Anda di halaman 1dari 7

Lex Privatum, Vol.II/No.

1/Jan-Mar/2014

HUKUM PEMBUKTIAN DALAM PERKARA Hukum pembuktian merupakan salah


PERDATA1 satu bidang hukum yang cukup tua
Oleh : Darliyanti Ussu2 umurnya. Hal ini karena manusia dan
masyarakat seprimitif apapun dia, pada
ABSTRAK hakikatnya memiliki rasa keadilan, di
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui mana rasa keadilan tersebut akan
bagaimana penentuan alat bukti oleh tersentuh jika ada putusan hakim yang
hakim dan bagaimana pembagian beban menghukum orang yang tidak bersalah
pembuktian untuk pihak – pihak yang atau membebaskan orang yang bersalah
berperkara. Penelitian skripsi ini ataupun memenangkan orang yang tidak
menggunakan metode penelitian yuridis berhak dalam suatu persengketaan. Agar
normative dan dapat disimpulkan, bahwa: tidak sampai di putuskan secara keliru
1. Dalam hal ini Hakim akan menentukan seperti itu, dalam suatu proses peradilan
hal yang harus di buktikan itu tidak di perlukan pembuktian – pembuktian.
hanya kejadian – kejadian atau peristiwa – Pembuktian dalam ilmu hukum
peristiwa yang di sangkal oleh pihak merupakan suatu proses baik dalam
lawan saja yang di buktikan tetapi acara perdata, acara pidana maupun
adanya suatu hak juga dapat di buktikan, acara – acara lainnya, di mana dengan
seperti yang tercantum dalam pasal 1865 menggunakan alat – alat bukti yang sah,
KUHPerdata dan dalam Pasal 163 HIR. di lakukan tindakan dengan prosedur
Sedangkan hal yang tidak harus di khusus untuk mengetahui apakah suatu
buktikan seperti keadaan yang telah di fakta atau pernyataan, khususnya fakta
ketahui oleh umum ( notoir feiten ), atau pernyataan yang di persengketakan
sesuatu yang telah di akui oleh pihak di pengadilan yang di ajukan dan di
lawan, serta sesuatu yang di temukan nyatakan oleh salah satu pihak dalam
sendiri atau di lihat sendiri oleh hakim proses pengadilan itu benar atau tidak
selama proses persidangan. 2. Beban seperti yang di nyatakan itu. 3
pembuktian itu dapat di berikan kepada Dalam ilmu hukum suatu pembuktian
para pihak baik penggugat maupun tidak bersifat logis akan tetapi bersifat
tergugat, dengan mengajukan alat – alat kemasyarakatan.
bukti yang bisa membuktikan atau Banyak sejarah hukum menunjukkan
meyakinkan Hakim bahwa apa yang di betapa karena salah paham dalam
ungkapkannya memang benar, dan Hakim menilai pembuktian, seperti karena saksi
berdasarkan pertimbangan dari hasil berbohong, maka pihak yang sebenarnya
pengamatannya selama proses tidak bersalah harus meringkus di dalam
persidangan akan menentukan pihak penjara karena di nyatakan bersalah oleh
mana yang harus membuktikan, dan hakim. Sebaliknya banyak juga karena
dengan kebenarannya itu akan di jadikan salah dalam menilai alat bukti, atau
dasar untuk mengambil putusan akhir. tidak cukup kuat alat bukti, orang yang
Kata kunci: Pembuktian, Perdata sebenarnya bajingan dan telah
melakukan kejahatan bisa di putuskan
PENDAHULUAN bebas oleh pengadilan. Kisah peradilan
A. LATAR BELAKANG MASALAH sesat seperti itu selalu saja terjadi dan
akan terus terjadi karena keterbatasan
3
Munir Fuady, Teori Hukum Pembuktian ( Pidana
1
Artikel Skripsi dan Perdata ), P.T. Citra Aditya Bakti, Bandung,
2
NIM 030711351 2006, hal. 9.

