Anda di halaman 1dari 64

ASUHAN KEBIDANAN KESEHATAN REPRODUKSI DENG

AN FLUOR ALBUS DI PUSKESMAS


PERAWATAN PASANEA

Disusun Oleh :

FITRIA ALI

NIM : 2021080457

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

PROGRAM STUDI PROFESI BIDAN

TAHUN 2022
LEMBAR PENGESAHAN
“Asuhan Kebidanan Pada Ny’’A” P1A0 dengan Fluor Albus di Puskesmas
Perawatan Pasanea”. Laporan ini di susun oleh :

Nama : Fitria Ali

Nim : 2021080457

Telah di sahkan dan di setujui pada :


Hari : Jumat
Tanggal : 4 November 2022

Mengetahui,

PerceptorPraktek
Preceptor Puskesmas Preceptor Akademik

Djamaludin,
Anik Iflachah, STr.SKM
Keb Bd. Gempi,Tri Sumi, SST., MKes

Ketua Stikes Kaprodi

Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MM Zeny Fatmawati, SST. M.Ph


NPP : 010201001 NPP : 0710018002
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat tuhan YME atas segala rahmat dan hidayah-Nya
yang dilimpahkan, sehingga penyusun dapat menyelesaikan Asuhan Kebidanan
selama di Puskesmas Perawatan Pasanea.
Penyusunan Asuhan Kebidanan ini merupakan tugas berstruktur di
Akademi kebidanan STIKES HUSADA JOMBANG untuk memenuhi target yang
telah ditetapkan. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada berbagai
pihak yang telah membantu dalam penyusunan Asuhan Kebidanan ini terutama:
1. Dra. Hj. Soelijah Hadi, M.Kes. MMselaku ketua STIKES HUSADA
JOMBANG.
2. Zeny Fatmawati, SST. M.Ph selaku ketua Program Studi Pendidikan Profesi
Bidan
3. Djamaludin SKM, selaku pembimbing Praktek di Puskesmas Perawatan
Pasanea
4. Bd. Gempi Tri Sumini, SST., MKes selaku pembimbing Akademik Profesi
Bidan.
5. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian Askeb ini.
Penyusun menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang terdapat dalam
penyusunan Asuhan Kebidanan ini. Untuk itu penyusun mengharapkan kritik
dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca demi peningkatan
penyusunan Asuhan Kebidanan selanjutnya.

                                                                                    Surabaya, 4 November 2022


DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN......................................................................................i

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN...............................................................ii

KATA PENGANTAR............................................................................................iii

DAFTAR ISI..........................................................................................................iii

BAB 1......................................................................................................................1

PENDAHULUAN...................................................................................................1

BAB 2......................................................................................................................6

TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................6

BAB 3....................................................................................................................29

KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN..............................................29

BAB 4....................................................................................................................62

TINJAUAN KASUS..............................................................................................62

BAB 5....................................................................................................................74

PEMBAHASAN....................................................................................................85

BAB 6....................................................................................................................87

PENUTUP..............................................................................................................87

DAFTAR PUSTAKA............................................................................................88
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Asuhan kebidanan kesehatan reproduksi adalah suatu pendekatan holistik

dalam memberikan perawatan kesehatan pada perempuan selama masa kehamilan,

persalinan, dan masa nifas. Asuhan kebidanan kesehatan reproduksi meliputi

pemantauan kesehatan ibu dan janin, pemberian informasi tentang kesehatan

reproduksi, serta pemantauan dan perawatan komplikasi kehamilan dan

persalinan.

Asuhan kebidanan kesehatan reproduksi berfokus pada upaya pencegahan

dan pengobatan berbagai masalah kesehatan reproduksi, seperti infeksi menular

seksual, masalah reproduksi pada remaja, masalah kesehatan reproduksi

perempuan, dan infertilitas. Selain itu, asuhan kebidanan juga memberikan

informasi tentang kontrasepsi dan mengawasi proses persalinan dan perawatan

pasca-persalinan.

Berikut adalah beberapa data dari Kementerian Kesehatan Indonesia

tentang kesehatan reproduksi:

Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia pada tahun 2020 adalah 132 per 100.000

kelahiran hidup. Meskipun angka ini telah menurun dari tahun sebelumnya,

namun masih tergolong tinggi dibandingkan negara-negara lain di ASEAN.


Angka Kematian Bayi (AKB) di Indonesia pada tahun 2020 adalah 8 per

1.000 kelahiran hidup. Meskipun angka ini juga telah menurun dari tahun

sebelumnya, namun masih tergolong tinggi dibandingkan negara-negara lain di

ASEAN.

Prevalensi stunting pada anak di Indonesia pada tahun 2020 mencapai

27,7%. Stunting dapat terjadi karena kurangnya gizi yang diterima oleh anak pada

masa kritis pertumbuhannya.

Angka Kehamilan Remaja (AKR) di Indonesia pada tahun 2020 mencapai

7,7%. Kehamilan remaja dapat menyebabkan komplikasi kehamilan dan

persalinan yang dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi.

Prevalensi Infeksi Menular Seksual (IMS) di Indonesia pada tahun 2020

mencapai 3,7%. IMS dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan

reproduksi, seperti kemandulan, kehamilan ektopik, dan kanker serviks.

Data di atas menunjukkan bahwa masih banyak masalah kesehatan

reproduksi di Indonesia yang perlu ditangani dengan serius. Oleh karena itu, peran

semua pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, dan masyarakat, sangat

penting dalam meningkatkan kualitas kesehatan reproduksi di Indonesia.

Pentingnya asuhan kebidanan kesehatan reproduksi terletak pada upaya

untuk memastikan kesehatan ibu dan janin selama masa kehamilan, persalinan,

dan nifas. Asuhan kebidanan yang tepat dan berkelanjutan dapat memperbaiki

hasil kesehatan ibu dan janin, serta dapat membantu dalam menurunkan angka

kematian ibu dan bayi.


Oleh karena itu, peran bidan sangat penting dalam memberikan asuhan

kebidanan kesehatan reproduksi. Bidan dapat memberikan perawatan dan

pemantauan kesehatan ibu dan janin secara berkala, memberikan informasi

tentang kesehatan reproduksi, serta membantu dalam proses persalinan dan

perawatan pasca-persalinan.

Dalam hal ini, pengetahuan dan keterampilan bidan yang memadai sangat

penting untuk memberikan asuhan kebidanan kesehatan reproduksi yang

berkualitas. Melalui pendekatan holistik yang melibatkan perawatan fisik,

psikologis, dan sosial, asuhan kebidanan kesehatan reproduksi dapat membantu

memastikan kesehatan reproduksi dan keselamatan ibu dan bayi

1.2 Tujuan Asuhan

1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu dengan

masalah kesehatan Reproduksi

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mampu melakukan pengkajian dan interpretasi data pada ibu dengan

fluor albus

2 Mampu merumuskan diagnosa dan masalah yang terjadi pada ibu

dengan fluor albus

3 Mampu melakukan identifikasi perlunya tindakan segera atau

kolaborasi pada ibu dengan fluor albus.


4 Mampu mengidentifikasi rencana tindakan pada ibu dengan fluor

albus

5 Mampu mengevaluasi tindakan yang telah dilakukan pada ibu dengan

fluor albus

1.3 Manfaat Penulisan

3.1 Manfaat Akademis

Penulisan ini merupakan pengalaman ilmiah yang sangat berharga bagi

penulis karena meningkatkan pengetahuan dan menambah wawasan baru

tentang kesehatan reproduksi

3.2 Manfaat Praktisi

Sebagai bahan masukan dalam memberikan pelayanan asuhan kebidanan

secara baik, benar dan profesional pada masyarakat.

1.4 Ruang Lingkup

Memberikan asuhan kebidanan pada ibu dengan fluor albus

1.5 Sistematika Penulisan

BAB 1 PENDAHULUAN

Bab ini menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, manfaat,

ruang lingkup dan sistematika penulisan.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini berisi tentang landasan teori yang digunakan penulis untuk

mengembangkan teori medis pada ibu dengan fluor albus

BAB 3 KERANGKA KONSEP ASUHAN


Bab ini berisi pola pikir dalam melakukan asuhan kebidanan yang

sesuai dengan kasus yang dikorelasikan dengan tinjauan teori yang sudah

didapatkan.

BAB 4 TINJAUAN KASUS

Bab ini berisi data-data dan keseluruhan manajemen asuhan kebidanan

meliputi pengkajian, interpretasi data, diagnosa potensial, rencana tindakan,

implementasi dan evaluasi.

BAB 5 PEMBAHASAN

Bab ini menguraikan apa saja hasil pembuatan kasus yang mencakup

semua aspek yang terkait dengan teori kasus, evidencebased practice dan

membahas tentang keterkaitan antar faktor dari data yang diperoleh

dikorelasikan dengan tinjauan teori yang didapatkan.

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi kesimpulan dan saran yang menjabarkan tentang

jawaban dari tujuan penulisan


BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

Kesehatan reproduksi adalah keadaan fisik, mental, dan sosial yang baik

terkait dengan sistem reproduksi. Hal ini meliputi tidak hanya fungsi sistem

reproduksi, tetapi juga keadaan kesehatan yang memengaruhi sistem reproduksi,

seperti status gizi, lingkungan, dan akses terhadap layanan kesehatan reproduksi.

Beberapa aspek kesehatan reproduksi yang penting meliputi:

1. Kelahiran: Kelahiran yang aman dan sehat adalah tujuan utama dari layanan

kesehatan reproduksi. Ini mencakup persalinan yang tidak berbahaya dan

pemantauan kesehatan bayi baru lahir.

2. Kontrasepsi: Kontrasepsi adalah cara mencegah kehamilan yang tidak

diinginkan. Layanan kesehatan reproduksi harus memberikan akses ke berbagai

jenis kontrasepsi dan memberikan informasi yang diperlukan untuk memilih

metode kontrasepsi yang sesuai

3. Penyakit menular seksual: Infeksi menular seksual (IMS) adalah masalah

kesehatan yang serius dan dapat menyebabkan kerusakan permanen pada sistem

reproduksi. Layanan kesehatan reproduksi harus menyediakan pengujian,

pengobatan, dan pencegahan IMS.

4. Kehamilan: Kehamilan yang sehat membutuhkan perawatan yang baik selama

masa kehamilan, termasuk pemantauan kesehatan ibu dan janin, pemeriksaan

rutin, dan persiapan untuk persalinan.


5. Infertilitas: Infertilitas adalah ketidakmampuan untuk hamil setelah satu tahun

berusaha. Layanan kesehatan reproduksi harus memberikan diagnosis dan

pengobatan infertilitas.

