Anda di halaman 1dari 32

LAPORAN PENGGUNAAN ALAT

BLOOD GAS ANALYZER ABL80 FLEX

Oleh :
Ns.Vindy Villien Lesnussa, S.Kep

PROGRAM PELATIHAN ICU KOMPERHENSIF


SILOAM TRAINING CENTER
TANGERANG
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas hikmat dan kasihNya
sehingga laporan tentang Penggunaan Alat Analisa Gas Darah dapat
terselesaikan. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan, bantuan dan arahan
dari berbagai pihak, laporaran ini tidak dapat terselesaikan. Untuk itu penulis
mengucapkan terima kasih kepada:
1) Pihak Siloam Training Center selaku pendiri training ICU yang telah
menyediakan dan memfasilitasi training ICU.
2) HIPERCCI selaku himpunan perawat critical yang sudah bekerjasama
dalam menyiapkan setiap materi training ICU.
3) Pihak Rumah Sakit Umum Siloam Lippo Village yang telah
memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pelatihan
ICU.
4) Ns. Martinus Hartono, S.Kep, M.Kep selaku koordinator Siloam
Training Center.
5) Ns. Jihaz Hanen, S.Kep selaku pembimbing yang telah memberikan
waktu dan buah pikiran untuk membimbing dan mengarahan selama
proses pengerjaan laporan.
6) Pembimbing dan fasilitator pelatihan ICU Komperhensif di
Ruang ICU Rumah Sakit Umum Siloam Lippo Village.
Teman-teman seperjuangan pelatihan ICU Comperhensive, Siloam
Training Center tahun 2021Penulis menyadari bahwa setiap hal memiliki
ketidaksempurnaan, begitupun Laporan ini. Untuk itu, setiap saran dan masukan sangat
berarti bagi penulis demi kesempurnaan makalah ini.

Tangerang, 31 Oktober 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................. i

DAFTAR ISI ................................................................................................................ ii


BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ......................................................................................... 1

1.2 Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2

1.3 Metode penulisan ..................................................................................... 2

1.4 Manfaat Penulisan.................................................................................... 2

1.5 Sistematika Penulisan .............................................................................. 3

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Analisa Gas Darah ................................................................. 4

2.2 Anatomi Fisiologi .................................................................................... 9

2.2.1 Anatomi .......................................................................................... 9

2.2.2 Fisiologi .......................................................................................... 10

2.3 Indikasi dan Kontraindikasi Analisa Gas Darah ........................................ 10

2.3.1 Indikasi Analisa Gas Darah............................................................. 10

2.3.2 Kotraindikasi Analisa Gas Darah .................................................... 11

2.4 Tanda dan Gejala ....................................................................................... 11

2.5 Jalur Pengambilan Sampel Darah .............................................................. 12

2.5.1 Allen’s Test ...................................................................................... 13

2.6 Kode Alat ................................................................................................... 16

2.7 Komponen Alat.......................................................................................... 18

2.8 Cara Kerja Alat ........................................................................................... 21

2.9 Komplikasi ................................................................................................. 22

2.10 Diagnosa Keperawatan .............................................................................. 23

ii
2.11 Hal-Hal Yang Perlu Diperhatikan ................................................................ 23

3.1 Kesimpulan ................................................................................................. 25

3.2 Saran ............................................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 27

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (WHO) menyebutkan prevalensi pasien


kritis di ICU meningkat setiap tahunnya. Tercatat 9.8-24.6% pasien kritis dan
dirawat di ICU dengan tingkat mortalitas meningkat 1.1-7.4 juta orang
didunia. Tercatat sebanyak 16 ICU di Rumah Sakit pada negara-negara Asia
Tenggara termasuk Indonesia, terdapat 1285 pasien sepsis dengan rata-rata
penggunaan ventilator 3-10 hari dan 575 pasien diantaranya meninggal dunia
(WHO, 2019). Kemudian PPOK sebagai penyebab kematian nomor tiga
didunia diikuti Infeksi saluran nafas bawah sebagai peringkat ke empat yang
merenggut 2.6 juta jiwa (The Global Burden of Disease Study, 2020), dan
baru-baru ini menjadi pandemi global yaitu Coronavirus disease-2019
(COVID-19) yang menetapkan Indonesia sebagai peringkat 13 jumlah kasus
terbesar (Worldometer, September 2021). Salah satu ciri khas dari COVID-19
yaitu Silent Hypoxemia, pasien datang dengan kandungan oksigen yang
rendah tanpa adanya keluhan sesak. Hasil studi yang dilakukan oleh Tobin,
dkk (2020) menyatakan sebanyak 16 kasus Silent Hipoxemia dilaporkan di
Indonesia, namun masih banyak kasus yang belum dilaporkan. Kasus-kasus
seperti ini memerlukan adanya pemerikasaan penunjang yang tepat dan cepat
untuk menangani berbagai kasus kritis dengan gangguan pernapasan dan
metabolik sebagai prognosis awal untuk pengambilan tindakan medis. Salah
satunya pemeriksaan Analisa Gas Darah.

Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang


bertujuan untuk mengukur atau mengevaluasi jumlah oksigen dan karbon
dioksida dalam darah, serta menentukan tingkat keasaman atau pH darah
(Manokharan , 2017). Komponen dasar pemeriksaan AGD mencangkup pH,
PaO2, PaCO2,SO2,HCO3, dan BE (Base excesses/ kelebihan basa) (Kusuma
& Rachmawati, 2019). Ada berbagai macam jenis alat pemeriksaan AGD
dengan berbagai macam tingkat kecanggihannya, ABL80 FLEX merupakan
Alat Analisa Gas Darah (AGD) yang dipakai di ICU Rumah Sakit Umum
Siloam Hospital. Perawat ICU identik dengan penggunaan teknologi tingkat

1
tinggi (Anggraeni & Ismail, 2018), Hal ini juga merupakan salah-satu
tantangan perawat di Era Society 5.0 yang memaksa perawat ICU harus
mampu pengoperasikan berbagai alat demi mendukung perawatan pasien-
pasien kritis di ICU. Dari berbagai alasan tersebut, penulis sangat tertarik
untuk membahas makalah Penggunaan Alat Analisa Gas Darah di ICU
Rumah Sakit Umum Siloam Hospital Lippo Karawaci.

