Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Sifilis: Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
Asuhan Kebidanan Pada Ibu Hamil Dengan Sifilis: Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang
BAB I
PENDAHULUAN
2.1 Definisi
Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibunya yang
menderita sifilis.3 Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap
masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu,
karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi masih belum atrofi.
Tetapi ternyata dengan mikroskop elektron dapat ditemukan Treponema pallidum pada janin
berusia 9-10 minggu.
Sifilis kongenital dini merupakan gejala sifilis yang muncul pada dua tahun pertama
kehidupan anak, dan jika muncul setelah dua tahun pertama kehidupan anak disebut dengan
sifilis kongenital lanjut.
2.2 Epidemiologi
Sifilis terdistribusi di seluruh dunia, dan merupakan masalah yang utama pada
Negara berkembang. Dilihat dari usia, kasus sifilis banyak ditemukan pada orang dengan rentang
usia 20-30 tahun. Empat puluh persen wanita hamil dengan sifilis dini yang tidak diobati, akan
mengakibatkan penularan pada janin.
2.3 Etiologi
Pada tahun 1905 penyebab sifilis ditemukan oleh Sshaudinn dan Hoffman ialah
Treponema pallidum, yang termasuk ordo Spirochaetales, familia Spirochaetaceae dan genus
Treponema. Bentuk seperti spiral teratur, panjangnya antara 6-15 um, lebar 0,15 um, terdiri
empat dari delapan sampai dua puluh empat lekukan. Gerakannya berupa rotasi sepanjang aksis
dan maju seperti gerakan pembuka botol. Membiak secara pembelahan melintang, pada stadium
aktif terjadi setiap tiga puluh jam. Pembiakan pada umumnya tidak dapat dilakukan di luar
badan. Di luar badan kuman tersebut cepat mati, sedangkan dalam darah untuk transfuse dapat
hidup tujuh puluh dua jam.
Penularan sifilis dapat melalui cara sebagai berikut :
1. Kontak langsung :
2. sexually tranmited diseases (STD)
3. non-sexually
4. Transplasental, dari ibu yang menderita sifilis ke janin yang dikandungnya.
5. Transfusi : Syphilis d’ emblee, tanpa primer lesi
2.4 Klasifikasi
Menurut World Health Organization (WHO) secara garis besar sifilis dapat
dikelompokkan sebagai berikut :
1. Sifilis kongenital (bawaan)
2. Sifilis akuisita (didapat)
2.5 Patogenesis
Sifilis dapat ditularkan oleh ibu pada waktu persalinan, namun sebagian besar kasus
sifilis kongenital merupakan akibat penularan in utero. Resiko sifilis kongenital berhubungan
langsung dengan stadium sifilis yang diderita ibu semasa kehamilan. Lesi sifilis congenital
biasanya timbul setelah 4 bulan in utero pada saat janin sudah dalam keadaan imunokompeten.
Penularan inutero terjadi transplasental, sehingga dapat dijumpai Treponema pallidum pada
plasenta, tali pusat, serta cairan amnion.
Treponema pallidum melalui plasenta masuk ke dalam peredaran darah janin dan
menyebar ke seluruh jaringan. Kemudian berkembang biak dan menyebabkan respons
peradangan selular yang akan merusak janin. Kelainan yang timbul dapat bersifat fatal sehingga
terjadi abortus atau lahir mati atau terjadi gangguan pertumbuhan pada berbagai tingkat
kehidupan intrauterine maupun ekstrauterin.
2.7 Diagnosis
Diagnosis pasti pada sifilis kongenital ditegakan dengan identifikasi T.pallidum.