127
Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

hakim, jaksa, advokat, hukum. C. METODE PENULISAN


Utamanya hukum acara dan hukum Penelitian ini menggunakan metode
pembuktian. Dengan demikian, untuk penelitian yang termasuk jenis
menghindari atau setidaknya penelitian normatif, di mana penulis
meminimalkan putusan – putusan meneliti dan mempelajari norma yang
pengadilan yang tersesat tersebut, terdapat dalam peraturan perundang –
kecermatan dalam menilai alat bukti di undangan ataupun norma yang mengatur
pengadilan sangat di harapkan, baik tentang pembuktian dalam buku ke IV
dalam kasus perdata maupun kasus Kitab Undang-Undang Hukum Perdata,
pidana. sehingga dalam pelaksanaannya sesuai
Dengan demikian, nampaklah bahwa dengan peraturan yang berlaku.
pembuktian itu hanyalah di perlukan
dalam persengketaan atau perkara di PEMBAHASAN
muka hakim atau pengadilan. Jika si A. PENENTUAN ALAT PEMBUKTIAN
penjual barang tidak menyangkal bahwa OLEH HAKIM
si pembeli sudah membayar harga Seperti di simpulkan dari pasal 178 (
barang yang di beri dan telah di 1 ) HIR, maka yang harus di buktikan
terimanya maka pembeli itu tidak adalah peristiwa dan bukan hukumnya.
perlu membuktikan bahwa ia sudah Hukumnya tidak harus di ajukan atau di
membayar harga barang tadi. Jika hak buktikan oleh para pihak, tetapi secara
waris seorang anak angkat atas barang ex officio di anggap di ketahui dan di
peninggalan bapak angkatnya, tidak di terapkan oleh hakim ( ius curia novit ).
bantah oleh sesuatu pihak, maka ia tidak Jadi hakim dalam proses perdata
perlu membuktikan hak warisnya terutama harus menemukan dan
tersebut. menentukan peristiwanya atau hubungan
Perselisihan mengenai utang piutang hukumnya dan kemudian menetapkan
atau warisan seperti di sebutkan atau hukumnya terhadap peristiwa yang telah
juga di namakan perselisihan mengenai di tetapkannya itu.
hak - hak perdata, artinya hak-hak yang Karena itu hakim harus melakukan
berdasarkan hukum perdata atau hukum pengkajian terhadap peristiwa – peristiwa
sipil adalah semata-mata termasuk tersebut, kemudian memisahkan mana
kekuasaan atau wewenang hakim atau peristiwa yang penting ( relevant ) dan
pengadilan untuk memutuskannya. Dalam mana yang tidak penting ( irrelevant ).
hal ini hakim atau pengadilan ini Peristiwa – peristiwa yang penting itulah
merupakan alat perlengkapan dalam yang harus di buktikan. Sedangkan
suatu negara hukum yang di tugaskan peristiwa yang tidak penting tidak
menetapkan perhubungan hukum yang perlu di buktikan. Dalam perkara utang
terlibat dalam perselisihan atau piutang misalnya, maka tidaklah relevan
persengketaan. bagi hukum tentang warna sepatu yang
di pakai oleh penggugat dan tergugat
B. PERUMUSAN MASALAH pada waktu mengadakan perjanjian
1. Bagaimana penentuan alat bukti oleh utang piutang tersebut, akan tetapi yang
hakim ? relevan adalah apakah antara penggugat
2. Bagaimana pembagian beban dan tergugat pada waktu dan tempat
pembuktian untuk pihak – pihak yang tertentu benar – benar mengadakan
berperkara ? perjanjian utang piutang dan sah
menurut hukum.

