SALINAN
TENTANG
WALIKOTA PASURUAN,
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
BAB II
KETENTUAN PERIZINAN
Bagian Pertama
Pasal 2
(1) Setiap orang pribadi atau badan yang mendirikan, membongkar atau
memperluas usahanya diwajibkan memiliki izin gangguan.
(2) Syarat-syarat dan tata cara untuk memperoleh izin gangguan
dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Walikota sesuai
peraturan perundang-undangan.
(3) Kewajiban memiliki Izin Gangguan dikecualikan terhadap :
a. kegiatan yang berlokasi di dalam Kawasan Industri, Kawasan
Berikat, dan Kawasan Ekonomi Khusus;
b. kegiatan yang berada di dalam bangunan atau lingkungan yang
telah memiliki izin gangguan; dan
c. usaha mikro dan kecil yang kegiatan usahanya di dalam
bangunan atau persil yang dampak kegiatan usahanya tidak
keluar dari bangunan atau persil.
(4) Perubahan Izin Gangguan dikenakan pada perubahan kegiatan usaha
atau nama penanggung jawab perusahaan atau alamat lokasi kegiatan
usaha.
Pasal 3
Bagian Kedua
Persyaratan dan Tata Cara Memperoleh Izin
Pasal 4
Pasal 5
Bagian Keempat
Kriteria Gangguan
Pasal 6
BAB III
KEWENANGAN PENERBITAN IZIN
Pasal 7
Pasal 8
Pasal 9
Pasal 10
Pasal 11
BAB V
NAMA, OBJEK DAN SUBJEK RETRIBUSI
Pasal 13
Pasal 13
Pasal 14
Subyek Retribusi Izin Gangguan adalah orang pribadi atau badan yang
memperoleh izin gangguan dari Pemerintah Kota.
BAB VI
GOLONGAN RETRIBUSI
Pasal 15
BAB VII
CARA MENGUKUR TINGKAT PENGGUNAAN JASA
Pasal 16
BAB VIII
PRINSIP DAN SASARAN DALAM PENETAPAN
STRUKTUR DAN BESARNYA TARIF
Pasal 17
(1) Prinsip dan sasaran dalam penetapan struktur dan besarnya tarif
retribusi didasarkan pada tujuan untuk menutup sebagian atau seluruh
biaya penyelenggaraan pemberian izin gangguan.
(2) Biaya penyelenggaraan pemberian izin sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) meliputi penerbitan dokumen izin, pengawasan dan
pengendalian di lapangan, penegakan hukum, penata usahaan dan
biaya dampak negatif dari pemberian izin tersebut.
BAB IX
STRUKTUR DAN BESARNYA RETRIBUSI
Pasal 18
(1) Setiap orang pribadi atau badan yang mendapat izin gangguan,
diwajibkan membayar retribusi.
(2) Retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dibayar lunas sebelum
surat izin gangguan diserahkan.
Pasal 19
(1) Struktur tarip retribusi digolongkan berdasarkan nilai luas ruang
usaha.
(2) Besarnya tarip retribusi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sebagai berikut :
a. luas <250 m2 Rp. 50.000,-
b. luas 251 m2 s/d 500 m2 Rp. 75.000,-
c. luas 501 m2 s/d 750 m2 Rp. 100.000,-
d. luas 751 m2 s/d 1000 m2 Rp. 150.000,-
e. luas 1001 m2 s/d 2000 m2 Rp. 200.000,-
f. luas 2001 m2 s/d 4000 m2 Rp. 300.000,-
g. luas 4001 m2 s/d 5000 m2 Rp. 400.000,-
h. luas 5001 m2 s/d 7500 m2 Rp. 500.000,-
i. luas 7501 m2 s/d 10000 m2 Rp. 600.000,-
j. luas 10.000 m2 < Rp. 800.000,-
BAB X
TATA CARA PERHITUNGAN RETRIBUSI
Pasal 20
Retibusi yang terutang dihitung dengan perkalian antara tingkat
penggunaan jasa sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 ayat (3) dengan
tarif retribusi sebagaimana dimaksud dalam pasal 19 ayat (2).
Pasal 21
Retribusi yang terutang dipungut di wilayah kota.
BAB XII
MASA RETRIBUSI DAN SAAT RETRIBUSI TERUTANG
Pasal 22
Masa Retribusi adalah jangka waktu selamanya perusahaan melakukan
usahanya.
Pasal 23
Saat retribusi terutang terjadi pada saat diterbitkan SKRD atau dokumen
lain yang dipersamakan
BAB XIII
TATA CARA PEMUNGUTAN
Pasal 24
(1) Retribusi dipungut dengan menggunakan SKRD.
