Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM INTERVENSI MANUAL THERAPY

PADA SHOULDER KOMPLEKS

Nama Intervensi Prosedur Pelaksanaan

Diagnosa ICD : Frozen shoulder et Adhesive Capsulitis

Distraksi Oscillasi
a. Grade 1 a. Posisi pasien : supine lying
1) Posisi awal grade 1 : Tangan kanan pasien abduksi
shoulder 30°
2) Posisi awal grade 2 : Tangan kanan pasien abduksi
shoulder 50°
3) Posisi awal grade 3 : Tangan kanan pasien abduksi
shoulder 90°
4) Posisi awal grade 4 : Tangan kanan pasien abduksi
shoulder >90° (120° )

b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan : Fisioterapis


b. Grade 2 berada disamping kanan pasien, tangan kanan pada axilla
dan tangan kiri pada caput humeri pasien.

c. Teknik pelaksanaan :
1) Grade 1 :
 Tangan kanan fisioterapis menjepit bagian axila
pasien dan tangan kiri fisioterapis memegang
caput humeri pasien.
 Setelah itu lakukan distraksi kearah lateral
superior dengan posisi kaki kuda-kuda dan
lakukan gerakan ossilasi secara lambat tetapi
c. Grade 3 lengan pasien tidak boleh bergerak kecuali pada
caput humerinya.
 Lakukan ossilasi minimal sebanyak 6 kali
2) Grade 2 :
 Tangan kanan fisioterapis menjepit bagian axila
pasien dan tangan kiri fisioterapis memegang
caput humeri pasien.
 Setelah itu lakukan distraksi kearah lateral
superior dengan posisi kaki kuda-kuda dan
lakukan gerakan ossilasi secara lambat tetapi
lengan pasien tidak boleh bergerak kecuali pada
caput humerinya.
 Lakukan ossilasi minimal sebanyak 6 kali
3) Grade 3 :
 Tangan kanan fisioterapis menjepit bagian axila
pasien dan tangan kiri fisioterapis memegang
d. Grade 4 caput humeri pasien.
 Setelah itu lakukan distraksi kearah lateral
dengan posisi kaki kuda-kuda dan lakukan
gerakan ossilasi secara lambat tetapi lengan
pasien tidak boleh bergerak kecuali pada caput
humerinya.
 Lakukan ossilasi minimal sebanyak 6 kali

4) Grade 4 :
 Tangan kanan fisioterapis menjepit bagian axila
pasien dan tangan kiri fisioterapis memegang
caput humeri pasien.
 Setelah itu lakukan distraksi kearah lateral
superior dengan posisi kaki kuda-kuda dan
lakukan gerakan ossilasi secara lambat tetapi
lengan pasien tidak boleh bergerak kecuali pada
caput humerinya.
 Lakukan ossilasi minimal sebanyak 6 kali

d. Tujuan
1) Grade 1 : Untuk mengurangi nyeri.
2) Grade 2 : Untuk mengurangi nyeri.
3) Grade 3 : Untuk menambah ROM fleksi shoulder.
4) Grade 4: Untuk menambah ROM endorotasi dan
eksorotasi shoulder.
Distraksi oscillasi dengan Belt
a. Grade 3 a. Posisi pasien : supine lying
1) Posisi awal grade 3 : Fleksi shoulder 90° + Fleksi
elbow 90° .
2) Posisi awal grade 4 : Fleksi shoulder 90° + Fleksi
elbow 90° .

b. Posisi fisioterapis : Berada disamping kanan pasien.


1) Peletakan tangan fisioterapis : Tangan kanan berada
di caput humeri sambil menyanggah belt sedangkan
tangan kiri berada di lengan bawah bagian proksimal
pasien.
2) Peletakan belt : Sisi yang satu berada di atas tangan
kanan pasien (pada caput humeri) dan sisi yang
b. Grade 4
lainnya berada dibawah pantat fisioterapis.

c. Teknik pelaksanaan :
1) Grade 3 : Fisioterapis melakukan distraksi dengan
belt, kemudian pasien secara aktif melakukan fleksi
shoulder dan fisioterapis mengikuti arah gerakan
fleksi shoulder pasien dengan sedikit memiringkan
badan.