128
Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

Selain itu karena adanya pendapat dan pembuktian itu hendaknya di


bahwa hanya sesuatu yang dapat dilihat wajibkan kepada pihak yang paling
dengan pancaindra saja yang dapat di sedikit di beratkan. Dengan demikian
buktikan adalah terlalu sempit. segala peristiwa yang menimbulkan
Sedangkan sebenarnya di dalam hukum sesuatu hak harus di buktikan oleh
itu kita menghadapi hal – hal yang lebih orang yang menuntut hak tersebut,
dari apa yang dapat kita lihat dengan sedangkan peristiwa yang menghapuskan
pancaindra yaitu hal – hal yang tidak hak harus di buktikan oleh pihak yang
dapat di lihat seperti : hak milik, menyangkal hak tersebut.
piutang, hak waris dan perikatan
sehingga kita dapat membuktikan barang B. PEMBAGIAN BEBAN PEMBUKTIAN
– barang itu secara langsung. Suatu masalah yang sangat penting
Jadi dengan demikian di muka sidang dalam hukum pembuktian adalah
pengadilan itu harus di buktikan fakta – masalah pembagian beban pembuktian.
fakta atau peristiwa – peristiwa untuk Hukum pembuktian harus menentukan
membenarkan adanya suatu hak. dengan tegas kepundak siapa beban
Selanjutnya, apabila penulis meneliti pembuktian ( burden of proof, burden of
pasal – pasal yang tersebut di bawah ini producing evidence ), harus di letakkan.
yaitu Pasal 1865 KUHPerdata : Setiap Menjadi suatu kewajiban bagi pengadilan
orang mendalilkan bahwa ia mempunyai ( hakim ), bahwa dalam memeriksa suatu
sesuatu hak, atau guna meneguhkan perkara yang di ajukan kepadanya yang
haknya sendiri maupun membantah suatu harus menjadi pokok perhatiannya
hak orang lain, menunjuk pada suatu adalah kepentingan – kepentingan para
peristiwa, di wajibkan membuktikan pihak yang berperkara. Dalam arti
adanya hak atau peristiwa tersebut. Dan harus di jaga jangan sampai kepentingan
Pasal 163 HIR yang berbunyi : salah satu pihak yang berperkara itu di
Barangsiapa yang mengatakan ia rugikan oleh pihak lain, jadi kepentingan
mempunyai hak, atau ia menyebutkan kedua belah pihak yang berperkara
suatu perbuatan untuk menguatkan tersebut harus benar – benar di
haknya itu, atau untuk membantah hak lindungi, di dalam menjaga kepentingan
orang lain, maka orang itu harus kedua belah pihak yang berperkara
membuktikan adanya hak itu atau agar sungguh – sungguh terjamin dan
adanya kejadian itu. tidak ada yang di rugikan itulah yang
Dalam pasal 163 HIR terdapat azas merupakan tugas pengadilan ( hakim )
“ siapa yang mendalilkan sesuatu dia yang tidak mudah.
harus membuktikannya “. Secara sepintas Malikul Adil dalam bukunya :
lalu, azas tersebut kelihatannya sangat Pembaharuan Hukum Perdata,
mudah. Sesungguhnya dalam praktek mengatakan bahwa “ Hakim yang
merupakan hal yang sangat sukar insyaf akan arti kedudukannya tidak
untuk menentukan secara tepat, siapa akan lupa bahwa dalam membagi – bagi
yang harus di bebani kewajiban untuk beban pembuktian, ia harus bertindak
membuktikan sesuatu. Sebagai patokan jujur dan sportif, tidak akan
dapat di kemukakan, bahwa hendaknya membebankan kepada suatu pihak untuk
tidak selalu satu pihak saja yang di membuktikan hal yang tidak dapat
wajibkan memberikan bukti, akan tetapi dibuktikan. ’’
harus di lihat secara kasus demi Menurut Munir Fuady, memberikan
kasus, menurut keadaan yang konkrit definisi tentang beban pembuktian adalah

