Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gout atritis lebih dikenal di kalangan masyarakat sebagai suatu penyakit,

merupakan produk akhir metabolisme purin. Gout atritis selalu ada dalam tubuh

manusia. Apabila kadarnya meningkat dapat menimbulkan beberapa keluhan.

Peningkatan kadar asam urat darah atau hiperurisemia adalah kadar asam urat

darah di atas 7 mg/dl pada laki-laki dan di atas 6 mg/dl pada perempuan

(Wortmann, 1995). Hiperurisemia menimbulkan keluhan kesehatan yang

beragam, tetapi terdapat pula hiperurisemia yang tidak menimbulkan keluhan. Hal

ini terjadi karena terdapat stadium hiperurisemia dan banyak faktor yang dapat

mempengaruhi keadaan tersebut. Keluhan kesehatan itu sendiri merupakan suatu

gejala dari beberapa penyakit, diantaranya gout arthritis akut, pembentukan tofus,

pembentukan batu gout pada saluran kencing, dan gagal ginjal (gout nefropati)

(Rudi, 2009).

Kadar gout atritis darah dipengaruhi oleh herediter, jenis kelamin, kelainan

enzim spesifik, idiopatik, faktor lingkungan, penyakit tertentu, kegiatan dan diet.

Prevalensi hiperurisemia lebih banyak pada laki-laki dibandingkan pada

perempuan, terutama pada laki-laki dengan usia di atas 40 tahun, sedangkan pada

perempuan terutama saat menopause (Hendri, 2008).

1
Gout atritis sudah dikenal sejak 2.000 tahun yang lalu dan menjadi salah

satupenyakit tertua yang dikenal manusia. Berdasarkan data gout atritis di dunia

tercatat sebanyak 47.150 jiwa orang di dunia menderita gout atritis kejadian asam

urat terusmeningkat pada tahun 2007 jumlah penderita asam urat bertambah

banyak dari tahun 2006 dan menyerang pada usia pertengahan 45-60 tahun .

( WHO, 2007).

Badan Kesehatan Dunia (WHO) sejak tahun 2009 lalu memperkirakan

bahwa beberapa ratus juta orang telah menderita karena penyakit sendi dan tulang

(gout atritis) ,dan angka tersebut diperkirakan akan meningkat tajam pada tahun

2020.

Survei WHO tahun 2009, Indonesia merupakan Negara terbesar ke 4 di

dunia yang penduduknya menderita asam urat di Indonesia penyakit gout atritis

35% terjadi pada pria di atas usia 50 tahun.

Prevalensi penderita gout atritis tertinggi di Indonesia berada pada

penduduk di daerah pantai yakni di daerah Manado sebesar 29,2 % dikarenakan

pola makan ikan yang tinggi alkohol. Alkohol dapat menyebabkan pembuangan

gout atritis lewat urine berkurang sehingga asam uratnya tetap bertahan di dalam

darah (Anonim,2009).

Menurut Riset Kesehatan Dasar ( riskesdas) pada tahun 2012 penderita

gout atritis di indonesia yang tertinggi di wilayah provinsi jawa barat yaitu 4I,7%,

diikuti oleh Provinsi Papua Barat sebanyak 38,2%. Sedangkan provinsi papua

berkisar 28,8 %.

2
Berdasarkan data pengkajian di kampung mware warga lansia yang

mempunyai penyakit gout atritis 27 orang, dengan 15 laki – laki dan 12

perempuan.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mendapatkan gambaran nyata dalam memberihkan asuhan keperawatan pada

pasien dengan asam urat di desa mware distrik mimika timur

2. Tujuan Khusus

a. Memahami konsep dasar medis tentang gout atritis pada lansia.

b. Memahami konsep dasar asuhan keperawatan gout atritis pada lansia.

c. Mengaplikasikan proses asuhan keperawatan gout atritis pada lansia di desa

mware distrik mimika timur.

d. Membahas kesenjangan konsep teori dan kasus nyata pada lansi dengan

gout atritis di desa mware distrik mimika timur.

C. Metode Penulisan

1. Studi Kepustakaan

Dalam penyusunan asuhan keperawatan ini penulis menggunakan

beberapa literatur yang berhubungan dengan gout atritis, baik dari buku

maupun dari internet.

