Anda di halaman 1dari 19

STUDI KASUS PNEUMONIA / TB

Nama : Metri Purnama Sari


NPM : 1943700089
Apoteker 41 Pagi C
STUDI KASUS PNEUMONIA / TB
Seorang perempuan berusia 58 tahun dengan BB 60 kg dan TB 160 cm
datang ke rumah sakit dengan keluhan batuk sudah lebih dari 5 hari
disertai demam dan merasakan dada yang terasa sesak.
 Riwayat penyakit terdahulu : hipertensi

 Riwayat penyakit keluarga : Ibu meninggal karena stroke dan ayah

meninggal karena PJK


 Pengobatan yang sedang dijalani :amlodipine 5 mg sekali sehari.

Data vital sign Data Lab


T : 39 c Leukosit : 4000/mm3
Td : 130/90 mmHg HB : 12mg/dl
N : 105/i Procalcitonin : 0,1ng/ml
P : 33/i Lympocit 800 mikroliter (1000-
4800ml)
CRP : 2,9 (< 3 mg/L)
Gambar Rontagen Paru Pasien
Pertanyaan

1.Dari Lab Value dan data penunjang diatas, pasien menderita,…


2.Apakah jenis pengobatan yang dapat diberikan kepada pasien diatas?
3.Apa itu Procalcitonin?
4.Apa itu CRP?
5.Apakah yang dapat dijelaskan dari nilai Lympocit diatas?
6.Jika pasien antibiotik, maka antibiotik apa yang harus diberikan untuk pasien ?
7.Jelaskan perbedaan pneumonia karena virus dan bakteri?
8. Patofisiologi ARSD?
9.Fungsi vitamin untuk kasus pneumonia virus?
10. Bagaimana pengobatan untuk pasien pneumonia virus yang juga sedang memakai
kortikosteroid?
Pembahasan Kasus Berdasarkan SOAP
A. Pharmaceutical care
 Patient Profile

Jenis kelamin : perempuan


Usia : 58 tahun
TB : 160 cm
BB : 160 kg
Tgl MRS : -
Tgl KRS : -
 Presenting complaint : batuk sudah lebih dari 5 hari
disertai demam dan meraskan dada yang tersesak.

 Relevan past medical history :


Riwayat penyakit terdahulu : Hipertensi
Riwayat penyakit keluarga : ibu meninggal karena
stroke, ayah meninggal karena PJK.
Pengobatan yang sedang di jalani : amlodipine 5mg
1x1 hari.

 Drug alergies : tidak ada.


B. Pharmaceutical Problem (SOAP)
 Subjective (symptom) : Batuk sudah lebih dari 5
hari disertai demam dan merasakan dada yang
terasa sesak.

 Objective (signs)
Pemeriksaan Laboratorium :
Data Vital sign
T : 39 C
TD : 130/90 mmHg
N :105/min
P : 33/min
Data Lab
HASIL LAB NILAI NORMAL
Leukosit ; 4000/mm3 Leukosit normal (3200-10000)
mm3

HB; 12 mg/dl HB normal


Procalcitonin ; 0,1 ng/ml Normal (0,5 – 1,0 ng/ml)

Lympocit 800 mikroliter Normal (1000 – 4800 mikroliter)


CRP : 2, ( < 3mg/L)
Plan
TERAPI FARMAKOLOGI
 Pemberian terapi Pneumonia:
 Pemberian antibiotik dan terapi suportif
 Terapi antibiotik yang diberikan adalah
 Dengan first line makrolida (azithromisin)
 Untuk Terapi Hipertensi: lanjutkan penggunaan amlodiphin 5

mg/ hari.

