Askep MHN Isolasi Sosial
Askep MHN Isolasi Sosial
ISOLASI SOSIAL
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku menarik diri
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah respon
sosial menarik diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat mempengaruhi
terjadinya menarik diri. Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga
profisional untuk mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaburatif sewajarnya dapat
mengurangi masalah respon social menarik diri.
b. Faktor Biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptive. Genetik
merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Kelainan struktur otak,
seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta
perubahan limbik diduga dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor Sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini merupakan akibat
dari norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap orang lain, atau tidak
menghargai anggota masyarakat yang tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan
berpenyakit kronik. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan
system nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang tidak
realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan dengan gangguan
ini, (Stuart and sudden, 1998)
2. Faktor Persipitasi
Ada beberapa faktor persipitasi yang dapat menyebabkan seseorang menarik diri. Faktor-
faktor tersebut dapat berasal dari berbagai stressor antara lain:
a. Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gangguan dalam membina
hubungan dengan orang lain, misalnya menurunya stabilitas unit keluarga, berpisah dari
orang yang berarti dalam kehidupanya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan kemampuan untuk
mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan orang terdekat atau kegagalan orang lain
untuk memenuhi kebutuhanya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat
menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik diri), (Stuart &
Sundeen, 1998)
c. Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidak mampuan untuk berbagai pikiran dan
perasaan yang mengganggu pengembangan hubungan dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan kesulitan dalam menghadapi
hidup. Mereka juga akan sulit berkomunikasi dengan orang lain.
3) ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan orang lain akan persepsi
yang menyimpang dan akan berakibat pada gangguan berhubungan dengan orang lain
d. Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang menarik diri dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu sehingga mengakibatkan
menarik diri dari orang lain (Rawlins, Heacock,1993)
a. Apatis
b. ekspresi sedih
c. afek tumpul
d. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
e. Komunikasi kurang/tidak ada.
f. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien lain/perawat.
g. Tidak ada kontak mata
h. klien sering menunduk.
i. Berdiam diri di kamar/klien kurang mobilitas.
j. Menolak berhubungan dengan orang lain, klien memutuskan percakapan atau pergi jika
diajak bercakap-cakap.
k. Tidak melakukan kegiatan sehari
l. Sering tidur, posisi tidur klien seperti posisi tidur janin.
m. Sedangkan Tanda & Gejala menurut Townsend,1998 :
n. Sedih, afek tumpul
E. Mekanisme Koping
Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan yang merupakan suatu
kesepian nyata yang mengancam dirinya.Kecemasan koping yang sering digunakan adalah
regresi, represi dan isolasi. Sedangkan contoh sumber koping yang dapat digunakan misalnya
keterlibatan dalam hubungan yang luas dalam keluarga dan teman, hubungan dengan hewan
peliharaan, menggunakan kreativitas untuk mengekspresikan stress interpersonal seperti
kesenian, musik, atau tulisan (Stuart and Sundeen,1998:349)
III. a. Analisa Masalah
Data Obyektif
a) Klien tampak lebih suka sendiri.
2. Fase kerja
a. "Ibu M biasanya tinggal dengan siapa saja? siapa yang paling dekat dengan ibu M ? siapa yang
jarang bercakap-cakap dengan ibu M? Apa yang membuat ibu M jarang bercakap-cakap
denganya ?"
b. "Apa yang ibu M rasakan selama dirawat disini? O... ibu M merasa sendirian ? siapa saja
keluarga yang sering mengunjungi ibu?"
c. "Siapa saja yang ibu M kenal diruangan ini ? ohh... belum ada ? Apa yang menyebabkan ibu M
tidak mempunyai teman disini dan tidak mau bergabung atau ngobrol dengan temanteman
yang ada disini?
d. "Kalau ibu M lebih senang sendiri dan tidak nyaman bergaul dengan teman-teman atau orang
lain, tanda-tandanya apa saja ? berarti ibu M selalu menyendiri ya... terus apalagi bu... ?"
e. "Ibu M tahu keuntungan kalau relasi kita baik dengan keluarga serta mempunyai banyak teman
? coba sebutkan apa saja ? keuntungan dari berelasi beik dnegan kelarga adalah?....
keuntungan mempunyai banyak teman adalah... ?"
