Anda di halaman 1dari 89

ANALISIS PENGUNGKAPAN BIAYA LINGKUNGAN

PADA PT. MARGO KARYA MANDIRI

SKRIPSI

Oleh
INDAH MUSTIKA HATI N.
105731119816

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021

i
ANALISIS PENGUNGKAPAN BIAYA LINGKUNGAN
PADA PT. MARGO KARYA MANDIRI

SKRIPSI

Oleh
INDAH MUSTIKA HATI N.
105731119816

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Dalam Rangka Menyelesaikan Studi


Pada Program Strata 1 Akuntansi

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2021

ii
PERSEMBAHAN

Karya Ilmiah ini kupersembahkan untuk;

1. Kepada kedua orang tuaku tercinta, mama saya Yusrifah Yusuf dan
ayah saya Alm. Nasaruddin Nur. Terima kasih atas segala
dukungan, doa yang tiada henti, cinta, kasih, dan sayang yang tiada
tara.
2. Kepada dosen-dosenku, terutama dosen pembimbing yang tak kenal
lelah , membimbing, mengarahkan, dan memotivasi saya untuk
menyelesaikan karya ilmiah ini.

MOTTO HIDUP

“ Jangan pernah menyesali apapun yang telah terjadi dalam hidupmu,


cukup ambil hikmah dan jadikanlah hal itu sebagai pembelajaran dan
motivasi agar menjadi lebih baik lagi”

iii
iv
v
vi
KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah, penulis panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT

atas segala rahmat dan hidayah yang tiada henti diberikan kepada hamba_Nya.

Shalawat serta salam tak lupa penulis kirimkan kepada Rasulullah Muhammad

SAW beserta para sahabat, keluarga, dan para pengikutnya. Merupakan nikmat

yang tiada ternilai manakala dalam penulisan skripsi yang berjudul ” Analisis

Pengungkapan Biaya lingkungan pada PT. Margo Karya Mandiri”

Skripsi yang penulis buat ini bertujuan untuk memenuhi syarat dalam

menyelesaikan program sarjana strata satu (S1) pada jurusan Akuntansi Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Teristimewa penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada kedua orang

tua penulis Bapak Alm. Nasaruddin Nur dan Ibu Yusrifah Yusufyang senantiasa

memberi harapan, semangat, perhatian, cinta, kasih sayang dan doa restu yang

telah di berikan demi keberhasilan penulis dalam menuntut ilmu dan proses

penyelesaian ini. Semoga apa yang telah di berikan kepada penulis menjadi

Ibadah dan cahaya penerang di dunia dan di akhirat.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini tidak akan

terwujud tanpa ada dorongan dan bantuan dari berbagai pihak. Begitu pula

penghargaan yang setinggi-tingginya dan terima kasih banyak sampaikan dengan

hormat kepada;

1. Bapak Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag selaku Rektor Universitas

Muhammadiyah Makassar.

2. Bapak Ismail Rasulong, SE., M.M, , Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar.

vii
3. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si., AK.CA.CSP, Ketua Program Studi

Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah

Makassar.

4. Bapak Dr. Ismail Badollahi, SE.,M.Si., AK.CA.CSP selaku pembimbing I

yang senantiasa meluangkan waktunya membimbing dan mengarahkan

penulis, sehingga skripsi selesai dengan baik.

5. Bapak Chairul Ichsan Burhanuddin SE., M.Ak Selaku Pembimbing II

yang telah berkenan membantu dalam penyusunan Skripsi Hingga Ujian

skripsi.

6. Bapak/Ibu Dosen dan Asisten Dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Makassar yang tak kenal lelah dan banyak

menuangkan ilmunya kepada penulis selama mengikuti proses perkuliahan

hingga akhir.

7. Segenap Staf dan Karyawan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas

Muhammadiyah Makassar.

8. Rekan-rekan Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi

Akuntansi angkatan 2016 Terkhusus Kelas AK.16.E yang selalu saling

membantu dan Belajar bersama , yang tidak sedikit bantuannya dan

dorongannya dalam aktivitas studi penulis.

9. Kakanda Romandar selaku Kepala Teknik Tambang (KTT), kakanda Daniel

dan segenap karyawan PT. Margo Karya Mandiri yang telah memberi ruang

dan mempermudah penelitian pengambilan data skripsi.

10. Kedua Orang Tuaku dan ketiga saudara saya Ifah Novebrianti ST., Zulhaj

Ismail N.,ST., dan Ivan Arba N yang saya Cintai Karena Allah SWT. Terima

viii
Kasih atas pengorbanan materi, Doa dan dukungan moral yang kalian

berikan kepada ananda selama ini.

11. Sahabat-sahabat tercinta Jumiati yang selalu menemani dan memberikan

semangat serta mengajarkan makna persaudaraan yang terjalin hingga

penyelesaian skripsi ini.

Dalam penyusunan skripsi ini , penulis menyadari bahwa masih terdapat

banyak kekurangan sebagai manusia yang tidak luput dari kesalahan . oleh

karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya masukan dapat

membangun demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya Penulis Berharap, apabila terdapat kesalahan dan kata-kata

yang kurang berkenan dalam penulisan skripsi ini mohon dimaafkan dan semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Billahi Fi sabililhaq Fastabiqul Khairat, wassalamualaikum Wr.Wb

Makassar, 16 November 2020

Penulis

ix
ABSTRAK

Indah Mustika Hati N. tahun, 2020, Analisis Pengungkapan Biaya


Lingkungan PT. Margo Karya mandiri, Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar. Dibimbing Oleh
Pembimbing I Ismail Badollahi dan Pembimbing II Chairul Ichsan Burhanuddin.

penelitian ini Bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengungkapan


biaya lingkungan pada PT. Margo Karya Mandiri. jenis penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif dan deskriptif kualitatif. Sumber
data yang digunakan dalam penelitian ini Data Primer dan Data Sekunder Teknik
Untuk memperoleh data yang relevan dengan masalah yang dibahas, peneliti
menggunakan metode pengumpulan data Penelitian Lapangan, (Field research).
Metode dokumentasi, Wawancara, Penelitian dan Kepustakaan.

Hasil Penelitian telah dilakukan pada PT. Margo Karya Mandiri pada tahun
2020. Pada laporan tahunan PT. Margo Karya Mandiri telah mengungkapkan
biaya lingkungannya secara terperinci sesuai dengan aktivitas lingkungan yang
telah dikeluarkan oleh perusahaan secara penuh. PT. Margo Karya Mandiri
mengakui beban pada saat terjadinya atau sesuai dengan masa manfaatnya,
termasuk biaya lingkungan. PT. Margo Karya Mandiri dalam penyajiannya
dilakukan secara sukarela yang berpedoman pada PSAK no.1 Tahun 2009. PT.
Margo Karya Mandiri telah mengungkapkan biaya lingkungannya secara penuh,
dan telah menunjukkan komitmen perusahaan yang selalu berpedoman terhadap
aturan yang berlaku (UU No. 40 tahun 2007).

Kata Kunci : Biaya Lingkungan, Pengungkapan Laporan Tahunan

x
ABSTRACT

Indah Mustika Hati N. Year, 2020, Analysis of Environmental Cost


Disclosure of PT. Margo Karya mandiri, Thesis, Accounting Study Program,
Faculty of Economics and Business, Muhammadiyah University of Makassar.
Supervised by Advisor I Ismail Badollahi and Supervisor II Chairul Ichsan
Burhanuddin.

This study aims to determine how environmental cost disclosure at PT.


Margo Karya Mandiri. This type of research used in this research is descriptive
quantitative and descriptive qualitative. Sources of data used in this study are
Primary Data and Secondary Data Techniques. To obtain data relevant to the
issues discussed, researchers used Field Research data collection methods (Field
research). Documentation methods, interviews, research and literature.

Research results have been carried out at PT. Margo Karya Mandiri in
2020. In the annual report of PT. Margo Karya Mandiri has disclosed its
environmental costs in detail in accordance with the environmental activities that
have been issued by the company in full. PT. Margo Karya Mandiri recognizes
expenses when incurred or according to their useful lives, including environmental
costs. PT. Margo Karya Mandiri in its presentation is carried out voluntarily based
on PSAK No. 1 of 2009. PT. Margo Karya Mandiri has fully disclosed its
environmental costs, and has demonstrated the company's commitment to always
adhere to applicable regulations (Law No. 40 of 2007).

Keywords: Environmental Costs, Annual Report Disclosure

xi
DAFTAR ISI

SAMPUL...............................................................................................................i
HALAMAN JUDUL..............................................................................................ii
HALAMAN PERSEMBAHAN.............................................................................iii
LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................iv

LEMBAR PENGESAHAN...................................................................................v

KATA PENGANTAR ..........................................................................................vi

ABSTRAK BAHASA INDONESIA....................................................................vii

ABSTRACT.......................................................................................................viii

DAFTAR ISI ........................................................................................................... ix


DAFTAR TABEL ................................................................................................... xi
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
BAB I.PENDAHULUAN ......................................................................................... 1
A. Latar Belakang............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................................... 4
C. Tujuan Penelitian ........................................................................................... 4
BAB II.TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................... 5
1. Tinjauan Teori...............................................................................................4

A. Akuntansi Pertambangan Umum ................................................................ 5


B. Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting) ................................... 6
C. Biaya Lingkungan ...................................................................................... 12
D. Audit Lingkungan......................................................................................23
E. Triple Bottom Line Implementasi dalam Mendeteksi Biaya Lingkungan 23
F. Pengungkapan Biaya Lingkungan dalam Laporan Tahunan (disclosures in
annual) ........................................................................................................... 27
2. Tinjauan Empiris .......................................................................................... 28
3. Kerangka Pikir ............................................................................................. 36
BAB III.METODE PENELITIAN ........................................................................... 38
A. Jenis Penelitian ............................................................................................ 38

ix
B. Fokus Penelitian .......................................................................................... 38
C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian ........................................................ 39
D. Sumber Data ................................................................................................ 39
E. Instrumen Penelitian ................................................................................... 41
F. Metode Analisis ........................................................................................... 41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN..................................................................31

A. Gambaran Objek Penelitian ....................................................................31


B. Hasil Penelitian ........................................................................................36
C. Pembahasan ............................................................................................44
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ....................................................................52
A. Kesimpulan ..............................................................................................52
B. Keterbatasan Peneliti.............................................................................61
C. Saran ........................................................................................................53
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 62
LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

2.1 Tinjauan Empiris.......................................................................................28

3.1 Nama Responden.....................................................................................40

5.1 Dasar-dasar Pengungkapan Biaya Lingkungan.......................................49

6.1 Pengklasifikasian Biaya Lingkungan........................................................51

7.1 Biaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan tahun 2019................54

ix
DAFTAR GAMBAR

Nomor

1.1 Triple Bottom Line.....................................................................................27

3.1 Kerangka Pikir..........................................................................................36

4.1 Struktur Organisasi PT. Margo Karya Mandiri..........................................45

ix
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sektor industri mempunyai peran penting dalam tatanan

perekonomian nasional dimana selain dapat meningkatkan pendapatan

negara, sektor industri juga dapat memberikan kesempatan baru dalam

berusaha yang memberikan kontribusi positif dalam upaya pemerataan

kesejahteraan masyarakat. Oleh karena itu, pembangunan industri dalam

suatu wilayah harus mempertimbangkan sebaik-baiknya yang dimana

secara garis besarnya adalah pertimbangan dari segi ekonomis dan

pertimbangan non ekonomis.

Dipandang dari sudut ekonomi, keberadaan suatu industri

pertambangan dalam suatu wilayah akan memberikan dampak terhadap

perkembangan wilayah yang akan memberi peluang dan upaya perluasan

kesempatan kerja, peningkatan pendapatan masyarakat serta kesempatan

berusaha. Disamping itu keberadaan industri tersebut juga akan

meningkatkan kemampuan ekonomi suatu wilayah yang bersangkutan.

Pada satu sisi, proses kegiatan industri pertambangan apapun

jenisnya telah memberikan dampak positif kepada kas negara dari pajak

dan royalti. Namun disisi lain, keberadaan industri pertambangan selama

ini telah menimbulkan dampak negatif berupa pencemaran lingkungan dan

rusaknya lingkungan sekitar akibat aktivitas pertambangan. Hal ini akan

memicu reakasi masyarakat sehingga menjadi bumerang bagi

kelangsungan hidup perusahaan.


Apabila sebuah perusahaan ingin mempertahankan kelangsungan

hidupnya, maka perusahaan tersebut harus memperhatikan “3P”. Selain

mengejar keuntungan (profit), perusahaan juga harus memperhatikan dan

terlibat pada pemenuhan kesejahteraan masyarakat (people) dan turut

berkontribusi aktif dalam menjaga kelestarian lingkungan (planet) (Yusuf

Wibison, 2007).

Akuntansi Biaya Lingkungan merupakan pendekatan akuntansi

biaya sistematis dan tidak hanya berfokus pada akuntansi untuk biaya

proteksi lingkungan, tetapi juga mempertimbangkan biaya lingkungan

terhadap material dan energy. Akuntansi biaya lingkungan menunjukkan

biaya riil atas input dan proses bisnis serta memastikan adanya efisiensi

biaya dan diaplikasikan untuk mengukur biaya kualitas dan jasa (Adi

Wahyudi dalam putra sekawan, 2011).

PT. Margo Karya Mandiri merupakan salah satu industri yang

bergerak dibidang pertambanagn nikel. Bahan dasar baku nikel berasal

dari alam dengan memanfaatkan sumber daya alam sebagai bahan

produksi. Sebagai bentuk tanggung jawab sosial perusahaan atas

pengambilan sumber daya alam ini, perusahaan harus mengungkapkan

biaya-biaya lingkungan sebagai konsekuensinya. Biaya lingkungan adalah

dampak (impact) baik moneter maupun non moneter yang harus dipikul

sebagai akibat dari kegiatan yang mempengaruhi kualitas lingkungan.