1.2 Tujuan Penulisan


1.2.1 Tujuan Umum
Perawat ICU mampu memahami cara penggunaan alat Analisa Gas
Darah dan melakukan perawatan alat dengan baik.
1.2.2 Tujuan Khusus
a. Perawat mampu memahami anatomi dan fisiologi darah, serta memahami
konsep kerja dan indikasi dari alat Analisa Gas Darah.
b. Perawat mampu memahami komponen dari alat Analisa Gas Darah
c. Perawat memahami cara penggunaan alat Analisa Gas Darah dan mampu
melakukan pemeriksaan secara mandiri.
d. Perawat mampu memahami masalah keperawatan yang dapat terjadi pada
saat pemeriksaan Analisa Gas Darah
e. Perawat mampu memahami hal-hal penting terkait penggunaan alat
Analisa Gas Darah dan pemeliharaannya.

1.3 Metode Penulisan


Penulisan laporan ini menggunakan jenis penulisan deskriptif dengan teknik
pengumpulan data studi kepustakaan yang diambil lewat referensi jurnal,
penulisan terdahulu, buku-buku terkait dan manual book ABL 80 Flex.

1.4 Manfaat Penulisan


Adapun manfaat penulisan makalah ini sebagai berikut:
1. Bagi STC
Sebagai salah satu syarat tugas pelatihan comprehensive ICU
2. Bagi Rumah sakit
Sebagai bahan referensi tentang penggunaan alat analisa gas darah
2
3. Bagi Perawat ICU

Sebagai acuan untuk pemeriksaan alat analisa gas darah secara mandiri dan
pemeliharaannya

4. Bagi Peserta Pelatihan Comperhensive ICU

Sebagai salah satu sarana untuk menambah ilmu terkait penggunaan alat
analisa gas darah

1.5 Sistematika Penulisan


Sistematika penulisan laporan penggunaan alat ini adalah sebagai berikut.
 BAB I : Pendahuluan meliputi Latar Belakang, Tujuan Penulisan, Metode
Penulisan, Manfaat Penulisan, dan Sistematika Penulisan.
 BAB II: Konsep Dasar Teori tentang alat meliputi pengertian alat, Anatomi
dan Fisiologi, Penjelasan terkait alat dan penggunaannya, Tinjauan
Teoritis Keperawatan, serta Kesimpulan dan Saran

3
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PENGERTIAN ANALISA GAS DARAH


Analisa gas darah (AGD) adalah prosedur pemeriksaan medis yang
bertujuan untuk mengukur atau mengevaluasi jumlah oksigen dan karbon dioksida
dalam darah, serta menentukan tingkat keasaman atau pH darah (Manokharan,
2017). AGD merupakan bagian penting untuk mendiagnosis dan mengelola status
oksigenasi dan keseimbangan asam basa pasien (Kusuma & Rachmawati, 2019).
AGD adalah sebuah alat yang digunakan untuk mengukur tekanan parsial gas
yang ada di dalam darah seperti CO2 dan O2, mengukur pH darah dan mengukur
elektrolit seperti potasium, natrium dan klorida dengan mengumpulkan sampel
darah arteri atau vena pasien (Sidemen & Masyuni, 2016). Pemeriksaan AGD
sering dilakukan untuk menilai status oksigenasi khususnya pada pasien kritis
yang membutuhkan hasil yang cepat untuk kemudian dapat segera diambil
tindakan medis.
Menurut dokumen yang dikeluarkan oleh Croatian Chamber of Medical
Biochemist (CCMB), AGD dikategorikan sebagai analisis prioritas, adapun
komponen yang terdapat dalam pemeriksaan AGD adalah:

a. pH: Mengukur keseimbangan asam basa dalam darah

b. PaO2: Mengukur tekanan pasrial oksigen dalam darah arteri.

c. Hco3: Menghitung konsentrasi kadar bicarbonat pada darah arteries

d. PaCO2: Mengukur tekanan partial karbon dioksida dalam darah arteri.


e. SaO2: Menghitung kadar oksigen arteri.
f. Base Excess/Deficit: menghitung kelebihan atau kekurangan basa
dalam darah arteri.
AGD dikategorikan sebagai analisis prioritas pertama yang harus dilaporkan
dalam 30 menit. The American Association for Respiratory Care telah
mengadopsi pedoman praktek klinik yang menganjurkan untuk pengambilan
sampel, penanganan, analisis sampel darah arteri dan pelaporan segera dalam 30
menit (CCMB dalam Kusuma & Rachmawati, 2019).

