Review 2 Materi 3in1 3 - Amalia Zulfa Pritasari - 226010101111005
Review 2 Materi 3in1 3 - Amalia Zulfa Pritasari - 226010101111005
Oleh :
Amalia Zulfa Pritasari
NIM. 226010101111005
3
Md. Salleh Md. Said, Mohammad Agus Yusoff, dan Leo Agustino, Masyarakat Sivil dan
Demokratisasi Politik di Malaysia: Satu Analisis Ringkas, Jurnal Studi Hubungan
Internasional, Vol. 2, No. 3, 2012, hlm. 38.
4
Kusnardi, Ibrahim, dan Asshidiqie dalam Riana Susmayanti, Comparison of The
Requirements for Candidate for President and member of House of Representative in
The Election Law (Based on the Perspective of Pancasila) , Waskita: Jurnal Pendidikan Nilai
dan Pembangunan Karakter, Vol. 5, No. 2, 2021, hlm. 78.
Pemilihan umum menjadi salah satu elemen penting dalam negara yang
menganut sistem demokrasi. Pemilihan umum yang dilakukan secara langsung
oleh rakyat mencerminkan adanya nilai-nilai kebebasan/ jaminan hak asasi untuk
memilih menentukan arah pemerintahan suatu negara. Ibaratnya, pemilihan
umum dapat digambarkan sebagai kunci atau gerbang awalan dari rakyat untuk
memandatkan amanahnya kepada satu subjek untuk mengelola dan melindungi
hak-hak mereka sesuai amanat konstitusi.
Kedudukan pemilihan umum sangat penting dalam suatu negara
demokrasi karena menyangkut mekanisme suksesi nasional. Maka, tak ayal sarat
akan tarik ulur kepentingan. Berbagai hal yang berkaitan langsung dengan
pemilihan umum akan sangat rentan untuk dipolitisasi, baik itu kelembagaan
penyelenggaraan pemilihan umum atau pula dengan hal-hal teknis terkait
mekanisme pelaksanaan pemilihan umum. 5 Seperti yang sudah diterangkan di
atas bahwa Malaysia memiliki agenda Pemilihan Umum Raya Sebanyak dua kali,
dimana yang pertama untuk memilih Dewan Rakyat (setara dengan DPR), kedua
untuk memilih Dewan Negeri (Senator). Perlembagaan Persekutuan sebagai
Konstitusi Federasi tidak menunjukkan secara jelas terkait mekanisme sistem
pemilihan umum yang dapat diselenggarakan.
Penting maknanya untuk dilakukan pengembangan melalui penelitian
tentang ketiadaan aturan mengenai sistem pemilihan umum dalam Konstitusi
Federal Malaysia/ Perlembagaan Persekutuan. Sebab, meskipun sampai saat ini
belum ada yang mempermasalahkan ketiadaan pasal tersebut, namun yang perlu
diperhatikan adalah Malaysia merupakan negara demokrasi-parlementer
konstitusional, sejatinya apa yang menyangkut pada kepentingan dan
perlindungan rakyat haruslah diatur dalam konstitusi. Pemilihan umum tentu
punya relevansi dengan rakyat sebab rakyat menjadi subjek utama atas agenda
tersebut, entah menjadi pemilih ataupun kandidat yang akan dipilih. Tidak
diaturnya secara konkret sistem pemilihan umum di Malaysia dikhawatirkan akan
rentan terhadap adanya perubahan sistem. Dari inkonsistensi ini, dapat muncul
pula ketidakpastian hukum yang akan menjauhkan Konstitusi Federal Malaysia
dari kepastian hukum.
5. KELOGISAN DALAM MENUANGKAN DATA DAN BAHAN HUKUM
5
Madzan Maftukha Assyayuti, Op.Cit, hlm. 19.
Penyajian data dan bahan hukum yang dipaparkan dalam presentasi dan
diskusi pada hari ini sangat lengkap dan mendukung materi muatan yang
dijelaskan. Berbicara soal pemilihan umum, maka tidak akan jauh dengan
penyajian data kuantitatif, misalnya dari persentase pemilihan, jumlah kursi yang
akan diisi, jumlah pemilih, dan lain sebagainya. Prof. Haslina Mohd Anuar dalam
pemaparan materinya telah sangat jelas menerangkan data kuantitatif yang
akurat serta transparan. Ditunjang melalui data kuantitatif yang diberikan, para
peserta dapat memahami fakta di lapangan serta mekanisme yang jelas perihal
penyelenggaraan pemilihan umum di Malaysia.