f. "kalau kerugian dari tidak mempunyai banyak teman ibu M tahu tidak ? coba sebutkan apa
saja ? Ya ibu M kerugian dari tidak mempunyai banyak teman adalah... (sebutkan). Jadi
banyak juga ruginya ya kalau kita tidak punya banyak teman. Kalau begitu inginkan ibu M
berkenalan dan bergaul dengan orang lain ?
g. "Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain? saya akan
membantu ibu mengajarkan cara berkenalan dengan orang lain"
h. "jadi cara yang pertama kita mengucapkan salam sambil berjabat tangan, terus bilang “
perkenalkan nama kita, terus bilang “ perkenalkan nama lengkap, terus nama panggilan yang
disukai, asal kita dan hobby kita. Contohnya seperti ini “ Hallo, perkenalkan nama saya Veli,
saya lebih senang dipanggil V, asal saya dari Ambon dan hobby nya bersepeda.
i. "Selanjutnya ibu M menanyakan nama lengkap orang yang diajak kenalan, nama panggilan
yang disukai, menanyakan juga asal dan hobbynya. Contohnya seperti ini nama kamu siapa?
Senang dipanggil apa ? asalnya dari mana dan hobbynya apa ?
j. "Ayo sekarang ibu M mencoba cara yang sudah saya ajarkan, misalnya saya belum kenal
dengan ibu M. Coba berkenalan dengan saya. ya bagus sekali, coba sekali lagi bu M. wah
Bagus sekali !
k. Setelah ibu M berkenalan dengan orang tersebut, ibu M bisa melanjutkan percakapan tentang
hal-hal yang menyenangkan misalkan tentang cuaca, hobi, keluarga,pekerjaan dan sebagainya
3. Terminasi
a. Evaluasi respon
1) Evaluasi subyektif
"Bagaimana perasaan ibu M setelah berbincang-bincang tentang penyebab ibu M tidak
mau bergaul dengan orang lain, keuntungan berelasi dan kerugian berlasi serta berlatih
cara berkenalan ?"
2) Evaluasi obyektif
"Coba ibu M ibu sebutkan kembali penyebab ibu M tidak mau bergaul dengan orang lain ?
apa saja tanda-tandanya bu ? terus keuntungan dan kerugianya apa saja ?"
"Coba ibu M sebutkan cara berkenalan dengan orang lain, yaitu... ya bagus, Nah sekarang
coba ibu M praktikkan lagi cara berkenalan dengan saya. Iya bagus"
b. Kontrak
1) Topik : “ Oke ibu M, sekarang waktu bincang-bincangnya sudah selesai, ibu makan
dulu, saya datang lagi dan kita akan berlatih berkomunikasi dengan perawat
lain"
2) Waktu : “ ibu mau bertemu lagi jam berapa ? bagaimana kalau setelah makan siang? “
3) Tempat: “ ibu mau bercakap-cakap dimana ? bagaimana kalau diruang makan saja “
c. Rencana tindak lanjut
1) Nanti ibu M dapat mengingat-ingat apa yang kita pelajari tadi. Sehingga ibu M lebih siap
untuk berkenalan dengan orang lain. Ibu M bisa praktikkan pasien pasien lain juga sehingga
mulai dari sekarang, ibu M akan banyak memiliki kenalan, begitupun jika ada keluarga
yang datang, Ibu M dapat berkomunikasi dengan mereka."
2) Sekarang mari kita masukan latihan ini kedalam jadwal kegiatan ibu M, berapa kali sehari
ibu mau berlatih berkenalan dengan orang lain, jam berapa saja bu ? coba ibu tulis disini.
wah baik sekali, ibu mau 2 kali."
3) ibu M jangan lupa dilatih terus ya bu sesuai jadwal latihanya dan ibu M bisa berkenalan
dengan teman-teman yang ada di ruangan ini dan dengan semua orang yang ingin ibu
kenal."
STRATEGI PELAKSANAAN
ISOLASI SOSIAL (MENARIK DIRI)
Pertemuan : 2
1. Orientasi
a. Salam terapeutik : “Selamat siang Ibu M, sesuai dengan janji saya untuk kembali setelah makan
siang, sekarang saya datang lagi. Ibu M sudah makan kan bu? bagaimana bu? masih ingatkan
dengan saya ? coba siapa ? iya bagus. jadi sekarang kita akan mengajarkan cara berkenalan
dengan perawat lain dan berkenalan dengan salah seorang pasien lain.”
b. Evaluasi
1) "Bagaimana perasaan ibu M saat ini ?