6. Kesehatan seksual dan reproduksi remaja: Kesehatan seksual dan reproduksi

remaja adalah masalah yang penting karena remaja seringkali mengalami

perubahan hormonal dan emosional yang dapat memengaruhi sistem reproduksi.

Layanan kesehatan reproduksi harus menyediakan pendidikan, informasi, dan

layanan yang sesuai untuk remaja.

7. Kesehatan reproduksi perempuan: Kesehatan reproduksi perempuan meliputi

masalah seperti menstruasi yang tidak teratur, endometriosis, fibroid, dan kanker

reproduksi. Layanan kesehatan reproduksi harus memberikan pemeriksaan dan

pengobatan yang sesuai untuk masalah-masalah ini

8. Kesehatan reproduksi laki-laki: Kesehatan reproduksi laki-laki meliputi

masalah seperti infertilitas, disfungsi ereksi, dan kanker reproduksi. Layanan

kesehatan reproduksi harus memberikan pemeriksaan dan pengobatan yang sesuai

untuk masalah-masalah ini.

9. Hak reproduksi: Hak reproduksi adalah hak setiap individu untuk memutuskan

tentang kesehatan reproduksinya, termasuk hak untuk mendapatkan informasi

tentang kesehatan reproduksi, hak untuk memilih kontrasepsi, hak untuk

memutuskan apakah dan kapan ingin hamil, dan hak untuk mendapatkan

perawatan kesehatan reproduksi yang berkualitas.


1.1 Keputihan

1.1.1 Definisi

Keputihan atau fluor albus atau leukorea atau vaginal discharge me


rupakan istilah yang menggambarkan keluarnya cairan dari organ genitalia
atau vagina yang berlebihan dan bukan darah (Sibagariang, 2018). Menuru
t Kusmiran (2016), keputihan adalah cairan bukan darah yang keluar di lua
r biasanya dari liang vagina baik berbau atau tidak, serta disertai adanya ra
sa gatal setempat. Menurut Monalisa (2018), keputihan terbagi dua macam
yaitu:

1) Keputihan Fisiologis Keputihan fisiologis merupakan cairan yang terk


adang berupa lendir atau mukus dan mengandung banyak epitel denga
n leukosit yang jarang, sedangkan keputihan patologis banyak mengan
dung leukosit. Keputihan fisiologis terjadi pada perubahan hormon saa
t masa menjelang dan sesudah menstruasi, sekitar fase sekresi antara h
ari ke 10-16 siklus menstruasi, pada saat terangsang, hamil, Remove
Watermark Wondershare PDFelement 10 kelelahan, stress dan sedang
mengkonsumsi obat-obat hormonal seperti pil KB, serta atrofi vulvova
gina (hipoestrogenisme) pada menopause.
2) Keputihan Patologis Merupakan cairan eksudat dan mengandung bany
ak leukosit. Cairan ini terjadi akibat reaksi tubuh terhadap luka (jejas).
luka (jejas) ini dapat diakibatkan oleh infeksi mikroorganisme seperti j
amur (Candida albicans), parasit (Trichomonas), bakteri (E.coli, Staph
ylococcus, Treponema pallidum). Keputihan patologis juga dapat terja
di akibat benda asing yang tidak sengaja atau sengaja masuk ke dalam
vagina, neoplasma jinak, lesi, prakanker, dan neoplasma ganas.

1.1.2 Penyebab Keputihan

Menurut Monalisa (2018), penyebab keputihan ada 2 yaitu keputih


an yang fisiologis dan keputihan patolois.

a) Keputihan atau fluor albus yang fisiologis dapat ditemukan pada :


1. Bayi baru lahir sampai umur kira-kira sepuluh hari. Hal ini dikarenak
an adanya pengaruh sisa estrogen dari plasenta terhadap uterus dan v
agina janin.
2. Saat menarche karena pengaruh estrogen yang meningkat.
3. Rangsangan saat koitus terjadi pengeluaran transudasi dari dinding v
agina.
4. Saat masa ovulasi adanya peningkatan produksi kelenjar-kelenjar pa
da mulut rahim.
5. Kehamilan menyebabkan peningkatan mukus servik yang padat sehi
ngga menutup lumen serviks yang berfungsi mencegah kuman masu
k ke rongga uterus.
6. Penggunaan kontrasepsi hormonal atau mengubah metode kontrasep
si (Monalisa, 2018).

b) Keputihan patologis dapat disebabkan beberapa hal berikut ini, yaitu :

1. Infeksi Infeksi Jamur terjadi jika ada kelainan flora vagina (misalnya
penurunan laktobasil) dan 80-95% disebabkan oleh Candida albicans.
Gejala yang biasanya muncul adalah keputihan kental seperti keju, b
ewarna putih susu, rasa gatal, dan sebagian melekat pada dinding va
gina akibatnya terjadi kemerahan dan pembengkakan pada mulut vag
ina. Infeksi kandida tidak dianggap sebagai penyakit menular seksual
dan dapat timbul pada wanita yang belum menikah. Kelompok resik
o khusus yang rentan mengalami kandidiasis adalah penderita diabet
es mellitus, pengguna kontrasepsi oral, pemakai antibiotika dan obat
kortikosteroid yang lama, dan wanita hamil. Selain itu, keputihan ya
ng disebabkan kandida bisa disebabkan menurunnya kekebalan tubu
h seperti penyakit- penyakit kronis, serta memakai pakaian dalam ya
ng ketat dan terbuat dari bahan yang tidak menyerap keringat

2. Bakteri
a. Gardnerella vaginalis
Bakteri ini terdapat kira-kira 30% dalam flora vagina wanita nor
mal. Mikroorganisme ini merupakan bakteri batang gram negatif
yang biasanya ditemukan bersamaan dengan bakteri anaerob (mi
salnya Bakteriodes dan Peptokokus). Bakteri ini menyebabkan p
eradangan vagina tidak spesifik, biasanya membentuk clue cell
(bakteri yang mengisi penuh sel-sel epitel vagina). Menghasilka
n asam amino yang akan diubah menjadi senyawa amin, berbau
amis, dan bewarna keabu-abuan. Gejala yang ditimbulkan ialah
fluor albus yang berlebihan dan berbau disertai rasa tidak nyama
n di perut bagian bawah.
b. Gonokokus
Penyakit ini disebut juga dengan Gonorrhoe yang disebabkan ol
eh bakteri Neisseria gonorrhoe dan sering terjadi akibat hubunga
n seksual. Gejala yang ditimbulkan ialah keputihan yang bewarn
a kekuningan atau nanah dan rasa nyeri saat berkemih.
c. Klamidia trakomatis
Disebabkan oleh bakteri intraseluler obligat, Chlamydia trachom
atis dan sering menyebabkan penyakit mata trakoma dan menjad
i penyakit menular seksual. Infeksi biasanya ditandai dengan mu
nculnya keputihan mukopurulen, seringkali berbau dan gatal. Or
ganisme ini paling baik dideteksi dengan asam amino terkait enz
im dalam uji antibodi monoklonal terkonjugasi dengan floresen.
d. Parasit
Parasit yang sering menyebabkan keputihan adalah Trichomona
s vaginalis. Trikomonas berbentuk seperti buah pir, terdapat flag
ela uniseluler dapat diamati bergerak di sekitar daerah yang beri
si banyak leukosit pada sediaan basah. T. Vaginalis hampir selal
u merupakan infeksi yang ditularkan secara seksual. Sumber ku
man seringkali berasal dari pria dan terdapat di bawah preputiu
m atau dalam uretra atau uretra bagian prostat. Tetapi penularan
trikomonas dapat juga melalui pakaian, handuk, atau karena ber
enang. Gejala yang ditimbulkan ialah fluor albus yang encer sa
mpai kental, bewarna kuning kehijauan, dan kadangkadang berb
usa disertai bau busuk, serta terasa gatal dan panas.
e. Virus
Keputihan akibat infeksi virus juga sering ditimbulkan penyakit
kelamin, seperti kondiloma, herpes, HIV/AIDS. Kondiloma dita
ndai tumbuhnya kutil-kutil yang sangat banyak dan sangat berba
u. Sedangkan infeksi virus herpes bentuknya seperti luka melepu
h, terdapat di sekeliling liang vagina, mengeluarkan cairan gatal,
dan terasa panas. Infeksi virus dapat memicu terjadinya kanker
mulut rahim.
f. Kelainan alat kelamin
Kelainan alat kelamin didapat atau bawaan Seperti pada fistel ve
sikovaginalis atau rektovaginalis akibat cacat bawaan, cedera pe
rsalinan dan radiasi.
g. Benda asing
Benda asing misalnya tertinggalnya kondom, pesarium pada pen
derita hernia atau prolaps uteri dapat merangsang sekret vagina
berlebihan.
h. Neoplasma jinak dan kanker
Pada neoplasma jinak maupun ganas dapat ditemukan leukorea
atau keputihan bila permukaan sebagian atau seluruhnya memas
uki lumen saluran alat genitalia. Gejala yang ditimbulkan ialah c
airan yang banyak, berbau busuk disertai darah tak segar.

i. Menopause
Kadar hormon estrogen pada saat menopause menurun sehingga
vagina kering dan mengalami penipisan, ini mengakibatkan mud
ah luka dan disertai infeksi.
j. Fisik
Akibat penggunaan alat kontrasepsi IUD (intra uterine device), t
rauma pada genitalia, dan pada pemakaian tampon.

1.1.3 Patogenesis

Fluor albus merupakan keadaan yang terjadi secara fisiologis dan d


apat menjadi fluor albus yang patologis karena terinfeksi kuman penyakit.
Sekresi vagina fisiologis terdiri atas lendir serviks (transudat dari epitel sk
uamos vagina) dan sel skuamos vagina yang terkelupas (Benson, 2017). S
uasana area vagina normal ditandai dengan adanya hubungan dinamis anta
ra Lactobacillus acidophilus (flora normal) dengan flora endogen lainnya,
estrogen, glikogen, pH vagina, dan metabolit lainnya. Lactobacillus acidop
hilus menghasilkan endogen peroksida yang bersifat toksik terhadap bakte
ri patogen. Adanya pengaruh estrogen pada epitel vagina, produksi glikoge
n, laktobasilus (Döderlein) dan produksi asam laktat mengatur pH vagina s
ekitar 3,8-4,5 yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri lainnya (Mona
lisa, 2018). Pada kondisi tertentu, pH vagina bisa lebih tinggi atau lebih re
ndah dari normal. Jika pH vagina naik (lebih basa) mengakibatkan kuman
penyakit mudah berkembang dan hidup subur serta menginfeksi vagina (M
onalisa, 2018).

