Anda di halaman 1dari 40

STANDAR OPERATING PROSEDURE (SOP) UNIT RAWAT INAP

NO DAFTAR SOP RANAP HAL


1. PELAYANAN PASIEN UNIT RAWAT INAP
2. KRITERIA PASIEN RAWAT INAP UMUM
3. KRITERIA PASIEN RAWAT INAP ANAK
4. KRITERIA PASIEN RAWAT INAP PERINATOLOGI
5. KRITERIA PASIEN RAWAT INAP KANDUNGAN & KEBIDANAN
6. KRITERIA PASIEN RAWAT INAP BEDAH UMUM
7. PENANGANAN PASIEN RANAP UMUM
8. PENANGGANAN PASIEN RANAP ANAK
9. PENANGGANAN PASIEN RANAP KANDUNGAN & KEBIDANAN
10. PENANGGANAN PASIEN RANAP BEDAH UMUM
11. PROSEDUR PEMERIKSAAN LABORATORIUM DI RANAP
12. PROSEDUR PEMERIKSAAN RADIOLOGI/USG DI RANAP
TATA CARA RESUCITASI PASIEN GAWAT DARURAT DI RUANGAN
13.
RANAP
PENGGUNAAN OBAT LIFE SAVING NATRIUM BICARBONAT DI RAWAT
14.
INAP
15. PENGGUNAAN OBAT LIFE SAVING DOPAMIN DI RAWAT INAP
16. PENGGUNAAN OBAT LIFE SAVING SULFAS ATROPIN DI RAWAT INAP
17. INFORMED CONCENT DI RAWAT INAP
18. KEWENANGAN & TANGGUNG JAWAB DOKTER JAGA DI RAWAT INAP
KEWENANGAN &TANGGUNG JAWAB DOKTER KONSULEN DI RAWAT
19.
INAP
20. KEWENANGAN & TANGGUNG JAWAB KEPALA RUANGAN RANAP
21. KEWENANGAN & TANGGUNGJAWAB KEPALA SHIFF
22. KEWENANGAN & TANGGUNGJAWAB PERAWAT PELAKSANA
KEWENANGAN DOKTER JAGA DALAM TINDAKAN MEDIS PADA
23.
PASIEN GAWAT DARURAT DI RAWAT INAP
24. DOKTER PENANGGUNG JAWAB PASIEN
25. TATA CARA KONSUL
26. PROSEDUR KONSULTASI RAWAT BERSAMA & ALIH RAWAT
27. PENGATURAN ROTASI PERAWAT RUANGAN RANAP
28. PENGATURAN JADWAL DINAS PERAWAT RANAP
29. PENGATURAN ROTASI JADWAL JAGA DI RANAP
PENGATURAN PENGGANTIAN PETUGAS BERHALANGAN JAGA
30.
RANAP
31. PROSEDUR PENDAFTARAN DAN IDENTIFIKASI PASIEN RANAP
32. PROSEDUR PELAYANAN APOTEK RAWAT INAP
33. PROSEDUR PEMBAYARAN RAWAT INAP
TATA CARA KONSUL
No Dokumen No Revisi Halaman :

STANDAR OPERATING PROCEDURE Tanggal Terbit Di tetapkan Oleh :


Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima
PENGERTIAN 1. Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) adalah
dokter yang bertanggung jawab atas pelayanan
medis yang diberikan baik secara mandiri maupun
sebagai coordinator tim
2. Konsultasi masalah cara meminta pendapat dari
para ahli yang berkompeten dibidangnya. Pemohon
konsultasi dari seorang dokter ke dokter lain harus
dilakuan secara tertulis. Konsultasi dilakukan bila
seorang staf medis merasa tidak mampu secara
kompetensinya atau diluar kewenangan (clinical
preveleges) yang dimilikinya. Untuk melengkapi
pelayanan medis yang berikutnya.
TUJUAN Pelayanan medis yang diberikan di RSIA MARIA ASSYIFA
Indramayu dalam bentuk yang sebaik baiknya.
KEBIJAKAN 1. Pelayanan medis pasien diRSIA MARIA ASSYIFA
Indramayu bersifat komperhensif
2. Program kerja yang di tetapkan dan di berlakukan
oleh Komite Medis bertujuan untuk peningkatan
mutu peayanan staf medis di RSIA MARIA ASSYIFA
Indramayu
PROSEDUR 1. Permintaan konsultasi harus dilakukan oleh dokter
penanggung jawab pasien
2. Permintaan konsultasi harus tertulis
3. Konsultasi bisa hanya satu kali saja atau dalam bentu
permintaan rawat bersama.
4. Jawaban atas konsultasi harus tertulis
UNIT TERKAIT SMF Terkait
Konsultasi Rawat Bersama dan Alih Rawat
No Dokumen No Revisi Halaman :

STANDAR OPERATING PROCEDURE Tanggal Terbit Di tetapkan Oleh :


Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima
PENGERTIAN 1. Konsultasi adalah permintaan pendapat, saran dan
instruksi lebih lanjut yang dilakukan oleh dokter umum /
dokter ahli kepada dokter ahli lainnya sehubungan
dengan keadaan sakit atau sidera yang diderita pasien
yang di rawatnya membutuhkan penanganan yang lebih
khusus oleh dokter ahli
2. Rawat bersama adalah perawatan pasien yang di rawat
inap, oleh lebih dari satu orang yang berbeda keahliannya
(kompetensinya)
3. Alih rawat adalah perawatan pasien yang dirawat inap
dari dokter penanggung jawab epada dokter lain yang
berbeda keahliannya (kompetensinya) dan untuk
selanjutnya semua perihal pasien ini adalah menjadi
tanggung jawab dokter penerima pengalihan tersebut.
TUJUAN Suatu acuan penerapan langkah langkah melakukan
permohonan konsultasi, rawat bersama dan alih rawat,
sehingga pasien mendapatkan penanganan medis yang lebih
komprehensif
KEBIJAKAN Pelayanan medis di RSIA MARIA ASSYIFA Indramayu
UNIT TERKAIT 1. Kelompok staff medis (KSM)
2. Dokter Spesialis
3. Dokter Umum
PROSDUR 1. Pasien yang dirawat inap di RSIA MARIA ASSYIFA
Indramayu dilayani oleh seorang dokter penanggung
jawab pelayanan (DPJP)
2. Apabila pasien membutuhkn penanganan medis lain yang
berbeda bidang keahliannya (kompetensi) maka DPJP
dapat melakukan
*Permohonan Konsultasi
*Rawat bersama
*Alih rawat
3. Dalam melaukan proses diatas DPJP mengisi formulir
permintaan konsultasi, rawat bersama, alih rawat jika
DPJP berhalangan, pengisian forulir dapat dilakukan oleh
dokter jaga rawat inap / dokter jaga IGD / dokter jaga
atas instruksi DPJP
4. Dokter konsultan menuliskan hasil pemeriksaan serta
advisnya pada status rawat inap pada kasus biasa, dokter
konsultan dapat melihat pasien fan atau memberikan
advis sementara melalui telepon
5. Pada kasus cito, dokter ahli / konsultan harus dating dan
memeriksa pasien
6. Pengisian Rekam Medis adalah menjadi tanggung jawab
DPJP.
PROSEDUR INFORM CONCENT DI RUANG
RANAP
No Dokumen No Revisi Halaman :

STANDAR OPERATING PROCEDURE Tanggal Terbit Di tetapkan Oleh :


Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN Setiap tindakan medis / operasi yang mengandung resiko


yang dilakukan kepada pasien harus mendapatkan
persetujuan tertulis.
TUJUAN 1. Memberikan kejelasan dan persetujuan kepada
pasien tentang diagnose penyakit, therapy tindakan,
prognosa penyakit serta akibat lanjut.
2. Melindungi tenaga medis dari kesalah pahaman
3. Sebagai perlindungan hukum
KEBIJAKAN Prosedur tetap ini berlaku untuk pasien dan keluarganya
agar dapat menerima informasi selengkap-lengkapnya dari
dokter.
PROSEDUR 1. Setelah pasien diperksa oleh dokter petugas, bila
diperlukan suatu tindakan medis, maka dokter harus
memberikaninformasi selengkapa- lengkapnya,
kecuali bila dokter menilai bahwa informasi tersebut
dapat merugikan kepentingan kesehatan pasien
2. Dokter memberikan penjelasan kepada pasien
mengenai :
a. Tujuan dan prospek keberhasilan tindakan medis
yang akan di lakukan
b. Tata cara tindakan medis yang akan dilakukan
c. Resiko komplikasi yang aan terjadi
d. Alternatif tindakan medis lain yang tersedia dan
resikonya masing-masing
e. Prognosis penyakit apabila tindakan medi
tersebut dilakukan atau tidak di lakukan
f. Diagnosis
3. Informed consent dianggap benar bila persetujuan
atau penolakan tindakan medis :
a. Diberikan tanpa paksaan
b. Diberikan setelah mendapat informasi dan
penjelasan yang diperlukan
c. Dilakukan oleh pasien dewasa yang sehat mental
( lebih dari 21 tahun ) atau sudah menikah
d. Untuk pasien dewasa yang mengalami ganguan
mental, persetujuan di berian oleh orangtua
e. Untuk pasien dibawah umur 21 tahun dan tidak
mempunyai orangtua atau wali, atau
orangtuwali berhalangan, persetujuan diberikan
oleh mereka menurut urutanhak sebagai berikut
:
- Ayah / ibu addopsi
- Saudara-saudara kandung
- Induk semang
4. Persetujuan tindakan medis ini diperlukan untuk
tindakan medis bedah yang menggunakan narkose
tindakan medis beresiko tinggi, tindakan medis pada
pasien gawat darurat dan tidak sadar dan semua
tindakan medis
5. Bila pasien menolak dilakukan tindakan medis
terhadapnya, setelah diberikan penjelasan yang
cukup maka pasien harus menandatangani Surat
Penolakan Tindakan Medis.
6. Pada tindakan beresiko tinggi dan tindakan medis,
bedah, infoermed consent harus ditandatangani
oleh pasienitu sendiri, dokter yang bertanggung
jawab dan dua orang saksi
7. Untuk pasien yang tidak sadar serta tidak di damping
oleh keluarga terdekat dan secara medis dalam
keadaan gawat darurat yang memerlukan tindakan
medis segera untuk kepentingannya, msks Lembar
Persetujuan dapat ditandatangani oleh dua orang
dokter yang menangani pasien tersebut atas
sepengetahuan Direktur.
8. Perluasan tindakan medis atau operasi selain
tindakan medis yang telah tidak dibenaran dengan
alas an apapun juga, kecuali apabila perluasan
tindakan medis tersebut terpaksa dilakukan untu
menyelamatkan jiwa pasien.
9. Setelah perluasan tindakan medis/operasi sebagai
mana dimaksud dalam butir 8 di lakukan, dokter
harus memberikan informasi kepada pasien atau
keluarganya.
10. Dokter yang akan melakukan tindakan medis
mempunyai tanggung jawab utama memberikan
informasi dan penjelasan yang diperlukan apabila
berhalangan informasi dan penjelasan yang harus
diberikan dapat dapat diwakilkan kepada Dokter lain
dengan sepengetahuan dokter yang bersangkutan.
UNIT TERKAIT 1. Pasien
2. Keluarga pasien
3. Dokter
4. Perawat
5. Pendaftaran
6. Rekam medic
DOKUMEN TERKAIT Lembar informed consent
KEWENANGAN & TANGGUNGJAWAB DOKTER
JAGA DI RANAP
No Dokumen No Revisi Halaman :

STANDAR OPERATING PROCEDURE Tanggal Terbit Di tetapkan Oleh :


Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN Dokter jaga adalah dokter yang bertugas melakukan


pelayanan profesi kedokteran terhadap pasien yang datang
TUJUAN Terlaksananya pelayanan medis tepat, cepat serta nyaman
kepada pasien yang di rawat RSIA Marria Assyifa indramayu
KEBIJAKAN Dokter jaga adalah Dokter umum yang telah yang mempunyai
pengalaman di bidang perawatan rawat inap selama 2 tahun.
PROSEDUR TUGAS DAN TANGGUNG JAWAB DOKTER JAGA
1. Dokter jaga bertanggung jawab kepada karumkit melalui
kepala Ruangan Ranap dan komite medik
2. Melakukan serah terima pasien ranap dan laporan diagnosa
dari dokter jaga lama kepada dokter jaga baru
3. Melakukan pemeriksaan, pengobatan, tindakan medis dan
observasi terhadap semua pasien yang di rawat
4. Melakukan konsultasi kepada dokter spesialis untuk
penatalaksanaan pasien lebih lanjut.
5. Dokter jaga harus menjalankan tugas dengan penuh rasa
tanggungjawab
HAK DOKTER JAGA RANAP
1. Dokter jaga berhak mendapatkan libur setelah
melaksanakan tugas jaga baik pada hari kerja maupun libur,
kecuali dokter pengganti atas kemauan sendiri.
2. Dokter jaga RANAP berhak menggunakan telepon dinas
yang ada untuk keperluan konsuktasi.
UNIT TERKAIT Dokter jaga RANAP
DOKUMEN TERKAIT
KEWENANGAN DOKTER KONSULEN DI RUANG
RANAP
No Dokumen No Revisi Halaman :
STANDAR OPERATING PROCEDURE Tanggal Terbit Di tetapkan Oleh :
Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN 1. Dokter konsulen adalah dokter spesialis yang ada di


RSIA Maria assyifa indramayu
2. Dokter yang jaga konsulen adalah dokter konsulen
yang jaga pada jam kerja dan diluar jam kerja serta
diatur oleh koordinator SMF masing-masing.
TUJUAN Melayani dan merawat pasien-pasien yang memerlukan
pelayanan spesialis
KEBIJAKAN 1. Dalam meningkatkan mutu pelayanan di RANAP
berhak dan berkewajiban untuk mengkonsultasikan
pasien yang memeperlukan pelayanan spesialis
2. Tugas kerja konsulen dibuat oleh masing-masing
koordinator SMF yang disahkan karumkit.
PETUGAS Dokter spesialis sesuai dengan masing-masing bidang:
1. Spesialis Penyakit Dalam
2. Spesialis Bedah Umum
3. Spesialis obtetri dan Ginekologi
4. Spesialis Anak
PROSEDUR 1. Tata Cara Konsul
1.1 didalam jam kerja
konsulen dikontak lewat telepon, SMS, dokter atau
perawat dengan membawa status menemui
dokter konsulen.
1.2 Diluar jam kerja
1.2.1 Konsul melalui telepon, SMS, Fax oleh
dokter jaga (daftar telepon terlampir)
1.2.2 Konsul melalui SMS isi beritanya ditulis
oleh dokter isi menjelaskan secara singkat
mengenai keadaan umum pasien,
pemeriksaan penunjang dan hasilnya yang
telah dilakukan, serta terapi dan tindakan
medik emergency yang telah dilakukan.
Contoh : pasien laki/perempuan, umur,
keadaan umum, dengan kemungkinan
diagnosa, sementara telah dilakukan
pemeriksaan......dengan hasil.......dan telah
diberikan terapi, mohon penatalaksanaan
selanjutny.
Kalau 15-30 menit belum ada jawaban SMS diulang.
Jam konsul dan hasil konsul supaya di tulis di status
pasien.
2. Konsulen berkewajiban untuk emberikan jawaban
konsultasi dari RANAP baik tertulis maupun lewat
SMS, fax dan telepon.
3. Bila pasien memerlukan tindakan medik intensif lebih
lanjut dan diluar kemampuan atau kesanggupan dan
berwenang dokter jaga RUANGAN maka konsulen jaga
terkait wajib untuk hadir atau datang ke Ruangan
Rawat Inap
4. Bila dokter konsulen tidak dapat dihubungi atau
berhalangan maka konsulen bersangkutan harus
melakukan tuker jaga dengan konsulen lain serta
memberitahukan kepada kepala Ruangan
5. Pelanggaran terhadap aturan-aturan diatas dievaluasi
oleh kepala Ruangan RANAP dalam bentuk laporan
evaluasi bulanan yang disampaikan kepada ka.sie
keperawatan dengan tembusan karumkit
6. Bila pasien yang dikonsulkan adalah pasien umum
maka konsululen akan mendapat jasa konsul sesuai
dengan yang telah ditetapkan oleh karumkit RSIA
Marria Assyifa
UNIT TERKAIT Perawat UGD, Dokter Jaga, Dokter Konsulen
DOKUMEN TERKAIT Status pasien
KEWENANGAN & TANGGUNGJAWAB PERAWAT KEPALA
UNIT RAWAT INAP
No Dokumen No Revisi Halaman :

STANDAR OPERATING PROCEDURE Tanggal Terbit Di tetapkan Oleh :


Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima
NAMA JABATAN Perawat kepala Unit Rawat Inap
PENGERTIAN Seorang tenaga profesional yang bertanggung jawab dan
berwenag dalam mengelola pelayanan keperawatan diruang
Ruang RANAP
PERSYARATAN 1. Sehat jasmani dan rohani
2. Pendidikan DIII keperawatan, DIII Kebidanan atau lulusan
SPK ditambah pengalaman kerja minimal 5 tahun
3. Memiliki sertifikat manajemen keperawatan
4. Memiliki sertifikat pelatihan kegawat daruratan
5. Mempunyai pengalaman kerja di ruang di RANAP
6. Memiliki kemampuan memimpin
7. Mau dan mampu mengembangkan diri sesuai dengan
perkembangan IPTEK
TANGGUNG JAWAB Secara operasional bertanggung jawb kepada kepala instalasi
PROSEDUR TUGAS 1. Melaksanakan fungsi perencaaan
2. Menetukan macam, mutu dan jumlah pegawai yang
dibutuhkan diruang RANAP
3. Bersama staff menentukan jumlah pegawai yang
dibutuhkan di ruang RANAP
4. Membagi tugas harian dengan memperlihatkan jumlah dan
tingkat kemampuan tenaga perawat
5. Menyusun dan mengusulkan program pengembangan staff
dengan penddikan
6. Berperan aktif menyusun prosedur atau tata kerja diruang
RANAP
7. Membuat dan menyusun program dan orientasi bagi
pegawai baru
8. Mentaati peraturan dan kebijakan yang telah ditetapkan
rumah sakit
9. Melaksanakan peraturan penggerakan dan pelaksaan
10. Memantau seluruh staff dalam penerapan dan pelaksaan
peraturan /etika yang berlaku diruang RANAP
11. Mengatur pelayanan keperawatan dengan kebutuhan dan
kemampuan tenaga
12. Membuat jadwal kegiatan pelatihan
13. Mengatur pemanfaatan sumber daya secara tepat guna
dan hasil guna
14. Melaksanankan fungsi pengawasan , pengendalian dan
penilaian
15. Mengawasi pelaksanaan tugas masing-masing pegawai
16. Mengawasi , mempertahankan dan mengatur alat –alat
agar selalu siap pakai dan tepat guna
17. Mengawasi pelaksaan inventarisasi secara periodik
18. Mengawasi kinerja perawat
UNIT TERKAIT
DOKUMEN TERKAIT
KEWENANGAN & TANGGUNGJAWAB KEPALA SHIFF
RANAP
No Dokumen No Revisi Halaman :
STANDAR OPERATING PROCEDURE Tanggal Terbit Di tetapkan Oleh :
Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN Seorang tenaga keperawatan profesional yang bertanggung


jawab dan berwenang untuk mengetahui sekelompok
tenaga keperawatan dalam memberikan asuhan
keperawatan kepada sekelompok pasien di unit gawat
darurat
PERSYARATAN 1. sehat jasmani dan rohani
2. pendidikan DIII keperawatan atau SPK ditambah
pengalaman minimal 5 tahun
3. memiliki sertifikat pelatihan PPGD
4. mempunyai pengalaman kerja selama di ruangan RANAP
selama 5 tahun
5. mempunyai kemampuan dan mampu mengembangkan
didi sesuai dengan perkembangan IPTEK
TANGGUNG JAWAB Secara operasional bertanggungjawab kepada kepala
ruangan
PROSEDUR URAIAN TUGAS 1. bersama kepala ruangan melakukan serah terima tugas
dan pergantian dinas
2. mengkoordinir kegiatan pelayanan keperawatan
digrupnya
3. melaksanakan asuhan keperawatan
4. menganalisa masalah dan melakukan tindak lanjut
5. membuat laporan
6. mengawasi kerja perawat anggota grupnya
7. menjaga dam memelihara lingkungan kerja agar tetap
bersih dan rapih
8. menciptakan kerjasama serta koordinasi yang harmonis
antara sesama perawat dan tim kesehatan lain
9. mentaati peraturan dan kebijakan yang telh di tetapkan
rumah sakit.
UNIT TERKAIT
DOKUMEN TERKAIT
KEWENANGAN & TANGGUNGJAWAB PERAWAT/BIDAN
PELAKSANA RANAP
No Dokumen No Revisi Halaman :

STANDAR OPERATING PROCEDURE Tanggal Terbit Di tetapkan Oleh :


Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima
NAMA JABATAN Perawat/bidan pelaksana UNIT RANAP
PENGERTIAN Seorang tenaga keperawatan yang bertanggungjawab dan
diberi wewenang, memberikan pelayanan keperawatan di
RANAP
PERSYARATAN 1. Berijazah formal keperawatan dari semua tingkat
kependidikan yang disahkan oleh pemerintah
2. Memiliki sertifikat PPGD
3. Tanggap dan cekatan terhadap masalah yang dihadapi
TANGGUNG JAWAB Secara operasional bertanggung jawab kepada ketua
shift/kepala ruangan RANAP
URAIAN TUGAS 1. Melaksanakan serah terima setiap pergantian dinas yang
mencakup pasien dan peralatan
2. Melakukan asuhan keperawatan pasien:
2.1 mengkaji keadaan pasien
2.2 membuat rencana keperawatan
2.3 melakukan tindakan keperawatan
2.4 melakukan evaluasi
2.5 melakukan pencatatan dan dokumentasi
3. menyiapkan , memelihara serta menyimpan peralatan agar
selalu siap pakai
4. melakukan dinas rotasi sesuai jadwal yang sudah dibuat oleh
kepala ruang rapat
5. memelihara lingkungan RANAP untuk kelancaran pelayanan
6. melaksanakan program orientasi kepda pasien tentang
RANAP dan lingkungannya, peraturan / tata tertib yang
berlaku, fasilitas yang ada dan cara penggunaanya
7. menciptakan hubungan kerja sama yang baik dengan
anggota tim kesehatan
8. membatu merujuk pasien kepada petugas kesehatan lain
yang lebih mampu untuk meyelesaikan masalah kesehatan
yang dapat ditanggulangi
9. mengikuti pertemuan berkala yang diadakan oleh dokter
penanggung jawab RANAP
10. menyiapkan pasien yang akan keluar meliputi
10.1 menyediakan formulir untuk menyelesaian
administrasi seperti
1. surat izin pulang
2. surat keterangan sakit
3. petunjuk diit
4. Resep obat untuk dirumah jika diperlukan
5. Surat rujukan atau pemeriksaan ulang
6. Surat keterangan lunas pembayaran uang
10.2 Memberikan penyuluhan kesehatan kepada pasin dan
keluarganya sesuai dengan keadaan dan kebutuhan
pasien, mengenai:
1. Diet
2. Pengobatan yang diperlu dilanjutkan dan obat
tambahan dengan cara penggunaanny
3. Pentingnya pemeriksaan ulang dirumah sakit,
puskesmas, institusi pelayanan kesehatan lainny.
11. Mentaati peraturan dan kebijakan yang tealah ditetapkan
Rumah Sakit
UNIT TERKAIT

PENGATURAN JADWAL DINAS RUANG RANAP


No Dokumen No Revisi Halaman :

STANDAR OPERATING PROCEDURE Tanggal Terbit Di tetapkan Oleh :


Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN 1. Suatu sistem dalam pembagian tugas 24 jam di bagi 3 shiff


2. Pengaturan jadwal jaga merujuk pola shiff
- PAGI : ( 7 jam) mulai 07.00 s/d 14.00 wib
- SORE : (7 jam) mulai 14.00 s/d 21.00 wib
- MALAM : (10 jam) mulai 21.00 s/d 07.00 wib
TUJUAN 1. Agar perawat mengetahui jadwal dinas masing-masing
2. Agar tercapi pelayanan perawatan per 24 jam
KEBIJAKAN 1. Kepala ruangan membuat jadwal dinas satu bulan sekali
2. Setiap jaga harus ada perawat yang berkualitas dengan
kriteria AKPER/ BIDAN pengalaman 2 tahun
3. Ada perawat pengganti untuk perawat yang brhalangan
dinas
PROSEDUR 1. Ka Ruangan membuat jadwal jaga dalam satu bulan sekali
2. Pembuatan jadwal jaga dilakukan satu minggu sebelum
tutup bulan
3. Jadwal jaga dibuat satu bulan satu kali dalam formuilir
yang sudah di tentukan
4. Copy daftar dinas disampaikan ke bagian urmin
UNIT TERKAIT 1. Urmin
2. Ruangan rawat Inap
3. UGD
DOKUMEN TERKAIT Formulir jadwal dinas
ROTASI PERAWAT RANAP
No Dokumen No Revisi Halaman :

STANDAR OPERATING PROCEDURE Tanggal Terbit Di tetapkan Oleh :


Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN Persyaratan petugas yang bertugas di ruangan RANAP


TUJUAN Sebagai acuan dalam menetapkan tenaga perawat di unit
perawat khusus
KEBIJAKAN Setiap shiff dalam menetapkan tenaga yang mempunyai
sertifikat pelatihan khusus
PROSEDUR 1. Perawat yang memiliki sertifikat pelatihan PPGD/APN
2. Perawat bersedia jaga pagi, sore, malam dan hari libur
3. Perawat mampu melakukan dokumentasi asuhan
keperawatan
UNIT TERKAIT RANAP
DOKUMEN TERKAIT 1. Sertifikat pelatihan
2. Dokumentasi asuhan keperawatan
ROTASI JADWAL JAGA RANAP
No Dokumen No Revisi Halaman :

STANDAR OPERATING PROCEDURE Tanggal Terbit Di tetapkan Oleh :


Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN Pergantian dinas perawat pagi, sore dan malam yang


bertugas diruang rawat inap
TUJUAN 1. Sebagai acuan langkah –langkah dalam melaksanakan
jaga pagi,sore, malam dan hari libur
2. Merubah partner dalam dinas di ruang RANAP
3. Meninngkatkan dan mempercepat kerjasama diantar
perawat dalam satu ruang RANAP
KEBIJAKAN Pelayanan kebijakan ryang RANAP berlangsung 24 jam dan di
bagi dalam 3 shiff
PROSEDUR 1. Perawat dinas pagi melimpahkan tugas
bertanggungjawab keperawatan kepada dinas sore
2. Perawat dinas sore melimpahkan tugas dan tanggung
jawab ke dinas malam
3. Perawat dinas malam melimpahkan tugas dan tanggung
jawab ke dinas pagi
UNIT TERKAIT 1. Rawat inap
2. UGD
3. Perinatologi
4. VK
DOKUMEN TERKAIT 1. Daftar dinat tiap unit terkait
2. Daftar hadir perawat tiap hari
PENGGANTIAN PETUGAS BERHALANGAN JAGA RANAP
No Dokumen No Revisi Halaman :

STANDAR OPERATING PROCEDURE Tanggal Terbit Di tetapkan Oleh :


Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN Adanatanya kekosongan petugas diruang perawatan yang


disebabkan perawat jaga tidak masuk atau berhalangan hadir
TUJUAN Sebagai acuan dalam melaksanakan tugas pengaturan perawat
untuk melancarkan pelayanan keperawatan
KEBIJAKAN Kepala keperawatan menetapkan kebijakan perawat pengganti
PROSEDUR 1. Untuk kepala Ruangan
1.1 kepala ruangan memberitahukan kepada sub seksi
asuhan keperawatan
1.2 sub seksi keperawatan memberitahukan kepada kepala
seksi keperawatn
1.3 kepala seksi keperawatan menentukan perawat
pengganti dan membuat SK sementara
2. Unit pelaksana
1.1 pelaksanaan perawat memberikan kepada kepala
ruangan
1.2 kepala ruangan memberitahukan kepada sub seksi
perawatan asuhan keperawatan
UNIT TERKAIT 1. rawat inap
2. UGD
3. Perinatologi
4. VK
5. poliklinik
DOKUMEN TERKAIT 1. surat keterangan ijin/sakit
2. buku catatan komite medis kepala ruangan
3. standar waktu ijin bagi perawat
KRITERIA PASIEN RAWAT BAGIAN
KANDUNGAN & KEBIDANAN
No. dokumen : No. Revisi : Halaman :
1 dari 2 halaman
Tanggal Terbit : Di tetapkan oleh
Ka RSIA Maria As-syifa
STANDARD OPERATING
PROSEDUR
Dr.H.Ikrima
PENGERTIAN pelayanan dokter spesialis kebidanan dan kandungan
kepada pasien rawat INAP
TUJUAN Melayani pasien dengan memberikan pelayanan yang
terbaik dan ramah dalam bersikap sesuai kompetensi
dokter.
KEBIJAKAN Memberikan pelayanan kepada jenis kelamin perempuan
hamil atau tidak hamil yang berhubungan dengan
kebidanan dan kandungan di rawat inap.
PROSEDUR 1. Pasien dating mendaftar kebagian pendaftaran rawat
jalan dan IGD
2. perawat rawat jalan bagian perawatan ranap menerima
pasien
3. Pasien masuk ke VK dan dokter spesialis kandungan
melakukan pemeriksaan
4. Petugas penunjangmedis (laboratorium dan radiologi)
lakukan indakan/pemeriksaan jika memang dokter rawat
inap memerlukannya.
5. Melakukan informed concent untuk persetujuan rawat
inap dan tindakan
6. Pasien memilih ruangan perawatan

UNIT TERKAIT 1. Pasien


2. Petugas pendaftaran
3. Petugas rawat inap
4. Dokter spesialis kandungan
5. Petugas laboratorium
6. Petugas radiologi
7. Petugas apotik
DOKUMEN TERKAIT Status rawat inap
KRITERIA PASIEN RAWAT BAGIAN
PERINATOLOGI
No. dokumen : No. Revisi : Halaman :
1 dari 2 halaman
Tanggal Terbit : Di tetapkan oleh
Ka RSIA Maria As-syifa
STANDARD OPERATING
PROSEDUR
Dr.H.Ikrima
PENGERTIAN pelayanan dokter spesialis anak kepada pasien rawat INAP
TUJUAN Melayani pasien dengan memberikan pelayanan yang
terbaik dan ramah dalam bersikap sesuai kompetensi
dokter.
KEBIJAKAN Memberikan pelayanan kepada semua jenis kelamin usia 0
s/d 28 hari di rawat inap.
PROSEDUR 1. Pasien dating mendaftar kebagian pendaftaran rawat
jalan ,IGD ,VK atau OK
2. perawat rawat jalan bagian perawatan ranap
menerima pasien
3. Pasien masuk ke ruang perinatoloi dan dokter spesialis
anak melakukan pemeriksaan
4. Petugas penunjangmedis (laboratorium dan radiologi)
lakukan indakan/pemeriksaan jika memang dokter
rawat inap memerlukannya.
5. Melakukan informed concent untuk persetujuan rawat
inap dan tindakan
6. Pasien memilih ruangan perawatan

UNIT TERKAIT 1. Pasien


2. Petugas pendaftaran
3. Petugas rawat inap
4. Dokter spesialis anak
5. Petugas laboratorium
6. Petugas radiologi
7. Petugas apotik
DOKUMEN TERKAIT Status rawat inap
KRITERIA PASIEN RAWAT BAGIAN ANAK
No. dokumen : No. Revisi : Halaman :
1 dari 2 halaman

Tanggal Terbit : Di tetapkan oleh


Ka RSIA Maria As-syifa
STANDARD OPERATING
PROSEDUR
Dr.H.Ikrima
PENGERTIAN pelayanan dokter spesiais anak kepada pasien rawat INAP
TUJUAN Melayani pasien dengan memberikan pelayanan yang
terbaik dan ramah dalam bersikap sesuai kompetensi
dokter.
KEBIJAKAN Memberikan pelayanan kepada semua jenis kelamin usia
28 hari s/d < 14 tahun di rawat inap.
PROSEDUR 1. Pasien dating mendaftar kebagian pendaftaran rawat
jalan dan IGD
2. perawat rawat jalan bagian perawatan ranap
menerima pasien
3. Pasien masuk ke ruangan dan dokter spesialis anak
melakukn pemeriksaan
4. Petugas penunjangmedis (laboratorium dan radiologi)
lakukan indakan/pemeriksaan jika memang dokter
rawat inap memerlukannya.
5. Melakukan informed concent untuk persetujuan rawat
inap dan tindakan
6. Pasien memilih ruangan perawatan

UNIT TERKAIT 1. Pasien


2. Petugas pendaftaran
3. Petugas rawat inap
4. Dokter anak
5. Petugas laboratorium
6. Petugas radiologi
7. Petugas apotik
DOKUMEN TERKAIT Status rawat inap
KRITERIA PASIEN RAWAT BAGIAN PENYAKIT
DALAM
No. dokumen : No. Revisi : Halaman :
1 dari 2 halaman
Tanggal Terbit : Di tetapkan oleh
Ka RSIA Maria As-syifa
STANDARD OPERATING
PROSEDUR
Dr.H.Ikrima
PENGERTIAN pelayanan dokter spesialis PENYAKIT DALAM kepada
pasien rawat INAP
TUJUAN Melayani pasien dengan memberikan pelayanan yang
terbaik dan ramah dalam bersikap sesuai kompetensi
dokter.
KEBIJAKAN Memberikan pelayanan kepada semua jenis kelamin usia >
14 tahun di ruang rawat inap.
PROSEDUR 1. Pasien dating mendaftar kebagian pendaftaran rawat
jalan dan IGD
2. perawat rawat jalan bagian perawatan ranap
menerima pasien
3. Pasien masuk ke ruangan dan dokter spesialis penyakit
dalam melakukan pemeriksaan
4. Petugas penunjangmedis (laboratorium dan radiologi)
lakukan indakan/pemeriksaan jika memang dokter
rawat inap memerlukannya.
5. Melakukan informed concent untuk persetujuan rawat
inap dan tindakan
6. Pasien memilih ruangan perawatan

UNIT TERKAIT 1. Pasien


2. Petugas pendaftaran
3. Petugas rawat inap
4. Dokter penyakit dalam
5. Petugas laboratorium
6. Petugas radiologi
7. Petugas apotik
DOKUMEN TERKAIT Status rawat inap
KRITERIA PASIEN RAWAT BAGIAN BEDAH
No. dokumen : No. Revisi : Halaman :
1 dari 2 halaman

Tanggal Terbit : Di tetapkan oleh


Ka RSIA Maria As-syifa
STANDARD OPERATING
PROSEDUR
Dr.H.Ikrima
PENGERTIAN pelayanan dokter spesialis bedah kepada pasien rawat
INAP
TUJUAN Melayani pasien dengan memberikan pelayanan yang
terbaik dan ramah dalam bersikap sesuai kompetensi
dokter.
KEBIJAKAN Memberikan pelayanan kepada semua jenis kelamin dan
semua usia di ruang rawat inap.
PROSEDUR 1. Pasien dating mendaftar kebagian pendaftaran rawat
jalan dan IGD
2. perawat rawat jalan bagian perawatan ranap
menerima pasien
3. Pasien masuk ke ruangan dan dokter spesialis bedah
melakukan pemeriksaan
4. Petugas penunjangmedis (laboratorium dan radiologi)
lakukan indakan/pemeriksaan jika memang dokter
rawat inap memerlukannya.
5. Melakukan informed concent untuk persetujuan rawat
inap dan tindakan
6. Pasien memilih ruangan perawatan

UNIT TERKAIT 1. Pasien


2. Petugas pendaftaran
3. Petugas rawat inap
4. Dokter bedah
5. Petugas laboratorium
6. Petugas radiologi
7. Petugas apotik
DOKUMEN TERKAIT Status rawat inap
PENGGUNAAN OBAT LIVE SAVING
ADRENALIN DI RANAP
No. Dokumen: No. RevisI : Halaman:

Tanggal terbit : Di tetapkan Oleh :


Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu
STANDARD PROCEDURE
OPERSIONAL
Dr.H.Ikrima
PENGERTIAN 1. Obat-obat yang digunakan untuk menyelamatkan
pasien.
2. Obat-obat untuk keperluan resusitasi
TUJUAN Untuk kemudahan dalam proses pelayanan kesehatan
KEBIJAKAN 1. Semua pengadaan obat life saving di UGD telah
diketahui oleh pegawai UGD
2. Ka. Ruang UGD selalu memantau penggunaan
dan ketersediaan obat life saving ini di UGD
3. Pengadaan obat life saving ini bekerjasama
dengan unit terkait dilinhkungan RSIA MARIA
ASSYIFA indramayu
PROSEDUR SEDIAAN : 1mg/10 ml dalam 1ml ampul.
a. INDIKASI
1. Cardiac arrest :VF, pulselees VT , asystole,
pulselees, pectrical active, ty
2. Syntomatic bradicardia : setelah pemberian
antropine atau transcutaneus unspacing
3. Anaplikasis / reaksi aliergy yang berat (diberian
bersama-sama pemberian cairan dalam jumlah
besar)
b. PERINGATAN
Meningkatkan tekanan darah dan heart rate yang
dapat mengakibatkan : ischemia mycord, angine
dan meningkatkan kebutuhan oksigen pada otot
jantung
c. DOSIS
1. Cardiae arrest
- Dosis awal
1,0 mg TV push, dapat 3-5 mg IV push
2. Alternative rigmen pada pemberian kedua :
- Intermediate : 2 – 5 mg IV push
Escalating : 1mg, 3mg, 5mg, IV push, setiap
pemberian dengan selang 3 menit
- Dosis tinggi : 0,1 mg/kg IV setiap 3 – 5 menit
- Pemberian melalui endoctrachheal
3. Profound brodikard:
2-10 mg/menit tambahan 1 mg dari 1/100 ke
dalam 500 ml normal saline, infuse dengan
kecepatan 1-5 ml/menit
UNIT TERKAIT 1. Dokter UGD
2. Perawat UGD
3. Inst. Farmasi
DOKUMEN TERKAIT
PENGGUNAAN OBAT LIFE SAVING SULFAS
ATROPIN DI RANAP
No. Dokumen: No. RevisI : Halaman:

Tanggal terbit : Di tetapkan Oleh :


Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu
STANDARD PROCEDURE
OPERSIONAL
Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN 1. Obat-obat yang digunakan untuk


menyelamtkan pasien.
2. Obat-obat untuk keperluan resusitasi
TUJUAN Untuk kemudahan dalam proses pelayanan kesehatan
KEBIJAKAN 1. Semua pengadaan obat life saving di UGD telah
diketahui oleh pegawai UGD
2. Ka. Ruang UGD selalu memantau penggunaan
dan ketersediaan obat life saving ini di UGD
3. Pengadaan obat life saving ini bekerjasama
dengan unit terkait dilinhkungan RSIA MARIA
ASSYIFA indramayu
PROSEDUR SEDIAAN : 0,1 mg dalam 10 ml (total = )
1. INDIKASI
a. Sebagai obat pilihan pertama pada
symptomatic braddicardi
b. Sebagai obat pilihan kedua pada asystole dan
brodicardi pulseles actyviti
2. PERINGATAN
a. Gunakan dengan hati-hati pada myocardinal
isehemia dan hypoxia
b. Meningkatkan kebutuhan oksigen pada otot
jantung
c. Hindari pemakaiannya
3. DOSIS
a. Asystole / pulseless electrical activity
1. IV push
2. Ulangi tiap 3-5 menit (bila asystole
menetap) sampai dosis maksimal sebesar
0,03 – 0,04 mg/kg
b. Bradikardi
1. 0,5 -1,0 mg IV setiap 3-5 menit esuai
dengan keperluan dosis tidak boleh
melebihi 0,03-0,04 mg/kg
2. Gunakan dosis interval terendah (3menit)
dan dosis tinggi 90,04 mg/kg pada posisi
klinik berat
c. Penggunaan melalui endotrachheal
2-3 mg diencerkan dalam 10 normal saline
UNIT TERKAIT 1. Dokter UGD
2. Perawat UGD
3. Inst. Farmasi
DOKUMEN TERKAIT
PENGGUNAAN OBAT LIFE SAVING
DOPAMIN
No. Dokumen: No. RevisI : Halaman:

Tanggal Di tetapkan Oleh :


terbit : Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu
STANDARD PROCEDURE
OPERSIONAL
Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN 1. Obat-obat yang digunakan untuk menyelamatkan


pasien.
2. Obat-obat untuk keperluan resusitasi
TUJUAN Untuk kemudahan dalam proses pelayanan kesehatan
KEBIJAKAN 1. Semua pengadaan obat life saving di UGD telah
diketahui oleh pegawai UGD
2. Ka. Ruang UGD selalu memantau penggunaan
dan ketersediaan obat life saving ini di UGD
3. Pengadaan obat life saving ini bekerjasama
dengan unit terkait dilinhkungan RSIA MARIA
ASSYIFA indramayu
PROSEDUR a. Tidak dianjurkan untuk penggunaan secara
rutin pada pasien cardiae arrest
4. DOSIS
a. IV infusion
b. 1 mEq / kg IV / bolus
c. Ulangi pemberian sepuluh menit kemudian
dengan dosis separuhnya
d. Lakukan pemeriksaan bloodgas analisis untuk
control terapi bicarbonate (kalkulasi base
deficit atau onsenrasi bicarbonate)
UNIT TERKAIT 1. Dokter UGD
2. Perawat UGD
3. Inst. Farmasi
DOKUMEN TERKAIT
PENGGUNAAN OBAT LIFE SAVING NATRIUM
BICARBONATE
No. Dokumen: No. RevisI : Halaman:

Tanggal Di tetapkan Oleh :


terbit : Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu
STANDARD PROCEDURE
OPERSIONAL
Dr.H.Ikrima
PENGERTIAN 1. Obat-obat yang digunakan untuk menyelamtkan
pasien.
2. Obat-obat untuk keperluan resusitasi
TUJUAN Untuk kemudahan dalam proses pelayanan kesehatan
KEBIJAKAN 1. Semua pengadaan obat life saving di UGD telah
diketahui oleh pegawai UGD
2. Ka. Ruang UGD selalu memantau penggunaan
dan ketersediaan obat life saving ini di UGD
3. Pengadaan obat life saving ini bekerjasama
dengan unit terkait dilinhkungan RSIA MARIA
ASSYIFA indramayu
PROSEDUR 1. INDIKASI
Indikasi spesifik penggunaan sodium bicarbonate
adalah sebagai berikut :
Class I :
Bila diketahui adanya hyperkalemia
Class II :
a. Bila diketahui adanya bicarbonate respon
asidosis (diabetic ketoasidosis) trisiklik
antidepresan overdosis : alkalinasi arine pada
overdosis aspirin
b. Resusitasi yang berkepanjangan dengan
ventilasi yang memadai : setelah sirkulasi
pulih dari keadaan long arrest interval.
Class III (membayangkan)
Pada keadaan hypoxic lactiv acidosi (misalnya :
pada cardiae arrest yang dilakukan resusitasi
jantung paru tanpa dilakukan intubasi)
2. PERINGATAN
a. Ventilasi yang adequate dan cepat buan
bicarbonatic yang mem buffect agent pada
cardiacarest
UNIT TERKAIT 1. Dokter RANAP
2. Perawat RANAP
3. Inst. Farmasi
DOKUMEN TERKAIT
PENGGUNAAN OBAT LIFE SAVING
EPINEPRIN
No. Dokumen: No. RevisI : Halaman:

Tanggal Di tetapkan Oleh :


terbit : Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu
STANDARD PROCEDURE
OPERSIONAL
Dr.H.Ikrima
PENGERTIAN 1. Obat-obat yang digunakan untuk menyelamtkan
pasien.
2. Obat-obat untuk keperluan resusitasi
TUJUAN Untuk kemudahan dalam proses pelayanan kesehatan
KEBIJAKAN 1. Semua pengadaan obat life saving di UGD telah
diketahui oleh pegawai UGD
2. Ka. Ruang UGD selalu memantau penggunaan
dan ketersediaan obat life saving ini di UGD
3. Pengadaan obat life saving ini bekerjasama
dengan unit terkait dilinhkungan RSIA MARIA
ASSYIFA indramayu
PROSEDUR SEDIAAN : 1 mg/10 ml dalam 1 ml ampul
a. INDIKASI
1. Cardiac arrest : VF, pulseless VT, asystole,
pulseless, pactricl active, ty
2. Syntomatic bradicardia : setelah pemberian
antropine atau transcutaneus unspacing
3. Anaplikasis/ reaksi alyergy yang berat (diberikan
bersama-sama pemberian cairan dalam jumlah
besar)
b. PERINGATAN
Meningkatkan tekanan darah dan heart rate yang
dapat mengakibatkan : ischemia myocard, angine
dan meningkatkan kebutruhan oksigen pada otot
jantung.
c. DOSIS
1. Cardiae arrest
- Dosis awal
1,0 mg TV push, dapat 3-5 menit
2. Alternative rigmen pada pemberian kedua :
- Intermediate : 2 – 5 mg IV pusn
Escalating : 1 mg, 3mg, 5 mg, IV push, setiap
pemberian selang 3 menit
UNIT TERKAIT 1. Dokter RANAP
2. Perawat RANAP
3. Inst. Farmasi
DOKUMEN TERKAIT

SOP Penanganan syok haemoragik


PROSEDUR TETAP No. Dok: No. Rev: Juml.Hal :
1
Ditetapkan tanggal Di tetapkan Oleh :
: Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN Suatu keadaan dimana terjadi gangguan perfusi yang


disebabkan karena adanya perdarahan
TUJUAN 1) Memulihkan perfusi pada jaringan
2) Memulihkan keseimbangan cairan dalam tuibuh
3) Mencegah kematian
PROSEDUR Persiapan Alat
1. Alat pelindung diri (kaca mata safety, masker,
handscoen, scort)
2. Neck collar
3. Balut cepat
4. Infus set
5. Plester
6. Ringer lactat yang hangat
7. Monitor EKG
8. Pulse oksimeter
9. Oksigen set
10. Kateter
11. Urin bag
Pelaksanaan
1) Petugas menggunakan alat pelindung diri (kaca mata
safety, masker, handscoen, scort)
2) Airway dan C spine dijamin aman
3) Breathing dijamin aman, berikan oksigen
4) Circulation
4.1 Infus 2 line dengan jarum no. 14/16 RL  1.000-
2.000 ml sesuai dengan kebutuhan atau kelasnya
syok.
4.2 Periksa laboratorium darah : golongan darah,
Hb/Ht, AGD
4.3 Transfusi spesifik type atau golongan O
4.4 Stop sumber perdarahan
4.5 Tidak ada rekasi dilakukan bedah resusitasi untuk
menghentikan perdarahan
5) Pasang monitor EKG
6) Pasang gastric tube
7) Pasang kateter dan nilai produksi urin

Hal yang perlu diperhatikan :


1) Harus dapat dilakukan di pusat gawat darurat tingkat
IV sampai tingkat I
2) Pasien dengan perdarahan yang masih aktif tidak
dapat atau tidak boleh dievakuasi / medevak
3) Metabolisme anaerob
4) Kematian sel, translokasi bakteri, SIRS
5) Gagal organ multipel (MOF) dan kematia
UNIT TERKAIT

SOP Menggunakan Pispot

PROSEDUR TETAP No. Dok: No. Rev: Juml.Hal :


1
Ditetapkan tanggal Di tetapkan Oleh :
: Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN Membantu pasien yang hendak buang air besar


TUJUAN a.    Membantu pasien dalam upaya memenuhi kebutuhan
eliminasi
b.   Mengurangi pergerakan pasien
c.    Mengetahui adanya kelainan feces
PROSEDUR  Persiapan alat
1) Pispot
2) Air dalam botol
3) Kapas cebok/toilet tissue dalam tempatnya
4) Sarung tangan bersih, masker dan celemek
5) Bengkok
6) Selimut/kain penutup
7) Perlak dan alasnya
8) Sampiran
9) Bel bila tersedia
Prosedur
1. Pintu ditutup atau pasang sampiran
2. Pasang perlak dan alasnya
3. Cuci tangan, pasang celemek, masker, sarung tangan
bersih dan berdiri disisi klien
4. Pakaian bagian bawah klien ditanggalkan kemudian
bagian badan yang terbuka ditutup dengan selimut
atau kain penutup yang tersedia
5. Klien dianjurkan menekuk lututnya dan mengangkat
bokong (jika perlu dibantu oleh perawat lain)
6. Pispot diatur sampai terletak dibawah bokong klien,
jika klien tidak dapat melakukannya sendiri, perawat
membantu dengan mengangkat bokong klien
menggunakan tangan kanan dan tangan kiri mengatur
pispot sampai terpasang tepat dan nyaman
7. Bila klien sudah selesai, kakinya direnggangkan dan
selimut dibuka. Anus dan daerah genitalia dibersihkan
dengan kapas cebok (tangan kanan menyiram dan
tangan kiri membersihkan). Kapas cebok dibuang
kedalam pispot. Angkat pispot dan tutup kembali
8. Bila klien ingin membersihkan sendiri, perawat
membantu menyiramkan air
9. Keringkan bokong klien dengan pengalas
10. Klien dirapihkan
11. Alat dirapihkan
12. Pintu dan sampiran dibuka
13. Mencuci tangan
14. Melaksanakan dokumentasi :
1) Catat tindakan yang dilakukan dan hasil serta
respon klien pada lembar catatan klien
2) Catat tgl dan jam melakukan tindakan dan nama
perawat yang melakukan dan tanda tangan/paraf
pada lembar catatan klie

SOP PERAWATAN KOLOSTOMI

PROSEDUR TETAP No. Dok: No. Rev: Juml.Hal :


1
Ditetapkan Di tetapkan Oleh :
tanggal : Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu
Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN Membersihkan stoma kolostomi, kulit sekitar stoma dan


mengganti kantong kolostomi secara berkala sesuai
kebutuhan
TUJUAN 1. Menjaga kebersihan klien
2. Mencegah terjadinya infeksi
3. Mencegah iritasi kulit sekitar stoma
4. Mempertahankan kenyamanan klien dan lingkungannya
PROSEDUR SIKAP PERAWAT SAAT MERAWAT KOLOSTOMI
• Tidak menunjukkan rasa jijik
• Terampil dan tidak ragu-ragu
• Menjalankan komunikasi terapeutik
• Menunjukkan sikap empati
• Efèktif dan efisien
• Menjaga privacy klien.
Menyiapkan alat : 
1. Kantong kolostomi sesuai kebutuhan
2. Kapas
3. Larutan NaCI 0,9 %/ air matang
4. Bedpan/pispot
5. Spidol 
6. Gunting (k/p)
7. Pola ukuran stoma
8. Stoma powder
9. Stoma hasive paste
10.Waslap
11.Sabun mandi 
12. Air hangat
13. Sepasang sarung tangan
14. Kasa kering
15. Bengkok/piala ginjal
16.Perlak dan pengalasnya
17. Kantong plastic
18.Tempat sampah
Pelaksanaan
1. Memberi salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Memberi kesempatan pasien untuk bertanya

4. Mengatur posisi tidur klien (supinasi)


5. Mengatur tempat tidur klien dan lingkungan klien
(menutup korden, jendela, pintu memasang
penyekat tempat tidur (k/p), mempersilahkan
keluarga untuk menunggu diluar kecuali jika
diperlukan untuk belajar merawat kolostomi klien
dll)
6. Perawat mencuci tangan dan memakai sarung
tangan
7. Meletakkan perlak dan pengalasnya di sebelah
kanan/ kiri klien sesuai letak stoma
8. Meletakkan bengkok di atas perlak dan didekatkan
ke tubuh klien
9. Membuka set kolostomi,siapkan kapas berisi cairan
NaCI 0,9%/ air matang
10. Mengobservasi produk stoma (warna, konsistensi,
bau & jumlah), jika tipe kantong kolostomi
drainable, buka klem buang feses ke pispot.
11. Membuka kantong kolostomi yang terpasang pada
tubuh klien dengan sangat hati-hati dan tangan kiri
menekan kulit klien.
12. Membuang kantong kolostomi kotor ke tempat
sampah/plastik
13. Membersihkan kulit sekitar stoma dengan sabun
dan air hangat dg menggunakan waslap
14. Membersihkan stoma dan sisa feces/produk stoma
dengan kapas NaCI 0,9% dengan sangat hati-hati
(hindari perdarahan)
15. Mengeringkan kulit sekitar stoma dengan
kassa/tisue. 
16. Mengobservasi stoma dan kulit sekitar stoma
17. Berikan stoma powder sekitar kulit stoma, dan
stoma hasiv pasta disekitar stoma
18. Mengukur stoma dan gambar pola stoma pada
plastic penutup kantong dengan menggunakan
spidol, kemudian gambar pola pada bagian yang
adesif pada kantong stoma kemudian gunting
sesuai ukuran stoma
19. Membuka salah satu sisi perekat kantong
kolostomi dan menempelkan dengan tepat dengan
menghindari udara masuk kantong kolostomi
20. Menempelkan kantong kolostomi dengan posisi
Vertical/ horizontal/ miring sesuai kebutuhan kilen
(sesuaikan dengan aktivitas klien). Klem kantong
kolostomi jika menggunakan tipe drainable pounch
21. Mengevaluasi respon klien dan keadaan stoma.
22. Merapikan klien dan alat.
23. Melepas sarung tangan dan cuci tangan.
24. Mendokumentasikan : kondisi stoma(bentuk,warna
stoma,kelaian stoma) keluaran
stoma(warna,jumlah)
UNIT TERKAIT

SOP PEMASANGAN INFUS

PROSEDUR TETAP No. Dok: No. Rev: Juml.Hal :


1
Ditetapkan Di tetapkan Oleh :
tanggal : Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN Pemasangan infus untuk memberikan obat/cairan


melalui parenteral
TUJUAN 1. Melaksanakan fungsi kolaborasi dengan dokter
2. Pasien yang mendapatkan obat yang diberikan
secara intra vena (I.V)
3. Pasien dehidrasi untuk rehidrasi parenteral
PROSEDUR Persiapan alat
1. Sarung tangan 1 pasang
2. Selang infus sesuai kebutuhan (makro drip atau
mikro drip)
3. Cairan parenteral sesuai program
4. Jarum intra vena (ukuran sesuai)
5. Kapas alkohol dalam kom (secukupnya)
6. Desinfektan
7. Torniquet/manset
8. Perlak dan pengalas
9. Bengkok 1 buah
10. Plester / hypafix
11. Kassa steril
12. Penunjuk waktu
Pelaksanaan
1. Melakukan verifikasi data sebelumnya bila ada
2. Mencuci tangan
3.  Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar
4. Memberikan salam sebagai pendekatan
terapeutik
5.  Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
keluarga/pasien
6. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan
dilakukan
7. Melakukan desinfeksi tutup botol cairan
8. Menutup saluran infus (klem)
9.  Menusukkan saluran infus dengan benar
10. Menggantung botol cairan pada standard infuse
11. Mengisi tabung reservoir infus sesuai tanda
12.  Mengalirkan cairan hingga tidak ada udara dalam
slang
13. Mengatur posisi pasien dan pilih vena
14.  Memasang perlak dan alasnya
15.  Membebaskan daerah yang akan di insersi
16. Meletakkan torniquet 5 cm proksimal yang akan
ditusuk
17. Memakai hand schoen
18. Membersuhkan kulit dengan kapas alkohol
(melingkar dari dalam keluar)
19. Mempertahankan vena pada posisi stabil
20.  Memegang IV cateter dengan sudut 300
21.  Menusuk vena dengan lobang jarum menghadap
keatas
22.  Memastikan IV cateter masik intra vena
kemudian menarik Mandrin + 0,5 cm
23.  Memasukkan IV cateter secara perlahan
24.  Menarik mandrin dan menyambungkan dengan
selang infuse
25.  Melepaskan toniquet
26.  Mengalirkan cairan infuse
27.  Melakukan fiksasi IV cateter
28.  Memberi desinfeksi daerah tusukan dan
menutup dengan kassa
29.  Mengatur tetesan sesuai program
30.  Melakukan evaluasi tindakan
31. Melakukan kontrak untuk kegiatan selanjutnya
32.  Berpamitan dengan klien
33. Membereskan alat-alat
34. Mencuci tangan
35. Mencatat kegiatan dalam lembar catatan
perawatan
UNIT TERKAIT
SOP Keperawatan VULVA HYGIENE

PROSEDUR TETAP No. Dok: No. Rev: Juml.Hal :


1
Ditetapkan tanggal Di tetapkan Oleh :
: Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN Memberikan tindakan pada vulva untuk menjaga


kebersihannya
TUJUAN 1. Untuk mencegah terjadinya infeksi di daerah
vulva, perineum maupun uterus
2. Untuk penyembuhan luka perineum/jahitan pada
perineum
3. Untuk kebersihan perineum dan vulva
4. Memberikan rasa nyaman pasien
PROSEDUR Persiapan alat
1. Oleum coccus yang hangat (direndam dalam air
hangat)
2. Kapas
3. Handuk besar: 2 buah
4. Peniti: 2 buah
5. Air hangat dan dingin dalam baskom
6. Waslap: 2 buah
7. Bengkok
Pelaksanaan
1. Melakukan verifikasi program pengobatan klien
2. Mencuci tangan
3. Menyiapkan alat
4. Memberikan salam kepada pasien dan sapa nama
pasien
5. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan pada
klien/keluarga
6. Menanyakan persetujuan dan kesiapan klien
sebelum kegiatan dilakukan
7. Memasang sampiran/menjaga privacy
8. Memasang selimut mandi
9. Mengatur posisi pasien dorsal recumbent
10.Memasang alas dan perlak dibawah pantat
11.Gurita dibuka, celana dan pembalut dilepas
bersamaan dengan pemasangan pispot, sambil
memperhatikan lochea. Celana dan pembalut
dimasukkan dalam tas plastic yang berbeda
12.Pasien disuruh BAK/BAB
13.Perawat memakai sarung tangan kiri
14.Mengguyur vulva dengan air matang
15.Pispot diambil
16.Mendekatkan bengkok kedekat pasien
17.Memakai sarung tangan kanan, kemudian
mengambil kapas basah. Membuka vulva dengan
ibu jari dan jari telunjuk kiri
18.Membersihkan vulva mulai dari labia mayora kiri,
labia mayora kanan, labia minora kiri, labia minora
kanan, vestibulum, perineum. Arah dari atas ke
bawah dengan kapas basah (1 kapas, 1 kali usap)
19.Perhatikan keadaan perineum. Bila ada jahitan,
perhatikan apakah lepas/longgar, bengkak/iritasi.
Membersihkan luka jahitan dengan kapas basah
20.Menutup luka dengan kassa yang telah diolesi
salep/betadine
21.Memasang celana dalam dan pembalut
22.Mengambil alas, perlak dan bengkok
23.Merapikan pasien, mengambil selimut mandi dan
memakaikan selimut pasien
24.Mengevaluasi hasil tindakan yang baru dilakukan
25.Berpamitan dengan pasien
26.Membereskan dan kembalikan alat ke tempat
semula
27.Mencuci tangan
28.Mencatat kegiatan dalam lembar keperawatan
UNIT TERKAIT

SOP Pemakaian Handscoen


PROSEDUR TETAP No. Dok: No. Rev: Juml.Hal :
1
Ditetapkan tanggal Di tetapkan Oleh :
: Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN
TUJUAN
PROSEDUR 1. Mengambil handscoen steril dengan menggunakan
tangan dominan.
2. Menerima handscoen kiri dengan memegang bagian
dalam dari handscoen yang terlipat dari lipatannya.
3. Mengecek adanya kebocoran handscoen dengan cara
membuka hanscoen. Jika terdapat lubang atau terasa
adanya udara keluar dari hanscoen (bocor) maka
handscoen dibuang. Jika tidak ada kebocoran, letakkan
handscoen kiri di tempat yang steril. Memegang
handscoen dengan tangan kiri pada bagian dalam
handscoen, masukkan jari-jari perlahan sampai semua
jari pas pada bagiannya, lalu dengan tangan kiri tetap
memegang bagian dalam handscoen ke dalam hingga
handscoen terpakai dengan sempurna.
4. Begitu juga sebaliknya pada saat memakai handscoen
kiri.

Prosedur Pemakaian Handschoen Baru

1. Cuci tangan sesuai prosedur.


2. Packing steril disobek pada pada bagian tepi yang
diberi tanda sehingga lapiran kertas terbuka.
3. Menarik keluar bungkus dalam handschoen,
meletakkan bungkus dalam dalam posisi terbuka di
atas meja datar.
4. Mengambil handschoen tangan kanan dengan
menggunakan tangan kiri dengan memegang bagian
pergelangan handschoen yang terlipat keluar.
5. Memasukkan tangan kanan kedalam handschoen.
6. Mengambil handschoen tangan kiri dengan
menggunakan 3 jari (telunjuk, tengah dan manis)
diselipkan di lipatan handschoen (hanya menyentuh
sisi luar handschoen).
7. Memasukkan tangan kiri kedalam handschoen.
8. Merapikan posisi jari dan tangan didalam
handschoen.
9. Selama prosedur, tangan yang belum terpasang
handschooen hanya boleh menyentuh sisi dalam
handschoen. Tangan yang sudah memakai
handschoen hanya boleh menyentuh sisi luar
handschoen.
10. Bila kidal, dapat dipasang handschoen tangan kiri
lebih dahulu.

SOP Melepas Handscoen

1. Tangan kanan menarik handscoen tangan kiri dari


luar
2. Tangan kiri menarik handscoen tangan kanan dari
bagian dalam
3. Handscoen dibuang ke tempat sampah medis
UNIT TERKAIT

SOP HEACTING
PROSEDUR TETAP No. Dok: No. Rev: Juml.Hal :
1
Ditetapkan tanggal Di tetapkan Oleh :
: Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN
TUJUAN
PROSEDUR
1. Mengambil pemegang jarum beserta jarum dan
benangnya dengan tangan kanan
2. Mengambil klaim chirugis dengan tangan kiri
3. Menjepit pinggir luka dengan klaim chirugis
4. Menusukkan jarum sekitar 0,5 cm dipinggir luka
5. Jarum dilepas dari nail pouder, ujung jarum dijepit nail
pouder lalu ditarik sampai terlepas dari kulit, lalu jarum
diklaim lagi dengan nail pouder
6. Menjepit jaringan kulit disebelahnya dengan klaim
chirugis dan jarum ditusukan dari dalam luka kearah
luar. ujung jarum dijepit nail pouder lalu ditarik sampai
terlepas dari kulit
7. tarik ujung benang yang ada jarumnya dengan tangan
kiri sampai ujung benang yang satunya tersisa 3 cm dari
permukaan kulit, kemudian pegang nald pouder dengan
tangan kanan lalu benang yang panjang dililitkan pada
ujung nald pouder sampai tiga kali.
8. Jepit ujung benang yang satunya  (benang yang pendek)
dengan nald pouder kemudian di tarik kearah yang
berlawanan sampai jaringan kulit yang satu bertemu
dengan jaringan kulit yang lain (tarikan tidak boleh
terlalu kencang dan terlalu longgar)
9. Ulangi cara tindakan tersebut sampai (3) tiga kali untuk
menghindari simpul tersebut terlepas

UNIT TERKAIT
Prosedur penatalaksanaan tetanus
PROSEDUR TETAP No. Dok: No. Rev: Juml.Hal :
1
Ditetapkan tanggal Di tetapkan Oleh :
: Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN
TUJUAN
PROSEDUR PERSIAPAN ALAT :
1. Oksigen
2. Suction aparatus
PENATALAKSANAAN
1. Penderita diterima di penerimaan awal
2. Penderita dibaringkan di triage untuk diseleksi dan
pemeriksaan awal
3. Penderita dibawa ke ruang kartu merah untuk
pemeriksaan lebih lanjut
4. Penderita dilakukan pemeriksaan laboratorium
5. Berikan oksigen
6. Dilakukam penghisapan lendir dengan suction
7. Pasang infus RL
8. Penderita di MRS kan
Pada dasarnya, penatalaksaannya tetanus bertujuan untuk :
9. Debridement
10. Eliminasi kuman
11. Untuk meghilangkan suasana anaerob, dengan cara
membuang jaringan yang rusak, membuang benda
asing, merawat luka / infeksi umbilicus, membersihkan
liang telinga / mengobati otitis media
12. Antibiotika : Penicilline procaine 50.000 – 100.000 IU /
kg / hari IM, 1 – 2 kali sehari minimal selama 10 hari.
Antibiotika lain ditambahkan sesuai dengan penyulit
yang timbul.
13. Netralisasi Toksin : Toksin yang dapat dinetralisir
adalah toksin yang belum melekat di jaringan.
14. Dapat diberi TIGH 500 KI (neonatus) – 6000 KI i.m
atau ATS 5000 KI – 100.000 KI.
15. Perawatan Suportif :
Perawatan penderita tetanus harus intensif dan
rasional.
16. Nutrisi dan Cairan :
16.1 Pemberian cairan IV disesuaikan jumlah dan
jenisnya dengan keadaan penderita, seperti
sering kejang, hiperpireksia dan sebagainya.
16.2 Beri nutrisi tinggi kalori, bila perlu dengan nutrisi
parenteral.
16.3 Bila sonde nasogastric telah dapat dipasang
(tanpa memperberat kejang), pemberian
makanan per oral hendaknya segera
dilaksanakan.
17. Menjaga agar pernapasan tetap efisien :
17.1 Pembersihan saluran napas dari lendir.
17.2 Pemberian zat asam tambahan.
17.3 Bila perlu, lakukan tracheostomi (tetanus
berat).
18. kekakuan dan mengatasi kejang :
18.1 Antikonvulsan diberikan secara titrasi,
disesuaikan dengan kebutuhan dan respons
klinis.
19. Pada penderita yang cepat memburuk (serangan
kejang makin sering dan makin lama), pemberian
antikonvulsan dirubah seperti pada awal terapi, yaitu
dimulai lagi dengan pemberian bolus, dilanjutkan
dengan dosis rumatan yang lebih tinggi.
20. Bila dosis maksimal telah tercapai namun kejang
belum teratasi, harus dilakukan pelumpuhan otot
secara total dan dibantu dengan pernapasan makanik
(ventilator).
UNIT TERKAIT

SOP Up Hecting/ Mengangkat Jahitan

PROSEDUR TETAP No. Dok: No. Rev: Juml.Hal :


1
Ditetapkan tanggal Di tetapkan Oleh :
: Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN
TUJUAN
PROSEDUR PERSIAPAN ALAT
1 Hekting set
2 Kasa steril/ plester
3 Betadine 10%
4 Bengkok
PELAKSANAAN PROSEDUR
1. Menjelaskan tindakan yang akan dilakukan
2. Mengatur posisi
3. Mencuci tangan
4. Angkat balutan, lepas plester
5. Balutan dibuang ke bengkok
6. Observasi luka jahitan bila luka kering jahitan dibuka
menggunakan pinset cirurgis dan gunting up hekting/
lurus sambil menganjurkan klien untuk menarik nafas
dalam.
7. Benang jahitan dibuang kedalam bengkok
8. Tutup luka dengan kasa steril menggunanakan betadine
9. Lalu fiksasi dengan plester
10. Bersihkan alat
11. Mencuci tangan
UNIT TERKAIT

SOP ALAT TENUN


PROSEDUR TETAP No. Dok: No. Rev: Juml.Hal :
1
Ditetapkan tanggal : Di tetapkan Oleh :
Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu

Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN Suatu alat yang berupa bahan dasar yang dapat menyerap keringat dan
mudah dibersihkan guna
mendukung pelayanan keperawatan dan kebidanan yang efektif dan
efisien .
TUJUAN 1. Mencegah terjadinya infeksi silang.
2. Memelihara peralatan dalam keadaan siap pakai
KEBIJAKAN Tersedianya alat tenun yang memadai untuk mencapai tujuan pelayanan
keperawatan dan kebidanan.
PROSEDUR 1. SPREI BESAR
1.1 Ukuran = 2,80 x 2m
1.2 Terbuat dari bahan kuat dan tahan lama,
1.3 Warna sejuk, sehingga kelihatan apabila kelihatan kotor.
1.4 Penggunaan :
1.4.1 Dipakai pada setiap tempat tidur bila akan menerima
pasien baru.
1.4.2 Sprei besar dipasang
Garis tengah lipatan sprey harus tepat ditengah-tengah
kasur. Bagian atas sprey dimasukkan rata dibawah kasur
sedalam lebih kurang 30 cm , demikian juga sprei pada
bagian kaki estela ditarik
setegang mungkin. Pada ujung sisi-sisi kasur dibuat sudut
segitiga (L 900), lalu seluruh tepi sprei besar dimasukkan
kebawah kasur dengan rapid an tegang. Demikian juga
sisi yang satu lagi.
1.5 Pemeliharaan :
1.5.1 Sprei yang sudah dipakai atau sudah kotor dikumpulkan
menjadi satu. Pada saat akan dicuci, sebelumnya
dipisahkan menurut jenis dan warnanya, serta dipisahkan
lagi untuk sprei yang digunakan oleh pasien yang
mempunyai penyakit menular. Dan direndam
menggunakan disenfektan. Lalu dicuci menggunakan
mesin cuci. Kemudian dijemur di tempat terbuka dan di
bawah terik matahari yang telah disediakan
1.5.2 Setelah sprei kering, lalu disetrika dan disusun menurut
pemakaiannya.
2. GORDYN
 Ukuran menyesuaikan dengan bentuk dan panjang ruangan.
 Terbuat dari bahan yang kuat dan tahan lama,
 Warna terang agar penglihatan terang dan sejuk.
Penggunaan :
1. Dipakai pada setiap jendela, pintu, dan pembatas pasien
2. Gordyn dipasang dengan mengaitkan masing-masing biji gordyn
pada pasangannya. Lalu dipasang sesuai fungsinya secara rapid an
teratur.
Pemeliharaan :
1. Gordyn yang sudah dipakai atau sudah kotor dikumpulkan menjadi
satu. Dicuci dengan frekuensi 2 minggu sekali . pada saat akan dicuci ,
sebelumnya dipisahkan menurut jenis dan warnanya, serta dipisahkan
lagio gordyn yang digunakan oleh pasien yang mempunyai penyakit
menular. Dan direndam menggunakan disinfektan. Lalu dicuci
menggunakan mesin cuci. Kemudian dijemur ditempat terbuka dan
dibawah terik matahari yang telah disediakan.
2. Setelah gordyn kering, lalu disetrika dan disusun menurut
pemakaiannya.

