05 2 Bab Iv PDF
05 2 Bab Iv PDF
4.1 Umum
Pendesainan alat komposter ini dilakukan dengan melihat kondisi sampah yang
akan dimasukkan, sehingga pemilihan dan spesifikasinya mempengaruhi kinerja alat
yang dirancang. Bahan-bahan teknik yang digunakan dalam perancangan alat
diusahakan kokoh dan mampu mendukung kinerja alat, namun juga diusahakan
37
38
mudah diperoleh untuk menjaga keseimbangan bahan baku apabila ada usaha untuk
memproduksi dalam jumlah besar.
Hasil rancang bangun smart composter ini terdiri dari 10 bagian utama yaitu
rangka, hopper, tabung pencacah atas dan bawah, pisau pencacah, tabung
pengadukan, besi pengadukan, motor listrik, V-belt, pully dan ban roda. Sedangkan
daya dihitung sesuai dengan beban yang dtimbulkan dari unit pencacah dan
pengadukan. Keterangan detail desain alat dapat dilihat pada lampiran.
Pada pembuatan desain smart composter ini bahan untuk material yang
digunakan bermacam-macam sebagian besar adalah plat besi sesuai dengan ukuran
dan fungsi. Komponen utama seperti alat pencacah dan wadah pengadukan memakai
plat besi dengan ketebalan 1mm. seperti terlihat pada gambar 4.3.
Sedangkan rangka utama terbuat dari besi siku dan besi plat
sebagai landasan. Hopper terbuat dari besi plat tebal 1mm yang disatukan dengan
tabung pencacah atas dengan pengikatan yang dapat dilepas pasang agar proses
bongkar pasang dapat dilakukan dengan mudah.
Tabung pencacah terdiri dari pisau putar dan pisau tetap. Pisau putar terdiri
dari 16 pisau cacah dengan ukuran yang dipasang pada
poros penggerak menyatu dengan plat dudukan pisau putar. Pisau putar ini berfungsi
untuk menghancurkan sampah yang masuk ke dalam tabung pencacahan. Pisau tetap
terdiri dari 6 buah pisau pencacah dengan ukuran yang
41
diikat pada tabung pencacah bawah. Pisau tetap ini berfungsi untuk membantu proses
pencacahan yang dilakukan pisau putar. Serta 2 pisau pencacah kipas yang digunakan
untuk membalikkan hasil cacahan akan masuk ke dalam tabung selanjutnya.Desain
awal yang direncanakan adalah dengan membuat 2 pisau pencacah yang bisa di lepas
pasang dengan fungsi dapat mencacah sampah basah dan sampah kering. Namun,
banyak pertimbangan dari alat smart composter ini sehingga di buat 1 pisau pencacah
yang memiliki 3 fungsi berbeda . Dari ketiga jenis pisau yang digunakan dapat
mencacah sampah basah dan sampah kering. Dapat dilihat pada gambar 4.4.
ISO 9001
VEMA
SINGLE PHASE INDUCTION MOTOR
0,75 KW 1 HP 6,87 A
220 V 1420 r/min IP 54
INS.CL F 50 Hz No.VM12060667
43
( ) ( )
Kapasitas alat didasarkan pada jumlah pengungsi yang diambil yaitu sebanyak
100 jiwa karena penulis akan membuat alat yang portable (mudah dibawa dan
dipindahkan). Sedangkan untuk tim bulan sampah diambil dari SNI 19-3964-1994
44
Dengan massa jenis sampah rumah tangga 481 kg/m3(L Silva, 2013),
sehingga dapat menentukan kapasitas rata-rata tabung pencacah. Data sampah
yang dicacah pada Tabel 4.2.
=14430g/720s
= 20g/s
=14430g/515g
= 28/s
3) KecepatanPutaranPencacahan
Diketahui :
N1 = 1420 rpm
Sehingga, kecepatannya :
Pengujian smart portable composter berupa uji fungsional yang bertujuan untuk
mengetahui apakah hasil rancang bangun dapat berfungsi sesuai dengan desain yang
diharapkan. Jika tidak sesuai harus dilakukan modifikasi alat sampai menghasilkan
unjuk kerja yang baik.
Alat smart composter ini memiliki total tinggi yaitu 150 cm, dengan lebar 100
cm dan berat mencapai ±50 Kg. Hal ini menjadikan alat ini masih kurang nyaman
dikarenakan terlalu tinggi dalam proses memasukkan sampah kedalam pencacah. Alat
komposter ini memiliki keunggulan yaitu, pisau pencacah yang berfungsi dapat
mencacah sampah kering dan sampah basah, ukuran bahan yang diinginkan dapat
diperoleh dalam satu kali proses pencacahan dan dapat dipindah-pindah dengan
bantuan roda sehingga dapat memudahkan penggunanya khususnya para pengungsi
dalam menggunakan alat secara aman dan nyaman.
