Anda di halaman 1dari 20

Sejarah Awal Peradaban Korea

Korea merupakan negara semenanjung yang memiliki luas 8.500 mil persegi yang terhampar
dari bagian timur laut Benua Asia. Bagian utara dari semenanjung Korea dibatasi oleh dua aliran
sungai, yaitu sungai Yalu dan Tumen. Kim Siong-Jin dalam Handbook of Korea (1978),
mengutarakan bahwa Yalu mengalir dari barat daya sampai Laut Kuning dan Sungai Tumen
mengalir dari timur laut menuju ke arah tenggara sampai laut timur. Bagian barat Laut Kuning,
di sebelah selatan dibatasi Laut Cina Timur, dan di sebelah timur dibatasi Laut Jepang dan Selat
Korea.

Oleh : Alhidayath Parinduri

Panjang Semenanjung Korea dari ujung utara ke ujung selatan kira-kira 1.000 km, sedangkan
lebarnya pada daerah tersempit adalah 216 km. Semenanjung Korea dipisahkan di sebelah utara
oleh sungai Amnok (Yalu) dan Du-man (Tumen). Dikutip dari Yang Seung-Yoon dalam buku
karangannya yang berjudlu Sejarah Kebudayaan Korea (1995), dijelaskan bahwa di tengah dua
sungai itu terletak gunung Baek-du, yang berarti gunung bertopi putih, yang dianggap oleh
rakyat Korea sebagai gunung suci.

Sebagian besar semenanjung Korea adalah daerah yang tidak datar dan bergunung-gunung.
Kondisi tersebut menyebabkan terhalangnya aktivitas perdagangan dan pertanian, dikarenakan
sulitnya transportasi. Walaupun negara ini terdiri dari banyak pegunungan, namun hasil hutannya
sangat kecil dan miskin akan sumber-sumber alam.

Kondisi alam yang demikian menjadikan Korea dijuluki dengan “Kumsu Kangsan”, yaitu negeri
yang sungai dan gunung yang bersulam. Secara statistik 70% semenanjung Korea merupakan
daerah pegunungan. Selain itu, Korea juga memiliki sungai-sungai. Sungai-sungai besar yang
terdapat di Korea antara lain, sungai Yalu, Tumen, Naktong, dan Han.

Semenanjung Korea terletak di tengah tiga negara besar yaitu Jepang,Cina, dan Rusia. Yang
Seung-Yoon & Mohtar Mas’oed dalam Politik Ekonomi, Masyarakat Korea: Pokok-Pokok
Kepentingan dan Permasalahannya (2003), menjelaskan bahwa Korea merupakan negara yang
menghubungkan Asia Timur Laut dengan dunia luar terutama dengan kepulauan Jepang yang
letaknya dekat dengan Semenanjung Korea.

Nama lain Korea adalah Choson yang lebih dikenal oleh negara barat sebagai “negeri
ketenangan pagi” berasal dari Dinasti Yi yang memerintah tahun 1392-1910. Sebelum mengenal
tulisan, Korea di masa kuno telah mengukir sejarah yang beritanya dibawa oleh orang-orang
Cina.

Munculnya bangsa Korea dapat dijelaskan berdasarkan asal-usul, kebudayaan, klasifikasi


menurut waktu maupun kelompok masyarakat yang bermukim di wilayah Korea. Populasi dasar
Korea dibangun oleh migrans-migrans kecil berturut-turut dari Asia Timur Laut selama periode
lebih dari 50 tahun.

Bangsa Korea berasal dan berkembang dari salah satu bangsa nomad yang dari sekitar barat laut
daratan Cina menuju semenanjung Korea. Kebiasaan hidup berpindah ini dikarenakan bangsa
Korea dimasa lampau menyesuaikan dengan kondisi dan persediaan makanan.

Orang Korea awalnya hidup sebagai kelompok-kelompok suku yang terpisah yang menduduki 8
atau 10 lembah-lembah sungai utama. Kehidupan prasejarah di Korea dapat diketahui
berdasarkan peninggalan berupa sistem penanggalan Dan Gun yang telah berumur lebih dari
4000 tahun.

Kebudayaan Paleolitikum

Perkembangan kebudayaan Paleolitikum pada peradaban Korea dapat ditemukan di Timur Laut
yang menyebar hingga ke Selatan. Awal mula dari peradaban ini masih belum diketahui secara
pasti, ada bukti yang mengatakan bahwa manusia telah ada sekitar tahun 500.000 SM.

Akan tetapi, Yi dan Clark ragu terhadap dimulainya masa Paleolitikum sekitar 500.000 SM.
Dalam bukunya yang berjudul Observations on the Lower and Middle Paleolithic of the
Northeast Asia, mereka berpendapat bahwa masa Paleolitikum muncul di Korea sekitar tahun
8000 SM dengan bukti adanya kebudayaan tembikar.
Baca Juga : Wabah Penyakit, Bagai Nestapa dalam Sejarah Umat Manusia

Pada masa itu ditemukan manusia menjalani kehidupan di Goa, yaitu di Situs Goa Komunmaru
dan Chommal. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya fosil-fosil binatang, seperti badak,
beruang, hyena, dan rusa.

Selain itu, ditemukan juga peralatan yang terbuat dari tanduk binatang dan peralatan batu yang
terkelupas, termasuk Gua Geomeunmoru di Sangwon, Provinsi Pyeongannam-do; Jeongok-ri di
Yeoncheon, Provinsi Gyeonggi-do; Seokjang-ri di Gongju, Provinsi Chungcheongnam-do; dan
Gua Durubong di Cheongju, Provinsi Chungcheongbuk-do.

Sama halnya dengan manusia pra-aksara pada umumnya, bangsa Korea dimasa Paleolitikum
berkembangbiak dengan aktivitas berburu dan meramu makanan. Sehingga alat-alat yang
digunakan penduduk pada masa itu, diantaranya kapak, alat pukul, maupun penggaruk yang
terbuat dari batu kasar.

Kebudayaan Neolitikum

Kemudian, kebudayaan Korea terus mengalami perkembangan hingga mencapai masa


Neolitikum. Masa Neolitikum diyakini sebagai asal-usul dari nenek moyang bangsa Korea.
Kebudayaan ini muncul sekitar tahun 5000 SM.

Hal tersebut memperkuat argumen bahwa masa ini sebagai awal dari nenek moyang bangsa
Korea, dikarenakan periode ini dekat dengan penemuan penanggalan Dan Gun.

