Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Torakotomi dilakukan untuk memperbaiki kerusakan pada pembuluh darah dan organ-
organ dalam dada. Organ-organ ini mungkin termasuk kerongkongan (lorong makanan), jantung,
paru-paru, dan trakea (tenggorokan).
Torakotomi juga dilakukan untuk mengangkat tumor paru-paru (benjolan) atau abses
(infeksi dengan nanah). Selain itu juga dilakukan untuk mengeluarkan udara atau darah
terperangkap di dalam dada Anda. Selama torakotomi, sebuah sayatan besar (dipotong) dibuat
untuk membuka dada Anda.
Toraks adalah daerah pada tubuh manusia (atau hewan) yang berada di antara leher dan
perut (abdomen).Toraks dapat didefinisikan sebagai area yang dibatasi di superior oleh thoracic
inlet dan inferior oleh thoracic outlet; dengan batas luar adalah dinding toraks yang disusun oleh
vertebra torakal, iga-iga, sternum, otot, dan jaringan ikat.

Sedangkan rongga toraks dibatasi oleh diafragma dengan rongga abdomen. Rongga
toraks dapat dibagi kedalam dua bagian utama, yaitu : paru-paru (kiri dan kanan) dan
mediastinum. Mediastinum dibagi ke dalam 3 bagian: superior, anterior, dan posterior.
Mediastinum terletak diantara paru kiri dan kanan dan merupakan daerah tempat organ-organ
penting toraks selain paru-paru (yaitu: jantung, aorta, arteri pulmonalis, vena cavae, esofagus,
trakhea, dll.).
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Thoracotomy

Thoracotomy adalah insisi dinding thoraks ( dada ) sampai mencapai paru-paru,


bronchi, jantung, atau oesphagus. Lokasi insisi relative terhadap thoraks biasa kearah
lateral ( postero-lateral , antero-lateral ) atau anterior ( transversal dan vertical ). Ada dua
macam thoracotomy yaitu : pulmonary surgery dan cardiac surgery ( open heart surgery ).
B. Type insici thorax :
a. Insisi Lateral
1. Posterolateral Thoracotomy

Insisi posterolateral mengikuti margo vertebralis scapula dan garis costa


( costa 5, 6, 7 atau 8) ke sudut anterior atau margo costalis. Otot-otot yang
terpotong adalah trapezius, latissimus dorsi, rhomboids, serratus anterior,
intercostalis dan erector spine. Costa dipotong sedang costa yang lain ditarik
sehingga ada ruang untuk melihat isi rongga thorax. Umumnya insisi ini
digunakan untuk operasi paru.
2. Anterolateral Thoracotomy
Insisi ini dimulai pada mid line
anterior mengikuti sepanjang garis costa
dibawah payudara sampai garis axilla
posterior. Otot-otot yang terpotong adalah
pectoralis mayor dan minor, serratus anterior,
intercostalis internal, dan eksternal. Insisi ini
digunakan untuk operasi penyakit katup mitral ( mitral valvotomy) dan operasi
pleura ( pleurectomy).

b.Insisi anterior
1. Vertical (median) Thoracotomy

Insisi ini dilakukan


dengan pemotongan pada
bagian tengah sternum kea rah
bawah ( dari sternal notch
sampai xyphoideus) sehingga
tidak ada otot yang terpotong. Teknik ini digunakan untuk bedah jantung.

2. Transversial Thoracotomy

Insisi ini mulai dari salah


satu sisi ruang intercostalis 4
ke ruang intercostalis lainnya
dengan memotong sternum
secara transversal, tapi teknik
sekarang jarang digunakan.
Otot-otot yang terpotong adalah pectoralis mayor, intercostalis internal, dan
eksternal.
b. Insisi Thoraco-laparatomy
Insisi ini sepanjang garis costa 7 atau 8 area
epigastrik sehingga abdomen kemungkinan ikut
terinsisi. Teknik digunakan untuk operasi
oesphagus.

C. Type operasi
a. Pada paru paru
1. Lobectomy

Lobectomy adalah pengangkatan satu atau


lebih lobus paru-paru kadang-kadang
disertai dengan memotong dinding thoraks,
biasa dilakukan pada pasien dengan
carsonima.Sleeve resection adalah
pengangkatan lobus atas disertai dengan
pemotongan bronchus lobar yang berasal
dari bronchus utama ( dua ujung bronchus
dijahit secara bersamaan ).

