Anda di halaman 1dari 12

Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan Penyakit Addison

diposting oleh hamdan-hariawan-fkp13 - 28 September 2013


kategori : Askep - 0 komentar
PENYAKIT ADDISON

1. A. Pengertian

Penyakit addison adalah suatu penyakit insufisiensi adrenokortikal, yaitu salah satu
hormon yang disekresi korteks adrenal yang memungkinkan tubuh untuk beradaptasi terhadap
segala jenis stress.

1. B. Etiologi

Insufisienci adrenal primer yang disebut penyakit addison terjadi akibat kerusakan
korteks adrenal atau fungsi korteks adrenal tidak adekuat untuk memenuhi kebutuhan pasien
akan hormon-hormon korteks adrenal, disebabkan :
- Penyakit ini biasanya autoimun, dan terjadi akibat antibodi IgG yang ditujukan pada
semua atau sebagian kelenjar adrenal.
- Penyakit addison juga dapat terjadi akibat pengangkatan kedua kelenjar atau infeksi,
misalnya TBC. Tbc kelenjar adrenal adalah penyebab umum insuficiensi adrenal dinegara
berkembang dan biasanya tidak sembuh dengan terapi infeksi.
- Tumor kelenjar adrenal destruktif juga dapat menyebabkan insufisienci adrenal
- Sekresi ACTH yang tidak adekuat dari kelenjar hipofisis
- Penghentian mendadak terapi hormon adrenokortikal.

Pengangkatan total kelenjar adrenal


Autoimun
Infeksi
Sekresi ACTH tidak adekuat
Penurunan stimulasi korteks adrenal
Tumor
Difungsi hipotalamus (hipopituitarisme)
pelepasan ACTH tidak ada
Penghentian mendadak terapi kortikosteroid
INSUFISIENSI ADRENOKORTIKOL
Ketika individu mendapat kadar farmakologis kortikosteroid, sekresi ACTH oleh hipofisis
dihambat dengan cara umpan balik negatif. Apabila obat yang di programkan dihentikan
mendadak, hipofisis tetap berada dalam periode refraktori dan tidak mensekresi ACTH selama
periode yang lama. Bahkan, terapi glukokortikoid oral dalam beberpa minggu dapat
menyebabkan supresi ACTH sehingga terjadi insufisiensi adrenal sekunder selam beberpa
bulan. Terapi yang bijaksana untuk penyakit inflamasi dengan glukokortikoid selama sekitar
kurang dari 10 hari tidak akan menyebabkan supresi hipofisis.

1. C. Patofisiologi

D. Gambaran klinis

1.
1. Depresi karena kadar kortisol mempengaruhi mood dan emosi.
2. Keletihan, yang berkaitan denagn hipoglikemia dan penurunan glukoneogenesis.
3. Anoreksia, muntah, diare, mual.
4. Hiperpigmentasi kulit apabila kadar ACTH tinggi (insufisiensi adrenal primer)
karena ACTH memiliki efek mirip hormon perangsang melanin (melanin
stimulating hormone) pada kulit.
5. Rambu t tubuh yang tipis pada wanita apabila sel adrenal penghasil androgen
rusak atau apabila kadar ACTH sangat rendah.
6. Ketidakmampuan berespons terhadap situasi stres, mungkin menyebabkan
hipotensi berat dan syok.

Perangkat diagnostik

1.
1. Riwayat dan pemeriksaan fisik yang baik akan membantu mendiagnosis defisiensi
glikokortikoid.
2. Pemeriksaan darah yang mengukur kadar CRH, ACTH dan glukokortikoid yang
berbeda akan memungkinkan diagnosis kondisi dan lokalisasi masalah ditingkat
SSP atau kelenjar adrenal.
3. Hiponatremia, hiperkalemia, dan hipotensi dapat terjadi apabila sel adrenal yang
menghasilkan aldosteron rusak atau apabila kadar ACTH tidak terdeteksi.

1. F. Komplikasi

Dapat terjadi krisis adrenal setelah stres fisik atau mental pada individu yang terkena. Hal ini
dapat mengancam jiwa dan ditandai denngan deplesi volume, hipotensi, dan kolaps vaskuler.