Aktivitas pertambangan yang dilakukan oleh perusahaan

pertambangan akan membawa dampak yang sangat signifikan terhadap

lingkungan sekitar perusahaan tersebut beroperasi. Perusahaan yang

bergerak dibidang pertambangan umum memiliki tingkat resiko yang

2
sangat tinggi bagi lingkungan. Oleh karena itu, perusahaan pertambangan

memiliki peran yang sangat penting dalam pertanggung jawaban tentang

pengelolaan lingkungan hidup. Pertanggung jawaban itu berupa

pengungkapan biaya lingkungan untuk tetap menjaga kelestarian akibat

pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan perusahaan.

Di Indonesia dalam praktik pengungkapan mengenai akuntansi

lingkungan masih belum efektif karena tidak diatur secara khusus dalam

standar akuntansi. Pelaporan biaya lingkungan masih bersifat sukarela dan

diluar standar akuntansi keuangan. Hal ini dijelaskan dalam PSAK No.1

tahun 2009 yang menyebutkan: “Beberapa entitas dapat pula menyajikan,

terpisah dari laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan

laporan nilai tambah (value added statement), khususnya bagi industri

dimana faktor lingkungan hidup memegang peranan penting dan bagi

industri yang menganggap karyawan sebagai kelompok pengguna laporan

yang memegang peranan penting. Laporan yang disajikan di luar dari

ruang lingkup Standar Akuntansi Keuangan.”

Berdasarkan dari penjelasan di atas yang menyatakan bahwa di

Indonesia dalam pelaporan biaya lingkungannya masih bersifat sukarela,

maka peneliti termotivasi untuk melakukan penelitian terhadap PT. Margo

Karya Mandiri untuk mengetahui apakah perusahaan tersebut telah

melakukan tanggung jawab sosialnya dengan mengungkapkan biaya

lingkungan perusahaan secara penuh atau masih bersifat sukarela.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka permasalahan yang akan

dikaji dalam penelitian ini yaitu bagaimana pengungkapan biaya

lingkungan pada PT. Margo Karya Mandiri ?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini

yaitu untuk mengetahui pengungkapan biaya lingkungan pada laporan

tahunan PT. Margo Karya Mandiri.

D. Manfaat Penelitian

a. Manfaat Teoritis

Hasil dari penelitian ini secara teoritis diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran dalam memperkaya dan

menambah pengetahuan terutama yang berhubungan dengan disiplin

ilmu ekonomi, khususnya ilmu akuntansi yang berkaitan dengan biaya

lingkungan pada perusahaan pertmbangan.

b. Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini secara praktis diharapkan agar

perusahaan lebih memberikan informasi tentang biaya lingkungan

untuk menunjang kinerja perusahaan dan perkembangan perusahaan

kearah yang lebih baik.

4
5

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1. Tinjauan Teori

A. Akuntansi Pertambangan Umum

Akuntansi pertambangan umum adalah bidang akuntansi yang

menjadi pembahasan dalam PSAK 33. PSAK 33 memaparkan bahwa

akuntansi industri pertambangan umum memiliki 4 karakteristik yaitu,

eksplorasi, pengembangan dan konstruksi, produksi, serta pengelolaan.

Perusahaan dalam industri pertambangan umum dapat berbentuk usaha

terpadu jika memiliki 4 karakteristik tersebut sebagai salah satu usaha.

Keempat aktivitas tersebut antara lain:

a. Eksplorasi

1) Biaya eksplorasi

2) Cadangan terbukti

3) Aset eksplorasi dan evaluasi

4) Area of interest

5) Alasan pembebanan biaya eksplorasi

b. Pengembangan dan konstruksi

1) Dasar penentuan biaya pengembangan

2) Biaya pengembangan yang ditangguhkan

3) Amortisasi aset eksplorasi dan evaluasi

c. Produksi

1) Metode penentuan beban pokok persediaan

2) Metode pembebanan biaya pengupasan tanah


3) Metode perhitungan rasio rata-rata tanpa penutup

4) Biaya pengupasan tanah

5) Perubahan atas rasio rata-rata tanah penutup

d. Pengelolaan lingkungan hidup

1) Perlakuan akuntansi atas pembebanan biaya pengelolaan

lingkungan hidup

2) Metode amortisasi dan penyusutan prasarana pengelolaan

lingkungan hidup

3) Taksiran kewajiban pengelolaan lingkungan hidup

4) Biaya pengelolaan lingkungan hidup

B. Akuntansi Lingkungan (Environmental Accounting)

1. Pengertian Akuntansi Lingkungan

Akuntansi lingkungan (Environmental accounting adalah biaya-

biaya lingkungan yang dimasukkannya ke dalama praktik akuntansi

perusahaan atau lembaga pemerintah. Sedangkan menurut Badan

Perlindungan Lingkungan Amerika Serikat atau United States

Environmental Protection Agency (US EPA), akuntansi lingkungan

merupakan fungsi yang menggambarkan biaya-biaya lingkungan yang

harus diperhatikan oleh pemangku kepentingan perusahaan di dalam

pengidentifikasian cara-cara yang mengurangi atau menghindari biaya-

biaya pada waktu yang bersamaan dengan usaha memperbaiki

kualitas lingkungan. Oleh karena itu, akuntansi lingkungan mempunyai

pengertian yang sama dengan akuntansi biaya lingkungan yaitu

sebagai penggabungan informasi manfaat dan biaya lingkungan ke

6
dalam praktek akuntansi perusahaan atau pemerintah dengan

mengidentifikasi cara dapat mengurangi atau menghindari biaya

perbaikan.

Menurut Ikhsan (2008), akuntansi lingkungan adalah

mengidentifikasi, pengukuran dan alokasi biaya-biaya ke dalam

pengambilan keputusan usaha serta serta mengkomunikasikan

hasilnya kepada para stakeholders perusahaan. Akuntansi lingkungan

(Environmental accounting) adalah istilah yang berkaitan dengan

dimasukkannya biaya lingkungan (Environmental cost) dalam praktek

akuntansi perusahaan. Kegiatan konservasi lingkungan dapat

menimbulkan biaya lingkungan yang wajib ditanggung oleh pihak

perusahaan. Akuntansi lingkungan juga dapat dianalogikan sebagai

suatu kerangka kerja pengukuran yang kuantitatif terhadap konservasi

lingkungan yang dilakukan perusahaan.

Kemudian menurut Djogo (2002) Akuntansi lingkungan

(Environmental Accounting atau EA) adalah istilah yang berkaitan

dengan dimasukkannya biaya lingkungan (Environmental costs) ke

dalam praktek akuntansi perusahaan.

2. Fungsi Akuntansi Lingkungan

Fungsi akuntansi lingkungan dibagi menjadi dua yaitu fungsi

internal dan fungsi eksternal (Fasua, 2011):

1. Fungsi Internal

Fungsi internal merupakan salah satu langkah dari sistem

informasi lingkungan organisasi, fungsi internal memungkinkan

untuk mengelola dan menganalisis biaya pelestarian lingkungan

7
yang dibandingkan dengan manfaat yang diperoleh, serta

mempertimbangkan pelestarian lingkungan yang efektif dan efisien

melalui pengambilan keputusan yang tepat. Hal ini sangat

diperlukan keberadaan fungsi akuntansi lingkungan sebagai alat

manajemen bisnis untuk digunakan oleh para manajer dan unit

bisnis.

2. Fungsi Eksternal

Dengan mengungkapkan hasil pengukuran kegiatan

pelestarian lingkungan, fungsi eksternal memungkinkan

perusahaan untuk mempengaruhi pengambilan keputusan

stakeholder. Hal ini diharapkan agar publikasi hasil akuntansi

lingkungan akan berfungsi baik sebagai alat bagi organisasi untuk

memenuhi tanggung jawab mereka atas akuntabilitas kepada

stakeholder dan secara bersamaan, digunakan sebagai sarana

untuk evaluasi yang tepat dari kegiatan pelestarian lingkungan.

3. Tujuan Akuntansi Lingkungan

Akuntansi lingkungan bertujuan untuk meningkatkan jumlah

informasi relevan yang dibuat bagi mereka yang memerlukan atau

dapat menggunakannya (Hadi,2912). Tujuan lain lain dari

pengungkapan akuntansi lingkungan berkaitan dengan kegiatan

konservasi lingkungan oleh perusahaan maupun organisasi yang

lainnya yaitu mencakup kepentingan organisasi publik dan

perusahaan-perusahaan publik yang bersifat lokal.

Menurut ikhsan (2008), tujuan akuntansi lingkungan antara

lain sebagai berikut :

8
a. Meningkatkan jumlah informasi relevan yang dibuat bagi mereka

yang memerlukan atau menggunakannya.

b. Menilai tingkat pengeluaran dan capaian tiap tahun untuk

menjamin perbaikan kinerja lingkungan.

c. Meningkatkan efisiensi pengelolaan lingkungan dengan

melakukan penilaian kegiatan lingkungan dari sudut pandang

biaya manfaat.

Sedangkan menurut Pramanik, Et.al. (2007) antara

Lain sebagai berikut:

1. Menunjukkan komitmen entitas terhadap usaha perbaikan

lingkungan hidup.

2. Mencegah opini negatif publik, mengingat perusahaan yang

berusaha pada area yang berisiko tidak ramah lingkungan pada

umumnya akan menerima tantangan dari masyarakat.

3. Mendorong pertanggung jawaban entitas dan meningkatkan

transparansi lingkungan.

4. Membantu entitas dalam menetapkan strategi untuk menggapai

isu lingkungan hidup dan kontes hubungan masyarakat dan

terlebih dengan kelompok-kelompok penggiat (activist) atau

penekanan (pressure group) terkait isu lingkungan.

5. Memberikan citra yang lebih positif sehingga entitas dapat

memperoleh dana dari kelompok dan individu.

4. Pentingnya Akuntansi Lingkungan.

Biaya lingkungan merupakan salah satu dari beberapa macam

biaya yang dikorbankan seperti halnya perusahaan memberikan

9
barang dan jasa kepada konsumen. Kinerja lingkungan merupakan

salah satu dari beberapa ukuran penting tentang keberhasilan

perusahaan. Beberapa alasan manajemen perlu memperhatikan

biaya-biaya lingkungan dan kinerja lingkungan menurut Sudarno

(2008) antara lain.

a. Akuntansi biaya dan kinerja lingkungan dapat mendukung

pengembangan perusahaan dan operasi sistem manajemen

lingkungan secara menyeluruh.

b. Beberapa biaya lingkungan dapat dikurangi dan dieliminasi secara

signifikan sebagai hasil dari keputusan bisnis, mulai dari operasi

perubahan pergudangan, ke invenstaris dalam teknologi

pemrosesan yang lebih hijau, redasain proses atau produk.

c. Beberapa perusahaan telah menemukan bahwa biaya lingkungan

dapat di offset dengan perolehan pendapatan melalui penjualan

limbah, produk sampingan atau cadangan polusi yang

dipindahkan atau lisensi teknologi untuk penjumlahan.

d. Biaya lingkungan (misalnya biaya penghematan biaya lingkungan

secara potensial) dapat dijabarkan dalam akun biaya overhead

atau bahkan diabaikan.

e. Keunggulan kompetitif terhadap pelanggan dapat dihasilkan dari

pemrosesan, produk jasa yang dapat dijelaskan dengan

lingkungan yang lebih baik.

5. Manfaat Akuntansi Lingkungan

Akuntansi lingkungn secara spesifik mendefinisikan dana

penggabungan semua biaya lingkungan ke dalam laporan keuangan

10
perusahaan. Bila biaya-biaya tersebut secara jelas teridentifikasi,

perusahaan akan cenderung mengambil keuntungan dari peluang-

peluang untuk mengurangi dampak lingkungan.

Manfaat dari mengadopsi lingkungan dapat meliputi:

a. Mampu meningkatkan penerimaan konsumen pada

produk atau jasa perusahaan dan juga mampu

meningkatkan daya kompetitif.

b. Perkiraan yang lebih baik dari biaya sebenarnya pada

perusahaan untuk memproduksi produk atau jasa. Ini

bermuara memperbaiki harga dan profitabilitas.

c. Mengidentifikasi biaya-biaya sebenarnya dari produk,

sistem, atau fasilitas dan menjabarkan biaya-biaya

tersebut pada tanggung jawab manajer.

d. Membantu manajer untuk menargetkan area operasi bagi

pengurangan biaya dan perbaikan dalam ukuran

lingkungan dan kualitas.

e. Membantu dengan penanganan keefektifan biaya

lingkungan atau ukuran perbaikan kualitas.

f. Memotivasi staf untuk mencari cara yang kreatif untuk

mengurangi biaya-biaya lingkungan.

g. Mendorong perubahan dalam proses untuk megurangi

penggunaan sumber daya dan mengurangi, mendaur

ulang, atau mengidentifikasi pasar bagi limbah.

h. Meningkatkan kepedulian staf terhadap isu-isu

lingkungan, kesehatan dan keselamatan kerja.

11
C. Biaya Lingkungan

a. Pengertian Biaya Lingkungan

Gunawan (2012), menyatakan bahwa biaya lingkungan adalah

biaya yang ditimbulkan akibat adanya kualitas lingkungan yang rendah

sebagai akibat dari proses produksi yang dilakukan perusahaan.

Akuntansi biaya lingkungan merupakan pendekatan akuntansi biaya

sistematis dan tidak hanya berfokus pada akuntansi untuk biaya

proteksi lingkungan, tetapi juga mempertimbangkan biaya lingkungan

terhadap material dan energy. Akuntansi biaya lingkungan

menunjukkan biaya atas riil atas input dan proses bisnis serta

memastikan adanya efisiensi biaya dan diaplikasikan untuk mengukur

biaya kualitas dan jasa.

Menurut Hansen dan Mowen (2009) , biaya lingkungan adalah

biaya yang dikeluarkan perusahaan karena adanya kualitas lingkungan

yang buruk atau kualitas lingkungan yang buruk yang mungkin terjadi.

b. Klasifikasi Biaya Lingkungan

Biaya lingkungan merupakan biaya-biaya yang terjadi karena

kualitas lingkungan yang buruk mungkin terjadi. Menurut Hansen dan

Mowen (2009), biaya lingkungan diklasifikasikan menjadi empat

kategori, yaitu sebagai berikut:

1. Biaya pencegahan lingkungan (Environmental prevention cost)

Biaya pencegahan lingkungan merupakan biaya yang digunakan

untuk kegiatan yang dilakukan perusahaan untuk mencegah

timbulnya limbah atau sampah yang dapat mengakibatkan

pencemaran lingkungan.

12
2. Biaya Deteksi Lingkungan (Environmental Detection Cost)

Biaya deteksi merupakan biaya-biaya digunakan untuk kegiatan

yang dilakukan perusahaan untuk menentukan apakah produk,

proses, dan aktivitas lainnya telah sesuai dengan standar

lingkungan yang telah ditetapkan. Standar lingkungan dapat

diperoleh melalui tiga cara yaitu peraturan pemerintah, standar

sukarela (ISO), dan kebijakan maneme tentang lingkungan.

3. Biaya kegagalan Internal Lingkungan (Environmental Internal

Failure Cost)

Biaya kegagalan internal merupakan biaya yang dikeluarkan untuk

kegiatan yang dilakukan perusahaan karena menimbulkan limbah

dan sampah, tetapi tidak dibuang ke lingkungan internal.

4. Biaya Kegagalan Eksternal Lingkungan (Environmental Eksternal

Failure Cost)

Biaya kegagalan eksternal merupakan biaya –biaya yang

digunakan untuk aktivitas yang dilakukan setelah melepas limbah

atau sampah ke dalam lingkungan.

c. Metode Pengukuran Biaya Lingkungan

Hansen Mowen (2005), kinerja lingkungan dapat memiliki

pengaruh yang signifikan terhadap posisi keuangan. Oleh karena itu,

sangat penting bagi perusahaan untuk menyediakan informasi tentang

biaya lingkungan yang memadai. Bagi banyak organisasi, pengelolaan

biaya lingkungan menjadi prioritas utama dan minat yang intens. Ada

dua alasan utama yang mendukung atas peningkatan minat tersebut.

Pertama, di banyak negara, peraturan lingkungan telah meningkat

13
secara signifikan, bahkan diperkirakan akan semakin ketat lagi.

Seringkali hukum dan peraturan menyebutkan hukuman dan denda

yang sangat besar, sehingga menciptakan insentif yang kuat untuk

memenuhinya. Oleh karena itu, biaya-biaya untuk mematuhinya dapat

menjadi sangat besar. Jadi pemilihan metode yang paling murah untuk

mematuhinya menjadi tujuan utama. Untuk memenuhi tujuan ini, biaya

pemenuhan harus diukur dan penyebab-penyebab utamanya harus

diidentifikasi. Kedua, keberhasilan penyelesaian masalah-masalah

lingkungan menjadi isu yang semakin kompetitif.

Menurut Hansen dan Mowen (2009) ada empat metode yang

digunakan dalam mengukur biaya lingkungan, yaitu sebagai berikut;

1. Akuntansi biaya berbasis fungsi

Akuntansi biaya berbasis fungsi digunakan untuk membebankan

biaya lingkungan ke produk individu dengan acuan tingkat unit,

tenaga kerja , jam mesin.

2. Akuntansi biaya penuh

Akuntansi biaya penuh digunakan untuk menghitung semua biaya,

baik internal maupun eksternal yang disebabkan operasi, aktivitas,

produk atau jasa dari suatu entitas. Akuntansi biaya penuh

mengharuskan identifikasi dan pengukuran dampak dan pengaruh

lingkungan terkait ekosistem.

3. Akuntansi biaya privat penuh

Akuntansi biaya privat penuh diharapkan dengan cara

pembebanan biaya lingkungan yang disebabkan oleh perusahaan

internal ke produk.

14
4. Akuntansi biaya siklus hidup

Akuntansi biaya siklus hidup membebankan biaya dan keuntungan

pada pengaruh lingkungan dan perbaikan. Identifikasi empat tahap

siklus hidup antara lain; ekstraksi sumber daya, pembuatan produk,

penggunaan produk serta daur ulang.

d. Pembebanan Biaya Lingkungan

Hansen Mowen (2005), produk dan proses merupakan

sumber-sumber biaya lingkungan. Proses yang memproduksi produk

dapat menciptakan residu padat, cair, dan gas yang selanjutnya

dilepas ke lingkungan. Residu ini memiliki potensi degradasi

lingkungan. Oleh karena itu, residu merupakan penyebab biaya

kegagalan lingkungan internal dan eksternal (misalnya, investasi pada

peralatan untuk mencegah penyebaran residu lingkungan dan

pembersihan residu setelah memasuki lingkungan). Proses produksi

bukanlah satu-satunya sumber biaya lingkungan. Pengemasan juga

merupakan sumber biaya lingkungan.

Produk juga dapat menjadi sumber biaya lingkungan. Setelah

menjual produk penggunaan dan pembuangannya oleh pelanggan

dapat mengakibatkan degradasi lingkungan. Hal ini adalah contoh

biaya lingkungan pascapembelian (enviromental post purchase cost).

Biaya lingkungan pasca pembelian seringkali ditanggung oleh

masyarakat, dan bukan oleh perusahaan, sehingga merupakan biaya

sosial. Akan tetapi, kadang-kadang biaya lingkungan pasca pembelian

dikonversi menjadi biaya eksternal yang direalisasikan.

e. Biaya Lingkungan berbasis Fungsi dan Berbasis Aktivitas

15
1. Perhitungan biaya berbasis fungsi membentuk suatu kelompok

biaya lingkungan dan menghitung tingkat/tarifnya dengan

menggunakan pergerakan tingkat unit seperti jumlah jam kerja atau

jam mesin. Pendekatan ini cukup memadai untuk produk yang

bervariasi, pendekatan berbasis fungsi ini cukup memadai untuk

produk yang relatif homogen, namun untuk banyak produk yang

bervariasi, pendekatan berbasis fungsi ini dapat mengakibatkan

distorsi biaya.

2. Perhitungan berbasis aktivitas membebankan biaya ke aktivitas

lingkungan dan kemudian menghitung tingkat atau taraf aktivitas.

Tingkat ini digunakan untuk membebankan biaya lingkungan ke

produk berdasarkan penggunaan aktivitas. Untuk perusahaan yang

menghasilkan beragam produk, pendekatan berbasis aktivitas lebih

tepat digunakan.

f. Alokasi Biaya Lingkungan

Berdasarkan keadaan lingkungan di Indonesia yang masih

buruk, tidak menutup kemungkinan bagi perusahaan untuk

mengungkapkan aktivitas lingkungan yang terkait erat dengan limbah

sebagai laporan tambahan melengkapi laporan lingkungan yang telah

diwajibkan, namun yang sering terjadi di Indonesia adalah perusahaan

sangat jarang memasukkan aktivitas lingkungannya ke dalam laporan

keuangan perusahaan.

Alokasi biaya lingkungan terhadap produk atau proses produksi

dapat memberikan manfaat motivasi bagi manajer atau bawahannya

untuk menekan polusi sebagai akibat dari proses produksi tersebut. Di

16
dalam akuntasni konvensional, biaya ini dialokasikan pada biaya

overhead dan pada akuntansi tradisional dilakukan dengan berbagai

cara antara lain dengan mengalokasikan ke produk tertentu atau

dialokasikan pada kumpulan-kumpulan biaya yang menjadi biaya

tertentu sehingga tidak dialokasikan ke produk secara spesifik

(Haryanto, 2003).

Biaya lingkungan yang terjadi dalam perusahaan meliputi salah

satu biaya overhead pabrik yang sulit sekali untuk diidentifikasi secara

langsung dikarenakan biaya-biaya tersebut seringkali tersembunyi

dalam pusat biaya dan tidak ada bukti pencatatan ataupun pelaporan

yang sangat jelas terkait dengan biaya-biaya lingkungan (Ikhsan,

2008).

g. Tahap-tahap Perlakuan Alokasi Biaya

Sebelum mengalokasikan pembiayaan untuk pengelolaan

dampak lingkungan seperti pengelolaan limbah, pencemaran

lingkungan, dan efek sosial masyarakat lainnya, perusahaan perlu

merencanakan tahap pencatatan pembiayaan tersebut. Yahap-tahap

ini dilakukan dalam rangka agar pengaokasian anggaran yang telah

dipersiapkan untuk satu tahun periode akuntansi tersebut apat

diterapkan secara tepat dan efisien.

Menurut Munn (1999) dalam bukunya yang berjudul “A System

View of Accounting for Waste” mengungkapkan bahwa pencatatan

pembiayaan untuk mengelola sampah-sampah atau limbah yang

dikeluarkan dari hasil sisa produksi suatu usaha dialokasikan dalam

tahap tertentu yang masing-masing tahap memerlukan biaya yang

17
dapat dipertanggung jawabkan, dan tahap pencatatan itu dapat

dilakukan sebelum periode akuntansi berjalan sesuai dengan proses

produksi yang dilakukan perusahaan tersebut (Munn, 1999).

Kingstone (2003) dalam situs berita di Amerika Serikat

menyatakan bahwa pencatatan untuk mengelola segala macam yang

berkaitan dengan limbah sebuah perusahaan didahului dengan

perencanaan yang akan dikelompokkan dalam pos-pos tertentu,

sehingga dapat diketahui kebutuhan riil setiap tahunnya.

Pengelompokkan dalam tahap analisis lingkungan sebagaimana yang

ditentukan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)

tersebut antara lain sebagai berikut (Murni, 2001).

1. Identifikasi

Pertama kali perusahaan hendak menentukan biaya untuk

pengelolaan biaya penanggulangan eksternalitas yang mungkin

terjadi dalam kegiatan operasional usahanya adalah dengan

mengidentifikasi dampak-dampak negatif tersebut.

Contohnya sebuah perusahaan pertambangan yang

kegiatan opersionalnya diperkirakan akan sangat mencemari

lingkungan dan menyebabkan limbah perusahaan yang sangat

berbahaya sehingga memerlukan penanganan khusus untuk

masalah tersebut. Oleh karena itu, perusahaan harus

mengidentifikasi limbah yang akan ditimbulkan. Limbah yang

mungkin ditimbulkan antara lain limbah padat dan limbah cair.

2. Pengakuan

18
Elemen-elemen yang telah diidentifikasikan kemudian

diakui sebagai rekening dan disebut sebagai biaya pada saat

menerima manfaat dari sejumlah nilai yang telah dikeluarkan

untuk pembiayaan lingkungan tersebut. Pengakuan biaya-biaya

dalam rekening ini dilakukan pada saat menerima manfaat dari

sejumlah nilai yang telah dikeluarkan sebab pada saat sebelum

nilai atau jumlah itu dialokasikan tidak dapat disebut sebagai biaya

sehingga pengakuan sebagai biaya dilakukan pada saat sejumlah

nilai dibayarkan untuk pembiayaan pengelolaan lingkungan

(PSAK 2002).

3. Pengukuran

Perusahaan pada umumnya mengukur jumlah dan nilai

diatas biaya-biaya yang dikeluarkan untuk pengelolaan

lingkungan tersebut dalam satuan moneter yang telah ditetapkan

sebelumnya. Pengukuran nilai dan jumlah biaya yang akan

dikeluarkan ini dapat dilakukan dengan mengacu pada realisasi

biaya yang telah dikeluarkan pada periode sebelumnya, sehingga

diperoleh jumlah dan nilai yang tepat sesuai kebutuhan riil tiap

periode. Dalam hal ini, pengukuran yang dilakukan untuk

menentukan kebutuhan pengalokasian pembiayaan tersebut

sesuai dengan kondisi perusahaan yang bersangkutan sebab

masing-masing perusahaan memiliki standar pengukuran jumlah

dan nilai yang berbeda-beda.

4. Pencatatan

19
Proses pencatatan adalah proses dari adanya transaksi

ataupun dari kegiatan yang sudah dilakukan oleh perusahaan

maupun instansi pemerintah. Dari adanya transaksi ataupun

kegiatan tersebut nantinya akan dicatat dan akan digunakan

sebagai alat untuk pelaporan dari kegiatan.

5. Penyajian

Biaya yang timbul dalam pengelolaan lingkungan ini

disajikan bersama dengan biaya-biaya unit lain yang sejenis

dalam sub-sub biaya administrasi dan umum. Penyajian biaya

lingkungan ini di dalam laporan keuangan dapat dilakukan dengan

nama rekening yang berbeda-beda sebab tidak ada ketentuan

yang baku untuk nama rekening yang memuat alokasi

pembiayaan lingkungan perusahaan tersebut.

Menurut Suwardjono (2005), penyajian menetapkan

tentang cara-cara melaporkan elemen atau pos dalam

seperangkat laporan keuangan adar elemen atau pos tersebut

cukup informatif, standar akuntansi biasanya memuat ketentuan

tentang apakah suatu informasi objek harus disajikan secara

terpisah dari laporan utama, apakah suatu informasi harus

disajikan digabung dengan akun laporan keuangan yang lain,

apakah suatu pos perlu dirinci, atau apakah suatu informasi cukup

disajikan dalam bentuk catatan kaki.

6. Pengungkapan

Pengungkapan dalam akuntansi lingkungan merupakan

jenis pengungkapan sukarela. Pengungkapan akuntansi

20
lingkungan merupakan pengungkapan informasi data akuntansi

lingkungan dari sudut pandang fungsi internal akuntansi

lingkungan itu sendiri, yaitu beberapa laporan akuntansi

lingkungan. Laporan tersebut harus didasarkan pada situasi aktual

pada suatu perusahaan atau organisasi lainnya. Data actual pada

suatu perusahaan atau organisasi lainnya. Data aktual

diungkapkan dan ditentukan oleh perusahaan itu sendiri atau

organisasi lainnya.

h. Laporan Biaya Lingkungan

Pelaporan biaya dari aspek-aspek lingkungan dalam pelaporan

akuntansi telah mengubah cara pandang perusahaan yang

menitikberatkan pada laporan keuangan bagi para pemangku

kepentingan. Pelaporan biaya lingkungan menjadi hal utama bagi

perusahaan yang ingin memperbaiki kinerja lingkungan. Melalui biaya

lingkungan, pihak manajemen akan memperoleh informasi mengenai

jumlah biaya lingkungan berdasarkan kategori biaya yang ada dan

memperoleh informasi mengenai dampak lingkungan terhadap tingkat

profitabilitas perusahaan.

Senge (1993) telah merancang beberapa model dalam

pelaporan akuntansi yang berkaitan dengan masalah lingkungan ke

dalam empat model pelaporan akuntansi lingkungan, yaitu;

1. Model Normatif

Model normatif ditujukan untuk mencatat biaya-biaya sosial

sebuah industri secara luas, agar mampu memberikan informasi

biaya lingkungan pada beberapa kelompok industri tertentu bagi

21
para pemangku kepentingan. Kepentingan utama dari model ini

adalah memberikan kesempatan kepada stakeholders untuk

menaksir biaya-biaya lingkungan pada beberapa kelompok industri.

2. Model Hijau

Model hijau dirancang untuk menetapkan harga khusus atas

lingkungan bersih dan sehat. selama perusahaan menggunakan

atau mencemari lingkungan atau sumber daya lainnya, perusahaan

harus mengadakan pengeluaran sebesar konsumsi atas sumber

daya walaupun mekanisme pengukuran dan pengungkapan belum

memadai.

3. Model Intensif dan Perlindungan Lingkungan

Model ini mengharuskan kapitalisasi atas biaya lingkungan

dan reklamasi lingkungan. Pengeluaran tersebut akan ditampilkan

sebagai investasi atas lingkungan dan aktivitas tidak disusutkan.

Oleh karena itu, pengeluaran tidak berdampak pada neraca

perusahaan.

4. Model Aset Nasional

Model aset nasional ini dirancang untuk menggeser sudut

pandang secara mikro. Sedangkan tingkat nasional, akuntansi

dipandang secara makro. Hal ini dilakukan agar mampu

meningkatkan tekanan atas akuntansi persediaan dan arus sumber

daya alam. Model ini menghendaki pembentukan suatu lembaga

aset nasional yang bertugas menetapkan dan menghitung berbagai

klasifikasi berbagai sumber daya alam dan bertujuan untung

mengimbangi antara kepentingan pertumbuhan ekonomi dan

22
kepentingan lingkungan dengan pembangunan

berkesinambungan.

Pelaporan biaya lingkungan dapat membantu pihak

manajemen dalam ketersediaan informasi untuk melakukan

perencanaan dan pengendalian biaya lingkungan. Jika perusahaan

melakukan pengendalian biaya lingkungan, penerapan sistem

laporan biaya lingkungan adalah hal yang penting.

D. Audit Lingkungan

Peraturan menteri Lingkungan Hidup Nomor 17 tahun 2010 pasal 1

tentang Audit Lingkungan Hidup, dimana akuntansi lingkungan hidup

adalah evaluasi yang dilakukan untuk menilai ketaatan penanggung

jawaban usaha dan/atau kegiatan terhadap persyaratan hukum dan

kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah”.

Audit lingkungan merupakan bagian kecil dari sistem pengelolaan

lingkungan secara keseluruhan. Pengawasan yang dikelola dapat berupa

audit terhadap sistem pengelolaan itu sendiri. Dari audit lingkungan dapat

diketahui apakah semua langkah yang diperlukan dalam melaksanakan

sistem pengelolaan lingkungan telah dijalankan dengan baik atau tidak,

sehingga dapat diberikan rekomendasi yang diperlukan berdasarkan

temuan yang ada untuk meningkatkan efektif dan efisien sistem

pengelolaan lingkungan (Tardan et.al.1998).

Menurut peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 17

Tahun 2010 pasal 2 tentang Audit Lingkungan Hidup, audit lingkungan

meliputi audit meliputi audit lingkungan yang diwajibkan dan audit

lingkungan bersifat sukarela. Audit bersifat wajib apabila perusahaan

23
melakukan aktivitas yang sangat berbahaya bagi lingkungan. Sedangkan

audit lingkungan bersifat sukarela menunjukkan bahwa audit lingkungan

dilakukan karena produktif perusahaan.

Pada umumnya, suatu kajian audit lingkungan menurut hal-hal

sebagai berikut (BAPEDAL, 1995);

1. sejarah atau rangkaian suatu usaha atau kegiatan, rona dan kerusakan

lingkungan ditempat usaha atau kegiatan tersebut, pengelolaan dan

pemantauan yang dilakukan, serta isu lingkungan yang terkait.

2. Perubahan rona lingkungan sejak usaha atau kegiatan tersebut

didirikan sampai waktu terakhir pelaksanaan audit.

3. Penggunaan input sumber daya alam, proses bahan dasar, bahan jadi

dan limbah termasuk limbah Bahan beracun Berbahaya (B3)

4. Identifikasi penanganan dan penyimpanan bahan kimia, B3 serta

potensi kerusakan yang mungkin timbul.

5. Kajian risiko lingkungan.

6. Sistem kontrol manajemen, rute pengangkutan bahan dan

pembuangan limbah, termasuk fasilitas untuk meminimalkan dampak

buangan dan kecelakaan.

7. Efektifitas alat pengendalian pencemaran seperti ditunjukan dalam

laporan inspeksi, peralatan, uji emisi, uji rutin dan lain-lain.

8. Catatan tentang lisensi pembuangan limbah dan penaatan terhadap

peraturan perundang-undangan termasuk standar dan baku mutu

lingkungan.

9. Penataan terhadap hasil dan rekomendasi AMDAL (Rencana

Pengelolaan Lingkungan dan Rencana Pemantauan Lingkungan).

24
10. Rencana minimisasi limbah dan pengendalian pencemaran

lingkungan.

11. Penggunaan energi, air dan sumber alamnya.

12. Program daur ulang, konsiderasi hasil daur ulang (product life cycle).

13. Peningkatan kemampuan sumber daya manusia dan kepedulian

lingkungan.

Audit lingkungan mampu meningkatkan nilai tambah bagi

perusahaan dengan memberikan rekomendasi atas cara suatu

perusahaan meningkatkan kualitas manajemen lingkungan dan

mengurangi dampak negatif lingkungan serta melakukan efisiensi biaya.

E. Triple Bottom Line Implementasi dalam Mendeteksi Biaya Lingkungan

Menurut Yusuf Wibisono, 2007 mengatakan bahwa triple bottom

line adalah teori yang memberi pandangan bahwa jika sebuah perusahaan

ingin memperkenalkan kelangsungan hidupnya, maka perusahaan

tersebut harus memperhatikan “3P” yaitu keuntungan (profit), pemenuhan

kesejahteraan masyarakat (people), serta menjaga kelestarian lingkungan

(planet).

1. Profit

Profit merupakan salah satu unsur yang sangat penting dan

menjadi tujuan utama dari setiap kegiatan usaha. Perusahaan harus

tetap berorientasi untuk mencari keuntungan ekonomi yang

memungkinkan untuk terus beroperasi dan berkembang. Aktivitas yang

dapat ditempuh untuk mendongkrak profit antara lain dengan

meningkatkan produktivitas dan melakukan efisiensi biaya, sehingga

25
perusahaan mempunyai keunggulan kompetitif yang dapat memberikan

nilai tambah semaksimal mungkin.

2. People

Perusahaan harus memiliki kepedulian terhadap kesejahteraan

manusia. Menyadari bahwa masyarakat sekitar perusahaan merupakan

salah satu stakeholder penting bagi perusahaan, karena dukungan

masyarakat sekitar sangat diperlukan bagi keberadaan, kelangsungan

hidup, dan perkembangan perusahaan. Maka sebagai bagian yang tak

terpisahkan dengan masyarakat lingkungan, perusahaan perlu

berkomitmen untuk berupaya memberikan manfaat sebesar-besarnya

kepada masyarakat. Misalnya, pemberian beasiswa bagi pelajar sekitar

perusahaan, pendirian sarana pendidikan dan kesehatan, serta

penguatan kapasitas ekonomi lokal.

3. Planet

Hubungan perusahaan dengan lingkungan merupakan

hubungan sebab akibat, dimana jika perusahaan merawat lingkungan

maka lingkungan akan memberikan manfaat kepada perusahaan.

Sudah kewajiban perusahaan untuk peduli terhadap lingkungan hidup

dan berkelanjutan keragaman hayati. Misalnya , penghijauan

lingkungan hidup, perbaikan pemukiman, serta pengembangan

pariwisata (ekoturisme).

26
Gambar 1.1 : Triple Bottom Line

Hal ini menyebabkan adanya pergeseran paradigma dimana

perusahaan tidak saja dinilai dari kinerja perusahaan (laba perusahaan)

saja, tetapi juga dinilai dari kinerja lingkungan, sehingga mendorong

perusahaan untuk lebih memfokuskan bagaimana kegiatan operasional

perusahaan dapat terus berjalan dengan tetap memperhatikan kelestarian

alam (planet), kesejahteraan masyarakat (people), dan memperoleh laba

(profit). Sejalan dengan teori legitimasi, dimana teori ini menjelaskan

bahwa legitimasi merupakan suatu manfaat bagi perusahaan dapat terus

berlangsung (going concern). Deegan (2004) dalam (Aristha, 2017)

menjelaskan bahwa terdapat pergeseran kepentingan dimana lebih

memfokuskan ke stakeholder orientation (society). Legitimasi perusahaan

merupakan dampak pertanggungjawaban perusahaan yang memfokuskan

pada perspektif stakeholders.

F. Pengungkapan Biaya Lingkungan dalam Laporan Tahunan

(disclosures in annual)

Pengungkapan (disclosure) ialah pemberian data yang

bermanfaat kepada pihak yang memerlukan. Pengungkapan pada laporan

27
tahunan harus membertikan informasi secara jelas dan dapat

menggambarkan secara tepat mengenai kejadian-kejadian ekonomi yang

berpengaruh terhadap hasil operasi usaha tersebut. Informasi yang

diungkapkan harus berguna dan tidak membingungkan pembaca laporan

tahunan dalam membantu mengambil keputusan ekonomi (Ghozali dan

Chariri, 2001).

Menurut Suranto,dkk (2006) Environmental disclosure atau

pengungkapan lingkungan adalah pengungkapan informasi yang berkaitan

dengan lingkungan di dalam laporan tahunan.

Pengungkapan akuntansi lingkungan di kebanyakan negara,

termasuk Indonesia masih bersifat voluntary, artinya tidak ada aturan yang

mewajibkan. Hal ini disebabkan karena PSAK (Pernyataan Standar

Akuntansi Keuangan) yang dijadikan sebagai pedoman belum mengatur

secara jelas dan tegas kewajiban menyajikan informasi terkait dengan

pelestarian lingkungan.

2. Tinjauan Empiris

Tinjauan empiris merupakan hasil penelitian terdahulu yang

mengemukakan berbagai konsep yang relevan dan terkait dengan sikap

dan perilaku konsumen. Beberapa studi empiris maupun deskriptif yang

menjadi acuan penulisan skripsi ini antara lain yaitu:

Tabel 2.1 Tinjauan Empiris

No Nama Judul Link Hasil Penelitian


Penelitian
1. Mitra Ananlisis http:/ Hasil dari penelitian ini yaitu
Sari, Pengungkap /eco sebagai berikut;
Faridah, an Akuntansi nomi 1. RSUD Daya Makassar telah
Lukman Lingkungan csbo menerapkan akuntansi
Setiawan pada Rumah sow biaya lingkungan. Biaya

28
2017 Sakit Umum a.uni tersebut diakui sebagai
Daerah bos.i biaya belanja pegawai
Makassar d/ind langsung dan biaya belanja
ex.p pegawai tidak langsung.
hp/e Namun, rumah sakit belum
b/arti menjadikannya laporan
cle/v khusus tentang akuntansi
iew/ lingkungannya secara lebih
65 detail.
2. RSUD Daya Makassar
sudah melakukan proses
pengientifikasian,
pengakuan, pengukuran,
pencatatan, penyajian dan
juga pengungkapan seperti
yang sudah dijelaskan pada
SAP per 13 juni 2010.
3. RSUD Daya Makassar telah
melakukan pengolahan
limbah sebaik mungkin.
Rumah sakit juga telah
mengeluarkan biaya
lingkungannya. Dengan
dikeluarkannya biaya
tersebut, Rumah Sakit
Umum Daerah Daya
Makassar turut menjaga
lingkungan hidup.
2. Jamingat Pengaruh https Hasil dari penelitian ini yaitu
un Pengungkap ://jur sebagai berikut:
Hasanah an Biaya nal.p 1. Secara parsial biaya
2017 Lingkungan oliba pengupasan lapisan tanah
Sesuai tam. berpengaruh signifikan
dengan ac.id terhadap Return on
PSAK 33 dan /inde Investment pada
Peraturan x.ph perusahaan pertambangan
Pemerintah p/JA yang terdaftar di BEI
No. 7 Tahun BA/a periode 2013-2015, yang
2010 rticle menandakan bahwa biaya
terhadap /dow pengupasan lapisan tanah
Kinerja nloa merupakan salah satu
Keuangan d/62 ukuran untuk melihat
0/43 kemampuan perusahaan
2 dalam meningkatkan
pengembalian atas
investasi yang dilakukan.
2. Secara parsial biaya
pengelolaan lingkungan
hidup akibat produksi
berpengaruh signifikan

29
terhadap ROI pada
perusahaan pertambangan
yang terdaftar di BEI
periode 2013-2015, yang
menandakan bahwa
peningkatan ROI ditentukan
berdasarkan biaya
pengelolaan lingkungan
hidup akibat produksi.
3. Secara parsial biaya
reklamasi dan penutupan
tambang tidak berpengaruh
terhadap ROI pada
perusahaan pertambangan
yang terdaftar di BEI pada
periode 2013-2015, yang
menandakan bahwa biaya
reklamasi penutupan
tambang bukan ukuran
untuk melihat kemampuan
perusahaan dalam
meningkatkan
pengembalian atas
investasi yang dilakukan.
4. Secara parsial biaya
pengelolaan lingkungan
hidup akibat eksplorasi dan
evaluasi tidak berpengaruh
terhadap ROI pada
perusahaan pertambangan
yang terdaftar di BEI
periode 2013-2015, yang
menandakan bahwa biaya
pengelolaan lingkungan
hidup akibat eksplorasi dan
evaluasi yang diungkapkan
oleh perusahaan tidak
menjamin suatu
perusahaan memiliki
kemampuan untuk ROI
yang tinggi.
5. Secara simultan
pengungkapan biaya
lapisan tanah, pengelolaan
lingkungan hidup akibat
produksi, pengelolaan
lingkungan hidup akibat
eksplorasi dan evaluasi,
dan reklamasi penutupan
tambang berpengaruh

30
signifikan terhadap ROI
pada perusahaan
pertambangan yang
terdaftar di BEI periode
2013-2015, yang
menandakan bahwa
keseluruhan variabel
pengungkapan biaya
lingkungan sesuai standar
PSAK 33 dan Peraturan
Pemerintah No. 78 Tahun
2010 saling berkaitan dalam
membantu perusahaan
untuk ROI yang semakin
besar.
3. ccc Analisis https Hasil dari penelitian ini yaitu:
Penerapan ://re 1. Penerapan pengakuan
Akuntansi posit dan penilaian di
Lingkungan ory.u OWABONG sesuai
(Studi Kasus sd.a dengan konsep aset
pada c.id/ dan beban sesuai
OWABONG 1216 PSAK.
Kabupaten 0/ 2. Pelaporan Biaya
Purbalingga) lingkungan OWABONG
tidak sesuai dengan
International Guidance
Document-
Environmental
Management
Accounting OWABONG
tidak Melaporkan biaya
lingkungan menurut
International Guidance
Document-
Environmental
Management
Accounting. Namun
OWABONG
melaporkannya dalam
Laporan Laba Rugi.
4. Gregoriu Analisis https Kesimpulan dari penelitian ini
s Pengungkap ://re yaitu pengungkapan biaya atas
Adhytam an Biaya posit eksplorasi, pengembangan dan
a Aktivitas ory.u konstruksi, produksi, serta
Krishant Pertambanga sd.a pengelolaan lingkungan hidup
oro n (Eksplorasi, c.id/ memiliki hubungan yang
2017 Pengembang 1154 sangat rendah dengan Return
an dan 8/ on Investment (ROI).
Konstruksi, Hubungan antara kedua
Produksi, variabel tersebut yaitu

31
serta berbanding terbalik, yang
Pengelolaan artinya semakin rendah
Lingkungan pengungkapan ROI maka akan
Hidup) semakin tinggi biaya aktivitas
terhadap yang dilakukan oleh
Return On perusahaan pertambangan.
Investment Hasil penelitian sangat
pada dipengaruhi laba atau rugi
perusahaan bersih yang diperoleh
pertambanga perusahaan pada suatu
n yang periode. Akan tetapi, pada
terdaftar di prakteknya perusahaan
BEI pertambangan memiliki
kewajiban terhadap
pengungkapan biaya ysng
terkait dengan tanggung jawab
perusahaan terhadap
pelestarian lingkungan hidup.
5. Angga Analisis https Hasil dari penelitian ini
Kusuma, Penerapan ://osf menyatakan bahwa Rumah
Rina Akuntansi .io/pr Sakit Nasional Stroke
Asmeri, dalam eprin Bukittinggi telah melakukan
SE.,M.SI Pengelolaan ts/in proses pengakuan,
, Nova Limbah dan arxiv pengidentifikasian, penyajian,
Begawati Tanggung /qud pencatatan, pengukuran, dan
,SE,MM jawab Sosial 38/ juga pengungkapan seperti
2019 pada Rumah halnya yang telah dijelaskan
Sakit Stroke pada SAP periode 13 juni 2010.
Nasional RS Nasional Bukittinggi sudah
Bukittinggi melakukan pengelolaan limbah
mereka dengan baik. Hal ini
sejalan dengan UU No. 32
tahun 2009 tentang
perlindungan dan pengelolaan
lingkungan hidup dan UU No.
25 tahun 2007 tentang
penanaman modal. Dengan
dikeluarkannya biaya-biaya
tersebut, RS Ibnu Sina sudah
turut melakukan perlindungan
dan menjaga lingkungan hidup
sperti yang ada pada kedua UU
tersebut. Namun ada hal yang
kurang diperhatikan, lantaran
limbah hasil pembakaran yang
berupa asap tidak terlalu
berbahaya, pihak rumah sakit
tidak mengelola ataupun tidak
meminimalisir asap tersebut

32
sehingga warga di sekitar
mengeluhkannya.
6. Daniel Formulasi http:/ Hasil dari penelitian ini
Pandapo Penetapan /jour menyatakan bahwa aktivitas
tan Besaran nal.u yang dilakukan oleh
2013 Pajak my.a perusahaan pertambangan
Lingkungan c.id/i akan mempengaruhi keadaan
Hidup pada ndex lingkungan di sekitar lokasi
Peruahaan .php/ pertambangan. Perusahaan
Pertambanga ai/art kondisi lingkungan dapat
n dalam icle/ menimbulkan pengaruh negatif
Pengendalia view kepada masyarakat sekitar.
n Kerusakan /495 Pajak lingkungan mendorong
Lingkungan perusahaan mengidentifikasi
Hidup; Suatu dan melaporkan biaya-biaya
Pendekatan lingkungan yang telah
Literatur dikeluarkan dalam aktivitas
pertambangan. Pajak
lingkungan dikenakan atas
selisih antara biaya
pencegahan dan deteksi.
Fokus pada biaya kegagalan
lingkungan tidak dapat
membantu perusahaan dalam
peningkatan profitabilitas
perusahaan. Hal ini
dikarenakan perusahaan
pertambangan mengeluarkan
dana yang lebih besar dari
kegiatan yang memberikan
nilai tambah. Oleh karena itu,
pengenaan pajak lingkungan
akan memaksa perusahaan
pertambangan yang patuh dan
tidak mencerai lingkungan.
7. Nita sri Analisis https Hasil dari penelitian ini yaitu:
Mulyani Penerapan ://re 1. Bagi perusahaan biaya
2013 Akuntansi posit lingkungan adalah
Biaya ory.u biaya-biaya yang timbul
Lingkungan nej.a yang berkaitan untuk
pada Pabrik c.id/ menanggulangi
Gondorukem hand dampak lingkungan
dan Terpentin le/12 baik untuk pengelolaan
(PGT) 3456 limbah yang dihasilkan
Garahan- 789/ oleh operasional
Jember 2139 perusahaan.
2. Perusahaan sudah
mengeluarkan biaya-
biaya lingkungan dalam
akuntansi

33
perusahaannya tidak
secara khusus
mengidentifikasi biaya-
biaya lingkungan yang
terjadi seperti yang
telah didefinisikan oleh
Susenohaji karena
biaya-biaya lingkungan
tersebut diakui sebagai
biaya produk.
3. Perusahaan mengakui
biaya-biaya lingkungan
terjadi sebagai biaya
produksi. Biaya
lingkungan dianggarkan
pada awal periode dan
diakui pada saat biaya
tersebut digunakan
untuk operasional
pengelolaan
lingkungan. Hal ini
sudah sesuai dengan
pendapat Anne dalam
artikelnya.
4. Pengukuran yang
dilakukan perusahaan
menggunakan satuan
rupiah sebesar yang
dikeluarkan
perusahaan dan
berdasarkan realisasi
rata-rata dari tiga
periode sebelumnya.
5. Perusahaan
menyajikan biaya
lingkungan menganut
mode normatif. Dimana
model normatif
mengakui dan mencatat
biaya-biaya lingkungan
secara keseluruhan
yakni dalam lingkup
satu ruang rekening
secara umum
bersamaan rekening
lain yang serumpun.
6. Informasi yang
berkaitan dengan
lingkungan hidup
dilaporkan ke dalam

34
catatan atas laporan
keuangan perusahaan
sudah sesuai dengan
PSAK No. 3 tentang
Akuntansi
Pertambangan umum
Paragraf 58.
8. Megawat Pengaruh http:/ Hasil dari penelitian ini yaitu:
i Cheng Pengungkap /ced. 1. Pengungkapan CSR
dan an Corporate petr dalam laporan tahunan
Yulius Social a.ac. berpengaruh positif
Jogi Responsibilit id/in signifikan terhadap
Chritiawa y terhadap dex. abnormal return
n Abnormal php/ 2. Return on Equity (ROE)
2011 Return aku/ tidak berpengaruh
articl positif signifikan
e/vie terhadap abnormal
w/18 return
236 3. Price to Book Value
(PBV) tidak terbukti
berpengaruh signifikan
terhadap abnormal
return.
Kesimpulan penelitian
ini dapat dimanfaatkan bagi
pembuat regulasi dan
perusahaan-perusahaan yaitu;
agar perusahaan
memperhatikan kelengkapan
item-item pengungkapan CSR
yang perlu diungkapkan dalam
laporan tahunan, karena
ternyata investor
memperhatikan informasi
tersebut dalam pengambilan
keputusannya. Disamping itu
juga diperlukan adanya
peraturan yang lebih mengikat
dari pemerintah mengenai
pengungkapan CSR yang
dilakukan perusahaan
sehingga perusahaan dapat
mengetahui lebih jelas
informasi apa yang harus
diungkapkan dalam laporan
tahunan perusahaan.

35
3. Kerangka Pikir

Kerangka pikir adalah serangkaian konsep dan kejelasan

hubungan antara konsep dan kejelasan hubungan antara konsep tersebut

yang dirumuskan oleh peneliti berdasarkan tujuan pustaka, dengan

meninjau teori yang disusun dan hasil-hasil peneliti terdahulu yang terkait.

Kerangka pikir dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut;

PT. MARGO KARYA MANDIRI

DASAR PENGUNGKAPAN BIAYA LINGKUNGAN

KLASIFIKASI BIAYA LINGKUNGAN IDENTIFIKASI BIAYA LINGKUNGAN

PENGUNGKAPAN/PENCATATAN
BIAYA LINGKUNGAN
Gambar 3.1 Kerangka Pikir

36
38

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kuantitatif bersifat deskriptif dan pendekatan kualitatif

deskriptif. Menurut Saryono (2010), penelitian kualitatif merupakan

penelitian yang digunakan untuk menyelidiki, menemukan,

menggambarkan, dan menjelaskan, menemukan kualitas atau

keistimewaan dari pengaruh sosial yang tidak dapat dijelaskan, diukur atau

digambarkan menggunakan pendekatan kuantitatif. Sedangkan penelitian

bersifat deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang tujuannya untuk

menyajikan gambaran lengkap mengenai setting sosial atau dimaksud

untuk eksplorasi dan klarifikasi mengenai suatu fenomena atau kenyataan

sosial, dengan jelas mendeskripsikan sejumlah variabel yang berkenaan

dengan masalah dan unit yang diteliti antara fenomena yang diuji.

Sedangkan pendekatan analisis deskriptif kuantitatif merupakan suatu

penelitian yang mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan suatu

fenomena, peristiwa, gejala, dan kejadian yang terjadi secara faktual,

sistematis, serta akurat. Fenomena dapat berupa bentuk,

aktivitas,karakteristik, hubungan serta persamaan maupun perbedaan

antara fenomena

B. Fokus Penelitian

Fokus penelitian merupakan sebuah bentuk dari garis yang terbesar

ke dalam sebuah jantung dari penelitian yang dilakukan. Fokus penelitian


dalam penelitian ini yaitu memfokuskan pada analisis untuk

mengungkapkan biaya lingkungan (Environmental cost) dalam laporan

tahunan (annual report) perusahaan PT. Margo Karya Mandiri periode

2019.

C. Pemilihan Lokasi dan Situs Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada perusahaan yang bergerak di sektor

pertambangan nikel yaitu PT. Margo Karya Mandiri, tepatnya berlokasi di

kelurahan Rahampuu, kecamatan Kabaena Induk, Kabupaten Bombana,

provinsi Sulawesi Tenggara.

D. Sumber Data

Data merupakan sumber informasi yang didapatkan oleh penulis

melalui penelitian yang dilakukan. Data yang diperoleh nantinya akan

diolah sehingga menjadi informasi baru yang dapat dimanfaatkan oleh

pembaca. Dalam penelitian ini, sumber data yang digunakan penulis yaitu;

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumber

asli (tidak melalui media perantara). Data primer dapat berupa subjek

(orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi terhadap

suatu benda (fisik), kejadian atau kegiatan, dan hasil pengujian. Dalam

penelitian ini, data primer yang dibutuhkan peneliti yaitu laporan

tahunan tentang biaya lingkungan perusahaan PT.Margo Karya

Mandiri.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data pelengkap yang diperoleh tidak

melalui tangan pertama, melainkan melalui tangan kedua, ketiga dan

39
seterusnya. Menurut Umi Narimawati (2008), data sekunder adalah

data yang telah tersedia sehingga kita tinggal mencari dan

mengumpulkan data. Metode ini merupakan suatu bentuk

pengumpulan data yang bertujuan untuk menggambarkan,

memaparkan keadaan yang ada di perusahaan.

Tabel. 3.1

Nama Responden

No Name Jabatan
1 Romandar Kepala Teknik Tambang

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk

mengumpulkan data dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut:

1. Wawancara

Wawancara adalah teknik pengumpulan data yang

dilakukan melalui tatap muka dan tanya jawab langsung antara

peneliti dan narasumber. Seiring perkembangan teknologi,

metode wawancara dapat pula dilakukan melalui media-media

tertentu, misalnya telepon, email, atau skype.

2. Studi Kepustakaan ( Library Research)

Studi kepustakaan merupakan langkah awal dalam

mengumpulkan data. Studi pustaka merupakan pengumpulan

data yang diarahkan kepada pencarian data dan informasi melalui

dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, foto-foto, gambar,

maupun dokumen elektronik yang dapat mendukung dalam

proses penulisan.

40
3. Studi Dokumen

Studi dokumen merupakan metode pengumpulan data yang

tidak ditujukan langsung kepada subjek penelitian. Studi dokumen

adalah jenis pengumpulan data yang meneliti berbagai macam

dokumen yang berguna untuk bahan analisis.

4. Studi Lapangan (Field Research)

Studi lapangan adalah pengumpulan data secara langsung

ke lapangan.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah alat bantu yang digunakan peneliti

dalam kegiatannya mengumpulkan data agar kegiatan yang dilakukan

menjadi sistematis, Adapun dalam penelitian ini, penulis akan

menggunakan instrumen penelitian seperti pedoman wawancara, serta

menggunakan media seperti alat perekam dan Juga Kamera yang

digunakan untuk mengambil gambar pada saat penelitian.

Alat yang digunakan oleh peneliti untuk dokumentasi yaitu lembar

ceklis dokumentasi dan catatan lapangan. Dokumentasi-dokumentasi yang

telah diperoleh peneliti berupa foto kegiatan pada saat wawancara kepada

karyawan PT. Margo Karya Mandiri.

G. Metode Analisis

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

analisis deskriptif kuantitatif dan analisis deskriptif kualitatif. Metode

penelitian analisis deskriptif kuantitatif merupakan suatu penelitian yang

mempunyai tujuan untuk mendeskripsikan suatu fenomena, peristiwa,

gejala, dan kejadian yang terjadi secara faktual, sistematis, serta akurat.

41
Fenomena dapat berupa bentuk, aktivitas,karakteristik, hubungan serta

persamaan maupun perbedaan antara fenomena. Sedangkan menurut I

Made Wirartha (2006,155), analisis deskriptif kualitatif adalah

menganalisis, menggambarkan, meringkas berbagai kondisi, situasi dari

berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawancara atau

pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan.

Teknik analisis data dalam penelitian ini dimulai dengan data yang

dihimpun dari hasil penelitian kemudian ditelaah oleh peneliti. Hasilnya

akan dibandingkan dengan teori yang telah dikemukakan pada kajian teori.

Dasar yang digunakan untuk mengukur pengungkapan biaya lingkungan

dalam penelitian ini menggunakan dua dasar pengungkapan yaitu

menggunakan buku Hansen dan Mowen dan National association for

environtmental managemen. Hal ini dikarenakan, di Indonesia belum

adanya peraturan yang secara khusus mengatur tentang pengungkapan

biaya lingkungan. Selanjutnya, berdasarkan hasil perbandingan antara

pengungkapan biaya lingkungan PT. Margo karya Mandiri dengan teori

yang ada, kemudian ditarik kesimpulan dari hasil penelitian ini.

42
BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Objek Penelitian

a. Sejarah Singkat Perusahaan

PT. Margo Karya Mandiri adalah salah satu perusahaan

manufaktur yang bergerak dibidang pertambangan sumber daya

mineral yaitu nikel. Kantor utama PT Margo Karya Mandiri berada di

JL. Dharmawangsa Vii No. 23 Jakarta Selatan 12160 Telp. 021-

7224458 dan Pangkalan Jati RT 007 RW 013 Cipinang Me, yang

kemudian membuka site penambangan yang berlokasi tepatnya di

kelurahan Rahampuu, kecamatan Kabaena induk, kabupaten

Bombana, Sulawesi Tenggara. PT. Margo Karya Mandiri memiliki Izin

Usaha Pertambangan (IUP) dengan nomor perizinan

607/DPMPTSP/X/2020 sejak tahun 2010, namun kegiatan

operasionalnya baru berjalan tahun 2019 dengan luas area

pertambangan 2.128,00 Hektar.

Seiring dengan perkembangan dunia modern yang dihadapkan

dengan era stabilisasi saat ini, PT. Margo Karya Mandiri ikut

berpartisipasi dan berperan serta berkonsentrasi dalam bidang

produksi penambangan serta pengolahan hasil tambang. Kegiatan

penambangan oleh PT. Margo Karya Mandiri merupakan rangkaian

kegiatan yang membutuhkan komitmen yang jelas sebagai mitra

pemerintah daerah untuk tumbuh dan berkembang bersama

masyarakat pada umumnya. Karena akses dari sebuah eksploitasi

43
penambangan senantiasa menimbulkan implikasi yang serius

terhadap masyarakat sekitarnya, baik dari sisi positif maupun negatif.

Untuk itu dibutuhkan suatu proses yang selektif dalam setiap

pengambilan kebijakan terkait dengan kepentingan banyak pihak, baik

secara langsung maupun tidak langsung. PT. Margo Karya Mandiri

melangkah dengan satu keyakinan yang pasti, bahwa apa yang akan

dilakukan menyangkut kepentingan orang banyak, akan mendapat

dukungan yang signifikan dari semua kalangan.

b. Visi dan Misi Organisasi

Visi

Menghasilkan produk berkualitas tinggi, kompetitif, berstandar

internasional dengan nilai tambah.

Misi

Jalankan operasi pertambangan dengan sangat menjaga

perhatian dan komitmen besar pada keselamatan kerja dan

pemberdayaan masyarakat untuk menempa penduduk lokal ke dalam

masyarakat yang mandiri dan berkelanjutan.

Berkontribusi dalam dan mengembangkan kompetensi

perusahaan pertambangan di Kawasan Indonesia Timur.

44
c. Struktur Organisasi

STRUKTUR ORGANISASI
PT. MARGO KARYA MANDIRI

KOMISARIS
BERRY PERDANA PUTRA

DIREKTUR UTAMA
ANTONIO ADIEL NUGRAHA

KEPALA TEKNIK TAMBANG


(KTT)/SITE MANAJER
ROMANDAR

ADMIN
NINO

KEUANGAN
HENGKI

EXPLORATION /
OPERATION &
PENGAWAS QaQC HSE HRDGA
OPERASIONAL PRODUCTION ADRIA NU DADAN M. EMBANG DJOHAR
MUH. IHSAN CIN LI

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Margo Karya Mandiri

45
d. Job Description

1. Komisaris bertugas untuk melakukan pengawasan atas kebijakan

pengurusan, berlangsungnya pengurusan pada umumnya, baik

mengenai Perseroan maupun usaha Perseroan, serta memberikan

nasihat kepada Direksi.

2. Direktur utama bertugas untuk memimpin perusahaan dengan

membuat kebijakan-kebijakan perusahaan, memilih, menetapkan,

mengawasi pekerjaan karyawan dan menyetujui anggaran

tahunan perusahaan dan melaporkan laporan pada pemegang

saham, dan sebagainya.

3. Kepala Teknik Tambang atau Site Manager bertugas untuk

memimpin dan bertanggung jawab atas terlaksananya serta

ditaatinya peraturan perundang-undangan, Keselamatan dan

Kesehatan Kerja (K3) pada saat kegiatan usaha pertambangan di

wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP).

4. Admin bertugas untuk merekap data, mengelola dokumen dan

menyimpan hal tersebut dengan terorganisir, serta memberikan

pelayanan terhadap sumber daya yang diperlukan oleh pegawai

lainnya untuk melaksanakan pekerjaan mereka.

5. Keuangan bertugas untuk mengatur keuangan dalam perusahaan.

6. Operation atau pengawas operasional bertugas untuk memastikan

kegiatan produksi Ore Getting berjalan sesuai rencana

penambangan.

46
a. Grade Control bertugas untuk memastikan secara visual

kegiatan Ore Getting apakah Ore tersebut marketable atau

tidak.

b. Mine Plan Engineer bertugas untuk merencanakan

kegiatan penambangan dalam Blok Modeling

c. Database Produksi bertugas untuk mencatat segala

kegiatan produksi maupun Stripping Overburden/OB

d. Surveyor bertugas untuk menghitung dan mengukur

elevasi kedalaman pit dan menghitung volume ore/OB

7. Manajer Eksplorasi bertugas untuk mengidentifikasi daerah

potensial untuk mendapatkan informasi geologi regional,

melakukan penyelidikan umum, pemboran prospeksi, pemboran

produksi untuk mengetahui sumber daya dan memastikan kegiatan

eksplorasi berjalan dengan baik dan benar.

8. Manajer Qa QC bertugas untuk memastikan kadar yang dijual telah

marketable

a. Database Quality bertugas untuk menyesuaikan dan

mengontrol data ore untuk sesuai dengan kadar yang akan

dipasarkan.

b. Preparasi/ Lab. Control bertugas untuk bertanggung jawab

tentang kegiatan laboratorium.

9. HSE bertugas untuk mengawasi seluruh komponen kegiatan

penambangan agar mematuhi K3 pertambangan

10. HRDGA bertugas untuk mengurus tentang man power dan

kenyamanan manpower selama bekerja

47
a. Purchasing bertugas untuk pengadaan logistik

b. Driver bertugas melakukan hauling (pengangkutan)

material

c. Security bertugas untuk memastikan keamanan di lokasi

tambang.

B. Hasil Penelitian

a. Pengungkapan Biaya Lingkungan pada PT. Margo Karya Mandiri

Biaya lingkungan merupakan salah satu komponen dalam item

yang dapat diungkapkan dalam informasi laporan tahunan. Di

Indonesia, masih sedikit perusahaan-perusahaan manufaktur yang

dalam pelaporan akhir tahunannya bersifat sukarela. Hal ini dapat

dilihat pada laporan tahunan perusahaan yang hanya mengungkapkan

aktivitas sosial tanpa mencatat biaya-biaya yang telah dikeluarkan atas

aktivitas tersebut. Pengungkapan secara sukarela tersebut disebabkan

oleh Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia yang belum

mewajibkan setiap perusahaan manufaktur untuk mengungkapkan

informasi tanggung jawab sosial perusahaan terhadap lingkungan

termasuk biaya-biayanya (Anna Marina,2009).

b. Dasar-dasar Pengungkapan Biaya Lingkungan

Secara khusus, dalam PSAK tidak ada dasar pengungkapan

biaya lingkungan yang dikeluarkan perusahaan. Namun, dalam PSAK

33 mengatur tentang kewajiban perusahaan sektor pertambangan dan

pemilik hak perusahaan hutan untuk melaporkan item-item

lingkungannya dalam laporan keuangan.

48
Pada tabel dibawah ini disajikan dasar-dasar pengungkapan

biaya lingkungan yang dilakukan PT. Margo Karya Mandiri. Dasar

pengungkapan diukur berdasarkan National Association for

Environmental management. “Performance measurement of EHS

Management Programs Survey”, November 5, 1995.

Tabel 5.1 Dasar-dasar Pengungkapan Biaya Lingkungan

No. Deskripsi PT. Margo Karya Mandiri


1 Manajemen perlu mengontrol biaya √
yang signifikan
2 Peraturan pemerintah √
3 Hubungan masyarakat √
4 Pelaporan publik √
5 Inisiatif bisnis sukarela √
6 Tekanan Pasar
7 Tuntutan investor
8 Pertimbangan karyawan
9 Persyaratan asuransi
10 menyangkut komunitas √
11 alasan lainnya - Meningkatkan citra
perusahaan
- Membedakan
perusahaan dengan
pesaingnya
- Memperkuat brand
perusahaan
Sumber: Hasil wawacara berasama bapak Romandar,2020

Berdasarkan analisis dari tabel diatas yaitu, PT. Margo karya

Mandiri melakukan pengungkapan biaya lingkungan secara sukarela.

Wawancara yang dilakukan kepada bapak Romandar bahwa


Selain sebagai pelaporan kepada stakeholders, pengungkapan ini
menghendaki agar mampu meningkatkan citra perusahaan sehingga
dapat meningkatkan brand perusahaan dan mampu membedakan
perusahaan dengan pesaingnya.
Hal ini telah menjadi dasar perusahaan dalam pengungkapan

biaya lingkungannya, dimana selain penting bagi perusahaan untuk

melaporkan biaya lingkungannya kepada stakeholders, pelaporan

49
biaya lingkungan juga digunakan perusahaan sebagai penunjang

peningkatan citra perusahaan dan dengan melaporkan biaya

lingkungannya, PT. Margo Karya Mandiri berharap agar dapat

membedakan perusahaannya dengan perusahaan pesaingnya yang

tidak secara sukarela melaporkan biaya lingkungannya.

c. Pengklasifikasian dan Pengidentifikasian Biaya-biaya Lingkungan

Setelah melakukan penelusuran berdasarkan bukti-bukti yang

ada terkait dengan biaya-biaya lingkungan yang terjadi di PT. Margo

Karya Mandiri , dapat diketahui bahwa PT. Margo Karya Mandiri telah

mengeluarkan biaya-biaya yang terkait dengan aktivitas

lingkungannya.

Perlakuan PT. Margo Karya Mandiri terhadap biaya lingkungan

yang telah dikeluarkan perusahaan dicatat sebagai beban administrasi

dan umum dalam laporan laba rugi perusahaan. Beban administrasi

dan umum yaitu biaya-biaya yang harus dikeluarkan guna kepentingan

kelancaran jalannya perusahaan secara keseluruhan.

Wawancara juga dilakukan kepada bapak Romandar tentang


pengklasifikasian biaya lingkungan bahwa Penggolongan biaya
lingkungan dalam PT. Margo Karya Mandiri terbagi atas 4 bagian yaitu
(a) Biaya pencegahan lingkungan yang meliputi; program kemitraan
dan biaya lingkungan, kesejahteraan karyawan, keselamatan kerja,
dan perolehan seertifikat Iso 14001. (b) Biaya deteksi lingkungan yang
meliputi; audit dan pengelolaan lingkungan dan pengukuran tingkat
pencemaran lingkungan. (c) Biaya kegagalan internal yang meliputi;
penataan lahan, pengelolaan kualitas lingkungan, pengelolaan limbah
B3, pengoperasian peralatan untuk pencegahan pencemaran, dan
daur ulang sisa bahan. (d) Biaya deteksi eksternal yang meliputi;
perlindungan keanekaragaman hayati, kecelakaan kerja dan penyakit,
dan pencegahan pencemaran kecelakaan (Romandar,2020).

50
Berikut ini merupakan perbandingan antara biaya-biaya

lingkungan yang dikeluarkan oleh PT. Margo Karya mandiri dengan

teori yang ada (Hansen Mowen 2005);

Tabel 6.1 Pengklasifikasian Biaya Lingkungan

No Deskripsi Hansen Mowen (2007) PT. Margo Karya Mandiri


1 1) Evaluasi dan 1) Program kemitraan dan
Environment pemilihan pemasok bina lingkungan
al Prevention 2) Evaluasi dan 2) Kesejahteraan karyawan
Costs (Biaya pemilihan alat :
Pencegahan untuk a. Program layanan
Lingkungan) mengendalikan kesehatan kerja
polusi b. Pelatihan dan
3) Desain proses dan pengembangan
produk untuk karyawan
mengurangi dan 3) Keselamatan kerja
menghapus limbah a. Pengadaan alat
4) Melatih pegawai pelindung diri
5) Mempelajari b. Pembuatan dan
dampak lingkungan perawatan ambu
6) Audit risiko norma K3 (Safety
lingkungan Promotion)
7) Daur ulang produk 4) ISO 14001
8) Pemerolehan
sertifikat ISO
14001.3
2 Environment 1) Audit aktivitas 1) Audit dan pengelolaan
al Detection lingkungan lingkungan
Costs (Biaya pengembangan 2) Pengukuran tingkat
Deteksi ukuran kinerja pencemaran;
Lingkungan) lingkungan a. Air
2) Pemeriksaan produk b. Udara
dan proses c. Tanah
3) Pengembangan d. Keanekaragaman
ukuran kinerja hayati
lingkungan
4) Pelaksanaan
pengujian
pencemaran
5) Verifikasi kinerja
lingkungan dari
pemasok
6) Pengukuran tingkat
pencemaran
3 Environment 1) Pengoperasian 1) Penataan lahan
al Internal peralatan untuk 2) Pengelolaan kualitas
Failure Costs mengurangi atau lingkungan
(Biaya menghilangkan a. Kualitas air
Kegagalan polusi -Air laut
Internal 2) Pengolahan dan -Air permukaan
Lingkungan) pembuangan limbah -Air tanah
beracun b. Kualitas Udara
3) Pemeliharaan c. Kualitas Tanah
peralatan polusi d. Penanggulangan
air asam tambang

51
4) Lisensi fasilitas e. Keanekaragaman
untuk memproduksi Hayati
limbah 3) Pengelolaan limbah B3
5) Daur ulang sisa 4) Pengoperasian
bahan peralatan untuk
pencegahan
pencemaran:
a. Pembuatan saluran
air
b. Pengoperasian il
trap
c. Pembuatan
slabbing beton
d. Electrostatic
Precipitator (EP)
e. Conditioning tower
f. Cyclon
g. Bag house filter
5) Daur ulang sisa bahan:
a. Pemanfaatan
limbah dari industri
lain sebagai bahan
baku dan bahan
bakar alternatif
b. Pemanfaatan majun
dan kaos tangan
yang terkontaminasi
dengan oli atau
minyak sebagai
bahan bakar
alternatif
c. Oli bekas sebagai
pelumas peralatan
pabrik
d. Recycle tumpahan
material reject untuk
dikembalikan ke
proses produksi
4 Environment 1) Biaya kegagalan 1) Perlindungan
al External eksternal yang keanekaragaman hayati
Failure Costs direalisasi:
(biaya a. Pembersihan a. Reklamasi lahan
Kegagalan danau yang pasca
Eksternal tercemar penambangan
Lingkungan) b. Pembersihan b. Penghijauan
minyak yang meliputi:
tumpah - Persemaian
c. Penggunaan -Penanaman
bahan baku -Pemeliharaan
dan energi (pemupukan,
secara tidak penyiangan,
efisien pengapuran tanah,
d. Penyelesaian penyulaman, dll)
klaim 2) kecelakaan kerja dan
kecelakaan penyakit
pribadi dari 3) Pencegahan
praktik kerja pencemaran kecelakaan
yang tidak
ramah
lingkungan
2) Biaya sosial:

52
a. Perawatan
medis karena
udara yang
terkena polusi
(kesejahteraa
n individu)
b. Hilangnya
kegunaan
danau sebagai
tempat
rekreasi
karena
pencemaran
c. Hilangnya
lapangan
pekerjaan
karena
pencemaran
(kesejahteraa
n individu)
d. Rusaknya
ekosistem
karena
pembuangan
sampah padat
(degradasi)

Sumber: Hasil wawacara berasama bapak Romandar,2020.

Berdasarkan tabel diatas, biaya lingkungan PT. Margo Karya

Mandiri tidak sepenuhnya dicatat sesuai dengan teori yang ada

(Hansen Move 2007) sehingga menimbulkan penyimpangan untuk

perbaikan, proyek perlindungan lingkungan, dan lain-lain. Hal ini

dikarenakan, perusahaan ini masih sangat muda karena baru

beroperasi selama 2 (dua) tahun yaitu sejak tahun 2019 sampai 2020

tahun berjalan. Pengklasifikasian dan pengidentifikasian pada tabel

diatas berdasarkan hasil wawancara bersama bapak Romandar

kemudian disesuaikan dengan biaya lingkungan berdasarkan laporan

keuangan tentang laporan pengelolaan dan pemantauan lingkungan

yang dibuat oleh perusahaan, sehingga dalam penggolongan atau

pengungkapan biaya lingkungan ini hanya dicatat sesuai biaya yang

telah dikeluarkan perusahaan.

53
d. Pengakuan dan Pengukuran Biaya-biaya Lingkungan

PT. Margo Karya Mandiri mengakui beban pada saat terjadinya

atau sesuai dengan masa manfaatnya, termasuk biaya lingkungan.

Sedangkan pengukuran biaya lingkungan, PT. Margo Karya Mandiri

menggunakan biaya historis, kecuali akun tertentu yang menggunakan

dasar pengukuran lain, sesuai dalam kebijakan akuntansi masing-

masing akun tersebut.

e. Pengungkapan dan Penyajian Biaya Lingkungan

Setelah melakukan penelitian di PT. Margo Karya Mandiri,

dibawah ini disajikan tabel pencatatan biaya lingkungan yang disajikan

oleh PT. Margo Karya Mandiri.

Tabel 7.1 Biaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan tahun 2019

Biaya Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Tahun 2019 (IDR)


Uraian Biaya Pengelolaan dan
Pemantauan Lingkungan
trI. I Tri. II Tri. III Tri.IV Total
Biaya Pengelolaan
1
Lingkungan

1. Penataan Lahan - - - 225.000.000 225.00.000


2. Penghijauan (Pembelian
- 10.000.000 20.000.000 15.000.000 45.000.000
Cover Crop)
3. Pengelolaan Kualitas
Lingkungan

a. Kualitas Air

- Air Permukaan - 4.500.000 4.500.000 4.500.000 13.500.000

- 1.000.000 1.000.000 1.000.000 3.000.000


- Air Tanah

b. Kualitas Udara - 1.500.000 1.500.000 1.500.000 4.500.000

- 750.000 750.000 750.000 2.750.000


c. Kualitas Tanah
4. Pekerjaan Sipil seperti
pembuatan dam/kolam
pengendap & - 5.000.000 5.000.000 5.000.000 15.000.000
maintenance kolam
pengendapan
- 5.000.000 5.000.000 5.000.000 15.000.000
5. Pengelolaan limbah B3

54
Biaya Pemantauan
2 Lingkungan
a. Pengadaan peralatan
- 20.000.000 - - 20.000.000
pantau
b. Pengambilan sampel
- 5.000.000 5.000.000 5.000.000 15.000.000
atau contoh
- 7.500.000 7.500.000 7.500.000 22.500.000
c. Analisis laboratorium
d. Pelaksanaan
pemantauan (upah tenaga - 4.500.000 4.500.000 4.500.000 13.500.000
kerja)
Konsultan lingkungan dan
3 pelatihan
peringatan hari bumi, hari
lingkungan hidup dan hari - 15.000.000 - - 15.000.000
4 pertambangan dan energi
- 15.000.000 - 15.000.000 30.000.000
5 Pelaporan RKL dan RPL
TOTAL BIAYA PENGELOLAAN
DAN PEMANTAUAN - 94.750.000 54.750.000 289.750.000 439.250.000
LINGKUNGAN

Sumber: Laporan Biaya Pengelolaan dan Pemantauan lingkungan PT. Margo Karya Mandiri

tahun 2019

Penyajian ini berpedoman pada PSAK No. 1 tahun 2009, yang

menyebutkan; “Entitas dapat pula menyajikan terpisah dari laporan

keuangan, laporan mengenai lingkungan hidup dan laporan nilai

tambah , khususnya bagi industri dimana faktor lingkungan hidup

memegang peran penting dan bagi industri yang menganggap

karyawan sebagai kelompok pengguna laporan yang memegang

peran penting. Laporan tambahan tersebut diluar ruang lingkup

Standar Akuntansi Keuangan”.

Wawancara juga dilakukan kepada bapak Romandar, bahwa


Perlakuan terhadap biaya lingkungan yang telah dikeluarkan oleh PT.
Margo Karya Mandiri dicatat sebagai beban umum dan administrasi
dalam laporan laba rugi perusahaan. Penyajian biaya lingkungan
dalam laporan tahunan PT. Margo Karya Mandiri telah disajikan secara
khusus dan terperinci atas biaya lingkungan yang telah dikeluarkan
oleh perusahaan. Sedangkan dalam pengungkapan biaya
lingkungannya perusahaan telah mengungkapkan kebijakan
lingkungannya pada tahun 2019. Dimana dalam kebijakan ini
diungkapkan utnuk menunjukkan komitmen perusahaan terhadap
kepedulian lingkungan. Singkatnya, perusahaan secara sukarela telah
mengungkapkan biaya lingkungannya secara terperinci sesuai biaya
lingkungan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan.

55
Dapat disimpulkan bahwa, PT. Margo Karya Mandiri dalam

pelaporan biaya lingkungannya telah disajikan secara khusus dengan

membuat laporan yang berhubungan dengan lingkungan dan

mencantumkan biaya lingkungan secara khusus dan terinci dalam

laporan tahunan sesuai dengan PSAK No. 1 tahu 2009 yang

menyatakan bahwa entitas dapat pula menyajikan terpisah dari

laporan keuangan, laporan mengenai lingkungan. PT. Margo Karya

mandiri dalam pengungkapannya bersifat sukarela namun telah

menyajikan laporan biaya lingkungannya secara penuh.

Selain itu, dalam UU No. 40 tahun 2007 tentang Perseroan

Terbatas dinyatakan bahwa laporan tahunan yang diungkapkan

perusahaan sekurang-kurangnya memuat 7 hal, yaitu sebagai berikut;

Tabel 8.1 Pengungkapan Laporan Tahunan

No. UU No. 40 Tahun 2007 PT. Margo


Karya
Mandiri
1 Laporan Keuangan yang terdiri atas sekurang- √
kurangnya neraca akhir tahun buku yang baru
lampau dalam perbandingan dengan tahun buku
sebelumnya, laporan laba rugi dari tahun buku yang
bersangkutan, laporan arus kas, dan laporan
perubahan ekuitas, serta catatan atas laporan
keuangan tersebut
2 Laporan mengenai kegiatan Perseroan √
3 Laporan pelaksanaan Tanggung jawab Sosial dan √
Lingkungan
4 Rincian masalah yang timbul selama tahun buku √
yang mempengaruhi kegiatan usaha Perseroan
5 Laporan mengenai tugas pengawasan yang telah di √
laksanakan oleh Dewan Komisari selama setahun
buku yang baru lampau
6 Nama Anggota Direksi dan anggota Dewan √
Komisaris
7 Gaji dan tunjangan bagi anggota Direksi dan gaji √
atau honorarium dan tunjangan bagi anggota Dewan
Komisaris Perseroan untuk tahun yang baru lampau.
Sumber: Hasil wawacara berasama bapak Romandar,2020.

56
Berdasarkan tabel diatas, PT. Margo Karya Mandiri telah

menyusun laporan tahunannya sesuai dengan peraturan tentang

Perseroan Terbatas (UU No. 40 tahun 2007). Hal ini menunjukkan

bahwa PT. Margo Karya Mandiri berpegang teguh komitmen

perusahaan yang selalu berpedoman terhadap peraturan yang

berlaku.

f. Pembahasan

PT. Margo Karya Mandiri dalam pengungkapan biaya

lingkungannya telah disajikan secara khusus sebagai laporan biaya

pengelolaan dan pemantauan lingkungan dimana didalamnya perusahaan

ini telah mengeluarkan biaya lingkungan yang meliputi biaya pengelola

lingkungan, biaya pemantauan lingkungan, biaya konsultan lingkungan

dan pelatihan, peringatan hari bumi, hari lingkunan hidup dan hari

pertambangan dan energi, dan biaya pelaporan RKL dan RPL.

berdasarkan dari data laporan biaya pengelolaan dan pemantauan

lingkungan perusahaan, maka perusahaan telah mengungkapkan biaya

lingkungannya secara terperinci. Oleh karena itu, PT. Margo Karya Mandiri

tergolong sebagai perusahaan yang telah menugngkapkan biaya

lingkungannya secara sukarela dan sudah melaporkan biaya

lingkungannya secara penuh dalam laporan tahunannya.

