FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS 17 AGUSTUS 1945 JAKARTA
2019
KATA PENGANTAR
Penulis
ii
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
DAFTAR ISI
COVER
KATA PENGANTAR............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................................1
1.1 Latar Belakang..............................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.........................................................................................................2
1.3 Tujuan Penelitian..........................................................................................................2
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................20
iii
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
BAB I
PENDAHULUAN
1
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Pembekuan darah atau yang disebut koagulasi adalah suatu proses kimiawi yang
protein-protein plasmanya berinteraksi untuk mengubah molekul protein plasma besar yang
larut, yaitu fibrinogen menjadi gel stabil yang tidak larut yang disebut fibrin (Sacher, 2004).
Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat
pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini
antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli,
maupun untuk mencegah bekunya darah di luar tubuh pada pemeriksaan laboratorium atau
tranfusi darah.
Dalam diagnosis hemostatis ditegakkan mulai dari pendeteksian sifat pembawa, gejala
klinis yang timbul dan pemeriksaan laboratorium. Pemeriksaan laboratorium pada hemostatis
yang dapat dilakukan antara lain pemeriksaan waktu protrombin (Protrombin Time = PT),
masa prothrombin teraktivasi (Activated Partial Thromboplastine Time= APTT), serta
International Normalized Ratio (INR). Maka dari itu, makalah ini spesifik membahas tentang
ketiga tes pemeriksaan laboratorium tersebut.
2
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
3
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
jalur intrinsik. Jika komponen-komponen dari fase kontak ini tersusun pada permukaan
pemicu tersebut, terjadi pengaktifan faktor XII menjadi faktor XIIa melalui proteolisis
oleh kalikrein. Faktor XIIa ini, yang dihasilkan oleh kalikrein, menyerang prakalikrein
untuk menghasilkan lebih banyak kalikrein sehingga terjadi pengaktifan timbal-balik.
Faktor XIIa, setelah terbentuk, akan mengaktifkan faktor XI menjadi XIa dan juga
melepaskan bradikinin (suatu nonapeptida dengan efek vasodilatasi kuat) dari kininogen
HMW. Faktor XIa. dengan keberadaan Ca2+ mengaktifkan faktor IX (55 kDa, suatu
zimogen yang mengandung residu y-karboksiglutamat [Gla] dependen-vitamin K; lihat
Bab 44), menjadi serin protease, yaitu faktor IXa. Hal ini pada gilirannya menguraikan
ikatan Arg-Ile di faktor X (56 kDa) untuk menghasilkan serin protease, yaitu faktor Xa.
Reaksi terakhir ini memerlukan penyusunan komponen-komponen, yang disebut
kompleks tenase, pada permukaan membran: Ca2+ dan faktor VIIIa, serta faktor IXa
dan X. Perlu dicatat bahwa dalam semua reaksi yang melibatkan zimogen berisi-
Gla(faktor II, VII, IX, dan X), residu Gla di regio terminal amino molekul berfungsi
sebagai tempat pengikatan berafinitas tinggi untuk Ca2+. Faktor VIII (330 kDa), suatu
glikoprotein, bukanlah suatu prekursor protease tetapi kofaktor yang berfungsi sebagai
reseptor untuk faktor IXa dan X pada permukaan trombosit. Faktor VIII diaktifkan oleh
trombin dalam jumlah kecil untuk membentuk faktor VIIIa, yang pada gilirannya
menjadi inaktif pada penguraian lebih lanjut oleh trombin.