3
2. Studi Kasus

Selain menggunakan beberapa buku, penulis juga melakukan pengamatan

lansung pada pasien dengan asam urat yang telah di lakukan di distrik mimika

timur. Dalam studi kasus ini penulis menggunakan metode yaitu :

a. Wawancara

Melakukan wawancara lansung pada pasien dengan keadahan dan

keluhan.

b. Observasi

Melakukan pengamatan langsung pada pasien gout atritis dan secara

pemeriksaan yang berhubungan dengan perkembang keadaan pasien.

c. Pemeriksaan fisik

Melakukan pemeriksaan fisik pada pasien di distrik mimika timur melalui

inpeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.

d. Studi dokumentasi

Melakukan diskusi dengan perawat dalam hal asuhan keperawatan pada

pasien dengan diagnosa gout atritis.

D. Manfaat penulisan

pembahasan tentang gout atritis ini di harapkan bermamfaat bagi

mahasiswa dan institusi pendidikan sekalian yaitu :

1. Bagi institusi / pendididkan

Merupakan salah satu masukan untuk sumber informasi.

4
2. Bagi penulis.

Mendapatkan pengalaman nyata mengenai asuhan keperawatan.

E. Sistematika Penulisan

Penulisan karya tulis ini terdiri dari beberapa BAB, sub BAB dengan sistimatika

penulisan sebagai berikut :

BAB I : Pendahuluan

Didalam BAB ini diuraikan tentang latar belakang pemilihan judul,

tujuan penulisan, metode penulisan dan sistimatika penulisan.

BAB II : Tinjauan Teoritis

1. Konsep Dasar Medis yang terdiri dari pengertian gout

atritis, fisiologi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi,

manefestasi klinik, pemeriksaan penunjang, komplikasi,

dan penatalaksanaan medis

2. Konsep Dasar Asuhan keperawatan, Meliputi: pengkajian,

perencanaan, pelaksanaan, implementasi dan evaluasi.

BAB III : Tinjauan Kasus

Terdiri dari : pengkajian data, diagnosa keperawatan, intervensi,

implementasi, evaluasi dan catatan perkembangan keperawatan.

BAB IV : Pembahasan penulisan,

Menguraikan terhadap kesenjangan antara landasan teori dan

praktek yang ditemukan dalam keperawatan dan cara pemecahan

masalah kesehatannya.

5
BAB V : Kesimpulan dan saran

Kesimpulan :merupakan rumusan dari seluruh karya tulis ini.

Saran:merupakan tanggapan dan hal-hal yang di rumuskan

berdasarkan kesimpulan.

6
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar

1. Pengertian

gout atritis merupakan penyakit heterogen meliputi hiperurikemia,

serangan artritis akut yang biasanya mono-artikuler. Terjadi deposisi kristal

urat di dalam dan sekitar sendi, parenkim ginjal dan dapat menimbulkan batu

saluran kemih (Tehupeiory, 2000)

gout atritis merupakan penyakit metabolic yang ditandai dengan

penumpukan gout atritis yang nyeri pada tulang dan sendi, sangat sering

ditemukan pada kaki bagian atas, pergelangan dan kaki bagian tengah

( Merkie, Carrie, 2005 ).

gout atritis adalah penyakit yang terjadi akibat adanya peningkatan kronis

konsentrasi gout atritis di dalam plasma. Gout merupakan terjadinya

penumpukan asam urat dalam tubuh dan terjadi kelainan metabolisme purin.

Gout merupakan kelompok keadaan heterogenous yang berhubungan dengan

defek genetik pada metabolisme purin (hiperurisemia) (Brunner dan Suddarth,

2012).

2. Etiologi

Menurut Dalimartha (2008), Penyakit gout atritis memiliki Etiologi sebagai berikut :

a. Faktor genetik dan faktor hormonal

Menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat mengakibatkan

meningkatnya produksi gout atritis.

7
1) Jenis kelamin dan umur

Prosentase Pria : Wanita yaitu 2 : 1 pria lebih beresiko terjadinya gout

atritis yaitu umur (40 tahun keatas), sedangkan wanita terjadi pada usia

menopouse (50-60 tahun).

2) Berat badan

Kelebihan berat badan meningkatkan risiko hiperurisemia dan gout

berkembang karena ada jaringan yang tersedia untuk omset atau

kerusakan, yang menyebabkan kelebihan produksi gout atritis.