4
Singh, dkk (2016) menambahkan, pemeriksaan AGD merupakan
pemeriksaan yang rutin guna memonitor keseimbangan asam–basa pada pasien
sebagai indikator efektifitas pertukaran gas dan status control pernapasan pasien.
Pada pemeriksaan gas darah akan menampilkan nilai dari setiap komponen yang
diatas. Adapun nilai normal analisa gas darah adalah:
pH 7.35- 7.45
PaO2 80 -100 mmHg
SaO2 > 95 %
PaCO2 35-45 mmhg
HCO3 22-26 mEq/L
BE -2- +2
Tabel 2.1 Nilai Normal AGD (Morton & Fontaine, 2013)
Kusuma & Rachmawati (2019) memaparkan beberapa komponen dalam
keseimbangan asam basa, meliputi:
a. pH
pH darah mewakili seluruh keseimbangan asam dan basa yang diproses di
dalam tubuh. Asam adalah zat yang memiliki setidaknya satu ion H+ dan
menyumbangkan ion H+. Asam sebagai komponen yang memiliki ion hydrogen dan
bereaksi dengan air untuk membentuk ion hidrogen, sedangkan Basa adalah
komponen yang menghasilkan ion hidroksida dari air (Sidemen & Masyuni, 2016).
pH merupakan gambaran dari kadar ion H+ dalam darah untuk menentukan adanya
asidosis maupun alkalosis. Akhiran “osis” digunakan untuk menggambarkan suatu
proses patologis yang mengubah pH arteri. Asidosis merupakan kondisi dimana pH
arteri lebih rendah dari nilai normal sedangkan alkalosis merupakan kondisi dimana
pH arteri lebih dari nilai normal. Ph normal arteri berkisar antara 7,35 - 7,45, namun
pada keadaan kritis, tubuh dapat bertahan selama beberapa jam dengan kisaran pH
hingga 6,80-7,80. Beberapa kondisi ditemukan hasil pH pada analisa gas darah dapat
menunjukkan hasil normal jika tubuh berhasil melakukan kompensasi.

b. PO2
pO2 adalah tekanan parsial oksigen pada fase gas dalam keseimbangan dengan
darah. Tinggi dan rendahnya nilai pO2 dari darah arteri mengindikasikan keadaan
hiperoksemia. Biasanya pO2 akan menurun seiring dengan bertambahnya usia. Hal
ini disebabkan penurunan elastisitas di paru-paru lansia, sehingga mengganggu

5
proses ventilasi dan perfusi. Nilai pO2 yang kurang dari nilai normal menunjukkan
terjadinya hipoksemia. Hipoksemia merupakan akibat dari hipoventilasi atau
gangguan ventilasi- perfusi. Jika ventilasi alveolar memadai yaitu dengan ditandai
oleh pCO2 yang normal, maka hipoksemia kemungkinan besar disebabkan oleh
gangguan ventilasi-perfusi.
c. pCO2

pCO2 merupakan nilai tekanan parsial karbondioksida yang mencerminkan


keadaan ventilasi alveolar. Tingginya nilai pCO2 mencerminkan hipoventilasi
alveolar, sedangkan penurunan pCO2 mencerminkan hiperventilasi alveolar.
Hiperkapnea dan hipokapnea merupakan penyebab penting adanya perubahan
tekanan oksigen arteri (pO2). Perubahan akut pCO2 akan mengubah pH darah.
d. HCO3
HCO3 dalam darah arteri mencerminkan komponen metabolisme darah arteri.
Bersama-sama CO2 dan HCO3 bertindak sebagai buffer secara metabolic dan
repriratorik. Bikarbonat adalah basa lemah yang diatur oleh ginjal sebagai bagian
dari homeostatis asam-basa. CO2 dan HCO3 keduanya digambarkan jelas dalam
metode Henderson-Hasselbach. Persamaan ini menitikberatkan pada system buffer
asam karbonat yang memegang peranan penting dalam pengaturan asam basa
melalui ginjal dan paru-paru. Karbondioksida bereaksi dengan air untuk membentuk
HCO3 dan H+.

e. Base excess
Komponen metabolic keseimbangan asam-basa tercermin di base excess (BE).
BE berasal dari nilai pH dan PCO2. Hal ini didefinisikan sebagai jumlah asam yang
dibutuhkan untuk mengembalikan setiap liter darah ke pH normal pada PCO2 40
mmHg.
f. SO2
Saturasi oksigen adalah presentasi hemoglobin yang berkaitan dengan oksigen
dalam arteri. Nilai saturasi oksigen normal adalah 95-100%. Kadar yang lebih rendah
menandakan adanya hipoksemia.

6
2.2 ANATOMI FISIOLOGI
2.2.1 ANATOMI
Sampel analisa gas darah di peroleh dari darah arteri atau darah vena pasien.
Darah merupakan komponen esesnial bagi makhluk hidup karena berperan sebagai
media komunikasi antar sel tubuh yang membawa oksigen dari paru paru ke jaringan
dan membawa karbondioksida dari jaringan ke paru-paru untuk proses pertukaran
(Hasana, 2018), menyebutkan bahwa darah terdiri dari dua komponen utama yakni:
a. Plasma darah
Sekitar 55 % darah merupakan komponen cairan atau plasma. Plasma
darah merupakan komponen dalam bentuk cairan yang mengandung nutrisi
maupun subtansi penting yang diperlukan oleh tubuh seperti protein, albumin,
faktor- faktor pembekuan darah dan berbagai macam elektrolit yang dibutuhkan
tubuh, dimana pembagian terdiri dari air sebanyak 92 %, 7 % protein, dan 1 %
nutrient.
b. Sel sel darah
Komponen darah lainnya adalah sel-sel darah berjumlah 45% dari total
darah. Sel- sel darah terdiri dari eritrosit atau sel darah merah, leukosit atau sel
darah putih dan trombosit (keping darah). Komponen sel darah merah
merupakan komponen terbanyak di dalam sel- sel darah yakni 41%.
1. Sel darah putih

Sel adarh putih atau yang sering disebut sebagai leukocytes komposisi
hanya terdiri dari 1% dari komponen darah. Sel darah putih berperan dalam
sistem imun dan respon imun dalam tubuh, yang dimana menetralisir dan
mengenali antigen yang masuk ke dalam tubuh dan membuat sistem
pertahanan imun terhadap antigen tersebut. Leukosit terbagi atas dua grup
yakni grup granulocytes yang terdiri dari neutropil, eosinophil dan basofil
yang memiliki granula didalam sitoplasmanya. Dan grup terakhir adalah
agranulocytes yang tidak memiliki granula yakni monocytes dan limfosit.
2. Trombosit
Trombosit merupakan sel berbentuk cakram dengan diameter 2-5 mm.
Tersusun atas subtansi fosfolipid yang penting dalam proses pembekuan
darah dan proses perbaikan pembuluh darah ketika terjadi luka.
3. Sel darah merah