4
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
adalah penghubung penting antara jalur intrinsik dan ekstrinsik. Interaksi penting lain
antara jalur ekstrinsik dan intrinsik adalah bahwa kompleks faktor jaringan dan faktor
VIIa juga mengaktifkan faktor IX di jalur intrinsik. Memang, pembentukan kompleks
antara faktor jaringan dan faktor VIIa kini dianggap sebagai proses kunci dalam
permulaan koagulasi darah in vivo. Makna fisiologis tahap--tahap awal jalur intrinsik,
tempat faktor XII, prakalikrein, dan kininogen HMW berperan, mulai dipertanyakan
karena pasien dengan defisiensi herediter komponen-komponeh ini tidak mengalami
diatesis perdarahan. Demikian juga, pasien dengan defisiensi faktor XI dapat tidak
mengalami masalah perdarahan. Jalur intrinsik mungkin sebenarnya lebih penting dalam
fibrinolisis (lihat bawah) dibandingkan dalam koagulasi, karena kalikrein, faktor XIIa,
dan faktor XIa dapat menguraikan plasminogen dan kalikrein dapat mengaktifkan
urokinase rantai-tunggal. Tissue factor pathway inhibitor (TFPI; inhibitor jalur faktor
jaringan) adalah suatu inhibitor fisiologis utama untuk koagulasi. Inhibitor ini adalah
suatu protein yang beredar dalam darah dan berikatan dengan lipoprotein. TFPI secara
langsung menghambat faktor Xa dengan mengikat enzim di dekat tempat aktifnya.
Kompleks faktor Xa-TFPI ini kemudian menghambat kompleks faktor VIIa-faktor
jaringan.
5
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
menjadi faktor Va oleh sedikit trombin, senyawa ini berikatan dengan reseptor spesifik
pada membran trombosit dan membentuk kompleks dengan faktor Xa dan protrombin.
Senyawa ini kemudian diinaktifkan oleh kerja trombin sehingga pengaktifan protrombin
menjadi trombin dapat dibatasi. Protrombin adalah suatu senyawa glikoprotein rantai-
tunggal yang disintesis oleh hati. Regio terminal amino protrombin mengandung
sepuluh residu Gla, tempat protease aktif yang dependen-serin terletak di regio
terminal karboksil molekul. Jika berikatan dengan kompleks faktor Va dan Xa pada
membran trombosit, protrombin diuraikan oleh faktor Xa di dua tempat untuk
menghasilkan molekul trombin dua-rantai aktif yang kemudian dibebaskan dari
permukaan trombosit. Rantai A dan B trombin disatukan oleh satu ikatan disulfida.
6
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
pengikatan terpajan sehingga molekul-molekul monomer fibrin dapat membentuk
agregat (menggumpal) tak-larut secara spontan. Pembentukan polimer fibrin tak-larut
inilah yang menjerat trombosit, sel darah merah, dan komponen lain untuk membentuk
trombus putih atau merah. Bekuan fibrin awal ini relatif lemah, yang disatukan hanya
oleh ikatan nonkovalen monomer-monomer fibrin.
Selain mengubah fibrinogen menjadi fibrin, trombin juga mengubah faktor XIII
menjadi faktor Faktor ini adalah suatu transglutaminase yang sangat spesifik dan
mengikat-silang secara kovalen molekul-molekul fibrin dengan membentuk ikatan
peptida antara gugus amida glutamin dan gugus c-amino residu lisin sehingga terbentuk
bekuan fibrin yang lebih stabil dan lebih resisten terhadap proteolisis.
7
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
digunakan untuk menguji jalur ekstrinsik. Jadi diperlukan faktor VII, faktor V, faktor X,
faktor II serta faktor I yang normal, sedangkan tromboplastin jaringan tidak perlu normal.
8
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
3. Kemudian tambahkan 0,1 ml tromboplastin dan campurlah.
4. Lalu kepada campuran itu diberi 0,1 ml larutan CaCl2 0,22% (0,02 m). Jalankan
stopwatch tepat pada saat larutan calciumchlorida itu masuk. Campur baik-baik.
5. Biarkan selama 10 detik, kemudian dicoba apakah sudah ada fibrin dengan berkali-
kali memancing memakai kaitan logam dalam campuran tadi.