TERAPI NON FARMAKOLOGI


 Lakukan etika batuk ketika sedang batuk atau bersin
 Gunakan masker
 Mencuci tangan dengan sabun setelah batuk atau bersin
 Lakukan diet sodium.
Jawaban
1. Dari Lab Value dan data penunjang diatas, pasien menderita?
 Dari data lab value pasien menderita Penumonia.
 Leukosit ; 4000/mm3 (Normal)
 Procalcitonin ; 0,1 ng/ml (Normal)
 CRP; 2,9 (< 3 mg/L) (Normal)
 Lympocit 800 mikroliter (rendah)
 Dan hasil data penunjang foto paru terdapat konsolidasi paru.
2. Apakah jenis pengobatan yang dapat diberikan kepada pasien diatas?
Jenis pengobatan yang dijalani adalah :
 Obat pereda nyeri. Obat ini diberikan untuk meredakan demam dan rasa tidak
nyaman.
 Obat batuk. Obat ini dapat meredakan batuk sehingga penderita bisa

beristirahat. Pemberian obat ini sebaiknya dilakukan dalam dosis yang rendah.
Selain meredakan batuk, terdapat jenis obat batuk yang berfungsi untuk
mengencerkan dahak. Bromheksin atau ambroxol
 Antibiotik. Obat ini digunakan untuk mengatasi pneumonia akibat bakteri.

Sebagian besar penderita pneumonia memberi respons yang baik terhadap


antibiotik dalam waktu 1-3 hari.Dengan menggunakan penggunaan antibiotic
makrolida (azithromisin)
 Dan pengobatan hipertensinya dengan menggunakan amlodipine 5mg/hari
3. Apa itu Procalcitonin?
 Procalcitonin adalah polipeptida yang terdiri dari 116 asam amino dan
merupakan prohormon calcitonin. Calcitonin terdiri dari 32 asam amino,
sedangkan PCT dibentuk oleh prePCT yang terdiri dari 141 asama mino dengan
bobot molekul 16 kDa. Pemecahan terjadi di sel C kelenjar tiroid. PCT juga
merupakan suatu protein yang aktif secara imunologis yang akan meningkat pada
kondisi infeksi bakteri (bakteremia dengan atau tanpa sepsis), Kadar PCT
Normal di bawah 0,5 ng/mL dan kadar PCT > 2 ng/mL memiliki risiko tinggi untuk
sepsis.
 Pemeriksaan semikuantitatif PCT sangat praktis dan dapat digunakan secara
bed-side. Peningkatan PCT yang cukup besar terjadi bila terdapat reaksi
peradangan sistemik yang disebabkan oleh endotoxin bakteri, exotoxin, dan
beberapa jenis sitokin. PCT pada keadaan infeksi virus, neoplastik, dan penyakit
autoimun, sedangkan pada infeksi bakteri kronik tanpa inflamasi, reaksi alergi,
dan infeksi bakteriterial yang terlokalisasi tidak didapatkan peningkatan PCT.

 (Referensi : Jurnal Penyakit dalam Indonesia tahun 2015– Peran Procalcitonin sebagai penanda inflamasi
sistemik pada sepsis – FKUI)
4. Apa itu CRP?
 C-reactive protein (CRP) merupakan protein pentamer siklik 115 kDa
yang terdiri dari 5 protomer. Masing-masing protomer terdiri dari 206
asam amino. Dinamakan C-reaktif protein karena mempunyai
kemampuan untuk mengikat somatic C polisakarida dari Streptococcus
pneumonia. Beberapa penelitian mengatakan bahwa pemeriksaan CRP
>30 mg/l didapati sensitifitas 81%, spesifisitas 89%, PPV 91%, dan
NPV 76%.
 CRP juga merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kadar protein C-
reaktif dalam darah. Protein ini merupakan penanda adanya peradangan
dalam tubuh yang dihasilkan oleh hati dan kadarnya akan meningkat
sebagai respons tubuh terhadap peradangan (inflamasi) dan sebagai
indicator untuk diagnosis penyebab demam akut.
 (Refernsi : Jurnal penyakit dalam Indonesia tahun 2018 - Perbedaan
Kadar C-Reactive Protein pada Demam Akut – FKUI)
5. Apakah yang dapat dijelaskan dari nilai Lympocit diatas?

 Lympocit pasien 800 mikroliter (1000-4800 mikroliter), ini menyatakan bahwa kadar limfosit
pasien kurang dari batas normal, apabila jumlah absolut limfosit < 1000 mikroliter dapat
dinyatakan bahwa telah terjadi kondisi anergy (kegagalan dari sel Limfosit B ataupun sel
Limfosit T untuk bereaksi terhadap antigen dan menjadi representasi terhadap mekanisme untuk
mempertahankan toleransi imunologi tubuh sendiri. Sehingga tubuh rentan sekali terhadap
infeksi.
 Nilai limfosit yang rendah dapat juga sebagai indikator sepsis.
 Sepsis : sindroma respons inflamasi sistemik (systemic inflammatory response syndrome)

Jakarta Antrimikrobial Update, 2017


6. antibiotik apa yang harus diberikan untuk pasien ini ?
1. Penicilin : Derivat penicillin yang berspektrum luas, seperti amoksisilin
mencakup Streptococcus pyogenes, Streptococcus pneumonia.
2. Makrolida : Memiliki toleribilitas dan profil keamanan lebih baik.
Contoh : Azitromisin.
3. Sefalospirin : Berikatan dengan penicillin protein binding (PBP) yang
terletak di dalam maupun permukaan membrane sel, sehingga dinding
sel bakteri tidak terbentuk yang berdampak pada kematian bakteri.
Contoh : Cefixim, Ceftriakson.

 NB : Pemberian antibiotik untuk pasien yang dicurigai infeksi bakteri.


Pada kondisi sepsis, antibiotik harus diberikan dalam waktu 1 jam.
7. Jelaskan Perbedaan Pneumonia akibat bakteri dan akibat virus !

  Pneumonia Bakteri Pneumonia virus


Mikroorganisme Penyebab Streptococcus pneumoniae, Adenovirus, virus Corona,
Chlamydophila pneumonia. yang menyebabkan SARS,
  MERS, dan COVID-19, virus
Influenza, termasuk virus
penyebab flu burung, serta
Hantavirus.
Gejala Berat Ringan
Durasi Penyakit Lebih panjang Relatif lebih singkat

Demam Menyebabkan demam Bisa menyebabkan demam


maupun tidak

Pengobatan Antibiotik Antivirus/vaksin


8. Patofisiologi ARSD?

ARDS terjadi akibat inflamasi sistemik dan lokal yang menyebabkan kerusakan jaringan paru,
sehingga terjadi gangguan pertukaran gas, penurunan komplians paru, ventilation perfusion
mismatch (V/Q mismatch), dan kenaikan tekanan arteri pulmonal (seperti pada hipertensi pulmonal).

1. Fase akut (hari 1-6) = tahap eksudatif


 Edema interstitial dan alveolar dengan akumulasi neutrofil, makrofag, dan sel darah merah

 Kerusakan endotel dan epitel alveolus

 Membran hialin yang menebal di alveoli

2. Fase sub-akut (hari 7-14) = tahap fibroproliferatif


 Sebagian edema sudah direabsorpsi

 Proliferasi sel alveolus tipe II, usaha untuk memperbaiki kerusakan

 Infiltrasi fibroblast dengan deposisi kolagen

3. Fase kronis (setelah hari ke-14) = tahap resolusi


 Sel mononuclear dan makrofag banyak ditemukan di alveoli

 Fibrosis dapat terjadi pada fase ini


9. Fungsi vitamin untuk kasus pneumonia virus?

 Antioksidan
 Kondisi stress oksidatif
 Kondisi dimana membalikkan reaksi oksidasi. Dapat diinduksi oleh
penyakit Kardiovaskuler, Hipertensi, Inflamasi Kronik dan Diabetes
 Menetralisir toksin yang dilepaskan oleh virus

 Suplemen
 Mempertahankan system imun
 Memperbaiki migrasi neutrofil
 Membantu dalam keadaan infeksi berat
 Mengontrol dan mempertahankan aktivitas fagositosis
10. Bagaimana pengobatan untuk pasien pneumonia virus
yang juga sedang memakai kortikosteroid?

• Penggunaan kortikosteroid dapat memperburuk sisten


pernafasan, dan analisis manfaat/risiko perlu dilakukan
untuk pasien secara individu.
• Pantau dan obati hiperglikemia, hipernatremia, dan
hipokalemia.
• Pantau kemungkinan peradangan kembali terjadi dan
tanda-tanda insufisiensi adrenal setelah kortikosteroid
dihentikan.
• Dosis kortikosteroid perlu diturunkan secara bertahap.

Anda mungkin juga menyukai