7
Sel darah merah berbentuk cakram bikonkaf dengan diameter sekitar 7,5
mokron (Hasanan, 2018). Sel darah merah berfungsi sebagai pengangkut
hemogblobin yang membawa oksigen dari paru– paru ke jaringan (Wulandari
2018), Hemoglobin adalah molekul protein tetramerik yang terdiri dari
protoporphyrin dan besi yang ditemukan di dalam sel darah merah. Protein
hemoglobin A berbentuk globuler terdiri dari dua rantai alfa globin, dan 2
rantai beta globin. Tiap tiap sub unit (alfa dan beta) mengandung grup
heme dengan satu atom zat besi untuk melekatnya oksigen atau ligand yang
lain secara reversible. Setiap molekul Hb dapat mengikat 4 oksigen, ini lah
yang disebut sebagai daya afinitas. Afinitas (daya gabung) terhadap oksigen
akan membentuk oksihemoglobin dalam sel darah merah, melalui fungsi ini
maka oksigen dibawa dari paru- paru ke jaringan dan mengembalikan karbon
dioksida dari jaringan ke paru- paru (Davis (2007) dalam Wahyuni (2018)).

Afinitas hemoglobin terhadap O2 dipengaruhi oleh pH, suhu dan


konsentrasi di fosfosgilserat (2,3-DPG) dalam sel darah merah. Kurva
disosiasi oksigen akan bergeser ke kanan apabila pH darah turun (asam),
terjadi peningkatan Co2, suhu dan peningkatan 2.3 BPG.

Gambar.1 afinitas hemoglobin

Pada gambar diatas dapat dilihat bahwa ketika terjadi peningkatan suhu,
dan peningkatan kadar CO2 akan mengakibatkan daya afinitas hb terhadap
oksigen menurun, yang mengakibatkan pula pH menjadi asam. Hal ini
sebabkan setiap peningkatan 10 celcius diatas 37 0
pada pasien akan
8
mengakibatkan PO2 mengalami peningkatan 7.2 % (PaO2 akan menunjukkan
5 mmhg lebih rendah daripada nilai yang sebenarnya, sedangkan setiap
peningkatan 10 celcius diatas 370 akan berdampak kepada CO2 yang dimana
mengalami penurunan sebanyak 4,4 % PaCO2 akan menunjukkan 2 mmHg
lebih rendah daripada nilai yang sebenarnya. Hal yang sama juga terlihat pada
suhu, dimana 10 celcius diatas 37 0
akan mengakibatkan penurunan pH
sebanyak 0,015 units, Sehingga ini menjadi alasan kenapa diperlukan
pemeriksaan suhu pada saat dilakukan pengambilan sampel darah AGD.

2.2.2. FISIOLOGI
Pengaturan keseimbangan asam dan basa merupakan hasil dari
keseimbangan ion hidrogen dalam tubuh. Walaupun produksi asam akan
terus menghasilkan ion hidrogen dalam jumlah banyak, ternyata konsentrasi
ion hidrogen akan tetap dipertahankan pada kadar pH 7.35-7.45 (Kusuma &
Rachmawati, 2019). Menyatakan bahwa pengaturan keseimbangan asam
dan basa ini diselenggarakan melalui tiga sistem koordinasi yakni:
1. Sistem buffer
Sistem buffer disebut sebagai sistem penahan atau sistem
penyangga, karena dapat menahan perubahan pH. Sistem buffer sendiri
adalah larutan yang mengandung asam dan basa konjugasinya. Buffer
ini terdiri dari asam lemah yang menjadi donor ion hydrogen dan basa
lemah yang berperan sebagai akseptor ion hydrogen Melalui reaksi
yang bersifat reversible, larutan penyangga dapat mengatasi perubahan
konsentrasi ion hidrogen, yang dimana ketika H+ bertambah ion
hydrogen akan bergabung dengan A-, yang dimana buffer secara
langsung mengambil atau melepaskan ion H+ untuk menjaga kestabilan
asam dan basa.

2. Pengaturan keseimbangan Asma basa oleh paru


Peranan sisten respirasi dalam keseimbangan asam – basa adalah
mempertahankan agar PCO2 selalu konstan walaupun terdapat
perubahan kadar CO2 akibat proses metabolisme tubuh. Sistem
pernapasan mengatur kadar karbon dioksida yaitu Pco2 darah arteri ada
di rentang 40 mmHg. Ventilasi paru dikendalikan oleh pH dan PCO2

9
darah yang dimana dikendalikan oleh dua stimulus utama yaitu
peningkatan PaCO2 dan penurunan PaO2 (hipoksemia).
- Stimulus CO2
Stimulus CO2 terhadap ventilasi terjadi pada daerah kemosensitif di
pusat pernapasan pada medulla oblongata. Karbondioksida
merupakan stimulus utama pernapasan yang dapat terjadi walaupun
terjadi sedikit peningkatan PaCO2. Pada setiap peningkatan 1 mmhg
PaCO2 akan terjadi peningkatan pernapasan sebesar 1-4 L/menit.
Apabila terjadi peningkatan PaCO2 di arteri dan penurunan pH akan
merangsang pernapasan yang bertujuan untuk menurunkan PaCO2.
- Stimulus O2
Stimulus O2 terjadi melalui perantara kemoreseptor di badan karotis
yang terletak di percabangan arteri karotis. Hipoksemia akan
merangsang ventilasi apabila terjadi penurunan PaO2 di bawah 50 –
60 mmHg sehingga meningkatkan frekuensi napas yang
mengakibatkan penurunan PaCO2 dan meningkatkan pH.
3. Pengaturan keseimbangan asam basa oleh ginjal
Pada organ ini ginjal berperan mengatur keseimbangan asam – basa
dengan sekresi dan reabsorpsi ion hydrogen dan ion bikarbonat. Hal ini
terjadi dimana ion hidrogen, CO2 dan NH3 diekskresi ke dalam lumen
tubulus dengan bantuan energi yang dihasilkan oleh mekanisme pompa
natrium di basolateral tubulus. Pada proses tersebut, asam karbonat dan
natrium dilepas kembali ke sirkulasi untuk dapat berfungsi kembali.