1.1.4 Pemeriksaan

Penunjang Menurut Monalisa (2018), pemeriksaan penunjang terja


dinya keputihan yaitu :

1. Pemeriksaan spesimen basah yaitu dengan melakukan pemeriksaan s


wab vagina dan ditetesi dengan NaCl 0,9% dan atau KOH 10% kem
udian dilihat di bawah mikroskop.
2. Pemeriksaan sampel urin
3. Sitologi atau kultur sekret vagina
4. Kultur urin untuk melihat adanya infeksi bakteri
5. Pewarnaan gram Remove Watermark Wondershare PDFelement 15
6. Test Amin/Whiff test
7. Penilaian pH cairan vagina
8. PCR (Polymerase Chain Reaction) dan Ligase Chain Reaction
9. Pap Smear

1.1.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan keputihan sebaiknya dilakukan sedini mungkin un


tuk menghindari komplikasi sekaligus untuk menyingkirkan adanya penye
bab lain seperti kanker leher rahim yang memiliki gejala keputihan berupa
sekret encer, bewarna merah muda, coklat, mengandung darah atau hitam s
erta berbau busuk (Monalisa, 2018). Penatalaksanaan keputihan dilakukan
tergantung pada penyebabnya. Umumnya obat-obatan untuk mengatasi pe
nyebab dan mengurangi keluhan. Misalnya diberikan obat golongan fluko
nazol untuk mengatasi infeksi jamur dan golongan metronidazol untuk me
ngatasi infeksi bakteri dan parasit. Sediaan obat yang diberikan dapat beru
pa sediaan oral (berupa pil, tablet, kapsul), sediaan topikal seperti krim yan
g dioleskan, dan uvula yang dimasukkan ke dalam liang vagina. Pada pend
erita yang sudah memiliki pasangan, sebaiknya pasangannya juga diberi pe
ngobatan, serta diberi anjuran untuk tidak berhubungan seksual selama dal
am pengobatan (Djuanda, 2018).

1.1.6 Pencegahan Keputihan Patologi

Menurut Handayani (2018), menjaga kebersihan organ genitalia da


n sekitarnya merupakan salah satu upaya pencegahan keputihan, yaitu den
gan cara :

1. Pola hidup sehat meliputi diet seimbang, waktu istirahat yang cukup, t
idak mengkonsumsi alkohol dan rokok, mengendalikan stress, dan me
njaga berat badan tetap ideal dan seimbang.
2. Jika sudah memiliki pasangan, setialah terhadap satu pasangannya.
3. Selalu menjaga kebersihan daerah genitalia agar tidak lembab dan teta
p kering, misalnya dengan menggunakan celana dengan bahan yang m
enyerap keringat dan tidak ketat. Biasakan mengganti pembalut pada
waktunya untuk mencegah perkembangbiakan bakteri.
4. Memperhatikan pakaian diantaranya dengan mengganti celana dalam
yang dipakai bila sudah terasa lembab dengan yang kering dan bersih,
menggunakan pakaian dalam dari bahan katun karena katun menyerap
kelembaban dan menjaga agar sirkulasi udara tetap terjaga.
5. Membasuh vagina dengan cara yang benar yaitu dari depan ke belakan
g tiap kali selesai buang air kecil ataupun buang air besar.
6. Penggunaan cairan pembersih vagina sebaiknya tidak berlebihan kare
na dapat mengganggu keseimbangan flora normal vagina. Jika perlu, s
ebelum menggunakan cairan pembersih vagina, sebaiknya dikonsultas
ikan ke dokter.
7. Hindari penggunaan bedak talkum, tisu, atau sabun dengan pewangi p
ada daerah genitalia (vagina) karena dapat mengakibatkan iritasi.
8. Jangan membiasakan meminjam barang-barang yang mempermudah p
enularan misalnya peminjaman alat mandi. Bila menggunakan kamar
mandi umum terutama kloset duduk harus hati-hati, hindari duduk di a
tas kloset atau dengan mengelapnya terlebih dahulu.
9. Jangan mengkonsumsi jamu-jamuan untuk mengatasi keputihan, kons
ultasikan ke dokter terlebih dahulu.

1.1.7 Komplikasi

Menurut Rabiul (2017), keputihan dapat menimbulkan beberapa ko


mplikasi seperti :

1. Terjadinya infeksi pada saluran berkemih dan abses kelenjar bartholin.


2. Jika ibu hamil mengalami keputihan akibat infeksi trikomonas dapat
mengakibatkan kelahiran premature.
3. Infeksi yang menyebar ke atas atau ke organ reproduksi seperti endom
etrium, tuba fallopi, dan serviks menyebabkan terjadinya penyakit infl
amasi pada panggul (PID) yang sering menimbulkan infertilitas dan p
erlengketan saluran tuba yang memicu terjadinya kehamilan ektopik.
BAB 3
KERANGKA KONSEP ASUHAN KEBIDANAN

3.1 Identifikasi Data Dasar


Langkah pertama adalah melakukan pengkajian melalui pengumpulan

semua data dasar yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara

lengkap meliputi data subjektif dan data objektif klien (Wildan dan Hidayat,

2008).
1. Data Subjektif

a. Biodata Klien

1. Nama: Nama klien diketahui agar dapat mengenal dan

mempermudah dalam melakukan komunikasi efektif dengan klien

dan keluarga. Identitas juga berfungsi untuk membedakan dengan

klien yang lain (Hatini hlm 97, 2018).

2. Umur: Umur ibu merupakan salah satu faktor resiko yang

berhubungan dengan kualitas kehamilan dan persalinan yang

berkaitan dengan kesiapan ibu dalam reproduksi. Usia reproduksi

sehat antara 20-35 tahun yang merupakan usia paling ideal dalam

reproduksi. Saat usia kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi

belum matang, sehingga sering timbul komplikasi persalinan. Umur

lebih dari 35 tahun meningkatkan insiden diabetes melitus tipe II,

hipertensi kronis, persalinan yang lama pada nulipara, seksio

sesaria, persalinan preterm, IUGR, anomali kromosom dan

kematian janin (Surtiningsih, 2017).

3. Agama: mengetahui keyakinan klien sehingga dapat membimbing

dan mengarahkan klien untuk berdoa sesuai dengan keyakinannya

(Hatini hlm 98, 2018).

4. Suku bangsa/kewarganegaraan: mengetahui asal daerah klien yang

dapat berpengaruh pada pola pikir mengenai tenaga kesehatan, pola

nutrisi dan adat istiadat yang dianut (Hatini hlm 98, 2018).
5. Pendidikan: mengetahui tingkat pendidikan klien sehingga tenaga

kesehatan dapat berkomunikasi dalam hal pemberian konseling

sesuai dengan tingkat pendidikannya (Hatini hlm 98, 2018).

6. Pekerjaan: mengetahui status ekonomi klien yang dapat

mempengaruhi pencapaian status gizinya seperti asupan nutrisi ibu

yang berpengaruh pada berat janin saat lahir. Jika tingkat sosial

ekonominya rendah, kemungkinan bayi lahir dengan berat badan

rendah (Handayani dan Mulyati, 2017).

7. Alamat: mengetahui letak lingkungan tempat tinggal klien apakah

dekat atau jauh dari akses pelayanan kesehatan dan memudahakn

tenaga kesehatan untuk melakukan follow up (Hatini hlm 98,

2018).

8. Keluhan Utama

Pengkajian keluhan utama untuk mempermudah tenaga kesehatan

dalam memberikan asuhan dan menegakkan diagnosa pada tahap

selanjutnya (Hatini hlm 98, 2018). Keluhan yang dirasakan oleh ibu

menjelang persalinan adalah tanda dan gejala persalinan seperti rasa

sakit pada perut dan pinggang akibat kontraksi yang datang lebih kuat,

sering dan teratur, keluarnya lendir darah dan keluarnya air ketuban

dari jalan lahir (Handayani dan Mulyati, 2017).

9. Riwayat Menstruasi

Mengetahui siklus menstruasi dan HPHT ibu untuk mengetahui

tanggal terakhir ibu menstruasi yang dapat digunakan sebagai dasar


dalam menentukan usia kehamilan dan perkiraan kelahiran janin

(Handayani dan Mulyati hlm 166, 2017).

10. Riwayat Kesehatan yang Lalu dan Sekarang

Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah klien pernah atau

sedang mengidap penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus,

penyakit TB, anemia dan asma yang dapat mempengaruhi proses

persalinan klien. Pada ibu yang memiliki penyakit hipertensi dapat

berpotensi terjadinya preeklampsia pada ibu (Ambarwati dan

Wulandari, 2008).

11. Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengetahui apakah keluarga klien mengidap penyakit yang dapat

diturunkan seperti hipertensi, diabetes, asma dan adanya kelainan

genetik yang dapat diturunkan atau menular yang dapat

mempengaruhi proses persalinan dan kondisi bayi yang dilahirkannya

nanti (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

12. Riwayat Obstetrik

Riwayat Obstetrik yang lalu:

Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu penting ditanyakan untuk

mengetahui adanya penyulit yang pernah dialami saat kehamilan dan

persalinan sebelumnya. Komplikasi pada kehamilan dan persalinan


yang lalu dikaji untuk mengidentifikasi masalah potensial yang

kemungkinan akan muncul pada persalinan saat ini (Hatini hlm 99,

2018).

Riwayat Obstetrik sekarang:

Kehamilan yang beresiko tinggi pada ibu dapat mengancam

keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya sehingga diperlukan

deteksi dini resiko tinggi menggunakan Skor Puji Rochyati yang

terdapat dalam buku KIA (Ditaningtias dkk, 2015). Pengkajian

persalinan sekarang meliputi gerakan janin yang dirasakan, mulai

munculnya kontraksi meliputi intensitas dan frekuensinya, adanya

pengeluaran cairan lendir dan darah melalui vagina meliputi bau dan

warnanya. Gerakan janin yang normal adalah terasa 10 kali gerakan

dalam waktu 10 jam. Karakteristik his persalinan adalah nyeri

pinggang yang menjalar hingga ke perut dengan intensitas nyeri yang

kuat, teratur. Saat menjelang persalinan, ketuban akan pecah saat

pembukaan lengkap atau mendekati pembukaan lengkap, jika ketuban

pecah sebelum terjadi dilatasi serviks maksimal maka dapat disebut

sebagai ketuban pecah dini yang membutuhkan penanganan khusus

(Megasari dkk, 2014).

13. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pola kebiasaan sehari-hari yang dikaji meliputi:

Pola Nutrisi:
Asupan makanan yang cukup merupakan sumber dari glukosa

darah yang menjadi sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar

gula darah yang rendah akan mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan

asupan cairan yang kurang, akan mengakibatkan dehidrasi pada ibu

bersalin. Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat mengakibatkan

komplikasi persalinan baik pada ibu maupun janin. Pada ibu akan

mempengaruhi kontraksi/his, sehingga akan menghambat kemajuan

persalinan dan meningkatkan insiden persalinan dengan tindakan,

serta dapat meningkatkan risiko perdarahan postpartum. Pada janin,

akan mempengaruhi kesejahteraan janin, sehingga dapat

mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia. Dehidrasi pada

ibu bersalin dapat mengakibatkan melambatnya kontraksi/his dan

mengakibatkan kontraksi menjadi tidak teratur (Kurniarum, 2016).