6. Hentikan stopwatch pada saat ada fibrinnya.
Catatan
Pemeriksaan inipun bukan merupakan suatu penetapan kuantitatif dalam arti kata
sebenarnya; hasilnya ikut dipengaruhi oleh kualitas tromboplastin yang dipakai dan oleh
teknik mengerjakan percobbaan. Karena itu, pemeriksaan ini harus dilakukan in duplo
dan harus juga disertai dengan kontrol plasma normal.
Nilai normal : 10 -15 detik. Kalau kontrol lebih lama dari 16 detik percobaan batal
karena mungkin tromboplastin telah menjadi kurang aktif. Tromboplastin dapat juga
dibeli atau dibuat sendiri dari otak kelinci; dianjurkan memakai yang diperdagangkan
saja, karena tromboplastin buatan sendiri kurang aktif jika memakai tromboplastin
belian, ikutilah instruksi cara melakukan test masa protrombin; instruksi itu menyertai
tiap batch tromboplastin. Larutan tromboplastin tidak tahan lama, harus disimpan dalam
lemari es, dan aktivitasnya harus tiap kali diuji dengan plasma normal. Larutan
calciumchlorida 0,22% (0,02 m) yang harus diencerkan 10 kali sebelum memakainya.
Laporan masa protrombin selalu harus menyebut masa protombin kontrol juga,
kedua-duanya disebut dengan detik. Cara yang lebih bagus menyebut aktivitas
protombin dengan % (dari normal). Cara itu menghendaki supaya terlebih dahulu dibuat
grafik aktivitas memakai campuran dari tromboplastin yang dipakai dan plasma normal;
campuran itu diencerkan berderet dengan plasma lain yang tidak mengandung
protombin. Grafik aktivitas protombin memperlihatkan garis lengkung.
Alat-alat yang khusus dibuat untuk penetapan masa protombin dan untuk test-test
lain yang berakhir dengan terjadi bekuan dalam plasma memberi hasil penetapan yang
sangat reprodusibel sampai 1/10 detik ketelitian.
Dalam keadaan darurat masa protombin dapat dilakukan dengan darah kapiler dan
kaca objek sebagai berikut:
1. Letakkan setetes tromboplastin diatas kaca objek yang kering dan bersih
9
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
2. Tusuklah kulit untuk mendapat darah kapiler yang leluasa keluar. Jalankan
stopwatch pada saat darah mulai keluar dari luka.
3. Segeralah campur kedua tetes itu dengan ujung lidih atau jarum.
4. Biarkan sampai detik ke-10 pada stopwatch.Kemudian periksalah tiap detik
dengan ujung jarum apakah telah terjadi fibrin dalam campuran itu.
Catatan
Cara kasar ini memerlukan juga dilakukan kontrol dengan darah normal dan harus
dijalankan beberapa kali berturut-turut pada setiap pasien. Sadarilah bahwa ciri ini satu
cara darurat saja dan tidak dianjurkan sebagai pemeriksaan rutin.
2.2.4 Prinsip Pengukuran PT
Prinsip pengukuran PT adalah menilai terbentuknya bekuan bila ke dalam plasma yang
telah diinkubasi ditambahkan campuran tromboplastin jaringan dan ion kalsium. Reagen yang
digunakan adalah kalsium tromboplastin, yaitu tromboplastin jaringan dalam larutan CaCl2 /
mengukur lamanya terbentuk bekuan bila ke dalam plasma yang diinkubasi pada suhu 37ºC,
ditambahkan reagen tromboplastin jaringan dan ion kalsium. Prinsip tes ini merupakan
rekalsifikasi plasma dengan penambahan tromboplastin. Pemeriksaan in vitro menunjukan
kegunaan dari sistim pembekuan darah jalur eksterinsik.
