Anda di halaman 1dari 10

KERANGKA ACUAN KEGIATAN

PELAYANAN ANC TERPADU

A. PENDAHULUAN
Secara nasional, akses masyarakat kita terhadap pelayanan
kesehatan ibu cenderung semakin membaik. Dimana tren angka kematian
ibu (AKI) di Indonesia saat ini telah berhasil diturunkan dari 390/100.000
kelahiran hidup (data SDKI tahun 1990) menjadi 359/100.000 kelahiran
hidup (data SDKI tahun 2021). Namun demikian, jika di bandingkan
dengan target Millenium Development Goal (MDG) 5 pada tahun 2015
sebesar 102/100.000 kelahiran hidup, sehingga Indonesia masih
memerlukan upaya kerja keras untuk mencapainya.
Faktor yang berkontribusi terhadap kematian ibu, secara garis
besar dapat dikelompokkan menjadi penyebab langsung dan penyebab
tidak langsung. Penyebab langsung kematian ibu adalah factor yang
berhubungan dengan komplikasi kehamilan, persalinan dan nifas seperti
perdarahan, preeklamsia/eklamsi, infeksi, persalinan macet dan abortus.
Penyebab tidak langsung kematian ibu adalah faktor-faktor yang
memperberat keadaan ibu hamil seperti EMPAT TERLALU (terlalu muda,
terlalu tua, terlalu sering melahirkan dan terlalu dekat jarak kehamilan)
menurut data SDKI tahun 2022 sebanyak 22,5%, maupun yang
mempersulit proses penanganan kdaruratan kehamilan, persalinan dan
nifas seperti TIGA TERLAMBAT (terlambat mengenali tanda bahaya dan
mengambil keputusan, terlambat mencapai fasilitas kesehatan dan
terlmbat dalam penanganan kegawat daruratan). Faktor lain yang
berpengaruh adalah ibu hamil yang menderita penyakit menular seperti
malaria, HIV/AIDS, tuberculosis, sifilis, penyakit tidak menular seperti
hipertensi, diabetes melitus, jantung, gangguan jiwa, maupun mengalami
kekurangan gizi.
Masalah lain adalah HIv pada ibu hamil, selain mengancam
keselamatan ibu juga dapat menlar kepada bayinya (mother-to-child
transmission). Menurut data kementerian kesehatan tahun 2013, dari
100.296 ibu hamil yang menjalni test HIV, sebanyak 3.135 (3.1%) ibu
hamil dinyatakan positif HIV.
Sifilis merupakan salah satu infeksi menular seksual yang juga
perlu mendapat perhatian. Ibu hamil yang menderita sifilis berpotensi
untuk melahirkan bayi dengan sifilis kongenital. Data kementerian
kesehatan, dai bulan Januari – Juni 2013, sebanyak 10.353 ibu hamil
ditest sifilis, sebanyak 264 (2,4%) ibu dinyatakan positif sifilis.
Penyakit menular lain yang masih merupakan masalah utama
kesehatan masyarakat adalah Tubercolusis (TB). Pada ibu hamil TB dapat
memburuk kesehatan dan stastus gizi ibu, serta mempengaruhi tumbuh
kembang janin dan resiko terlular pada bayinya.
Penyakit kronis seperti hipertensi, diabetes militus, jantung, asma
berat, dan gangguan jiwa sangat mempengaruhi kondisi kesehatan ibu,
janin dan bayi baru lahir. Penanganan penyakit kronis pada ibu hamil
masih belum seperti yang di harapkan dan datanya juga belum terekam
dengan baik.
Kekurangan gizi pada ibu hamil juga masih merupakan masalah
kesehatan masyarakan yang perlu mendapat perhatian khusus. Kurang
asupan zat besi pada perempuan khususnya ibu hamil dapat
menyebabkan anemia yang akan menabah resiko perdarahan dan
melahirkan bayi degan berat lahir rendah, prevalensi anemia pada ibu
hamil sekitar 37,1% (Riskesdas 2013). Di samping kekurangan zat besi,
anemia juga dapat disebabkan karena kecacingan da malaria. Masalah
gizi lain adalah kurang energi krinik (KEK) dan konsumsi garam
beryodium yang masih rendah. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2013
bahwa prevalensi resiko ibu hamil KEK sebesar 24,2%.
Selain penanganan masalah kehamilan dan komplikasi yang
menyertainya, peru diupayakan peningkatan kualitas bayi yang akan
dilahirkan, melalui kegiatan brain booster meliputi stimulasi otak janin
dan asupan gizi seimbang pada ibu hamil.
Masalah Kekerasan terhadap Perempuan (KtP) merupakan masalah
global yang terkait dengan kesehatan dan hak asasi manusia. Ibu hamil
yang mendapat kekerasan fisik dan psikis baik dari suami maupun orang-
orang terdekatnya dapat mempengaruhi kehamilan dan perkembangan
janin.
Indicator yang digunakan untuk menggamarkan akses ibu hamil
terhadap pelayanan antenatal adalah cakupan K1 – kontak pertama dan
K4 – kontak 4 kali dengan tenaga kesehatan yang mempunyai kompetensi
sesuai standar. Berdasarkan data Riskesdas bahwa cakupan ibu hamil
yang memperoleh pelayanan antenatal telah meningkat dari 92,7% pad
tahun 2010 menjadi 95,2% pada tahun 2013. Cakupan persalinan yang di
tolong tenaga kesehatan juga meningkat dari 79,0%, pada thaun 2010
menjadi 86,9% pada tahun 2013. Walaupun demikian, masih terdapat
disparitas antar Provinsi dan antar Kabupaten / kota yang variasinya
cukup besar. Selain adanya kesnjangan, juga ditemukan ibu hamil yang
tidak menerima pelayanan dimana seharusnya diberikan pada saat kontk
dengan tenaga kesehatan (missed opportunity).
Untuk mengatasi permasalahan tersebut di atas, maka pelayanan
antenatal di fasilitas kesehatan pemerintah maupun swasta dan paraktik
perorangan / kelompok perlu dilksanakan secara komprehensif dan
terpadu, mencakup upaya promotive, preventif, sekaligus kuratif dan
rehabilitative, yang meliputi pelayan KIA, gizi, pengendalian penyakit
menular (imunisasi,, HIV/AIDS, TB, malaria, penyakit menular seksual),
penanganan penyakit tidak menular serta beberapa program lokas dan
spesifik lainnya sesuai dengan kebutuhan program.

B. LATAR BELAKANG
Puskesmas Dagangan mempunyai wilayah kerja di daerah
pedesaan dengan latar belakang geografis dataran tinggi. Puskesmas
Dagangan terdiri dari 9 desa. Dengan jumlah penduduk 21.725 jiwa.
Jumlah ibu hamil se kecamatan Dagangan adalah 336 jiwa, dengan
jumlah ibu hamil RESTI adalah 67 jiwa. Dengan demikian penting artinya
untuk diadakan ANC terpadu , supaya ibu hamil dapat segera terdeteksi
apabila ditemukan resiko /komplikaasi kehamilan dan bias dilakukan
rujukan secara dini

C. TUJUAN UMUM DAN TUJUAN KHUSUS

Tujuan Umum :
Untuk memenuhi hak setiap ibu hamil memperoleh pelayanan antenatal
yang berkualitas sehingga mampu menjalani kehamilan dengan sehat,
bersalin dengan selamat dan melahirkan bayi yang seha dan berkualitas.

Tujuan Khusus : 
1. Menyediakan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif dan
berkulatias, termasuk konseling kesehatan dan gizi ibu hamil,
konseling KB dan pemberian ASI.
2. Menghilangkan “missed opportunity” pada ibu hamil dalam
mendapatkan pelayanan antenatal terpadu, komprehensif, dan
berkualitas.
3. Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang
diderita ibu hamil.
4. Melakukan intervensi terhadap kelainan/penyakit/gangguan
pada ibu hamil sedini mungkin.
5. Melakukan rujukan kasus ke fasilitas pelayanan kesehtan sesuai
system rujukan yang ada.

D. KONSEP PELAYANAN
Pelaksanaan kegiatan Antanatal Terpadu meliputi :
1. Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
Penambahan berat badan yang kurang dari 9 kilogram selama
kehamilan atau kurang dari 1 kilogram setiap bulannya menunjukkan
adanya gangguan pertumbuhan janin. Tinggi adan ibu hamil kurang dari
145cm menungkatkan resiko untuk terjadinya Cephalo Pelvic Disproportion
(CPD).
2. Ukur tekanan darah
Pengukuran tekanan darah untuk mendeteksi adanya hipertensi
(tekanan drah >140/90 mmHg) pada kehamilan dan preeklamsia
(hipertensi disertai edema wajah dan tungkai bawah dan proten uria)
3. Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas / LILA)
Pengukuran LILA dilakukan pada trimester I, dimana LILA kurang
dari 23,5 cm akan dapat melahirkan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
4. Ukur tinggi fundus uteri
Pengukuran tinggi fundus uteri pada setiap kali kunjungan untuk
mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak. Standar
pengukuran menggunakan pita pengukur setelah kehamilan 24
minggu.
5. Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
Menentukan prsentasi janin dilakukan pada akhir trimester II dan
selanjutnya. Penilaian DJJ dilakukan pada akhir trimester I dan
selanjutnya.
6. Skrining stastus imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus
toksiod (TT) bila diperlukan
Ibu hamil minimal memiliki ststus imunisasi T2 agar
mendapatkan perlindungan terhadap infeksi tetanus, bia ibu hamil
status imuniasi T5 (TT long life) tidak perlu diberikan imunisasi TT
lagi.
7. Beri tablet tambah darah (Tablet Besi)
Ibu hamil harus mendapat tablet tambah darah (tablet tambah darah
dan asam folat) minimal 90 tablet.
8. Periksa laboratorium (rutin dan khusus)
Pemeriksaan meliputi :
a. Pemeriksaan glongan darah
b. Pemeriksaan kadar hemoglobin darah (Hb)
c. Pemeriksaan protein urin
d. Pemeriksaan kadar gula darah
e. Pemeriksaan darah malaria
f. Pemeriksaan test sifilis
g. Pemeriksaan hiv
h. Pemeriksaan BTA
9. Tatalaksana / penanganan kasus
Kasus-kasus yang tidak dapat ditangani dirujuk sesuai dengan
system rujukan.
10. Temu wicara (konseling)
Temu wicara meliputi :
 Kesehatan ibu
 Perilaku hidup bersih dan sehat
 Peran suami/keluarga dalam kehamilan dan perencanaan
persalinan
 Tanda bahaya pada kehamilan, persalinan dan nifas serta
kesiapan mengahadapi komplikasi
 Asupan gizi seimbang
 Gejala penyakit menular dan tidak menular
 Penawaran untuk melakukan tes hiv dan konseling di daerah
epidemi meluas dan terkonsentrasi atau ibu hamil dengan IMS
dan TB di daerah epidemi rendah
 Inisiasi menyusui dini (IMD) dan pemberian asi eksklusif
 KB pasca persalinan
 Imunisasi
 Peningkatan kesehatan intelengensi pada kehamilan (Brain
Booster)
E. CARA MELAKSANAKAN KEGIATAN
Pelayanan antenatal terpadu terdiri dari :
1. Anamnesa
Ada yang perlu diperhatikan ketika melakukan anamnnesa, yaitu :
a. Menanyakan keluhan yang dirasakan ibu
b. Menanyakan tanda-tanda penting dan penyakit yang
kemungkinan diderita ibu hamil :
 Mutah berlebihan
 Pusing
 Sakit kepala
 Perdarahan
 Sakit perut hebat
 Demam
 Batuk lama
 Berdebar – debar
 Cepat Lelah
 Sesak nafas atau sukar bernafas
 Keputihan yang berbau
 Gerakan janin
 Perilaku berubah selama hanil, seperti gaduh gelisah,
menarik diri, bicara sendiri, tidak mandi, dsb
 Riwayat kekerasan terhadap perempuan (KtP) selama
kehamilan
c. Menyakan status kunjungan ( baru atau lama), riwayat kehamilan
yang sekarang, riwayat kehamilan dan persalinan sebelumnya dan
riwayat penyakit yang diderita ibu hamil
d. Petugas melakukan pemeriksaan 10 T
e. Petugas melakukan kolaborasi dengan dokter umum,dokter
gigi,petugas gizi,petugas imunisasi dan petugas laboratorium

2. Pemeriksaan
Pemeriksaan antenatal terpadu meliputi berbagai pemeriksaan
termasuk menilai keadaan umum (fisik) dan psikologis (kejiwaan) ibu
hamil
3. Penanganan tindak lanjut kasus
Apabila ditemukan kelaian atau keadaan tidak normal pada
kunjungan antenatal, informasikan rencana tindak lanut termasuk
perlunya rujukan penanganan kasus.
4. Pencatatan hasil pemeriksaan antenatal terpadu
Dengan menerapkan pencatatan sebagai bagian dari standar
pelayanan, maka kualitas pelayanan antenatal dapat ditingkatkan.
5. Komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang efektif

F. SASARAN
 Sasaran pelayanan :
Semua ibu hamil ditargetkan menjadi sasaran pelayanan antenatal
tepadu
 Pengguna buku pedoman
a. Tenaga kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan ibu,
bayi baru lahir dan keluarga berencana
b. Fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta yang menyediakan
pelayanan antenatal
c. Lintas program terkait di tingkat pusat, provinsi dan
kabupaten/kota
d. Institusi Pendidikan dan pelatihan tenaga kesehatan (perguruan
tinggi, Poltekes, Stikes, RS, Bapelkes, Pusat Pelatihan, dan
lainnya)
e. Organisasi profesi terkait

G. SKEDUL ( JADWAL ) PELAKSANAAN KEGIATAN

N DESA PELAKSANAAN KEGIATAN


O
JAN PE M AP M JUN JU AG SE OK NO DE
B AR R EI L S P T V S

1. Banjarejo, 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1-
31 29 31 30 31 30 31 30 31 30 31 31
2. Dagangan 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1-
29 31 30 31 30 31 30 31 30 31 31

3. Joho 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1-
31 29 31 30 31 30 31 30 31 30 31 31

4. Kepet 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1-
31 29 31 30 31 30 31 30 31 30 31 31

5. Ketandan 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1-
31 29 31 30 31 30 31 30 31 30 31 31

6. Mendak 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1-
31 29 31 30 31 30 31 30 31 30 31 31

7. Sewulan 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1-
31 29 31 30 31 30 31 30 31 30 31 31

8. Sukosari 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1-
31 29 31 30 31 30 31 30 31 30 31 31

9. Tileng 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1- 1-
31 29 31 30 31 30 31 30 31 30 31 31

H. EVALUASI PELAKSANAAN KEGIATAN DAN PELAPORAN


Evaluasi kegiatan ANC terpadu dilaksanakan segera sesudah
pelayanan dan satu bulan sekali dengan berkoordinasi dengan bidan
desa

I. PENCATATAN, PELAPORAN DAN EVALUASI KEGIATAN


Hasil kegiatan ANC terpadu dicatat dalam buku KIA,rekam
medis /kartu ibu hamil.

Mengetahui, Penanggung Jawab Program


KIA - KB
Kepala Puskesmas Dagangan

dr Yanti Umi Anggraeni


Eny Kusrini S.ST
NIP. 19710225 200212 2 003
NIP 19740318 200604 2011

Anda mungkin juga menyukai