Di susun oleh:
Ns. Danang Agung Endrayana S.Kep
Puji syukur kepada tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan anugerahnya
sehingga tugas makalah alat ini dapat diselesaikan. Tugas makalah ini dengan
judul “ MAKALAH PENGGUNAAN ALAT MEDIS KHUSUS DI RUANGAN
INTENSIVE CARE UNIT PEMANTAUAN HEMODINAMIK INVASIF:
ARTERI LINE” ini ditujukan untuk memenuhi persyaratan training ICU guna
memperoleh kemampuan kognitif dan keterampilan lapangan yang tersertifikasi
sebagai seorang perawat khususnya diruang intensif, serta meningkatkan kualitas
pelayanan dirumah sakit. Penulis menyadari bahwa tanpa bimbingan bantuan dan
doa dari beberapa pihak, tugas makalah ini tidak akan selesai tepat waktu. Oleh
karena itu, penulis berterima kasih yang sebesar besarnya kepada semua pihak
yang telah membantu dalam proses pengerjaan tugas presentasi ini, yaitu kepada
:
1. Pihak Siloam Training Centre, selaku pendiri training ICU yang sudah
membentuk kepanitiaan untuk pelaksanaan Training ICU.
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...........................................................................................................i
DAFTAR ISI..........................................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................................iii
DAFTAR TABEL................................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................................1
B. Tujuan Penulisan........................................................................................................3
C. Metode Penulisan.......................................................................................................3
D. Manfaat Penulisan......................................................................................................3
E. Sistematika Penulisan................................................................................................4
DAFTAR PUSTAKA
ii
DAFTAR GAMBAR
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUA
N
A. LATAR BELAKANG
Intensive Care Unit (ICU) merupakan ruangan khusus yang memberikan asuhan
keperawatan yang terus menerus dengan pemantauan tingkat tinggi dan dilengkapi
beberapa modalitas dukungan organ fisiologis guna mempertahankan kehidupan
seseorang yang kritis (Marshall et al, 2017). Terkait keberadaan ruangan ICU maka
diperlukan alat-alat kesehatan yang menunjang untuk pemantauan kondisi klinis
pasien misalnya pemantauan tekanan darah. Pemantauan tekanan darah di ruang ICU,
sekarang ini beragam metode pengukurannya baik secara noninvasive atau invasive,
metode pemantauan tekanan darah secara noninvasif dengan menggunakan
sphygmomanometer sedangkan secara invasive dilakukan dengan memasukan alat
pada pembuluh darah arteri pasien yang lebih dikenal dengan artery line.
Artery line merupakan tabung tipis dan fleksibel yang dipasang disalah satu
arteri.Terkadang orang menyingkatnya menjadi “ Garis Seni”, garis ini menghitung
tekanan darah setiap kali jantung berdetak. Manajemen tekanan darah memungkinkan
pengenalan perubahan tekanan darah secara cepat yang sangat penting bagi pasien
yang menerima infus obat vasoaktif secara terus menerus.
1
diminimalkan dengan pengetahuan anatomi dan keterampilan prosedural yang sesuai.
2
B. TUJUAN PENULISAN
1. Tujuan Umum
Peserta mampu memahami dan mengaplikasikan penggunaan alat invasif
Arteri Line (AL) di ICU
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus yang akan dicapai dalam penulisan makalah ini yaitu
diharapkan peserta mampu untuk:
a. Mengetahui pengertian hemodinamik invasive
b. Mengetahui anatomi dan fisiologi jantung
c. Mengetahui sistem peredaran darah manusia
d. Mengetahui indikasi dan kontraindikasi pemasangan hemodinamik invasif
e. Mengetahui lokasi pemasangan hemodinamik invasif
f. Mengetahui komponen dan cara kerja hemodinamik invasive
g. Mengetahui pembacaan gelombang arteri line
h. Mengetahui komplikasi dari penggunaan alat hemodinamik invasif
i. Mengetahui masalah keperawatan yang dapat timbul akibat
hemodinammik invasif
j. Mengetahui hal-hal yang harus diperhatikan perawat terkait
hemodinamik invasif.
k. Mengetahui troubleshooting monitoring arteri line
C. METODE PENULISAN
Penulisan makalah ini menggunakan metode deskriptif yaitu menggambarkan
suatu objek yaitu Arteri line dalam bentuk narasi berdasarkan literatur yang
berhubungan dengan hemodinamik invasif.