Pola Istirahat:

Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada

ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat yang dimaksud adalah

melakukan istirahat selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa

berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his, makan atau

minum, atau melakukan hal menyenangkan yang lain untuk melepas

lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat tidur (Kurniarum, 2016).

Pola Eliminasi:

Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering mungkin

atau minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan. Kandung kemih


yang penuh dapat mengakibatkan menghambat proses penurunan

bagian terendah janin ke dalam rongga panggul, terutama apabila

berada di atas spina isciadika, memperlambat kelahiran plasenta serta

menghambat kontraksi uterus. Sebelum memasuki proses persalinan,

sebaiknya pastikan bahwa ibu sudah BAB. Rektum yang penuh dapat

mengganggu dalam proses kelahiran janin (Kurniarum, 2016).

Pola Hygiene:

Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow

dan ibu sudah tidak mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus

membantu ibu untuk menjaga kebersihan genetalianya untuk

menghindari terjadinya infeksi intrapartum dan untuk meningkatkan

kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan daerah genetalia dapat

dilakukan dengan melakukan vulva hygiene menggunakan kapas

bersih yang telah dibasahi dengan air Disinfeksi Tingkat Tinggi

(DTT).

Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga kebersihan

diri ibu bersalin, maka ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad)

yang dapat menyerap cairan tubuh (lendir darah, darah, air ketuban)

dengan baik. Apabila saat mengejan diikuti dengan feses, maka bidan

harus segera membersihkannya, dan meletakkannya di wadah yang

seharusnya. Pada kala IV setelah janin dan plasenta dilahirkan, selama

2 jam observasi, maka pastikan keadaan ibu sudah bersih. Ibu dapat

dimandikan atau dibersihkan di atas tempat tidur (Kurniarum, 2016).


2. Data Obyektif

Data objektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan tanda-tanda

vital dan pemeriksaan fisik terfokus serta pemeriksaan penunjang yang

dilakukan (Wildan dan Hidayat hlm 34, 2008).

a. Pemeriksaan umum

- Keadaan umum:

Bertujuan mengetahui keadaan umum klien saat datang.

- Kesadaran:

Bertujuan menilai status kesadaran klien (Handayani dan Mulyati hlm

167, 2017).

(1) Composmentis adalah sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya

maupun lingkungannya. Klien dapat menjawab pertanyaan

pemeriksa dengan baik.

(2) Somnolen adalah keadaan mengantuk yang masih dapat pulih

apabila diiberi rangsangan, tapi apabila rangsangan berhenti

pasien akan tertidur kembali

(3) Apatis adalah klien tampak acuh tak acuh terhadap

lingkungannya.

(4) Koma adalah penurunan kesadaran, tidak ada gerakan spontan

dan tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri.

- Tanda-tanda vital:

Tekanan darah:
Pada saat persalinan tanda-tanda vital ibu mengalami

peningkatan. Tekanan darah meningkat selama kontraksi yaitu

peningkatan tekanan sistolik 10-20 mmHg dan diastolik 5-10 mmHg

dan saat diantara kontraksi tekanan darah akan kembali ke tingkat

sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang ke

posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat

dihindari. Perasaan cemas dan takut menjelang persalinan juga dapat

meningkatkan tekanan darah pada ibu (Handayani dan Mulyati, 2017).

Suhu:

Suhu tubuh normal adalah 36oC hingga 37,50C. Suhu badan ibu

akan sedikit meningkat selama persalinan. Kenaikan suhu dianggap

normal jika tidak melebihi 0,5o-1oC. Suhu badan yang meningkat dan

berlangsung lama, dapat diindikasikan adanya dehidrasi pada ibu

(Diana dkk, 2019).

Nadi:

Batas normal nadi adalah 60-100x/menit. Frekuensi denyut nadi

di antara waktu kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama

periode menjelang persalinan (Handayani dan Mulyati, 2017).

Pernafasan:

Batas normal pernafasan adalah 12-20x/menit. Dalam persalinan,

ibu mengeluarkan lebih banyak CO2 saat bernafas. Saat kontraksi

uterus yang kuat, frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat

sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat


pertambahan laju metabolik. Rata-rata PaCO2 menurun dari 32 mmHg

pada awal persalinan menjadi 22 mmHg pada akhir kala I. Masalah

yang umum terjadi pada ibu bersalin adalah hiperventilasi maternal

yang menyebabkan kadar PaCO2 menurun dibawah 16 sampai 18

mmHg. Kondisi ini dapat dimanifestasikan dengan kesemutan pada

tangan dan kaki, kebas dan pusing. Mengejan yang berlebihan atau

berkepanjangan selama kala II dapat menyebabkan penurunan oksigen

sebagai akibat sekunder dari menahan nafas. Hiperventilasi yang lama

dianggap tidak normal dan dapat menyebabkan terjadinya alkalosis

respiratorik (Kurniarum, 2016).

b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi setiap tanda

komplikasi yang terjadi pada klien dan untuk mengevaluasi kesejahteraan

janin (Varney hlm 530, 2007).

- Wajah: Melihat adanya pembengkakkan pada wajah klien, ada atau

tidaknya bintik-bintik (Chloasma Gravidarum) akibat

Melanocyte Stimulating Hormone (Hatini hlm 101, 2018).

- Payudara: Payudara menjadi lunak, membesar, pembuluh darah vena

lebih terlihat, puting susu membesar dan kehitaman,

areola meluas serta munculnya strechmark pada

permukaan kulit payudara. Selain itu, mendeteksi adanya

benjolan serta pengeluaran ASI (Hatini hlm 102, 2018).

- Abdomen:
Inspeksi: Melihat adanya linea gravidarum dan striae gravidarum

akibat adanya Melanocyte Stimulating Hormone

(Handayani dan Mulyati hlm 102, 2017).

Palpasi: Pengukuran TFU untuk melihat apakah TFU sesuai dengan

usia kehamilan atau tidak.

Leopold IV: Pemeriksaan leopold IV bertujuan untuk menetapkan

seberapa besar bagian terendah janin yang sudah

memasuki pintu atas panggul (Hatini hlm 103, 2018).

Auskultasi: DJJ normal yaitu sekitar 120-160x/menit. DJJ yang

abnormal menunjukkan adanya fetal distress pada janin

(Hatini hlm 103, 2018).

- Ekstremitas: Pemeriksaan ekstremitas untuk melihat adanya edema

pada tangan dan kaki ibu, kuku jari yang pucat serta adanya varises

yang biasanya terjadi akibat uterus yang semakin membesar yang

menekan vena kava inferior sehingga menghambat sirkulasi darah

(Varney hlm 540, 2007).

- Taksiran Berat Janin:

Menurut Handayani dan Mulyati (2017) Taksiran berat janin (TBJ)

dapat dilakukakn untuk mengetahui apakah janin makrosomia atau

tidak.
- TBJ jika kepala belum masuk PAP = (TFU-11) x 155 gr

- TBJ jika kepala sudah masuk PAP = (TFU-12) x 155 gr

- Bagian Terendah: Pada akhir trimester III menjelang

persalinan, presentasi normal janin adalah presentasi kepala

dengan letak memanjang dan sikap janin fleksi (Cunningham,

dkk, 2009 dalam Handayani, 2017).

- Kontraksi: Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi

tergantung pada kala persalinan ibu tersebut. Kontraksi pada

awal persalinan mungkin hanya berlangsung 15 sampai 20

detik sedangkan pada persalinan kala I fase aktif berlangsung

dari 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-rata 60 detik.

Pengkajian kontraksi ini dapat membantu untuk membedakan

antara kontraksi persalinan sejati dan persalinan palsu

(Handayani dan Mulyati, 2017).

- Genetalia:

Inspeksi: Pengaruh hormon estrogen dan progesterone dapat

menyebabkan pelebaran pembuluh darah pada beberapa

ibu sehingga terjadi varises pada sekitar genetalia.

Pengeluaran pervaginam seperti bloody show dan air

ketuban juga harus dikaji untuk memastikan adanya tanda

dan gejala persalinan (Mochtar, 2011 dalam Handayani,

2017).
Vaginal Toucher: Pemeriksaan vaginal toucher bertujuan untuk

mengkaji penipisan dan pembukaan serviks, bagian

terendah, dan status ketuban. Pembukaan serviks pada fase

laten berlangsung selama 7-8 jam. Sedangkan pada fase

aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi, fase

dilatasi maksimal dan fase deselerasi yang masing-masing

fase berlangsung selama 2 jam (Mochtar, 2011 dalam

Handayani, 2017).

Jenis Panggul: Bertujuan untuk mengkaji keadekuatan panggul ibu

selama proses persalinan. Jenis panggul yang

memudahkan proses persalinan adalah jenis ginekoid

dengan bentuk pintu atas panggul hampir bulat

(Prawirohardjo, 2010 dalam Handayani, 2017).

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan laboratorium meliputi

pemeriksaan urin (protein, reduksi), darah (Hb, golongan darah) dan USG

(Saminem hlm 26, 2009). Penurunan kadar Hb dapat memberikan

pengaruh buruk terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya, seperti

gangguan his dan kekuatan mengejan. Selain itu, ibu dengan kadar Hb

yang rendah akan mengalami persalinan section caesaria tiga kali lebih

besar dari pada ibu yang memiliki kadar Hb normal (Aritha dan Sari,

2017).

3.2 Interpretasi Data Dasar


Interpretasi data adalah proses menginterpretasi data yang telah

dikumpulkan untuk mengidentifikasi diagnosa kebidanan, masalah dan kebutuhan

(Varney hlm 27, 2007).

Diagnosa: Diagnosa persalinan yang ditetapkan sesuai dengan hasil pengkajian

data dasar (subjektif dan objektif) terkait dengan tanda-tanda

persalinan yang ditegakkan bidan sesuai dengan lingkup praktik

kebidanan (Handayani dan Mulyati, 2017).

Diagnosa: GxPxxxxx UK … minggu inpartu kala … janin tunggal hidup

Keterangan:

G (Gravida): Jumlah kehamilan yang pernah dilewati wanita tersebut.

P (Para): Jumlah kehamilan yang berakhir dengan kelahiran bayi atau telah

mampu mencapai titik mampu bertahan hidup.

- Angka yang pertama: Jumlah bayi cukup bulan yang dilahirkan wanita.

