Objective (signs)
Pemeriksaan Laboratorium :
Data Vital sign
T : 39 C
TD : 130/90 mmHg
N :105/min
P : 33/min
Data Lab
HASIL LAB NILAI NORMAL
Leukosit ; 4000/mm3 Leukosit normal (3200-10000)
mm3
mg/ hari.
beristirahat. Pemberian obat ini sebaiknya dilakukan dalam dosis yang rendah.
Selain meredakan batuk, terdapat jenis obat batuk yang berfungsi untuk
mengencerkan dahak. Bromheksin atau ambroxol
Antibiotik. Obat ini digunakan untuk mengatasi pneumonia akibat bakteri.
(Referensi : Jurnal Penyakit dalam Indonesia tahun 2015– Peran Procalcitonin sebagai penanda inflamasi
sistemik pada sepsis – FKUI)
4. Apa itu CRP?
C-reactive protein (CRP) merupakan protein pentamer siklik 115 kDa
yang terdiri dari 5 protomer. Masing-masing protomer terdiri dari 206
asam amino. Dinamakan C-reaktif protein karena mempunyai
kemampuan untuk mengikat somatic C polisakarida dari Streptococcus
pneumonia. Beberapa penelitian mengatakan bahwa pemeriksaan CRP
>30 mg/l didapati sensitifitas 81%, spesifisitas 89%, PPV 91%, dan
NPV 76%.
CRP juga merupakan pemeriksaan untuk mengetahui kadar protein C-
reaktif dalam darah. Protein ini merupakan penanda adanya peradangan
dalam tubuh yang dihasilkan oleh hati dan kadarnya akan meningkat
sebagai respons tubuh terhadap peradangan (inflamasi) dan sebagai
indicator untuk diagnosis penyebab demam akut.
(Refernsi : Jurnal penyakit dalam Indonesia tahun 2018 - Perbedaan
Kadar C-Reactive Protein pada Demam Akut – FKUI)
5. Apakah yang dapat dijelaskan dari nilai Lympocit diatas?
Lympocit pasien 800 mikroliter (1000-4800 mikroliter), ini menyatakan bahwa kadar limfosit
pasien kurang dari batas normal, apabila jumlah absolut limfosit < 1000 mikroliter dapat
dinyatakan bahwa telah terjadi kondisi anergy (kegagalan dari sel Limfosit B ataupun sel
Limfosit T untuk bereaksi terhadap antigen dan menjadi representasi terhadap mekanisme untuk
mempertahankan toleransi imunologi tubuh sendiri. Sehingga tubuh rentan sekali terhadap
infeksi.
Nilai limfosit yang rendah dapat juga sebagai indikator sepsis.
Sepsis : sindroma respons inflamasi sistemik (systemic inflammatory response syndrome)
ARDS terjadi akibat inflamasi sistemik dan lokal yang menyebabkan kerusakan jaringan paru,
sehingga terjadi gangguan pertukaran gas, penurunan komplians paru, ventilation perfusion
mismatch (V/Q mismatch), dan kenaikan tekanan arteri pulmonal (seperti pada hipertensi pulmonal).
Antioksidan
Kondisi stress oksidatif
Kondisi dimana membalikkan reaksi oksidasi. Dapat diinduksi oleh
penyakit Kardiovaskuler, Hipertensi, Inflamasi Kronik dan Diabetes
Menetralisir toksin yang dilepaskan oleh virus
Suplemen
Mempertahankan system imun
Memperbaiki migrasi neutrofil
Membantu dalam keadaan infeksi berat
Mengontrol dan mempertahankan aktivitas fagositosis
10. Bagaimana pengobatan untuk pasien pneumonia virus
yang juga sedang memakai kortikosteroid?