D. MANFAAT PENULISAN
1. Penulisan makalah ini diharapkan mampu memberikan gambaran asuhan
keperawatan kepada pasien secara komprehensif dalam merawat pasien kritis
dengan menggunakan arteri line dengan benar sehingga dapat meningkatkan
kualitas pelayanan asuhan keperawatan kepada pasien diiruang intensif.
3
2. Penulisan makalah ini diharapkan dapat digunakan sebagai sumber pengetahuan
untuk menambah wawasan pengetahuan tenaga kesehatan yang bekerja diruang
intensif care unit (ICU)
E. SISTEMATIKA PENULISAN
Sistem dalam penulisan makalah ini sebagai berikut :
1. BAB 1 PENDAHULUAN
Terdiri dari latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat
penulisan dan sistematika penulisan.
2. BAB II PEMBAHASAN
Terdiri dari pengertian mengenai hemodinamik invasif, anatomi fisiologi sistem
peredaran darah, pengertian arteri line, jalur pemasangan arteri line, indikasi
pemasangan hemodinamik invasif,tanda dan gejala pasien yang membutuhkan
hemodinamik invasif, jalur pemasangan alat, cara kerja alat arteri line,
komplikasi dan diagnosa keperawatan pasien yang menggunakan arteri line ,
serta hal-hal yang perlu menjadi perhatian perawat terkait dengan penggunaan
alat. Traobleshooting monitoring hemodinamik invasif arteri line
3. BAB III KESIMPULAN DAN SARAN
Bagian ini berisi mengenai kesimpulan dari pembahasan mengenai alat medis
invasif monitoring hemodinamik serta saran yang dapat membangun baik bagi
penulis maupun tenaga medis lainnya.
4
BAB II
PEMBAHASA
A. PENGERTIAN
5
hidrostaltik, tekanan ini kemudian akan dikenali oleh alat pada selang kateter yang
disebut transduser dan diubah menjadi sinyal listrik yang digambarkan sebagai
informasi berbentuk gelombang tekanan arteri dan pembacaan tekanan darah
numerik pada monitor.
Pemantauan tekanan invasif arteri line adalah kanulasi langsung pada
arteri, dimana sinyal dikonversi oleh transduser, diamplifikasi dan ditampilkan
kontinu pada layar monitor dalam bentuk gelombang dan format digital. (Triana
Coxon, 2018). Pemantauan kontinu tekanan intraarteri merupakan metode yang
dapat digunakan dalam memantau tekanan sistolik arterial, diastolik dan tekanan
rerata. Gelombang tekanan dan aliran darah sistem arterial merupakan gambaran
ejeksi dari ventrikel kiri. Terdapat dua komponen yang membentuk gelombang
pulsasi arteri yaitu transmisi gelombang tekanan (pressure wave) dan pulsasi
volume sekuncup yang dipindahkan melalui sirkulasi arterial (stroke volume
displacement). Tanjakan anakrotik (anacrotic rise) adalah tekanan puncak sistolik,
kira- kira 100-140 mmHg. Karakteristik gelombang ini merupakan indikator
kontraktilitas ventrikel kiri. Bagian yang cembung menggambarkan volume darah
yang dipindahkan dan distensi dinding arteri. Dicrotic notch adalah gelombang
yang melandai turun, yang dihubungkan dengan laju volume darah arteri yang
masuk ke sirkulasi perifer. Perubahan bentuk dan kelandaian gelombang terutama
bagian sistoliknya, tergantung dari perbedaan tekanan yang sesuai dengan lokasi
anatomiknya.
