Deelmening
Deelmening
MOH. IKBAL
D 101 21 303
a. Yang melakukan
b. Yg menyuruh melakukan melakukan
c. Yang membantu melakukan
d. Yang memberi upah, janji2 dsb. Sengaja membujuk
Paal 56 kuh pidana: yg dianggap sebgai pembantu, yaitu :
1. Yg membantu waktu kejahatan dilakukan
2. Yg sengaja memberi kesempatan, ikhtiar atau keterangan untuk melakukan kejahatan itu
Berkaitan dengan perincian yang diadakan oleh kuh pidana tsb, maka oleh beberapa sarjana
mengadakan perincian lain, yg terbagi dalam 3 kelompok :
1. Pelaku
2. Pembujuk
3. Yg membnatu melakukan
Perincian diatas didasarkan pada pendapat mereka, bahwa dalam bentuk pembujukan
(uitlokking) sipembujuk tdk dapat disebut sebagai pelaku, oleh karena pelakunya dalam
hal ini adalah orang lain.
Untuk mengetahui maksud dari Pasal 55 KUH Pidana dapat dijelaskan sebagai berikut:
A. Orang yang melakukan
Maksud dari kalimat ini adalah barang siapa yang melakukan “sendiri” suatu perbuatan
yang dilarang oleh undang2.
Untuk mengetahui siapa pelaku dari suatu delik, dapat pula dilihat pada jenis2 delik :
I. Delik dengan perumusan formil. Pelakunya adalah
barang siapa “yang memenuhi unsur-unsur
(perumusan) delik”
B. Yang menyuruh melakukan.
Ajaran ini juga disebut : “mijdelijke daderschap” (perbuatan dengan perantaraan).
Maksudnya adalah:
Seseorang yang berkehendak untuk melakukan sesuatu delik tidak melakukannya
sendiri, akan tetapi menyuruh orang lain untuk melakukannya.
Menyuruh melakukan ini harus memenuhi beberapa syarat penting, yaitu :
Orang yang disuruh itu harus orang yang tidak dapat dipertanggungjawabkan menurut
KUH Pidana.
• Apa perbedaan antara menyuruh melakukan (doen plegen) dengan membujuk
(uitlokking) :
- Menyuruh melakukan (doen plegen)
Orang yang disuruh melakukan sesuatu delik harus
orang yang tdk dpt dipertanggungjawabkan menurut
KUHP.
- Membujuk (uitlokking)
Orang yang dibujuk untuk melakukan sesuatu delik
harus orang yang dapat dipertanggung jawabkan
menurut KUHP
Menurut KUH Pidana, terdapat beberapa jenis orang yang tidak dapat
dipertanggungjawabkan, yaitu :
a. Orang yang menurut Pasal 44 jiwanya dihinggapi oleh
sesuatu penyakit jiwa (tidak normal).
b. orang yang disuruh (onmiddelijke daders) itu berada dalam keadaan “dipaksa”
(overmacht) sebagaimana diatur dalam Pasal 48 KUH Pidana.
c. Apabila onmiddelijke dader itu disuruh melakukan suatu tugas negara yang tidak sah.
Dalam hal ini onmiddelijke dader tsb harus memenuhi sayarat2 sebagai ditentukan
dalam Pasal 51 ayat (2), yaitu pelaksanaan perintah yang tidak syah itu harus dilakukan
d.Apabila onmiddelijke dader itu salah faham atau keliru mengenai salah satu unsur dari
delik.
Contoh :
A mengetahu sesuatu benda yang terletak di atas meja adalah milik C, akan tetapi B
tidak mengetahui akan hal itu. Kemudian A memerintahkan kepada B untuk mengambil
dan menyerahkan benda itu kepada A. A tahu benar bagwa benda itu milik C, akan tetapi
B tidak mengetahui bahwa benda itu milik A. Walaupun dalam hal ini yang mengambil
benda itu adalah D, akan tetapi karena ia salah faham atau keliru dalam salah satu unsur
delik, maka ia tdk dapat dipertanggungjawabkan .