2.3 INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI ANALISA GAS DARAH

2.3.1 INDIKASI PEMERIKASAAN


Menurut Badan Patologi Klinik Fakultas Kedokteran Unissula (2018)
Indikasi analisa gas darah antara lain:
1. Pasien dengan penyakit obstruksi paru kronik (PPOK)
2. Pasien dengan edema pulmonary
3. Pasien akut respiratori distress sindrom (ARDS)
4. Infark Miokard
5. Pneumoni
6. Pasien syok
10
7. Pasien pembedahan coronary arteri baypass
8. Resusitasi cardiac arrest
Lebih luas ditambahkan oleh M. Hanan, Abdelatief, D.A (2016), indikasi
pasien untuk pemeriksaan AGD adalah sebagai berikut:
1. Kondisi kesadaran yang berubah tanpa diketahui penyebab.
2. Distress pernapasan – hipoksia.
3. Titrasi ventilasi spontan.
4. Gangguan metabolisme (Ketoasidosis diabetikum).
5. Pasien syok, (sepsis atau kardiogenik)
6. Evaluasi intervensi – resusitasi cairan.

2.3.2 KONTRAINDIKASI PEMERIKSAAN

Menurut Hanggara (2018), Kontraindikasi yang perlu diperhatikan dalam


pengambilan sampel darah AGD yaitu:

1. Denyut nadi arteri tidak terasa atau tidak teraba.


2. Modifikasi allenn test negatif, apabila test allent negatif tetapi tetap
dilaksanakan maka akan terjadi thrombosis dan beresiko mengganggu
viabilitas tangan.
3. Selulitis atau adanya infeksi terbuka atau penyakit pembuluh darah
perifer pada tempat penusukan.
4. Adanya koagulopati (gangguan pembekuan atau pengobatan dengan
antikoagulan dosis sedang dan tinggi).
5. Pasien dengan trombositopenia dengan trombosit di bawah < 30.000
mg/moll.

2.4 TANDA DAN GEJALA


Manokharan (2017) menyebutkan, pemeriksaan analisa gas darah dapat
dilakukan apabila menemukan tanda dan gejala yang menunjukkan bahwa
seseorang mengalamai ketidakseimbangan oksigen, karbon dioksida, atau pH
darah. Gejala yang dimaksud meliputi:
1. Sesak napas
2. Sulit bernafas
3. Kebingungan atau penurunan kesadaran

11
4. Mual
Perlu diingat bahwa ini merupakan beberapa tanda dan gejala dari suatu
penyakit yang telah dipaparkan dibagian indikasi.

2.5 JALUR PENGAMBILAN SAMPEL DARAH


Morton dan Fontaine dalam Critical Care Nursing a Holistic Aproach Edisi 10
(2013) menyebutkan, ada beberapa tipe pemeriksaan analisa gas darah, yaitu :
1. Arterial blood gas ( gas darah arteri)
Adalah sample gas darah yang dimana pemeriksaan ini merupakan jenis
pemeriksaan untuk mengkaji pertukaran gas dan fungsi paru (pCo2 dan
pO2) terutama tentang status oksigenasi pada pasien. di ambil dari darah
arteri. Jalur pengambilan Sampel darah terdiri dari tiga lokasi, diantaranya:

a. Arteri radial
Zisquit & Velasquez (2021) mengemukan bahwa arteri radialis
merupakan arteri yang mudah untuk di palpasi atau di raba, sehingga
sering di gunakan sebagai area pengambilan sampel pertama kali,
karena berada di area pergelangan tangan. Pada arteri ini, sudut
pengambilan darahnya yakni 450.
b. Arteri brachialis
Arteri brachialis umumnya digunakan sebagai pilihan kedua,jika tidak
berhasil pada arteri radialis. arteri ini besar dibandingkan dengan arteri
radialisArteri brachialis tidak dapat digunakan jika ditemukan adanya
nadi lemah akibat syok , pada pasien dengan obesitas, atau pembuluh
darah sclerotic dikarenakan katerisasi jantung sebelumnya. Sudut
penusukan pada arteri ini adalah 45 – 600.
c. Arteri femoralis
Penusukan pada arteri femoralis biasanya dipilih pada pasien dengan
henti jantung atau hilangnya perfusi pada ektremitas atas. Arteri ini
dipilih dikarenakan arteri femoralis merupakan arteri superficial
terbesar yang terletak di area paha, yang mudah untuk di palpasi dan
dilakukan penusukan. Sudut pengambilan sampel pada arteri ini yaitu
900.

12
d. Arteri dorsalis pedis
Arteri dorsalis pedis paling baik teraba di antara lateral tendon
ekstensor hallucis longus. Arteri ini menerima aliran kolateral dari arteri
plantar lateral melalui lengkungan yang ada dikaki mirip dengan yang
ada di tangan. Posisi derajat penusukan pada area ini adalah 30-45
derajat.
e. Melalui arteri line
Sampel ini diambil pada pasien yang terpasang arteri line dengan
menutup line yang mengalir ke udara atau ke pressure bag, lalu aspirasi
terlebih dahulu sekitar 3- 5 ml untuk mengeluarkan darah yang sudah
tercampur dengan cairan pasien. Lalu setelah itu siapkan syringe baru
untuk pengambilan darah dari arteri line.
2. Venous blood gas ( gas darah vena)
Sample ini cukup jarang di ambil untuk dianalisa. Sampel ini diperoleh dari
darah vena atau dilakukan venapuncture pada pasien.