Selain itu, sifilis kongenital dapat didiagnosis berdasarkan pemeriksaan antepartum dan pada
bayi lahir mati. Untuk pemeriksaan pada janin dapat digunakan ultrasonografi (USG). Pada
pemeriksaan USG dapat dijumpai penebalan kulit, penebalan plasenta, hepatosplenomegali dan
hidramnion. Pemeriksaan ini dilengkapi dengan pemeriksaan cairan amnion untuk mencari
adanya treponema. Identifikasi T. pallidum dengan pemeriksaan mikroskop lapagan gelap atau
imunofluoresensi dapat dilakukan apabila dijumpai secret hidung, mucous patches, lesi vesiko
bulosa atau kondiloma lata. Namun, cara konvensional untuk pengambilan specimen tidak
sensitive dan merupakan prosedur invasive, sehingga sulit dilakukan dan hanya dilakukan pada
bayi dengan lesi luas. Selain itu, terdapat beberapa kendala yang menyebabkan identifikasi
T.pallidum sulit dilakukan untuk menegakkan diagnosis sifilis kongenital, yaitu :
a) T.pallidum bersifat tidak dapat dibiakkan dan sulit ditemukan pada spesmen klinis
b) Analisis serologic pada bayi rumit oleh adanya antibody maternal yang didapat transplasental
c) Sebagian besar bayi sakit yang hidup tidak menunjukkan adanya tanda infeksi
Untuk menegakkan diagnosis klinis sifilis kongenital, saat ini di AS digunakan dua
criteria, yaitu kriteria dari Centers for Disease Control and Prevention (CDC) yang direvisi dan
kriteria Kaufman yang dimodifikasi.
1) Kriteria Kaufman yang dimodifikasi.
Pasti (definite)
Dijumpai T.pallidum pada pemeriksaan mikroskop lapangan gelap atau pemeriksaan histologik
Sangat Mungkin (probable)
1. Peningkatan titer VDRL dalam waktu 3 bulan atau tes serologic untuk sifilis (TSS) reaktif yang
tidak berubah menjadi non reaktif dalam waktu 4 bulan
2. Satu kriteria mayor atau dua minor dan disertai TSS reaktif atau tes FTA reaktif
3. Satu kriteria mayor dan satu kriteria minor
Kriteria mayor berupa kondiloma lata, osteokondritis, periostitis, rhinitis, rhinitis hemoragik
Kriteria minor berupa fisura pada bibir, lesi kulit, mucous patch, hepatomegali,splenomegali,
limfadenopati generalisata, kelainan SSP, anemia hemolitik, sel cairan serebrospinal (CSS) >20,
protein >100.2
2) Kriteria CDC yang di revisi
Pasti (confirmed)
Diijumpai T. Pallidum pada pemeriksaan mikroskop lapangan gelap
Tersangka (presumtive)
1. Semua bayi yang ibunya menderita sifilis tanpa pengobatan atau mendapat pengobatan tidak
adekuat selama kehamilan
2. Semua bayi dengan TSS reaktif dan satu dari keadaan di bawah ini :
- Gambaran sifilis kongenital pada pemeriksaan fisik
- VDRL CSS reaktif/ hitung sel CSS ≥ 5/protein CSS ≥ 50 diluar sebab lain.
- Tes FTA-abs-19S-antibodi IgM reaktif
3. Bayi lahir mati (syphilitic stillbirth)
Kematian janin setelah umur kehamilan 20 minggu atau berat janin ≥500 gram pada wanita yang
menderita sifilis tanpa pengobatan atau memperoleh pengobatan tidak adekuat saat melahirkan.
2.8 Penatalaksanaan
Pengobatan sifilis kongenital terbagi menjadi pengobatan pada ibu hamil dan pengobatan
pada bayi. Penisilin masih tetap merupakan obat pilihan untuk pengobatan sifilis, baik sifilis
didapat maupun sifilis kongenital. Pada wanita hamil, tetrasiklin dan doksisiklin merupakan
kontraindikasi. Penggunaan sefriakson pada wanita hamil belum ada data yang lengkap.
Pengobatan sifilis pada kehamilan di bagi menjadi tiga, yaitu :
1) Sifilis dini (primer, sekunder, dan laten dini tidak lebih dri 2 tahun).
Benzatin penisilin G 2,4 juta unit satu kali suntikan IM, atau penisilin G prokain dalamaquadest
600.000 unit IM selama 10 hari.
2) Sifilis lanjut (lebih dari 2 tahun, sifilis laten yang tidak diketahui lama infgeksi, sifilis
kardiovaskular, sifilis lanjut benigna, kecuali neurosifilis)
Benzatin penisilin G 2,4 juta unit, IM setiap minggu, selama 3 x berturut-turut, atau dengan
penisilin G prokain 600.000 unit IM setiap hari selama 21 hari.