3) Konsumsi alkohol

Minum terlalu banyak alkohol dapat menyebabkan hiperurisemia,

karena alkohol mengganggu dengan penghapusan asam urat dari tubuh.

4) Diet

Makan makanan yang tinggi purin dapat menyebabkan atau

memperburuk asam urat. Misalnya makanan yang tinggi purin : kacang-

kacangan, rempelo, makanan laut, dll.

5) Obat-Obatan Tertentu

Sejumlah obat dapat menempatkan orang pada risiko untuk

mengembangkan hiperurisemia dan gout. Diantaranya golongan obat

jenis diuretik, salisilat, niasin, siklosporin, levodova.

8
3. Klasifikasi

Menurut Nucleus Precise News Letter Edisi–2 (2002) Penyakit gout atritis

di golongkan menjadi penyakit gout primer dan penyakit gout sekunder yaitu :

a. Penyakit gout primer

Sebanyak 99 % penyebabnya belum diketahui (idiopatik). Faktor genetic

dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme yang dapat

mengakibatkan meningkatnya produksi asam urat atau bisa juga diakibatkan

karena berkurangnya pengeluaran gout atritis dari tubuh.

b. Penyakit gout sekunder

Penyakit ini disebabkan antara lain karena meningkatnya produksi asam urat

karena nutrisi yaitu mengonsumsi makanan dengan kadar Purin yang tinggi.

Purin adalah salah satu senyawa basa organik yang menyusun asam nukleat

(asam intidari sel) dan termasuk dalam kelompok asam amino, unsur

pembentuk protein. Produksi asam urat meningkat juga bisa karena penyakit

darah (penyakit sumsumtulang, polisitemia), obat-obatan (alkohol, obat-obat

kanker, vitamin B12). Penyebab lainnya adalah obesitas (kegemukan),

penyakit kulit (psoriasis), kadar Trigliserida yang tinggi. Pada penderita

diabetes yang tidak terkontrol dengan baik biasanya terdapat kadar benda-

benda keton (hasil buangan metabolisme lemak) yang meninggi. Benda-

benda keton yang meninggi akan menyebabkan gout atritis juga ikut

meninggi. Jangka waktu antara seseorang dan orang lainnya berbeda. Ada

yang hanya satu tahun, ada pula yang sampai 10 tahun, tetapi rata-rata

berkisar 1 – 2 tahun.

9
4. Patofisiologi

Menua atau menjadi tua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam

kehidupan manusia.  Proses  menua merupakan proses sepanjang hidup, tidak

hanya dimulai dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan

kehidupan.(Nugroho,1992)

Menjadi tua merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah 

melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu anak, dewasa dan tua.  Tiga tahap

berbeda, baik secara biologis maupun secara psikologis. Memasuki usia tua

berarti mengalami kemunduran, misalnya : kemunduran fisik yang ditandai

dengan kulit yang mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,

pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan lambat,

dan figur tubuh yang tidak proporsional.

Menurut Dewani dan Maloedyn Sitanggang (2006),Penyakit gout atritis

memiliki patofisiologi dan 3 tahapan perjalan penyakit gout antara lain :

a. Tahap pertama disebut tahap artritis gout akut.

Pada tahap ini penderita akan mengalami serangan artritis yang khas

dan serangan tersebut akan menghilang tanpa pengobatan dalam waktu

5 – 7 hari.

b. Tahap kedua disebut sebagai tahap artritis gout akut intermiten.

Setelah melewati masa gout interkritikal selama bertahun-tahun tanpa

gejala, penderita akan memasuki tahap ini, ditandai dengan serangan

artritis yang khas. Penderita akan sering mendapat serangan berulang –

ulang dengan durasi yang sangat sakit dan lebih lama.

10
c. Tahap ketiga disebut sebagai tahap

gout atritis kronik bertofus Tahap ini terjadi apabila penderita telah

menderita sakit selama 10 tahun atau lebih. Pada tahap ini akan terjadi

benjolan - benjolan di sekitar sendi yang sering meradang yang disebut

sebagai tofus. Tofus ini berupa benjolan keras yang berisi serbuk seperti

kapur yang merupakan deposit dari kristal monosodium urat. Tofus ini

akan mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang di sekitarnya. Tofus

pada kaki bila ukurannya besardan banyak akan mengakibatkan penderita

tidak dapat menggunakan sepatu lagi.

5. Manifetasi Klinis

Menurut Sari (2010). Tanda dan gejala asam urat yaitu:

a. Kesemutan.

b. Nyeri terutama malam hari atau pagi hari saat bangun tidur.

c. Sendi yang terkena gout atritis akan terlihat oedem, eretema, panas.

d. Terasa nyeri pada sendi terjadi berulang-ulang kali.

e. Yang diserang biasanya sendi jari kaki, jari tangan, dengkul, tumit,

pergelangan tangan serta siku.

f. Pada kejadian kasus yang parah, persendian terasa sangat sakit saat akan

bergerak.

6. Pemeriksaan Penunjang

Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar asam urat yang tinggi dalam

darah ( > 6mg%). Kadar asam urat normal dalam serum pada pria 8mg% dan

pada wanita 7 mg%. Pemeriksaan kadar asam urat ini akan lebih tepatlagi bila

11
dilakukan dengan cara enzimatik. Kadang-kadang didapatkan leukositosis

ringan dengan led meninggi sedikit. Kadar gout atritis dalam urin juga sering

tinggi (500 mg%/liter per 24 jam).

Pemeriksaan cairan tofus juga penting untuk menegakkan diagnosis. Cairan

tofi adalah cairan berwarna putih seperti susu dan kental sekali sehingga sukar

diaspirasi. Diagnosis dapat dipastikan bila ditemukan gambarankristal gout

atritis ( berbentuk lidi) pada sediaan mikroskopik.

7. Komplikasi

Komplikasi yang sering terjadi akibat gout arthritis antara lain :

1. Deformitas pada persendian yang terserang

2. Urolitiasis akibat deposit kristal urat pada saluran kemih

3. Nephrophaty akibat deposit kristal urat dalam interstisial ginjal

8. Penatalakasanaan medis

Menurut Dewani dan Maloedyn Sitanggang (2006),Penyakit asam urat

memiliki penatalaksanaan pengobatansebagai berikut :

a. Non medis

1) Diet makanan tinggi purin (± 100-150 mg purin/hari)

2) kalori sesuai kebutuhan Tubuh.

3) Rendah protein hewani dan nabati.

4) Minum air ± 2,5 ltr atau sekitar 10 gelas sehari air putih.

5) Hindari minuman mengandung alkohol karena alkohol meningkatkan

produksi asam urat.

12
b. Medis

1) Pengobatan fase akut, obat yang digunakan untuk mengatasi nyeri dan

inflamasi (colchicine, indometasin, phenylbutazon, kortikostropin)

2) Pengobatan hiperurisemia, terbagi dua golongan, yaitu : Golongan

urikosurik (probenesid, sulfinpirazon, azapropazon, benzbromaron) dan

Inhibitor xantin (alopurinol ).

9. Pencegahan

Menurut Rina Krisnatuti dan Vera (1997) mengatakan cara penurunan

Diet Rendah Purin sebagai berikut :

a. Pembatasan purin : Hindari makanan yang mengandung purin yaitu:

Jeroan (jantung, hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring,

Kacang - kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.  Kalori sesuai

kebutuhan : Jumlah asupan kalori harus benar disesuaikan dengan

kebutuhan tubuh berdasarkan pada tinggi dan berat badan.

b. Penderita gangguan asam urat yang kelebihan berat badan, berat badannya

harus diturunkan dengan tetap memperhatikan jumlah konsumsi kalori.

Asupan kalori yang terlalu sedikit juga bisa meningkatkan kadar asam urat

karena adanya badan keton yang akan mengurangi pengeluaran asam urat

melalui urine.

c. Olahraga ringan

Olahraga yang teratur memperbaiki kondisi kekuatan dan

kelenturan sendi serta memperkecil risiko terjadinya kerusakan

sendi akibat radang sendi. Selain itu, olahraga memberi efek

13
menghangatkan tubuh sehingga mengurangi rasa sakit dan

mencegah pengendapan asam urat pada ujung - ujung tubuh yang

dingin karena kurang pasokan darah. Jalan kaki, bersepeda, dan

joging bisa dijadikan alternatif olahraga untuk mengatasi rematik

dan gout atritis . Selain itu, olahraga yang cukup dan teratur

memperkuat sirkulasi darah dalam tubuh.