Gambar 2. Area pengambilan sampel AGD

2.5.1 ALLEN’S TEST


Supit, dkk (2013) dalam jurnalnya menyebutkan Allent test merupakan
salah satu indikator untuk menilai patensi ulnaris, dan menggunakan lebih dari
15 detik sebagai standar waktu untuk ketidaknormalan. Standar Operasional
Rumah Sakit Siloam (2013). Allen test adalah suatu pemeriksaan terhadap
sirkulasi dari arteri ulnaris untuk mengetahui keadekuatan dari sirkulasi arteri
ulnaris bila sirkulasi dari arteri radialis dihentikan dengan penekanan tangan.
13
Tujuannya adalan untuk memastikan pemeriksaan allen test dilakukan
dengan teknik yang besar sehingga hasil pemeriksaan akurat untuk menentukan
akses tindakan pemeriksaan selanjutnya. Prosedur Allen Test :
1. Lakukan identifikasi pasien.
2. Lakukan cuci tangan dan pakai sarung tangan bila perlu.
3. Jelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan.
4. Atur posisi pasien tidur atau duduk.
5. Pastikan letak arteri dengan cara:
a) Lakukan palpasi arteri radialis dan ulnaris.
b) Tekan arteri radialis dan arteri ulnaris dengan kedua ibu jari
tangan
c) Instruksikan pasien agar menggenggam dan membuka telapak
tangan beberapa kali sampai telapak tangan tampak pucat (kira-
kira 3 detik). Perhatikan perubahan warna dari telapak tangan
pasien sampai warna telapak tangan kembali seperti semula.
d) Bila dalam 8-15 detik warna telapak tangan tetap pucat artinya
hasil negative dan tindakan allen test tidak dapat dilakukan di
arteri radialis.
e) Bila terjadi perubahan warna merah pada telapak tangan dalam
waktu kurang dari 8 detik artinya hasil positif dan tindakan dapat
dilakukan di arteri radialis.

Gambar. 3 Allen Test Procedure

14
Catatan : untuk allen test radialis dan ulnaris harus juga di tes apakah
ulnarisnya juga baik atau tidak. Jika salah satu antara ulnaris dan radialis
hasilnya negative artinya tindakan atau akses tidak bisa dilakukan melalui
radialis.
6. Teknik pengukuran allen test saturasi oksigen dengan menggunakan
oxymeter.
a. Pasang probe oximetry pada jari pasien.
b. Raba dan tekan arteri radialis dan ulnaris : gelombang saturasi akan
hilang dan hasil pengukuran turun.
c. Lepaskan tekanan pada arteri ulnaris dan perhatikan gelombang dan
lakukan pengukuran saturasi :
- Bila gelombang kembali normal dan hasil pengukuran saturasi
kembali seperti semula artinya allen test positif dan tindakan bisa
dilakukan melalui arteri ulnaris.
- Bila gelombang tidak segera ada, tunggu beberapa saat : Jika
gelombang kembali normal secara perlahan berarti tes positif.
Ulangi prosedur dan akan di dapatkan perubahan gelombang.
Hasil pengukuran saturasi kembali dengan cepat dikarenakan
kolateral telah berfungsi.
- Bila gelombang tetap tidak ada saat tekanan arteri ulnaris
dilepaskan: Hasil pengukuran saturasi tidak naik dan prosedur
tidak bisa dilakukan pada arteri ulnaris
7. Informasikan kepada pasien terkait hasil pemeriksaan allen test

15
2.6 KODE ALAT
Alat Analyser Gas Darah yang digunakan diruang Intensive Care RSUS
yaitu ABL 80 FLEX ANALYZER.

Gambar.4 ABL 80 Flex

Tabel 2.2 kode alat

16
Tabel 2.3 kode alat

17
2.7 KOMPONEN ALAT
1. Komponen ABL 80 FLEX ANALYZER
a. Tampak Depan

Gambar.5 Tampak Depan ABL 80 Flex


Tabel dibawah ini mendeskripsikan fungsi dari setiap komponen
Item Part Fungsi
1 Touch screen Layar
2 CD drive RW CD drive
3 Kaset area Sarana untuk menyimpan kaset sensor
Solution pack Untuk menahan dan mengeluarkan solution
4
door and latch Pack
Solution pack Tempat menempatkan solution pack
5
cavity
Barcode Scanner untuk membaca barcode
6
scanner
7 Handel Handle untuk bisa di angkat
8 Printer Printer suhu dengan clamshell pelindung
Tabel 2.4 Komponen dan fungsi ABL 80 FLEX
b. Tampak Belakang

Gambar. 5 Tampak Belakang ABL 80 flex


Tabel dibawah ini membahas tentang bagian belakang

Item Part Fungsi

1 Printer Printer suhu dengan clamshell pelindung


2 PS2 connecction Untuk mouse connection
3 Ps2 connection Untuk eksternal barcode
4 Video connection Video keluaran untuk externall monitor
5 Power switch Untuk menyalakan analyzer on
6 Power cord Untuk menyambungkan power cord
socker
7 S232 serial Fotr unidirectional communication from
COMM port abl80 flex analyzer
8 USB Dua port untuk koneksi perangkat luar
RJ45 Ethernet Sambungan Ethernet
T network ort
abel 2.5 Komponen belakang ABL 80 Flex
c. Tampilan Menu ABL 80 flex
Menurut buku manual ABL 80 flex berikut tampilan menu utama
Terdiri dari komponen menu utama
a. Menu Terdiri dari :
a) Analysis sampel darah.
b) Manual Kalibrasi.
c) Sistem pengaturan manual.
d) Data penggunaan.
e) Tombol utilities
f) Tombol pengaturan
g) Tombol log on
h) Tombol shut down
b. Tombol Log Off.
c. Tutorial cara pemeriksaan sampel.
d. Jumlah test yang dapat digunakan.
e. Data log.
f. Dan komponen pemeriksaan yang diperiksa pada bagian atas
dari tampilan menu.