129
Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

suatu penentuan oleh hukum tentang 12 – 1957 No. 197 K / Sip / 1956 ).
siapa yang harus membuktikan suatu Dalam perkara N.V. Cultuur
fakta yang di persoalkan di Maatschappy “ bayabang “ ; R.C. Immink.
pengadilan, untuk membuktikan dan Susunan majelis 1. R. Wirjono
meyakinkan pihak manapun bahwa fakta Prodjodikoro; 2. Sultan Kali Malikul Adil ;
tersebut memang benar – benar terjadi 3. R. Soekardono.
seperti yang di ungkapkannya, dengan Dengan kata lain kedua belah pihak
konsekuensi hukum bahwa jika tidak yang berperkara baik penggugat maupun
dapat di buktikan oleh pihak yang di tergugat dapat di bebani pembuktian.
bebani pembuktian, fakta tersebut di Ada yang mengajarkan bahwa peristiwa –
anggap tidak pernah terjadi seperti yang peristiwa yang menerbitkan atau
di ungkapkan oleh pihak yang menimbulkan sesuatu hak, ia harus di
mengajukan fakta tersebut di pengadilan. buktikan oleh pihak yang menuntut hak
Soal pembagian beban pembuktian ini di tersebut, sedangkan peristiwa – peristiwa
anggap sebagai suatu soal hukum atau yang mematikan atau menghapuskan
soal yuridis, yang dapat di perjuangkan hak tersebut, harus di buktikan oleh
sampai tingkat kasasi di muka pihak yang membantah hak itu. Ajaran
pengadilan kasasi, yaitu Mahkamah ini dapat di terima, tetapi hendaknya
Agung. Dan apabila tidak adil dalam hakim dalam membagi beban
melakukan pembagian beban pembuktian pembuktian itu, dalam tingkat
itu, di anggap sebagai suatu pelanggaran terakhir menitiberatkan pada
hukum atau undang – undang yang pertimbangan keadilan. Selain itu
merupakan alasan bagi Mahkamah Agung hendaknya di jaga jangan sampai hakim
untuk membatalkan putusan hakim atau itu memerintahkan pembuktian
pengadilan yang bersangkutan. sesuatu hal yang negatif. Misalnya si
Pasal 1865 KUHPerdata yang telah di pembeli dapat lebih mudah
sebutkan tadi, atau pasal 163 HIR ( membuktikan bahwa ia sudah
pasal 283 RBG ) mengatakan setiap membayar, dari pada si penjual di
meneguhkan haknya sendiri maupun suruh membuktikan bahwa ia belum
membantah hak orang lain, menunjuk menerima pembayaran.
pada suatu di wajibkan membuktikan Jadi dapatlah kiranya di simpulkan
adanya hak atau peristiwa tersebut. bahwa yang di maksud dengan masalah
Sebenarnya bermaksud memberikan beban pembuktian adalah masalah yang
pedoman dalam hal pembagian beban dapat menentukan jalannya pemeriksaan
pembuktian itu. Dalam sengketa jual beli perkara dan menentukan hasil perkara
di mana pihak pembeli mendalilkan yang pembuktiannya itu harus di lakukan
bahwa ia belum menerima seluruh oleh para pihak (bukan hakim) dengan
barang yang di belinya menurut kontrak, jalan mengajukan alar – alat bukti dan
sedang pihak penjual membantah dengan hakimlah (berdasarkan pertimbangan
mengemukakan bahwa ia telah dengan melihat situasi dan kondisi dari
menyerahkan seluruh barang yang di perkara / di lihat kasus demi kasus)
perjualbelikan, pihak pembeli harus di yang akan menentukan pihak mana
bebani pembuktian mengenai adanya yang harus membuktikan, dan yang
kontrak dan pembayaran yang telah di kebenarannya itu di jadikan salah satu
lakukan sedang pihak penjual mengenai dasar untuk mengambil putusan akhir.
barang – barang yang telah di serahkan. ( Di samping pasal 1865 KUHPerdata
putusan Mahkamah Agung, tanggal. 30 – dan 163 HIR yang merupakan asas