14
10. patoflow

15
16
B. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan

1. Pengkajian

a. Anamnesis

Pengumpulan data klien, baik subjektif ataupun objektif melalui anamnesis

riwayat penyakit, pengkajian psikososial, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan diagnostik.

Identitas, meliputi nama, jenis jenis kelamin (lebih sering pada pria dari

pada wanita), usia (terutama pada usia 30- 40), alamat, agama, bahasa yang

digunakan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, asuransi kesehatan,

golongan darah, nomor register, tanggal masuk rumah sakit, dan diagnosis

medis.

Pada umumnya keluhan utama pada kasus gout adalah nyeri pada sendi

metatarsofalangeal ibu jari kaki kemudian serangan bersifat poli ± artikular.

Gout biasanya mengenai satu atau beberapa sendi. Untuk memperoleh

pengkajian yang lengkap tentang nyeri klien, perawat dapat menggunakan

metode PQRST.

1) Provoking Incident : hal yang menjadi factor presipitasi nyeri adalah

gangguan metabolism purin yang ditandai dengan hiperurisemia dan

serangan sinovitis akut berulang.

2) Quality of pain: nyeri yang dirasakan bersifat menusuk.

3) Region, Radiation, Relief: Nyeri pada sendi metatarsofalangeal ibu jari

kaki.

17
4) Severity (Scale) of pain: Nyeri yang dirasakan antara 1-3 pada rentang

pengukuran 0-4. Tidak ada hubungan antara beratnya nyeri dan luas

kerusakan yang terlihat pada pemeriksaan radiologi.

5) Time: Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah buruk

pada malam hari atau siang hari.

b. Riwayat Penyakit Sekarang

Pengumpulan data dilakukan sejak munculnya keluhan dan secara umum

mencakup awitan gejala dan bagaimana gejala tersebut berkembang.

Penting ditanyakan berapa lama pemakaian obat analgesic,alopurinol.

c. Riwayat Penyakit dahulu

Pada pengkajian ini, ditemukan kemungkinan penyebab yang mendukung

terjadinya gout (mis: penyakit gagal ginjal kronis, leukemia,

hiperparatiroidisme). Masalah lain yang perluditanyakan adalah pernahkah

pasien dirawat dengan masalah yang sama. Kaji adanya pemakaian alcohol

yang berlebihan, penggunaan obat diuretik.

d. Riwayat penyakit keluarga

Kaji adanya keluarga dari generasi terdahulu yang mempunyai keluhan yang

sama dengan klien karena klien gout dipengaruhi oleh factor genetic. Ada

produksi/ sekresi gout atritis yang berlebihan dan tidak diketahui

penyebabnya.

e. Riwayat psikososial

Kaji respon emosi pasien terhadap penyakit yang dideritanya dan peran

pasien dalam keluarga dan masyarakat. Respons didapat meliputi adanya

18
kecemasan individu dengan rentang variasi tingkat kecemasan yang berbeda

dan berhubungan erat dengan adanya sensasi nyeri, hambatan mobilitas

fisik akibat respon nyeri, dan ketidaktahuan akan program pengobatan

dan prognosis penyakit dan peningkatan gout atritis pada sirkulasi. Adanya

perubahan perandalam keluarga akibat adanya nyeri dan hambatan mobilitas

fisik memberikan respon terhadap konsep diri yang maladaptif.

f. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan.

1) Bagaiman persepsi status kesehatan

2) Hal – hal yang membuat status kesehatan pasien berubah.

3) Keluhan utamanya nyeri yang berat pada ibu jari kaki atau sendi

lain.

4) Pencegahan penyerangan dan bagaimana cara mengatasi atau

mengurangi serangan.

5) Riwayat riwayat asam urat di dalam keluarga

6) obat untuk mengatasi gout

g. Pola nutrisi

1) Jenis, frekuensi, dan jumlah makanan yang masuk

2) Ketaatan kepada diet

3) Ada kesulitan saat makan : nyeri, mual, mutah, kembung.