Bentuk gelombang tekanan arteri dapat digunakan untuk menghitung:
1) Volume sekuncup dan curah jantung secara kasar (kuva tekanan arteri sistolik)
2) Kecukupan preload.
B. ANATOMI FISIOLOGI
Arteri mempunyai dinding yang tebal dan elastis yang berfungsi untuk
memfasilitasi keluarnya aliran darah yang berasal dari jantung keseluruh jaringan
tubuh. Sedangkan vena mempunyai dinding yang tipis dan mudah teregang, fungsi
pembuluh vena yaitu sebagai saluran beresistensi rendah untuk mengembalikan
6
darah dari jaringan menuju jantung. Darah dipompa oleh jantung menuju paru
untuk melepaskan sisa metabolisme berupa CO2 dan menyerap O2 melalui arteri
pulmonalis, lalu dibawa Kembali ke jantung melalui vena pulmonalis. Setelah itu,
darah dikirimkan keseluruh tubuh oleh saluran pembuluh darah yang Bernama
aorta.
Pembuluh darah terdiri atas lapisan-lapisan sebagai berikut (Eroschenko, 2010):
1) Tunika intima (tunika interna) terdiri atas selapis sel endotel yang
membatasi permukaan dalam pembuluh. Di bawah endotel adalah lapisan
subendotel, terdiri atas jaringan penyambung jarang halus yang
mengandung sel otot polos yang berperan untuk kontraksi pembuluh
darah.
2) Tunika media terdiri dari sel-sel otot polos yang tersusun melingkar
(sirkuler). Membran ini terdiri atas elastin, berlubang-lubang sehingga zat-
zat dapat berdifusi melalui lubang- lubang yang terdapat dalam membran
dan memberi makan sel-sel yang terletak jauh di dalam dinding pembuluh.
Pada pembuluh besar, sering ditemukan membrana elstika externa yang
lebih tipis yang memisahkan tunika media dari tunika adventisia yang
terletak di luar.
3) Tunika adventisia terdiri atas jaringan penyambung dengan serabut-
serabut elastin. Pada pembuluh yang lebih besar, vasa vasorum (pembuluh
dalam pembuluh) bercabang-cabang luas dalam tunika adventisia.
4) Vasa vasorum memberikan metabolit-metabolit untuk tunika adventisia
dan tunika media pembuluh-pembuluh besar, karena lapisan-lapisannya
terlalu tebal untuk diberi makanan oleh difusi dari aliran darah.
7
Gambar 2.2 Pembuluh Darah
Salah satu dari fisiologi pembuluh darah adalah hukum darcy’s (aliran)
menyatakan darah dapat mengalir dengan mudah disebabkan karena:
Perbedaan tekanan darah atau perbedaan tekanan pada ujung dari keduanya
Tahanan pembuluh darah dan diameter pembuluh darah (Jonathan Evan. 2017)
Bila perbedaan tekanan darah tinggi maka aliran akan tinggi (berbanding
lurus)bila tidak ada perubahan pata tahanan pembuluh dalah, digambarkan
dengan rumus sebagai berikut :
CO = (MAP – CVP)/TPR
CO = cardiac output, MAP= mean arterial pressure, CVP= central venous
pressure, perbedaan tekanan agar darah mengalir, dan TPR = Total Peripheral
Resistance. Dengan demikian curah jantung berbanding langsung dengan
besarnya perbedaan tekanan dan berbanding terbalik dengan derajat tahanan
12
pembuluh darah. Cardiac output (CO)adalah sejumlah darah yang di pompakan
kejantung dalam 1 menit dipengaruhi oleh denyut jantung dan volume
sekuncup dengan rumus :
CO = HR x SV
( Cardiac Output = Heart Rate x Stroke Volume )
8
Curah jantung (CO) berhubungan langsung dengan tekanan darah (BP: blood
pressure) bila CO meningkat maka BP akan meningkat. Peningkatan CO X srv
(Sistemik Vaskularisasi Resisten) = peningkatan BP MAP menggambarkan
tekanan rata-rata arteri didalam siklus jantung, dan bertugas membawa darah ke
jaringan serta mempertahankan perfusi (aliran darah) dengan rumus sbb:
Periode sistolik 1/3 siklus jantung Periode diastolic 2/3 siklus jantun Perbedaan
antara tekanan sistolik (SP: SistolikPresure) dengan tekanan distolik (Diastolik
Presusre:DP) dinamakan: “Pulse Pressure (PP)” Normal antara: 40 – 65 mmHg
PP = SP – DP
9
Jantung juga dipersarafi oleh aferen dan eferen yang keduanya merupakansistem
saraf simpatis dan parasimpatis. Saraf parasimpatis berasal dari saraf vagus melalui
preksus jantung. Serabut post ganglion pendek melewati nodus SA dan AV. Saraf
simpatis berasal dari trunkus toraksis dan servikal atas, mensuplai kedua atrium
dan ventrikel. Jantung merupakan sebuah otot yang dapat berkontraksi.