Pada masa Neolitikum kehidupan manusia mengalami kemajuan dengan dimulainya sistem
bercocok tanam (bertani) dikehidupan. Selain itu, juga banyak masyarakat yang telah melakukan
ternak hewan, seperti ternak babi, sapi, anjing, dan kuda.

Kemajuan tersebut juga terlihat dari telah menetapnya masyarakat dengan menghuni rumah hasil
dari bangunan mereka. Rumah yang terdapat pada masa itu berbentuk kubus.
Periode Neolitikum ini juga memunculkan kebudayaan lain yang disebut dengan kebudayaan
Tembikar. Terdapat dua jenis kebudayaan tembikar yang berkembang, yaitu tembikar Jeulmun
dan Mumun.

Kebudayaan Tembikar Jeulmun juga biasa disebut dengan kebudayaan Tembikar Yunggimun.
Kebudayaan ini tersebar di sebagian besar semenanjung Korea. Kehidupan dari masyarakat pada
masa itu dapat ditemukan di situs Gosan-ni, tepatnya di Pulau Jeju dan Ubong-ni dekat Ulsan.

Selain mempertahankan kehidupan melalui berburu dan mengumpulkan makanan, manusia pada
masa ini juga telah mengenal sistem penanaman millet (sejenis padi-padian) dan gandum. Sistem
tersebut juga digunakan sebagai cara agar mereka dapat bertahan hidup.

Kehidupan masyarakat dimasa tembikar Mumun terlihat sudah menuju tahap yang lebih
kompleks. Selain tempat tinggal yang sudah menetap, pada masa ini masyarakat telah
menggalakkan penanaman padi dan berladang.

Kehidupan sosial masyarakat juga telah tertata dengan adanya yang menjadi pemimpin atau
disebut sebagai kepala suku. Masa Tembikar Mumun ini juga dapat dikatakan sebagai masa
peralihan dari Neolitikum menuju Perunggu dan Besi. Hal ini dikarenakan pada masa Mumun
telah ditemukan pembuatan barang-barang berbahan dasar perunggu dan besi.

Salah satu ciri paling representatif dari Zaman Neolitikum adalah tembikar berpola sisir,
contohnya telah ditemukan di seluruh Semenanjung Korea, termasuk Amsa-dong, Seoul;
Namgyeong, Pyeongyang; dan Suga-ri, Gimhae.

Kebudayaan Perunggu dan Besi

Selepas dari masa Neolitikum, peradaban Korea memasuki masa baru dimana masyarakat telah
mengenal perunggu dan besi. Masuknya pengaruh kebudayaan besi dan perunggu di Korea
diketahui terjadi sekitar 1000 SM diwilayah sungai Liao Manchuria.
Kebudayaan ini pun berkembang hingga ke sungai Taedong sekitar 700 SM. Pada masa
perunggu dan besi ini memunculkan alat-alat yang lebih canggih untuk dapat digunakan sebagai
pendukung aktivitas penduduk.

Alat-alat yang terdapat pada masa ini, diantaranya senjata dari perunggu, kapak, golok, cangkul.
Situs bersejarah yang terkait dengan Zaman Perunggu dapat ditemukan di Provinsi Liaoning dan
Jilin, Cina, dan di seberang Semenanjung Korea.

Baca Juga : Transportasi Pesawat Terbang

Perkembangan budaya perunggu dan besi ini memunculkan peran penting kepala klan.
Pemimpin klan terkuat mulai menggabungkan banyak klan menjadi satu, dan kelompok ini
secara bertahap berkembang menjadi negara bagian awal.

Anisa Septianingrum dalam Sejarah Ringkas Terbaik: Asia Timur (2019), menyebutkan bahwa
perkembangan ini yang selanjutnya memunculkan Kerajaan Gochoson dibawah pimpinan Dan
Gum Wanggum.

Menurut catatan dalam kitab sejarah Samguk Yusa, Dan Gum Wanggum merupakan anak Tuhan
Hwang-Ung yang mendirikan Kerajaan Gochoson sejak tahun 2333 M. Pada akhirnya Kerajaan
Gochoson pecah dan memunculkan tiga kerajaan, yaitu Kerajaan Goguryeo, Baekje, dan Silla.

DAFTAR PUSTAKA

Agung, Leo. 2007. Sejarah Asia Timur. Lembaga pengembangan pendidikan (LPP) UNS dan
UPT Penerbitan dan percetakan UNS (UNS Press): Surakarta.

Darini, Ririn. 2008. Sejarah Korea Sampai Dengan 1945. Jurusan Pendidikan Sejarah Fakultas
Ilmu Sosial dan Ekonomi.
Seon-bok, Yi dan G.A. Clark. Observations on the Lower and Middle Paleolithic of the
Northeast Asia. Current Anthropology. Vol. 24. No. 2: 181-202.

Septianingrum, Anisa. 2019. Sejarah Ringkas Terbaik: Asia Timur. Yogyakarta: Penerbit
Unicorn Publishing.

Seung-Yoon, Yang dan Mohtar Mas’oed. 2003. Politik Ekonomi, Masyarakat Korea: Pokok-
Pokok Kepentingan dan Permasalahannya. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Seung-Yoon, Yang dan Nur Aini. 2003. Sejarah Korea. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.

Seung-Yoon,Yang. 1995. Seputar Kebudayaan Korea. Yogyakarta: Gajah Mada


University Press.

Siong-Jin, Kim. 1978. Handbook of Korea. Seoul: Korean Overseas


Information Service Ministry of Culture and Information.