Seperti yang diketahui bersama, bahwa penyelenggaraan pemilihan
umum merupakan agenda akbar dari negara yang menganut sistem demokrasi.
Namun, Malaysia dalam konstitusinya tidak menegaskan secara konkret aturan
mengenai sistem penyelenggaraan pemilu di negaranya. First Past The Post
System (FPTP) sebagai sistem pemilihan umum di Malaysia tidak diatur secara
konkret dalam konstitusi. Kemudian, Malaysia hanya memiliki beberapa aturan
yang berkaitan dengan pemilihan umum, diantaranya:
1. Pemilihan (Pendaftaran Pemilih) Regulasi 1971
2. Regulasi Pemilu (Pendaftaran Pemilih) 2002
3. Peraturan (Pemungutan Suara Pos) 2003
Meskipun tiap negeri punya wewenang untuk membuat aturannya masing-
masing soal pemilihan umum di wilayahnya, tapi pusat/ Kerajaan Federal
seharusnya menguatkan aturan-aturan yang bisa diberlakukan di masing-masing
negeri. Penyeragaman aturan terkait penyelenggaraan pemilihan umum sangat
diperlukan karena secara tidak langsung hal tersebut mencakup nilai-nilai
demokrasi yang dibutuhkan untuk melindungi warga negara melalui amanat
konstitusi.
SIMPULAN DAN SARAN
Malaysia memiliki sistem penyelenggaraan pemilihan umum yang berbeda
dengan Indonesia. Malaysia mengenal sistem First Past The Post System (FPTP)
memperhitungkan jumlah kursi yang dimenangkan oleh partai-partai yang
bersaing, dengan mengabaikan jumlah keseluruhan suara yang diperoleh oleh
partai-partai yang kalah.Pemilihan umum Malaysia dibagi menjadi 2 yakni untuk
memilih Dewan Rakyat dan Dewan Negara. Pelaksanaannya setiap 5 tahun
sekali dan pelaksanaannya tidak selalu bersamaan. Kemudian, Perdana Menteri
diperbolehkan meminta Yang DiPertuan Agung untuk membubarkan Parlemen
walau sebelum 5 tahun masa jabatan berakhir. Sejatinya ini perlu diperhatikan
secara seksama oleh pejabat federal supaya jalannya pemerintahan tidak
memasukkan konflik kepentingan dan tetap mengedepankan prinsip
konstitusional.
Dengan sistem pemilu FPTP ditambah dengan penurunan batas usia
pemilih (menjadi 18 tahun), seharusnya dapat menjadi kesempatan dan baku
loncatan bagi warga yang dikategorikan remaja. Edukasi mengenai politik dan
pemilu sangat diperlukan supaya tidak salah saat memilih dewan yang notabene
akan menjadi perwakilan rakyat dalam sistem pemerintahan. Komisi Pemilihan/
Election Commision sebagai lembaga yang bertanggung jawab memimpin
jalannya pemilu baik tingkat federal maupun negeri sejatinya punya kendali
penuh untuk mengedukasi masyarakat yang mempunyai hak suara dalam
penyelenggaraan pemilihan umum. Sosialisasi mengenai peraturan perundang-
undangan yang berkaitan dengan pemilihan umum sangat diperlukan supaya
warga yang memiliki hak pilih dapat menggunakan suaranya secara bijak dan
tetap dilindungi oleh Konstitusi Federal Malaysia/ Perlembagaan Persekutuan.
DAFTAR PUSTAKA
Anuar, H. M. (2020). Election During COVID-19 Pandemic: Constitutional
Persprective. International Journal of Law, Government and
Communication, 5, 277-284
Assayayuti, M.M. (2023). Telaah Konsep Pemilu Berkala dalam Sistem Pemilu di
Indonesia. Literasi Hukum, 7(1), 18-28.
Said M.S.M., Yusoff, M.A., & Agustino, L. (2012). Masyarakat Sivil dan
Demokratisasi Politik di Malaysia: Satu Analisis Ringkas. Jurnal Studi
Hubungan Internasional, 2(1), 25-38.
Susmayanti, R. (2021). Comparison of The Requirements for Candidate for
President and Member of House Representative in The Election Law
(Based on The Perspective of Pancasila) . Waskita: Jurnal Pendidikan Nilai
dan Pembangunan Karakter, 5(2), 77-88.
LAMPIRAN
Bukti Keikutsertaan di Zoom Meeting (26 Mei 2023)