Elektrofisiologis Otot Jantung
Ion mempunyai peran penting dalam elektrofisiologi sel yaitu kalium, natrium
dan kalsium. Rangsangan listrik dapat secara tiba-tiba menyebabkan masuknya ion
natrium dengan cepat dari cairan luar sel ke dalam, sehingga menyebabkan muatan
dalam sel menjadi lebih positif dibandingkan muatan luar sel (Pangestu,
2017).Bioeletrik jantung dibangkitkan dari SA node secara spontan yang terjadi
pada atrium dan menyebabkan depolarisasi atrium dimana terjadi perpindahan
cepat natrium, bersama dengan melambat kalsium (Ca++) menyebabkan bagian
dalam sel tubuh berubah dari negative ke positif (Permana et al, 2015).
Depolarisasi ini menghasilkan kontraksi atrium yang membentuk gelombang P.
selanjutnya, konduksi arus listrik ini disalurkan melalui AV node. Kecepatan
konduksi menjadi sangat pelan agar atrium dapat menyelesaikan kontraksinya.
Terjadinya depolarisasi miokardium ini menghasilkan kontraksi ventrikel, yang
menyebabkan terbentuknya gelombang QRS komplek.
a. Sistem Peredaran Darah Besar (Sistemik)
Peredaran darah besar dimulai dari darah keluar dari jantung melalui aorta
menuju ke seluruh tubuh (organ bagian atas dan organ bagian bawah). Urutan
perjalanan peredaran darah besar yaitu: bilik kiri – aorta – pembuluh nadi–
pembuluh kapiler– vena cava superior dan vena cava inferior – serambi kanan.
b. Sistem Peredaran Darah Kecil (Pulmonal)
Peredaran darah kecil dimulai dari darah kotor yang dibawa arteri pulmonalis
dari serambi kanan menuju ke paru-paru. Dalam paru-paru tepatnya pada
alveolus terjadi pertukaran gas antara O2 dan CO2. Gas O2 masuk melalui
sistem respirasi dan CO2 akan dibuang ke luar tubuh. O2 yang masuk akan
diikat oleh darah (dalam bentuk HbO) terjadi di dalam alveolus. Selanjutnya
darah bersih ini akan keluar dari paru-paru melalui vena pulmonalis menuju ke
jantung (bagian bilik kiri). Vena pulmonalis merupakan keunikan yang kedua
10
dalam sistem peredaran darah manusia, karena merupakan satu-satunya vena
yang membawa darah bersih.Urutan perjalanan peredaran darah kecil : bilik
kanan jantung – arteri pulmonalis – paru-paru – vena pulmonalis – serambi kiri
jantung.
c. Darah
1. Indikasi
1) Monitor tekanan darah invasif diperlukan pada pasien dengan kondisi kritis
atau pada pasien yang akan dilakukan prosedur bedah mayor sehingga apabila
ada perubahan tekanan darah yang terjadi mendadak dapat secepatnya
dideteksi dan diintervensi, atau untuk evaluasi efek dari pemberian obat-
obatan yang telah diberikan.