Cukup bulan berarti berusia 36 minggu atau berat 2500 gram atau lebih.

- Angka yang kedua: Jumlah bayi prematur yang dilahirkan wanita.

Premature mengacu pada bayi yang dilahirkan antara usia 20 dan 36

minggu dan berat antara 500 hingga 2499 gram.

- Angka yang ketiga: Jumlah kehamilan yang berakhir dengan aborsi baik

secara spontan maupun induksi. Aborsi adalah bayi yang lahir sebelum

usia 20 minggu atau memiliki berat kurang dari 500 gram.

- Angka yang keempat: Jumlah anak yang hingga kini masih hidup.

- Angka yang kelima: Jumlah kehamilan yang pada akhirnya

menghasilkan kelahiran kembar (Varney, 2007: 573).


- UK: Berdasarkan HPHT, pemeriksaan TFU, Gerakan janin dan

pemeriksaan penunjang seperti USG.

- Inpartu kala: Berdasarkan anamnesa riwayat persalinan sekarang,

anamnesa keluhan ibu, periode waktu sejak kontraksi muncul hingga

pembukaan 3 cm dan periode waktu mulai pembukaan 4 cm hingga

pembukaan lengkap.

- Janin tunggal/kembar/hidup/ mati intrauterine/ ekstrauterin: Berdasarkan

pemeriksaan data objektif seperti pemeriksaan leopold, DJJ dan

pemeriksaan dalam.

DS: Diperoleh melalui hasil anamnesis pada klien saat menanyakan data

subyektif.

- Klien mengatakan tentang riwayat obstetrik dan riwayat persalinan

sekarang yang dapat digunakan sebagai acuan diagnosa kehamilan

terkait paritas, riwayat abortus, kehamilan kembar, keluhan ibu terkait

frekuensi nyeri dan gerakan janin yang dirasakan ibu (Widiastini,

2014).

- Klien mengatakan HPHT dan siklus menstruasinya yang digunakan

untuk mengetahui usia kehamilan klien dan menentukan tafsiran

persalinan pada klien (Handayani dan Mulyati, 2017).

DO: Data diperoleh dari data objektif seperti keadaan umum, kesadaran,

pemeriksaan TTV dan pemeriksaan fisik. Pemeriksaan fisik yang dapat

menunjang diagnosa persalinan adalah pemeriksaan pada abdomen seperti

linea alba dan striae gravidarum. Pemeriksaan fisik seperti leopold dan DJJ
untuk menentukan janin tunggal atau kembar. Pemeriksaan his untuk

menentukan tahapan persalinan pada ibu. Pemeriksaan dalam untuk

mengetahui rugae vagina yang menentukan paritas dan tahapan persalinan

ibu (Widiastini, 2014).

Masalah pada persalinan normal yang mungkin muncul adalah (Permenkes RI

No. 320, 2020):

- Keluar lendir dan darah dari kemaluan

- Sakit pinggang

- Perineum kaku

- Ibu tidak bisa mengedan

- His hilang saat pembukaan lengkap

- Ketuban pecah tetapi perut tidak mulas

- Badan lemas saat pembukaan lengkap

- Kehilangan tenaga saat kepala sudah mencapai vulva

Kebutuhan yang diperlukan pada ibu bersalin adalah kebutuhan fisiologis

seperti kecukupan nutrisi, pola istirahat, personal hygiene dan eliminasi klien

serta kebutuhan psikologis seperti dukungan suami dan keluarga yang harus

dipenuhi (Handayani dan Mulyati, 2017).

3.3 Identifikasi Diagnosa dan Masalah Potensial


Melakukan identifikasi masalah atau diagnosis potensial berdasarkan

masalah dan diagnosis yang ada. Pada langkah ini bidan diharapkan mampu

mengantisipasi dan mencegah masalah potensial yang akan terjadi serta mampu

merencanakan kebutuhan segera dan melakukan kolaborasi atau rujukan (Varney

hlm 27, 2007). Masalah potensial yang dapat terjadi pada ibu bersalin yaitu

terjadinya penyulit persalinan pada kala I, II, III dan IV. Penyulit perslainan pada

kala I yakni persalinan lama, kala I memanjang, inersia uteri hopotonik, inersia

uteri hipertonik dan his yang tidak terkoordinasi. Penyulit pada kala II adalah

distosia bahu dan persalinan lama. Penyulit pada kala III dan IV adalah atonia

uteri, perdarahan postpartum, emboli air ketuban, robekan jalan lahir dan syok

obstetrik (Kurniarum, 2016).

3.4 Identifikasi Kebutuhan Segera, Rujukan dan Kolaborasi

Bidan menetapkan kebutuhan terhadap tindakan segera dalam mengatasi

masalah potensial yang terjadi dan melakukan kolaborasi dengan tenaga kesehatan

lain berdasarkan keadaan klien (Varney hlm 27, 2007). Kegawatdaruratan yang

dapat timbul pada persalinana kala I dan II adalah emboli air ketuban, distosia

bahu, persalinan dengan kelainan letak (sungsang), partus lama dan preeklampsia

sedangkan kegawatdaruratan pada persalinana kala III dan IV dalah atonia uteri,

retensio plasenta, robekan jalan lahir, perdarahan postpartum dan syok obstetrik

(Setyarini dan Suprapti, 2016).

3.5 Intervensi
Langkah ini dibuat berdasarkan hasil kajian dari langkah sebelumnya.

Rencana asuhan disusun berdasarkan kondisi klien serta rencana tindakan yang

akan diberikan harus disetujui oleh klien (Varney hlm 27, 2007).

3.6 Implementasi

Implementasi adalah melakukan rencana perawatan secara menyeluruh.

Langkah ini dapat dilakukan seluruhnya oleh bidan atau bersama–sama dengan

klien atau tenaga kesehatan lain seperti dokter. Bila tindakan dilakukan oleh

dokter atau tim kesehatan lain, bidan tetap memegang tanggung jawab untuk

mengarahkan kesinambungan asuhan berikutnya (Varney hlm 28, 2007).

3.7 Evaluasi

Menurut Varney hlm 28 (2007) evaluasi adalah tindakan untuk

mengevaluasi keefektifan asuhan yang telah diberikan apakah sesuai dengan

tujuan yang diharapkan dan memenuhi kebutuhan klien atau tidak. Evaluasi

terhadap ibu bersalin adalah keadaan umum baik, TTV dalam batas normal, bayi

lahir dengan selamat menangis kuat, plasenta lahir spontan dan lengkap sebelum

30 menit dan tidak ada perdarahan.

ASKEB TEORI SOAP

1. Data Subjektif

a. Biodata Klien

14. Nama: Nama klien diketahui agar dapat mengenal dan

mempermudah dalam melakukan komunikasi efektif dengan klien

dan keluarga. Identitas juga berfungsi untuk membedakan dengan

klien yang lain (Hatini hlm 97, 2018).


15. Umur: Umur ibu merupakan salah satu faktor resiko yang

berhubungan dengan kualitas kehamilan dan persalinan yang

berkaitan dengan kesiapan ibu dalam reproduksi. Usia reproduksi

sehat antara 20-35 tahun yang merupakan usia paling ideal dalam

reproduksi. Saat usia kurang dari 20 tahun, alat-alat reproduksi

belum matang, sehingga sering timbul komplikasi persalinan.

Umur lebih dari 35 tahun meningkatkan insiden diabetes melitus

tipe II, hipertensi kronis, persalinan yang lama pada nulipara,

seksio sesaria, persalinan preterm, IUGR, anomali kromosom dan

kematian janin (Surtiningsih, 2017).

16. Agama: mengetahui keyakinan klien sehingga dapat membimbing

dan mengarahkan klien untuk berdoa sesuai dengan keyakinannya

(Hatini hlm 98, 2018).

17. Suku bangsa/kewarganegaraan: mengetahui asal daerah klien yang

dapat berpengaruh pada pola pikir mengenai tenaga kesehatan, pola

nutrisi dan adat istiadat yang dianut (Hatini hlm 98, 2018).

18. Pendidikan: mengetahui tingkat pendidikan klien sehingga tenaga

kesehatan dapat berkomunikasi dalam hal pemberian konseling

sesuai dengan tingkat pendidikannya (Hatini hlm 98, 2018).

19. Pekerjaan: mengetahui status ekonomi klien yang dapat

mempengaruhi pencapaian status gizinya seperti asupan nutrisi ibu

yang berpengaruh pada berat janin saat lahir. Jika tingkat sosial
ekonominya rendah, kemungkinan bayi lahir dengan berat badan

rendah (Handayani dan Mulyati, 2017).

20. Alamat: mengetahui letak lingkungan tempat tinggal klien apakah

dekat atau jauh dari akses pelayanan kesehatan dan memudahakn

tenaga kesehatan untuk melakukan follow up (Hatini hlm 98,

2018).

b. Keluhan Utama

Pengkajian keluhan utama untuk mempermudah tenaga kesehatan

dalam memberikan asuhan dan menegakkan diagnosa pada tahap

selanjutnya (Hatini hlm 98, 2018). Keluhan yang dirasakan oleh ibu

menjelang persalinan adalah tanda dan gejala persalinan seperti rasa

sakit pada perut dan pinggang akibat kontraksi yang datang lebih kuat,

sering dan teratur, keluarnya lendir darah dan keluarnya air ketuban

dari jalan lahir (Handayani dan Mulyati, 2017).

c. Riwayat Menstruasi

Mengetahui siklus menstruasi dan HPHT ibu untuk mengetahui

tanggal terakhir ibu menstruasi yang dapat digunakan sebagai dasar

dalam menentukan usia kehamilan dan perkiraan kelahiran janin

(Handayani dan Mulyati hlm 166, 2017).

d. Riwayat Kesehatan yang Lalu dan Sekarang

Data ini diperlukan untuk mengetahui apakah klien pernah atau

sedang mengidap penyakit seperti hipertensi, diabetes melitus,

penyakit TB, anemia dan asma yang dapat mempengaruhi proses


persalinan klien. Pada ibu yang memiliki penyakit hipertensi dapat

berpotensi terjadinya preeklampsia pada ibu (Ambarwati dan

Wulandari, 2008).

e. Riwayat Kesehatan Keluarga

Mengetahui apakah keluarga klien mengidap penyakit yang dapat

diturunkan seperti hipertensi, diabetes, asma dan adanya kelainan

genetik yang dapat diturunkan atau menular yang dapat

mempengaruhi proses persalinan dan kondisi bayi yang dilahirkannya

nanti (Ambarwati dan Wulandari, 2008).

f. Riwayat Obstetrik

Riwayat Obstetrik yang lalu:

Riwayat kehamilan dan persalinan yang lalu penting ditanyakan untuk

mengetahui adanya penyulit yang pernah dialami saat kehamilan dan

persalinan sebelumnya. Komplikasi pada kehamilan dan persalinan

yang lalu dikaji untuk mengidentifikasi masalah potensial yang

kemungkinan akan muncul pada persalinan saat ini (Hatini hlm 99,

2018).

