gangguan haid
(perdarahan sela, spoting, amenorea).
2. Peningkatan atau penurunan berat badan.
3. Harus di gunakan setiap hari dan pada waktu yang
sama.
4. Bila lupa 1 pil saja, kegagalan menjadi lebih besar.
5. Payudara menjadi tegang, mual, pusing, dermatitis atau
jerawat.
6. Risiko kehamilan ektopik cukup tinggi (4 dari 100
kehamilan), tetapi resiko ini lebih rendah jika di
bandingkan dengan perempuan yang tidak mengunakan
mini pil.
7. Efektifitasnya menjadi rendah bila digunakan
bersamaan dengan obat tuberkulosis atau obat epilepsi.
8. Tidak melindungi diri dari infeksi menular seksual atau
HIV / AIDS.

181
9. Hirsurisme (tumbuh rambut atau bulu berlebihan di
daerah muka), tetapi sangat jarang terjadi.
7. Yang Boleh Mengunakan Mini Pil
1. Usia reproduksi.
2. Telah memiliki anak atau yang belum memiliki anak.
3. Menginginkan suatu metode kontrasepsi yang sangat
efektif selama periode menyusui.
4. Paska persalinan dan tidak menyusui.
5. Paska keguguran.
6. Perokok segala usia.
7. Mempunyai tekanan darah (selama < 180/110 mmHg)
atau masalah pembekuan darah.
8. Yang tidak boleh menggunakan minipil
1. Hamil atu diduga hamil.
2. Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.
3. Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid.
4. Menggunakan obat tuberkulosis (rifampisin) atu obat
untuk epilepsi (fenitoin dan barbiturat).
5. Kanker payudara atau riwayat kanker payudara.
6. Sering lupa menggunakan pil.
7. Mioma uteri.
8. Riwayat stroke. Progestin menyebabkan spasme
pembuluh darah (Affandi, Biran, dkk, 2011).
3) AKDR Dengan Progestin
1. Profil
Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid
adalah prigestase yang mengandung progesteron dari
mirena yang mengandung levonorgestrel.
2. Cara Kerja
1. Endometrium mengalami transformasi yang ireguler,
epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi.

182
2. Mencegah terjadinya pembuahan dengan mengeblok
bersatunya ovum dengan sperma.
3. Mengurangi jumlah sperma yang mencapai tuba
falopii.
4. Menginaktifkan sperma.

3. Efektivitas
Sangat efektif, yaitu 0,5 – 1 kehamilan per 100
perempuan selama satu tahun pertama penggunaan.
4. Keuntungan Kontrasepsi
1. Efektif dengan proteksi jangka panjang (satu tahun).
2. Tidak mengganggu hubungan suami istri.
3. Tidak berpengaruh terhadap ASI.
4. Kesuburan segera kembali sesudah AKDR diangkat.
5. Efek samping sangat kecil.
6. Memiliki efek sistemik yang sangat kecil.
5. Keterbatasan
1. Diperlukan pemeriksaan dalam dan penyaringan
infeksi genitalia sebelum pemasangan AKDR.
2. Diperlukan tenaga terlatih untuk pemasangan dan
pencabutan AKDR.
3. Klien tidak dapat menghentikan sendiri setiap saat,
sehingga sangat tergantung pada tenaga kesehatan
4. Pada penggunaan jangka panjang dapat terjadi
amenorea.
5. Dapat terjadi perforasi uterus pada saat insersi (<
1/1000 kasus).
6. Terjadi kehamilan ektopik relatif tinggi.
7. Bertambah resiko mendapat penyakit radang panggul
sehingga dapat menyebabkan infertilisasi.
8. Mahal.

183
9. Progestin sedikit meningkatkan risiko trombosis
sehingga perlu hati – hati pada perempuan
perimenopause. Risiko ini lebih rendah bila
dibandingkan dengan pil kombinasi.
10. Progestin dapat menurunkan kadar HDL – kolesterol
pada pemberian jangka panjang sehingga perlu hati-
hati pada perempuan dengan penyakit
kardiovaskuler.
11. Memperburuk perjalanan penyakit kanker payudara.
12. Progestin dapat mempengaruhi jenis – jenis tertentu
hiperlipidemia
13. Progestin dapat memicu pertumbuhan mioma uterus.
6. Yang Boleh Menggunakan AKDR Dengan Progestin
1. Usia reproduksi.
2. Telah memiliki anak maupun belum.
3. Menginginkan kontrasepsi yang efektif jangka
panjang untuk mencegah kehamilan.
4. Sedang menyusui dan ingin memakai kontrasepsi.
5. Pascakeguguran dan tidak ditemukan tanda – tanda
radang panggul.
6. Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal
kombinasi.
7. Sering lupa menggunakan pil.
8. Usia perimenopause dan dapat digunakan bersama
dengan pemberian estrogen.
9. Mempunyai risiko rendah mendapat penyakit
menular seksual.
7. Yang Tidak Boleh Menggunakan AKDR Progestin
1. Hamil atau di duga hamil.
2. Perdarahan pervaginam yang brlum jelas
penyebabnya.
3. Menderita vaginitis, salpingitis, endometritis.

184
4. Menderita penyakit radang panggul atau pasca
keguguran septik.
5. Kelainan kongenital rahim.
6. Mioma submukosum.
7. Rahim yang sulit digerakkan.
8. Riwayat kehamilan ektopik.
9. Penyakit trofoblas ganas.
10. Terbikti menderita penyakit tuberkulosis panggul.
11. Kanker genitalia / payudara.
12. Sering ganti pasangan.
13. Gangguan toleransi glukosa. Progestin menyebabkan
sedikit peningkatan kadar gula dan kadar insulin.
8. Waktu AKDR dengan Progestin Dipasang
1. Setiap waktu selama siklus haid, jika ibu tersebut
dapat dipastikan tidak hamil.
2. Sesudah melahirkan dalam waktu 48 jam pertama
pascapersalinan, 6 – 8 minggu atau  pun lebih
sesudah melahirkan.
3. Segera sesudah haid, pascakeguguran spontan, atau
keguguran buatan, dengan syarat tidak dapat bukti-
bukti adanya infeksi (Affandi, Biran, dkk, 2014).
4) Kontrasepsi Implan
a) Profil
Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang
efektif, tidak permanen dan dapat mencegah terjadinya
kehamilan antara tiga hingga lima tahun.
b) Berbagai Jenis Kontrasepsi Hormonal Implan
1. Norplan terdiri dari 6 kapsul yang secara total
bermuatan 216 mg levonorgestrel. Panjang kapsul
adalah 34 mm dengan diameter 2,4 mm.
2. Jadelle (Norplan II)

185
Implan – 2 memakai levonorgestrel 150 mg
dalam kapsul 43 mm dan diameter 2,5 mm. U.S
FDA menyetujui masa kerja norplant adalah 5 tahun
tetapi studi komparasi dengan implan – 2 ternyata 5
– year pregnancy rates dan efek samping kedua
kontrasepsi subdermal ini adalah sama.
3. Implanon
Implanon adalah kontasepsi subdermal
kapsul tunggal yang mengandung etonogestrel (3 –
ketodesogestrel), merupakan metabolit desogestrel
yang efek androgeniknya lebih rendah dan aktivitas
progestational yang lebih tinggi dari levonorgestrel.
Implanon hanya direkomendasikan untuk 3 tahun
penggunaan walupun ada penelitian yang
menyatakan masa aktifnya dapat mencapai 4 tahun.
4. Implan lainnya
The population council telah
mengembangkan implan – 1 menggunakan
nestorone atau ST – 1435. Nestorone adalah
progestin kuat yang dapat menghambat ovulasi dan
tidak terikat dengan sex hormone-biding globulin
(SHBG) serta tanpa efek estrogenik atau androgenik.
Nestorone menjadi tidak aktif bila diberikan per oral
karena segera dimetabolisme dalam hati sehingga
aman bagi bayi yang mendapat ASI dari seorang ibu
pengguna kontrasepsi hormonal.
c) Mekanisme Kerja
Implan mencegah terjadinya kehamilan melalui
berbagai cara. Seperti kontrasepsi progestin pada
umumnya, mekanisme utamanya adalah menebalkan
mukus serviks sehingga tidak dapat dilewati oleh
sperma. Walaupun pada kosentrasi rendah, progestin

186
akan menimbulkan pengentalan mukus serviks.
Perubahan terjadi segera setelah pemasangan implan.
Progestin juga menekan pengeluaran follicle stimulating
hormone (FSH) dan luteinizing hormone (LH) dari
hipotalamus dan hipofise.
d) Efek Samping
Efek samping yang sering terjadi pada pemakai
implan adalah perubahan pola perdarahan haid. Dapat
terjadi perdarahan bercak atau terus menerus pada 6 – 9
bulan pertama dari penggunaan implan – 2.
Efek samping yang lain yaitu : sakit kepala (1,9
%), perubahan berat badan (biasanya meningkat) (1,7
%), perubahan suasana hati (gugup atau cemas) (1,1 %),
depresi (0,9 %), lain lain (mual, perubahan selera makan,
payudara lembek, bertambahnya rambut di badan atau
muka dan jerawat) (1,8 %).
e) Kondisi Pasien Yang Sesuai Untuk Menggunakan Implan
–2
1. Menyukai metode jangka panjang.
2. Tidak ingin tambah anak, tetapi saat ini belum mau
menggunakan kontrasepsi mantap.
3. Sedang menyusui bayinya yang berusia 6 minggu
atau lebih.
4. Merokok.
f) Kondisi Yang Memerlukan Pemeriksaan Sebelum
Menggunakan Implan – 2
1. Hamil (diketahui atau diduga).
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui
penyebabnya.
g) Waktu Pemasangan
Kapsul implan norplan dapat dipasang setiap saat
selama siklus haid, bila sudah dipastikan klien tidak hamil.