Hasil dari perbandingan antara dasar pengungkapan biaya

lingkungan yang dilakukan oleh PT. Margo Karya Mandir dengan dasar

pengungkapan berdasarkan National Association for environmental

management tidak sepenuhnya sama, dimana dasar pengungkapan biaya

lingkungan PT. Margo Karya Mandiri yang sebanding yaitu (a)

57
management perlu mengontrol biaya yang signifikan, (b) peraturan

pemerintah, (c) hubungan masyarakat, (d) pelaporan publik, (e) inisiatif

bisnis sukarela (f) menyangkut komunitas, dan alasan lain perusahaan

mengungkapkan biaya lingkungannya yaitu selain sebagai pelaporan

kepada stakeholders, pengungkapan ini menghendaki agar mampu

meningkatkan citra perusahaan sehingga dapat meningkatkan brand

perusahaan dan mampu membedakan perusahaan dengan pesaingnya.

Dalam perusahaan ini, penggolongan biaya lingkungan terbagi atas

4 bagian yaitu (a) Biaya pencegahan lingkungan yang meliputi; program

kemitraan dan biaya lingkungan, kesejahteraan karyawan, keselamatan

kerja, dan perolehan sertifikat Iso 14001. (b) Biaya deteksi lingkungan yang

meliputi; audit dan pengelolaan lingkungan dan pengukuran tingkat

pencemaran lingkungan. (c) Biaya kegagalan internal yang meliputi;

penataan lahan, pengelolaan kualitas lingkungan, pengelolaan limbah B3,

pengoperasian peralatan untuk pencegahan pencemaran, dan daur ulang

sisa bahan. (d) Biaya deteksi eksternal yang meliputi; perlindungan

keanekaragaman hayati, kecelakaan kerja dan penyakit, dan pencegahan

pencemaran kecelakaan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Mitra

Sari, Faridah, Lukman Setiawan (2017) yang berjudul Analisis

Pengungkapan Akuntansi Lingkungan pada Rumah Sakit Umum Daerah

Makassar. Bahwasanya, RSUD Daya Makassar sudah melakukan proses

pengientifikasian, pengakuan, pengukuran, pencatatan, penyajian dan

juga pengungkapan. RSUD Daya Makassar sudah melakukan pengolahan

limbah dengan baik. Rumah sakit juga sudah mengeluarkan biaya

58
lingkungannya. Dengan dikeluarkannya biaya-biaya tersebut, Rumah Sakit

Umum Daerah Daya Makassar turut menjaga lingkungan hidup.

PT. Margo Karya Mandiri dalam pengakuan dan pengukuran

biaya-biaya lingkungannya mengakui beban pada saat terjadinya atau

sesuai dengan masa manfaatnya, termasuk biaya lingkungan. Sedangkan

pengukuran biaya lingkungan, PT. Margo Karya Mandiri menggunakan

biaya historis, kecuali akun tertentu yang menggunakan dasar pengukuran

lain, seusai dalam kebijakan akuntansi masing-masing akun tersebut.

Perlakuan terhadap biaya lingkungan yang telah dikeluarkan oleh

perusahaan dicatat sebagai beban umum dan administrasi dalam laporan

laba rugi perusahaan.

Penyajian biaya lingkungan dalam laporan tahunan PT. Margo

Karya Mandiri telah disajikan secara khusus dan terperinci atas biaya

lingkungan yang telah dikeluarkan oleh perusahaan. Sedangkan dalam

pengungkapan biaya lingkungannya perusahaan telah mengungkapkan

kebijakan lingkungannya pada tahun 2019. Dimana dalam kebijakan ini

diungkapkan utnuk menunjukkan komitmen perusahaan terhadap

kepedulian lingkungan. Singkatnya, perusahaan secara sukarela telah

mengungkapkan biaya lingkungannya secara terperinci sesuai biaya

lingkungan yang telah dikeluarkan dalam laporan tahunan perusahaan.

59
BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Hasil dari analisis terhadap pengungkapan biaya lingkungan PT. Margo

Karya Mandiri di Kabaena, Sulawesi Selatan, maka penulis menarik

kesimpulan dimana, PT. Margo karya Mandiri sebagai salah satu perusahaan

manufaktur di Indonesia yang secara sukarela telah mengungkapkan biaya

lingkungannya. Pada laporan tahunan perusahaan ini telah mengungkapkan

biaya lingkungannya secara terperinci sesuai dengan aktivitas lingkungan

yang telah dikeluarkan oleh perusahaan secara penuh. PT. Margo Karya

Mandiri mengakui beban pada saat terjadinya atau sesuai dengan masa

manfaatnya, termasuk biaya lingkungan. PT. Margo Karya Mandiri dalam

penyajiannya dilakukan secara sukarela yang berpedoman pada PSAK no.1

Tahun 2009. PT. Margo Karya Mandiri telah mengungkapkan biaya

lingkungannya secara penuh, dan menunjukkan komitmen perusahaan yang

selalu berpedoman terhadap aturan yang berlaku (UU No. 40 tahun 2007).

B. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan yang peneliti temui pada saat melakukan penelitian yaitu

data penelitian yang digunakan dalam penelitian hanya menggunakan data 1

(satu) periode yaitu tahun 2019 dikarenakan perusahaan ini baru beroperasi

selama 2 (dua) tahun sejak 2019. Leh karena itu peneliti memutuskan hanya

menggunakan 1 (satu) periode agar data yang digunakan valid.

C. Saran

60
Berdasarkan simpulan penelitian diatas, dapat dikemukakan saran

sebagai berikut;

1. Diharapkan bagi peneliti selanjutnya, agar memilih perusahaan yang

telah beroperasi minimal 5 tahun sehingga data yang diperoleh

sekurang-kurangnya 3 (tiga) periode sehingga data yang diperoleh

memiliki pembanding antara data keuangan tahun sebelumnya dan

setelahnya.

2. Diharapkan kepada perusahaan agar selalu tetap konsisten dalam

pelaporan biaya lingkungannya agar dasar pengungkapan biaya

lingkungannya terwujud seperti apa yang mendasari perusahaan

melakukan pelaporan biaya lingkungan.

61
DAFTAR PUSTAKA

Hasanah, Jamingatun. 2017. Pengaruh Pengungkapan Biaya Lingkungan Sesuai

PSAK 33 dan Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 Terhadap

Kinerja Keuangan (Studi pada Perusahaan Pertambangan yang Terdaftar

di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015). Bandar Lampung

(https://jurnal.polibatam.ac.id/index.php/JABA/article/download/620/432 ,

diakses 10 April 2020)

Wibowo, Eva Hermawati. 2017. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan (Studi

Kasus pada OWABONG Kabupaten Purbalingga).Yogyakarta

(https://repository.usd.ac.id/12160/ ,diakses 02 Mei 2020)

Krishantoro, Gregorius Adhytama.2017.Analisis Pengungkapan Biaya Aktivitas

Pertambangan (Eksplorasi, Pengembangan dan Konstruksi, Produksi,

Serta Pengelolaan Lingkungan Hidup) Terhadap Return on Investment

pada Perusahaan Pertamangan yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia.Yogyakarta (https://repository.usd.ac.id/11548/ , diakses 02

Mei 2020)

Kusuma, Anggara,dkk.2019. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan dalam

Pengelolaan Limbah dan Tanggung jawab Sosial pada Rumah Sakit

Stroke Nasional Bukittinggi.Padang (https://osf.io/preprints/inarxiv/qud38/

, diakses 11 April 2020)

Pandapotan, Daniel.2013. Formulasi Penerapan Besaran Pajak Lingkungan Hidup

Pada Perusahaan Pertambangan dalam Pengendalian Kerusakan

Lingkungan Hidup; Suatu Pendekatan Literatur.Vol.14.No.1.Hal.50-64m

62
(http://journal.umy.ac.id/index.php/ai/article/view/495 , diakses 10 April

2020)

Mulyani, Nita Sri.2013. Analisis Penerapan Akuntansi Biaya Lingkungan pada

Pabrik Gondorukemen dan Terpentin (PGT).Garahan-Jember

(https://repository.unej.ac.id/handle/123456789/2139, diakses 10 April

Cheng, Megawati dan Christiawan, Yulius Jogi.2011. Pengaruh Pengungkapan

Corporate Social Responsibility terhadap Abnormal

Return.Vol.13.No.1.Hal.24-36

(http://ced.petra.ac.id/index.php/aku/article/view/18236, diakses 10 April

2020)

Sari, mirna,dkk. 2017. Analisis Penerapan Akuntansi Lingkungan pada Rumah

Sakit Umum Daerah Daya.Vo.3.No.001

(http://economicsbosowa.unibos.id/index.php/eb/article/view/65, 28 April

2020)

Pratiwi, Wahyu Mega.2013. Akuntansi Lingkungan Sebagai Strategi Pengelolaan

dan Pengungkapan Tanggung jawab Lingkungan pada Perusahaan

Manufaktur.Surabaya

(https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-

akuntansi/article/view/6676, diakses 02 Mei 2020)

63
L

64
Hasil Wawancara

Dibawah ini merupakan hasil wawancara bersama bapak Romandar. Hasil

wawancara ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengungkapan biaya

lingkungan pada PT. Margo Karya mandiri, adapun poin-poin pertanyaannya

sebagai berikut;

1. Apasaja yang menjadi dasar pengungkapan biaya lingkungan di PT.

Margo Karya Mandiri ?

“ Dasar Pengungkapan biaya lingkungan di PT. Margo Karya Mandiri

yaitu selain sebagai pelaporan kepada stakeholders, pengungkapan ini

menghendaki agar mampu meningkatnya citra perusahaan sehingga

dapat meningkatkan brand perusahaan dan mampu membedakan

perusahaan dengan pesaingnya”.

2. Bagaimana penggolongan biaya lingkungan dalam PT. Margo Karya

Mandiri ?

“Penggolongan biaya lingkungan dalam PT. Margo Karya Mandiri terbagi

atas 4 bagian yaitu (a) Biaya pencegahan lingkungan yang meliputi;

program kemitraan dan biaya lingkungan, kesejahteraan karyawan,

keselamatan kerja, dan perolehan seertifikat Iso 14001. (b) Biaya deteksi

lingkungan yang meliputi; audit dan pengelolaan lingkungan dan

pengukuran tingkat pencemaran lingkungan. (c) Biaya kegagalan

internal yang meliputi; penataan lahan, pengelolaan kualitas lingkungan,

pengelolaan limbah B3, pengoperasian peralatan untuk pencegahan

pencemaran, dan daur ulang sisa bahan. (d) Biaya deteksi eksternal

yang meliputi; perlindungan keanekaragaman hayati, kecelakaan kerja

dan penyakit, dan pencegahan pencemaran kecelakaan.

65
3. Baaiamana pengakuan dan pengukuran biaya lingkungan pada PT.

Margo Karya Mandiri

“PT. Margo Karya Mandiri mengakui beban padasaat terjadinya atau

sesuai dengan masa manfaatnya, termasuk biaya lingkungan.

Sedangkan pengukuran biaya lingkungan, PT. Margo Karya Mandiri

menggunakan biaya historis, kecuali akun tertentu yang menggunakan

dasar pengukuran lain, sesuai dalam kebijakan akuntansi masing-

masing akun tersebut”.

4. Bagaimana perlakuan, penyajian dan pengungkapan biaya lingkungan

dalam PT. Margo Karya Mandiri ?

“Perlakuan terhadap biaya lingkungan yang telah dikeluarkan oleh PT.

Margo Karya Mandiri dicatat sebagai beban umum dan administrasi

dalam laporan laba rugi perusahaan. Penyajian biaya lingkungan dalam

laporan tahunan PT. Margo Karya Mandiri telah disajikan secara khusus

dan terperinci atas biaya lingkungan yang telah dikeluarkan oleh

perusahaan. Sedangkan dalam pengungkapan biaya lingkungannya

perusahaan telah mengungkapkan kebijakan lingkungannya pada tahun

2019. Dimana dalam kebijakan ini diungkapkan untuk menunjukkan

komitmen perusahaan terhadap kepedulian lingkungan. Singkatnya,

perusahaan secara sukarela telah mengungkapkan biaya lingkungannya

secara terperinci sesuai biaya lingkungan yang telah dikeluarkan oleh

perusahaan.

66
67
A. Biaya pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan

68
B. Biaya Eksplorasi

69
C. Biaya Konstruksi dan Infrastruktur

70
D. Biaya Penambangan

71
DOKUMENTASI

Dibawah ini merupakan dokumentasi pada saat pengambilan data dan

wawancara bersama bapak Romandar.

72
BIOGRAFI PENULIS

Indah Mustika Hati N. adalah Nama penulis skripsi ini.

Penulis lahir dari orang tua (Alm). Nasaruddin Nur dan

Yusrifah Yusuf sebagai anak ketiga dari empat

bersaudara. Penulis dilahirkan di Kelurahan Rahampuu,

Kecamata Kabaena Induk, Kabupaten Bombana, Provinsi

Sulawesi Tenggara. Penulis menempuh pendidikan

dimulai dari SDN 1 Rahampuu (lulus tahun 2010),

melanjutkan ke SMP Negeri 1 Teomokole (lulus tahun 2013), kemudian

melanjutkan ke SMAN 02 Bombana (lulus tahun 2016), hingga akhirnya mampu

menempuh masa kuliah di Fakultas Ekonomi dan Bisnis jurusan Akuntansi di

Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dengan ketekunan, motivasi tinggi untuk terus belajar dan berusaha, penulis telah

berhasil menyelesaikan pengerjaan tugas akhir skripsi ini. Semoga dengan

penulisan tugas akhir skripsi ini mampu meberikan kontribusi positif bagi dunia

pendidikan.

Akhir kata penulis mengucapkan syukur yang sebesar-besarnya atas

terselesaikannya skripsi yang berjudul “ Analisis Pengungkapan Biaya

Lingkungan pada PT. Margo Karya Mandiri”.

73

Anda mungkin juga menyukai