Riwayat Obstetrik sekarang:

Kehamilan yang beresiko tinggi pada ibu dapat mengancam

keselamatan ibu dan bayi yang dikandungnya sehingga diperlukan

deteksi dini resiko tinggi menggunakan Skor Puji Rochyati yang

terdapat dalam buku KIA (Ditaningtias dkk, 2015). Pengkajian

persalinan sekarang meliputi gerakan janin yang dirasakan, mulai


munculnya kontraksi meliputi intensitas dan frekuensinya, adanya

pengeluaran cairan lendir dan darah melalui vagina meliputi bau dan

warnanya. Gerakan janin yang normal adalah terasa 10 kali gerakan

dalam waktu 10 jam. Karakteristik his persalinan adalah nyeri

pinggang yang menjalar hingga ke perut dengan intensitas nyeri yang

kuat, teratur. Saat menjelang persalinan, ketuban akan pecah saat

pembukaan lengkap atau mendekati pembukaan lengkap, jika ketuban

pecah sebelum terjadi dilatasi serviks maksimal maka dapat disebut

sebagai ketuban pecah dini yang membutuhkan penanganan khusus

(Megasari dkk, 2014).

g. Pola Kebiasaan Sehari-hari

Pola kebiasaan sehari-hari yang dikaji meliputi:

Pola Nutrisi:

Asupan makanan yang cukup merupakan sumber dari glukosa

darah yang menjadi sumber utama energi untuk sel-sel tubuh. Kadar

gula darah yang rendah akan mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan

asupan cairan yang kurang, akan mengakibatkan dehidrasi pada ibu

bersalin. Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat mengakibatkan

komplikasi persalinan baik pada ibu maupun janin. Pada ibu akan

mempengaruhi kontraksi/his, sehingga akan menghambat kemajuan

persalinan dan meningkatkan insiden persalinan dengan tindakan,

serta dapat meningkatkan risiko perdarahan postpartum. Pada janin,

akan mempengaruhi kesejahteraan janin, sehingga dapat


mengakibatkan komplikasi persalinan seperti asfiksia. Dehidrasi pada

ibu bersalin dapat mengakibatkan melambatnya kontraksi/his dan

mengakibatkan kontraksi menjadi tidak teratur (Kurniarum, 2016).

Pola Istirahat:

Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada

ibu bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat yang dimaksud adalah

melakukan istirahat selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa

berhenti sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his, makan atau

minum, atau melakukan hal menyenangkan yang lain untuk melepas

lelah, atau apabila memungkinkan ibu dapat tidur (Kurniarum, 2016).

Pola Eliminasi:

Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan sesering mungkin

atau minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan. Kandung kemih

yang penuh dapat mengakibatkan menghambat proses penurunan

bagian terendah janin ke dalam rongga panggul, terutama apabila

berada di atas spina isciadika, memperlambat kelahiran plasenta serta

menghambat kontraksi uterus. Sebelum memasuki proses persalinan,

sebaiknya pastikan bahwa ibu sudah BAB. Rektum yang penuh dapat

mengganggu dalam proses kelahiran janin (Kurniarum, 2016).

Pola Hygiene:

Pada kala I fase aktif, dimana terjadi peningkatan bloodyshow

dan ibu sudah tidak mampu untuk mobilisasi, maka bidan harus

membantu ibu untuk menjaga kebersihan genetalianya untuk


menghindari terjadinya infeksi intrapartum dan untuk meningkatkan

kenyamanan ibu bersalin. Membersihkan daerah genetalia dapat

dilakukan dengan melakukan vulva hygiene menggunakan kapas

bersih yang telah dibasahi dengan air Disinfeksi Tingkat Tinggi

(DTT).

Pada kala II dan kala III, untuk membantu menjaga kebersihan

diri ibu bersalin, maka ibu dapat diberikan alas bersalin (under pad)

yang dapat menyerap cairan tubuh (lendir darah, darah, air ketuban)

dengan baik. Apabila saat mengejan diikuti dengan feses, maka bidan

harus segera membersihkannya, dan meletakkannya di wadah yang

seharusnya. Pada kala IV setelah janin dan plasenta dilahirkan, selama

2 jam observasi, maka pastikan keadaan ibu sudah bersih. Ibu dapat

dimandikan atau dibersihkan di atas tempat tidur (Kurniarum, 2016).

2. Data Obyektif

Data objektif adalah data yang diperoleh melalui pemeriksaan tanda-tanda

vital dan pemeriksaan fisik terfokus serta pemeriksaan penunjang yang

dilakukan (Wildan dan Hidayat hlm 34, 2008).

a. Pemeriksaan umum

- Keadaan umum:

Bertujuan mengetahui keadaan umum klien saat datang.

- Kesadaran:

Bertujuan menilai status kesadaran klien (Handayani dan Mulyati hlm

167, 2017).
(1) Composmentis adalah sadar sepenuhnya, baik terhadap dirinya

maupun lingkungannya. Klien dapat menjawab pertanyaan

pemeriksa dengan baik.

(2) Somnolen adalah keadaan mengantuk yang masih dapat pulih

apabila diiberi rangsangan, tapi apabila rangsangan berhenti

pasien akan tertidur kembali

(3) Apatis adalah klien tampak acuh tak acuh terhadap

lingkungannya.

(4) Koma adalah penurunan kesadaran, tidak ada gerakan spontan

dan tidak ada respon terhadap rangsangan nyeri.

- Tanda-tanda vital:

Tekanan darah:

Pada saat persalinan tanda-tanda vital ibu mengalami

peningkatan. Tekanan darah meningkat selama kontraksi yaitu

peningkatan tekanan sistolik 10-20 mmHg dan diastolik 5-10 mmHg

dan saat diantara kontraksi tekanan darah akan kembali ke tingkat

sebelum persalinan. Dengan mengubah posisi tubuh dari terlentang ke

posisi miring, perubahan tekanan darah selama kontraksi dapat

dihindari. Perasaan cemas dan takut menjelang persalinan juga dapat

meningkatkan tekanan darah pada ibu (Handayani dan Mulyati, 2017).

Suhu:

Suhu tubuh normal adalah 36oC hingga 37,50C. Suhu badan ibu

akan sedikit meningkat selama persalinan. Kenaikan suhu dianggap


normal jika tidak melebihi 0,5o-1oC. Suhu badan yang meningkat dan

berlangsung lama, dapat diindikasikan adanya dehidrasi pada ibu

(Diana dkk, 2019).

Nadi:

Batas normal nadi adalah 60-100x/menit. Frekuensi denyut nadi

di antara waktu kontraksi sedikit lebih tinggi dibanding selama

periode menjelang persalinan (Handayani dan Mulyati, 2017).

Pernafasan:

Batas normal pernafasan adalah 12-20x/menit. Dalam persalinan,

ibu mengeluarkan lebih banyak CO2 saat bernafas. Saat kontraksi

uterus yang kuat, frekuensi dan kedalaman pernafasan meningkat

sebagai respons terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat

pertambahan laju metabolik. Rata-rata PaCO2 menurun dari 32 mmHg

pada awal persalinan menjadi 22 mmHg pada akhir kala I. Masalah

yang umum terjadi pada ibu bersalin adalah hiperventilasi maternal

yang menyebabkan kadar PaCO2 menurun dibawah 16 sampai 18

mmHg. Kondisi ini dapat dimanifestasikan dengan kesemutan pada

tangan dan kaki, kebas dan pusing. Mengejan yang berlebihan atau

berkepanjangan selama kala II dapat menyebabkan penurunan oksigen

sebagai akibat sekunder dari menahan nafas. Hiperventilasi yang lama

dianggap tidak normal dan dapat menyebabkan terjadinya alkalosis

respiratorik (Kurniarum, 2016).


b. Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik dilakukan untuk mendeteksi setiap tanda

komplikasi yang terjadi pada klien dan untuk mengevaluasi kesejahteraan

janin (Varney hlm 530, 2007).

- Wajah: Melihat adanya pembengkakkan pada wajah klien, ada atau

tidaknya bintik-bintik (Chloasma Gravidarum) akibat

Melanocyte Stimulating Hormone (Hatini hlm 101, 2018).

- Payudara: Payudara menjadi lunak, membesar, pembuluh darah vena

lebih terlihat, puting susu membesar dan kehitaman,

areola meluas serta munculnya strechmark pada

permukaan kulit payudara. Selain itu, mendeteksi adanya

benjolan serta pengeluaran ASI (Hatini hlm 102, 2018).

- Abdomen:

Inspeksi: Melihat adanya linea gravidarum dan striae gravidarum

akibat adanya Melanocyte Stimulating Hormone

(Handayani dan Mulyati hlm 102, 2017).

Palpasi: Pengukuran TFU untuk melihat apakah TFU sesuai dengan

usia kehamilan atau tidak.

Leopold IV: Pemeriksaan leopold IV bertujuan untuk menetapkan

seberapa besar bagian terendah janin yang sudah

memasuki pintu atas panggul (Hatini hlm 103, 2018).


Auskultasi: DJJ normal yaitu sekitar 120-160x/menit. DJJ yang

abnormal menunjukkan adanya fetal distress pada janin

(Hatini hlm 103, 2018).

- Ekstremitas: Pemeriksaan ekstremitas untuk melihat adanya edema

pada tangan dan kaki ibu, kuku jari yang pucat serta adanya varises

yang biasanya terjadi akibat uterus yang semakin membesar yang

menekan vena kava inferior sehingga menghambat sirkulasi darah

(Varney hlm 540, 2007).

- Taksiran Berat Janin:

Menurut Handayani dan Mulyati (2017) Taksiran berat janin (TBJ)

dapat dilakukakn untuk mengetahui apakah janin makrosomia atau

tidak.

- TBJ jika kepala belum masuk PAP = (TFU-11) x 155 gr

- TBJ jika kepala sudah masuk PAP = (TFU-12) x 155 gr

- Bagian Terendah: Pada akhir trimester III menjelang

persalinan, presentasi normal janin adalah presentasi kepala

dengan letak memanjang dan sikap janin fleksi (Cunningham,

dkk, 2009 dalam Handayani, 2017).

- Kontraksi: Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi

tergantung pada kala persalinan ibu tersebut. Kontraksi pada

awal persalinan mungkin hanya berlangsung 15 sampai 20

detik sedangkan pada persalinan kala I fase aktif berlangsung

dari 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-rata 60 detik.


Pengkajian kontraksi ini dapat membantu untuk membedakan

antara kontraksi persalinan sejati dan persalinan palsu

(Handayani dan Mulyati, 2017).