187
Waktu yang optimal untuk memasang implan
norplan adalah :
1. Selama haid (dalam waktu 7 hari pertama siklus
haid).
2. Pascapersalinan (3 – 4 minggu), bila tidak menyusui
bayinya.
3. Pasca keguguran (segera atau dalam 7 hari pertama),
atau
4. Sedang menyusui bayinya secara eksklusif (lebih dari
6 minggu pascapersalinan dan sebelum 6 bulan
pascapersalinan) (Affandi, Biran, dkk, 2011).
1. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
a. Profil
1. Sangat efektif, reversible dan berjangka panjang
(dapat sampai 10 tahun : CuT – 380A).
2. Haid menjadi lebih lama dan lebih banyak.
3. Pemasangan dan pencabutan memerlukan pelatihan.
4. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.
5. Tidak boleh dipakai oleh perempuan yang terpapar
pada infeksi menular seksual (IMS).
b. Jenis
1. AKDR CuT – 380A
Kecil, kerangka dari plastik yang fleksible,
berbentuk huruf  T diselubungi oleh kawat halus yang
terbuat dari tembaga (Cu).
1. AKDR lain yang beredar di indonesia ialah NOVA T
(Schering).
c. Cara Kerja
1. Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba
faloppi.
2. Mempengaruhi fertilisasi sebelum ovum mencapai
kavum uteri.

188
3. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum
bertemu, walupun AKDR membuat sperma sulit masuk
ke dalam alat reproduksi permepuan dan megurangi
kemampuan sperma untuk fertilisasi.
4. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam
uterus.
d. Keuntungan
1. Sebagai kontrasepsi, efektif tinggi.
2. AKDR dapt efektif segera setelah pemasangan metode
jangka pnajang (10 tahun proteksi dari CuT – 380A dan
tidak perlu diganti).
3. Sangat efektif karena tidak perlu mengingat – ingat.
4. Tidak mempengaruhi hubungan seksual.
5. Meningkatkan kenyamanan seksual karena tidak perlu
takut untuk hamil.
6. Tidak ada efek samping hormonal dengan Cu AKDR
(CuT – 380A).
7. Tidak mempengaruhi kualitas dan volume ASI.
8. Dapat dipasang segera setelah melahirkan atau sesudah
abortus (apabila tidak terjadi infeksi).
9. Dapat digunakan sampai menopause (1 tahun lebih
setelah haid terakhir).
10. Tidak interaksi dengan obat – obat.
11. Membantu mencegah kehamilan ektopik.
e. Kerugian
1. Efek samping yang umum terjadi :
a. Perubahan siklus haid (umumnya pada 3 bulan
pertama dan akan berkurang setelah 3 bulan).
b. Haid lebih lama dan lebih banyak.
c. Perdarahan (spotting) antara menstruasi.
d. Saat haid lebih sakit.
2. Komplikasi lain

189
a. Merasa sakit dan kejang selama 3 – 5 hari setelah
pemasangan.
b. Perdarahan berat pada waktu haid atau di antaranya
yang memungkinkan penyebab anemia.
c. Perforasi dinding uterus (sangat jarang apabila
pemasangan benar).
1. Tidak mencegah IMS termasuk HIV / AIDS.
2. Tidak baik digunakan pada perempuandengan IMS atau
perempuan yang sering berganti pasangan.
3. Penyakit radang panggul terjadi sesudah perempuan
dengan IMS memakai AKDR. PRP dapat memicu
infertilisasi.
4. Prosedur medis, termasuk pemeriksaa pelvik diperlukan
dalam pemasangan AKDR.
5. Sedikit nyeri dan perdarahan (spotting) terjadi segera
setelah pemasangan AKDR. Biasanya menghilang
dalam 1 – 2 hari.
6. Klien tidak dapat melepas AKDR oleh dirinya sendiri.
Petugas kesehatan terlatih yang harus melepaskan
AKDR.
7. Mungkin AKDR keluar dari uterus tanpa diketahui.
8. Tidak mencegah terjadinya kehamilan ektopik karena
fungsinya AKDR untuk mencegah kehamilan normal.
9. Perempuan harus memeriksa posisi benang AKDR dari
waktu ke waktu.
f. Yang Dapat Menggunakan
1. Usia reproduksi.
2. Keadaan nulipara.
3. Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka
panjang.
4. Menyusui yang menginginkan menggunakan
kontrasepsi.

190
5. Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya.
6. Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya
infeksi.
7. Risiko rendah dari IMS.
8. Tidak menghendaki metode hormonal.
9. Tidak menyukai mengingat-ingat minum pil setiap hari.
10.Tidak menghendaki kehamilan setelah 1 – 5 hari
sanggama.
g. Yang Tidak Diperkenankan Menggunakan AKDR
1. Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan
hamil).
2. Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui.
3. Sedang menderita infeksi alat genital.
4. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering
menderita PRP atau septik.
5. Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak
rahim yang dapat mempengaruhi kavum uteri.
6. Penyakit trofoblas yang ganas.
7. Diketahui menderita TBC pelvik.
8. Kanker alat genital.
9. Ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm.
1. AKDR Post Plasenta
a. Profil
Dengan adanya cara yang relatif baru yaitu insersi
AKDR post plasenta mungkin mempunyai harapan dan
kesempatan bagi banyak ibu yang tak ingin hamil lagi.
Teknik ini cukup aman. Pemasangan AKDR dapat
dilakukan juga pada saat seksio sesarea.
b. Efektivitas
1. AKDR post plasenta telah dibuktikan tidak menambah
resiko infeksi, perforasi dan perdarahan.

191
2. Diakui bahwa ekspulsi lebih tinggi (6 – 10 %) dan ini
harus disadari oleh pasien, bila mau akan dapat dipasang
lagi.
3. Kemampuan penolong meletakkan di fundus amat
memperkecil risiko ekspulsi.
4. Kontraindikasi pemasangan post plasenta ialah :
ketuban pecah lama, infeksi intrapartum, perdarahan
postpartum.
c. Efek Samping
1. Amenorea.
2. Kejang.
3. Perdarahan hebat dan tidak teratur.
4. Benang yang hilang.
5. Adanya pengeluaran cairan dari vagina / di curigai
adanya PRP.
d. Waktu Penggunaan
1. Setiap waktu dalam siklus haid, yang dapat dipastikan
klien tidak hamil.
2. Hari pertama sampai ke – 7 siklus haid.
3. Segera setelah melahirkan, selama 48 jam pertama atau
setelah 4 minggu pascapersalinan : setelah 6 bulan
apabila menggunakan metode amenorea laktasi (MAL).
Perlu diingat, angka ekspulsi tinggi pada pemasangan
segera atau selama 48 jam pascapersalinan.
4. Setelah menderita abortus (segera atau dalam waktu 7
hari) apabila tidak ada gejala infeksi.
5. Selama 1-5 hari setelah sanggama yang tidak dilindungi
(Affandi, Biran, dkk, 2011).
1. Kontrasepsi Mantap
1. Tubektomi
a.Profil
1. Sangat efektif dan permanen.

192
2. Tindak pembedahan yang aman dan sederhana.
3. Tidak ada efek samping.
4. Konseling dan infromed consent (persetujuan tindakan)
mutlak diperlukan.
Tubektomi adalah metode kontrasepsi untuk
perempuan yang tidak ingin anak lagi, perlu bedah untuk
melakukan tubektomi sehingga diperlukan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk
memastikan apakah seorang klien sesuai untuk
menggunakan metode ini.
Tubektomi merupakan metode efektif dan tidak
menimbulkan efek samping jangka panjang. Efektifitas
tubektomi :
1. Kurang dari 1 kehamilan per 100 (5 per 1000)
perempuan pada tahun pertama penggunaan.
2. Pada 10 tahun penggunaan, terjadi sekitar 2
kehamilan per 100 perempuan (18 – 19 per 100
perempuan).
3. Efektifitas kontrasepsi terkait juga dengan teknik
tubektomi (penghambat atau oklusi tube) tetapi
secara keseluruhan, efektivitasnya tubektomi cukup
tinggi dibandingkan metode kontrasepsi lainnya.
Metode dengan efektivitas tinggi adalah tubektomi
minilaparotomi pascapersalinan.
b. Jenis
1. Minilaparatomi.
2. Laparoskopi.
c. Mekanisme Kerja
Dengan mengoklusi tuba falopii (mengikat dan
memotong atau memasang cincin) sehingga sperma tidak
dapat bertemu dengan ovum.
d. Efek Samping, Resiko, Dan Komplikasi  

193
Jarang sekali ditemukan efek samping, baik jangka
pendek maupun jangka panjang.
e. Keuntungan
Mempunyai efek protektif terhadap kehamilan dan
Penyakit Radang Panggul (PID). Beberapa studi
menunjukkan efek protektif terhadap kanker ovarium.
f. Resiko
Walaupun jarang, tetapi dapat terjadi komplikasi
tindakan pembedahan dan anastesi. Penggunaan anstesi
lokal sangat mengurangi resiko yang terkait dengan
tindakan anestesi umum.
g. Tubektomi Sesuai Untuk
1. Pasangan yang tidak ingin menambah anak lagi.
2. Ibu Pascapersalinan.
3. Ibu Menyusui.
4. Tidak ingin menggunakan kontrasepsi yang harus
dipakai atau disiapkan setiap waktu.
5. Perempuan dengan gangguan kesehatan yang
bertambah berat jika terjadi kehamilan.
6. Pengguna kontrasesi yang menimbulkan gangguan
pola haid.
h. Manfaat Kontrasepsi
1. Sangat efektif (0,5 kehamilan per 100 perempuan
selama tahun pertama penggunaan).
2. Tidak mempengaruhi proses menyusui (breast
feeding).
3. Tidak bergantung pada faktor senggama.
4. Baik bagi klien apabila kehamilan akan menjadi
risiko kesehatan yang serius.
5. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan dengan
anestesi lokal.
6. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang.

194
7. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual (tidak ada
efek pada produksi hormon ovarium).
8. Nonktrasepsi Berkurangnya risiko kanker ovarium.
i. Keterbatasan
1. Harus dipertimbangkan sifat permanen metode
kontrasepsi ini (tidak dapat dipulihkan kembali),
kecuali dengan operasi rekanalisasi.
2. Klien dapat menyesal di kemudian hari.
3. Risiko komplikasi kecil (meningkat apabila
digunakan anestesi umum).
4. Rasa sakit atau ketidaknyamanan dalam jangka
pendek setelah tindakan.
5. Dilakukan oleh dokter yang terlatih (dibutuhkan
dokter spesalis ginekologi atau dokter spesialis bedah
untuk proses laparoskopi).
6. Tidak melindungi diri dari IMS, termasuk HBV dan
HIV / AIDS.
j. Yang Dapat Menjalani Tubektomi
1. Usia > 26 tahun.
2. Paritas > 2.
3. Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai
dengan kehendaknya.
4. Pada kehamilannya akan menimbulkan risiko
kesehatan yang serius.
5. Pascapersalinan.
6. Pascakeguguran.
7. Paham dan sukarela setuju dengan prosedur ini.
k. Yang Sebaiknya Tidak Menjalani Tubektomi
1. Hamil (sudah terdeteksi atau dicurigai).
2. Perdarahan vagina yang belum terjelaskan (hingga
harus dievaluasi).