Sejarah Korea
47 bahasa
 Halaman
 Pembicaraan
 Baca
 Sunting
 Sunting sumber
 Lihat riwayat
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Seoul dengan latarSungnyemun pada tahun 1904

Sejarah Korea bermula dari zaman Paleolitik Awal sampai dengan sekarang.
[1]
Kebudayaan tembikar di Korea dimulai sekitar tahun 8000 SM, dan
zaman neolitikum dimulai sebelum 6000 SM yang diikuti oleh zaman perunggu sekitar
tahun 2500 SM. Kemudian Kerajaan Gojoseon berdiri tahun 2333 SM.[2] Baru pada abad
ke-3 SM Korea mulai terbagi-bagi menjadi banyak wilayah kerajaan.
Pada tahun satu Masehi, Tiga Kerajaan Korea seperti Goguryeo, Silla dan Baekje mulai
mendominasi Semenanjung Korea dan Manchuria. Tiga kerajaan ini saling bersaing
secara ekonomi dan militer. Koguryo dan Baekje adalah dua kerajaan yang terkuat,
terutama Goguryeo, yang selalu dapat menangkis serangan-serangan dari Dinasti-
dinasti Cina. Kerajaan Silla perlahan-lahan menjadi kuat dan akhirnya dapat
menundukkan Goguryeo. Untuk pertama kalinya Semenanjung Korea berhasil
disatukan oleh Silla pada tahun 676 menjadi Silla Bersatu. Para pelarian Goguryeo
yang selamat mendirikan sebuah kerajaan lain di sisi timur laut semenanjung Korea,
yakni Balhae.
Silla Bersatu akhirnya runtuh di akhir abad ke-9, yang juga mengakhiri masa kekuasaan
Tiga Kerajaan. Kerajaan yang baru, Dinasti Goryeo, mulai mendominasi Semenanjung
Korea. Kerajaan Balhae runtuh tahun 926 karena serangan bangsa Khitan dan
sebagian besar penduduk serta pemimpinnya, Dae Gwang hyun, mengungsi ke Dinasti
Goryeo. Selama masa pemerintahan Goryeo, hukum yang baru dibuat, pelayanan
masyarakat dibentuk, serta penyebaran agama Buddha berkembang pesat.
Tahun 993 sampai 1019 suku Khitan dari Dinasti Liao meyerbu Goryeo, tetapi berhasil
dipukul mundur. Kemudian pada tahun 1238, Goryeo kembali diserbu
pasukan Mongol dan setelah mengalami perang hampir 30 tahun, dua pihak akhirnya
melakukan perjanjian damai.
Pada tahun 1392, Taejo dari Joseon mendirikan Dinasti Joseon setelah
menumbangkan Goryeo. Raja Sejong (1418-1450) mengumumkan penciptaan
abjad Hangeul. Antara 1592-1598, dalam Perang
Imjin, Jepang menginvasi Semenanjung Korea, tetapi dapat dipatahkan oleh prajurit
pimpinan Admiral Yi Sun-shin. Lalu pada tahun 1620-an sampai 1630-an Dinasti
Joseon kembali menderita serangan dari (Dinasti Qing).
Pada awal tahun 1870-an, Jepang kembali berusaha merebut Korea yang berada
dalam pengaruh Cina. Pada tahun 1895 Maharani Myeongseong dibunuh oleh mata-
mata Jepang [3] Pada tahun 1905, Jepang memakasa Korea untuk
menandatangani Perjanjian Eulsa yang menjadikan Korea sebagai protektorat Jepang,
lalu pada 1910 Jepang mulai menjajah Korea. [4] Perjuangan rakyat Korea terhadap
penjajahan Jepang dimanifestasikan dalam Pergerakan 1 Maret dengan tanpa
kekerasan. Pergerakan kemerdekaan Korea yang dilakukan Pemerintahan Provisional
Republik Korea lebih banyak aktif di luar Korea seperti di Manchuria, Cina dan Siberia.
Dengan menyerahnya Jepang pada tahun 1945, PBB membuat rencana administrasi
bersama Uni Soviet dan Amerika Serikat, namun rencana tersebut tidak terlaksana.
Pada tahun 1948, pemerintahan baru terbentuk, yang demokratik (Korea Selatan)
dan komunis (Korea Utara) yang dibagi oleh garis lintang 38 derajat. Ketegangan
antara kedua belah pihak mencuat ketika Perang Korea meletus tahun 1950 ketika
pihak Korea Utara menyerang Korea Selatan.

Masa prasejarah[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Prasejarah Korea

Bagian dari seri mengenai

Sejarah Korea

Prasejarah

 Zaman Jeulmun
 Zaman Mumun

Kuno
Gojoseon 2333 SM - 108 SM
Jin

Proto Tiga Kerajaan


 Buyeo
 Goguryeo
 Okjeo
 Dongye
 Samhan
o Mahan
o Byeon
o Jin

 Empat Jun di Dinasti Han

Tiga Kerajaan
Goguryeo 37 SM – 668 M
Baekje 18 SM – 660 M
Silla 57 SM – 935 M
Konfederasi Gaya 42 M - 562 M

Zaman Negara Utara-Selatan


Silla Bersatu 668–935
Balhae 698–926

Tiga Kerajaan Akhir


Baekje Akhir 892–936
Taebong (Goguryeo Akhir) 901–918
Silla Akhir 668–935

Zaman dinasti bersatu


Goryeo 918–1392
Joseon 1392–1897
Kekaisaran Han 1897–1910

Zaman penjajahan
Penjajahan Jepang 1910–1945
Pemerintahan Sementara 1919–1948

Pembagian Korea
Pemerintahan Militer 1945–1948
Republik Rakyat Demokratik Korea 1948–sekarang
Republik Korea 1948–sekarang

Berdasarkan topik
 Seni
 Bahasa
 Militer (Goguryeo)
 Raja
 Angkatan Laut
 Sains dan teknologi