1. G. Penatalaksanaan
1. Penggantian glukokortikoid seperti penggunaan hidrokortison atau kortison asetat
diperlukan.
2. Pemberi perawatan kesehatan harus memantau riwayat penyesuaian dosis
glukokortikoid, kejadian merugikan yang potensial mencakup setiap krisis sejak
kunjungan terakhir, kemampuan individu untuk mengatasi stresor setiap hari,
barat badan individu, dan tanda yang menunjukkan penggantian yang berlebihan
atau penggantian yang kurang.
3. Pemantauna tekanan darah, edema perifer, natrium serum, kalium serum, dan
aktivitas renin plasma memberi petunjuk keefektifan terapi.
4. Penggantian aldosteron (hanya pada insufisiensi adrenal primer) dapat diperlukan.
5. Pemberian glukokortikoid mungkin perlu ditingkatkan selama periode stres, yang
mencakup infeksi, trauma, dan pembedahan. Morbiditas dan mortalitas tinggi
tanpa terapi.
6. Apabila penyebab insufisiensi adrenal berkaitan dengan tumor hipofisis,
insufisiensi adrenal dapat diobati dengan kemoterapi, radiasi, atau pembedahan.

1. H. Proses Keperawatan
2. a. Pengkajian
1. Aktivitas / istirahat

 Gejala : lelah, nyeri / kelemahan pada otot (terjadi perburukan setiap hari ), tidak mampu
beraktivitas atau bekerja.
 Tanda : peningkatan denyut jantung/ nadi pada aktivitas yang minimal. Penurunan
kekuatan dan rentang gerak sendi. Depresi, gangguan konsentrasi, penurunan inisiatif /
ide, letargi.

1. Sirkulasi

 Tanda : hipotensi termasuk hipotensi postural, takikardi, disritmia, suara jantung


melemah, nadi perifer melemah, pengisian kapiler memanjang, exstemitas dingin,
sianosis, dan pucat. Membran mukosa hitam keabu-abuan (peningkatan pigmentasi).

1. Integritas ego

 Gejala : Adanya riwayat faktor stres yang baru dialami, termasuk sakit fisik
pembedahan, perubahan gaya hidup,ketidakmampuan mengatasi stress.
 Tanda : ansietas, peka rangsang, depresi, emosi tak stabil.

1. Eliminasi

 Gejala : diare sampai dengan adanya konstipasi. Kram abdomen, perubahan frekuensi
dan karakteristik urine.
 Tanda : diuresis yang diikuti dengan oliguria.
1. Makanan / cairan

 Gejala : anoreksi berat (gejala utama), mual/ muntah, kekurangan zat garam, berat badan
menurun dengan cepat.
 Tanda : turgor kulit jelek, membran mukosa kering.

1. Neorusensori :

 Gejala : pusing, sinkope (pingsan sejenak ), gemetar, sakit kepala yang berlangsung lama
yang diikuti oleh diaforesis. Kelemahan otot, penurunan toleransi terhadap keadaan
dingin atau stress. Kesemutan / baal/ lemah.
 Tanda : disorientasi ( waktu , tempat, ruang ) karena kadar natrium rendah, letargi,
kelelahan mental, peka rangsang, cemasa, koma( dalam keadaan krisis), parastesia,
paralisis, astenia (pada keadaan krisis). Rasa kecap/ penciuman berlebihan, ketajaman
pendengaran juga meningkat.

1. Nyeri / kenyamanan :

 Gejala : nyeri otot, kaku perut, nyeri kepala. Nyeri tulang belakang, abdomen,
ekstremitas ( pada keadaan krisis).

1. Pernafasan

 Gejala : dispnea
 Tana : kecepatan pernafasan meningkat, takipnea, suara napas krakel, ronki ( pada
keadaan infeksi)

1. Keamanan

 Gejala : tidak toleran terhadap panas, cuaca panas.


 Tanda : hiperpigmentasi kulit yang menyeluruh atau hitam berbintik-bintik. Peningkatan
suhu, demam yang diikuti dengan hipotermi (keadaan krisis). Otot menjadi kurus,
gangguan atau tidak mampu berjalan.

10. Seksualitas

 Gejala : adanya riwayat menopause dini, amenorea, hilangnya tanda-tanda seks sekunder,
hilangnya libido.