195
3. Infeksi sistemik atau pelvik yang akut (hingga
masalah itu disembuhkan atau dikontrol).
4. Tidak boleh menjalani proses pembedahan.
5. Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilisasi
di masa depan.
6. Belum memberikan persetujuan tertulis.
l. Kapan Dilakukan
1. Setiap waktu selama sikles menstruasi apabila
diyakini secara rasional klien tersebut tidak hamil.
2. Hari ke 6 hingga ke 13 dari siklus menstruasi (fase
proliferasi).
3. Pascapersalinan
a. Minilap : di dalam waktu 2 hari atau setelah 6
minggu atau 12 minggu.
b. Laparoskopi : tidak tepat untuk klien-klien
pascapersalinan.

1. Pascakeguguran
a. Triwulan pertama : dalam waktu 7 hari sepanjang
tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap atau
laparoskopi).
b. Triwulan kedua : dalam waktu 7 hari sepanjang
tidak ada bukti infeksi pelvik (minilap saja)
(affandi, Biran, dkk, 2013).
1. Vasektomi
a. Profil
1. Sangat efektif.
2. Tidak ada efek samping jangka panjang.
3. Tindak bedah yang aman dan sederhana.
4. Efektifitas setelah 20 ejakulasi atau 3 bulan.

196
5. Konseling dan informed consent mutlak diperlukan
(affandi, Biran, dkk, 2013).
Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki
yang tidak ingin anak lagi. Perlu prosedur bedah untuk
melakukan vasektomi sehingga diperlukan pemeriksaan
fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk
memastikan apakah seorang klien sesuai untuk
menggunakan metode ini.
Vasektomi :
1. Disebut juga sebagai metode kontrasepsi operatif
lelaki.
2. Metode permanen untuk pasangan tidak ingin anak
lagi.
3. Metode ini membuat sperma (yang disalurkan melalui
vas deferens) tidak dapat mencapai vesikula seminalis
yang pada saat ejakulasi dikeluarkan bersamaan
dengan cairan semen.
4. Untuk oklusi vas deferens, diperlukan tindakan insisi
kecil (minor) pada daerah rafe skrotalis.
5. Penyesalan terhadap vasektomi, tidak segera
memulihkan fungsi reproduksi karena memerlukan
tindakan pembedahan ulang.
Vasektomi termasuk metode efektif dan tidak
menimbulkan efek samping jangka panjang.
b. Efektivitas Vasektomi
1. Setelah masa pengosongan sperma dari vesikula
seminalis (20 kali ejakulasi menggunakan kondom)
maka kehamilan hanya terjadi pada 1 per 100
perempuan pada tahun pertama penggunaan.
2. Pada mereka yang tidak dapat memastikan (analisis
sperma) masih adanya sperma pada ejakulat atau
tidak patuh menggunakan kondom hingga 20 kali

197
ejakulasi maka kehamilan terjadi pada 2 – 3 per 100
perempuan pada tahun pertama penggunaan.
3. Selama 3 tahun penggunaan, terjadi sekitar 4
kehamilan per 100 perempuan.
4. Bila terjadi kehamilan pascavasektomi,
kemungkinannya adalah :
a. Pengguna tidak menggunakan metode tambahan
(barier) saat senggama dalam 3 bulan pertama
pascavasektomi.
b. Okulasi vas deferens tidak tepat.
c. Rekanalisasi spontan.
c. Manfaaat Non Kontraseptif Vasektomi
1. Hanya sekali aplikasi dan efektif dalam jangka
panjang.
2. Tinggi tingkat rasio efisiensi biaya dan lamanya
penggunaan kontrasepsi.
d. Keterbatasan Vasektomi
1. Permanen (non – reversible) dan timbul masalah bila
klien menikah lagi.
2. Bila tak siap ada kemungkinan penyesalan di
kemudian hari.
3. Perlu pengosongan depot sperma di vesikula
seminalis sehingga perlu 20 kali ejakulasi.
4. Risiko dan efek samping pembedahan kecil.
5. Ada nyeri / rasa nyaman pascabedah.
6. Perlu tenaga pelaksana terlatih.
7. Tidak melindungi klien terhadap PMS (misalnya :
HBV, HIV / AIDS)
e. Efek Samping, Resiko, Dan Komplikasi
Tidak ada efek samping jangka pendek dan
jangka panjang. Karena area pembedahan termasuk
superfisial, jarang sekali menimbulkan risiko

198
merugikan pada klien. Walaupun jarang sekali, dapat
terjadi nyeri skrotal dan testikular berkepanjangan
(bulanan tahunan). Komplikasi segera dapat berupa
hematoma intraskrotal dan infeksi. Teknik vasektomi
tanpa pisau (VTP) sangat mengurangi kejadian infeksi
pasca bedah.
f. Vasektomi Sesuai Untuk Lelaki
1. Dari semua reproduksi (biasanya < 50).
2. Tidak ingin anak lagi, menghentikan fertilisasi, ingin
metode kontrasepsi yang sangat efektif dan
permanen.
3. Yang istrinya mempunyai masalah usia, paritas atau
kesehatan di manan kehamilan dapat menimbulkan
resiko kesehatan atau mengancam keselamatan
jiwanya.
4. Yang memahami asas sukarela dan memberi
persetujuan tindakan medik untuk prosedur tersebut.
5. Yang merasayakin bahwa mereka telah mendapatkan
jumlah keluarga yang diinginkan.
g. Kondisi Yang Memerlukan Perhatian Khusus Bagi
Tindakan Vasektomi
1. Infeksi kulit pada daerah operasi.
2. Infeksi sistemik yang sangat mengganggu kondisi
kesehatan klien.
3. Hidrokel atau varikokel yang besar.
4. Hernia inguinalis.
5. Filariasis (elefantiasis).
6. Undesensus intrasklotalis.
7. Masa intraskrotalis.
8. Anemia berat, gangguan pembekuan darah atau
sedang menggunakan antikoagulansia.

199
1. Rekanalisasi
a. Rekanalisasi Tuba Falopii
Operasi rekanalisasi dengan teknik bedah mikro sudah banyak
dikembangkan. Teknik ini tidak saja menyambungkan kembali tuba
falopii dengan baik, tetapi juga menjamin kembalinya fungsi tuba. Hal
ini disebabkan oleh teknik bedah mikro yang secara akurat
menyambung kembali tuba dengan trauma yang minimal, mengurangi
perlekatan pascaoperasi, mempertahankan fisiologi tuba, serta
menjamin fibriae tuba tetapi bebas sehingga fungsi penangkapan ovum
masih tetap baik.
b. Beberapa Indikasi Kontra antara lain
1. Umur klien > 37 tahun.
2. Tidak ada ovulasi (atau ada masalah dari faktor ovarium).
3. Suami oligospermi atau azoospermi.
4. Keadaan kesehatan yang tidak baik, di mana kehamilan akan
memperburuk kesehatannya.
5. Tuberkulosis genitalia interna.
6. Perlekatan organ-organ pelvik yang luas dan berat.
7. Tuba yang sehat terlalu pendek (kurang dari 4 cm).
8. Infeksi pelvis yang masih aktif.
c. Beberapa Timbangan Sebelum Memutuskan Untuk Operasi
Pemilihan klien dilakukan berdasarkan :
1. Pemeriksaan Praoperatif
a. Anamnesis yang lengkap, termasuk laporan operasi daerah pelvis
dan penyakit panggul terdahulu.
b. Pemeriksaan fisik umum (status generalis).
c. Pemeriksaan ginekologis.
d. Pemeriksaan laparoskop, dan / atau
e. Pemeriksaan histerosalpingografi.
1. Keputusan untuk operasi dan waktunya
a. Apakah bisa dilakukan pembedahan mikro pada kasus tersebut.

200
b. Apakah tindakan pembedahan tersebut akan memberikan hasil
yang baik untuk klien agar dapat hamil.
Bila jawaban YA, harus ditentukan waktu operasi.
Tindakan pembedahan biasanya dilakukan di Rumah Sakit oleh
ahli bedah yang terlatih serta dengan sarana yang lengkap untuk
operasi mikro (micro surgery) (affandi, Biran, dkk, 2013).

II.5.4Konsep Manajemen Kebidanan


I. Pengkajian
A. Data Subyektif
1. Biodata
Nama ibu / suami    : Untuk mengetahui identitas,
mengenal / memanggil penderita agar
tidak keliru dengan penderita –
penderita lain serta untuk menjaga
keakraban.
Umur                       : Untuk mengetahui keadaan ibu
apakah termasuk primi biasa atau
primi para tua, deteksi resiko
kehamilan.
Agama                     : Untuk mengetahui kepercayaan klien
terhadap agama yang dianutnya dan
mengenali hal – hal yang berkaitan
dengan masalah asuhan yang
diberikan.
Suku bangsa            : Untuk mengetahui dari suku mana ibu
berasal dan menentukan cara
pendekatan sertapemberian asuhan.
Pekerjaan                 : Untuk mengetahui bagaimana taraf
hidup dan sosial ekonomi klien dan
apakah pekerjaan ibu / suami dapat
mempengaruhi kesehatan klien /
tidak.
201
Pendidikan               : Untuk mengetahui tingkat
pengetahuan sebagai dasar dalam
memberikan asuhan.
Penghasilan              : Untuk mengetahui status ekonomi
penderita dan mengetahui pola
kebiasaan yang dapat mempengaruhi
kesehatan klien.
Alamat                     : Untuk mengetahui tempat tinggal
klien dan menilai apakah lingkungan
cukup aman bagi kesehatannya.
1. Alasan datang
Mengetahui alasan klien mengapa datang ke klinik dan
mengetahui bagaimana kondisi saat klien pertama datang.
1. Riwayat haid
Untuk mengetahui apakah haidnya berjalan normal atau
tidak, dan mengetahui keadaan alat elamin dalam apakah
normal atau tidak.
1. Riwayat kesehatan yang lalu
Untuk mengetahui penyakit yang pernah diderita ibu
sebelumnya apakah merupakan kontraindikasi kontrasepsi
suntik atau tidak.
1. Riwayat kesehatan keluarga
Untuk mengetahui apakah dalam keluarga ada yang
menderita penyakit menular atau tidak, adakah penyakit
keturunan yang dapat mempengaruhi efektifitas kontrasepsi.
1. Riwayat pernikahan
Untuk mengetahui keadaan kelamin dalam ibu dan
mengetahui berapa lama ibu menikah.
1. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu
Untuk mengetahui apakah kehamilan, persalinan dan nifas
yang lalu berjalan normal atau adakah komplikasi selama
kehamilan, persalinan dan nifas.