2) Grade 4 :
 Endorotasi shoulder : Fisioterapis melakukan
distraksi dengan belt, kemudian pasien secara
aktif melakukan endorotasi shoulder dan
fisioterapis mengikuti arah gerakan endorotasi
shoulder pasien dengan memutar badan.
 Eksorotasi shoulder : Fisioterapis melakukan
distraksi dengan belt, kemudian pasien secara
aktif melakukan eksorotasi shoulder dan
fisioterapis mengikuti arah gerakan eksorotasi
shoulder pasien dengan memutar badan.
d. Tujuan :
1) Grade 3 : Untuk menambah ROM fleksi shoulder.
2) Grade 4 : Untuk menambah ROM endorotasi dan
eksorotasi shoulder.

Roll glide Ventral


a. Grade 2 a. Posisi pasien :
1) Posisi awal grade 2 : Side lying (tangan kanan
endorotasi dan tangan kiri secara mandiri memegang
daerah axilla bagian kanannya untuk menahan
badannya agar tidak bergerak).
2) Posisi awal grade 2 : Prone lying, shoulder pasien
berada di luar bed. ( tangan kiri pasien abduksi
shoulder 300 + fleksi elbow).
3) Posisi awal grade 3 : Prone lying, shoulder pasien
berada di luar bed (tangan pasien endorotasi shoulder
+ fleksi elbow 900)
b. Grade 2
b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :
1) Grade 2 : Fisioterapis berada disamping kanan
pasien, tangan kanan memegang distal lengan bawah
pasien sedangkan tangan kiri pada caput humeri.
2) Grade 2 : Fisioterapis berada disamping pasien,
tangan kanan berada di caput humeri sedangkan
tangan kiri berada pada elbow pasien.
3) Grade 3 : Fisioterapis berada disamping pasien,
tangan kanan berada di caput humeri dan tangan kiri
berada di distal lengan bawah (anterior) pasien.
c. Grade 3

c. Teknik pelaksanaan :
1) Grade 2 : fisioterapis memberikan dorongan pada
caput humeri kearah ventral menggunakan sisi medial
telapak tangan kiri pasien. Kemudian pasien secara
aktif melakukan eksorotasi. Dengan dosis minimal
sebanyak 6 kali.
2) Grade 2 : fisioterapis memberikan dorongan pada
caput humeri kearah ventral kemudian pasien
melakukan ekstensi shoulder dengan dibantu oleh
fisioterapis. Dengan dosis minimal sebanyak 6 kali.
3) Grade 3 : fisioterapis memberikan dorongan pada
caput humeri kearah ventral kemudian pasien
melakukan eksorotasi shoulder dengan dibantu oleh
fisioterapis. Dengan dosis minimal sebanyak 6 kali.

d. Tujuan :
1) Grade 2 : untuk menambah ROM eksorotasi shoulder.
2) Grade 2 : untuk menambah ROM eksorotasi shoulder.
3) Grade 3 : untuk menambah ROM eksorotasi shoulder.

Roll glide Caudal


a. Grade 2 a. Posisi pasien :
1) Posisi awal grade 2 : Side lying, posisi tangan pasien
abduksi shoulder 500 + fleksi elbow.
2) Posisi awal grade 3 : Supine lying (tangan pasien
abduksi shoulder 900).

b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :


1) Grade 2 : Fisioterapis berada dibelakang pasien,
tangan kiri pas dibawah acromion sedangkan tangan
kanan berada di elbow pasien.
2) Grade 3 : Fisioterapis berada disamping kanan
pasien, tangan kanan berada di caput humeri
sedangkan tangan kiri berada di elbow.
b. Grade 3

c. Teknik pelaksanaan :
1) Grade 2 : Fisioterapis memberikan dorongan pada
caput humeri kearah caudal kemudian pasien secara
aktif melakukan abduksi shoulder sambil fisioterapis
mengikuti arah gerakan pasien. Dengan dosis
minimal sebanyak 6 kali.
2) Grade 3 : Fisioterapis mendorong caput humeri ke
arah caudal dan pasien secara aktif melakukan
gerakan abduksi shoulder secara bertahap dengan
semakin di abduksikannya shoulder maka tekanan ke
arah caudal juga di tambah sambil fisioterapis
mengikuti arah gerakan. Dengan dosis minimal
sebanyak 6 kali.

d. Tujuan :
1) Grade 2 : untuk menambah ROM abduksi
2) Grade 3 : untuk menambah ROM abduksi

Roll glide Dorsal


a. Grade 2 a. Posisi pasien :
1) Posisi awal grade 2 : Supine lying (tangan pasien
abduksi shoulder 900)
2) Posisi awal grade 3 : Supine lying (tangan pasien
abduksi shoulder 900 dan sedikit fleksi elbow).

b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :


1) Grade 2 : Fisioterapis berada disamping kanan pasien,
tangan kanan berada di caput humeri sedangkan
tangan kiri berada di elbow (lengan bawah bagian
proksimal) pasien.
b. Grade 3
2) Grade 3 : Fisioterapis : berada disamping kanan atas
pasien, tangan kanan berada di elbow pasien dengan
ibu jari sejajar dengan lengan bawah pasien,
sedangkan tangan kiri berada di caput humeri pasien.

c. Teknik pelaksanaan :
1) Grade 2 : Fisioterapis memberikan tekanan kearah
dorsal pada caput humeri bersamaan dengan gerakan
pasif ekstensi shoulder pasien. Dengan dosis minimal
sebanyak 6 kali.
2) Grade 3 : Fisioterapis memberikan tekanan kearah
dorsal pada caput humeri bersamaan dengan gerakan
pasif endorotasi shoulder pasien. Dengan dosis
minimal sebanyak 6 kali.

d. Tujuan :
1) Grade 2 : untuk menambah ROM internal rotasi
2) Grade 3 : untuk menambah ROM internal rotasi

Mobilizatio with movement – abduksi


shoulder
a. Dengan belt a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : pasien duduk
diatas tools dan lengan pasien netral.

b. Posisi fisioterapis :
1) Dengan belt :
a) Posisi fisioterapis dan peletakan tangan
fisioterapis : Fisioterapis berada disamping kanan
bagian belakang pasien, tangan kiri berada di
scapula sedangkan tangan kanan berada di
tuberculum minus humeri sambil menyanggah
dengan belt mulligan.
b) Peletakan belt : sisi yang satu berada di atas tangan
kanan pasien (pada caput humeri) dan sisi yang
lainnya berada dibawah pantat fisioterapis.
2) Tanpa belt :
b. Tanpa belt
a. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis:
Fisioterapis : berada disamping kanan pasien, tangan
kanan berada di tuberculum minus dan tangan kiri
berada di scapula pasien.

c. Teknik pelaksanaan :
1) Dengan belt :
a) Tangan kanan fisioterapis memberikan tarikan
pada caput humeri kearah posterior dan tangan
kiri fisioterapis memberikan dorongan pada
scapula ke arah medial.
b) Lalu pasien secara aktif menggerakan tangan
kanannya ke arah abduksi shoulder sambil
fisioterapis memberikan bantuan gerakan ke arah
abduksi shoulder.

2) Tanpa belt :
a) Tangan kanan fisioterapis memberikan dorongan
pada tuberculum minus ke arah posterior dan tangan
kiri mendorong scapula kearah medial.
b) Lalu Lalu pasien secara aktif menggerakan tangan
kanannya ke arah abduksi shoulder sambil
fisioterapis memberikan bantuan gerakan ke arah
abduksi shoulder.

d. Tujuan : untuk menambah ROM abduksi shoulder.

Mobilization with movement –


external/internal rotasi shoulder a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : duduk di atas tools
 Eksternal rotasi senyaman mungkin, (tangan kanan pasien abduksi
shoulder 900)

b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :


Fisioterapis berada di samping bagian belakang pasien,
tangan kanan fisioterapis berada di tuberculum minus
dan tangan kiri berada di scapula.

c. Teknik pelaksanaan :
1) Endorotasi : Tangan kiri fisioterapis memberikan
dorongan ke arah medial sedangkan tangan kanan
 Internal Rotasi fisioterapis menarik tuberculum minus ke arah
posterior. Kemudian pasien di minta melakukan
gerakan endorotasi secara aktif sambil fisioterapis
memberikan bantuan ke arah endorotasi.
2) Eksorotasi : Tangan kiri fisioterapis memberikan
dorongan ke arah medial sedangkan tangan kanan
fisioterapis menarik tuberculum minus ke arah
posterior. Kemudian pasien di minta melakukan
gerakan eksorotasi secara aktif sambil fisioterapis
memberikan bantuan ke arah eksorotasi
d. Tujuan : untuk menambah ROM internal rotasi dan
external rotasi shoulder.

Mobilization with movement –


internal rotasi shoulder (dengan belt) a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : duduk di atas tools
(tangan kanan dalam posisi endorotasi).

b. Posisi fisioterapis :
1) Peletakan tangan fisioterapis : Fisioterapis berada di
belakang pasien, tangan kiri berada di axilla
sedangkan tangan kanan berada di elbow pasien.
2) Peletakan belt : tangan kanan memegang belt dalam
keadaan endorotasi dan tangan kiri memegang belt
sisi lainnya diatas kepala.

c. Teknik pelaksanaan :
1) Tangan kanan fisioterapis melakukan tekanan pada
elbow pasien medial sedangkan tangan kiri
fisioterapis melakukan fiksasi pada axilla.
2) Setelah itu pasien diminta untuk menarik belt yang
di genggamnya ke arah atas sambil fisioterapis
membantu pasien mendorong lengan kearah medial.
3) Lakukan gerakan tersebut minimal sebanyak 6 kali.

d. Tujuan : untuk menambah ROM internal rotasi dan


external rotasi shoulder.
Diagnosa ICD : Impingement Syndrome

Tes resisted isometric – abduksi


shoulder. a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : Duduk diatas
bed/kursi senyaman mungkin (posisi lengan abduksi 90 o
shoulder dan fleksi 90oelbow).
b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :
Fisioterapis berada dibelakang pasien, tangan kanan
fisioterapis berada di atas elbow pasien dan tangan kiri
pada bahu kiri pasien.

c. Teknik pelaksanaan :

 Fisioterapis memberi tahanan pada elbow pasien


kearah kaudal (adduksi), sedangkan pasien
memberikan tahanan kearah cranial (abduksi) tetapi
tidak ada pergerakan.
 Bandingkan antara kedua lengan pasien
 Bila terdapat nyeri pada bagian shoulder maka
kemungkinan terjadi indikasi peradangan tendon.
d. Tujuan : untuk mengetahui adanya peradangan tendon
pada shoulder.

Tes resisted isometric – external rotasi


shoulder. a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : . Duduk diatas
kursi, (posisi lengan abduksi 90o dan eksorotasi shoulder)
b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :
Fisioterapis berada dibelakang pasien, tangan kanan
fisioterapis berada pada dorsal wrist sedangkan tangan
kiri berada pada shoulder pasien.

c. Teknik pelaksanaan :

 Fisioterapis memberi tahanan endorotasi pada dorsal


wrist pasien.
 Pasien memberi tahanan eksorotasi pada posisi
lengan pasien abduksi 90o dan eksorotasi (posisi
awal) juga pada posisi lengan pasien abduksi 900 dan
endorotasi (posisi akhir)
 Bila terdapat nyeri pada bagian shoulder maka
kemungkinan terjadi indikasi peradangan tendon.

d. Tujuan : untuk mengetahui adanya peradangan tendon


pada shoulder.

Tes Neer Impingement


a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : Duduk diatas
bed/kursi, posisi awal lengan fleksi 900, internal
rotasi shoulder dengan ibu jari menghadap ke bawah
Gambar/foto b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :
Fisioterapis berada di samping pasien. Tangan kiri
fisioterapi berada pada shoulder pasien sedangkan
tangan kanan berada pada sisi lateral elbow
c. Teknik pelaksanaan :
 Fisioterapis menuntun pasien melakukan fleksi
shoulder dari posisi 90o hingga full ROM
 Tangan fisioterapis pada sisi lateral elbow
mencegah pasien melakukan abduksi atau
menekuk sikunya.
d. Tujuan : untuk mengetahui adanya peradangan tendon
pada shoulder.

Tes Hawkins Kennedy Impingement


a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : Pasien duduk
senyaman mungkin. (Pasien melakukan internal
rotasi shoulder, adduksi dan fleksi elbow 90°
dengan ibu jari menghadap ke bawah)
b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :
Fisioterapis berdiri di depan pasien, tangan kiri
fisioterapis berada di bagian distal posterior lengan
atas pasien, sedangkan tangan kanan fisioterapis
memegang wrist pasien.
c. Teknik pelaksanaan : Fisioterapis mendorong lengan
atas pasien ke medial. Apabila pasien merasakan
nyeri pada daerah shoulder maka pasien positif
tendinitis supraspinatus/tendinitis bicipitalis.
d. Tujuan : untuk mengetahui adanya peradangan tendon
pada shoulder.

Supraspinatus test
a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : Pasien duduk di
atas bed (posisi kedua tangan abduksi shoulder 45o,
internal rotasi dan ibu jari menghadap ke bawah)
b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :
Fisioterapis berada di depan pasien, kedua tangan
fisioterapis berada di distal lengan bawah pasien.
c. Teknik pelaksanaan : Fisioterapis memberikan
dorongan ke arah caudal pada lengan bawah pasien,
sedangkan pasien memberikan tahanan kearah
cranial tetapi tidak ada pergerakan. Jika pasien
merasakan nyeri, maka pasien positif tendinitis
supraspinatus.
d. Tujuan : untuk mengetahui adanya tendinitis pada tendon
supraspinatus.

Speed test
a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : Duduk diatas
bed/ kursi (lengan pasien fleksi shoulder 90odan
lengan bawah supinasi).
b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :
Berdiri disamping pasien. tangan kiri fisioterapis
pada tendon bicipitalis pada sulcus intertubercularis
sedangkan tangan kanan berada pada permukaan
distal lengan bawah pasien.
c. Teknik pelaksanaan :
1) tangan kiri fisioterapis menekan tendon bicipitalis
dan tangan kanan Fisioterapis memberi tekanan
pada distal lengan bawah pasien ke arah kaudal
kemudian pasien menahan kea rah cranial.
2) Jika pasien merasakan nyeri, maka pasien
positif tendinitis bicipitalis.
d. Tujuan : Untuk mengetahui adanya Tendinitis Bicipitalis
+ SLAP Lesion.

New Pain Provocation test


a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : Pasien dalam
posisi duduk senyaman mungkin dengan abduksi
shoulder 90o dan fleksi elbow 900

b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :


Berada di belakang pasien, Tangan kanan
fisioterapis berada di distal forearm pasien,
sedangkan tangan kiri berada pada shoulder.
c. Teknik pelaksanaan :
1) Fisioterapis melakukan abduksi horizontal
kemudian mengendorotasikan shoulder pasien.
2) Tes positif jika peradangan pada tendon
supraspinatus atau tendon bicipitalis disertai
cidera labrum glenoidalis.

d. Tujuan : Untuk mengetahui adanya peradangan pada


tendon supraspinatus atau tendon bicipitalis disertai
cidera labrum glenoidalis.

Transverse Friction :
a. Tendon supraspinatus a. Posisi pasien dan posisi awal lengan
1) Tendon supraspinatus : Pasien dalam posisi half
lying dengan lengan endorotasi dibelakang
Gambar/foto punggung.
2) Tendon infraspinatus : Pasien dalam posisi prone
lying senyaman mungkin dengan posisi fleksi
b. Tendon infraspinatus
shoulder, fleksi elbow dan sedikit eksorotasi.
3) Tendon caput longum biceps brachii : Pasien dalam

Gambar/foto
posisi supine lying senyaman mungkin dengan
posisi sedikit abduksi shoulder dan fleksi elbow.

c. Tendon caput longum biceps b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :

brachii 1) Tendon supraspinatus : Berada di samping kanan


pasien, Tangan kiri fisioterapis berada pada
akromion untuk memudahkan mencari tendon
Gambar/foto supraspinatus, sedangkan tangan kanan
mempalpasi tendon supraspinatus dibawah
akromion.
2) Tendon infraspinatus : Berada di samping kiri
pasien dengan tangan mempalpasi tendon
infraspinatus pasien.
3) Tendon caput longum biceps brachii : Berada di
samping kanan pasien, Tangan kiri fisioterapis
berada pada sulcus intertubercularis mempalpasi
tendon bicipitalis, sedangkan tangan kanan
berada pada distal forearm pasien.

c. Teknik pelaksanaan :
1) Tendon supraspinatus : Fisioterapis memberi
friction pada tendon supraspinatus pasien secara
transversal minimal 20 kali dengan menggunakan
jari telunjuk dan tengah secara bersamaan.
2) Tendon infraspinatus : Fisioterapis memberi
friction pada tendon infraspinatus secara
transversal minimal 20 kali dengan menggunakan
jari telunjuk dan tengah bersamaan.
3) Tendon caput longum biceps brachii : Dari posisi
netral, fisioterapis melakukan eksorotasi dan
endorotasi secara bergantian dengan tangan
kanan sambil menekan tendon bicipitalis pada
sulcus intertubercularis pasien minimal 20 kali
dengan tangan kiri.

d. Tujuan :
1) Tendon supraspinatus : Manual terapi untuk
menyembuhkan tendinitis supraspinatus (mengurangi
nyeri).
2) Tendon infraspinatus : Manual terapi untuk
menyembuhkan tendinitis infraspinatus (mengurangi
nyeri)
3) Tendon caput longum biceps brachii : Manual terapi
untuk menyembuhkan tendinitis bicipitalis
(mengurangi nyeri).

Mobilization with movement – fleksi


shoulder
a. Dengan belt a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : .......................

b. Posisi fisioterapis :
1) Dengan belt :
Gambar/foto a) Peletakan tangan fisioterapis : .........................
b) Peletakan belt : ................................................
2) Tanpa belt
b. Tanpa belt Peletakan tangan fisioterapis : ................................

c. Teknik pelaksanaan :
1) Dengan belt :
Gambar/foto a) .........................................................
b) .........................................................
2) Tanpa belt :
a) ..........................................................
b) ...........................................................

d. Tujuan : Mengurangi nyeri pada peradangan tendon otot


bicipitalis.

Contrac Relax
a. Tendon supraspinatus dan a. Posisi pasien : ...........................................
infraspinatus 1) Posisi awal lengan (tendon supraspinatus et
infraspinatus) : ...................................................
2) Posisi awal lengan (tendon caput longum biceps
brachii) : .............................................................
Gambar/foto 3) Posisi awal lengan (tendon
subscapularis) : .............................................

b. Posisi fisioterapis :
b. Tendon caput longum biceps 1) Peletakan tangan fisioterapis (tendon supraspinatus et
brachii infraspinatus) : ............................
2) Peletakan tangan fisioterapis (tendon caput longum
biceps brachii) : .......................................
Gambar/foto 3) Peletakan tangan fisioterapis (tendon
subscapularis) : .....................................................

c. Teknik pelaksanaan :
c. Tendon subscapularis 1) Tendon supraspinatus et infraspinatus : ..................
2) Tendon caput longum biceps brachii : ...................
3) Tendon subscapularis : ..........................................

Gambar/foto
d. Tujuan :
1) Tendon supraspinatus et infraspinatus : .................
2) Tendon caput longum biceps brachii : ...................
3) Tendon subscapularis : ..........................................
Contract Relax – self treatment
(tendon caput longum biceps brachii) a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : ........................

b. Teknik pelaksanaan : ..................................................

Gambar/foto c. Tujuan : ......................................................................

Rhythmic Stabilization
a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : Pasien dalam
posisi supine lying, dengan fleksi shoulder 900dan
fleksi elbow 45o

b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :


Berada di sebelah kanan pasien dengan kedua lengan
menjepit lengan pasien sebelah kanan dari lipatan
siku hingga telapak tangan.

c. Teknik pelaksanaan :

1) Fisioterapis menstabilisasi elbow pasien dengan


kedua elbownya, kemudian menggerakkan
lengan pasien ke arah endorotasi dan eksorotasi.
2) Pasien melawan gerakan fisioterapis hingga
terjadi gerakan isometric.
3) Gerakan dilakukan berulang tanpa jeda minimal
delapan kali.

d. Tujuan : ......................................................................

Stabilization exercise
a. Dengan tongkat a. Posisi pasien
1) Posisi awal lengan (dengan tongkat) : Tidur
terlentang (lengan pasien fleksi 90° ).
2) Posisi awal lengan (wall press) : Berdiri menghadap
Gambar/foto tembok (lengan pasien 90° ).

b. Posisi fisioterapis :
1) Peletakan tangan fisioterapis (dengan tongkat) :
b. Wall press exercise Berada diatas kepala pasien.
2) Peletakan tangan fisioterapis (wall press) : Berdiri
dibelakang pasien.

Gambar/foto
c. Teknik pelaksanaan :
1) Dengan tongkat :
a) Kemudian kedua tangan pasien memegang
tongkat.
b) Setelah itu fisioterapi memberi aba-aba kearah
atas dan bawah, kanan dan kiri, putar
kekanan dan kekiri.
c) Fisioterapis menggerakkan tongkat tersebut
kemudian pasien memberikan tahanan.
Dengan dosis sebanyak 6 kali.

2) Wall press :
a) Kedua telapak tangan pasien menyentuh
dinding
b) Fisioterapis menggerakkan bahu pasien
kearah kanan dan kiri. Dan pasien
mempertahankan gerakan tersebut. Dengan
dosis 6 kali.

d. Tujuan : .....................................................................

Diagnosa ICD : Arthritis/Lesi AC joint atau SC joint

Tes JPM
a. Traksi acromioclavicular joint a. Posisi pasien dan posisi awal lengan :
1) Traksi AC joint : ..................................
2) Ventral – dorsal glide AC joint : ............................
Gambar/foto 3) Traksi SC joint : .........................................

b. Ventral – dorsal glide


acromioclavicular joint b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :
1) Traksi AC joint : ............................................
2) Ventral – dorsal glide AC joint : ...........................
3) Traksi SC joint : ................................................
Gambar/foto
c. Teknik pelaksanaan :
1) Traksi AC joint : ..........................................
2) Ventral – dorsal glide AC joint : ...........................
c. Traksi sternoclavicular joint 3) Traksi SC joint : ................................................

d. Tujuan : .........................................................

Gambar/foto

Roll glide ventral AC joint


a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : Duduk di atas bed
(lengan dalam posisi netral).

Gambar/foto b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :


berada di sampingpasien. Tangan kanan fisioterapis
memfiksasi clavicula dan tangan kiri beada dibagian
acromion.

c. Teknik pelaksanaan : Tangan kiri fisioterapis mendorong


bagian ujung belakang acromion pasien ke arah ventral.
Dengan dosis sebanyak 8 kali.

d. Tujuan : ................................................

Roll glide dorsal AC joint


a. Posisi pasien dan posisi awal lengan : duduk di atas bed
(lengan kanan endorotasi dan memegang tangan
kirinya).

Gambar/foto b. Posisi fisioterapis dan peletakan tangan fisioterapis :


Fisioterapis berada di belakang pasien. Tangan kanan
berada di anterior acromion dan tangan kiri memfiksasi
clavicula.

c. Teknik pelaksanaan : Tangan kanan fisioterapis


mendorong acromion kearah dorsal dengan dosis
sebanyak 8 kali.

d. Tujuan : ................................................

Anda mungkin juga menyukai