2. Pneumonectomy
Pneumonectomy adalah pengangkatan
seluruh satu paru-paru, sering kali disertai
dengan mediastinal lymph nodus atau
sebagian dinding thoraks.

3. Segmental resection ( wedge resection )

Segmental resection adalah pengankatan


satu segmen dari satu lobus
brochopulmonal. Wedge resection adalah
pengangkatan Resiko thoracotomy kecil atau
sedikit jaringan paru, biasa dilakukan pada
tumor jinak atau penyakit jaringan sekunder
bronchestasis atau tuberculosis

b. pada jantung

Operasi Jantung Bypass

Operasi jantung jenis ini biasanya digunakan untuk mengobati penyakit jantung koroner.
Metode operasi jantung ini ialah dengan membuat saluran baru sebab saluran pada pembuluh
darah arteri jantung telah menyempit atau terhambat.

Dengan begitu, diharapkan proses aliran darah bisa kembali lancar sehingga oksigen dan nutrisi
yang dibawa oleh darah dapat sampai ke otot jantung.
Dalam sebuah operasi jantung bypass, dokter bedah maksimal dapat memperbaiki empat
pembuluh darah yang terhambat. Saluran baru biasanya diambil dari dada, kaki, atau bagian
tertentu pasien.

Operasi jantung bypass dalam istilah medis dikenal dengan nama Coronary Artery Bypass Graft
(CABG). Dalam penyembuhan sakit jantung, operasi bypass termasuk yang paling sering
dilakukan.

Operasi Penggantian/Perbaikan Katup Jantung

Katup jantung berfungsi untuk mengatur aliran darah satu arah. Setiap katup terdiri dari
sekumpulan penutup. Saat katup terbuka, aliran darah akan mengalir langsung dari bilik jantung
menuju arteri.

Sebaliknya, saat katup menutup, aliran darah akan berhenti. Tujuan operasi perbaikan katup
adalah untuk membuka katup yang tertutup yang mengakibatkan aliran darah menjadi terganggu.

Operasi Jantung Laser

Dalam dunia kedokteran, operasi jantung laser dikenal dengan nama transmyocardial
laser revascularization (TLR). Operasi jantung laser biasanya dilakukan saat penanganan-
penanganan sebelumnya telah gagal.

Pada operasi jantung jenis ini, dokter akan menggunakan teknologi laser untuk membuat saluran
di otot jantung. Tujuannya agar saluran tersebut mampu membuat darah mengalir lebih lancar.

Operasi Pembengkakan Jantung

Pembengkakan jantung adalah terjadinya pembengkakan yang tidak wajar pada otot
jantung atau pada dinding arteri. Pembengkakan jantung biasa terjadi pada bagian jantung
sebelah kiri.

Bila tak cepat ditangani, penyakit pembengkakan jantung ini bisa semakin memburuk dan
bahkan pecah yang potensial menyebabkan perdarahan dalam tubuh.
Tidak hanya itu, serangan jantung pun sangat mungkin terjadi. Oleh karena itu, ahli bedah
biasanya akan berusaha untuk mengatasi bagian jantung yang membengkak tersebut melalui
operasi pembengkakan jantung.

Operasi Cangkok Jantung

Pencangkokan jantung atau yang juga disebut dengan transplantasi jantung biasanya
diterapkan untuk pasien yang mengalami lemah jantung. Lemahnya jantung membuat jantung
tidak cukup kuat untuk memompa darah ke seluruh tubuh.

Terganggunya aliran darah, jelas akan berbahaya bagi tubuh. Karena itu, dokter akan
menyarankan melakukan operasi pencangkokan jantung. Operasi jantung ini bertujuan untuk
mengganti jantung yang lemah dengan jantung sehat.