202
1. Riwayat KB
Untuk mengetahui adanya keluhan selama ibu menjadi
akseptor KB dan berapa lama ibu menjadi akseptor Kb.
1. Pola kebiasaan di rumah
Untuk mengetahui bagaimana kebiasaan ibu di rumah yang
dapat mempengaruhi efektifitas dari kontrasepsi.
B. Data Obyektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Baik : Diusahakan ditolong secara normal
Cukup : Diusahakan ditolong secara normal
Lemah : Dirujuk
Kesadaran : Composmentis-koma
Tinggi Badan : > 145 cm
Berat Badan : Kenaikan BBL
1. TTV
Tekanan Darah : 90/60 – 140/90 mmhg
Pernafasan : 16 – 24 x/menit
> 24 x/menit kemungkinan terjadi syok
Nadi : 60 – 100 x/menit
> 100 x/menit kemungkinan terjadi syok
Suhu(Axilla) : 36,5 – 37,5 °C
> 37,5 °C demam dan potensial infeksi
1. Pemeriksaan Fisik
 Rambut        : Untuk mengetahui apakah rambut ibu
tampak bersih atau kotor, ada kutu atau
tidak.
 Kepala         : Untuk mengetahui kebersihan, bentuk,
adakah benjolan yang abnormal atau tidak.
 Mata            : Untuk mengetahui apakah konjungtiva
anemis, ikterus pada sclera.

203
 Telinga        : Untuk mengetahui kebersihan atau ada
pengeluaran secret dan bentuk
kesimetrisannya.
 Mulut          : Untuk mengetahui apakah mukosa bibir
kering dan adakah stromatitis.
 Leher           : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran
kelenjar tiroid dan vena jugularis.
 Perut            : Untuk mengetahui apakah ada pembesaran
abnormal.
 Ekstermitas : Untuk mengetahui apakah ada kelainan atau
tidak (polidaktil atau sindaktil), adanya
oedema, adakah varices.
II.   Identifikasi Masalah / Diagnosa
Yaitu peningkatan dari data dasar yang berupa penafsiran
data kedalam permasalahan atau diagnosa spesifik yang sudah di
identifikasi oleh Bidan (Varney, 2015).

III. Identifikasi Masalah / Potensial Diagnosa

Identifikasi masalah potensial berdasarkan pada rangkaian


masalah yang sekarang untuk mengantisipasi atau pencegahan
overistension misalnya, polyhidramnion, kehamilan dengan diabetes
mellitus (Varney, 2015).

IV. Identikasi Kebutuhan Yang Memerlukan Tindakan Segera

Mencerminkan kelanjutan proses manajemen sejak masa


kehamilan dengan melakukan pemeriksaan secara berkala sampai pada
proses persalinan. Dalam hal ini termasuk ketika dibutuhkan tindakan ‒
tindakan darurat dimana bidan harus bertindak dengan segera  demi
keselamatan hidup ibu dan bayinya (Varney, 2015).

204
V. Intervensi / Perencanaan
Suatu perkembangan berdasarkan data – data yang sudah
berkumpul dari langkah – langkah sebelumnya. Rencana yang
menyeluruh harus disepakati antara bidan dan pasien supaya efektif
sebab pasien yang akhirnya melaksanakan rencana tersebut. Asuhan
secara menyeluruh meliputi memberikan informasi, bimbingan dan
mengajarkan pasien tentang pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
(Varney,2015).

VI. Implementasi / Pelaksanaan


Bidan bekerjasama dengan dokter dan pasien untuk melaksanakan
rencana asuhan yang menyeluruh dan kolaboratif (Varney,2015).

VII. Evaluasi
Yaitu mengevaluasi tindakan asuhan secara menyeluruh sesuai
dengan yang dibutuhkan oleh pasien. Apabila tindakan yang telah
dilakukan dianggap tidak efektif,  maka dilakukan penyesuaian rencana
selanjutnya (Varney,2015).

205
BAB III

TINJAUAN KASUS

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN (CONTINUITY OF CARE)


PADA IBU HAMIL, BERSALIN, NIFAS, NEONATUS DAN KB
PADA NY “R” USIA 22 TAHUN DI PUSKESMAS PACE

PENGKAJIAN DATA
Anamnesa tanggal : 10 Oktober 2022 Jam : 08.00 WIB
No Register : 1145
Nama klien : Ny. R Nama suami : Tn. A
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan :- Penghasilan : Rp 2.500.000
Status perkawinan : Menikah Status perkawinan: Menikah
Kawin ke : Pertama (1) Kawin ke : Pertama (1)
Lama menikah : 1 Tahun Lama menikah : 1 Tahun
Alamat :Ds Banaran Kec. Kertosono Kab. Nganjuk
DATA SUBYEKTIF
1. Keluhan utama
Ibu mengatakan hamil anak pertama usia kehamilan 9 bulan mengeluh
mudah lelah, sering BAK, susah tidur, dan pegal-pegal pada pinggang dan
kaki.

2. Riwayat penyakit/kesehatan sekarang


- Tidak ada
3. Riwayat penyakit yang pernah diderita atau operasi
- Tidak ada
4. Riwayat Penyakit Keluarga (Ayah, Ibu, Adik, Paman, Bibi) yang pernah
menderita sakit
Kanker : Tidak ada Penyakit Hati : Tidak ada
206
Diabetes Melitus : Tidak ada Penyakit Ginjal : Tidak ada
Kelainan Bawaan : Tidak ada Hamil Kembar : Tidak ada
Epilepsi : Tidak ada Alergi : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada Penyakit Jiwa : Tidak ada
Tuberculosis : Tidak ada HIV/AIDS : Tidak ada

5. Riwayat Gynekologi
Infertilitas : Tidak ada Infeksi Virus : Tidak ada
Cervisitis Cronis : Tidak ada Endometriosis : Tidak ada
Polip Serviks : Tidak ada Kanker Kandungan : Tidak ada
Perkosaan : Tidak ada Operasi Kandungan : Tidak ada
PMS : Tidak ada Myoma : Tidak
ada

6. Riwayat kebidanan
 Menarche : 13 tahun
 Siklus : 28-30 hari
 Teratur/tidak : Teratur
 Warna : Merah segar
 Bau : Amis (bau khas)
 Konsistensi : Cair
 Jumlah darah : 2-3 kali ganti pembalut dalam 1 hari (±40cc)
 Keluhan : tidak ada
 Dismenorhoe : tidak ada
 Flour albus : Ya, tidak gatal, warna bening, tidak bau

7. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Kehamilan Persalinan Anak Nifas


Ka Ke UK Pen Penolo Tmp Jenis Pen JK BB PB Umur H/M ASI Pe
wi yulit ng Persal yulit ny
207
n
inan ulit
ke
HAMIL INI

8. Riwayat kehamilan sekarang


 Hamil ke berapa : Pertama
 HPHT : 10 Januari 2022
 HPL : 17 Oktober 2022
 UK : 39 minggu
 Keluhan : mudah lelah, sering BAK, susah tidur, dan
pegal-pegal pada pinggang dan kaki.
 ANC berapa kali : 5 kali
Trimester I :
- Frekuensi : 1 kali
- Tempat periksa : Puskesmas Pace
- Keluhan : Pusing dan mual muntah
- Vitamin : Fe, B1, B6
- KIE : Makan sedikit tapi sering, Istirahat yang cukup
- UK : 13 minggu
Trimester II :
- Frekuensi : 2 kali
- Tempat periksa : Puskesmas Pace
- Keluhan : Tidak Ada
- Vitamin : Fe, Kalk
- KIE : Tanda Bahaya TM II, Personal hygiene
- UK : 21 minggu
Trimester III :
- Frekuensi : 2 kali
- Tempat periksa : Puskesmas Pace
- Keluhan : Nyeri Punggung
- Vitamin : Fe, Kalk, B1
- KIE :

208
- Perawatan payudara dengan mengompres
putting susu dengan baby oil.
- Health education tentang nyeri punggung
- Menggunakan masker setiap keluar rumah.
- Mencuci tangan yang benar.
- Melakukan repid Covid-19.
- Melakukan USG.

- UK : 32 minggu
 Riwayat TT : TT5 (Lengkap)
 Tanda bahaya & penyulit :-
 Kekhawatiran khusus :-
9. Riwayat KB dan perencanaan keluarga
- KB suntik 3 bulan

10. Riwayat psikososial


11. Riwayat KB dan perencanaan keluarga
- Tidak Ada
12. Riwayat psikososial
 Respon pasien dan keluarga :
Ibu dan keluarga merasa senang dan mengharapkan kehamilan ini
 Pengambilan keputusan dalam keluarga :
Keputusan diambil ibu bersama suami
 Tempat persalinan yang diinginkan :
Di Puskesmas Pace
 Penolong persalinan yang diinginkan :
Ibu mengharapkan ditolong oleh Bidan
 Tempat rujukan jika terjadi komplikasi :
Rumah Sakit Umum Daerah Nganjuk
 Pendamping saat persalinan :
Suami dan Keluarga
g. Pola aktifitas sehari-hari :

209
Ibu hanya mengerjakan aktifitasnya sebagai ibu rumah tangga, ibu jarang
berolahraga, bila ibu bekerja terlalu berat ibu merasa pusing dan cepat
lelah.
h. Pola nutrisi :
- Sebelum hamil :
Makan 3 kali sehari dengan porsi nasi, lauk, sayur, dan buah, minum
7-8 gelas/hari
- Saat hamil :
Makan 2 kali sehari dengan porsi sedang nasi, lauk pauk, sayur,
minum air putih 7-8 gelas
i. Pola eliminasi :
 Sebelum hamil :
BAB 1 kali sehari, BAK 3-4 kali sehari
 Saat hamil :
BAB 1 kali sehari, BAK 6-7 kali sehari
j. Pola istirahat :
- Sebelum hamil :
Ibu tidur malam 7-8 jam/hari, tidur siang 1 jam
- Saat hamil :
Ibu tidur malam 5-6 jam/hari, tidur siang 1 jam
k. Pola aktifitas Seksual Selama Kehamilan :
Tidak ada keluhan, ibu melakukan hubungan seksualitas sekali seminggu
l. Pola personal hygiene :
Ibu mandi dan gosok gigi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari kalau pakaian
dalam setiap basah diganti, keramas 2 hari sekali.