2.2.5 Bahan Pemeriksaan PT
Bahan pemeriksaan PT adalah plasma sitrat yang diperoleh dari sampel darah vena
dengan antikoagulan trisodium sitrat 3.2% (0.109 M) dengan perbandingan 9:1. Darah sitrat
harus diperiksa dalam waktu selambat-lambatnya 2 jam setelah pengambilan. Sampel
disentrifus selama 10 menit dengan kecepatan 2.500g. Penyimpanan sampel plasma pada suhu
2-8°C menyebabkan teraktivasinya prokonvertin oleh sistem kalikrein.
2.2.6 Cara Kerja
a. Campur satu vial reagen tromboplastin dengan satu vial pelarut, goyang (putar-putar)
dengan kuat untuk menjamin rehidrasi lengkap dan sebelum digunakan harus
dicampur dengan baik hingga homogen.
b. Hangatkan sejumlah volume reagen tromboplastin pada 37°C
c. Beri label tabung tes (sampel dan kontrol), dan masukan 0.1 ml sampel atau kontrol
kedalam tabung yang sesuai.
d. Inkubasi masing-masing tabung (sampel dan kontrol) pada 37°C selama 3 –10 menit.
10
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
e. Tambahkan 0.2 larutan reagen tromboplastin hangat ke dalam tabung yang berisi
plasma diatas dan secara bersamaan jalankan stopwatch.
f. Tabung digoyang dan perhatikan terbentuknya bekuan, saat terbentuknya bekuan
stopwatch dihentikan dan catat waktu (dalam detik).
Faktor yang dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan PT adalah sampel darah membeku,
membiarkan sampel darah sitrat disimpan pada suhu kamar selama beberapa jam, diet tinggi
lemak (pemendekan PT) dan penggunaan alkohol (pemanjangan PT). PT memanjang karena
defisiensi faktor koagulasi ekstrinsik dan bersama jika kadarnya <30%. Pemanjangan PT
dijumpai pada penyakit hati (sirosis hati, hepatitis, abses hati, kanker hati, ikterus),
afibrinogenemia, defisiensi faktor koagulasi (II, V, VII, X), gangguan koagulasi intravaskuler
(DIC), fibrinolisis (kondisi hancurnya fibrin), hemorrhagic disease of the newborn (HDN)
yaitu penyakit perdarahan yang terjadi pada hari-hari pertama kehidupan akibat kekurangan
vitamin K, gangguan reabsorbsi usus.
Pada penyakit hati PT memanjang karena sel hati tidak dapat mensintesis protrombin.
Pemanjangan PT dapat disebabkan pengaruh obat-obatan :
a. vitamin K antagonis, antibiotik (penisilin, streptomisin, karbenisilin, kloramfenikol,
kanamisin, neomisin, tetrasiklin),
b. antikoagulan oral (warfarin, dikumarol), klorpromazin, klordiazepoksid,
difenilhidantoin, heparin, metilkopa), mitramisin, reserpin, fenilbutazon , quinidin,
salisilat/ aspirin, sulfonamide.
c. PT memendek pada tromboflebitis (inflamasi atau pembekakan pada vena), infark
miokardial, embolisme pulmonal. Pengaruh Obat : barbiturate, digitalis, diuretik,
difenhidramin, kontrasepsi oral, rifampisin dan metaproterenol.
2.2.8 Kadar Normal Pemeriksaan PT
Tes ini normal jika hasilnya : 10-15 detik (dapat bervariasi secara bermakna antar
laboratorium).
PT penderita 12,5 detik ; PT kontrol 12,0 detik.
PT penderita 16,0 detik ; PT kontrol 12,5 detik.
Dikatakan abnormal apabila beda dengan kontrol lebih dari 2 detik.