130
Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

umum beban pembuktian, hukum materil hidup, maka harus di buktikan


menetapkan dengan tegas tentang beban bahwa orang yang tidak karuan
pembuktian, antar lain : tempat tinggalnya itu, adalah masih
1. Pasal 1244 KUHPerdata, adanya hidup pada waktu yang di
keadaan yang memaksa harus di maksudkan melekat pada orang
buktikan oleh pihak debitur. tersebut.
2. Pasal 1365 KUHPerdata, pihak yang 8. Pasal 533 KUHPerdata, seseorang
menuntut penggantian kerugian yang menguasai barang tidak perlu
akibat perbuatan melanggar hukum, membuktikan itikad baiknya, tetapi
harus membuktikan adanya orang yang mengemukakan adanya
kesalahan. itikad buruk itu harus
3. Pasal 1394 KUHPerdata, adanya membuktikannya.
kwitansi yang berturut – turut tanggal 9. Pasal 535 KUHPerdata, seseorang
pembayarannya sebanyak tiga yang telah memulai menguasai
kwitansi, membebaskan debitur sesuatu untuk orang lain, maka ia
untuk membuktikan pembayaran – selalu di anggap meneruskan
pembayaran yang lebih dulu. penguasaan itu, kecuali terbukti
4. Pasal 1769 KUHPerdata, adanya sebaliknya.
bukti pembayaran pokok uang 10. Pasal 486 ( 2 ) KUHDagang, pihak
pinjaman di anggap terbukti telah pengangkut barang harus
membayar bunga dari pinjaman mengganti kerugian yang di derita
tersebut. Lazimnya seorang yang pemilik barang, apabila barangnya
mengatakan sudah membayar yang di angkut tidak / hanya
utangnya, di wajibkan membuktikan sebagian di serahkan kepada pemilik
pembayaran itu. itu, kecuali jika si pengangkut dapat
5. Pasal 1977 KUHPerdata ( 1 ), membuktikan, bahwa tidak di
seseorang yang menguasai barang serahkannya barang itu adalah
bergerak di anggap sebagai akibat dari suatu peristiwa yang di
pemiliknya. Lazimnya seseorang luar kemampuan manusia.
pemilik harus dapat membuktikan
hak miliknya, tetapi setiap pemegang Dalam bidang hukum pembuktian
barang bergerak ( bezitter ) di perdata, hukum sudah dengan tegas
bebaskan dari kewajiban pembuktian menentukan beban pembuktian tersebut.
itu. Hal ini terjadi untuk beberapa
6. Pasal 252 KUHPerdata, seorang suami kemungkinan, yaitu :
dapat manyangkal seorang anak yang 1. Dalam hal pembuktian mutlak ( strict
lahir dari istrinya, sebagai anaknya liability ).
yang sah, apabila ia dapat 2. Dalam hal terdapat praduga hukum.
membuktikan bahwa dalam waktu 3. Dalam hal telah di tentukan dengan
antara 300 hari dan 180 hari tegas dalam undang – undang.
sebelum lahirnya anak itu, tidak “ 4. Dalam hal di tentukan dalam suatu
berkumpul “ dengan istrinya. kontrak, sepanjang tidak melanggar
7. Pasal 489 KUHPerdata, seseorang ketertiban umum.
yang menyatakan mempunyai hak
yang di dapat dari orang yang tidak Dalam hal pembuktian mutlak (strict
karuan tempat tinggalnya dan tidak liability), sudah jelas kepada siapa beban
karuan apakah orang itu masih pembuktian di pikulkan, misalnya,

131
Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

menurut undang – undang tentang sesuatu yang telah di akui oleh pihak
lingkungan hidup, beban pembuktian di lawan, serta sesuatu yang di temukan
pikulkan ke pundak pemilik pabrik yang sendiri atau di lihat sendiri oleh
di duga mengotori lingkungan. Dalam hakim selama proses persidangan.
bidang hukum konsumen undang – 2. Beban pembuktian itu dapat di
undang konsumen memberikan beban berikan kepada para pihak baik
pembuktian ke pundak produsen. Dalam penggugat maupun tergugat, dengan
hal – hal tertentu, undang – undang telah mengajukan alat – alat bukti yang bisa
dengan tegas menentukan siapa membuktikan atau meyakinkan Hakim
pemikul beban pembuktian tetapi bukan bahwa apa yang di ungkapkannya
dalam arti beban pembuktian mutlak memang benar, dan Hakim
(strict liability), karena itu unsur “ berdasarkan pertimbangan dari hasil
kesalahan “ masih di persyaratkan pengamatannya selama proses
misalnya, dalam hal keadaan memaksa persidangan akan menentukan pihak
harus di buktikan oleh debitur ( vide mana yang harus membuktikan, dan
pasal 1244 KUHPerdata ). Logikanya dengan kebenarannya itu akan di
debiturlah yang berkepentingan agar jadikan dasar untuk mengambil
suatu keadaan di nyatakan sebagai putusan akhir.
keadaan memaksa, seperti untuk
menghindari pemberian suatu ganti rugi. B. SARAN
Dalam hal perbuatan melawan hukum, 1. Bahwa dalam hal ini hakim harus
pihak yang menuntut ganti rugilah yang lebih memperhatikan hal yang relevan
harus membuktikan adanya kesalahan untuk di lakukan pembuktian
dari pelaku perbuatan tersebut. ( vide sedangkan hal yang tidak relevan
pasal 1365 KUHPerdata ). Memberi beban tidak lagi di lakukan pembuktian.
bukti kepada salah satu pihak dalam 2. Bahwa dalam hal pembagian beban
proses dapat di anggap sedikit banyak pembuktian karena merupakan suatu
memberikan kerugian pada pihak yang di masalah yang sangat penting dalam
bebani wajib bukti, karena dalam hal hukum pembuktian maka haruslah
yang bersangkutan tidak berhasil dengan seorang hakim bersifat jujur, adil serta
pembuktiannya ia akan di kalahkan tidak berat sebelah dalam mengambil
(resiko pembuktian). suatu keputusan, karena jika ini di
langgar maka akan sangat berat dan
PENUTUP dapat menjerumuskan salah satu
A. KESIMPULAN pihak yang bersengketa ke dalam
1. Dalam hal ini Hakim akan jurang kekalahan, dan memenangkan
menentukan hal yang harus di pihak lawan yang sebenarnya berada
buktikan itu tidak hanya kejadian – di pihak yang kalah.
kejadian atau peristiwa – peristiwa
yang di sangkal oleh pihak lawan saja DAFTAR PUSTAKA
yang di buktikan tetapi adanya suatu Asnawi Natsir M., Hukum Pembuktian
hak juga dapat di buktikan, seperti Perkara Perdata di Indonesia, UII
yang tercantum dalam pasal 1865 Press, Yogyakarta, 2013.
KUHPerdata dan dalam Pasal 163 HIR. A. S Sugeng Bambang, Sujayadi, Hukum
Sedangkan hal yang tidak harus di Acara Perdata dan Dokumen Litigasi
buktikan seperti keadaan yang telah Perkara Perdata, Kencana Prenada
di ketahui oleh umum (notoir feiten), Media Group, Jakarta, 2011.