2) Semua pasien yang dalam kondisi kritis atau yang dilakukan prosedur bedah
mayor yang membutuhkan pemantauan hemodinamik dan analisis pulsasi
arterial scara kontinu seperti : CABG, bedah thorax, bedah syaraf, bedah
laparotomy, bedah vascular.
11
3) Penderita krisis hipertensi yang mendapakan titrasi obat-obat
vasoaktif/kardiotonik.
4) Pasien yang ditopang dengan pompa balom intraaorta (intraaortic balon pump/
IABP)
5) Pasien dengan masalah intracranial yang harus di pantau secara ketat.
2. kontraindikasi
12
D. LOKASI PEMASANGAN AKSES ARTERI LINE DAN MODIFIED
ALLEN’S TEST
1. lokasi pemasangan
Meliputi arteri : radialis,brachialis, femoralis, dorsalis pedis dan arteri
14
Modified allen’s test metode yang sering digunakan sebagai metode untuk
penilaian sirkulasi dari pembuluh darah arteri ulnaris dan radialis yang bergabung
pada tangan sehingga membentuk lengkungan palmar, oleh karna itu jika salah satu
arteri tersumbat maka kecukupan sirkulasi pada salah satu pembuluh darah arteri
akan berkurang.(Tanishd Agarwal et al, 2020)
Tekhnik melakukan allen’s test:
a. Instruksikan pasien untuk mengepal tanganya, atau bila pasien tidak bisa,
pemeriksaan dapat meggenggamkan tanganya dengan erat.
b. Instruksikan pasien untuk merilekskan tanganya, lalu amati dan lihat jari
tangan pasien akan tampak memucat, jika tidak kemungkinan pemeriksa
belum menekan sepenuhnya pada arteri tersebut.
Kemudian melepaskan tekanan pada arteri ulnaris, maka akan tampak aliran
darah Kembali dalam waktu 5-15 detik. Hal ini menunjukan bahwa arteri
ulnaris memiliki aliran darah yang baik. Kembalinya aliran darah ini dapat
dikatakan sebagai modified allen’t test positif. Hasil modified allen’t test yang
negative jika tangan tidak mendapatkan aliran darah dalam periode yang
ditentukan. Hasil modified allen’t test negative menunjukan sirkulasi darah
dalam ulnaris tidak adekuat atau tidak ada. Bila demikian, maka sebaiknya
tidak dilakukan pemasangan kateter arteri pada arteri radialis yang
memvaskularisasi tangan.
E. Prosedur
d) Untuk memastikan prosedur pencabutan kateter arteri secara aman dan lancer
tanpa menimbulkan komplikasi perdarahan atau hematoma.
e) Mengambil contoh darah melelui kateter arteri tepat dan benar untuk
pemeriksaan laboratorium atau contoh darah.
2. Dokumen atau Fasilitas dan Peralatan.
a) ICCU/ICU chart
e) Dressing set
h) Micropore
k) Transparan dressing
l) Lidocaine 2%
n) Underpad
16
q) Plastic specimen
r) Alcohol swab
t) Trolley
u) Plastic kuning
v) Band aid
17
h) Buka dressing set dan berikan antiseptic pada area insersi.
i) Bantu dokter dalam melakukan prosedur
j) Beri dukungan dan observasi pasien selama prosedur.
k) Bila kateter arteri sudah masuk, hubungkan dengan sistem monitoring kit
yang sudah dirangkai.
l) Evaluasi gambaran gelombang arteri pada monitor dan pastikan tekanan darah terukur.
m) Kanul difiksasi dan tutup dengan transparent dressing.
n) Lakukan liveling, flusing, zeroing pada monitor kit dengan bedside monitor.
o) Rapikan alat dan rapikan pasien, lepas sarung tangan dan cuci tangan.
p) Observasi adanya perdarahan dan hematoma pada daerah penusukan,
segera laporkan dokter jika hal tersebut terjadi.
q) Catat dalam lembar observasi ICU/ICCU Chart.