2) "Apakah ibu M sudah mengerti cara berkenalan dengan orang lain ? apakah ibu M sudah
mempraktikkannya dengan pasien lain ? bagaimana perasaan ibu M setelah berkenalan
tersebut ?"
3) "Coba ibu M praktikkan lagi cara berkenalan dengan saya. wah bagus sekali."
c. Kontrak
1) Topik : “ baik sekarang kita akan berlatih berkenalan dengan orang pertama yaitu
perawat lain selanjutnya dengan salah satu pasien lain"
2) Waktu: “ Mau berapa lama berlatihnya ? bagaiman kalau 10 menit ?”
3) Tempat: “ Dimana tempatnya ? disini saja ya. Tapi nanti kita temui perawat N diruanganya ya"
2. Fase kerja
a. “ Ibu M, sudah tahu ya tadinya caranya berkenalan ? ya bsik sekali ”
b. “ Tadi caranya bagaimana ya bu ? yang pertama dilakukan adalah... Bagus bu M .”
c. “ Sekarang kita keruangnya perawat N ya.” (Bersama-sama mendekati perawat N)
d. “ Selamat pagi suster N, ini ibu M ingin berkenalan dengan perawat N “
e. “ Baiklah ibu , sekarang ibu M bisa berkenalan dengan perawat N seperti yang sudah kita
praktikkan. Ya bagus ibu M . ”
f. “ Ada lagi yang ingin ibu M tanyakan kepada perawat N. Coba tanyakan tentang
keluarganya “
h. “ Baiklah perawat N, karena ibu M sudah selesai brkenalan, saya dan ibu M akan kembali ke
ruangan ibu M untuk berkenalan dengan teman yang lain. Selamat pagi (bersama-sama pasien
meninggalkan ruangan perawat N) melanjutkan dengan berkenalan dnegan pasien lain
diruangan ”
i. “ Bagaimana perasaan ibu M setelah berkenalan dengan perawat N dan dengan teman lain? Ibu
M merasa senang ? iya, ibu M jadi mempunyai banyak teman ya ”
3. Terminasi
a. Evaluasi respon
1) Subyektif
“ Bagaimana perasaan ibu M setelah kita berkenalan dengan suster N dan pasien lain? ”
2) Obyektif
“ coba ibu M sebutkan lagi cara berkenalanya. Ya bagus bu ”
b. Kontrak
1) Topik “ Besok pagi kita ketemu lagi ya, kita akan berbincang dengan keluarga ibu “
2) Waktu “ Mau jam berapa bu ? Baik jam 08.00 pagi. Waktunya berpa lama ? ya 10
menit ”
3) Tempat “ Tempatnya dimana ? Baiklah disini saja ya “
c. Rencana tindak lanjut
“Mari sekarang kita masukan dalam jadwal kegiatan harian ibu M. Mau jam berapa bu M
berkenalan ? Bagaimana kalau tiga kali sehari / Baik jadi jam 08.00 pagi, jam 10.00 dan jam 15.
00 sore. Jangan lupa dipraktikan terus ya bu. Dan pertahankan terus apa yang sudah ibu M
lakukan tadi. ” Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya komunikasi dnegan keluarga
berjalan lancar."
DAFTAR PUSTAKA
Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial. (n.d.). Retrieved June 16, 2018, from
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/109/jtptunimus-gdl-fitfakhuln-
5414-2-babii.pdf
Keliat. (2010) Laporan Pendahuluan Isolasi Sosial. (n.d.). Retrieved June 16,
2018, from http://repository.ump.ac.id/2678/3/WINDI ASTUTI BAB
II.pdf
Eko Prabowo. (2014). Laporan Pendahuluan dan Startegi Pelaksanaan Isolasi
Sosial. (n.d.). Retrieved June 16, 2018, from
https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-isolasi-
sosialb.pdf.
Farida Kusumawati & Yudi Hartono. (2012). Laporan Pendahuluan dan
Startegi Pelaksanaan Isolasi Sosial. (n.d.). Retrieved June 16, 2018,
from https://samoke2012.files.wordpress.com/2017/03/lpsp-isolasi-
sosialb.pdf.
Mukhripah Damaiyanti & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa.
Bandung: PT Refika Aditama.