Anda di halaman 1dari 41

PT.

PIKI
Perum Permata Cibubur Blok I 5 No.6 Cileungsi Bogor
Telp. 082310907639

0821 1386 0959 Piki.14042014@gmail.com FB:YPIKI.ID Piki Btcls piki btcls


Airway Breathing Management
Hasil Belajar
Setelah mengikuti mata pelatihan ini peserta mamapu

Melakukan Penatalaksanaan Pasien


dengan Gangguan Pernapasan dan Jalan
Napas

Piki.14042014@gmail.com
Indikator Hasil Belajar
Setelah mengikuti mengikuti mata pelatihan ini peserta mampu

Menjelaskan konsep jalan


1 napas dan pernapasan

Melakukan pembebasan
2 jalan napas

Melakukan Penatalaksanaan
3
Pernapasan
Piki.14042014@gmail.com
Materi Pokok & Sub Materi
1 Menjelaskan konsep jalan
napas & Pernapasan
Pembebasan jalan napas dan
2 pernapasan : tehnik manual
dan menggunakan alat bantu

3 Penatalaksanaan Pernapasan :
pemeriksaan fisik pada
breathing dan cara pemberian
oksigen dan ventilasi
Piki.14042014@gmail.com
Pengertian Serangkaian manuver dan prosedur medis/keperawatan yang
dilakukan untuk mencegah dan meringankan obstruksi jalan
nafas untuk mengetahui apakah korban bernafas dengan
normal atau tidak. ( BTCLS & Disaster Management,PIKI 2019)

Tujuan
1. Dapat mengenali tanda-tanda gangguan airway
dan breathing pada penderita gawat darurat
2. Dapat melakukan teknik menjaga jalan nafas
3. Dapat melakukan dengan benar Intubasi
4. Mampu melakukan metoda alternatif untuk
menjaga jalan nafas bila intubasi tidak dilakukan.
Anatomi Jalan Napas
1.Saluran Napas Atas
Rongga hidung
Faring
Laring
2. Saluran Napas Bawah
Trachea
Bronchus
Bronchiolus
Paru-Paru (Alveoli)
Pengakajian Jalan Napas
Progresif
KAJI !

Obstruksi

Parsial Total
Ta n d a S u m b a t a n J a l a n N a p a s
1. PENURUNAN KESADARAN
2. CYANOSIS
3. RETRAKSI
4. BERONTAK
5. GELISAH
6. SNORING
7. GURGLING
8. CROWING
Obstruksi Parsial
Penderita masih bisa bernapas, sehingga
menimbulkan suara tambahan

Penyebab
o CAIRAN (GURGLING) SUCTIONING
o MENGOROK (SNORING) OPA/NPA
o ANATOMIS (CROWING) OPA/NPA

Control Cervical pada Pasien trauma


Obstruksi PROGRESIF
Trauma Inhalasi
Udema laring akibat luka bakar
Obstruksi total akut
Tersedak/choking ( biasanya disebabkan
oleh benda asing yang menyumbat jalan
napas)

Ciri/tanda

Tangan memegang
leher

Mulut terbuka

Sianosis

Berontak

Tidak sadarkan diri Abd.thrust


(Manuever Heimlich)
back slaps chest thrusts
subdiaphragmatic Abd.trhust pada anak
Cara membuka jalan napas
Sumbatan Pangkal Lidah

Lidah jatuh menyumbat di hipofaring

Pasien tidak sadar

Tindakan mengangkat pangkal lidah


Tindakan Pada Obstruksi Partial Pra Hospital
Artificial airway/Jalan napas buatan

oropharigeal Airway (OPA)


1. Menahan lidah pada bagian belakang
faring
2. Utk mempermudah proses suctioning
3. Untuk menghindari tergigitnya ETT
4. Digunakan pada pasien tidak sadar

Nasopharigeal Airway (NPA)


digunakan pada pasien yang bernapas
spontan, dan memiliki rangsang batuk /
muntah
Tehnik Pemasangan OPA

Tujuan :
1. Menahan lidah pada bagian
belakang Faring
2. Untuk mempermudah proses
suction
3. Untuk menghindari tergigit
nya ETT
4. Digunakan pada pasien tidak
sadar
Tehnik Pemasangan NPA
Tehnik Pemasangan Larygeal Mask Airway
ADVANCE AIRWAY MANAGEMENT
Endotracheal Intubasi
NEEDLE CRICOTHYROIDOTOMY

Orotracheal intubasi

nasotracheal intubasi ( Blind


Intubasi)
INDIKASI AIRWAY DEFINITIF

1 Adanya apnea

Ketidakmampuan mempertahankan airway


2 dengan cara lain

3 Adanya resiko aspirasi :darah/muntah

Ancaman segera/potensial sumbatan airway…cedera inhalasi,


4 fraktur wajah, hematoma retrofarigeal

5 Cedera kepala ( gcs < 8)

6 Ketidak mampuan mempertahankan oksigenisasi dengan BVM


Persiapan alat Airway definitif
dengan istilah “STATICS”