11. Pemnyuluhan / pembelajaran

 Gejala : adanya riwayat keluarga DM, TB, kanker, tiroiditis, anemia pernisosa.

b. Diagnoa keperawatan :

1.
1. Kekurangan volume cairan b/d kelebihan natrium dan kehilangan cairan melalui
ginjal, kelenjar keringat dan saluran GI
2. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d defisiensi
glukokortikoid, metabolisme lemak abnormal, protein dan karbohidrat, mual/
muntah dan anoreksia.
3. Kelalahan b/d penurunan produksi energi metabolisme, perubahan kimia tubuh,
ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan glukosa.
4. Resiko tinggi terhadap penurunancurah jantung b/d menurunnya penurunanaliran
darah vena berubahnya kecepatan, irama dan konduksi jantung, perubahan ukuran
otot dan metabolisme abnormal.
5. Resiko tinggi terhadap perubahan proses fikir b/d penurunan kadar natrium,
hipoglikemia, gangguan keseimbangan asam basa.
6. Resiko tinggi terhadap harga diri rendah situsional b/d adanya kondisi fisik yang
memerlukan sepanjang hidup, perubahan pigmentasi kulit, berat badan.
7. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d
kurang mengingat, kesalahan interpretasi informasi dan keterbatasn kognitif.

c. Intervensi keperawatan :

1.
1. Kekurangan volume cairan b/d kelebihan natrium dan kehilangan cairan melalui
ginjal, kelenjar keringat dan saluran GI

Ditandai dengan : mual/ muntah, kelemahan, haus, kehilangan berat badan,diare, urine banyak,
takikardi lelah.
Kriterian hasil : menunjukkan perbaikan keseimbangan cairan : pengeluaran urine adekuat (batas
normal), TTV stabil, tekanan nadi perifer jelas, turgor kulit baik, pengisian kapiler baik,
membran mukosa lembab.
Intervensi Rasional
1. Dapatkan riwayat tentang lama 1. Membantu memperkirakan penurunan
dan intensitas gejala dari volume total cairan.
pasien atau keluarga.
2. Pantau TTV, catat perubahan
tekanan darah pada perubahan
posisi, kekuatan nadi perifer. 1. Hipotensi postural merupakan bagian
hipovolemia akibat kekurangan hormon
aldosteron dan penurunan curah jantung
sebagai akibat penurunan kortisol.
2. Memberikan perkiraan kebutuhan akan
penggantian volume cairan dan
1. Ukur dan timbang BB setiap
keefektifan pengobatan. Kenaikan BB
hari
yang cepat akibat retensi cairan dan
2. Kaji rasa haus, kelelahan, nadi
natriumm akibat pengobatan steroid.
cepat,pengisian kapiler
3. Untuk mengindikasikan berlanjutnya
memanjang, turgor kulit jelek,
membran mukosa kering, hipovolemia dan mempengaruhi
warna kulit dan temperatur. kebutuhan pengobatan.
3. Periksa perubahan status 4. Dehidrasi berat menurunkan curah
mental dansensori . jantung dan perfusi jaringan otak.
4. Auskultasi bising usus. Catat 5. Kerusakkan fungsi cairan cerna
mual dan muntah . menigkatkan kehilangan cairan dan
5. Berikan perawatan mulut elektrolit.
secara teratur. 6. Membantu menurunkan rasa tidak
6. Pertahankan kenyaman nyaman dan pertahankan kerusakkan
lingkungan. Lindungi pasien membran mukosa.
dari cahaya atau sejenisnya 7. Menghindari panas berlebih mencegah
7. Anjurkan pasien untuk kehilangan cairan.
istirahata lebi banyak.

10. Anjurkan cairan oral > 3000


ml/hr sesuai dengan kemampuan 1. Mengurangi dan membatasi hipotensi
pasien. ortostatik dan menurunkan resiko
penurunan kesadaran dan trauma.
11. Kolaborasi pemberian cairan
(larutan salin dan larutan glukosa)
10. Kembalinya fungsi saluran cerna
memungkinkan pemberian cairan.
12. Kolaborasi pemberian obat 11. Sebagai cairan pengganti untuk mengatasi
(kortison) kekurangan natrium.
12. Obat pilihan untuk mengganti kekurangan
kortison dan meningkatkan reabsorbsi natrium.
13. Kolaborasi tentang pasang /
pertahankan kateter. 13. Memfasilitasi pengukuran haluaran dengan
akurat.
14. Pantau pemeriksaam laboratorium
. 14. Peningkatan kadar ureum dan kreatini
mengindikasikan kerusakkan tingkat sel karena
dehidrasi.

1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d defisiensi glukokortikoid,


metabolisme lemak abnormal, protein dan karbohidrat, mual/ muntah dan anoreksia.

