Anda di halaman 1dari 12

PEMERINTAH KABUPATEN BOYOLALI

DINAS KESEHATAN
PUSKESMAS BANYUDONO I

KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BANYUDONO I


NOMOR :445.4/1041 TAHUN 2022

TENTANG
KEBIJAKAN PENYELENGGARAN
PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
PUSAT KESEHATAN MASYARAKAT (PUSKESMAS) BANYUDONO I
PADA DINAS KESEHATAN KABUPATEN BOYOLALI

KEPALA PUSKESMAS BANYUDONO I

MENIMBANG : a. bahwa pusskesmas merupakansarana pelayanan ke


hatan tingkat pertama yang diharapkan dapat mem
berikan dan memenuhi standar pelayanan dengan
memperhatikan upaya pencegahan kemungkinan ter
janinya penularan infeksi ;
b. bahwa dalam rangka menjalankan dan mendukung
upaya pencegahan dan pengendalian infeksi puskes
mas berkewajiban membentuk tim yang terkait deng
an upaya tersebut;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan pasa huruf a dan
b, maka perlu menetapkan kebijakan penyelenggara
rn pencegahan dan pengendaklian infeksi;

MENGINGAT 1. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang


: Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5063) sebagaiman
a telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Pengga
nti Undang - undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Cipta Kerja (Lembaran negara Republik Indonesia Ta
hun 2022 Nomor 238, Tambahan Lembaran Negara
republik Indonesia Nomor 6841);
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 75 tahun 2014, tentang Puskesmas (Berita N
egara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 1676);
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 46 tahun 2015, tentang Akreditasi Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1049);
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Peraturandan
…..
Nomor 27 Tahun 2017 Tentang Pencegahan
Pengendalian Infeksi (PPI) di Fasilitas Pelayanan
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia tahun
2017 Nomor 857);

MEMUTUSKAN

Menetapkan :
Kebijakan Penyelenggaran Pencegahan Dan
KESATU : Pengendalian Infeksi di Pusat Kesehatan Masyarakat (Pus
kesmas) Banyudono I pada Dinas Kesehatan Kabupaten
Boyolali.

KEDUA : Kebijakan penyelenggaraan pencegahan dan pengendalian


infeksi Puskesmas banyudono I sebagaimana tercantum
dalam Lampiran Keputusan ini.

KETIGA : Surat keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Banyudono
pada tanggal 31 Desember 2022

KEPALA PUSKESMAS BANYUDONO I,

YUSTINA NUGRAHETI

LAMPIRAN
KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS BANYUDONO I
NOMOR : 445.4/1041 TAHUN 2022
TANGGAL : 31 Desember 2022
KEBIJAKAN PENYELENGGARAAN PENCEGAHAN PENGENDALIAN
INFEKSI PUSKESMAS BANYUDONO I

A. KEBIJAKAN ORGANISASI PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN


INFEKSI PUSKESMAS
1. Kepala Puskesmas membentuk Tim PPI Puskesmas sesuai dengan
SK Kepala Puskesmas yang mempunyai tugas, fungsi dan
kewenangan yang jelas sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017 tentang Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi (PPI) di Fasilitas Pelayanan Kesehatan.
2. Tim PPI merupakan unit kerja non struktural langsung di bawah
Kepala Puskesmas, yang disusun terdiri dari ketua, sekretaris
merangkap IPCN, dan anggota.
3. Anggota Tim PPI terdiri dari dokter umum, dokter gigi, petugas
laboratorium, perawat, bidan, petugas farmasi, ahli gizi, dan ahli
sanitasi.
4. Tim PPI dalam menyusun regulasi, wajib mengacu Peraturan
Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 27 Tahun 2017
tentang Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Fasilitas
Pelayanan Kesehatan.
5. Semua unit kerja di Puskesmas harus melaksanakan kegiatan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI).
6. Tim PPI mengadakan rapat tiap 3 bulan untuk mengevaluasi hasil
surveillance, kinerja tim dan menentukan tindak lanjut.
7. Tim PPI harus melaporkan hasil rapat 3 bulanan kepada Kepala
Puskesmas dan Tim Mutu.
8. Tim PPI harus mengevaluasi kembali tindak lanjut yang telah
dilakukan pada 3 bulan berikutnya.
9. Puskesmas mengalokasikan anggaran untuk mendukung kegiatan
pencegahan dan pengendalian infeksi yang dimasukkan dalam
anggaran PPI.