Tapi biasanya ini menjadi pilihan terakhir, saat penanganan lemah jantung lainnya telah gagal.
Operasi transplantasi jantung ini biasanya juga tidak mudah sebab harus ada orang yang mau
mendonorkan jantungnya

D. Resiko dan komplikasi


a. Pada jantung
Operasi jantung merupakan sebuah oprasi yang besar sehingga terdapat beberapa komplikasi
yang walaupun jarang terjadi tetapi harus diketahui . Komplikasi ini dibagi menjadi dua macam,
yaitu komplikasi ringan dan komplikasi berat.
Komplikasi Ringan
1. Mual dan muntah
2. Perdarahan ringan atau memar
3. Infeksi ringan
4. Tidak sembuhnya luka operasi dengan tanda: munculnya warna kemerahan, bengkak,
nyeri dan keluar cairan
5. Pembentukan parut yang abnormal atau nyeri
6. Reaksi alergi terhadap bahan lateks, plester atau perban
7. Nyeri pada dinding dada
8. Mudah kehabisan napas dan mudah lelah
9. Penurunan daya ingat dan daya piker, kehilangan ingatan jangka pendek, kesulitan
konsentrasi dan membaca, serta kaburnya penglihatan
10. Gangguan siklus tidur
11. Pada BPAK, dapat terjadi komplikasi rasa baal sisi kiri dada akibat pengambilan arteri
donor.

Komplikasi Berat
1. Perdarahan berat/ tamponade jantung sehingga pasien harus dibawa kembali ke ruang
operasi
2. Serangan jantung saat maupun sesudah operasi atau gagal jantug. Komplikasi ini
ditangani dengan pemasangan Intra Aortic Balloon Pump (IABP)
3. Gangguan irama jantung, yang mencakup aritmia atrial, aritmia ventrikel, dan komplikasi
pacu jantung
4. Gangguan selaput jantung, yang mencakup sindrom paska perikardiotomi, efusi
pericardial, dan perikarditis konstriktif
5. Endokarditis bacterial
6. Infeksi serius pada dada, tulang dada, darah, tungkai, atau lengan
7. Gangguan saluran pernapasan, yang mencakup aspirasi, emboli paru, gangguan dindng
dada, komplikasi luka pada sternum, gangguan jalan napas, dan paru kolaps
8. Gangguan saluran pencernaan, yang mencakup gangguan lambung dan usus, gangguan
hati, gangguan pankreas, gangguan limpa, dan gangguan kantung dan saluran empedu
9. Gangguan ginjal sehingga harus mejalani cuci darah
10. Gangguan sel-sel darah, yang terdiri atas hemolisis trombositopenia dan trombosis
terinduksi heparin, kelainan hematologic aplastik, dan perubahan imunologik
11. Gangguan sistem saraf, yang mencakup kejang, status vegetatif, refleks primitif,
gangguan saraf tepi, penurunan kesadaran, hingga koma, stroke
12. Gangguan penglihatan, yang terdiri atas emboli retina, infark retina, dan gangguan
lapangan pandang
13. Gangguan di pembuluh balik kaki akibat bekuan darah.
14. Gangguan kejiwaan mencakup depresi dan psikotik
15. Reaksi alergi terhadap pengobatan
16. Penyebaran penyakit melalui transfusi darah
17. Kematian
b. Komplikasi dari operasi paru-paru

1.pernafasan :
(a ) . Infeksi pada jaringan paru paru
(b ) . Konsolidasi / hancurnya jaringan paru paru yang tersisa .
( c) . Pneumothorax
( d ). Broncho-pleura fistula:
ini terjadi ketika tanggul Dari bronkus yang mana jaringan paru telah Mengambil istirahat.
Cairan dari ruang yang tersisa dari bagian penghapusan Dari paru-paru mengalir ke dalam
bronkus .Hal ini lebih mungkin terjadi setelah pneumonectomy Dari sebuah lobectomy atau
cenderung segmentectomy dan Muncul 8-10 hari setelah operasi. Klinik tachycardia yang terdiri
atas , suhu dan spiky batuk produktif dari cairan darah kotor, Pengobatan dengan antibiotik,
Mungkin perbaikan.Dari tunggul Dan / atau memasukkan sebuah tabung drainase ke dalam
rongga.
Di physiotherpy diperlukan untuk mencegah cairan masuk ke dalam jaringan paru-paru yang
tersisa . Ini berarti bahwa para pasien diperlakukan berbaring disisi yang dioperasi . Dan harus
diajarkan untuk mempertahankan tidak dipengaruhi sisi paling atas
2.Sirkulasi :
(a).Trombosis vena bagian dalam
(b)Cardiac arirhytmia
(c )Temponade
(d)Haemorrhage

3.Luka:
(a). Infeksi
(b). Luka yang tidak sembuh
(c).Adhesi jaringan
2. Keterbatasan sendi :
(a).Shoulder dan shoulder girdle
(b).Thoracal spine
(c ) Costo-vertebral joint
3. Kelemahan otot :
(a).Latissimus dorsi
(b). Seratus anterior
(c ).Otot2 lain yang terpotong
(d).Otot lengan jika tidak dilatih
4. Kelainan postur : kecenderungan untuk melindungi Bekas luka itu mengarah ke ( scoliosis
cekung di sisi luka ) fleksi ke depan
E. Persiapan penderita prabedah.

Setelah penderita diputuskan untuk operasi maka perlu dipersiapkan agar operasi dapat

a) Persiapan mental

Menyiapkan klien secara mental siap menjalani operasi, menghilangkan kegelisahan menghadapi
operasi. Hal ini ditempuh dengan cara wawancara dengan dokter bedah dan kardiolog
tentang indikasi operasi, keuntungan operasi, komplikasi operasi dan resiko operasi.
Diterangkan juga hal-hal yang akan dialami/akan dikerjakan di kamar operasi dan ICU dan
alat yang akan dipasang, juga termasuk puasa, rasa sakit pada daerah operasi dan kapan
drain dicabut.

b) Persiapan medikal

1. Obat-obatan

Semua obat-obatan antikoagulan harus dihentikan 1 minggu sebelum operasi (minimal


3 hari sebelum operasi).

Aspirin dan obat sejenis dihentikan 1 minggu sebelum operasi.

Digitalis dan diuretik dihentikan 1 hari sebelum operasi.

Antidiabetik diteruskan dan bila perlu dikonversi dengan insulin injeksi selama
operasi.

Obat-obat jantung diteruskan sampai hari operasi.

Antibiotika hanya diberikan untuk propilaksis dan diberikan waktu induksi anestesi di
kamar operasi, hanya diperlukan test kulit sebelum operasi apakah ada alergi.

2. Laboratorium 1 hari sebelum operasi antara lain :

Hematologi lengkap + hemostasis.

LFT.

Ureum, Creatinin.

Gula darah.

Urine lengkap.
Enzim CK dan CKMB untuk CABG.

Hb S Ag.

Gas darah.

Bila ada kelainan hemostasis atau faktor pembekuan harus diselidiki penyebabnya dan
bila perlu operasi ditunda sampai ada kepastian bahwa kelainan tersebut tidak akan
menyebabkan perdarahan pasca bedah.

3. Persiapan darah untuk operasi.

Permintaan darah ke PMI terdiri dari :

Packad cell : 750 cc

Frash Frozen Plasma : 1000 cc

Trombosit : 3 unit.

Permintaan darah ke PMI minimal 24 jam sebelum operasi elektif dan tentu tergantung
persediaan darah yang ada di PMI saat itu.

4. Mencari infeksi fokal.

Biasanya dicari gigi berlobang atau tonsilitis kronis dan ini konsultasikan ke bagian
THT dan gigi. Kelainan kulit seperti dermatitis dan furunkolosis/bisul harus diobati dan
juga tidak dalam masa inkubasi/infeksi penyakit menular.

5. Fisioterapi dada.

Untuk melatih dan meningkatkan fungsi paru selama di ICU dan untuk mengajarkan
bagaimana caranya mengeluarkan sputum setelah operasi untuk mencegah retensi
sputum. Bila penderita diketahui menderita asthma dan penyakit paru obstruktif
menahun (PPOM) maka fisioterapi harus lebih intensif dikerjakan dan kadang-kadang
spirometri juga membantu untuk melihat kelainan yang dihadapi. Bila perlu konsultasi
ke dokter ahli paru untuk problem yang dihadapi.

6. Perawatan sebelum operasi.

Saat ini perawatan sebelum operasi dengan persiapan yang matang dari poliklinik maka
perawatan sebelum operasi dapat diperpendek misalnya 1 - 2 hari sebelum operasi. Hal
ini untuk mempersiapkan mental klien dan juga supaya tidak bosan di Rumah Sakit.

Perawatan pasca bedah


Perawatan pasca bedah dimulai sejak penderita masuk ke ICU. Untuk mengetahui problem pasca
bedah dianjurkan untuk mengetahui problem penderita pra bedah sehingga dapat diantisipasi
dengan baik.

Misalnya problem pernapasan, diabetes dan lain-lain.

Perawatan pasca bedah dibagi atas :

1. Perawatan di ICU.

a) Monitoring Hermodinamik.

Setelah penderita pindah di ICU maka timbang terima antara perawat yang mengantar
ke ICU dan petugas/perawat ICU yang bertanggung jawab terhadap penderita tersebut :
Dianjurkan setiap penderita satu perawat yang bertanggung jawab menanganinya
selama 24 jam. Pemantauan yang dikerjakan harus secara sistematis dan mudah :

CVP, RAP, LAP,

Denyut jantung.

“Wedge presure” dan PAP.

Tekanan darah.

Curah jantung.

Obat-obat inotropik yang digunakan untuk support fungsi jantung dosisnya, rutenya
dan lain-lain.

Alat lain yang dipakai untuk membantu seperti IABP, pach jantung dll.

b) EKG

Pemantauan EKG setiap saat harus dikerjakan dan dilihat irama dasar jantung dan
adanya kelainan irama jantung seperti AF, VES, blok atrioventrikel dll.
Rekording/pencatatan EKG lengkap minimal 1 kali dalam sehari dan tergantung dari
problem yang dihadapi terutama bila ada perubahan irama dasar jantung yang
membahayakan.

c) Sistem pernapasan

Biasanya penderita dari kamar operasi masih belum sadar dan malahan diberikan sedasi
sebelum ditransper ke ICU. Sampai di ICU segera respirator dipasang dan dilihat :

Tube dan ukuran yang diapakai, melalui mulut / hidung.


Tidak volume dan minut volume, RR, Fi O , PEEP.

Dilihat aspirat yang keluar dari bronkhus / tube, apakah lendirnya normal, kehijauan,
kental atau berbusa kemerahan sebagai tanda edema paru ; bila perlu dibuat kultur.

d) Sistem neurologis

Kesadaran dilihat dari/waktu penderita mulai bangun atau masih diberikan obat-obatan
sedatif pelumpuh otot. Bila penderita mulai bangun maka disuruh menggerakkan ke 4
ektremitasnya.

e) Sistem ginjal

Dilihat produksi urine tiap jam dan perubahan warna yang terjadi akibat hemolisis dan
lain-lain. Pemerikasaan ureum / kreatinin bila fasilitas memungkinkan harus dikerjakan.

f) Gula darah

Bila penderita adalah dabet maka kadar gula darah harus dikerjakan tiap 6 jam dan bila
tinggi mungkin memerlukan infus insulin.

g) Laboratorium :

Setelah sampai di ICU perlu diperiksa :

HB, HT, trombosit.

ACT.

Analisa gas darah.

LFT / Albumin.

Ureum, kreatinin, gula darah.

Enzim CK dan CKMB untuk penderita bintas koroner.

h) Drain

Drain yang dipasang harus diketahui sehingga perdarahan dari mana mungkin bisa
diketahui. Jumlah drain tiap satuan waktu biasanya tiap jam tetapi bila ada perdarahan
maka observasi dikerjakan tiap ½ jam. Atau tiap ¼ jam. Perdarahan yang terjadi lebih
dari 200 cc untuk penderita dewasa tiap jam dianggap sebagai perdarahan pasca bedah
dan muingkin memerlukan retorakotomi untuk menghentikan perdarahan.

i) Foto thoraks
Pemerikasaan foto thoraks di ICU segera setelah sampai di ICU untuk melihat ke CVP,
Kateter Swan Ganz. Perawatan pasca bedah di ICU harus disesuaikan dengan problem
yang dihadapi seperti komplikasi yang dijumpai. Umumnya bila fungsi jantung normal,
penyapihan terhadap respirator segera dimulai dan begitu juga ekstratubasi beberapa
jam setelah pasca bedah.

j) Fisioterapi.