132
Lex Privatum, Vol.II/No. 1/Jan-Mar/2014

Fuady Munir, Teori Hukum Pembuktian ( dalam Teori dan Praktek, CV. Mandar
Pidana dan Perdata ), PT. Citra Aditya Maju, Bandung, 2005.
Bakti, Bandung, 2006. Syahrani Riduan, Buku Materi Dasar
Kansil C. S. T, Christine S. T. Kansil, Modul Hukum Acara Perdata, PT. Citra Aditya
Hukum Perdata ( Termasuk Asas – asas Bakti, Bandung, 2009.
Hukum Perdata ), PT. Pradnya
Paramita, Jakarta, 2006. Sumber – sumber lain :
Makarao Taufik Moh, Pokok – Pokok Kitab Undang – Undang Hukum Dagang (
Hukum Acara Perdata, PT. Rineka wet boek van kophandel ).
Cipta, Jakarta, 2004. Bahan Kuliah : Hukum Perdata, Fakultas
Mertokusumo Sudikno, Hukum Acara Hukum Universitas Sam Ratulangi,
Perdata Indonesia, Liberty, Yogyakarta, Manado.
2009. http:abdulaffandi.wordpress.com/2012/09/
Muljono Wahyu, Teori & Praktik 05/pembuktian-dalam-perkara-perdata-
Peradilan Perdata Di Indonesia, bagaimana-seharusnya-sikap-hakim/
Pustaka Yustisia, Yogyakarta, 2012. http:click-
Pitlo A, Pembuktian dan Daluwarsa gtg.blogspot.com/2009/06/pembuktian-
Menurut Kitab Undang – undang dalam-perkara-perdata.html.
Hukum Perdata Belanda, PT. http://profgunarto.files.wordpress.com/201
Intermasa, Jakarta, 1986. 2/12/alat-bukti-dalam-perkara-perdata-
Prodjohamidjojo Martiman, Hukum tugas.pdf.
Pembuktian ( Dalam sengketa Tata
Usaha Negara UU No. 5 Tahun 1986,
LN No. 77 ), PT. Pradnya Paramita,
Jakarta, 1997.
Rambe Ropaun, Hukum Acara Perdata
Lengkap, Sinar Grafika, Jakarta, 2002.
Rasaid Nur .M, Hukum Acara Perdata,
Sinar Grafika, Jakarta, 2008.
Samudera Teguh, Hukum Pembuktian
dalam Acara Perdata, Alumni, Bandung,
1992.
Setiawan, Aneka Masalah Hukum dan
Hukum Acara Perdata, Alumni,
Bandung, 1992.
Soeparmono R, Hukum Acara Perdata
dan Yurisprudensi, Mandar Maju,
Bandung, 2005.
Subekti R, R. Tjitrosudibio, Kitab Undang
– undang Hukum Perdata, PT. Pradnya
Paramita, Jakarta, 2003.
Subekti R, Hukum Pembuktian, PT.
Pradnya Paramita, Jakarta, 2008.
Sutantio Retnowulan, Iskandar
Oeripkartawinata, Hukum Acara
Perdata

133

Anda mungkin juga menyukai