2. Persiapan Transduser
2.12 transduser
18
F. LEVELLING & ZEROING THE TRANSDUCER
Leveling dan zeroing merupakan komponen penting dalam pengaturan dan perawatan
yang berkelanjutan untuk memastikan keakuratan pembacaan tekanan darah, yang
mana penjelasan sebagai berikut (Triana Coxon, 2018):
1. Levelling
Levelling transduser pada sumbu phlebostatic adalah untuk menghilangkan
pengaruh tekanan hidrostaltik pada transduser dan kemudian pembacaan. Pada
pasien dengan posisi telentang atau supinasi kurang dari 60 derajat, sumbu
phlebostatic terletak pada eksternal ke atrium kanan diruang interkosta keempat,
garis aksila tengah. Pada sumbu phlebostatic digunakan juga sebagai petunjuk
untuk melakukan zeroing dan untuk membantu memastikan keakutaran bacaan.
Transduser diletakan diatas jantung pasien akan menghasilkan bacaan tekanan BP
rendah yang salah, sebaliknya jika diposisikan dibawah jantung hasil bacaan akan
menunjukan tekanan tinggi yang salah. (Iversen, 2011
2. Zeroing
Melakukan zeroing pada monitor menghilangkan efek tekanan atmosfer pada nilai
hemodinamik yang terukur. (London Health Sciences Centre, 2015) zeroing
dilakukan setiap penggantian shift atau jika gelombang yang terlihat pada layar
19
monitor tidak sesuai dengan keadaan pasien serta setiap ada perubahan posisi
20
tekanan diastolik, yang disebabkan oleh adanya peningkatan sementara tekanan aorta
pada penutupan katup aorta. (Triana Coxon, 2018).
H. KOMPLIKASI
1. Hematoma
2. Perdarahan
3. Gangguan neurovascular iskemik atau nekrotis pada bagian dari pemasangan
kateter
K. DISCHARGE PLANNING
Discharge Planning Association (2013) menyatakan bahwa unsur-unsur yang harus ada
pada sebuah form perencanaan pemulangan antara lain:
1. Pengobatan di rumah, mencakup resep baru, pengobatan yang sangat dibutuhkan,
dan pengobatan yang harus dihentikan.
2. Daftar nama obat harus mencakup nama, dosis, frekuensi, dan efek samping yang
umum terjadi
3. Kebutuhan akan hasil test laboratorium yang dianjurkan, dan pemeriksaan lain,
dengan petunjuk bagaimana untuk memperoleh atau bilamana waktu akan
diadakannya
4. Bagaimana melakukan pilihan gaya hidup dan tentang perubahan aktivitas,
latihan, diet makanan yang dianjurkan dan pembatasannya.
22
lokasi setiap janji untuk control
6. Apa yang harus dilakukan pada keadaan darurat dan nomor telepon yang bisa
dihubungi untuk melakukan peninjauan ulang petunjuk pemulangan
(2009) adalah:
23
2) Trouble shooting pada gelombang underdamped
1. kanula yang kingking atau cloting 1. periksa kanula dan aliran dari
kingking, periksa koneksi longggar dan
pastikan three
way dalam posisi terbuka ke arah pasien
dan tertutup kearah bag
2. kesalahan posisi three way 2. posisikan pergelangan tangan dalam
posisi extension
3. posisi pasien 4. posisi tangan yang tertekuk
dapat menghambat aliran darah
arteri
4. vasospasme 3. aspirasi secara perlahan
24
4) Bentuk gelombang normal dengan hasil tekanan darah abnormal
5. pertimbangkan kemungkinan
efek samping dari obat-obatan.
25
BAB III
PENUTU
P
A. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
Jonathan Evans, H. K.-S. (2017). Crash Course Sistem Kardiovaskular- Edisi Indonesia ke-4.
Singapure: Elsevier.
28