- Genetalia:

Inspeksi: Pengaruh hormon estrogen dan progesterone dapat

menyebabkan pelebaran pembuluh darah pada beberapa

ibu sehingga terjadi varises pada sekitar genetalia.

Pengeluaran pervaginam seperti bloody show dan air

ketuban juga harus dikaji untuk memastikan adanya tanda

dan gejala persalinan (Mochtar, 2011 dalam Handayani,

2017).

Vaginal Toucher: Pemeriksaan vaginal toucher bertujuan untuk

mengkaji penipisan dan pembukaan serviks, bagian

terendah, dan status ketuban. Pembukaan serviks pada fase

laten berlangsung selama 7-8 jam. Sedangkan pada fase

aktif dibagi menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi, fase

dilatasi maksimal dan fase deselerasi yang masing-masing

fase berlangsung selama 2 jam (Mochtar, 2011 dalam

Handayani, 2017).

Jenis Panggul: Bertujuan untuk mengkaji keadekuatan panggul ibu

selama proses persalinan. Jenis panggul yang

memudahkan proses persalinan adalah jenis ginekoid


dengan bentuk pintu atas panggul hampir bulat

(Prawirohardjo, 2010 dalam Handayani, 2017).

c. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang adalah pemeriksaan laboratorium meliputi

pemeriksaan urin (protein, reduksi), darah (Hb, golongan darah) dan USG

(Saminem hlm 26, 2009). Penurunan kadar Hb dapat memberikan

pengaruh buruk terhadap ibu maupun janin yang dikandungnya, seperti

gangguan his dan kekuatan mengejan. Selain itu, ibu dengan kadar Hb

yang rendah akan mengalami persalinan section caesaria tiga kali lebih

besar dari pada ibu yang memiliki kadar Hb normal (Aritha dan Sari,

2017).

3. Analisa
Analisis dan interpretasi data yang terkumpul kemudian dibuat
kesimpulan yang meliputi diagnosis, antisipasi diagnosisi, serta perl
tidaknya dilakukan tindakan segera.
4. Penatalaksanaan
Langkah pelaksanaan harus disesuaikan dengan rencana yang ditetapkan
untuk mencapai tujuan. Pada pelaksanaan yang dilakukan bidan bisa
dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dengan tim medis lain. Selama
kegiatan ini bidan melihat kemajuan kesehatan serta diupayakan dalam
waktu yang singkat dan efektif hemat dan berkualitas.
BAB II

TINJAUAN KASUS

Tanggal : 04 November 2022


Waktu : 08.40 WIB
Tempat : Puskesmas Perawatan Pasanea
Oleh : Fitria Ali
2.1. Langkah I : Pengkajian
a. Data Subyektif
1) Identitas Ibu
Nama : Ny. A
Umur  : 22 tahun
Agama  : Islam  
Pendidikan : S1
Pekerjaan  : Guru
Alamat  : Pasanea Lor Gg Anggrek No 07
2) Keluhan Utama
Ny A mengatakan mengalami keputihan selama 3 hari berturut-turutdan
ibu merasa tidak nyaman
3) Riwayat Kesehatan.
a) Riwayat Kesehatan Sekarang
Ibu mengatakan merasa nyeri pada punggung.
b) Riwayat Kesehatan yang Lalu
Ibu mengatakan tidak pernah menderita penyakit menular, menahun,
dan menurun
seperti : HIV/AIDS, Asma, Diabetes Melitus, Hipertensi, dan Jantung.
c) Riwayat Kesehatan Keluarga
Ibu mengatakan keluarga, suami tidak ada yang memiliki riwayat
penyakit menular,menahun, dan menurun seperti : HIV/AIDS, Asma,
Diabetes Melitus, Hipertensi, dan Jantung
4) Riwayat Menstruasi
Menarche : 14 Tahun
Siklus : 28 Hari
Lama : 5-7 Hari
Disminorhea : tidak
Flouralbus : kadang-kadang
5) Riwayat Pernikahan
Belum menikah
6) Pola Kebutuhan Sehari-Hari
a) Nutrisi
(1) Makan
Frekuensi : 3x/ hari
Banyak : 1 Piring
Jenis : Nasi, Lauk, Sayur, dan buah.
Pantangan : Tidak Ada.
(2) Minum
Frekuensi : 7- 9 gelas/ hari
Jenis : Air putih, Susu
b) Eliminasi
(1) BAK
Frekuensi : 4-5x/ Hari
Konsistensi : Cair
Bau : Amonia
Warna : Kuning
Keluhan : Tidak Ada
(2) BAB
Frekuensi : 1x/ Hari
Konsistensi : Lunak
Bau : Amonia
Warna : Khas Fese
Keluhan : Tidak ada
c) Kebutuhan Istirahat
Tidur siang : ± 2 jam/ hari
Tidur malam : ± 8 jam/ hari
d) Kebersihan Diri (Personal Hygine)
Mandi : 2 – 3 x/ hari
Sikat gigi : 2 – 3 x/ hari
Keramas : 2x/ hari
Ganti Pakaian : 2 – 3 x/ hari atau saat pakaian basah
b. Data Obyektif
1) Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda – tanda Vital :
- TD : 110/70 mmhg
- N : 80x/menit
- R : 23x/menit
- S : 36,6 ℃
- BB : 50 kg
2) Pemeriksaan Fisik
Kepala : Tidak ada oedema, bersih, rambut hitam.
Muka : Tidak pucat, tidak ada oedema,
Mata : Simetris, sklera putih tidak ikterik, konjungtiva merah
muda.
Hidung : Bersih, tidak ada polip.
Mulut dan gigi : Mukosa bibir kering agak pucat, gigi bersih, tidak ada
sariawan.
Telinga : Simetris, bersih, pendengaran baik.
Leher : Tidak ada pembengkakan vena jugularis dan kelenjar
tiroid.
Abdomen : tidak ada luka bekas operasi,
Genetalia :
 Pengeluaran : keputihan - warna putih kekuningan kental ,berbau,
disertai gatal
 Varises : Tidak ada
 Oedema : Tidak ada
Anus : Tidak ada haemoroid.
Ekstermitas :
 Atas : Simetris, tidak ada kelainan.
 Bawah : Simetris, tidak ada varises, tidakada kelainan.
3) Pemeriksaan Penunjang
Tidak dilakukan

2.2 Langkah II : Intepretasi Data


Tanggal : 04 November 2022 Jam : 08.50 WIB
a. Diagnosa Kebidanan :
Ny. A usia 22 tahun dengan gangguan reproduksi Fluoralbius.
Data Subjektif
Ny. A mengatakan keluar cairan dari vaginanya sejak tiga hari yang lalu w
arna putih kekuninga kental, berbau dan disertai gatal
Data Objektif
- TTV
TD : 110/70 mmhg
N : 80x/menit
R : 23x/menit
S : 36,6 ℃
Bb : 50 kg
- Tampak pengeluaran cairan kental berwarna putih kekuningan
- Cairan yang keluar berwarna putih kekuningan, kental dan meningga
lkan bekas pada celana dalam disertai dengan bau dan gatal.
b. Masalah :
Flour albus patologi disebakan kurangnya personal hygiene ibu pada bagi
an vagina sehingga ibu merasa tidak nyaman karena disertai gatal dan ber
bau busuk.
c. Kebutuhan :
Beri dukungan moril dan berikan konseling tentang keputihan.

2.3 Langkah III : Masalah Potensial


Potensial terjadi infeksi vagina yang menyebabkan pengeluaran lender be
rwarna putih kekuningan, berbau

2.4 Langkah IV : Tindakan Segera/Kolaborasi

Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian antibiotik Mentrodinazole 500


mg 2x1

2.5 Langkah V : Perencanaan

Pada tanggal : 04 November 2022 pukul : 09:50

1. Jelaskan hasil pemeriksaan pada ibu


2. Jelaskan kepada ibu tentang pengertian fluor albus
3. Jelaskan kepada ibu tentang penyebab fluor albus
4. Anjurkan ibu tentang kebersihan dirinya
5. Memberikan ibu obat antibiotic
6. Beritahu ibu kunjungan ulang

2.6 Langkah VI : Penatalaksanaan

Pada tanggal : 04 November 2022 pukul : 09:55

1. Menjelaskan keadaan ibu saat ini bahwa kondisinya baik


- TD : 110/70 mmhg
- N : 80x/menit
- R : 23x/menit
- S : 36,6 ℃
- Bb : 50 kg
2. Menjelaskan pengertian fluor albus /keputihan yaitu cairan eksudat dan m
engandung banyak leukosit. Cairan ini terjadi akibat reaksi tubuh terhadap
luka (jejas), luka (jejas) ini dapat diakibatkan oleh infeksi mikroorganism
e seperti jamur parasit bakteri.
3. Menjelaskan penyebab fluor albus juga bisa terjadi ketika kebersihan daer
ah vagina tidak terjaga (personal hygiene yang jelek), dan apabila terlalu s
ering menggunakan penty liner (pembersih vagina) yang berlebih dan terl
alu sering memakai celana dalam yang ketat yang dapat membuat daerah
vagina menjadi lembab sehingga kuman dapat berkembang dengan baik.
4. Menganjurkan ibu tentang kebersihan diri (personal hygiene)
a. Mengganti celana dalam 3 kali dalam sehari atau setiap kali basah, k
otor dan merasa tidak nyaman. Anjuran ini diberikan agar ibu lebih
memerhatikan kebersihan daerah vaginanya, dengan cara menganjur
kan ibu memakai celana dalam yang longgar untuk mempermudah si
rkulasi udara masuk ke vagina dan mengganti pakaian dalam minima
l 3 kali sehari untuk mencegah terjadinya penumpukan bakteri, penin
gkatan kelembapan dan untuk mencegah terjadinya infeksi dan berke
mbangnya kuman.
b. Hindari penggunaan bedak talcum, tissue, atau sabun dengan pewan
gi pada daerah vagina karena dapat menyebabkan iritasi.
c. Biasakan membasuh dengan cara yang benar tiap kali buang air yaitu
dari arah depan ke belakang.
d. Kebersihan daerah vagina yang jelek dapat menyebabkan timbulnya
keputihan. Hal ini terjadi karena kelembaban vagina yang meningkat
sehingga bakteri pathogen penyebab infeksi mudah menyebar dan m
emudahkan terjadinya penumpukan bakteri.
e. Menganjurkan kepada ibu untuk membasuh vagina dengan cara yang
benar yaitu dengan gerakan dari depan kebelakang, cuci dengan air b
ersih setiap BAK/BAB dan mandi, biasakan mencuci tangan sebersi
h-bersihnya.
5. Menganjurkan ibu untuk minum obat antibiotic Metronidazol yang telah d
iberikan yaitu 2 kali sehari untuk mengobati infeksi.
6. Menganjurkan ibu kontrol kembali setelah obat yang diberikan oleh dokt
er habis. Melakukan control ulang untuk mengetahui kondisi ibu setelah d
iberikan obat antibiotic.