Ditandai dengan : penurunan berat badan, kelemahan otot, kaku otot abdomen, diare,
hipoglikemia berat.
Kriteria hasil : tidak ada mual/ muntah, BB stabil atau meningkat
Intervensi Rasional
1. Auskultasi bising usus, kaji nyeri 1. Kekurangan kortisol dapat
perut, mual/ muntah. menyebabkan gejala gangguan
2. Catat adanya kulit dingin/ basah, gastriintestinal berat.
perubahan tingkat kesadran, nadi 2. Mengindikasikan pemberian
cepat, peka rangsang, nyeri kepala, glukokortikod karena hipoglikemia
sempoyongan. (tanda hipoglikemia)
3. Pantau pemasukkan makanan dan
timbang BB tiap hari.

1. Anoreksia, kelemahan dan kehilangan


pengaturan metabolisme
mengakibatkan penurunan BB. BB
1. Catat muntah tentang jumlah / yang meningkat cepat karena retensi
karakteristik. cairan.
2. Berikan / bantu perawatan mulut. 2. Untuk menentukan derajat
3. Berikan lingkungan yang nyaman kemampuan pencernaan.
untuk makan. 3. Meningkatkan nafsu makan
4. Berikan informasi tentang menu 4. Meningkatkan nafsu makan dan
pilihan. perbaiki pemasukkan oral.
5. Menstimulasi nafsu makan karena
menu yang disukai.
6. Glukosa untuk memperbaiki
1. Kolaborasi pemberian obat hipoglikemia, obat untuk
(androgen ) dan glukosa meningkatkan nafsu makan dan
memperbaiki tonus otot
7. Menentukan kebutuhan kalori yang
tepat
1. Kosultasi ahli gizi.
10. Menolong/mencegah hiponatremia.
10. Kolaborasi untuk tingkatkan diet
natrium
11. Mengurangi mual muntah, dan untuk
11. Berikan makanan porsi kecil tapi
memnuhi kebuthan kalori.
sering .

1. Kelalahan b/d penurunan produksi energi metabolisme, perubahan kimia tubuh,


ketidakseimbangan cairan, elektrolit dan glukosa.

Ditandai dengan : rasa tidak nyaman/bertenaga, tidak mampu pertahankan kerja, penurunan
penampilan, lelah, tidak konsentrasi.
Kriteria hasil : peningkatan tenaga, peningkatan kemampuan dan berpartisipasi dalam aktivitas.
Intervensi Rasional
1. Kaji / diskusikan tingkat kelemahan
klien .
1. Mengurangi kelelahan dan ketegangan
jantung.
2. Pasien dapat melakukan lebih banyak
kegiatan dengan penghematan energi.
1. Pantau TTVsebelum dan sesudah 3. Menambahkan tingkat keyakinan
beraktivitas. pasien.
2. Diskusikan kebutuhan aktivitas,
identifikasi aktivitas yang
menyebabkan lelah.
3. Sarankan periode antara istirahat
dan beraktivitas.
4. Diskusikan cara menghemat energi
5. Berikan kesempatan klien untuk
berpartisipasi untuk melakukan
aktivitasnya.
6. Pasien mengalami penurunan
tenaga setiap hari karena proses
penyakit dan ketidakseimbangan
natrium kalium
7. Kolapsnya sirkulasi akibat stress
aktivitas dan penurunan curah
jantung.
8. Memberikan harapan untuk
kembali melakukan aktivitas.

1. Resiko tinggi terhadap penurunancurah jantung b/d menurunnya penurunanaliran darah


vena berubahnya kecepatan, irama dan konduksi jantung, perubahan ukuran otot dan
metabolisme abnormal.

Ditandai dengan : tidak dapat diterapkan adanya TTV dan gejala-gejala yang membuat diagnosa
aktual.
Kriteria hasil : TTV normal, nadi perifer teraba baik, pengisian kapiler cepat, status mental baik.
Intervensi Rasional
1. Pantau TTV,FJ, irama
jantung, adanya disritmia.

1. Lakukan pengukuran CVP


1. Pantau suhu tubuh yang
berubah tiba-tiba
2. Kaji warna kulit, suhu,
pengisian kapiler dan nadi
perifer.
3. Teliti adanya perubahan
mental dan nyeri abdomen
4. Ukur jumlah haluaran.