13. Kebiasaan minum jamu, alkohol atau merokok


o Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum Alkohol, konsumsi
narkoba, jamu, dan tidak pernah pijat perut selama masa hamil.
o Ibu mengatakan bahwa suaminya tidak pernah merokok, minum alkohol,
dan konsumsi narkoba.

210
DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
 Keadaan umum : Baik
 Kesadaran : Compos mentis
 BB sebelum hamil : 50 kg
 BB saat periksa : 59 kg
 TB : 154 cm
 TTV
 Tensi : 110/70 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Suhu : 36,7oC
 RR : 18 x/menit
 LILA : 26 cm
2. Pemeriksaan fisik
a. Inspeksi dan Palpasi
1) Muka :
Bentuk simetris, pucat, keadaan bersih tidak ada oedem
2) Mata :
Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva merah muda, sklera tidak ikterik
3) Abdomen :
 Leopold I :
TFU 3 jr dibawah px (28 cm), pada fundus teraba lunak, melebar,
kurang melenting berarti bokong
 Leopold II :
Pada bagian kiri ibu teraba bagian-bagian kecil janin dan bagian kanan
ibu teraba bagian panjang, keras seperti papan (pungung janin)
 Leopold III :
Bagian terbawah janin teraba keras, bundar melenting yang berarti
kepala janin dan tidak bisa digoyangkan (sudah masuk P.A.P)
 Leopold IV :

211
- Divergen, Kepala teraba 2/5 bagian diatas sympisis
 His : 4x 10” lama 40 detik
 TBJ : 28 cm – 11 x 155 = 2.635 gram
4) Ekstremitas atas : Simetris, tidak terlihat oedema dan varises
5) Ekstremitas bawah : Simetris, tidak terlihat oedema dan varises
b. Auskultasi
1) Abdomen :
 DJJ : 136 x/menit
c. Perkusi
 Reflek patella : +/+
3. Pemeriksaan penunjang
 HB : 12,9 gr%
 HIV/AIDS : Negatif
 Reduksi urine : Negatif
 Albumin : Negatif
 HbsAg : Negatif
 Sifilis :Negatif

ANALISA DATA
Diagnosa : G1P0A0 Usia Kehamilan 36 minggu dengan kehamilan fisiologis,
Janin Tunggal Hidup

PENATALAKSANAAN
Tanggal: 10 Oktober 2022 Jam: 09.00 WIB

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. Ibu mengetahui


kondisinya dan janin dalam kandungan, ibu memahami.
2. Memberi tahu ibu dan keluarga tentang bahaya covid-19 bagi kehamilan
sehingga diharapkan menggunakan masker setiap beraktifitas diluar rumah.
Ibu dan keluarga mengerti dan memahami setelah mendapat penjelasan dari
tenaga kesehatan.
3. Memberitahu ibu dan keluarga cara mencuci tangan yang benar. Ibu dan
keluarga mengerti dan melakukan yang dijelaskan tenaga kesehatan.

212
4. Jika ibu hamil tidak ada keluhan diminta mempelajari buku KIA dirumah dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan segera ke fasyankes jika
ada keluhan/tanda bahaya (baca buku KIA).
5. Apabila diperlukan pemeriksaan ANC, Ibu hamil membuat janji dengan
Bidan melalui Telepon/WA.
6. Bidan melakukan pengkajian komprehensif sesuai standar,termasuk informasi
yang berkaitan dengan kewaspadaan penularan Covid-19. Jika diperlukan
ibidan dapat berkomunikasi dan koordinasi dengan RT/RW/Kades atau
pimpinan daerah setempat khususnya informasi tentang status ibu apakah
termasuk dalam masa isolasi mandiri (ODP/PDP) sebelum memberikan
pelayanan ANC.
7. Jika Bidan siap dengan APD sesuai kebutuhan ANC ,dapat memberikan
pelayanan sesuai standar dan meminta ibu hamil menggunakan masker,dan
jika tidak siap ,maka Bidan dapat berkolaborasi dengan Puskesmas atau RS
terdekat.
8. Keluarga/pendamping bersama semua tim kesehatan yang bertugas
menggunakan masker dan menerapkan prinsip Pencegahan Covid-19.
9. Menunda kelas Ibu hamil dan kunjungan rumah.
10. KIE dan Konseling Kehamilan dapat dilaksanakan secara online.
11. Memberi tahu ibu dan keluarga bahwa ketidak nyamanan yang dirasakan oleh
ibu saat ini adalah Normal. Ibu dan suami mengerti dan tenang setelah
mendapat penjelasan dari petugas kesehatan.
12. Memberikan terapi oral berupa Fe untuk mengobati anemia ibu, vitamin dan
memberitahu aturan, cara minum, dan efek samping. Ibu mau meminumnya
dan ibu dapat menjelaskan kembali apa yang dijelaskan oleh pemeriksa.
13. Menganjurkan pada ibu untuk mengatur pola istirahat dan istirahat tirah
baring miring, agar sirkulasi darah pada vena cava inferior tidak tertekan. Ibu
mengerti dan mau menjalankan apa yang dianjurkan bidan.
14. Memberikan informasi tentang persiapan persalinan dan tanda-tanda
persalinan. Ibu dan keluarga mengerti.

213
15. Menganjurkan ibu, untuk mengkonsumsi makanan tinggi protein, tinggi zat
besi, dan banyak minum air putih. Ibu mau menjalankan apa yang dianjurkan
oleh bidan.
16. Menganjurkan ibu untuk USG, Ibu bersedia.
17. Menganjurkan ibu untuk melakukan Repid Test Covid/Swab 10 hari sebelum
persalinan dan bisa melaporkan hasi melalui via Whatsapp. Ibu dan keluarga
mengerti.
18. Memberitahu jadwal kunjungan ulang 1 minggu lagi atau datang sewaktu-
waktu jika ada keluhan. Ibu menyepakati jadwal kunjungan tanggal 17
Oktober 2022

Anamnesa tanggal : 15 Oktober 2022 Jam : 18.30 WIB

PENGKAJIAN DATA

No Register : 1345
Nama klien : Ny. R Nama suami : Tn. A
Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan :- Penghasilan : Rp 2.500.000
Status perkawinan : Menikah Status perkawinan: Menikah
Kawin ke : Pertama (1) Kawin ke : Pertama (1)
Lama menikah : 1 Tahun Lama menikah : 1 Tahun
Alamat :Ds Banaran Kec. Kertosono Kab. Nganjuk

DATA SUBYEKTIF

14. Keluhan utama :


Perut kencang-kencang, nyeri perut tembus belakang sejak jam 15.00 dan
keluar lendir bercampur darah
15. Riwayat penyakit/kesehatan sekarang
- Tidak Ada
214
16. Riwayat penyakit yang pernah diderita atau operasi
- Tidak Ada
17. Riwayat kesehatan keluarga (Ayah, Ibu, Adik, Paman, Bibi) yang
pernah menderita sakit
Kanker : Tidak ada Penyakit Hati : Tidak ada
Diabetes Melitus : Tidak ada Penyakit Ginjal : Tidak ada
Kelainan Bawaan : Tidak ada Hamil Kembar : Tidak ada
Epilepsi : Tidak ada Alergi : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada Penyakit Jiwa : Tidak ada
Tuberculosis : Tidak ada HIV/AIDS : Tidak ada
18. Riwayat Gynekologi
Infertilitas : Tidak ada Infeksi Virus : Tidak ada
Cervisitis Cronis : Tidak ada Endometriosis : Tidak ada
Polip Serviks : Tidak ada Kanker Kandungan : Tidak ada
Perkosaan : Tidak ada Operasi Kandungan : Tidak ada
PMS : Tidak ada Myoma : Tidak
ada
19. Riwayat kebidanan
 Menarche : 14 Tahun
 Siklus : 28-31 hari
 Lamanya : 6-7 hari
 Teratur/tidak : Teratur
 Warna : Merah segar
 Bau : Amis (bau khas)
 Konsistensi : Cair
 Jumlah darah : 3-4 kali ganti pembalut dalam
 Keluhan : Tidak Ada
 Dismenorhoe : Kadang-kadang saat haid hari pertama
 Flour albus : Tidak Ada
20. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Kawi
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
n ke
Jenis
U Penyuli Penolo Penyuli B P Penyuli
Ke Tmp Persalina JK Umur H/M ASI
K t ng t B B t
n
1 H A M I L I N I
215
21. Riwayat kehamilan sekarang
 Hamil ke berapa : Pertama
 HPHT : 10 Januari 2022
 HPL : 17 Oktober 2022
 Pendamping saat persalinan : Suami dan Keluarga

22. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Kebiasaan Selama di Rumah Saat di BPS

- makan 3x/hari dengan komposisi - makan 1 kali dengan komposisi


Nutrisi nasi, lauk pauk, sayuran. nasi, sayur, lauk pauk, buah.
- minum ±7 gelas/hari - minum air putih ± 2-3 gelas, dan
susu 2 gelas.
Eliminasi - BAB : 1 x/hari - BAB : Ibu belum BAB
- BAK : ± 5-6 x/hari - BAK : Ibu belum BAK
Istirahat - Tidur siang ± 1-2 jam/hari - Ibu tidak bisa tidur karena
- Tidur malam ± 7-8 jam/hari perutnya kenceng-kenceng.
- Ibu mandi 2 x/hari, gosok gigi - Ibu di seka
Personal 2x/hari, ganti baju setiap
Hygiene hari,celana dalam tiap kali mandi,
keramas 3 kali seminggu.
Ibu melakukan pekerjaan rumah Ibu hanya tidur miring kanan dan
Aktivitas tangga sendiri, terkadang dibantu kiri
suami

Ibu tidak pernah merokok, minum- Ibu tidak merokok, minum-


Kebiasaan minuman keras, dan tidak minum minuman keras, dan tidak minum
jamu. jamu.

