Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pentingnya penerapan dari Etika dalam perencanaan diartikan sebagai batasan-batasan sistem
dan tata nilai minimum dalam ruang, waktu dan kondisi tertentu yang dipersyaratkan untuk
menjamin keberlangsungan proses perencanaan guna mencapai tujuan. Pada hakikatnya, etika
perencanaan sangat diperlukan oleh setiap perencana sebagai pengendali prilaku pihak yang
terlibat dalam perencanaan

Upaya menciptakan ruang yang nyaman, produktif, dan berkelanjutan pada saat ini masih
menghadapi tantangan yang berat, hal ini ditunjukan oleh masih banyaknya permasalahan yang
mencerminkan bahwa kualitas Pada dasarnya untuk merencanakan dan mengendalikan tata ruang
tersebut menggunakan dua prinsip. Prinsip yang pertama adalah mengenali dan merumuskan
berbagai fungsi yang harus dilaksanakan pada tingkat regional dan lokal. Prinsip yang kedua
adalah menentukan kerangka kebijakan nasional dimana bermacammacam masalah
pembangunan akan dipecahkan pada tingkat atau hierarki yang sesuai pada tingkat nasional,
regional atau lokal.

Perencanaan tata ruang merupakan kegiatan merumuskan dan menetapkan manfaat ruang dan
kaitannya atau hubungan antara berbagai manfaat ruang, berdasarkan kegiatan-kegiatan yang
perlu dan dapat di laksanakan untuk memenuhi kebutuhan manusia dimasa yang akan datang.
Dengan demikian perencanaan tata ruang akan menghasilkan rencana tata ruang untuk
memberikan gambaran tentang ruang mana.

Dalam Pedoman rencana pembangunan di Indonesia saat ini mengacu pada dua rancangan
yaitu :
a. Sistem rencana Pembangunan yang berpedoman pada UU No 25 thn 2004. Sistem
Rencana Pembangunan dituangkan dalam RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang)
setiap 20 tahun, RPJM (Rencana Pembangunan Jangka Menengah) setiap 5 tahun, dan
Rencana Strategis Instansi Pemerintah yang di rancangkan setiap tahunnya. Sistem Rencana
Pembangunan dilaksanakan oleh Bappenas, BP3D (di tingkat daerah) dan Kementrian
Keuangan
b. Sistem rencana Keruangan yang berpedoman pada UU No 2006 thn 2007 RPJM. Sistem
rencana Keruangan dituangkan dalam RTRWN, RTRWP, RTRW Kabupaten/Kota dan
kemudian lebih detail menjadi Rencana Detail Tata Ruang.
Kedua sistem perencanaan pembangunan ini seharusnya bersinergi satu sama lain. RTRW
diharapkan bisa menjadi arahan ruang bagi pembangunan fisik yang terus berkembang dengan
sangat cepat, hal ini bertujuan untuk dapat menciptakan pembangunan yang berkelanjutan.Akan
tetapi pada penerapannya kedua rancangan pembangunan ini sering kali tidak sejalan, RTRW
malah sering kali dianggap sebagai penghambat laju pertumbuhan wilayah.
Hal ini yang menyebabkan terhambat nya RTRW di sinyalir karena banyaknya kepentingan
dari pihak-pihak tertentu bahkan di beberapa daerah penyusunan RTRW yang ditunggangi
berbagai kepentingan akhirnya menyeret pejabat publik ke ranah hukum terkait kasus korupsi.
Kasus korupsi yang terjadi di beberapa daerah dalam penyusunan RTRW kurang lebih bermotif
sama, yaitu pejabat publik menerima suap agar melegalkan suatu fungsi kawasan untuk agar
dapat di manfaatkan pelaku usaha (HTI, Perumahan, Perkebunan dll).
Dalam penataan ruang korupsi rawan terjadi baik dalam proses penyusunan, pelaksanaan
maupun penertiban tata ruang. Dalam proses penyusunan, korupsi dapat terjadi karena adanya
kepentingan sektoral. Dalam proses pelaksanaan, korupsi dapat terjadi karena ada nya pemberian
izin penggunan lahan, sedangkan dalam proses penertiban banyak nya pelanggaran tata ruang
yang tidak dapat di lakukan penegakan hukum atasnya.