3) Neurosifilis
Bezidin penisilin 6-9 MU selama 3-4 minggu. Selanjutnya dianjurkan pemberian benzil penisilin
2-4 MU secara IV setiap 4 jam selama 10 hari yang diikuti pemberian penisilin long acting, yaitu
pemberian benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu, atau penisilin
G prokain 2,4 juta unit IM + prebenesid 4 x 500 mg/hari selama 10 hari yang diikuti pemberian
benzatin penisilin G 2,4 juta unit IM sekali seminggu selama 3 minggu.
Terdapat beberapa kriteria yang harus dipenuhi pada pengobatan sifilis kongenital
menurut CDC tahun 1998. pengobatan harus diberikan pada bayi :
a) Menderita sifillis kongenital yang sesuai dengan gambaran klinik, laboratorium dan/radiologik,
b) Mempunyai titer test nontreponema ≥ 4 kali dibanding ibunya
c) Dilahirkan oleh ibu yang pengobatannya sebelum melahirkan tidak tercatat, tidak diketahui,
tidak adekuat atau terjadi ≤ 30 hari sebelum persalinan.
d) Dilahirkan oleh ibu seronegatif yang diduga menderita sifilis
e) Titer pemeriksaan nontreponema meningkat ≥ 4 kali selama pengamatan.
f) Hasil tes treponema tetap reaktif sampai anak berusia 15 bulan, atau
g) Mempunyai antibodi spesifik IgM antitreponema.
Selain itu, juga dipertimbangkan pengobatan pada bayi yang dilahirkan oleh ibu yang
menderita sifilis dan diobati selama kehamilannya namun bayi tersebut selanjutnya tidak bisa
diamati. Pengobatan sifilis kongenital tidak boleh ditunda dengan alasan menunggu diagnosis
pasti secara klinis atau serologik. Dengan pengobatan dengan Aqueous penisilin bergantung 1
minggu >usia bayi. Pada usia ≤ 1 minggu, diberikan tipa 12 jam, usia – ≤ 4 minggu diberikan
tiap 8 jam, dan setelah usia 4 minggu diberikan tipa 6 jam.
1. Pengobatan sifilis kongenital menurut CDC tahun 1998
Bayi dengan sifilis kongenital, ibu dengan/ tanpa sifilis
Penisilin G prokain 50.000 unit/kgBB IM/IV selama 10-14 hari.
Bayi normal
a) Ibu sifilis dini dan/atau tanpa terapi atau terapi tidak tercatat diberikan :
Aqueous penisilin G 50.000 unit/kgBB IV selama 10-14 hari, atau penisilin prokain G 50.000
unit/kgBB IM, 10-14 hari usia (usia ≤ 4 minggu), atau benzatin penisilin G 50.000 unit/kgBB
IM, dosis tunggal
b) Ibu sifilis laten lanjut, atau
c) Ibu mendapat terapi eritromosin atau obat selain penilin, atau
d) Ibu mendapat terapi adekuat ≤ 4 minggu sebelum persalinan, atau
e) Ibu mendapat terapi adekuat > 1 bulan sebelum persalinan, titer non treponema tidak turun 4 kali
lipat, diberikan : Benzatin penisilin 50.000 unit/kgBB IM, dosis tunggal
f) Ibu mendapat terapi adekuat > 1 bulan sebelum persalinan, titer nontreponema turun 4 kali lipat,
dilakukan : Pengamatan klinis dan serologik, atau benzatin penisilin G 50.000 unit/kgBB IM,
dosis tunggal bila pengamatan tidak memungkinkan
g) Ibu mendapat terapi adekuat sebelum kehamilan dan titer stabil (VDRL≤ 1:2) selama kehamilan,
dilakukan : Pengamatan klinis dan serologic. Menurut CDC 1998, diluar masa neonatus, anak
yang didiagnosis sifilis congenital harus diperiksa CSS untuk menyingkirkan neurosifilis dan
menentukan sifilis congenital atau sifilis didapat. Semua anak yang diduga menderita sifilis
kongenital atau dengan kelainan neurologik diberikan aqueous penisiline G 50.000 unit/kgBB
IV/IM tiap 4-6 jam selama 10-14 hari. Pemberian penisilin prokain tidak dianjurkan.