23. Kebiasaan minum jamu, alkohol, merokok, dll


 Ibu mengatakan tidak pernah merokok, minum Alkohol, konsumsi
narkoba, jamu, dan tidak pernah pijat perut selama masa hamil.
 Ibu mengatakan bahwa suaminya tidak pernah merokok, minum alkohol,
dan konsumsi narkoba.
DATA OBYEKTIF
4. Pemeriksaan umum
 Keadaan umum : Baik
216
 Kesadaran : Compos mentis
 BB sebelum hamil : 50 kg
 BB saat periksa : 59 kg
 TB : 154 cm
 TTV
 Tensi : 120/70 mmHg
 Nadi : 80 x/menit
 Suhu : 36,5 oC
 RR : 20 x/menit
 Lila : 26 cm

5. Pemeriksaan fisik
d. Inspeksi dan Palpasi
6) Muka :
Bentuk simetris, tidak pucat, keadaan bersih tidak ada oedema
7) Mata :
Bentuk simetris, tidak ada pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva merah muda, sklera putih
8) Abdomen
 Leopold I :
TFU 3 jr dibawah px (28 cm), pada fundus teraba lunak, melebar,
kurang melenting berarti bokong
 Leopold II :
Pada bagian kiri ibu teraba bagian-bagian kecil janin dan bagian kanan
ibu teraba bagian panjang, keras seperti papan (pungung janin)
 Leopold III :
Bagian terbawah janin teraba keras, bundar melenting yang berarti
kepala janin dan tidak bisa digoyangkan (sudah masuk P.A.P)
 Leopold IV :
- Divergen, Kepala teraba 2/5 bagian diatas sympisis
 His : 4x 10” lama 40 detik

217
 TBJ : 28 cm – 11 x 155 = 2.635 gram
9) Ekstremitas atas : Simetris, tidak terlihat oedema dan varises
10) Ekstremitas bawah : Simetris, tidak terlihat oedema dan varises
e. Auskultasi
2) Abdomen :
 DJJ : 120 x/menit

6. Pemeriksaan dalam (kalau ada indikasi)


 Luka parut vulva/vagina : Tidak ada kelainan
 Pembukaan : 9 cm
 Effecement : 70%
 Ketuban : (+) / utuh
 Bagian terendah (Denominator) : kepala bagian belakang / ubun-ubun
kecil
 Penurunan hodge : Hodge III
 Molase : Tidak Ada/bernilai 0
 Bagian menumbung : Tidak Ada
7. Pemeriksaan penunjang
Tanggal : 21 September 2022
 HB : 12,9 gr%
 HIV/AIDS : Negatif
 Reduksi urine : Negatif
 Albumin : Negatif
 HbsAg : Negatif
 Sifilis :Negatif

ANALISA DATA
Ny. R G1P0A0 UK 39 5/7 Minggu Dengan Inpartu Kala I Fase Aktif, Janin
tunggal, hidup, intra uteri, letak kepala, puka.

PENATALAKSANAAN
KALA I :

218
Tanggal : 15 Oktober 2022 Jam : 18.30 WIB

1. Menjelaskan hasil pemeriksaan kepada ibu dan keluarga. Ibu sudah


mengetahui hasil pemeriksaan yang sudah memasuki masa persalinan.
2. Memberikan informed consent kepada ibu, dan suami atau keluarganya
sebagai persetujuan untuk dilakukan pertolongan persalinan, ibu dan
suami serta keluarga menanda tangani informed consent yg diberikan oleh
bidan.
3. Jika Bidan siap dengan APD sesuai kebutuhan APN, dapat melakukan
pertolongan persalinan, dan meminta Ibu menggunakan masker. Apabila
Bidan tidak siap, maka segera berkolaborasi dengan Puskesmas atau RS
terdekat;
4. Pertolongan persalinan diberikan sesuai standar APN dan menerapkan
prinsip Pencegahan Covid-19,
5. Keluarga/pendamping Ibu bersalin dan semua tim kesehatan yang bertugas
menggunakan masker dan menerapkan prinsip pencegahan Covid-19,
6. Melibatkan suami atau keluarga untuk mendukung ibu, suami atau
keluarga mendampingi ibu saat bersalin, ibu ingin di dampingi suami saat
persalinannya,
7. Memberi ibu makan dan minum agar tidak lemas dalam mengejan, ibu
bersedia makan dan minum supaya tidak lemas
8. Menyiapkan partus set, APD lengkap (APD Covid-19), pakaian ibu dan
pakaian bayi, ibu sudah mempersiapkan pakainnya dan pakaian bayinya
9. Menjaga kebersihan pasien agar tidak terjadi infeksi, ibu sudah
mengetahui bahwa kebersihan itu dapat mencegah terjadinya infeksi
10. Memberikan masase dan sentuhan kepada ibu dengan mengelus – elus
tangan dan perut ibu, ibu merasa nyaman dan rasa nyerinya berkurang.
11. Mendokumentasikan dengan menggunakan partograf

KALA II :
Tanggal : 15 Oktober 2022 Jam : 19.30 WIB

S : Ibu merasa ingin buang air besar dan ibu terlihat gelisah karena sakitnya
semakin sering dan ada dorongan ingin meneran
219
O : Keadaan Umum : Baik, Kesadaran : Composmentis, VT : Pembukaan
lengkap (10 cm), eff : 100 %, Ketuban masih utuh dilakukan amniotomi,
Hodge IV, portio tidak teraba, penurunan kepala 1/5, perineum menonjol,
vulva dan anus membuka, his 5 kali dalam 10 menit selama 50 detik, DJJ
: 138x/menit.

A : GIP0A0 UK 39 5/7 Minggu letak kepala inpartu Kala II

P : 1. Memberitahukan hasil pemeriksaan dan menjelaskan kepada pasien


bahwa pembukaan sudah lengkap, dan ibu sdh memasuki masa
persalinan, ibu sudah mengetahui hasil pemeriksaan dan mengetahui
ibu sdh masuk masa bersalin.
2. Menganjurkan suami atau keluarga untuk mendampingi saat
persalinan, suami sdh mendampingi ibu.
3. Mengatur posisi ibu untuk miring kiri atau posisi yg nyaman untuk
melahirkan, posisi ibu miring ke kiri, dan sesekali setengah duduk.
4. Memberitahu ibu untuk tidak mengejan terlebih dahulu, ibu mengerti
5. Mempersiapkan penolong, tempat persalinan, peralatan dan
lingkungan yg kondusif untuk ibu, penolong sudah siap membantu
persalinan ibu.
6. Mengajarkan kepada ibu cara meneran yg baik dan benar, ibu
mengikuti arahan yg diberikan bidan penolong, ibu mengikuti arahan
dari penolong
7. Melakukan amniotomi karena pembukaan sudah lengkap, disaat
kontraksi ibu mulai meredah.
8. Memimpin persalinan ibu, ibu meneran saat ada his dan ibu
mengambil nafas dengan baik sesuai anjuran bidan, bidan membantu
proses persalinan ibu.
9. Melakukan episiotomi karena perineum ibu tebal dan kaku, di saat
adanya kontraksi,
10. Membantu kelahiran bayi, setelah kepala lahir pegang secara
biparietal untuk melahirkan bahu, lalu sangga, susur mulai
punggung, bokong tungkai dan kaki. bayi lahir Spontan Tgl 4-8-

220
2020 Jam 19.40 JK: Laki-laki, BB: 2800 gram, PB: 48 cm, LK: 33
cm, LD: 32 cm, menangis spontan.
11. Mengeringkan tubuh bayi, penolong sudah mengeringkan tubuh bayi
dengan selimut bersih.
KALA III :
Tanggal : 15 Oktober 2022 Jam : 19.50 WIB
S: Perutnya mules, Ibu senang dengan kelahiran anaknya
O: KU : Baik, Kesadaran : Composmentis, TTV dalam batas normal,
TFU setinggi pusat, uterus berkontraksi dengan baik, tali pusat
memanjang dan keluar darah secara tiba-tiba.
A: Ny. R Usia 22 Tahun P1001 Ab0 Kala III
P : 1. Memeriksa TFU untuk memastikan tidak ada bayi yang kedua,
TFU sudah diperiksa dan tidak ada bayi yang ke 2
2. Melakukan Manajemen aktif kala III : Menyuntikan oxytoxin 10
unit segera setelah bayi lahir, disuntikan di paha ibu bagian distal
lateral secara IM, penolong sdh melakukan MAK 3
3. Melakukan Penegangan Tali pusat Terkendali, penolong sudah
melakukannya.
4. Melahirkan Plasenta dengan memutar searah jarum jam pada saat
sudah terlihat di introitus vagina, Plasenta lahir lengkap pada Jam
20.00 WIB.
5. Melakukan masase fundus uteri, penolong sudah melakukannya.
6. Memeriksa adanya robekan jalan lahir, terdapat robekan derajat 2
pada otot dan kulit vagina
7. Memeriksa kelengkapan plasenta, plasenta lahir lengkap.
8. Mengevaluasi laserasi dan perdarahan, perdarahan normal.
KALA IV :

Tanggal : 15 Oktober 2022 Jam : 20.10 WIB

S: Ibu lelah setelah melahirkan, tetapi sangat senang bayinya lahir dengan
sehat dan selamat perut bagian bawah ibu dan jalan lahirnya nyeri.

221
O: KU ibu baik, kesadaran Composmentis, TD 120/80mmHg, N 80x/mnt, S
36,5 °C RR 24 x/menit, kontraksi uterus baik, TFU 1 jr bawah pusat,
terdapat laserasi jalan lahir di daerah otot dan kulit perineum ( derajat 2 ).
A: Ny. R Usia 22 Tahun P1001 Ab0 Kala IV
P:
1. Memberitahukan hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa kondisi ibu sehat,
dan sedikit ada robekan di jalan lahir tetapi tidak membahayakan, ibu
mengerti
2. Melakukan penjahitan pada perineum secara jelujur, penolong melakukan
tindakan penjahitan pada bagian otot dan kulit vagina ibu.
3. Memberikan asuhan bayi baru lahir, bayi diselimuti kain kering bersih,
melakukan IMD, diberikan salep mata, dan disuntik Vit K, penolong
sudah mengerjakannya.
4. Mengajarkan pada ibu untuk massase uterus, ibu mengerti dan paham di
ajarkan tentang massase perut.
5. Melakukan evaluasi/Pemantauan kala IV ( TTV, TFU, kandung kemih,
dan perdarahan
6. Melakukan rawat gabung antara ibu dan bayi supaya terjalin bounding
attacment antara ibu dan bayi.
7. Melakukan penimbangan dan mengukur antropometri bayi
8. Memberikan salep mata antibiotik profilaksis pada bayi
9. Memberikan injeksi vitamin K1 IM 10mg di paha kiri bayi.
CATATAN PERKEMBANGAN

Tanggal Jam SOAP TTD

15-10-2022 18.30 G1P0A0, Px datang dengan keluhan Perut kencang-


kencang, nyeri perut tembus belakang sejak jam
15.00 dan keluar lendir bercampur darah, TD :
110/70 mmHg, Nadi 80 x/menit, Suhu 36, 9 oC,
TFU 3 jr dibawah px (28 cm), PUKA, Letkep U, His
4 kali dalam 10 menit selama 40 detik, DJJ:
120x/menit, VT : Pembukaan 9 cm, eff : 70 %,
Hodge III, KK (+) menonjol, tidak ada molase.