Linimasa
Portal Korea

 l
 b
 s

Bukti arkeologi menunjukkan bahwa manusia pertama menghuni Semenanjung


Korea 700.000 tahun lalu, walaupun sejumlah arkeolog dari Korea Utara mengklaim
bahwa Korea sudah berpenghuni 1 juta tahun yang lalu. [5]
Sejumlah artefak dari periode Palaeolitik (700 ribu SM-40 ribu SM) telah ditemukan di
provinsi Hamgyong Utara, Pyongan Selatan, Gyeonggi, Chungcheong
Utara dan Chungcheong Selatan. Dari penemuan tersebut diketahui pada
masa prasejarah mereka tinggal di gua dan juga membangun tempat tinggal,
menggunakan api, berburu dan memakai peralatan yang dibuat dari batu.
Zaman Tembikar Jeulmun[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Zaman Tembikar Jeulmun
Zaman kebudayaan tembikar di Korea dimulai sekitar 8000 SM, disebut Kebudayaan
Tembikar Yungimun. Bukti-bukti arkeologinya ditemukan di seluruh Korea, seperti di
situs Gosann-ni di Pulau Jeju.
Kebudayaan Tembikar Jeulmun (tembikar berpola sisir) dimulai tahun 7000 SM, dan
kebudayaan tembikar dengan pola sisir di keseluruhan sisi artefak dimulai antara tahun
3500-2000 SM. Tembikar Jeulmun sama dengan tembikar yang ditemukan
di Primorsky, Rusia, Mongolia, lembah sungai Amur dan Sungari di Manchuria [6]
Zaman Tembikar Mumun[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Zaman Tembikar Mumun
Pada masa ini (sekitar 1500 SM-300 SM) mulai terbentuk masyarakat yang bercocok
tanam dan berkehidupan sosial-politik. Masyarakat di Korea bagian selatan
mengembangkan pertanian padi ladang di Zaman Mumun Tua (1500 SM-850 SM).
Di Zaman Mumun Madya (850 SM-550 SM) mulai dikenal sistem masyarakat yang
dipimpin oleh kepala suku. Pada Zaman Mumun Muda (sekitar 550 SM-300 SM) bukti
arkeologi menunjukkan telah dilakukan upacara kematian (penguburan) bagi orang
yang memiliki status tinggi. Produksi perunggu dimulai di Zaman Mumun Madya dan
berperan penting dalam kegiatan upacara atau politik setelah tahun 700 SM. Pada
periode ini pula pertama kalinya berkembang pemukiman yang berkembang kian besar
dan akhirnya hancur: beberapa contohnya seperti Songguk-ri, Daepyeong dan Igeum-
dong. Zaman Mumun berakhir sekitar tahun 300 SM.

Gojoseon[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Gojoseon
Gojoseon adalah kerajaan Korea yang pertama. Berdasarkan Samguk Yusa dan teks-
teks kuno Korea abad pertengahan, [7] Gojoseon didirikan tahun 2333 SM oleh Dangun,
putra tokoh mitologi Korea, Hwanin, yang dipercaya diturunkan dari surga.
Masyarakat Gojoseon adalah keturunan dari suku bangsa Altai yang bermigrasi
ke Manchuria, daerah sebelah utara Sungai Yangtze (Cina) dan semenanjung Korea.
Mereka adalah nenek moyang orang Korea yang pertama yang disebut dalam catatan
sejarah [8]
Gojoseon sebenarnya terletak di Liaoning, tetapi sekitar tahun 400 SM memindahkan
ibu kotanya ke Pyongyang yang sekarang adalah ibu kota dari Korea Utara [9][10]
Kebudayaan perunggu[sunting | sunting sumber]
Kebudayaan perunggu menyingsing di Korea sekitar tahun 1500-1000 SM, dan melalui
bukti-bukti arkeologi menyebutkan mungkin lebih jauh lagi yaitu tahun 2500 SM [11]
Pada masa ini telah dikenal peralatan seperti pisau belati perunggu (bronze
daggers), kaca, persenjataan serta pembuatan kota yang berdinding[11]
Masyarakatnya juga telah membudidayakan padi, kacang merah, kacang
kedelai dan gandum. Mereka dapat membuat rumah-rumah yang berbentuk persegi
panjang dan membangun dolmen untuk tempat penguburan jenazah. Semenanjung
Korea memiliki situs dolmen yang terbanyak di dunia. [5] Gojoseon berubah dari
pemukiman bertembok (walled cities) yang bersifat feodal menjadi sebuah kerajaan
sebelum abad ke 4 SM [12]
Kebudayaan besi[sunting | sunting sumber]
Sejak abad ke 3 SM, kebudayaan besi telah berkembang dan peperangan dengan
bangsa Cina menyebabkan pengungsian ke timur dan selatan semenanjung. Baru-baru
ini sebuah cermin besi ditemukan di Songseok-ri, Kangdong-gun, kota Pyongyang di
Korea Utara[13] yang mungkin berasal dari tahun 1200 SM.
Pada masa ini, sebuah kerajaan bernama Jin, berkembang di bagian selatan
semenanjung Korea. Sangat sedikit bukti mengenai keberadaan Kerajaan Jin, namun
kerajaan ini sudah mengadakan hubungan dengan Dinasti Han Cina dan
mentransfer kebudayaan ke Yayoi (Jepang).[14] Raja dari Gija Joseon mungkin telah lari
ke Jin setelah terjadi pemberontakan oleh Wiman. Jin kemudian berkembang
jadi Konfederasi Samhan. Dinasti Han lalu menumbangkan Wiman dan
mendirikan Empat Komander Han.
Kehancuran[sunting | sunting sumber]
Masih kabur kapankah waktu kejatuhan dan kehancuran Gojoseon, tergantung kepada
bagaimana sejarawan memandang Gija Joseon. Sebuah teori dari Joseon
Sangosa menyebutkan bahwa Gojoseon mengalami perpecahan tahun 300 SM dan
secara perlahan kehilangan kendali atas wilayah teritorinya. Banyak negara (kerajaan)
kecil yang menjadi pecahannya seperti Buyeo, Okjeo, Dongye, Guda-guk, Galsa-
guk, Gaema-guk, dan Hangin-guk. Sedangkan kerajaan
besar Goguryeo dan Baekje berasal dari Buyeo. Masa Tiga Kerajaan Korea dikuasai
oleh Goguryeo, Baekje dan Silla walaupun sampai abad ke 5 dan 6 terdapat
Kerajaan Buyeo dan Gaya.

Proto Tiga Kerajaan[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Proto Tiga Kerajaan
Periode Proto Tiga Kerajaan (Masa Sebelum Tiga Kerajaan) kadang-kadang disebut
Periode Banyak Negara (열국시대), atau masa sebelum munculnya tiga kerajaan
seperti Goguryeo, Baekje dan Silla. Pada masa ini terdapat banyak negara pecahan
kerajaan Gojoseon. Yang terbesar adalah Dongbuyeo (Buyeo Timur)
dan Bukbuyeo (Buyeo Utara).
Buyeo dan Kerajaan dari Utara[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Buyeo
Setelah kehancuran Gojoseon, Buyo berkembang di Korea Utara saat ini dan sebelah
selatan Manchuria, dari abad ke 2 SM sampai tahun 494 M. Sisa-sisa wilayah Gojoseon
diserap oleh Goguryeo tahun 494, dan keduanya (Kerajaan Goguryeo dan Baekje)
menganggap masing-masing sebagai penerus dari Gojoseon.
Walaupun banyak dari catatan sejarah tidak akurat dan bertentangan, disebutkan pada
tahun 86 SM, Buyeo terpecah jadi Buyeo Utara (Bukbuyeo) dan Buyeo Timur
(Dongbuyeo). Pada tahun 538 Baekje menamakan diri mereka Nambuyeo (Buyeo
Selatan).
Okjeo adalah kerajaan yang terletak di sebelah utara semenanjung Korea dan berdiri
setelah jatuhnya Gojoseon. Okjo sendiri sudah menjadi bagian dari Gojoseon sebelum
Gojoseon hancur. Okjeo tidak pernah menjadi sepenuhnya kerajaan yang bebas karena
selalu menghadapi intervensi dari kerajaan-kerajaan tetangganya. Okjeo kemudian
menjadi taklukan Goguryeo di bawah Raja Gwanggaeto yang Agung pada abad ke 5 M.
Dongye adalah kerajaan kecil lain yang terletak di sebelah utara Semenanjung Korea.
Dongye berbatasan dengan Okjeo dan dua kerajaan lain yang juga menjadi negeri
taklukkn Goguryeo. Dongye juga adalah pecahan dari Gojoseon.
Samhan[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Samhan
Samhan (三韓) adalah tiga negara konfederasi yaitu Mahan, Jinhan dan Byeonhan.
Samhan terletak di bagian selatan Semenanjung Korea. Tiga konfederasi ini menjadi
tonggak pendirian kerajaan Baekje, Silla dan Gaya. Mahan adalah yang terbesar
dengan 54 negara bagian, Byeonhan dan Jinhan masing-masing memiliki 12 negara
bagian. Kata samhan kemudian digunakan untuk menunjuk Tiga Kerajaan Korea.
Hanja "han" (韓) dari Samhan saat ini digunakan untuk menunjuk Korea (Dae Han Min
Guk).

Periode Tiga Kerajaan[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Tiga Kerajaan Korea
Goguryeo[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Goguryeo
Goguryeo adalah kerajaan paling besar di antara Tiga Kerajaan. Goguryeo didirikan
tahun 37 SM oleh Jumong (Dongmyeongseong) pertama memeluk Buddhisme pada
tahun 372 pada masa pemerintahan Raja Raja Sosurim.
Goguryeo mencapai masa keemasan pada abad ke 5, ketika Raja Gwanggaeto yang
Agung dan anaknya Raja Jangsu memperluas wilayah kekuasaan
sampai Manchuria dan Mongolia, serta merebut Seoul dari tangan kerajaan Baekje.
Gwanggaeto dan Jangsu akhirnya memaksa Baekje dan Silla untuk tunduk dan untuk
pertama kalinya menyatukan semenanjung Korea.
Goguryeo menangkis berkali-kali serangan tentara Cina dalam Perang Goguryeo-
Sui tahun 598 sampai 614 yang menyebabkan runtuhnya Dinasti Sui.[15] Namun dengan
banyaknya perang dengan Cina, telah perlahan-lahan melemahkan Goguryeo.
Goguryeo ditundukkan dalam serangan gabungan Silla dan Dinasti Tang tahun 668.
Baekje[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Baekje
Baekje didirikan tahun 18 SM oleh Onjo [6] seperti yang disebutkan di Samguk Sagi.
Teks Cina kuno Sanguo Zhi menyebutkan bahwa Baekje adalah bagian
dari Konfederasi Mahan yang berlokasi di lembah Sungai Han (dekat Seoul saat ini).
Baekje memperluas wilayah kekuasaannya ke provinsi Chungcheong dan Jeolla dan
menjadi saingan bagi Goguryeo dan dinasti-dinasti di Cina.
Pada puncak kegemilangannya pada abad ke 4, Baekje menguasai semua negara
bagian Konfederasi Mahan dan menguasai bagian barat semenanjung Korea.
Baekje memainkan peran yang penting dalam mentransfer perkembangan budaya ke
Jepang seperti pengenalan karakter Tionghoa, agama Buddha, pembuatan barang
dari besi, keramik dan upacara pemakaman [16] Baekje ditundukkan oleh aliansi Silla dan
Dinasti Tang pada tahun 660 dan anggota kerajaannya melarikan diri ke Jepang.
Silla[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Silla
Menurut catatan sejarah, Kerajaan Silla terbentuk pada saat unifikasi negara bagian
milik Konfederasi Jinhan oleh Bak Hyeokgeose tahun 57 SM di bagian selatan
semenanjung Korea.
Artefak Silla seperti kerajinan emas menunjukkan adanya pengaruh nomadik, dan tidak
dipengaruhi budaya Tionghoa seperti halnya milik Goguryeo dan Baekje. Silla
berkembang cepat dan menguasai wilayah lembah sungai Han dan menyatukan
berbagai wilayah kecil.
Pada abad ke 2, Silla mulai tumbuh menjadi kerajaan yang kuat dan sering terlibat
perang dengan Baekje, Goguryeo dan Jepang. Pada tahun 660 Raja Silla, Muyeol,
menundukkan Baekje bersama Jenderal Kim Yushin yang dibantu pasukan dari Dinasti
Tang. Pada tahun 661 Silla dan Tang menyerbu Goguryeo, namun dapat ditangkis.
Raja Muyeol melakukan serangan lagi tahun 667 dan Goguryeo ditaklukkan pada tahun
berikutnya.
Gaya[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Konfederasi Gaya
Konfederasi Gaya adalah sebuah konfederasi yang terletak di lembah sungai
Nakdong di Korea bagian selatan. Gaya berkembang dari Konfederasi Byeonhan dan
pada tahun 562 ditaklukkan oleh Silla.