2.7 Langkah VII : Evaluasi

1. Ibu sudah mengetahui keadaannya saat ini


2. Ibu sudah mengetahui pengertian fluor albus
3. Ibu sudah mengetahui penyebab terjadinya fluor albus
4. Ibu sudah mengetahui kebersihan diri (personal hygiene) fluor albus
5. Ibu sudah mengetahui obat antibiotic fluor albus
6. Ibu sudah mengetahui kunjungan ulang berikutnya
BAB 5
PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas kesesuaian antara teori dengan tinjauan

kasus pada asuhan kebidanan pada Ny’’A” P1A0 dengan Fluor Albus di

Puskesmas Perawatan Pasanea

1. Subjektif

Pengumpulan data subjektif dilakukan dengan melakukan anamnesa

untuk mendapatkan informasi mengenai data dari klien. Berdasarkan

pengkajian awal, data yang diperoleh adalah Ny. A berusia 21 tahun

bertempat tinggal di Pasanea, saat ini memiliki anak pertama dan tidak

pernah mengalami keguguran, tidak memiliki riwayat penyakit yang dapat

diturunkan maupun ditularkan, datang ke Puskesmas dengan keluhan meng

alami keputihan selama 3 hari berturut-turutdan ibu merasa tidak nyaman.

Informasi yang diperoleh melalui anamnesa tersebut sesuai dengan

informasi data subjektif yang harus ditanyakan pada klien (Hatini, 2018).

Berdasarkan data subjektif yang didapatkan, saat ini ibu berusia 22

tahun dimana menurut Surtiningsih (2017) pola hygiene ibu merupakan

salah satu faktor resiko yang berhubungan dengan keluhan ibu, Usia

reproduksi yang sehat adalah antara 20-35 tahun yang merupakan usia

paling ideal dalam reproduksi. Saat usia ibu kurang dari 20 tahun, alat-alat

reproduksi belum matang, sehingga sering timbul komplikasi dalam

kesehatan reproduksi (Surtiningsih, 2017). Selain resiko terjadinya

komplikasi pada kesehatan reproduksi, kurangnya pola hygiene dan pola


hidup pada ibu dalam menjaga kesehatan reproduksi yang meyebabkan

rawan terjadinya kompilkasi pada kesehatan reproduksi seperti keputihan

(Andari dan Ayuningrum, 2019).

2. Objektif

Berdasarkan data objektif yang didapatkan melalui pemeriksaan fisik

hasil TTV dan antopometri klien dalam batas normal. Dalam kasus ini,

status nutrisi klien dalam keadaan baik dilihat dari hasil pemeriksaan Lila

klien yaitu 23,5 cm. Dan terdapat tanda keputihan yang mengarh ke arah

patologis, jika kondisi ini dibiarkan dan tidak diobati akan mengarah ke arah

patologis seperti miom dan sebagainya yang mengarah ke arah kesehata

reproduksi (Puspita, 2019).

3. Analisa

Berdasarkan pengkajian data dasar didapatkan diagnosa “P1A0 UK 37

dengan Fluor Albus”. Berdasarkan teori, diagnosa Fluor Albus yang

ditetapkan sesuai dengan hasil pengkajian data dasar (subyektif dan

obyektif) yang ditegakkan bidan sesuai dengan lingkup praktik kebidanan

(Handayani dan Mulyati, 2017).

Dalam kasus ini pasien mengalami kagawatdaruratan dengan

terjadinya lesi pada daerah vagina , bau dan gatal yanag mana dalam kasus

ini sesuai dengan penelitian “hubungan antara pola hygiene pada ibu den

gan angka kejadian fluor albus” (E. Febrina, 2017)

4. Penatalaksanaan
Menjelaskan hasil pemeriksaan pada ibu dan keluarga bahwa

Keadaan Umum ibu baik, TD: 120/80 mmHg, N: 80 x/menit, RR: 20

x/menit, S: 36,50C. Melakukan pemantauan pada ibu fluor albus dengan

memberikan edukasi tentang pola higiene terutama cara cebok yang bai

yaitu dari depan ke belakang minum obat anti jamur dengan diberikan

nistatin oral dan nistatin vagina, serta menjaga pola makan agar

mengurangi gejala keputihan.

BAB 6
PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Pemeriksaan dan penatalaksanaan yang dilakukan pada kasus

persalinan Ny. A P1A0 dengan fluor albus diatas sudah dilakukan sesuai

dengan prosedur. Implementasi telah dilakukan sesuai dengan rencana

tindakan dan kriteria hasil tercapai.

Pada penulisan pendokumentasisn berdasarkan 7 langkah varney telah

dilakukan yaitu pengkajian data dasar berdasarkan anamnesa dan

pemeriksaan fisik, interpretasi data, identifikasi diagnosa dan masalah

potensial, identifikasi kebutuhan segera, rencana asuhan, implementasi serta

evaluasi.

6.2 Saran

6.2.1 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa diharapkan mampu untuk mengembangkan skill maupun

keterampilan untuk pelayanan kasus kesehatan reproduksi

6.2.2 Bagi PUSKESMAS

Diharapkan bidan dapat tetap mempertahankan dan meningkatkan

kerjasama serta komunikasi sehingga dapat menjaga mutu pelayanan

kesehatan yang baik bagi klien agar klien mau untuk bekerjasama dan

dapat lebih kooperatif dalam pemberian asuhan kebidanan.


DAFTAR PUSTAKA

Andari, F. N., & Ayuningrum, R. 2019. Pengalaman Persalinan Pertama Dengan


Riwayat Menikah Dini Di Kelurahan Pagar Dewa Kota Bengkulu. Jurnal
Keperawatan Sriwijaya, 6(2), 26-33.

Aritha, D., & Sari, U. F. 2017. Pengaruh Persalinan Terhadap Penurunan Kadar Hb
Pada Ibu Bersalin di Rumah Sakit Umum Daerah Budhi Asih Jakarta Timur
Tahun 2016. Majalah Kesehatan Pharmamedika, 9(1), 001-007.

Andanawarih, P., & Baroroh, I. 2018. Peran Bidan Sebagai Fasilitator Pelaksanaan
Program Perencanaan Persalinan Dan Pencegahan Komplikasi (P4K) Di
Wilayah Puskesmas Kabupaten Pekalongan. Siklus: Journal Research
Midwifery Politeknik Tegal, 7(1).

Ditaningtias, S., Sulistiyono, A., & Indawati, R. (2015). Anemia sebagai Faktor
Risiko Peningkatan Skor Kehamilan Berdasarkan Kartu Skor Poedji
Rochjati. Majalah Obstetri dan Ginekologi, 23(3), 90-96.

Diana, Sulis dkk. 2019. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru
Lahir. Surakarta: CV Oase Group.

Ernawati, F., Rosamalina, Y., & Permanasari, Y. 2013. Pengaruh Asupan Protein Ibu
Hamil Dan Panjang Badan Bayi Lahir Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak
Usia 12 Bulan Di Kabupaten Bogor (Effect of the Pregnant Women's Protein
Intake and Their Baby Length at Birth to the Incidence of Stunting Among
Children. Nutrition and Food Research, 36(1), 1-11.

Fatimah, S., & Yuliani, N. T. 2019. Hubungan Kurang Energi Kronis (KEK) pada Ibu
Hamil dengan Kejadian Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di Wilayah Kerja
Puskesmas Rajadesa Tahun 2019. Journal of Midwifery and Public
Health, 1(2).

Hatini, E. E. 2018. Asuhan Kebidanan Kehamilan. Malang: Wineka Media.

Handayani, S. R dan Mulyati, T. S. 2017. Dokumentasi Kebidanan. Kemenkes RI.


Kurniarum, Ari. 2016. Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Jakarta:
Kemenkes RI.

Maharani, T. I., & Fakhrurrozi, M. 2014. Hubungan dukungan sosial dan kecemasan
dalam menghadapi persalinan pada ibu hamil trimester ketiga. Jurnal
Psikologi, 7(2).

Megasari, M, dkk. 2014. Panduan Belajar Asuhan Kebidanan. Yogyakarta:


deepublish.

Moloku, F., Wantouw, B., & Sambeka, J. 2013. Hubungan Pengetahuan Tentang
Perawatan Dengan Penyembuhan Luka Retensio Plasenta Pada Ibu Post Partum
Di Ruangan Irina D Bawah Rsup Prof Dr. rd Kandou Malalayang. JURNAL
KEPERAWATAN, 1(1).

Oktarina, Mika. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: deepublish.

Pasongli, S., Rantung, M., & Pesak, E. 2014. Efektifitas counterpressure terhadap
penurunan intensitas nyeri kala I fase aktif persalinan normal di Rumah sakit
Advent Manado. JIDAN (Jurnal Ilmiah Bidan), 2(2), 12-16.

Prawitasari, E., Yugistyowati, A., & Sari, D. K. 2015. Penyebab Terjadinya Ruptur
Perineum pada Persalinan Normal di RSUD Muntilan Kabupaten
Magelang. Jurnal Ners dan Kebidanan Indonesia, 3(2), 77-81.

Puspita, I. M. 2019. Hubungan Antara Indeks Massa Tubuh (Imt) Ibu Prahamil Dan
Kenaikan Berat Badan Selama Kehamilan Dengan Berat Badan Lahir Bayi Di
Rsud Dr. M. Soewandhie Surabaya. Midwifery Journal: Jurnal Kebidanan UM.
Mataram, 4(2), 32-37.
Setyarini, Didien I. Dan Suprapti. 2016. Asuhan Kebidanan Kegawatdaruratan

Maternal Neonatal. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.

Surtiningsih. 2017. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Lama Waktu Persalinan Di


Puskesmas Klampok 1 Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Ilmiah Kebidanan, Vol.
8 No. 2 Edisi Desember 2017, hlm. 101-115.

Syaiful, Yuanita dan Lilis, Fatmawati. 2020. Asuhan Keperawatan pada Ibu Bersalin.
Surabaya: Jakad Media.
Tarelluan, J., Adam, S. K., & Tombokan, S. 2013. Analisis Faktor–Faktor Yang
Berhubungan Dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal Di
Rsud Dr. Sam Ratulangi Tondano Kabupaten Minahasa. JIDAN (Jurnal Ilmiah
Bidan), 1(1), 36-41.

Widiastini, Luh Putu. 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin dan
Bayi Baru Lahir. Bogor: In Media.
DOKUMENTASI

Anda mungkin juga menyukai