19.00 DJJ : 134x/menit, His 5 kali dalam 10 menit selama

222
45 detik, Nadi 88 x/menit

19.30 VT Pembukaan : Lengkap (10 cm), Portio tidak


teraba, Hodge IV, KK (+) menonjol, His 5 kali
dalam 10 menit selama 50 detik, DJJ : 138x/menit

19.35 Melakukan amniotomi (jernih) dan pimpin ibu


meneran.

19.40 Bayi lahir secara spontan dan segera menangis, A/S :


8/10, APP : (Kemerahan), ACT : (Kuat), Resp :
(Normal), JK: Laki-laki, BB: 2800 gr, PB : 48 cm,
LK: 33 cm, LD : 32 cm, Bayi dapat salep mata, Vit-
K, Ibu dapat injeksi oksi 1 ampul IM

20.00 Plasenta lahir lengkap dan utuh, UC : Baik/keras,


TFU setinggi pusat, perdarahan 150 cc, heating (+)
(Episiotomi) grad II, TD 120/80 mmHg N :
80x/menit, S : 36,5.

HASIL PEMANTAUAN KALA IV

Kontra
Jam Kandung
Waktu TD N S TFU ksi Perdarahan
Ke Kemih
Uterus
20.10 120/80 80x/i 1 Jrbpst Baik Kosong 50 cc

20.25 120/80 80x/i 1 Jrbpst Baik Kosong 50 cc


I 36,5o
20.40 120/80 80x/i C 1 Jrbpst Baik Kosong 50 cc

20.55 120/80 80x/i 1 Jrbpst Baik 100 cc 40 cc

21.25 120/80 80x/i 36,5o 2 Jrbpt Baik Kosong 30 cc


II
21.55 120/80 80x/i C 2 Jrbpt Baik 50 cc 30 cc

10. Pemeriksaan Fisik Bayi


- Keadaan Umum : Baik Antropometri
- Jenis Kelamin : Laki-laki BBL : 2800 gr
- Tangis : Segera menangis PBL : 48 cm
- Warna Kulit : Kemerahan LD : 32 cm
- Gerak : Aktif SOB : 32 cm
- Nadi : 134 x/menit MO : 35 cm
- Suhu : 36,5 oC FO : 34 cm
- RR : 42 x/menit

223
11. Pemeriksaan Fisik Bayi Secara Keseluruhan
 Inspeksi
Kepala : Simestris, tidak tampak benjolan abnormal, tidak tampak
adanya caput sucedaneum, tidak tampak chepal
hematoma,
rambut tipis dan warna hitam.
Muka : Warna kemerahan
Mata : Simetris, sklera tidak ikterus, tidak tampak starbismus
Hidung : Simetris, tidak ada kelainan
Mulut : Simetris, warna merah, tidak ada labioskisis dan labio
palatoskisis
Abdomen : Tidak tampak benjolan abnormal, tidak ada kelainan
Genetalia : Scrotum ada, testis ada sudah turun masuk ke scrotum,
tidak ada
kelainan
Anus : Bersih, tidak terdapat atresiani
Punggung : Simetris, tidak ada kelainan
Eks. Atas : Tidak ada polidaktil dan sindaktil
Eks. Bawah : Tidak ada polidaktil dan sindaktil

 Palpasi
Kepala : Tidak teraba benjolan abnormal
Abdomen : Tidak teraba benjolan abnormal
 Auskultasi
Dada : Ronchi (-), Wheezing (-)
 Perkusi
Abdomen : Tidak Kembung

 Refleks pada bayi


Reflek Rooting : (+)
Reflek Suckling : (+)
Reflek Swallowing : (+)

224
Reflek Moro : (+)
Tonick Neck Reflek : (+)
Graps Reflek : (+)
Babynsky Reflek : (+)

PENGKAJIAN KUNJUNGAN IBU NIFAS

MKB : 15 Oktober 2022, pukul 18.30 WIB


Tanggal/jam : 17 Oktober 2022, pukul 09.00 WIB
No. Register : 1145
Pengkajian : ENNITTA
Tempat : Puskesmas Pace

PENGKAJIAN DATA

Nama klien : Ny. R Nama suami : Tn. A


Umur : 22 tahun Umur : 25 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan : S1 Pendidikan : SMP
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan :- Penghasilan : Rp 3.000.000
Status perkawinan : Menikah Status perkawinan: Menikah
Kawin ke : Pertama (1) Kawin ke : Pertama (1)
Lama menikah : 1 Tahun Lama menikah : 1 Tahun
Alamat : Ds Banaran Kec. Kertosono Kab. Nganjuk

DATA SUBYEKTIF

1. Keluhan utama :
Nyeri dibekas jahitan.
2. Riwayat penyakit/kesehatan sekarang
- Tidak Ada
3. Riwayat penyakit yang pernah diderita atau operasi
- Tidak Ada
225
4. Riwayat kesehatan keluarga (Ayah, Ibu, Adik, Paman, Bibi) yang
pernah menderita sakit
Kanker : Tidak ada Penyakit Hati : Tidak ada
Diabetes Melitus : Tidak ada Penyakit Ginjal : Tidak ada
Kelainan Bawaan : Tidak ada Hamil Kembar : Tidak ada
Epilepsi : Tidak ada Alergi : Tidak ada
Hipertensi : Tidak ada Penyakit Jiwa : Tidak ada
Tuberculosis : Tidak ada HIV/AIDS : Tidak ada

5. Riwayat Gynekologi
Infertilitas : Tidak ada Infeksi Virus : Tidak ada
Cervisitis Cronis : Tidak ada Endometriosis : Tidak ada
Polip Serviks : Tidak ada Kanker Kandungan : Tidak ada
Perkosaan : Tidak ada Operasi Kandungan : Tidak ada
PMS : Tidak ada Myoma : Tidak

ada

6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

Kawi
Kehamilan Persalinan Anak Nifas
n ke
Jenis
U Pen Penolo Pen P Peny
Ke Tmp Persalina JK BB Umur H/M ASI
K yulit ng yulit B ulit
n
1 N I F A S I N I

7. Riwayat KB dan perencanaan keluarga


- Tidak Ada
8. Riwayat psikososial
- Ibu dan keluarga sangat senang kelahiran bayi

9. Pola Kebiasaan Sehari-hari


a. Pola nutrisi
- Saat hamil :

226
Makan 2 kali sehari dengan porsi sedang nasi, lauk pauk, sayur,
minum air putih 7-8 gelas
- Saat pengkajian :
Makan 3 kali sehari dengan porsi sedang nasi, lauk, sayur, dan buah,
minum 2 liter/hari
b. Pola eliminasi
 Saat hamil :
BAB 1 kali sehari, BAK 6-7 kali sehari
 Saat pengkajian :
BAB 2 hari sekali, BAK 4-5 kali sehari.
c. Pola aktifitas
- Saat hamil :
Ibu mengerjakan aktifitas sebagai ibu rumah tangga.
- Saat pengkajian :
Saat ini ibu melakukan aktifitas merawat dan menyusui bayinya dan
pekerjaan rumah dibantu suami.
d. Pola istirahat
- Saat hamil :
Ibu tidur malam 5-6 jam/hari, tidur siang 1 jam
- Saat pengkajian :
Siang : 1 jam, Malam : 5 jam (banyak bangun karena menyusui
bayinya).
e. Pola personal hygiene
- Saat hamil :
Ibu mandi dan gosok gigi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari kalau
pakaian dalam setiap basah diganti, keramas 2 hari sekali.
- Saat pengkajian :
Ibu mandi dan gosok gigi 2x sehari, ganti pakaian 2x sehari, pakaian
dalam setiap basah diganti, ganti pembalut 4 kali sehari, keramas 2
hari sekali.
f. Pola Seksualitas
- Saat hamil :

227
Ibu melakukan hubungan seksualitas sekali seminggu
- Saat pengkajian :
Saat ini ibu belum melakukan hubungan seksual setelah melahirkan.

DATA OBYEKTIF
1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
BB : 56 kg
2. Tanda-tanda Vital :
Tensi : 120/80 mmHg
Nadi : 80 x/menit
Suhu : 36,5 oC
RR : 20 x/menit
3. Pemeriksaan Fisik :
 Wajah : tidak tampak pucat, dan tidak oedema.
 Mata : konjungtiva merah muda, sclera putih
 Payudara
- Kebersihan : bersih
- Puting susu : menonjol
- Konsistensi : lunak
- Pengeluaran : ASI lancar
 Abdomen/Uterus
- Tinggi fundus uteri : 2 jari bawah pusat
- Konsistensi uterus : keras
- Kontraksi uterus : baik
- Kandung kemih : kosong
 Genitalia
- Vulva : tidak terdapat oedema pada labia mayora dan labia minora
- Lochea : merah segar (lochea rubra)
- Bau lochea : tidak berbau busuk

228
- Banyaknya lochea : ± 20 cc
- Konsistensi : encer
 Perineum : luka jahitan perineum baik, tidak ada tanda-tanda infeksi
 Ekstremitas : tidak ada odema dan varices pada ekstremitas atas dan
bawah