B. PROGRAM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI DI


PUSKESMAS BANYUDONO I
1. Pelaksanaan Kewaspadaan Isolasi
2. Pendidikan dan Pelatihan Karyawan
3. Pencegahan Infeksi Pada Pemasangan Alat Kesehatan
4. Penggunaan Antibiotika Rasional untuk Profilaksis dan Terapeutik
5. Surveilans

C. KEBIJAKAN UMUM KEWASPADAAN ISOLASI


1. Kewaspadaan isolasi diterapkan untuk mengurangi risiko
infeksi penyakit menular pada petugas kesehatan baik dari sumber
infeksi yang diketahui maupun yang tidak diketahui.
2. Dalam memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit setiap
petugas harus menerapkan kewaspadaan isolasi yang terdiri dari
dua lapis yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berdasarkan transmisi.
3. Kewaspadaan standar harus diterapkan secara rutin dalam
perawatan di rumah sakit yang meliputi : kebersihan tangan,
penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), pemrosesan
peralatan perawatan pasien, pengendalian lingkungan,
penatalaksanaan linen, pengelolaan limbah, perlindungan
kesehatan karyawan, penempatan pasien, hygiene respirasi (etika
batuk), dan praktek menyuntik yang aman. Pelaksanaan
kewaspadaan standar ditujukan kepada semua pasien.
4. Kewaspadaan berdasarkan transmisi diterapkan sebagai tambahan
kewaspadaan standar pada kasus – kasus yang mempunyai risiko
penularan melalui kontak, droplet, udara (airborne), common
vehicle (makanan, air, obat, alat, peralatan), dan vektor (lalat,
nyamuk, tikus).
5. Penyelenggaraan kewaspadaan isolasi di Puskesmas Banyudono I
selengkapnnya diatur dalam pedoman dan prosedur, sesuai
kebijakan Kepala Puskesmas Banyudono I.

D. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN STANDAR


1. Kebersihan Tangan / Hand Hygiene
a. Semua karyawan puskesmas, pasien dan pengunjung harus
menjaga kebersihan tangan dengan melakukan cuci tangan
menggunakan air bersih dan sabun atau handrub
menggunakan cairan antiseptik berbasis alkohol.
b. Kebersihan tangan dilakukan pada 5 keadaan yaitu: sebelum
kontak dengan pasien, sebelum melakukan tindakan aseptik,
setelah melakukan tindakan invasif yang berhubungan cairan
tubuh pasien, setelah kontak dengan pasien, setelah kontak
dengan lingkungan pasien.
a) Bila tangan tampak kotor, maka cuci tangan dengan
sabun dengan air mengalir. Bila tangan tidak tampak
kotor, cuci tangan dengan handrub cairan antiseptik
berbasis alkohol.
b) Cuci tangan dengan sabun dilakukan dengan 6 langkah,
dengan prosedur yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
c) Handrub dengan cairan antiseptik berbasis alkohol
dilakukan dengan benar 8 langkah, dengan prosedur
yang sesuai dengan rekomendasi WHO.
d) Tim PPI melakukan evaluasi kepatuhan cuci tangan
melalui survey terhadap seluruh petugas puskesmas
setiap bulan.
e) Apabila hasil survey kepatuhan cuci tangan dari unit
kerja belum memenuhi standard dilakukan
sosialisasi/training ulang kebersihan tangan pada unit
tersebut.
2. Pemakaian Alat Pelindung Diri (APD)
a. Alat pelindung diri (APD) adalah alat yang berfungsi sebagai
pelindung barrier untuk melindungi dari mikroorganisme yang
ada dan petugas kesehatan.
b. Semua petugas yang melakukan kontak dengan pasien yang
berisiko menularkan penyakit infeksius wajib memakai APD
sesuai dengan prosedur yang benar.
c. Semua petugas yang melakukan tindakan septik aseptik harus
memakai APD sesuai dengan prosedur yang benar.
d. Jenis-jenis APD yaitu: sarung tangan, masker, alat pelindung
mata (goggles plastic bening, kacamata pengaman, pelindung
wajah dan visor), topi, gaun pelindung, apron, pelindung kaki
(sepatu boot karet atau sepatu kulit tertutup).
e. Pemakaian APD hendaknya sesuai dengan indikasi pemakaian.
f. Untuk APD yang disposable setelah dipakai dibuang ditempat
sampah infeksius yang telah disediakan, sedangkan untuk APD
yang akan dipakai kembali, dilakukan penatalaksanaan sesuai
prosedur.
3. Pengelolaan limbah
a. Puskesmas berkewajiban menurunkan resiko infeksi salah
satunya dengan cara pengelolaan limbah yang tepat.
b. Pengelolaan Limbah dapat dilakukan mulai dari identifikasi,
pemisahan, labeling, packing, penyimpanan, pengangkutan dan
penanganan sesuai jenis limbah.
4. Pengendalian lingkungan
a. Pengendalian lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelayanan
kesehatan lainnya merupakan salah satu upaya pencegahan
pengendalian infeksi di Puskesmas Banyudono I.
b. Untuk mencegah terjadinya infeksi akibat lingkungan dapat
diminimalkan dengan melakukan pembersihan lingkungan,
disinfeksi permukaan lingkungan yang terkontaminasi dengan
darah atau cairan tubuh pasien, melakukan pemeliharaan
peralatan medik dengan tepat, mempertahankan mutu air
bersih, mempertahankan ventilasi udara yang baik.
5. Perlindungan Kesehatan karyawan
a. Karyawan Puskesmas Banyudono I diwajibkan menerapkan
prinsip-prinsip PPI yaitu kewaspadaan standar dan
kewaspadaan berbasis transmisi sesuai dengan indikasi dalam
melaksanakan tugasnya sehari-hari.
b. Karyawan Puskesmas Banyudono I terutama karyawan medis
dan paramedis, berhak mendapatkan vaksinasi hepatitis B
secara bertahap.
c. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur
paska pajanan, kemudian Tim PPI menindaklanjuti dan
mengevaluasi.
d. Karyawan Puskesmas Banyudono I yang merawat pasien
menular melalui udara harus mendapatkan pelatihan mengenai
cara penularan dan penyebaran, tindakan pencegahan dan
pengendalian infeksi yang sesuai prosedur bila terpajan.
Karyawan yang tidak terlibat langsung dengan pasien harus
diberi penjelasan umum mengenai penyakit tersebut.
6. Praktek menyuntik yang aman
a. Semua petugas medis dan paramedis Puskesmas Banyudono I
wajib melakukan praktik menyuntik yang aman sesuai dengan
prosedur.
b. Praktek menyuntik menggunakan jarum yang steril, sekali
pakai, pada tiap suntikan untuk mencegah kontaminasi pada
peralatan injeksi dan terapi.
c. Bila menggunakan vial multidose, sebaiknya tetap digunakan
sekali pakai karena jarum atau spuit yang dipakai ulang untuk
mengambil obat dalam vial multidose dapat menimbulkan
kontaminasi mikroba yang dapat menyebar saat obat dipakai
untuk pasien lain.
7. Hygiene respirasi (etika batuk)
a. Kebersihan pernapasan dan etika batuk adalah dua cara
penting untuk mengendalikan penyebaran infeksi di
sumbernya.
b. Semua pasien, pengunjung, dan petugas kesehatan harus
dianjurkan untuk selalu mematuhi etika batuk dan kebersihan
pernapasan untuk mencegah sekresi pernapasan.
c. Etika batuk dilakukan dengan cara saat batuk atau bersin :
Tutup hidung dan mulut, segera buang tisu yang sudah
dipakai, lakukan kebersihan tangan.
8. Pemrosesan peralatan perawatan pasien
a. Pemrosesan peralatan perawatan pasien yang dianjurkan untuk
mengurangi penularan penyakit dari instrumen yang kotor,
sarung tangan bedah, dan barang-barang habis pakai lainnya
adalah (precleaning/prabilas), pencucian dan pembersihan,
sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau sterilisasi.
b. Precleaning/prabilas: Proses yang membuat benda mati lebih
aman untuk ditangani oleh petugas sebelum dibersihkan
(umpamanya menginaktivasi HBV, HBC, dan HIV) dan
mengurangi, tapi tidak menghilangkan, jumlah mikroorganisme
yang mengkontaminasi. Proses ini adalah dengan melakukan
perendaman dengan memakai detergen atau larutan enzymatic
sampai seluruh permukaan alat terendam.
c. Pembersihan : Proses yang secara fisik membuang semua
kotoran, darah atau cairan tubuh lainnya dari benda mati
ataupun membuang sejumlah mikroorganisme untuk
mengurangi risiko bagi mereka yang menyentuh kulit atau
menangani objek tersebut. Proses ini adalah terdiri dari
mencuci sepenuhnya dengan sabun atau detergen dan air atau
enzymatic, membilas dengan air bersih, dan mengeringkan.
d. Disinfeksi Tingkat Tinggi (DTT): Proses menghilangkan semua
mikroorganisme, kecuali beberapa endospora bakterial dari
objek, dengan merebus, menguapkan atau memakai disinfektan
kimiawi.
e. Sterilisasi : Proses menghilangkan semua mikroorganisme
(bakteria, virus, fungi dan parasit) termasuk endospora
bakterial dari benda mati dengan uap tekanan tinggi (otoklaf),
panas kering (oven), sterilan kimiawi, atau radiasi.
f. Seluruh pemrosesan peralatan perawatan pasien dilakukan
sesuai prosedur.
9. Penatalaksanaan linen
a. Puskesmas berupaya menjamin manajemen laundry dan linen
yang benar.
b. Puskesmas berupaya mencegah terjadinya kontaminasi pada
pakaian atau lingkungan.
c. Semua linen yang sudah digunakan harus dimasukkan ke
dalam kantong/wadah yang tidak rusak saat dingkut.
a. Pengantongan ganda tidak diperlukan untuk linen yang sudah
digunakan.
10. Penempatan pasien
a. Prosedur isolasi harus dilakukan dalam pelayanan untuk
melindungi pasien, pengunjung dan staf terhadap penyakit
menular dan melindungi pasien yang immunosuppressed dari
infeksi.
b. Pasien immunosupresi ditempatkan di ruang isi satu yang
terpisah dengan pasien infeksius.
c. Pasien dengan penyakit menular melalui udara / airbone
maupun melalui kontak harus dirawat di ruang isolasi (bila
memungkinkan) untuk mencegah transmisi langsung atau tidak
langsung.
d. Bila tindakan isolasi tidak memungkinkan maka dilakukan
kohorting (pasien dengan diagnose yang sama ditempatkan
secara berdekatan).
e. Penunggu pasien infeksius harus menggunakan masker.
f. Akses transfer pasien infeksius harus terpisah dengan pasien
non infeksius.
g. Setiap pasien infeksius harus diberikan masker pada saat
transportasi/transfer, karena belum ada jalur khusus pasien
infeksius.