49
No Jenis Dokumentasi
Dalam sebuah pengomposan ukuran dari bahan baku juga berpengaruh dalam
proses pengomposan, semakin kecil ukuran dari bahan baku kompos makan proses
dari pengomposan juga berlangsung cepat. Dalam penelitian ini, ukuran dari bahan
baku kompos yang telah melalui proses pencacahan yaitu sebesar 10-15 mm diukur
dengan menggunakan penggaris.
51
4.5.3 Suhu
Untuk hasilsuhu yang di dapatkan dalam pembuatan pupuk kompos ini bisa
terbilang belum maksimal. Dalam kurun waktu 3 hari proses pengomposan, kompos
ditumbuhi beberapa jamur berwarna putih namun pada beberapa hari selanjutnya
jamur-jamur tersebut menghilang dan bahan baku organik yang tadinya masih
berwarna hijau telah berubah warna menjadi coklat kehitaman. Namun, ada beberapa
bahan kompos yang masih belum terurai secara maksimal yaitu dari batang bambu
kecil.
Pada gambar 4.7 ini dapat dilihat pada tanggal 13-Agustus-2015 mencapai titik
tertinggi yaitu 35⁰C dan pada tanggal 10 dan 16 agustus 2015 mengalami suhu
rendah yaitu 30⁰C.
Suhu Pengomposan
36
35
34
33
Suhu (⁰C)
32
31
30
29 Suhu (⁰C)
28
27
Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari Hari
1 3 5 7 9 11 13 15 17 19
Tanggal Pengamatan
Untuk kompos hasil penelitian ini telah berubah warna menjadi coklat
kehitaman, bersifat gembur, dan tidak berbau menyengat lagi seperti pada awal mula
pengomposan. Jika dilihat dari karakteristik kompos diatas, maka dapat dikatakan
bahwa kompos hasil dari penelitian ini belum maksimal. Karena ada beberapa bahan
kompos yang masih belum terurai seperti batang-batang kecil dari bambu. Hal
disebabkan oleh terlalu kerasnya batang bambu yang dijadikan sebagai salah satu
bahan pembuatan kompos tersebut, namun bahan baku kompos lainnya seperti nasi,
roti, buah pepaya, sayuran hijau(kol, sawi, dan kangkung) telah terurai.Untuk
menghitung suhu kompos pada penelitian ini menggunakan alat untuk mengukur
suhu kompos ini dinamakan thermometer (air raksa). Thermometer ini menggunakan
air raksa yang berisi zat cair sebagai sensor dan dipilih jenis kaca berdaya hantar
panas yang baik. Dari pengamatan suhu yang didapatkan pada kompos hasil
penelitian yang di lakukan yaitu naik turun dengan jumlah rata-rata suhu 31,5 derajat
53
celcius. Dengan suhu awal sebesar 30 derajat celcius dan suhu celcius. Dalam
pengomposan ini suhu tertinggi yang didapat sebesar 32 derajat celcius.
Sementara itu, hasil dari sampel uji yang telah melalui proses penelitian di
Laboratorium Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Yogyakarta yang
terlampir pada lampiran , didapatkan nilai pada parameter yang diujikan yaitu C-
organik dengan menggunakan metode (Walkley & Black) spektrofotometri IK 5.4.k
sebesar 25.0 %, C/N rasio dengan menggunakan metode kalkulasi sebesar 37.3, dan
N total dengan menggunakan metode Kjeldahl, Titrasi IK 5.4.l sebesar 0.67 %. Jika
dilihat dari hasil uji yang didapatkan maka nilai pada parameter C/N rasio tidak
memenuhi batas standar mutu yang seharusnya yaitu sebesar 15-25 dan untuk nilai C-
organik telah melewati batas minimal yaitu sebesar 15 %. Hal ini terjadi karena bahan
dari kompos yaitu sampah hijau dari rumah tangga lebih mendominasi dibandingkan
sampah kering serta akibat pengaruh waktu pengomposan yang hanya berlangsung
selama 20 hari serta sementara itu waktu optimal dalam proses pengomposan
berlangsung selama 40-60 hari (Hadisuwito, 2007).
Dari pembahasan diatas dapat disimpulkan untuk hasil dari kompos tersebut
belum maksimal dikarenakan karena beberapa faktor yaitu lamanya waktu
pengomposan, suhu, dan nilai C/N rasio yang tinggi. Tinggi rendahnya suhu
pengomposan sangat bergantung pada jenis bahan yang dikomposkan. Bahan dengan
C/N ratio tinggi akan sulit mencapai suhu tinggi sebaliknya bahan-bahan dengan C/N
ratio rendah akan dengan cepat mencapai suhu tinggi. Semakin tinggi suhu yang bisa
dicapai maka akan semakin cepat pula proses pengomposan (Sutanto, 2002).