S : Stetoscope,Laringoscopy
T : Tubue :ETT dengan 3 kombinasi nomor
A : Airway ,BVM,OPA,NPA,SAT 02
T : Tape/plester, Gunting
I : Introducer ,Mandrain,Klem Magil,Mouth Gag
C : Connector penghubung ETT ke Ambubag
S : Suction,spuit,sarung tangan,selang 02,Silocain jel ,
Tehnik Pemasangan Intubasi
Intubasi Naso-trachea : Intubasi Oro-trachea

 Jika pasien  Tanpa /


apnea dengan obat
 Dengan sedasi pelumpuh otot
 Dengan atau  Menggunakan
tanpa obat sedasi
pelumpuh  Persiapan alat
otot lengkap
 Perhatikan  Perhatikan
pengembngan malposisi
paru  Selalu bersiap
untuk kriko-
tirotomi

Pemasangan intubasi < 30 detik


Prosedur Intubasi
1. Siapkan peralatan (STATICS) dan obat-obatan

2. Dekatkan trolly emergency

3. Alirkan NGT (pasien puasa sebelum intubasi)

4. Pastikan balon ETT mengembang

5. Masukan Mandrain ke ETT

6. Siapkan suction menyala

7. Berikan obat-obatan sesuai indikasi (premedikasi)

8. Lakukan TPV (Tekanan Positif Ventilasi) menggunakan BVM.

9. Posisikan pasien “Sniffing Position” sehingga, faring, laring menjadi satu aksis

10. Bila diperlukan lakukan penekanan pada tulang rawan krikoid (Sellick’s Manuver)

11. Lakukan suction bila perlu.

12. Masukan ETT sepanjang blade ke dalam trakea 2-3 cm melewati pita suara

13. Kembang cuff 20-30 cmH20

14. Auskultasi bunyi di lapang paru dan gaster.

15. Plester dan dokumentasi no ETT dan level

16. Hubungkan dengan Ventialtor

17. Evaluasi dengan Foto Thoraks.

18. Bila Perlu menggunakan video laryngoscope


NEEDLE CRICOTHYROIDOTOMY

APABILA INTUBASI TIDAK BISA DILAKUKAN


( FRAKTUR MAKSIL/FASIALIS BERAT)

Jet Insuflation/Jet Ventilation( 30-45 menit)

Mengunakan IV catheter nomor 14


BREATHING MANAGEMNET

Memperbaiki fungsi ventilasi dengan cara memberikan


pernafasan buatan untuk menjamin kebutuhan oksigen dan
Pengertian pengeluaran gas CO2.

Menjamin pertukaran udara/O2 di paru-


Tujuan paru secara normal.
BREATHING MANAGEMNET
Penilaian awal

Pergerakan dinding
LOOK dada

LISTEN SUARA NAPAS

FEEL Hembusan Napas


Menilai pernafasan

Tanda distres nafas


Napas normal atau distres

Ada luka dada terbuka 1. Nafas dangkal dan cepat


2. Gerak cuping hidung (flaring
nostril)
Pneumothoraks tension 3. Tarikan sela iga (retraksi)
4. Tarikan otot leher (tracheal
tug)
Patah iga ganda (curiga Flail Chest)
5. Nadi cepat
6. Hipotensi
7. Vena leher distensi
•Ada Hemothoraks 8. Sianosis (tanda lambat)

Ada emfisema bawah kulit


Alat yang digunakan
OXYMETRI

SATURASI OKSIGEN INTERPRETASI INTERVENSI

95 - 100 % NORMAL O2 4 Liter/menit


Nasal kanul
Hypoxia ringan /sedang Face Mask 6 - 10 liter/menit
91-94 %
85 % - 90 % Hypoksia sedang - berat Face Mask 8 - 12 liter/menit
Ventilation (BVM)

< 90 Hypoxia sedang - berat HFNC (High Flow Nasal


Canule) atau NIV (Non
Invasive ventilation)
< 85 % Hypoxia berat ( mengancam Nyawa) Assisted Ventilation
Pemeriksaan Fisik

Inspeksi Palpasi Auskutasi Perkusi

 Respirasi
 gerakan
Rate
dada,
 Simetris  Vasikuler  Sonor
simetris
 Dispnoe  Wheezhing  Hipersonor
 Krepitasi
 Sianosis  Ronchi  timpani
 Nyeri
 CRT
tekan
OKSIGENASI

Flow/Concentrat Alat Flow Rate Delivery O2


Low Flow Low Nasal Canule 1-5 LPM 25-45 %
Concentration
Low Flow High Simple Mask 6-10 LPM 35- 60 %
Concentration