E. KEBIJAKAN PELAKSANAAN KEWASPADAAN BERDASARKAN


TRANSMISI
1. Kewaspadaan transmisi kontak
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang rawat terpisah, bila tidak mungkin
kohorting, bila keduanya tidak mungkin maka pertimbangkan
epidemiologi mikrobanya dan populasi pasien. Tempatkan
dengan jarak >1 meter (3 kaki) antar TT (tempat tidur). Jaga agar
tidak ada kontaminasi silang ke lingkungan dan pasien lain.
b. Transport pasien
Batasi gerak, transport pasien hanya kalau perlu saja. Bila
diperlukan pasien keluar ruangan perlu kewaspadaan agar risiko
minimal transmisi ke pasien lain atau lingkungan.
c. Penggunaan APD petugas
1) Petugas memakai sarung tangan bersih non steril, lateks saat
masuk ke ruang pasien, ganti sarung tangan setelah kontak
dengan bahan infeksius (feses, cairan drain), lepaskan sarung
tangan sebelum keluar dari kamar pasien dan cuci tangan.
2) Petugas memakai gaun bersih, tidak steril saat masuk ruang
pasien untuk melindungi baju dari kontak dengan pasien,
permukaan lingkungan, barang diruang pasien, cairan diare
pasien, ileostomy, colostomy, luka terbuka. Lepaskan gaun
sebelum keluar ruangan. Jaga agar tidak ada kontaminasi
silang ke lingkungan dan pasien lain.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Bila memungkinkan peralatan nonkritikal dipakai untuk 1
pasien atau pasien dengan infeksi mikroba yang sama.
Bersihkan dan disinfeksi sebelum dipakai untuk pasien lain.
2. Kewaspadaan transmisi droplet
a. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah, bila tidak mungkin
kohorting. Bila keduanya tidak mungkin, buat pemisah dengan
jarak > 1 meter antar TT dan jarak dengan pengunjung.
Pertahankan pintu terbuka, tidak perlu penanganan khusus
terhadap udara dan ventilasi.
b. Transport pasien
Batasi gerak dan transportasi untuk batasi droplet dari pasien
dengan mengenakan masker pada pasien dan menerapkan
hygiene respirasi dan etika batuk.
c. Penggunaan APD petugas
Masker dipakai bila bekerja dalam radius 1 meter terhadap
pasien, saat kontak erat. Masker seyogyanya melindungi hidung
dan mulut, dipakai saat memasuki ruang rawat pasien dengan
infeksi saluran nafas.
d. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Tidak perlu penanganan udara secara khusus karena mikroba
tidak bergerak jarak jauh.
a) Kewaspadaan transmisi udara (airborne)
i. Penempatan Pasien
Tempatkan pasien di ruang terpisah yang mempunyai ; tekanan
negative, pertukaran udara 6-12 X /jam sebelum udara mengalir
ke ruang atau tempat lain di Puskesmas. Usahakan pintu ruang
pasien tertutup. Bila ruang terpisah tidak memungkinkan,
tempatkan pasien dengan pasien lain yang mengidap mikroba
yang sama, jangan dicampur dengan infeksi lain (kohorting)
dengan jarak >1 meter. Konsultasikan dengan Tim PPI
Puskesmas sebelum menempatkan pasien bila tidak ada ruang
isolasi dan kohorting tidak memungkinkan.
ii. Transport pasien
Batasi gerakan dan transport pasien hanya kalau diperlukan
saja. Bila perlu untuk pemeriksaan pasien dapat diberi masker
bedah untuk cegah menyebarnya droplet nuclei.
iii. Penggunaan APD petugas
Kenakan masker respirator (N95 / Kategori N pada efisiensi 95%)
saat masuk ruang pasien atau suspek TB paru. Orang yang
rentan seharusnya tidak boleh masuk ruang pasien yang
diketahui atau suspek campak, cacar air kecuali petugas yang
telah imun. Bila terpaksa harus masuk maka harus mengenakan
masker respirator untuk pencegahan. Orang yang pernah sakit
campak atau cacar air tidak perlu memakai masker.
Bila melakukan tindakan dengan kemungkinan timbul aerosol
maka APD yang digunakan adalah masker bedah, gaun, goggle,
dan sarung tangan.
iv. Pengelolaan peralatan perawatan pasien
Pengelolaan peralatan perawatan pasien sesuai pedoman TB CDC
”Guideline for Preventing of Tuberculosis in Healthcare Facilities”

F. KEBIJAKAN PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KARYAWAN DALAM


RANGKA PPI
1. Semua anggota Tim PPI Puskesmas Banyudono I wajib memiliki
sertifikat Pelatihan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi Tingkat
Dasar.
2. Semua pegawai baru Puskesmas Banyudono I Utara baik tenaga
medis maupun non medis wajib menjalani program orientasi
pegawai baru baik orientasi umum maupun khusus yang salah
satu materinya adalah pelatihan (in house traning) tentang
pencegahan dan pengendalian infeksi yang diselenggarakan oleh
Tim PPI.
3. Semua pegawai Puskesmas Banyudono I wajib mengikuti pelatihan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi tingkat dasar (bagi yang
belum pernah pelatihan) secara bertahap yang diselenggarakan
oleh Tim PPI.
4. Tim PPI harus mengembangkan program PPI yang
mengikutsertakan seluruh karyawan Puskesmas, pasien dan
keluarga, serta pengunjung lainnya.
5. Tim PPI harus memberikan pendidikan tentang PPI kepada
karyawan Puskesmas, pasien dan keluarga, serta pengunjung
lainnya.

G. KEBIJAKAN UPAYA PENCEGAHAN INFEKSI DALAM PEMASANGAN


ALAT KESEHATAN
1. Kebijakan Upaya Pencegahan Infeksi Saluran Kemih (ISK) terkait
pemasangan kateter (CAUTI / Catheter Assosiated Urinary Tract
Infection)
a) Pemasangan kateter dikerjakan oleh petugas yang memahami
dan trampil dalam tehnik pemasangan secara aseptic dan
perawatan kateter sesuai prosedur.
b) Penggantian urin dilakukan setiap 8 jam atau bila pada
keadaan tertentu.
c) Kateter dipasang pada saat diperlukan saja berdasarkan
indikasi.
2. Kebijakan Upaya Pencegahan Phlebitis terkait pemasangan infus
a) Pemasangan infuse dikerjakan oleh petugas yang memahami
dan terampil dalam teknik pemasangan secara aseptic dan
perawatan infuse sesuai prosedur.
b) Pemilihan tempat penusukan untuk menghindari resiko
inflamasi dan infeksi.
c) Pemindahan tempat penusukan setiap 32 jam.