11
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Tes PT ini abnormal / memanjang pada :
a. Obstructive jaundice (menguningnya warna kulit akibat akumulasi pigmen dalam
darah).
b. Penyakit-penyakit hepar yang lanjut
c. Penyakit-penyakit perdarahan pada awal kelahiran
d. Penyakit-penyakit congenital (kelaianan bawaan) seperti : Defisiensi faktor VII,
Defisiensi faktor V, Defisiensi faktor II.
e. Syndrome nephrotic.
f. Penderita-penderita yang mendapatkan pengobatan dengan obat-obat antikoagulan
12
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Gambar 2. Alat Koagulometer
Pengambilan sampel darah pada jalur intravena (misal pada infus heparin).
13
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
International Normalized Ratio (INR) adalah rasio normal berstandar internasional yang
direkomendasikan oleh WHO yang sering digunakan untuk pengukuran masa protrombin dan
sebagai pedoman terapi antikoagulan.
INR waktu normal : 0,8 – 1,2 detik
Deskripsi:
Menstandarkan nilai PT antar laboratorium. Digunakan untuk memantau penggunaan
warfarin
Implikasi klinik: sama dengan PT.
2.4.2 Tujuan Pemeriksaan INR
Pemeriksaan INR berkaitan erat dengan nilai PT, pemeriksaan ini bertujuan untuk
mengetahui pengukuran masa protrombin dan sebagai pedoman terapi antikoagulan.
INR digunakan untuk monitoring terapi warfarin pada pasien jantung, stroke, katup
jantung buatan, terapi jangka pendek setelah operasi. INR hanya boleh digunakan setelah
respons pasien stabil terhadap warfarin, yaitu minimal satu minggu terapi. Standar INR tidak
boleh digunakan jika pasien baru memulai terapi warfarin untuk menghindari hasil yang salah
pada uji. Pasien dalam terapi antikoagulan diharapkan nilai INR nya 2 – 3 detik, bila terdapat
resiko tinggi terbentuk bekuan, diperlukan INR sekitar 2,5 – 3,5.
2.4.3 Cara Perhitungan nilai INR
INR didapatkan dengan membagi nilai PT yang didapat dengan nilai PT normal
kemudian dipangkatkan dengan ISI di mana ISI adalah International Sensitivity Index. Jadi
INR adalah rasio PT yang mencerminkan hasil yang akan diperoleh bila tromboplastin baku
WHO yang digunakan, sedangkan ISI merupakan ukuran kepekaan sediaan tromboplastin
terhadap penurunan faktor koagulasi yang bergantung pada vitamin K. Sediaan baku yang
pertama mempunyai ISI = 1,0 (tromboplastin yang kurang peka mempunyai ISI > 1,0).
14
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
Dengan demikian cara paling efektif untuk standardisasi pelaporan PT adalah kombinasi
sistem INR dengan pemakaian konsisten tromboplastin yang peka yang mempunyai nilai ISI
sama.
15
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
menunjukkan proses yang meluas, sedangkan laju endap darah yang menurun dibandingkan
sebelumnya menunjukkan suatu perbaikan.
Kenaikan nilai laju endap darah ini selain karena peningkatan fibrinogen dalam darah,
karena adanya penyakit anemia, adanya suatu infeksi, peningkatan nilai laju endap darah juga
dipengaruhi oleh beberapa faktor luar, antara lain adanya gaya gravitasi, adanya adhesi yang
terjadi di dalam darah, seringnya penggunaan obat-obatan radang jenis steroid, adanya
gerakan tarik-menarik dari eritrosit yang bermuatan negatif dan juga karena pada saat
perhitungan laju endap darah, terjadinya peningkatan suhu dan tabung dalam kondisi miring
tidak dalam posisi vertikal dan tegak lurus. Nilai normal LED ( Laju Endapan Darah) menurut
depkes untuk pria <15mm/1jam dan untuk wanita <20mm/1jam.
Menurut Bastiansyah (2014, h.48) laju endap darah bisa menurun akibat kelainan sel-sel
darah merah seperti polisitemia vera yaitu suatu penyakit dimana sel darah merah sangat
banyak sehingga darah menjadi sangat kental. Sehingga jika dilakukan pemeriksaan laju
endap darah maka kecepatan timbulnya pengendapan menjadi sangat lambat karena volume
sel darah merah hampir sama dengan darah keseluruhan.
Jumlah eritrosit yang tinggi, cenderung untuk menurunkan tingkat sedimentasi,
sementara jumlah sel darah yang rendah cenderung untuk mempercepat laju sedimentasi. Pada
anemia sel sabit, pembentukan rouleaux cenderung terhambat karena sedimentasi akan
berlangsung lambat, demikian pula pada anemia hipokromik, karena bentuk mikrosit akan
menghalangi pembentukan rouleaux. Tingkat laju endap darah pada wanita lebih besar
dibandingkan pada pria, dan berhubungan dengan perbedaan antara packed cell volume
(PCV). Selama masa kehamilan, laju endap darah akan meningkat setelah 3 bulan kehamilan
dan akan kembali normal dalam 3-4 minggu setelah melahirkan. Laju endap darah pada bayi
akan rendah dan meningkat kembali secara bertahap hingga pubertas.
2.5.2 Fase-Fase Pengendapan LED
1. Fase pengendapan lambat pertama (stage of aggregation) yaitu fase pembentukan
rouleaux, eritrosit baru saling menyatukan diri, waktu yang diperlukan untuk fase
pertama ini kurang dari 15 menit.
2. Fase pengendapan maksimal (stage of sedimentation) yaitu fase pengendapan
eritrosit dengan kecepatan konstan karena partikel-partikel eritrosit menjadi lebih
16
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
besar dengan permukaan yang kebih kecil sehinga lebih cepat mengendap lama
waktu yang diperlukan fase ini adalah 30 menit.
3. Fase pengendapan lambat kedua (stage of packing) yaitu fase pengendapan eritrosit
sehingga sel-sel eritrosit mengalami pemampatan pada dasar tabung, kecepatan
mengendapnya mulai berkurang sampai sangat pelan. Fase ini sampai berjalan
kurang lebih 15 menit (DepKes, 2004).
2.5.3 Kegunaan LED
LED memiliki 3 kegunaan utama (kumta S et al, 2011) :
1. Mendeteksi suatu proses peradangan.
2. Memantau perjalanan atau aktivitas penyakit.
3. Sebagai pemeriksaan penapisan untuk peradangan atau neoplasma yang
tersembunyi.
2.5.4 Faktor Yang Mempengaruhi LED
Laju endap darah dipengaruhhi oleh :
a. Kemampuan Eritrosit membentuk reuleaux.
Reuleaux adalah gumpalan sel – sel darah merah yang disatukan bukan oleh
antibodi atau ikatan kovalen, tetapi semata-mata oleh gaya tarik permukaan. Pada
anisositosis (ukuran eritrosit bervariasi), pembentukan rouleaux terhambat
sehingga LED menurun.
Faktor terpenting yang menentukan kecepatan endapan eritrosit adalah
ukuran atau masa dari partikel endapan. Pada beberapa penyakit dengan gangguan
fibrinogen plasma dan globulin, dapat menyebabkan perubahan permukaan
eritrosit dan peningkatan LED, LED berbanding terbalik dengan vikositas plasma.
b. Komposisi Plasma
Beberapa protein plasma mempunyai muatan positif dan mengakibatkan
muatan permukaan eritrosit menjadi netral, hal ini menyebabkan gaya menolak
eritrosit menurun dan mempercepat terjadinya agregasi atau endapan eritrosit.
Beberapa protein fase akut memberikan kontribusi terjadinya agregasi.
c. Teknik
Faktor terpenting pemeriksaan LED adalah tabung harus betul betul tegak
lurus, perubahan dan menyebabkan kesalahan sebesar 30%. Selain itu selama
17
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
pemeriksaan rak tabung tidak boleh bergetar atau bergerak. Panjang diameter
bagian dalam tabung LED juga mempengaruhi hasil pemeriksaan.(Herdiman T.