Rebreathing Mask 8-12 LPM 80 %


Non Rebreathing Mask 10-15 LPM 95 %
High Flow Low Venturi Mask 4 - 12 24- 50 %
Concentration
HFNC (High Flow Nasal Canul) & NIV (NonInvasif Ventilation)
NIV
HFNC Evaluasi penggunaan dalam 1-2 jam pertama
target parameter
Evaluasi Pemberian HFNC setiap 1-2jam dengan o Subjektif : keluhan dispnea mengalami
menggunakan Indeks ROX perbaikan, pasien tidak gelisah
Indeks ROX = (SpO2/FiO2)/Laju napas o Fisiologis : laju pernapasan < 30x/mnt,
Work of Breathing menurun,
Rox Indeks > 4,88 jam ke pada jam ke-2, 6 dan 12 hemodinamik stabil
maka tidak membutuhkan ventilasi mekanik o Objektif : SpO2 92-96%, PaCO2 : 30-
55mmHg, PaO2 >60 mmHg, p/f ratio >
Jika Indeks ROX < 3,85 maka risiko tinggi intubasi 200, Tidal Volume 6-8 ml/kgBB
o Jika 1-2 jam pertama target tidak tercapai
maka lakukan ventilasi mekanik.

Misal : Tn. X SpO2 93%,


FiO2 80 %, RR : 32
x/mnt, maka Indeks
ROX : 3,67

Sumber : Pedoman Tatalaksana Covid 19 edisi 3 Tahun2020


VENTILASI MEKANIK
Setelah pasien terintubasi maka
ETT dihubungkan dengan Mesin
Ventilator

T-piece Ventilation

Jakson Rees Breathing Circuit


BANTUAN
VENTILASI
BILA ADA TRAUMA MENYEBABKAN GANGGUAN BREATHING
KAJI DAN ATASI PENYEBAB NYA

Trauma Thoraks yang dapat


mengancam Jiwa
Diagnosa Keperawatan

1.In - efektif bersihan jalan napas b/d penumpukan cairan


( Sekret, darah, sputum, dan penuruanan kemampuan batuk)

2.Ggn pertukaran gas b/d kurang nya suplai oksigen

3.Defisit perawatan diri b/d kelemahan fisik

4.Resti infeksi b/d pemasangan alat invasif


Diagnosa Keperawatan : In-efektif bersihan jalan napas b/d penumpukan cairan ( Sekret,
darah, sputum, dan penuruanan kemampuan batuk)
ASKEP
Kriteria Hasil : Jalan napas paten, SpO2 95-100 %, Laju napas
KEGAWATDARURATAN
Normal, tidak menggunakan otot pernapasan.
RESPIRASY
Intervensi Keperawatan PADA
• Monitor tingkat kesadaran dan status mental
PASIEN COVID-19
• Monitor status respirasi (TV, pola nafas, RR,WOB,SpO2,
suara nafas, palpasi dan inspeksi kesimetrisan paru)
• Monitor kepatenan jalan napas.
• Air way Mangement (Menggunakan NPA,OPA)
• Berikan Oksiegen sesuai kebutuhan
• Lakukan suctioning sesuai indikasi
• Pertahankan kepatenan jalan nafas dan adanya sumbatan
jalan nafas
• Kolaborasi dalam melakukan Intubasi dilanjutkan
pemberian Ventilasi Mekanik
• Monitor pemeriksaan penunjang (AGD, CXR)
Video intubasi…
Kesimpulan
1. HIPOKSIA DAPAT DICEGAH DENGAN CARA
MEMPERTAHANKAN KEBERSIAHN AIRWAY
2. KEMATIAN DAPAT DICEGAH DENGAN CARA
MENGENALI GGN AIRWAY BREATHING DAN
TDK TERLAMBAT SERTA TEPAT
PENANGANANNYA
3. PEMBERIAN OKSIGENASI YANG TEPAT DAPAT
MENCEGAH HIPOKSIA.
Any question
DAFTAR PUSTAKA
American College of Emergency Physicians. (2000). Basic Trauma Life Support : for Paramedics and other Provides :
Brady
Black, J,M., & Hawks, J.H.( 2010). Medical –surgical Nursing : Clinical Management For Positip Outcomes, Eigth Edition. St
Louis, Missouri : saunders.
Doenges, E, Marillyn, Mary Frances Moorhause, Alice C. Geissler. (2002). Rencana Asuhan Keperawatan. (Edisi 3). Jakarta :
EGC
Hipgabi. (2013). Emergency Nursing Intermediate Level. Jakarta : Hipgabi
Lumbantoruan at All (2019). Basic Trauma Cardiac Life Suport : edisi 3. Jakarta :
Medatama Restian,
Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, & Camera. (2011). Medicalsurgical Nursing : assessment and management of Clinicla
Problems : Eighth Edition. St.Louis, Missouri : Elsevier.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. (2020). Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Coronavirus Disease (Covid-
19),revisi ke-5. Jakarta : Kementrian Kesehatan RI.
Smeltzer, C.S. et All. (2013). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddath. Edisi 9. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai