Didirikan pada 14 April 1985, PT. Asuransi Jiwa Sinarmas MSIG Tbk. telah mengalami Konservatif Moderat Aggressive
berbagai perkembangan dan perubahan. PT. Asuransi Jiwa Purnamala Internasional
Indonesia (PII), begitulah nama awal perusahaan ini ketika lahir. Setelah diubah menjadi
PT. Asuransi Jiwa Eka Life, maka dalam perkembangannya pada 2007 berganti lagi
menjadi PT. Asuransi Jiwa Sinarmas dan kini telah melakukan joint venture dengan
Mitsui Sumitomo Insurance Co.,Ltd. Pertumbuhan Sinarmas MSIG Life menunjukan
perkembangan yang sangat signifikan dapat dilihat dari Premium Income yang terus OBJECTIVITAS INVESTASI
meningkat dari tahun ke tahun. Pada akhir tahun 2022, tercatat Total Aset Sinarmas
MSIG Life mencapai Rp 14,86 Triliun. Dengan kinerja yang cermat dan hati-hati, rasio
pencapaian solvabilitas yang dicapai Sinarmas MSIG Life akhir tahun 2022 dengan Dana investasi rupiah untuk meningkatkan pertumbuhan nilai investasi yang
OBJEKTIVITAS
menggunakan INVESTASI
metode Risk Based Capital (RBC) adalah 2527,75%. optimal dan stabil melalui penempatan pada efek bersifat hutang (50% obligasi
pemerintah dan 50% obligasi swasta).
Kas
KINERJA PORTOFOLIO
Perdagangan bursa saham global mayoritas berakhir menguat di bulan Juni 2023 setelah Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed yang memutuskan secara serentak untuk “skip” atau
memilih untuk tidak menaikkan tingkat suku bunga Fed Fund Rate (FFR). Namun, pada awal Juli, terjadi koreksi yang cukup dalam akibat aksi jual para pelaku pasar. Hal ini
dikarenakan pelaku pasar masih khawatir atas kepastian dari berakhirnya siklus pengetatan moneter. Empat Bank Sentral utama yakni, The Fed, ECB, BOE dan BOJ memberikan
komentar serupa terkait laju pengetatan yang masih dapat terus berlanjut.
Bank Indonesia diperkirakan akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 5.75%. Tekanan pengetatan yang masih akan dilakukan oleh The Fed, ECB dan BOE
dikhawatirkan akan memicu aksi sell off (menjual efek) dari investor asing. Namun, kondisi Indonesia masih relatif cukup baik dan stabil. Tingkat inflasi dan inflasi inti domestik
masing-masing berada di level 3.52% YoY dan 2.58% YoY, atau lebih rendah dari level bulan sebelumnya di 4% YoY dan 2.66% YoY. Salah satu hal utama yg menjadi peran penting
dalam mempertahankan inflasi rendah adalah nilai tukar yang stabil dan cenderung menguat. Hal tersebut telah dinikmati oleh Indonesia dengan adanya repatriasi devisa hasil ekspor
(DHE) sebesar 30%. Rupiah yang relatif menguat dapat mendukung daya beli domestik sehingga kenaikan harga dari segi eksternal dapat terbendung. Alhasil, cadangan devisa
Indonesia masih tercatat stabil untuk bulan Juni 2023 lalu di level US$137.5 miliar, atau masih setara dengan kecukupan 6 bulan impor.
Ringkasan Fund
Yield obligasi US Treasury tercatat naik 20 basis poin ke 3.84% akibat reaksi terhadap The Fed yang masih agresif dalam rencana pengetatannya. Namun, hal tersebut berbanding
terbalik dengan Indeks harga obligasi dari Indonesia Bond Pricing Agency (IBPA) yang masih menunjukkan kinerja positif sepanjang bulan Juni dengan kembali turunnya kurva imbal
hasil untuk jangka menengah (5 tahun) hingga panjang. Tenor pendek yakni 1 tahun dan 3 tahun tercatat naik dengan kenaikan masing-masing di 13 dan 14 basis poin yang
kemungkinan besar dikarenakan operational twist dari Bank Indonesia untuk menjaga keatraktifan investasi jangka pendek bagi investor asing.