Sebagai Contoh 1:
Seorang igin membunuh bayinya, dan meletakkan di bawah terik mata hari, hingga
sibayi meninggal. Dalam hal ini meletakkan bayi di tempat yang pasnas tadi tidak
mengakibatkan kematian si bayi secara langsung.
Contoh 2 :
A berkehendak membunuh B dengan mengirimkan makanan yang diberi racun. Dalam
hal ini kematian B tidak ditimbulkan secara langsung oleh A akan tetapi menggunakan
alat atau sarana (instrumen).
Cotoh Kasus :
A dan B adalah orang dewasa. A berkehendak untuk merusak barangnya C berupa
jendela kaca. Dan untuk melakukan kehendaknya itu, oleh karena ia lebih kuat dari pada
si B, ia melemparkan badan si B kejendela kaca si C, sehingga jendela kaca itu pecah.
Dalam hal ini terdapat delik seperti diatur dalam pasal 406 yaitu merusak barang orang
lain.
Apakah dalam hal ini terdapat menyuruh melakukan ?. Jawabannya, bahwa
karena si-B adalah orang sehat jiwanya, maka tidak dapat disebut menyuruh melakukan.
Dan B pun tidak dapat dikategorikan dalam keadaan overmacht, sebab orang yang
berada dalam keadaan overmacht itu mempunyai kehendak, akan tetapi kehendak yang
tidak bebas. Jadi :
A tidak dapat dikatakan pelaku tidak langsung, akan tetapi pelaku biasa, sebab B tidak
memenuhi pasal 44. B adalah alat mati (willoos wertuig).
Pogging percobaan
Doktrin ialah permulaan kejahatan yang belum selesai
Kuhp pasal 53 dan 54
Pasal 53 berbunyi
1. Mencoba melakukan kejahatan dipidana, jika niat untuk itu telah ternyata dari
adanya permulaan pelaksanaan, dan tidak selesainya pelaksanaan itu, bukan semata
mata disebabkan karena anaknya sendiri
2. Maksimum pidana pokok terhadap kejahatan, dalam hal percobaan dapat dikuangi
sepertiga
3. Jika kejahatan diancam dengan pidana mati dan pidana penjara seumur hidup,
dijatuhkan pidana penjara selama lima belas tahun
4. Pidana tambahan bagi percobaan adalah sama dengan kejahatan selesai
Pasal 54 kuhp
Delik formil
• Suatu delik yang terdiri atas suatu perbuatan yang dilarang dan diancam dengan hukuman
oleh undang-undang
• Misalnya delik dalam pasal pasal 362 tentang pencurian. Yg dilarang dalam pasal ini
adalah perbuatan mengambil barang oraang lain
Delik materil
• Suatu delik yang terdiri atas suatu akibat tertentu yang timbul karena suatu perbuatan.
Akibat tersebut dilarang dan diancam dengan hukuman oleh UU
• Misalnya delik dalam pasal ini adalah mengakibatkan matinya orang lain, dan bukan
perbuatannya
• Pada delik formiil delik selesai apabila perbuatan yang dilarang telah dilakukan.
• Sedangkan pada delik materiil delik selesai apabila akibat yang dilarang dan diancam
hukuman oleh undang-undang itu telah timbul atau telah terjadi.
Poging adalah Perluasan Pengertian Delik
• Jika poging dihubungkan dengan suatu delik, maka walalupun tidak memenuhi syarat sebagai
delik, akan tetapi poging merupakan “perluasan pengertian delik” (uitbreidings begrip van het
strafbare feit).
• Apa dasar hukum daripada hukuman yang diancamkan terhadap poging ? Dimana dalam hal
poging suatu perbuatan itu baru merupakan “permulaan pelaksanaan” sudah dapat dihukum.