2. Pengobatan alternatif untuk pasien alergi penisilin
Bila alergi terhadap penisilin, sebagai obat alternatif diberikan obat tetrasiklin dan eritromisin.
Tetapi efektifitasnya lebih rendah bila dibandingkan dengan penisilin. Penggunaan sefriakson
pada wanita hamil belum ada data yang lengkap.
3. Pemeriksaan Setelah Pengobatan
Pemeriksaan penderita sifilis dini harus dilakukan, bila terjadi infeksi ulang setelah pengobatan.
Setelah pemberian penisilin G, maka setiap pasien harus diperiksa 3 bulan kemudian untuk
penentuan hasil pengobatan. Pengalaman menunjukkan bahwa infeksi ulang sering terjadi pada
tahun pertama setelah pengobatan. Evaluasi kedua dilakukan 6-12 bulan setelah pengobatan.
Penderita yang diberi pengobatan selain penisilin harus lebih sering diperiksa.
a. Semua penderita sifilis kardiovaskuler dan neurosifilis harus diamati bertahun-tahun,termasuk
klinis, serologis dan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang dan bila perlu radiologis.
b. Pada semua tingkat sifilis, pengobatan ulang diberikan bila :
a) tanda-tanda dan gejala klinis menunjukkan sifilis aktif yang persisten atauberulang.
b) Terjadi kenaikan titer tes nontreponemal lebih dari dua kali pengenceran ganda.
c) Pada mulanya tes nontreponemal dengan titer tinggi (> 1/8) persisten bertahuntahun.
d) Harus dilakukan pemeriksaan cairan sumsum tulang belakang setelah diberi pengobatan, kecuali
ada infeksi ulang atau diagnosis sifilis dini dapat ditegakkan.
e) penderita harus diberi pengobatan ulang terhadap sifilis yang lebih dari 2 tahun. Pada umumnya
hanya sekali pengobatan ulang dilakukan sebab pengobatan yang cukup pada penderita akan
stabil dengan titer rendah.
2.10 Pencegahan
Sifilis kongenital adalah penyakit yang dapat dicegah, yaitu melalui deteksi sifilis selama
kehamilan. Tindakan utama pada pencegahan sifilis kongenital adalah identifikasi dan
pengobatan wanita hamil yang teriinfeksi sifilis, karena pengobatan sifilis pada kehamilan
dengan menggunakan penisilin dapat mencegah infeksi kongenital sampai 98%. Tes serologi
(VDRL dan TPHA) harus dilakukan pada perawatan kehamilan (prenatal care), yaitu saat
kunjungan pertama, sedangkan pada kelompok risiko tinggi, dilakukan pada pemeriksaan ulang
pada usia kehamilan 28 minggu dan saat persalinan. Apabila dijumpai hasil tes seropositif, harus
diberikan pengobatan. Namun, kehamilan kadang menimbulkan tes nontreponema positif palsu,
dan pada keadaan seperti ini dilakukan anamnesis yang rinci, pemeriksaan fisik cermat dan
pengamatan serologik. Bila tidak memungkinkan, diberikan terapi, terutama bila titer pada
pemeriksaan VDRL > 1:2 pada pemeriksaan pertama.
Bayi dengan test serologik reaktif perlu dilakukan pemeriksaan nontreponema beberapa
kali setelah pengobatan sampai diperoleh hasil nonreaktif. Biasanya dilakukan pada usia 2, 4, 6,
12 dan 15 bulan. Pada bayi dengan sifilis kongenital, tes serologik nontreponema biasanya
menjadi nonreaktif dalam waktu 12 bulan setelah terapi adekuat. Adanya tes treponema reaktif
setelah anak berusia lebih dari 15 bulan, saat anak sudah tidak memiliki antibody maternal,
membantu menegakkan diagnosis sifilis kongenital. Hasil serologik CSS yang reaktif 6 bulan
setelah terapi sifilis kongenital, merupakan indikasi pengobatan ulang, demikian pula bila titer
menetap.