(2) Dalam hal Wajib Retribusi tertentu tidak membayar tepat pada
waktunya atau kurang membayar, dikenakan sanksi administratif
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) setiap bulan dari Retribusi
yang terutang yang tidak atau kurang dibayar dan ditagih dengan
menggunakan STRD.
(3) Penagihan Retribusi terutang sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
didahului dengan Surat Teguran.
Pasal 25
Hasil pemungutan retribusi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (1)
disetor ke Kas Umum Daerah secara Bruto.
BAB XIV
KEBERATAN
Pasal 26
(1) Wajib retribusi tertentu hanya dapat mengajukan keberatan kepada
walikota atau pejabat yang ditunjuk atas SKRD atau dokumen lain
yang dipersamakan.
(2) Keberatan diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dengan
disertai alasan-alasan yang jelas
(3) Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga)
bulan sejak tanggal SKRD diterbitkan, kecuali wajib retribusi tertentu
dapat menunjukkan bahwa jangka waktu itu tidak dapat dipenuhi
karena keadaan di luar kekuasaannya.
(4) Keadaan di luar kekuasaannya sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
adalah suatu keadaan yang terjadi di luar kehendak atau kekuasaan
wajib retribusi.
Pasal 30
Pasal 31
(1) Piutang retribusi yang tidak mungkin ditagih lagi karena hak untuk
melakukan penagihan sudah kedaluwarsa dapat dihapuskan.
(2) Walikota menetapkan keputusan penghapusan piutang retribusi yang
sudah kedaluwarsa sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Tata cara penghapusan piutang retribusi yang sudah kedaluwarsa
diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
BAB XVII
PEMBERIAN PENGURANGAN, KERINGANAN DAN
PEMBEBASAN RETRIBUSI
Pasal 32
BAB XVIII
PEMANFAATAN RETRIBUSI
Pasal 34
BAB XIX
INSENTIF PEMUNGUTAN
Pasal 35
Pasal 36
Pasal 37
BAB XXI
PEMBINAAN, PENGAWASAN, PENGENDALIAN
DAN PENEGAKAN
Pasal 38
BAB XXII
SOSIALISASI
Pasal 39
BAB XXIII
SANKSI ADMINISTRASI
Pasal 40
Dalam hal pemilik usaha tidak memiliki izin gangguan, maka kegiatan
usahanya dapat dilakukan penutupan kegiatan usahanya setelah 3 (tiga)
kali berturut turut selang 1(satu) minggu dilakukan teguran secara lisan
oleh pejabat yang berwenang dan atau oleh petugas yang ditunjuk oleh
Walikota untuk segera mengurus izin gangguan.
BAB XXIV
KETENTUAN PENYIDIKAN
Pasal 41
BAB XXV
KETENTUAN PIDANA
Pasal 42
BAB XXVI
KETENTUAN PERALIHAN
Pasal 43
Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, maka izin yang telah
diterbitkan dinyatakan masih tetap berlaku.
Pasal 44
Pasal 45
Ditetapkan di : Pasuruan
pada tanggal : 30 April 2011
WALIKOTA PASURUAN,
Ttd,
HASANI
Diundangkan di : Pasuruan
Pada tanggal : 20 Desember 2011
Ttd,
SALINAN
Sesuai dengan aslinya
Ttd,
A. UMUM
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Cukup jelas.
Pasal 3
Cukup jelas.
Pasal 4
Cukup jelas.
Pasal 5
Cukup jelas.
Pasal 6
Cukup jelas.
Pasal 7
Cukup jelas.
Pasal 8
Cukup jelas.
Pasal 10
Cukup jelas.
Pasal 11
Cukup jelas.
Pasal 12
Cukup jelas.
Pasal 13
Cukup jelas.
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Huruf a
Yang dimaksud dengan usaha industri adalah usaha-usaha yang
kegiatannya memproduksi suatu barang dari bahan baku menjadi bahan
setengah jadi dan menjadi barang jadi.
Yang dimaksud dengan usaha bukan industri/usaha jasa adalah usaha yang
kegiatannya tidak memproduksi suatu barang, tetapi merupakan usaha
perdagangan dan atau usaha jasa pelayanan umum yang mempunyai sifat
komersial.
Huruf b
Bahwa industri / perusahaan yang menggunakan mesin yang didirikan di
kawasan perumahan / pemukiman dibatasi dengan ukuran sebesar sampai
dengan 25 PK.
Pasal 17
Cukup jelas.
Pasal 18
Cukup jelas.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Cukup jelas.
Pasal 21
Cukup jelas.
Pasal 23
Cukup jelas.
Pasal 24
Cukup jelas.
Pasal 25
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Cukup jelas.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Cukup jelas.
Pasal 41
Cukup jelas.
Pasal 42
Cukup jelas.
Pasal 43
Cukup jelas.
Pasal 44
Cukup jelas.
Pasal 45
Cukup jelas.