H. KEBIJAKAN PELAKSANAAN SURVEILANS


1. Tim PPI menyusun dan menerapkan program komprehensif untuk
mengurangi resiko dari infeksi terkait pelayanan kesehatan pada
pasien, tenaga pelayanan kesehatan dan pengunjung termasuk
mengembangkan program surveillance infeksi yang relevan, yang
dilaksanakan secara bertahap dan berkesinambungan, terintegrasi
dengan program peningkatan mutu dan keselamatan pasien yaitu
indikator mutu yang berhubungan dengan masalah infeksi, dalam
hal ini pemantauan CAUTI dan phlebitis.
2. Surveilance HAIs merupakan suatu kegiatan pengumpulan data
yang sistematis, analisis dan interpretasi yang terus-menerus dari
data HAIs yang penting untuk digunakan dalam perencanaan,
penerapan dan evaluasi suatu tindakan yang berhubungan dengan
pencegah dan pengendalian infeksi di puskesmas yang
didesiminasikan secara berkala kepada pihak-pihak yang
memerlukannya.
3. Metode yang digunakan adalah metode surveillance target yang
meliputi surveillance proses dan surveillance hasil.
4. Surveilance dilakukan oleh tim PPI.
5. Laporan hasil surveillance dibuat setiap bulan dan tahunan yang
dibuat oleh Tim PPI yang diserahkan kepada Kepala Puskesmas.
6. Hasil surveillance disosialisasikan kepada seluruh karyawan
melalui rapat bulanan, kemudian evaluasi bersama untuk
mendapatkan solusi dan tindak lanjut.
7. Apabila terjadi infeksi yang tinggi dilakukan analisa dan tindak
lanjut.
8. Tindak lanjut disampaikan ke setiap unit kemudian dievaluasi pada
bulan berikutnya.
I. KEBIJAKAN PENGADAAN BAHAN DAN ALAT UNTUK PPI
1. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas tentang
pengadaan alat dan bahan yang sesuai dengan prinsip PPI dan
aman bagi yang menggunakan.
2. Pengadaan bahan dan alat tersebut dilaksanakan oleh Unit
Farmasi.

J. KEBIJAKAN PEMELIHARAAN FISIK DAN SARANA TERKAIT PPI


3. Tim PPI memberikan masukan kepada Kepala Puskesmas yang
menyangkut konstruksi bangunan, renovasi ruangan, cara
pemrosesan alat, penyimpanan alat dan linen sesuai dengan
prinsip PPI.
4. Untuk pemeliharaan fisik dan sarana bekerjasama dengan
penanggung jawab pemeliharaan sarana dan prasarana
puskesmas.
5. Tim PPI Puskesmas harus melakukan pemeriksaan kualitas udara
secara berkala untuk mengurangi resiko infeksi selama
pembangunan / renovasi.

K. KEBIJAKAN KESEHATAN KARYAWAN


6. Karyawan Puskesmas Banyudono I diwajibkan menerapkan
prinsip-prinsip PPI yaitu kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berbasis transmisi sesuai dengan indikasi dalam melaksanakan
tugasnya sehari-hari.
7. Karyawan yang terpajan infeksi harus melakukan prosedur paska
pajanan, kemudian Tim PPI menindaklanjuti dan mengevaluasi.
8. Karyawan Puskesmas Banyudono I yang tidak memiliki kartu BPJS
atau asuransi kesehatan lainnya, berhak mendapatkan pelayanan
kesehatan gratis di Puskesmas Banyudono I baik rawat jalan,
maupun rawat inap sesuai kebijakan Kepala Puskesmas.

L. KEBIJAKAN PENANGANAN KEJADIAN LUAR BIASA (KLB)


9. Tim PPI segera melakukan investigasi masalah atau KLB
nosokomial.
10. Tim PPI segera melaporkan adanya KLB kepada Kepala Puskesmas
11. Tim PPI melakukan upaya mencari sumber infeksi dengan
pemeriksaan mikrobiologik.
12. Tim PPI mengusulkan kepada Kepala Puskesmas untuk menutup
ruangan rawat bila diperlukan karena potensial menyebarkan
infeksi.
5. Bila memungkinkan pasien yang mengalami KLB infeksi
nosokomial dirawat di ruang isolasi, bila tidak memungkinkan
maka dilakukan kohorting.
6. Petugas yang merawat pasien tersebut wajib menggunakan APD
sesuai dengan kewaspadaan standar dan kewaspadaan berbasis
transmisi.
7. Apabila terjadi outbreak bencana alam seperti gunung meletus,
gempa bumi dan sebagainya Tim PPI harus sigap melakukan
pencegahan infeksi, misalnya membagikan masker, menutup
ruangan, pembersihan ruangan secara berkala dll.
KEPALA PUSKESMAS BANYUDONO I

YUSTINA NUGRAHETI

Anda mungkin juga menyukai