Gambar 6 tampilan menu ABL 80 flex


2.8 CARA KERJA ALAT
Berdasarkan buku manual ABL 80 Flex cara kerja alat adalah sebagai
berikut :
a. Rincian aktivitas
1) Pengambilan Sampel
a) Specimen yang diperiksa adalah darah dengan antikoagulan
heparin.
b) Specimen segera dikerjakan dalam aktu kurang dari 1 jam
setelah pengambilan sampel.
c) Dalam proses pengiriman, specimen harus dimasukkan
kedalam penampung atau box yang berisi es.
2) Cara Mengerjakan sampel
a) Pastikan alat dalam keadaan ready untuk dipakai.
(1) Ready berada pasda bagian sudut kiri atas pada menu
utama.
(2) Lampu yang menyala adalah hijau atau kuning muda.
(3) Parameter yang ingin diperiksa akan muncul dalam
bentuk parameter bar.
b) Pilih Menu lalu klik analisis
Pada bagian akan muncul panel parameter yang ingin
diperiksa, tipe sampel (apakah arteri atau vena). Tipe pasien
(dewasa atau anak).
c) Ketika panel parameter sudah muncul , pilih parameter panel
yang diinginkan untuk diperiksa.
d) Masukkan ID operator lalu tekan enter.
e) Masukan ID pasien lalu tekan enter.
f) Masukkan suhu pasien lalu tekan enter.
g) Masukkan nilai Fi02 (fraksi oksigen yang digunakan pasien,
tekan enter maka dilayar akan tampil “deselect analyte
result, pilih pemeriksaan yang diinginkan pada posisi on lalu
tekan enter.
h) Setelah itu angkat probe jarum penghisap, yang dimana
pertama geser tuas ke atas.
i) Masukkan probe jarum penghisap kedalam sampel darah
j) Pastikan jarum penghisap benar benar terbenam didalam
sampel, jangan menekan ujung probe atau mendorong
sampel masuk ke dalam ujung probe. Hal ini akan
mengakibatkan sampel aspirasi.
k) Posisikan semua versi analiser dalam keadaan on lalu tekan
aspirasi.
l) Analyzer akan berbunyi sebanyak 2 kali ketika aspirasi
completed, lalu tarik kembali sampel dari probe ujung
jarum dan turunkan kembali probe jarum penghisap.
m) Untuk menurunkan probe, ikuti setiap step intruksi dari
mesin AGD.
n) Hasil akan muncul di layar dan dapat di print.
o) Setelah itu bersihkan sisa darah yang ada di probe jarum.

2.9 KOMPLIKASI
Setiap tindakan medis yang dilakukan memiliki komplikasi yang
mungkin terjadi pada pasien. Menurut Manokharan (2017), komplikasi
yang dapat terjadi pada saat pengambilan sample AGD arteri adalah :
1. Arteriospasme atau gerakan tidak sadar dari pasien ketika
melakukan prosedur pengambilan sample darah
2. Hematoma atau perdarahan yang berlebihan pada area lokasi
penusukan.
3. Kerusakan saraf pada area penusukan. Hal ini dapat dicegah dengan
memilih lokasi pengambilan sampel darah yang sesuai dan
menghindari pengalihan atau reposisi jarum.
4. Thrombosis dan arteri emboli
2.10 DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada pemeriksaan AGD kemungkinan diagnosa yang mungkin dapat
terjadi setelah pengambilan sample AGD. Diagnosa keperawatannya
meliputi:

1. Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera fisik (trauma)

2. Resiko Infeksi berhubungan dengan efek prosedur invasif

3. Resiko Perdarahan berhubungan dengan trauma/tindakan


pembedahan

2.11 HAL-HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN


Peranan perawat terkait penggunaan alat meliputi:
a. Sebelum tindakan
Manokharan (2017) pada persiapan di tahap sebelum tindakan
mengambil sampel, perawat harus mempersiapkan dua hal yakni:
a) Persiapan alat untuk pengambilan sampel gas darah
b) Persiapan pasien meliputi:
1. Identifikasi pasien dan penjelasan prosedur kepada pasien.
2. Allen test perlu dilakukan jika menggunakan radialis
sebagai area penusukan.
b. Selama Pemeriksaan sampel
Tahapan ini merupakan tahapan dimana setelah sampel darah
didapatkan. Pada buku manual ABL 80 Flex, dianjurkan darah
yang dimasukkan pada jarum pemeriksaan, bila sampel yang
diperoleh merupakan sampel dari syringe, tidak disarankan untuk
mendorong darah ke dalam jarum. Melainkan biarkan alat yang
melakukan aspirasi terhadap sampel darah yang ada. Selain itu
perlu perawat perlu memastikan tidak adanya udara yang ada di
dalam syringe.
c. Setelah pemeriksaan sampel
Pada tahapan ini peranan perawat meliputi 2 hal yakni:
1. Pasien
a. Observasi area penusukan dan beri plester.
b. Observasi keluhan lanjutan yang mungkin timbul pada
pasien.
c. Tekan lama area penusukan untuk mencegah aliran darah
terus menerus.
2. Sampel gas darah
a. Hindari menunda pemeriksaan agd. Setelah sampel
diperroleh segera lakukan pemeriksaan.

Pada hasil yang diperoleh segera memberi tahu hasil kepada dokter
jaga atau dokter penanggung jawab pasien untuk tindakan
selanjutnya.