Pohan,2004).
Letak posisi pipet;pipet yang diletakkan miring meningkatkan kecepatan
pengendapan eritrosit (LED meningkat). Temperatur semakin tinggi suhu, semakin
tinggi kecepatan pengendapan eritrosit (LED meningkat). Kelebihan antikoagulan dapat
menyebabkan penurunan LED (Gandasoebrata., 2007).
Sedangkan menurut Santi (2012) dalam pemeriksaan laju endap darah terdapat
beberapa faktor yang mempengaruhi antara lain:
1. Jumlah eritrosit
Bila terdapat sangat banyak eritrosit maka laju endap darah akan terjadi
penurunan dan bila sangat sedikit eritrosit maka laju endap darah akan mengalami
peningkatan.
2. Viskositas darah
Viskositas darah tinggi karena tekanan keatas mungkin dapat menetralkan
tarikan kebawah sehingga laju endap darah akan mengalami penurunan
makromolekul dengan konsentrasi tinggi dalam plasma mengurangi sifat saling
tolak menolak antara sel-sel eritrosit sehingga mengakibatkan eritrosit lebih
mudah melekat satu dengan yang lainnya dan memudahkan terbentuknya
rouleaux.
3. Bentuk eritrosit
Eritrosit dengan bentuk abnormal mempunyai permukaan yang relatife besar
dibandingkan berat sel sehingga laju endap darah menurun.
2.5.5 Korelasi Klinik
Laju pengendapan cenderung konstan pada orang sehat. Pada bayi baru lahir laju
pengendapan jarang melebihi 2mm per jam, ini dimungkinkan karena hematokrit yang tinggi.
Anak-anak biasanya mempunyai laju pengendapan yang lebih rendah dari pada orang dewasa.
Selain itu, ada perbedaan yang signifikan namun tidak bisa dijelaskan yaitu nilai laju
pengendapan antara wanita dan laki-laki. Wanita mempunyai rata-rata yang lebih tinggi dari
pada laki-laki. Di laboratorium cara untuk memeriksa laju endap darah yang sering dipakai
adalah cara Wintrobe dan cara Westergern. Pada kehamialn, laju pengendapan mulai
18
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
meningkat pada umur kehamilan 3 bulan dan tetap meningkat sampai sekitar 3 minggu setelah
kelahiran, hal ini disebabkan karena kenaikan jumlah sel darah merah. Peningkatan juga
sering ditemukan sebelum dan saat menstruasi. Secara umum seseorang bisa memperkirakan
kenaikan laju endap darah ketika ada penyakit infeksi dan sejumlah nekrosis jaringan yang
cukup signifikan. Pada infeksi virus laju pengendapan biasanya normal, namun bisa
meningkat jika diikuti dengan infeksi bakteri.
2.5.6 Metode pemeriksaan LED
Metode Westergren
Pemeriksaan LED metode Westergren sampel yang digunakan adalah darah vena
yang dicampur dengan antikoagulan larutan Natrium Sitrat 0,0109 M dengan
perbandingan 4:1, atau dapat juga dipakai darah EDTA yang diencerkan dengan larutan
Sodium Sitrat 0,0109 M atau NaCl 0,9% dengan perbandingan 4:1.
Prinsip : darah dengan antikoagulan dengan perbandingan tertentu dan
dimasukkan dalam tabung khusus (westergreen) yang diletakkan tegak lurus dan
dibiarkan selama 1 jam, maka eritrosit akan mengendap. Tinggi endapan eritrosit
mencerminkan kecepatan endap darah dan dinyatakan dalam mm/jam. Nilai normal :
wanita 0 -15 mm/jam dan pria 0 – 10 mm/jam. (Riswswanto, 2013. Gandasoebrata,
2007).
19
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta
PUSTAKA
20
Universitas 17 Agustus 1945 Jakarta