Negara Utara dan Selatan[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Periode Negara Selatan dan Utara
Sebutan Negara Utara dan Selatan merujuk pada kerajaan Silla Bersatu dan Balhae,
yaitu saat Silla menguasai semenanjung Korea dan Balhae memperluas kekuasaannya
di Manchuria.
Silla Bersatu[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Silla Bersatu
Setelah perang unifikasi, Dinasti Tang mendirikan teritori dan komunitasnya di bekas
wilayah Goguryeo dan juga di Baekje. Silla menyerang orang-orang Tang di Baekje dan
Korea Utara tahun 671.[15]
Cina menginvasi Silla tahun 674 namun gagal di bawah tentara Jenderal Kim
Yushin yang kuat. Silla akhirnya mengeluarkan semua kekuatan Tang tahun 676 dan
membawa penyatuan bagi sebagian besar semenanjung Korea.
Periode Silla bersatu adalah masa ketika kebudayaan Korea berkembang dengan pesat
serta Buddhisme menjadi agama negara. Kuil-kuil seperti Bulguksa adalah contoh
betapa pesatnya kebudayaan Korea dalam pengaruh agama Buddha. Beberapa kuil
yang indah dibangun seperti Kuil Hwangnyeong, Bunhwangsa, dan Sokkuram yang
menjadi Situs Warisan Dunia (UNESCO). Masa ini juga menjadi masa damai ketika
Korea menjalin hubungan baik dengan Dinasti Song Cina.
Silla mulai mengalami masa kericuhan politik tahun 789 yang membuat Silla jadi lemah.
Sementara itu sisa-sisa Baekje mulai bangkit dan mendirikan
Kerajaan Hubaekje ("Baekje Akhir").[15]
Silla Bersatu hanya bertahan 267 tahun ketika rajanya yang terakhir,
Raja Gyeongsun disingkirkan oleh Wanggeon yang mendirikan Dinasti
Goryeo tahun 935.[17]
Balhae[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Balhae
Balhae didirikan di bagian utara di bekas wilayah Goguryeo oleh Dae Jo-yeong, mantan
jenderal Goguryeo. Balhae menguasai wilayah paling utara dari semenanjung Korea,
sebagian besar Manchuria dan wilayah Propinisi Maritim Rusia saat ini. Balhae
menyebut kerajaan mereka sebagai penerus dari Goguryeo.
Dalam masa damai, Balhae mengembangkan kebudayaannya, terutama pada masa
pemerintahan Raja Mun (sekitar 737-793). Kebudayaan Balhae dipengaruhi
oleh Buddhisme sama seperti Silla dan Baekje. Kerajaan Balhae runtuh pada tahun 926
karena diserang oleh bangsa Khitan dari Dinasti Liao.
Tidak ada catatan sejarah dari Balhae yang tersisa. Goryeo menyerap sebagian teritori
Balhae dan menerima pengungsinya, termasuk anggota kerajaannya. Dalam
teks Samguk Sagi terdapat ringkasan mengenai Balhae, tetapi tidak menuliskan sejarah
berdirinya. Sejarawan dari Dinasti Joseon abad 18, Yu Deukgong memasukkan Balhae
ke dalam bagian sejarah Korea dan mulai menggunakan penyebutan Periode Negara
Utara dan Selatan untuk masa berdirinya Balhae.
Tiga Kerajaan Akhir Korea[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Tiga Kerajaan Akhir Korea
Tiga Kerajaan Akhir (892-936) terbagi atas Silla, Hubaekje (Baekje Akhir)
dan Taebong (juga dikenal dengan sebutan Hukoguryo atau Goguryeo Akhir). Wang
Geon menumbangkan Hubaekje tahun 936 dan mengesahkan pemerintahan baru,
yaitu Dinasti Goryeo.

Goryeo[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Dinasti Goryeo
Dinasti Goryeo didirikan tahun 918 dan sejak tahun 936 menggantikan Silla sebagai
kerajaan yang memerintah Semenanjung Korea. Kata Goryeo adalah kependekan
dari Goguryeo dan merupakan sebutan bagi orang asing yang merujuk ke Korea.
Dinasti ini bertahan sampai tahun 1392.
Pada tahun 1231 bangsa Mongol memulai penyerangan terhadap Goryeo. Setelah
peperangan yang melelahkan selama 25 tahun akhirnya Goryeo menandatangani
perjanjian damai dengan Kerajaan Mongol. Maka dalam waktu 80 tahun Goryeo berada
dalam bayang-bayang kekuasaan bangsa utara itu.
Pada tahun 1340-an Raja Gongmin memberontak terhadap kekuasaan Mongol dan
secara cepat menyingkirkan mereka dari semenanjung Korea. Namun Koryo kini
sedang menghadapi serangan dari bajak laut Jepang (Wokou) yang mulai mencapai
Korea. Tahun 1392 seorang jenderal bernama Yi Seong-gye, memberontak dan
mengakhiri kekuasaan dinasti ini.

Joseon[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Dinasti Joseon
Tahun 1392 setelah Goryeo tumbang, Dinasti yang baru mulai didirikan oleh
Jenderal Yi Seong-gye, yaitu Dinasti Joseon. Ia menamakan kerajaan ini sebagai
Joseon untuk memberikan penghormatan terhadap Gojoseon, yang merupakan
kerajaan pertama bangsa Korea. Yi Seong Gye memindahkan ibu kota
ke Hanseong dan membangun Gyeongbokgung serta
mengesahkan Konfusianisme sebagai agama negara, yang akhirnya membuat para
pendeta Buddha kehilangan kekayaan dan kemakmuran. Dinasti Joseon menikmati
perkembangan yang sangat pesat dalam bidang ilmu pengetahuan dan kebudayaan.
Contohnya adalah penemuan abjad Hangeul tahun 1443 oleh Raja Sejong. Dinasti
Joseon adalah dinasti yang memiliki usia pemerintahan terpanjang di Asia Timur dalam
milenium terakhir.
Ekonomi[sunting | sunting sumber]
Joseon memiliki keadaan ekonomi yang stabil dalam masa-masa damainya, terutama
pada masa pemerintahan Raja Sejong yang Agung. Walau demikian, ekonomi Joseon
juga pernah menderita banyak kelesuan selain karena serangan-serangan Jepang
tahun 1592-1598, juga karena terbongkarnya skandal korupsi internal, suap dan juga
pengenaan pajak yang tinggi.
Keadaan sosial masyarakat[sunting | sunting sumber]
Dinasti Joseon menerapkan sistem kemasyarakatan yang ketat bagi rakyat yang sangat
memengaruhi keadaan ekonomi. Raja adalah puncak dari pemerintahan, sementara
Yangban (bangsawan) dan pejabat kantor kerajaan berada di bawahnya. Di bawah
Yangban dan pejabat merupakan golongan tengah yang terdiri dari
kaum pedagang dan pengrajin. Bagian terbesar dari sistem ini tentunya adalah rakyat
jelata yang terdiri dari kaum petani dan budak. Kaum budak menempati posisi terbawah
dan tidak membayar pajak pada pemerintah. Jumlah kaum ini pernah mencapai 30%
dari populasi.
Invasi-invasi asing[sunting | sunting sumber]
Joseon menderita luka-luka berat pada saat masa Invasi Jepang ke Korea tahun 1592-
1598, Invasi Dinasti Qing tahun 1627 dan 1636. Banyak fasilitas yang hancur dan rusak
yang membuat perekonomian melemah.