1. Pantau adanya hipertensi,


edema BB meningkat.
2. Kolaborasi pemberian cairan,
O2 dan obat.
3. Peningkatan frekuensi
jantung manifestai awal
sebagai kompensasi
hipovolemia dan penurunan
curah jantung.
4. Memberikan gambaran
langsung volume cairan dan
berkembangnya komplikasi :
gagal jantung.
5. Hiperpireksia tiba-tiba diikuti
hipotermi akibat
ketidakseimbangan hormon,
cairan elektrolit.
6. Pucat, kulit dingin, pengisian
kapiler memanjang, nadi
lambat dan lemah, indikasi
terjadi syok.
7. Perubahan mental akibat
penurunan curah
jantung/serebral.
8. Biasanya poliuri, tapi
penurunan haluaran urine
indikasikan penurunan
perfusi ginjall oleh curah
jantung.
9. Efek pemberian
kortikostreoid dan natrium
berlebihan menyebabkan
potensial kelebihan cairan
dan gagal jantung.
10. Perbaikan volume sirkular
dapat perbaiki curah jantung,
O2 dapat membantu
menurunkan kerja jantung.

1. Resiko tinggi terhadap perubahan proses fikir b/d penurunan kadar natrium,
hipoglikemia, gangguan keseimbangan asam basa.

Ditandai dengan : tidak dapat diterapkan ; adanya tanda-tanda atau gejala membuat diagnosa
aktual.
Kriteria hasil : mempertahankan tingkat kesadaran dan mental, tidak mengalami cedera.
Intervensi Rasional
1. Tetap mengawasi pasien pada
setiap shift .
2. Pantatu tanda vital dan status
neurologis
3. Panggil pasien dengan nama,
orientasikan pada tempat, orang
dan waktu sesuai kebutuhan.
4. Tetapkan dan pertahankan jadwal
perawatan rutin untuk
memberikan waktu istirahat.
5. Lindungi pasien dari cedera.
6. Pantau pemeriksaan lab
7. Mengenali secara dini perubahan
SSP
8. Perbandingan terhadap temuan
abnormal (suhu tinggi pengaruhi
mental.
9. Menolong pertahankan orientasi
dan menurunkan kebingungan.
10. Meningkatkan orientasi dan
mencegah kelelahan berlebih
11. Disorientasi akan meningkatkan
resiko timbulnya bahaya.
12. Menanggulangi
ketidakseimbangan cairan
elektrolit dan asam basa.
1. Resiko tinggi terhadap harga diri rendah situsional b/d adanya kondisi fisik yang
memerlukan sepanjang hidup, perubahan pigmentasi kulit, berat badan.

Ditandai dengan : tidak dapat diterapkan : adanya tanda-tanda den gejala-gejala yang membuat
diagnosa aktual.

Kriteria hasil : mengungkapkan penerimaan terhadap keadaam diri sendiri diungkapkan secara
verbal. Menunjukkan kemapuan adaptasi.
Intervensi Rasional
1. Dorong pasien untuk
mengungkapkan perasaan
2. Kurangi stimulus yang berlebihan
pada lingkungan.
3. Dorong pasien berpartisipasi dalam
perawatan diri sendiri
4. Sarankan untuk mengunjungi
seseorang yang penyakitnya sudah
terkontrol/gejala berkurang
5. Kolaborasi untuk rujuk / konseling
kepelayanan sosial/ kelompok
pendukung.
6. Membina hubungan dan
meningkatkan keterbukaan
7. Meminimalkan perasaan stress,
frustasi.
8. Membantu meningkatkan tingkat
kepercayaan diri
9. Menolong pasien melihat hasil dari
pengobatan
10. Pendekatan komprehensif
membantu memenuhi kebutuhan
untuk memelihara tingkah laku
koping.

1. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan b/d kurang
mengingat, kesalahan interpretasi informasi dan keterbatasn kognitif.
Ditandai dengan : bertanya, minta penjelasan, mengungkapkan permasalahan.

Kriteria hasil : pasien dapat mengungkapkan pemahaman tentang penyakit, prognosis dan gejala,
mengidentifikasi keadaan yang membuat stress.
Intervensi Rasional
1. Tinjau ulang keadaan penyakit
dan harapan masa depan
2. Jelaskan alasan kehilangan
cairan yang berlebihan
3. Diskusikan mengenai diet.
4. Tekankan pentingnya
menghindari sumber infeksi
5. Diskusikan pentingnya melihat
ulang tentang pengobatan secara
teratur.
6. Memberikan pengetahuan pasien
yang dapat memilih berdasarkan
informasi
7. Pengetahuan yang dimiliki
membantu mencegah munculnya
masalah
8. Mencegah kehilangan berat
badan dan menurunkan resiko
hipoglikemia
9. Supresi respon inflamasi
meningkatkan resino terjadinya
infeksi.
10. Untuk memudahkan
pengendalian terhadap kondisi
kronis/ pencegahan komplikasi.

Anda mungkin juga menyukai