Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang menciptakan alam
semesta beserta isinya serta kehidupan yang senantiasa berjalan dalam
keseimbangan. Atas segala rahmat dan karunia-Nya, penulis dapat
menyelesaikan laporan praktik kerja program studi pendidikan Apoteker.
Penulisan laporan ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan pada
Program Studi Profesi Apoteker Fakultas Farmasi Universitas 17 Agustus
1945 Jakarta.
Selama penyusunan laporan Praktik Kerja Profesi Apoteker, penulis begitu
banyak mendapatkan bantuan, dorongan dan bimbingan baik bersifat moril
dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan
ucapan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu. Harapan
penulis laporan ini dapat memberikan manfaat baik bagi penulis maupun
pembaca.
Tim Penulis
Dasar hukum
Untuk produk yang dipesan oleh pihak lain selain di rumah sakit diambil
sendiri. Kegiatan produksi yang dilakukan oleh sub instalasi produksi farmasi ada
dua, yaitu :
1) Produk Obat Steril
Pembuatan produk steril terbagi menjadi :
a. Produksi steril adalah proses mencampur atau meracik bahan obat steril
dan dilakukan di dalam ruang steril.
b. Aseptic dispensing adalah teknik aseptic yang dapat menjamin
ketepatan sediaan steril yang dibuat dan bebas kontaminasi.
Keuntungan IV admixture:
Terjaminnya sterillitas produk
Terkontrolnya kompatibilitas obat
Terjaminnya kondisi penyimpanan yang optimum sebelum dan
sesudah pengoplosan.
c) Obat Sitostatika
Obat sitostatika adalah obat yang digunakan dalam pengobatan kanker
(antineoplastik). Peracikan obat kanker atau sitostatika adalah kegiatan
rekonstitusi (pencampuran) obat-obat sitostatik dan menyiapkan agar
siap digunakan dengan mempertimbangkan dasar-dasar keamanan bagi
pekerja dan lingkungan serta prinsip dasar pencampuran obat steril. Sub
instalasi produksi farmasi melayani permintaan penyiapan obat
sitostatika dengan sumber obat yang berasal dari:
Farmasi atau apotek Korpri untuk pasien umum
Apotek askes untuk pasien askes
YKI (Yayasan Kanker Indonesia) untuk pasien tidak mampu.
Obat tersebut diberikan pada bagian produksi obat steril maksimal
sehari sebelum dilakukan kemoterapi. Sebelum obat dibuat harus
dilakukan pengecekan apakah pasien jadi di kemoterapi pada waktu
yang telah ditentukan atau tidak. Jika tidak maka obat tidak boleh
disiapkan, karena obat harus diberikan segera setelah direkonstitusi
mengingat ketidakstabilan obat dan jika terlalu lama disimpan maka
obat menjadi rusak. Dalam formulir permintaan obat sitostatika
tercantum data pasien meliputi nama, nomor medical record, ruangan,
jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, umur, luas permukaan tubuh,
diagnosis, nama dokter, dan paraf dokter, dan data permintaan obat
yang meliputi nama obat, dosis, cara pemberian, volume, jumlah
(ampul/vial), pelarut, volume pelarut, volume akhir, expire date, dan
alat kesehatan yang digunakan. Rekonstitusi obat sitostatika dilakukan
secara aseptik di ruang steril di dalam laminar air flow. Dalam CPOB,
ruang yang digunakan untuk kegiatan steril disebut ruang kelas II, tidak
boleh mengandung lebih dari 350.000 partikel berukuran 0,5 mikron
atau lebih. Dua ribu partikel berukuran 5 mikron atau lebih, serta tidak
lebih dari 100 mikroba setiap meter kubik udara. Tekanan udara di
ruangan ini makin ke dalam atau makin mendekati laminar air flow
harus makin negatif. Hal ini untuk mencegah keluarnya obat yang
direkonstitusi dan ag ar tidak mengkontaminasi personil yang
mengerjakannya. Personil yang mengerjakan harus memakai pakaian
steril model khusus, penutup kepala, masker, kacamata, sarung tangan,
dan penutup kaki (Sukmadinata, 2005).
c) Sumber air
Pengadaan air yang cukup adalah hal yang sangat fundamental. Tetapi
terkadang, produksi farmasi di beberapa daerah berkembang tidak
mempunyai pelayanan persediaan air, dan jika ada air harus diteliti dulu
sebelum digunakan, jika persediaan air kurang harus ada alternatif lain
sumber air sebelum produksi dimulai. Sumber-sumber air yang dapat
digunakan antara lain :
Air hujan
Air permukaan (danau/sungai)
Air bawah tanah (sumber/mata air)
Penyaringan air dengan sinar matahari.
Hal ini tergantung pada sumber air, cuaca, kontaminasi dan jumlah
yang dibutuhkan. Air dari berbagai sumber tersebut di atas perlu diuji
laboratorium untuk memonitor kemurniannya.
d) Peralatan
Lokasi dan desain dari peralatan harus meminimalisir resiko error dan
efektif pada pembersihan dan perawatannya. Berat dan ukuran peralatan
harus dikalibrasi secara teratur.
e) Dokumentasi
Setiap produksi harus punya literatur teknis, yang terdiri dari Formularium
Nasional yang resmi dan Farmakope. Sumber dari formula harus
menggunakan referensi dari literatur sains dan tercatat pada bagian produksi
dan kontrol buku kerja, kalkulasi ukuran batch dan intruksi harus jelas
sebelum memproduksi produk baru (Anonim, 2006).
Sediaan Intravena
Mempersiapkan salinan pesanan asli dari dokter berisi nama pasien, no
ruangan, cairan intravena yang diinginkan, bahan tambahan, waktu
mulai, lama terapi dan kecepatan alir.
Memeriksa stabilitas, interaksi obat, dosis lazim, kontabilitas bahan,
duplikasi obat, alergi, lama terapi dan membandingkannya dengan aturan
automatic stop or der dan terapi lain yang diterima pasien. Resep pesanan
tersebut dimasukkan dalam profil pasien.
Penyimpanan label dan lembar kerja, lalu di cek kembali sesuai pesanan.
Mempersiapkan produk parenteral (oleh farmasis atau asisten apoteker
berpengalaman tergantung aturan yang berlaku)
Produk dipersiapkan, di cek kembali labelnya dengan pesanan aslinya.
Dosis, bahan, label pembantu, kompatibilitas, rute, kecepatan, kehadiran
bahan partikulat, perubahan warna integritas wadah periksa. Umumnya
setiap dosis intravena diberikan sesuai urutan pesanan.
Pada pengiriman produk intravena ke unit pasien, larutan sekali lagi di
cek oleh orang yang akan memberi obat.
Jika tidak langsung digunakan, racikan intravena harus dimasukan ke
dalam lemari pendingin sampai akan digunakan. Jika tidak digunakan
selama 24 jam harus dikembalikan ke bagian farmasis untuk
didistribusikan kembali atau dibuang.
Sebelum pemberian pada pasien, perawat harus memeriksa kebenaran
nama pasien, nama obat, konsentrasi larutan, tanggal kadaluarsa dan
waktu mulainya (Anonim, 2016).