Abad ke 19[sunting | sunting sumber]


Dalam abad ke 19, Korea mencoba mengontrol pengaruh asing dengan menutup
semua perbatasannya untuk semua negara kecuali dengan Cina.
Tahun 1853 sebuah kapal perang Amerika Serikat, USS South America, berlabuh
di Busan selama 10 hari dan mengadakan kontak dengan pejabat-pejabat Korea.
Beberapa orang Amerika pernah terdampar di Korea karena kapal mereka tenggelam
pada tahun 1855 dan 1865, namun mendapat perlakuan yang baik dari orang Korea
dan mereka dipulangkan ke negara asal lewat Cina. Walau demikian Joseon tetap
waspada terhadap pihak-pihak asing dan juga tetangga mereka, Dinasti Qing.
Invasi Prancis (1866)[sunting | sunting sumber]
Artikel utama: Invasi Prancis ke Korea tahun 1866
Invasi Prancis ini terjadi karena pihak Kerajaan yang melakukan pembantaian
terhadap misionaris Katolik dari Prancis serta warga Korea yang masuk Kristen.
Kejadian ini membuat pasukan Prancis melancarkan serangan pada musim gugur
tahun 1866. Peperangan terjadi di Pulau Ganghwa di lepas pantai Incheon dan tentara
Korea berhasil dikalahkan oleh pasukan Prancis yang memakai persenjataan modern.
Peristiwa tahun 1866-1895[sunting | sunting sumber]

Pada tahun 1866, Jenderal Sherman (Amerika Serikat) melakukan penculikan,
pembunuhan dan perampokan terhadap warga pesisir pantai Korea.

Pada tahun 1871, militer Amerika Serikat kembali melancarkan serangan
terhadap Korea dan menewaskan 350 orang. Peristiwa ini disebut Sinmiyangyo

Tahun 1894-1895 Jepang memenangkan perang dengan Dinasti
Qing pada Perang Sino Jepang yang membuat Jepang memaksa Korea membuka
pelabuhannya pada tahun 1876.

Pada tahun 1895 Maharani Myeongseong dibunuh oleh mata-mata Jepang [3]

Kekaisaran Han Raya[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Kekaisaran Han Raya
Pada tahun 1897, Dinasti Joseon beralih menjadi Kekaisaran Han Raya dengan Kaisar
Gojong sebagai pemimpinnya. Pada tanggal 25 Juli 1905 secara efektif Korea sudah
berada dalam wilayah prektorat Jepang dengan paksaan tanpa adanya perjanjian dan
persetujuan dari Raja Gojong.

Penjajahan Jepang[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Penjajahan Jepang atas Korea
Pada tahun 1910 Jepang secara efektif menduduki Korea dalam Perjanjian Aneksasi
Jepang-Korea. Perjanjian ini dipakai oleh Jepang tanpa menghiraukan kemarahan
rakyat Korea yang tidak menyetujui perjanjian yang tidak disahkan oleh Raja Gojong
tersebut.
Korea diduduki Jepang dengan bentuk kepemimpinan Gubernur Jenderal Korea sampai
tahun 1945 ketika Jepang menyerah kepada tentara sekutu.
Jaringan transportasi dan komunikasi dibangun di seluruh wilayah negeri oleh
pemerintahan kolonial Jepang dan mengarah pada eksploitasi rakyat Korea. Hanya
sedikit manfaat yang didapat rakyat Korea dari modernisasi ini, karena semua fasilitas
hanya dibuat untuk melancarkan kepentingan dan perdagangan Jepang. Beberapa
kejahatan penjajahan Jepang atas Korea:

Meruntuhkan Gyeongbokgung

Mengenakan pajak tinggi terhadap hasil pertanian serta mengekspornya ke
Jepang yang menyebabkan bencana kelaparan bagi rakyat Korea.

Menyiksa dan membunuh warga yang menolak membayar pajak

Kerja paksa membangun jalan dan pertambangan

Perbudakan seks terhadap wanita Korea [18]


Mengirimkan pekerja ke teritori Jepang lain untuk kerja paksa

Spekulasi wafatnya Raja Gojong bulan Januari 1919 karena diracuni oleh mata-
mata Jepang membuat rakyat melakukan aksi protes secara damai di seluruh negeri
pada tanggal 1 Maret 1919, peristiwa ini disebut Pergerakan 1 Maret. Dalam peristiwa
ini tentara dan polisi Jepang membunuh hampir 7000 orang Korea. [19]
Setidaknya 2 juta orang ikut ambil bagian dalam pergerakan ini (Jepang mengklaim
kurang dari 500 ribu orang). Banyak warga Kristen Korea juga terbunuh oleh tentara
Jepang, termasuk sebuah desa bernama Jeamri yang seluruh penduduknya
dibinasakan oleh Jepang karena mendukung perjuangan kemerdekaan. Pergerakan 1
Maret ini telah menginspirasi pidato Presiden Amerika Serikat, Woodrow Wilson yang
mendeklarasikan kebebasan hak asasi manusia.
Pemerintahan Provisional Republik Korea diresmikan di Shanghai, Cina setelah
terjadinya Pergerakan 1 Maret untuk memperjuangkan kemerdekaan Korea.
Pemerintahan provisional dianggap sebagai pemerintahan de jure dari rakyat Korea
dari tahun 1919 sampai 1948.
Sentimen anti Jepang di Korea terus mencuat, seperti pada peristiwa protes mahasiswa
di seluruh Korea pada bulan November 1929 yang membuat pengetatan peraturan
militer tahun 1931. Kurikulum sekolah dimodifikasi untuk menghilangkan pengajaran
dalam bahasa Korea. Sekolah juga dilarang untuk mengajarkan murid-muridnya
mengenai sejarah Korea. Orang Korea dipaksa untuk mengadopsi nama orang
Jepang [20] Dalam perang dunia ke II, banyak pula warga Korea yang dipaksa untuk
menyokong usaha perang tentara Jepang [21]

Pemecahan Korea[sunting | sunting sumber]