2.11 Prognosis
Prognosis sifilis kongenital bergantung periode munculnya gejala, kerusakan yang
terjadi, dan penatalaksanaan. Semakin dini gejala muncul, semakin banyak jaringan yang rusak
dan penatalaksanaan yang kurang tepat maka akan semakin buruk prognosisnya. Kelainan yang
ditimbulkan stigmata sifilis kongenital akan menetap, misalnya gigi huchinton, keratitis
interstitial, ketulian nervus VIII, dan Clutton’s joint. Meskipun telah diobati, tetapi pada 70%
kasus ternyata tes reagin tetap positif.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL DENGAN SÍFILIS KONGENITAL
3.4 Planning
1. Menjelaskan kepada ibu bahwa keluhan yang dirasakannya yaitu :flu, demam, pegal-pegal, serta
kemerahan pada kaki dan tangan merupakan tanda- tanda sifilis
Ibu memahami bahwa keluhan yang dialaminya adalah gejala- gejala sifilis.
2. Menganjurkan dan menjelaskan pada ibu tentang teknik relaksasi, pengurangan rasa nyeri dan
menciptakan lingkungan yang nyaman dengan mengganti alat tenun yang kotor.
Ibu memahami tentang teknik relaksasi, pengurangan rasa nyeri dan menciptakan lingkungan
yang nyaman.
3. Menganjurkan ibu untuk banyak minum, memakai pakaian yang tipis dan longgar ,dan
melakukan kompres apabila demam dengan menggunakan air hangat di dahi dan lengan.
Ibu mengerti dan bersedia untuk melaksanakan anjuran bidan.
4. Menganjurkan ibu untuk melibatkan keluarga dalam perawatan agar ibu mendapatkan support
dan dukungan dari keluarga sehingga mempercepat proses penyembuhan.
Ibu mengerti dan keluarga bersedia untuk terlibat dalam proses pengobatan dan perawatan ibu.
5. Menganjurkan ibu dan suami untuk tidak berganti- ganti pasangan karena hal ini dapat
menyebabkan penyakit menular seksual dan dapat menyebabkan penyebaran dari penyakit
menular seksual menjadi lebih luas.
Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia untuk tidak berganti- ganti pasangan begitu juga
dengan suami.
6. Menjelaskan pada ibu tentang teknik pengurangan rasa nyeri yaitu dengan pengompresan dengan
air hangst pada daerah yang nyeri, dan meminimalisir terjadinya sentuhan atu gesekan pada
daerah yang yang nyeri.
Ibu mengerti penjelasan bidan dan bersedia melaksanakan
- Menjelaskan pada ibu bahwa sifilis bisa menimbulkan komplikasi pada ibu dan bayi sehingga
ibu harus menjaga kondisinya agar tidak terjadi komplikasi.
- Ibu memahami penjelasan bidan dan akan selalu menjaga kondisinya.
- Menganjurkan ibu untuk pemeriksaan laboratorium di laboratorium untuk pemeriksaan kimia
darah, ureum, kreatinin, GDS.
- Ibu bersedia melakukan pemeriksaan laboratorium di Laboratorium
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Sifilis kongenital adalah penyakit yang didapatkan janin dalam uterus dari ibunya yang
menderita sifilis.3 Infeksi sifilis terhadap janin dapat terjadi pada setiap stadium sifilis dan setiap
masa kehamilan. Dahulu dianggap infeksi tidak dapat terjadi sebelum janin berusia 18 minggu,
karena lapisan Langhans yang merupakan pertahanan janin terhadap infeksi masih belum atrofi.
Sifilis terdistribusi di seluruh dunia, dan merupakan masalah yang utama pada Negara
berkembang. Dilihat dari usia, kasus sifilis banyak ditemukan pada orang dengan rentang usia
20-30 tahun
Penularan sifilis dapat melalui cara sebagai berikut : Kontak langsung, sexually tranmited
diseases (STD), non-sexually, Transplasental, dari ibu yang menderita sifilis ke janin yang
dikandungnya, Transfusi : Syphilis d’ emblee, tanpa primer lesi
4.2 Saran
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih dari sempurna, oleh karena itu saran dan kritik
yang sifatnya membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya pembuatan makalah yang
akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
- Department of Health and Human Services of USA. Congenital Shypilis – United State 2002.
Disitasi dari :http://www.cdc.gov/mmwr/preview/ mmwrhtml/mm5331a4.htm pada tanggal :18
Februari 2009. Last Update : July 2008.
- Djuanda, Adhi. 1999. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta: FKUI