Fisioterapi harus segera mungkin dikerjakan termasuk penderita dengan ventilator. Bila
sudah ekstubasi fisioterapi penting untuk mencegah retensi sputum (napas dalam,
vibrilasi, postural drinase).

2. Perawatan setelah di ICU / di Ruangan.

Setelah klien keluar dari ICU maka pemantauan terhadap fungsi semua organ terus dilanjutkan.
Biasanya pindah dari ICU adalah pada hari ke dua pasca bedah. Umumnya pemeriksaan
hematologi rutin dan thoraks foto telah dikerjakan termasuk laboratorium LFT, Enzim CK dan
CKMB.

Hari ke 3 lihat keadaan dan diperiksa antara lain :

Elektrolit thrombosis.

Ureum

Gula darah.

Thoraks foto

EKG 12 lead.

Hari ke 4 : lihat keadaan, pemeriksaan atas indikasi.

Hari ke 5 : Hematologi, LFT, Ureum dan bila perlu elektrolit, foto thoraks tegak.

Hari ke 6 - 10 pemerikasaan atas indikasi, misalnya thrombosis.

Obat - obatan : Biasanya diberikan analgetik karena rasa sakit daerah dada waktu batuk akan
mengganggu pernapasan klien. Obat-obat lain seperti anti hipertensi, anti diabet, dan vitamin
harus sudah dimulai, expectoransia, bronchodilator, juga diperlukan untuk mengeluarkan sputum
yang banyak sampai hari ke 7 atau sampai klien pulang.

Perawatan luka, dapat tertutup atau terbuka. Bila ada tanda-tanda infeksi seperti kemerahan dan
bengkak pada luka apalagi dengan tanda-tanda panas, lekositosis, maka luka harus dibuka
jahitannya sehuingga nanah yang ada bisa bebas keluar. Kadang-kadang perlu di kompres
dengan antiseptik supaya nanah cepat kering. Bila luka sembuh dengan baik jahitan sudah dapat
di buka pada hari ke delapan atau sembilan pasca bedah. Untuk klien yang gemuk, diabet
kadang-kadang jahitan dipertahankan lebih lama untuk mencegah luka terbuka.

Fisioterapi, setelah klien exstubasi maka fisioterapi harus segera dikerjakan untuk mencegah
retensi sputum yang akan menyebabkan problem pernapasan. Mobilisasi di ruangan mulai
dengan duduk di tempat tidur, turun dari tempat tidur, berjalan disekitar tempat tidur, berjalan ke
kamar mandi, dan keluar dari ruangan dengan dibimbing oleh fisioterapis atau oleh perawat.

Intervensi Fisioterapi

- Breathing Exercise
Siklus teknik aktif pernapasan (ACBT) digunakan dalam posisi
duduk untuk menjaga bersihan jalan nafas yang efektif (Webber dan Pryor 1998).
ACBT terdiri dari
siklus control pernapasan dan ekspansi dada
latihan diikuti oleh teknik paksa ekspirasi, Seluruh siklus harus diulang 2-3 kali
- Forced expiration
Teknik paksa ekspirasi (FET) digunakan untuk membantu dalam pembersihan sekresi
bronkial yang berlebihan. Hal ini dapat dilakukan
oleh fisioterapis selama sesi perawatan.
- Positioning
Positioning dapat digunakan untuk meningkatkan pertukaran gas. Peningkatan
oksigenasi dapat dicapai dalam posisi-berbaring dengan posisi paru-paru yang terkena
dampak berada paling atas; ventilasi /perfusi ditingkatkan, serta meningkatkan
penyerapan oksigen (Winslow et al.1990).
- Mobilisasi
Mobilisasi harus dimulai segera untuk meningkatkan kapasitas residu fungsional.
- Execise shoulder
Pasien harus dilatih untuk melakukan gerakan abduksi dan elevasi setiap tiga kali sehari
untuk mencegah terjadinya keterbatasan.
- Insentif spirometer
Spirometri insentif adalah system umpan balik untuk mendorong
pasien untuk mengambil napas dalam-dalam dan menghasilkan
inspirasi maksimal guna membuka daerah atelectasis dari
paru-paru (Su et al. 1991).
BAB III
PENATALAKSANAAN FISIOTERAPI

ANAMNESIS UMUM
Nama :

Anda mungkin juga menyukai