Artikel utama: Pembagian Korea
Pembagian Korea menjadi Korea Utara dan Korea Selatan bermula sejak
kemenangan Blok Sekutu di dalam Perang Dunia II, mengakhiri 35 tahun Penjajahan
Jepang atas Korea. Di dalam sebuah proposal yang ditolak oleh hampir seluruh
bangsa Korea, Amerika Serikat dan Uni Soviet setuju untuk sementara menduduki
negara Korea sebagai wilayah perwalian dengan zona pengawasan yang didemarkasi
pada sepanjang 38 derajat lintang utara. Tujuan perwalian ini adalah untuk mendirikan
pemerintah sementara Korea yang akan menjadi "bebas dan merdeka pada
waktunya."[22] Meskipun pemilihan umum dijadwalkan, dua adidaya mendukung dari
belakang para pemimpin yang berseberangan dan dua negara itu secara efektif telah
didirikan, masing-masing mengakui kedaulatan atas seluruh Semenanjung Korea.
Lihat Sejarah Korea Utara dan Sejarah Korea Selatan setelah berakhirnya masa
perang.

Catatan[sunting | sunting sumber]


1. ^ Byeon (1999), p. 27. Byeon explains that the lower layers of Seokjangni and other sites
have been dated to 600,000-500,000 BC, and that the discovery of yet older layers at a site
in Damyang County have led to the hypothesis that hominid habitation of Korea began around
700,000 BCE
2. ^ Go-Choson

3. ^ Lompat ke:a b Murder of Empress Myeongseong Diarsipkan 2004-10-09 di Wayback


Machine..
4. ^ Forced Annexation

5. ^ Han, Chang-Gyun (2002). "한국의 선사시대에 대한 북한 고고학계의 동향과 시각-


구석기시대와 신석기시대를 중심으로-Trend and Perspective of Korean Prehistoric Study in North
Korea". 한국고대사연구 (25): 5–27. Diakses tanggal 2006-12-03. In addition, the Korean Central News
Agency, the official News Agency of North Korea claims that Korea is one of the several cradles of
humankind in the world (13/04/2004). Typical of relics that allegedly dates from the beginning period
of humankind was discovered in a grotto in Huku-ri of Sangwon County, Pyongyang.
[1] Diarsipkan 2009-02-21 di Wayback Machine.

6. ^ http://www.bartleby.com/67/160.html Diarsipkan 2008-10-11 di Wayback Machine..

7. ^ See also Jewang Ungi, Dongguk Tonggam, Sejong Sillok, and Chronicle of Korean Rulers,
제왕연대력 帝王年代曆 Jewang yeondaeryeok, Choe Chiwon (최치원) (857 - ?)

8. ^ Jaehoon Lee (2004). "The Relatedness Between The Origin of Japanese and Korean
Ethnicity" (PDF). The Florida State University. hlm. 31. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2007-06-
14. Diakses tanggal 2007-04-11..

9. ^ http://enc.daum.net/dic100/viewContents.do?&m=all&articleID=b01g4157b%7CDaum article
: 고조선[古朝鮮

10. ^ http://www.metmuseum.org/toah/ht/04/eak/ht04eak.htm%7CMetropolitan Museum of Art:


Timeline of Art and History, Korea, 1000 BC-1 AD.

11. ^ Lompat ke:a b http://www.artsmia.org/art-of-asia/history/korea-neolithic-bronze-age.cfm.

12. ^ http://www.kimsoft.com/2004/go-chosun.htm Diarsipkan 2009-02-09 di Wayback Machine..

13. ^ "Editorial of Buksori by Prof. Park Seonhee". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-01-09.
Diakses tanggal 2007-11-25.

14. ^ "Yayoi Period History Summary Diarsipkan 2008-07-26 di Wayback Machine.,"


BookRags.com; Jared Diamond, "Japanese Roots," Discover 19:6 (June 1998); Thayer Watkins, "The
Genetic Origins of the Japanese Diarsipkan 2016-02-09 di Wayback Machine."

15. ^ Lompat ke:a b c http://www.asianinfo.org/asianinfo/korea/history.htm#The%20Ko%20Choson

16. ^ "Korean Buddhism Basis of Japanese Buddhism," Seoul Times, June 18, 2006; "Buddhist
Art of Korea & Japan," Asia Society Museum; "Kanji," JapanGuide.com; "Pottery Diarsipkan 2009-10-
29 di Wayback Machine.," MSN Encarta; "History of Japan," JapanVisitor.com.

17. ^ http://www.rootsinfo.co.kr/history/king08.html Diarsipkan 2002-02-15 di Wayback Machine.


Wang Geon changed the name of dynasty to Goryeo

18. ^ [2] Diarsipkan 2006-09-22 di Wayback Machine. [3] [4] Comfort-Women.org

19. ^ March 1st Movement

20. ^ 宮田 節子 [Miyata, Setsuko]. "創氏改名" [Creating Surnames and Changing Given Names],
明石書店 [Akashi-shoten], 1992, al. ISBN 4-7503-0406-9.

21. ^ 山脇 啓造 Yamawaki, Keizo. 近代日本と外国人労働者―1890 年代後半と 1920 年代前半に


おける中国人・朝鮮人労働者問題 Modern Japan and Foreign Laborers: Chinese and Korean
Laborers in the late 1890s and early 1920s, 明石書店 Akashi-shoten, 1994, et al. ISBN 4-7503-0568-
5.

22. ^ Perang Dunia II dan Korea Andrea Matles Savada dan William Shaw, editor. South Korea:
A Country Study. Washington: GPO for the Library of Congress, 1990.
Referensi[sunting | sunting sumber]
 Byeon Tae-seop (변태섭) (1999). 韓國史通論 (Hanguksa tongnon) (Outline of
Korean history), 4th ed. ISBN 89-445-9101-6.
 Yang, S.C. (1999). The North and South Korean political systems: A comparative
analysis. (Rev. Ed.). Seoul: Hollym. ISBN 1-56591-105-9

Pranala luar[sunting | sunting sumber]


 http://www.koreaorbit.com/history-of-korea/history-of-korea-dynasties.html
 http://www.asianinfo.org/asianinfo/korea/history.htm#The%20Ko%20Choson
 http://www.rootsinfo.co.kr/history/king01.html Diarsipkan 2008-02-22 di Wayback
Machine. -in Korean
 Archival Heritage of Korea
 Kyujanggak Achieve (big pdfs of many history classics of Korea in their original
written Classical Chinese)

Anda mungkin juga menyukai