Gubernur nonaktif Riau Annas Maamun didakwa telah menerima suap Rp 2 miliar dari
pengusaha sawit Gulat Medali Emas Manurung dan politikus Demokrat Edison Marudut
Marsadauli Siahaan. Suap untuk memuluskan alih fungsi lahan dari Hutan Tanaman Industri
(HTI) menjadi Areal Penggunaan Lain (APL) milik Gulat dan Edison.

Dan saat suap yang dijejalkan kepada Annas karena saat itu dia telah memasukkan areal
kebun sawit Gulat cs ke dalam surat revisi usulan perubahan luas bukan kawasan hutan di
Provinsi Riau sebagaimana permintaan Gulat. Areal tersebut di Kabupaten Kuantan Singingi
seluas 1.188 hektare dan Bagan Sinembah di Kabupaten Rokan Hilir seluas 1.214 hektare.

Berdasarkan dakwaan para Jaksa Penuntut Umum Komisi Pemberantasan Korupsi Kresno
Anto Wibowo, suap yang sampai ke tangan Annas dimulai pada Agustus 2014. Dan itu Saat
peringatan hari ulang tahun Riau, 9 Agustus 2014, Annas menerima kunjungan Menteri
Kehutanan periode 2009-2014 Zulkifli Hasan. Zulkifli memberi Surat Keputusan Menteri
Kehutanan Nomor SK 673/Menhut-II/2014 tanggal 9 Agustus 2014 tentang Perubahan
Peruntukan Kawasan Hutan Menjadi Bukan Kawasan Hutan seluas 1.638.249 hektare;
perubahan fungsi kawasan hutan seluas 717.543 ha; dan Penunjukan Bukan Kawasan Hutan
Menjadi Kawasan Hutan seluas 11.552 ha di Provinsi Riau.

Gulat menyanggupi duit sebanyak US$ 166,100 atau setara Rp 2 miliar. Sebanyak Rp 1,5
miliar yang berasal dari duit Edison. Sementara sisanya Rp 500 juta merupakan duit Gulat. Duit
diserahkan Gulat pada Annas di Hotel Le Meredien, Jakarta pada 24 September 2014.. Dari
Perbuatan terdakwa merupakan tindak pidana sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam
Pasal 11 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001. tentang Perubahan
Atas UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Korupsi.

Dan Wan Amir menuturkan bahwa proses revisi RTRW Provinsi Riau saat ini diawali
dengan usulan pemerintah daerah kepada Kementerian Kehutanan. Menteri Kehutanan kemudian
menerbitkan Surat Keputusan Perubahan Peruntukan RTRW Riau untuk kembali dievaluasi oleh
pemerintah daerah. ktober 2014, KPK setidaknya telah memanggil 12 orang terkait kasus yang
melibatkan orang nomor satu di Riau itu. Dua diantaranya adalah Andaya Sinaga dan Hendra
Siahaan sebagai pegawai PT Anugerah Kelola Artha. KPK juga telah memeriksa petinggi PT
Duta Palma yang merupakan perusahaan kelapa sawit di Riau. Kemudian, lima orang pegawai
negeri sipil di lingkungan protokol pemerintahan provinsi juga ikut diperiksa KPK.

1.2 rumusan masalah


1. bagaimana masalah yang terjadi dengan kasus suap gubernur Provinsi riau tentang
rencana mengalihkan fungsi lahan kawasan hutan menjadi non hutan ?
2. apa etika perencanaan yang dilanggar oleh Gubernur Provinsi riau tentang rencana
mengalihkan fungsi lahan kawasan hutan menjadi non hutan ?
1.3 tujuan penelitian
1. untuk mengetahui tentang masalah yang terjadi dengan kasus suap gubernur Provinsi
riau tentang rencana mengalihkan fungsi lahan kawasan hutan menjadi non hutan
2. untuk mengetahui etika perencaanaan yang dilanggar oleh Gubernur Provinsi riau
tentang rencana mengalihkan fungsi lahan kawasan hutan menjadi non hutan

Anda mungkin juga menyukai