3. SELIMUT BIASA
1. Ukuran biasa
2. Terbuat dari bahan katun yang kuat dan tahan lama.
Penggunaan :
1. Selimut dilipat 4 secara terbalik, dipasang pada kasur bagian kaki,
bagian atas yang terbalik dimasukkan lebih 10 cm. pada ujung sisi-
sisinya dimasukkan kebawah kasur.
2. Kemudian pada sisi kaki dibuat sudut segitiga (1,900)
Pemeliharaan :
1. Selimut yang sudah dipakai atau sudah kotor dikumpiulkan menjadi
satu. Pada saat akan dicuci, sebelumnya dipisahkan menurut jenis dan
warnanya, serta dipisahkan lagi untuk sprei yang digunakan oleh
pasien yang mempunyai penyakit menular. Dan direndam
menggunakan disinfektan. Lalu dicuci menggunakan mesincuci.
Kemudian dijemur di tempat terbuka dan dibawah terik matahari yang
telah disediakan.
2. Setelah selimut kering, lalu disetrika dan disusun menurut
pemakaiannya.
4. SARUNG BANTAL
1. Ukuran disesuiakan dengan bantalnya.
2. Terbuat dari bahan yang sama dengan sprei.
Penggunaan :
1. Bantal dipasangkan sarungnya, sudut-sudut bantal dimasukkan
benar-benar kedalam sudutsudut
2. bantalnya. Letakkan pada tempat tidur bagian kepala dan bagian
sarung bantal yang terbuka jangan
3. menghadap kearah pintu masuk.
Pemeliharaan :
1. Bantal yang sudah dipakai atau sudah kotor dikumpiulkan menjadi
satu. Pada saat akan dicuci, sebelumnya dipisahkan menurut jenis
dan warnanya, serta dipisahkan lagi untuk sarung bantal yang
digunakan oleh pasien yang mempunyai penyakit menular. Dan
direndam menggunakan disinfektan. Lalu dicuci menggunakan
mesincuci. Kemudian dijemur di tempat terbuka dan dibawah terik
matahari yang telah disediakan.
2. Setelah sarung bantal kering, lalu disetrika dan disususn menurut
pemakaiannya.

5. TAPLAK MEJA
1. Ukuran disesuaikan dengan meja
2. Terbuat dari bahan katun
Penggunaan :
1. Taplak meja dipasangkan dimeja pasien. Sisi kiri dan sisi kanan
harus sama dan sejajar
Pemeliharaan :
1. Taplak meja yang sudah dipakai atau sudah kotor dikumpulkan
menjadi satu. Pada saat akan dicuci, sebelumnya dipisahkan
menurut jenis dan warnanya, serta dipisahkan lagi untuk taplak
meja yang digunakan oleh pasien yang mempunyai penyakit
menular. Dan direndam menggunakan disenfektan. Lalu dicuci
menggunakan mesin cuci. Kemudian dijemur di tempat terbuka
dan di bawah terik matahari yang telah disediakan.
2. Setelah taplak meja kering, lalu disetrika dan disusun menurut
pemakaiannya.

6. WASLAP
 Ukuran standar
 Terbuat dari bahan handuk
Penggunaan :
1. Waslap digunakan sesuai dengan kebutuhan apakah untuk
mengelap pasien atau untuk mengompres pasien
2. Waslap digunakan dengan membasahi secukupnya jangan terlalu
basah dan jangan terlalu kering.
Pemeliharaan :
1. Waslap yang sudah dipakai atau sudah kotor dikumpulkan menjadi
satu. Pada saat akan dicuci, sebelumnya dipisahkan menurut jenis
dan warnanya, serta dipisahkan lagi untuk waslap yang digunakan
oleh pasien yang mempunyai penyakit menular. Dan direndam
menggunakan disenfektan. Lalu dicuci menggunakan mesin cuci.
Kemudian dijemur di tempat terbuka dan dibawah terik matahari
yang telah disediakan.
2. Setelah waslap kering, lalu disetrika dan disusun menurut
pemakaiannya..
7. MASKER
 Ukuran standar
 Terbuat dari bahan katun
Penggunaan :
1. Masker digunakan sesuai dengan kebutuhan pada saat kita
berhadapan atau melakukan tindakan kepada pasien
2. Masker digunakan dengan menaruh masker pada mulut dan
hidung lalu mengkaitkan tali masker pada kedua telinga
Pemeliharaan :
Masker yang sudah dipakai langsung dibuang ke pembuangan yang
sudah ditentukan.

8. DUK DAN DUK BOLONG


 Ukuran disesuaikan dengan jenis luka
 Terbuat dari bahan katun yang kuat dan tahan lama
Penggunaan :
1. Duk dipasangkan pada daerah luka yang akan dilakukan tindakan
2. Letakkan pada bagian luka dan bagian yang terbuka, untuk
menjaga kesterilan luka.
Pemeliharaan :
1. Duk yang sudah dipakai atau sudah kotor dikumpulkan menjadi
satu.
2. Pada saat akan dicuci, sebelumnya dipisahkan menurut jenis dan
warnanya, serta dipisahkan lagi untuk duk yang digunakan oleh
pasien yang mempunyai penyakit menular. Dan direndam
menggunakan disenfektan.
3. Lalu dicuci menggunakan mesin cuci. Kemudian dijemur di tempat
terbuka dan di bawah terik matahari yang telah disediakan.
4. Setelah duk kering, lalu disetrika dan disusun menurut
pemakaiannya.

9. PAKAIAN OPERASI
1. Ukuran standar :
2. Terbuat dari bahan katun, yang kuat dan tahan lama.
Penggunaan :
1. Pakaian operasi digunakan sesuai dengan kebutuhan, pada saat
akan melakukan tindakan operasi ke pasien.
2. Pakaian digunakan seperti menggunakan pakaian biasa lainnya,
namun pemakaiannya tidak diperbolehkan keluar dari ruang steril.
Pemeliharaan :
1. Pakaian yang sudah dipakai atau sudah kotor dikumpulkan
menjadi satu. Pada saat akan dicuci, sebelumnya dipisahkan
menurut jenis dan warnanya, serta dipisahkan lagi untuk pakaian
yang digunakan oleh pasien yang mempunyai penyakit menular.
2. Dan direndam menggunakan disenfektan. Lalu dicuci
menggunakan mesin cuci. Kemudian dijemur di tempat terbuka
dan di bawah terik matahari yang telah disediakan.
3. Setelah pakaian kering, lalu disetrika dan disterilkan
menggunakan autoklaf..

UNIT TERKAIT  Petugas Sarana


 Petugas Keperawatan

SOP ALAT KESEHATAN DI RUANG


KEPERAWATAN
PROSEDUR TETAP No. Dok: No. Rev: Juml.Hal :
1
Ditetapkan tanggal Di tetapkan Oleh :
: Kepala RSIA Maria Assyifa
Indramayu
Dr.H.Ikrima

PENGERTIAN
TUJUAN
PROSEDUR 1. TENSI METER
Penggunaan :
1. Lengan baju dibuka/digulung diatas
2. Pembalut (manset) dari tensimeter dipasang pada
lengan atas dengan pipa karetnya berada disisi luar
lengan . membalutnya jangan terlalu kuat atau
terlalu longgarPompa di pasangkan· Denyut arteri
brachialis diraba ,lalu stetoskop ditekankan pada
daerah tersebut
3. Sekrup balon karet ditutup, pengunci air raksa
dibuka
4. Balon dipompa sampai denyut arteri tidak
terdengar lagi dan air raksa di dalam pipa gelas nai
5. Kemudian sekrup balon dibuka sehingga air raksa
turun perlahan-lahan,sambil melihat turunnya air
raksa dengarkan denyutan pertama
6. Dengarkan terus sampai terdengar denyutan
terakhir disebut tekana dyastol
7. Hasilnya dicatat seperti : 120/80 mmHg (hasil
normal)
Pemeliharaan :
1. Rapikan alat-alat
2. Sebelum menutup tensimeter masukkan dulu air
raksa ke dalam resevoarnya. Manset dan balon
disusun pada tempatnya untuk mencegah pecahnya
tabung air raksa.
3. Alat tersebut dikalibrasikan setiap 6 bulan sekali

2. STRETOSCOPE
Penggunaan :
1. Pakaian dibuka keatas
2. Kaitkan alat pendengar ketelinga, lalu letakkan
stethoscope pada daerah yang akan diperiksa
Pemeliharaan :
Alat yang sudah dipakai dibersihkan dan dirapikan
kembali

3. TIMBANGAN BERAT BADAN


Penggunaan :
1. Letakkan timbangan pada tempat yang datar,agak
mempengaruhi hasil
2. Pasien dipersilahkan berdiri diatas timbangan dengan
tidak memakai sepatu dan meletakkan tas,apabila
dibawa
3. Setelah pasien berdiri diatas timbangan perawat
mmembaca hasil dari timbangan pasien
4. Lalu mencatatnya
Pemeliharaan :
Alat yang sudah dipakai dirapikan kembali

4. STRERILISATOR
Penggunaan :
1. Cuci dan keringkan semua alat/barang yang akan
disterilkan taruh dan atur pada setiap rak yang ada
2. Barang / alat yang tidak tahan panas taruh pada
bagian atas, dan tahan panas sebaiknya ditaruh pada
bagian bawah
3. Tutup pintu sebelum sterilisator dipanaskan dan
dinyalakan
4. Tekan tombol power maka lampu display menyala
5. Tekan tombol Cepper 1x untuk mengaktifkan
sterilisasi bagian atas “ultraviolet” pada display akan
Nampak angka “30” yang berarti sterilisasi akan
berlangsungselama 30 menit.
6. Tekan tombol upper 2x untuk mengubah lama
sterilisasi menjadi 60 menit. Tekan tombol under 1x
apabila hendak melakukan sterilisasi pada bagian
bawah.
7. Tekan tombol under 2x untuk mengeringkan alat
(suhu yang dicapai hanya 500c). tekan tombol under
3x untuk melakukan sterilisasi selama 20 menit lalu
dilanjutkan dengan pengeringan.
8. Lampu indicator akan mati secara otomatis sesuai
dengan setting waktu. Sterilisasi masih berlangsung
selama 20 menit sejak lampu indicator mati maka
janganlah membuka pintu dalam mas tersebut untuk
mencapai efek sterilisasi yang optimal.
9. Jika ingin mematikan seluruh fungsi sterilisasi saat
mesin masih bekerja maka cukupmenekan tombol
power.

UNIT TERKAIT

Anda mungkin juga menyukai