4) Peningkatan berat badan

5) Peningkatan suhu tubuh

19
h. Pola elminasi

1) Pola Buang Air Besar : frekuensi, warna, ketidak nyamanan,

masalah pengontrolan, konstipasi.

2) Pola Buang Air Kecil : Frekuensi, warna, konsitensi, poliurin,

anuri, disuri, tidak ada penahan kemih.

i. Pola aktivitas dan latihan

1) Respon sentuhan pada sendi dan mcnjaga daerah sendi yang

terkena.

2) Sendi bengkak dan merah (pertama metatarsal, sendi tarsal,

pergelangan kaki, lutut atau siku).

j. Pola persepsi dan konsep diri

1) Rasa cemas dan takut untuk melakukan gerakan atau aktifitas.

2) Pesepsi Diri dalam melakukan mobilitas

k. Pola istirat dan tidur

1) Apakah waktu istirahat lebih dari cukup.

2) Berapa lama durasi pasien istirahat

2. Diagnosa keperawatan

a. Nyeri akut berhubungkan dengan agen pencedera, proses inflamasi,

destruksi sendi.

b. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunaan rentang gerak,

kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki.

20
c. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan

terbenuknya tofus.

d. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang

penyakitnya.

3. Intervensi Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungkan dengan agen pencedera, proses inflamasi,

destruksi sendi.

Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3 x 24 jam, nyeri yang dirasakan klien berkurang.

Dengan kriteria hasil :

-          Klien melaporkan penelusuran nyeri

-          Menunjukkan perilaku yang lebih rileks

-          Skala nyeri nyeri berkurang dari 0 – 1 atau teratasi

Intervensi

- Kaji karakteristik nyeri,lokasi, intensitas skala nyeri.

Rasional : nyeri memiliki skala tertentu.

- Observasi tanda – tanda vital.

Rasional : mengetahui keadahan umum pasien.

- Ajarkan klien tekhnik distraksi dan relaksasi.

Rasional : Tehnik distraksi adalah tehnik mengalihkan perhatian klien dari

nyeri.

21
- Berihkan posisi semi folwer.

Rasional : mengurangi rasa nyeri.

- Kolaborasi dalam pemberian analgetik.

Rasional : terapi analgetik dapat mengurangi rasa nyeri.

b. Hambatan mobilisasi fisik berhubungan dengan penurunaan rentang gerak,

kelemahan otot, pada gerakan, dan kekakuan pada sendi kaki.

Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien

mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Dengan kriteria hasil :

-          Klien ikut dalam program latihan

-          Tidak mengalami kontraktur sendi

-          Kekuatan otot bertambah

-          Klien menunjukkan tindakan untuk meningkatkan mobilitas

dan mempertahankan koordinasi optimal.

Intervensi

- Kaji kebutuhan akan pelayanan kesehatan dan kebutuhan akan peralatan.

Rasional : mengindentifikasi masalah dan mempermuda intervensi

- Observasi tanda – tanda vital

Rasional : mengetahui keadahan umum pasien

- Ajarkan dan pantau pasien dalam menggunakan alat bantu

Rasional : menilai batasan dan kempuan klien dalam aktivitas

22
- Ajarkan dan dukung pasien dalam latihan ROM aktif dan pasif

Rasional : mempertahankan kekuatan otot dan ketahanan otot.

- Kolaborasi dengan keluarga dalam melakuakan setiapa aktivitas

Rasional : keluarga yang mampu mengawasi dan mendukung setiap

aktivitas klien.

c. Gangguan citra diri berhubungan dengan perubahan bentuk kaki dan

terbenuknya tofus.

Tujuan keperawatan : Citra diri dan kepercayan diri meningkat.

Dengan Kriteria hasil :

-          Klien mampu mengatakan dan mengkomunikasikan dengan

orang terdekat tentang situasi dan perubahan yang terjadi

-          Mampu menyatakan penerimaan diri terhadap situasi.

-          Mengakui dan menggabungkan dalam konsep diri.

Intervensi

- Kaji perubahan persepsi dan hubungan dengan derajat ketidak mampuan

Rasional : mengetahui sebatas mana kemampuan yang di lakukan klien.

- Bantu dan anjurkan perawatan yang baik dan memperbaiki kebiasaan

Rasional : perawatan yang baik dapat memulihkan kondisi klien

- Anjurkan orang terdekat untuk mengizinkan klien melakukan sebanyak

mungkin hal untuk dirinya.