Dari Alat ABL80 FLEX sendiri, ada beberapa peringatan yang harus
diperhatikan, antara lain:
Gambar 7. Warning and Cautions

2.12 KESIMPULAN DAN SARAN


2.12.1 Kesimpulan
Analisis Gas Darah (AGD) merupakan bagian penting untuk
mendiagnosis dan mengelola status oksigenasi dan keseimbangan asam
basa pasien (Kusuma & Rachmawati, 2019). Hasil yang didapatkan
dari Alat AGD sangat memegang peranan penting sebagai indikator
untuk tindakan medis yang akan dilakukan maupun sebagai evaluasi
tindakan medis, seperti evaluasi terapi oksigen, medikasi, dan
resusitasi cairan. Prinsip kerja mesin AGD adalah dengan menganalisa
setiap komponen parameter yang telah diatur pada mesin terhadap
sampel darah, baik sampel darah yang diperoleh dari arteri maupun
vena. Komponen parameter dalam alat ABL80 FLEX meliputi pH,
PO2, PCO2,cCa2+, cK+, cNa+,cCl-, Clem, Hct, BE (base excess),
HCO3, elektrolit maupun Hb pasien.
2.12.2 Saran
Sebagai perawat ICU, kita perlu untuk memahami cara menggunakan
alat AGD, cara kerjanya, serta peduli akan pemeliharaan dari alat AGD.
hal ini dirasa perlu agar perawat dapat dengan segera mendapatkan
hasil akan kondisi pasien mengenai kadar oksigen dan keseimbangan
cairan pasien tanpa menunggu sampel analisa gas darah dikirim ke
laboratorium. Selain itu perawat perlu mengetahui interpretasi hasil
AGD, sehingga dapat dengan segera berkolaborasi memberikan
perawatan tercepat dan tepat berdasarkan hasil pemeriksaan, agar
nantinya dapat mengurangi angka mortalitas.
DAFTAR PUSTAKA

ABL80 FLEX Operator's manual(Software versions 3.14). (n.d.).


Anggraeni, L., & Ismail, S. (2018). Pengalaman Perawat Tentang Caring
Berbasis Teknologi Pada Pasien Kritis Di Intensive Care
Unit. Jurnal Perawat Indonesia,2(2), 70. doi:10.32584/jpi.v2i2.68
BADAN PATOLOGI KLINIK FK UNISSULA. (2018). Analisa Gas
Darah. Retrieved 2021, from
https://pspk.fkunissula.ac.id/sites/default/files/ANALISA_GAS_
DARAH_2018_0.pdf
Global trends in Respiratory disease – an update from the Global Burden
of Disease Study. (2020). doi:10.1787/43cbb65e-en
Hanggara, D. S. (2018). Prosedur Pengambilan Darah Arteri. Retrieved
2021, from https://patologiklinik.com/2018/04/06/prosedur-
pengambilan-darah-arteri/.
Hasanan, F. (2018). HUBUNGAN KADAR HOMOGLOBIN DENGAN
DAYA TAHAN KARDIOVASKULER PADA ATLET ATLETIK FIK
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR. Retrieved 2021, from
http://eprints.unm.ac.id/10090/1/JURNAL FARIDATUL
HASANAN - Copy.pdf
Indonesia. (2021.). Retrieved from
https://www.worldometers.info/coronavirus/country/indonesia/
Kusuma, D. A., & Rachmawati, B. (2019). Perbedaan parameter analisa
gas darah (AGD) pada mixing sampel sesuai dan tidak sesuai
standar Clinical and Laboratory Standards Institute
(CLSI). Intisari Sains Medis,10(1). doi:10.15562/ism.v10i1.344
Manokharan, P. (2017). ANALISIS GAS DARAH DAN APLIKASINYA
DI KLINIK. Retrieved November, 2021, from
https://simdos.unud.ac.id/uploads/file_penelitian_1_dir/ff76a052c
c9d611d598a2b4380afb62c.pdf
MORTON, P. G., & FONTAINE, D. K. (n.d.). Critical Care Nursing Tenth
Edition - A Holistic Approach(10th ed.).
Sidemen, S., & Masyuni, P. U. (2016). ANALISA GAS DARAH.
Retrieved 2021, from erepo.unud.ac.id/id/eprint/10926.pdf.
Singh, S., D. K., Meena, A., Dubey, V., Masood, N., & Luqman, S. (2016).
Rutin protects t-butyl hydroperoxide-induced oxidative
impairment via modulating the Nrf2 and iNOS
activity. Phytomedicine,55,92-104.
doi:10.1016/j.phymed.2018.07.009
Supit, A. I., Budiono, B., & Lefrandt, R. L. (2013). Correlation Between
Allen’S And Inverse Allen’S Tests With Diameters Of Ulnar And
Radial Arteries. Jurnal Biomedik (Jbm),5(2).
doi:10.35790/jbm.5.2.2013.2590
Tobin, M. J., Laghi, F., & Jubran, A. (2020). Why COVID-19 Silent
Hypoxemia Is Baffling to Physicians. American Journal of
Respiratory and Critical Care Medicine,202(3), 356-360.
doi:10.1164/rccm.202006-2157cp
WHO. (2019). Chronic critical illness. Retrieved from
https://www.atsjournals.org/doi/full/10.1164/rccm.201002-
0210CI

Wulandari, R. D. (2018). Kelainan pada Sintesis Hemoglobin: Thalassemia


dan Epidemiologi Thalassemia. Jurnal Ilmiah Kedokteran Wijaya
Kusuma,5(2), 33. doi:10.30742/jikw.v5i2.340
Zisquit, & Velasquez. (2021). ARTERI : Jurnal Ilmu Kesehatan,2(3).
doi:10.37148/arteri.v2i3

Anda mungkin juga menyukai