4. Pemeriksaan Penunjang
Hb : 12,9 gr%
Repid/SWAB : Non Reaktif
Leukosit : Tidak ada
GDA : Tidak ada

ANALISA DATA
Diagnosa : P1001 Post Partum hari ke 3 dengan nifas fisiologis
Masalah : tidak ada masalah
PENATALAKSANAAN
Tanggal : 17 Oktober 2022 Jam : 09.30 WIB
1. Memberi tahu ibu hasil Pemeriksaan saat ini. (TD : 120/80 mmHg, N : 80
x/menit, S : 36,5 oC, RR : 20 x/menit, Ibu sudah mengetahui keadaanya saat
ini.
2. Meminta ibu dan keluarga untuk sering mencuci tangan dan menggunakan
masker. Ibu mengerti dan melaksanakan.
3. Menjelaskan pada ibu bahwa nyeri pada luka jahitannya adalah normal dan
akan berlangsung membaik. Ibu tenang dengan penjelasan bidan.
4. Menjelaskan tentang perawatan payudara dan cara menyusui yang benar, ASI
yang lancar dapat memberikan kenyamanan dan pertumbuhan serta
perkembangan yang baik bagi bayi. Ibu mengerti.
5. Memberikan HE tentang:
a) Tanda bahaya nifas
Pusing berat, mata kunang-kunang, perdarahan, demam, perut terasa
sangat nyeri.
229
b) Tanda bahaya bayi baru lahir
Malas minum, sianosis, sesak napas, ikterus, panas atau suhu badan
rendah, retraksi dada, BBLR.
c) Perawatan tali pusat bayi
Ajarkan ibu untuk merawat tali pusat bayinya dengan perawatan kering
hanya menggunakan kasa steril saja tanpa ditambahi/dibubuhi apapun agar
tidak terjadi infeksi.
d) Kebersihan diri
 Menganjurkan kebersihan seluruh tubuh.
 Mengajarkan ibu untuk membersihkan daerah kelamin dengan air,
daerah di sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke belakang, baru
kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Menjelaskan kepada ibu
untuk membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar.
 Jika ibu mempunyai luka episiotomi atau laserasi, menyarankan kepada
ibu untuk menggunakan air mengalir
 Menyarankan ibu untuk mengganti pembalut atau kain pembalut
setidaknya dua kali sehari.
 Menyarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum
dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

230
BAB IV

PEMBAHASAN

A. Data Subyektif
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan baik karena adanya
kerjasama yang baik antara Ibu dengan petugas. Pengkajian dilakukan
berdasarkan data-data yang fokus untuk menegakkan diagnosa dan
keluhan/masalah pada ibu. Untuk data subyektif tidak terdapat perbedaan
antara teori dengan kenyataan yang ada.
Pengkajian data subyektif menunjukkan bahwa :
1. Ny. R berusia 22 tahun yang termasuk dalam kriteria usia reproduksi
yang sehat dan aman untuk hamil dan melahirkan.
2. Pendidikan terakhir Ny. R adalah Perguruan Tinggi. Dimana
pendidikan yang dijalani seseorang memiliki pengaruh pada
peningkatan kemampuan berfikir, dimana seseorang yang
berpendidikan lebih tinggi akan dapat mengambil keputusan yang lebih
rasional, umumnya terbuka untuk menerima perubahan atau hal baru
dibandingkan dengan individu yang berpendidikan lebih rendah.
3. Keluhan yang dirasakan Ibu sesuai dengan teori menurut Saleha (2009)
yaitu 6-8 jam dimana keluhan yang dialami Ibu berupa nyeri luka
jahitan dan perut terasa mules.
4. Pada riwayat persalinan Ibu tidak mengalami penyulit maupun
komplikasi.
5. Tidak ada penyakit sistemik yang pernah dialami oleh Ibu maupun
keluarganya.

231
6. Pada pola fungsional kesehatan, Ibu telah memenuhi kebutuhan
nutrisinya sesuai dengan kebutuhan nutrisi Ibu nifas yang mengandung
zat gizi protein, karbohidrat, vitamin dan mineral (Yanti & Sundawati,
2011).
7. Ibu telah BAK pada 4 jam post partum dan telah melakukan mobilisasi
dini.
8. Ibu mendapatkan dukungan dari suami dan keluarganya sehingga ibu
bisa mendapatkan penghargaan atas dirinya. Ibu mengatakan senang
dan lega telah melahirkan anak pertamanya dengan normal.

B. Data Obyektif
Pada data obyektif, tidak ada perbedaan antara kenyataan dengan teori
yang ada. Dari data obyektif didapatkan pemeriksaan fisik yang
menunjukkan kondisi yang normal dan tidak terdapat kelainan. Payudara
Ibu bersih, teraba lunak, puting menonjol dan kolostrum telah keluar. Pada
palpasi abdomen TFU berada pada 2 jari bawah pusat dengan konsistensi
keras. Pengeluaran lochea yaitu lochea rubra dan luka jahitan tidak
mengalami tanda-tanda infeksi.

C. Analisis Data
Berdasarkan hasil pengkajian data subyektif dan obyektif, dilakukan
analisis data. Dalam hal ini tidak didapatkan adanya kesenjangan antara
teori dan kenyataan yang ada. Hal ini terbukti dalam kasus Ny. R P1001 6
jam post partum dengan nifas fisiologi tanpa adanya masalah. Karena Ibu
dalam keadaan baik dan sesuai dengan keadaan nifas fisiologis, maka tidak
terdapat masalah.

D. Penatalaksanaan
Adapun rencana asuhan yang diberikan kepada Ibu nifas sebagai
asuhan kebidanan sudah disesuaikan dengan teori yang ada yaitu asuhan
pada nifas kunjungan pertama 6-8 jam pot partum. Asuhan dilakukan secara
menyeluruh sesuai dengan diagnosa dan keluhan/masalah yang dialami Ibu

232
serta memperhatikan kenyamanan Ibu. Dan setelah semua asuhan
dilaksanakan maka ditemukan keberhasilan dalam melaksanakan asuhan.

BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Simpulan yang dapat diambil dari uraian asuhan kebidanan pada ibu
nifas yang telah disusun adalah sebagai berikut:
1. Peran bidan di komunitas khususnya dalam asuhan yang berkelanjutan
pada masa nifas sangat penting. Untuk itu bidan harus memperhatikan
kualitas asuhan yang diberikan dengan meninjau kembali standar dan
kajian teori mengenai pengelolaan nifas yang tepat tanpa mengabaikan
kebutuhan dan kenyamanan ibu.
2. Dari hasil pengkajian data subyektif dan data obyektif, dapat
ditegakkan diagnosa yang tepat sesuai teori nifas fisiologis. Dan
dalam tinjauan kasus tidak ditemukan masalah pada ibu nifas.
3. Penatalaksanaan yang disusun telah sesuai dengan prioritas keluhan
serta kebutuhan klien.

5.2 Saran
Saran yang diberikan dari uraian asuhan kebidanan pada ibu nifas
yang telah disusun adalah sebagai berikut:
1. Bagi bidan dan mahasiswa kebidanan
Bidan sebagai tenaga kesehatan khususnya yang bergerak dalam
bidang kesehatan ibu dan anak harus memiliki kemampuan dan
kompetensi dalam memberikan asuhan pada ibu nifas secara
komprehensif berdasarkan prinsip manajemen kebidanan untuk

233
menghasilkan asuhan yang efektif, efisien dan aman sehingga
kesejahteraan ibu dan anak dapat ditingkatkan. Hal-hal diatas
diharapkan dapat dipahami oleh para mahasiswa kebidanan, sehingga
kedepannya calon generasi penerus bidan ini dapat memberikan asuhan
pada ibu nifas secara komprehensif dan berkualitas.
2. Bagi klien dan keluarga
Klien harus dapat bekerja sama dengan baik dengan tenaga
kesehatan agar keberhasilan dalam asuhan kebidanan dapat tercapai
serta semua masalah klien dapat terpecahkan dan berusaha
meningkatkan pengetahuan dengan membaca dan bertanya kepada
tenaga kesehatan. Untuk keluarga agar dapat memberikan dukungan
yang optimal kepada ibu dalam melewati masa nifasnya.
3. Bagi instansi
Instansi harus berusaha untuk mempertahankan pelayanan yang
sudah ada dan selalu berusaha untuk memberikan pelayanan yang
terbaik bagi pasien serta memberikan bimbingan kepada calon tenaga
kesehatan yang merupakan generasi penerus dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan khususnya kesehatan Ibu dan
Anak.

234
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, ER. danWulandari, D., 2010. Asuhan Kebidanan Nifas. Jogjakarta:


Nuha Medika.

Astriana, W., 2016. Jurnal Ilmu Kesehatan Aisyah. Pengeluaran Lochea Rubra
Ditinjau dari Mobilisasi Dini pada Ibu Pasca Operasi Sectio Caesarea, vol.
1,no. 2, pp. 67-70.

Bahiyatun, 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal.Jakarta: EGC

Bari, A., 2009. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka.

Basuki, DR. dan Bahar, Y., 2016. Sainteks.Hubungan antara Pemberian ASI
Ekslusif dengan Keteraturan Siklus Menstruasi bagi Ibu-Ibu Menyusui di
Puskesmas Purwokerto Barat Banyumas, vol.8,no 1,pp. 42-49.

Bobak, L.J. 2005. Buku Ajar Keperawatan Maternitas Edisi 4 (Terjemahan).


Jakarta: EGC.

Coad, J., 2006. Anatomi dan Fisiologi untuk Bidan. Jakarta: EGC.

Cunningham, G. 2012. Obstetri William, edisi 23, vol.1. Jakarta: EGC.

235
Kemenkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2014. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.

Maryunani, Anik. 2009. Asuhan Pada Ibu dalam Masa Nifas. Jakarta: Trans Info
Media.

Medforth, J. 2011. Kebidanan Oxford. Jakarta: EGC

Mochtar, R., 2010. Sinopsis Obstetri Fisiologi Patologi. Jilid 1.Jakarta: EGC.

Prawirohardjo, S., 2009. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal


dan Neonatal. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

__________, 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo.

Pusat Data dan Informasi, 2014. Mother’s Day: Situasi Kesehatan Ibu. Jakarta:
Kementrian Kesehatan RI.

Saifuddin. 2011. Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka.

Saleha, 2009. Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Jakarta : Salemba Medika.

Suherni, Rahmawati, A. dan Widyasih H., 2009. Perawatan Masa Nifas.


Yogyakarta: Fitramaya.

Sujiyatini. 2010. Asuhan Ibu Nifas Askeb III. Yogyakarta: Cyrillus Publisher.

Sulistyawati, A., 2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas.
Yogyakarta: CV Andi Offset.

236
Varney, 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC.

Yanti, D. dan Sundawati, D., 2011. Asuhan Kebidanan Masa Nifas. Bandung:
Refika Aditama.

237

Anda mungkin juga menyukai