Rasional : agar klien membangun rasa percayaan dirinya

23
- Bersama klien mencari alternative koping yang positif

Rasional : membantu klien berfikir positif dapat membantu kepercayan

diri.

- Kolaborasi dengan keluarga dalam masalah kondisinya

Rasional : keluarga adalah orang yang mampu mengembalikan

kepercayaan klien.

d. Resiko cedera berhubungan dengan penurunan fungsi tulang.

Tujuan Keperawatan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien

mampu melaksanakan aktivitas fisik sesuai dengan kemampuannya.

Dengan kriteria hasil :

-          Klien mampu melakuan aktivitas secara mandiri.

-          tidak terjadi cedera fisik pada klien.

-          klien tidak memasakan aktivitas berat.

-          klien mampu menerima keadahan dirinya yang sudah usia

lansia.

Intervensi

- Kaji faktor yang dapat terjadinya cedera

Rasional : mengindentifikasi penyebab dan mencegah terjadinnya cedera

- Observasi tanda – tanda vital

- Rasional : untuk mengetahui keadahan umum pasien

- Anjurkan pasien lebih berhati – hati dalam beraktivitas

Rasional : agar mencegah kemungkinan terjadinya cedera

24
- Dekatkan kebutuhan pasien

Rasional : agar segala kebutuhan pasien dapat terpenuhi dan dapat di

jangkau dengan mudah

- Kolaborasi dengan keluarga agar dalam memenuhi kebutuhan pasien

Rasional : agar pasien dapat memenuhi kebutuhan namun di bawah

pengawasan keluarga.

e. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang informasi tentang

penyakitnya.

Tujuan keperawatan : klien mengetahui informasi tentang penyakitnya

Dengan Krikteria hasil :

- Klien mampu mengenal penyakitnya

- Klien memperlihatkan peningkatan tingkat pengetahuannya

mengenai proses penyakitnya.

Intervensi

- Kaji tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya

Rasional : memberihkan kesempatan dalam mengklarifikasi kesalahan

konsep atau mitos dan membuat pilihan berdasarkan informasi.

- Observasi tingkat pengetahuan pasien tentang penyakitnya

Rasional : mengetahui sejauh mana kemampuan pasien dalam menerima

penjelasan yang di berihkan.

25
- Jelaskan kepada pasien dan keluarga tentang perawatan dan pengobatan

yang di lakukan.

Rasional : agar pasien dan keluarga mengetahui dan memberih suport

kepada pasien dalam membantu proses penyembuhan.

- Beri kesempatan pasien untuk bertanyak

Rasional : dengan memberihkan kesempatan bertanyak, petugas

kesehatan dapat menambah informasi tentang penyakitnya.

- Libatkan keluarga dalam prosedur tindakan dan pengobatan

Rasional : pasien mendapatkan informasi yang jelas dan akurat tentang

penyakit dan pengobatan.

4. Perencanaan pulang (Discharge planning)

Discharge planning di berihkan pada pasien gout atritis setelah menjalani

perawatan, bertujuan untuk memberihkan pemahaman proses penyakit dan

penanganya kepatuhan dan perawatan diri dan tidak adanya komplikasi. Oleh

sebab itu hal – hal yang perlu di perhatikan baik pasien maupun keluarga

adalah :

a. Anjurkan untuk mematuhi program asuhan dini yaitu :

1) Memauhi aturan diet sesuai yang di anjurkan seperti : Jeroan (jantung,

hati, lidah ginjal, usus), Sarden, Kerang, Ikan herring, Kacang-

kacangan, Bayam, Udang, Daun melinjo.

2) Menghentikan kebiasaan atau gaya dan pola hidup yang salh atau

moderen seperti berhenti merokok, minum alkhol.

26
b. Anjurkan untuk berolahraga secara teratur dan cukup latihan fisik

contohnya : jalan santai, senam dan lain-lain.

c. Mengajarkan pasien dan keluarga untuk mengatasi menghindari stress

dengan relaksasi, mengalihkan perhatian ke situasi yang menyenangkan

dan positif.

d. Anjurkan teratur kontrol, konsultasikan / mengunjungi dokter untuk

kemajuan pengobatan.

27

Anda mungkin juga menyukai