Anda di halaman 1dari 3

PERAWATAN PSIKOLOGIS: GANGGUAN STRES PASCA TRAUMA

Oleh:

Pendahuluan
Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD) adalah kondisi psikologis yang serius yang
dapat mempengaruhi individu yang telah mengalami pengalaman traumatis. Dalam banyak
kasus, pengalaman traumatis ini dapat mencakup peristiwa seperti kecelakaan parah,
kekerasan fisik atau seksual (Wardhani & Lestari, 2007). PTSD dapat memiliki dampak yang
mendalam pada kesejahteraan psikologis seseorang, memicu gejala seperti kecemasan,
flashback, gangguan tidur, dan peningkatan reaktivitas terhadap stres. Oleh karena itu,
perawatan psikologis menjadi sangat penting dalam membantu individu yang mengalami
PTSD untuk mengatasi gejala dan memulihkan diri. Dalam esai ini akan membahas berbagai
aspek terkait PTSD.

Pembahasan
Perawatan psikologis untuk Gangguan Stres Pasca Trauma (PTSD) melibatkan berbagai
pendekatan terapeutik yang dirancang untuk membantu individu mengatasi gejala-gejala
yang mengganggu serta mempromosikan pemulihan psikologis. Salah satu pendekatan terapi
yang umum digunakan adalah Terapi Kognitif-Perilaku (CBT), yang bertujuan untuk
membantu individu mengidentifikasi, memahami, dan mengatasi pikiran negatif serta
perilaku maladaptif yang terkait dengan pengalaman traumatis (Arif & Mutiara, 2018). Selain
itu, terapi ini membantu individu untuk mengembangkan strategi koping yang sehat dan
efektif. Terapi EMDR (Eye Movement Desensitization and Reprocessing) adalah metode lain
yang efektif dalam mengobati PTSD (Sari et al., 2021). Terapi ini menggabungkan gerakan
mata dengan proses pemrosesan informasi yang bertujuan untuk mengurangi kecemasan yang
terkait dengan pengalaman traumatis. Pendekatan lain yang penting adalah terapi kelompok,
di mana individu yang mengalami PTSD dapat berbagi pengalaman mereka, memperoleh
dukungan sosial, dan merasa kurang terisolasi. Terapi ini membantu membangun koneksi
sosial yang mendukung pemulihan. Perlu diingat bahwa tidak ada pendekatan tunggal yang
cocok untuk setiap individu, dan perawatan psikologis biasanya disesuaikan dengan
kebutuhan unik masing-masing pasien.
Dukungan sosial memainkan peran penting dalam pemulihan individu yang mengalami
PTSD (Anantasari, 2011). Seringkali, orang yang mengalami PTSD merasa terisolasi dan
cenderung menghindari interaksi sosial. Oleh karena itu, dukungan dari keluarga, teman, dan
komunitas sangat diperlukan. Dukungan sosial dapat membantu individu merasa didengar,
dimengerti, dan tidak sendirian dalam menghadapi gejala PTSD (Chrisyanti, 2012). Ini juga
dapat memotivasi mereka untuk mencari perawatan dan menjalani terapi yang diperlukan.
Dalam konteks perawatan, terapi keluarga dan terapi pasangan juga dapat membantu
mengatasi dampak PTSD pada hubungan interpersonal. Saat individu yang mengalami PTSD
merasa didukung dan dicintai, mereka cenderung memiliki peluang yang lebih baik untuk
pulih. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat untuk menciptakan lingkungan yang
mendukung, serta untuk meningkatkan pemahaman tentang PTSD dan berperan aktif dalam
memberikan dukungan kepada individu yang memerlukan (Rahmanishati et al., 2021).
Dengan kombinasi perawatan psikologis yang efektif dan dukungan sosial yang kuat, banyak
individu yang mengalami PTSD dapat mencapai pemulihan yang signifikan dan
mengembalikan kualitas hidup yang lebih baik.

Kesimpulan
Dalam kesimpulannya, perawatan psikologis untuk Gangguan Stres Pasca Trauma
(PTSD) adalah langkah penting dalam membantu individu mengatasi dampak psikologis
yang parah akibat pengalaman traumatis. Berbagai pendekatan terapeutik, seperti Terapi
Kognitif-Perilaku (CBT), Terapi EMDR, dan terapi kelompok, telah terbukti efektif dalam
membantu individu mengatasi gejala PTSD dan memulihkan kesejahteraan psikologis
mereka. Selain itu, peran penting dukungan sosial tidak dapat diabaikan, karena dukungan
dari keluarga, teman, dan komunitas dapat memotivasi individu untuk mencari perawatan dan
membantu mereka merasa didengar dan didukung dalam perjalanan pemulihan mereka.
Daftar Pustaka

Anantasari, M. L. (2011). Peran dukungan sosial terhadap pertumbuhan pasca trauma: Studi
meta-analisis. Jurnal Psikologi Tabularasa, 6(1).
Arif, I. M., & Mutiara, U. G. (2018). Post Traumatic Stress Disorder dan Tatalaksana Non-
Farmakologi pada Penderita Retardasi Mental. Jurnal Medula, 7(5), 215–218.
Chrisyanti, N. W. (2012). Hubungan Antara Persepsi Dukungan Sosial Terhadap
Kecenderungan Post-Traumatic Stress Disorder (PTSD) Pada Penderita Kanker
Payudara Pascamastektomi. UNIVERSITAS AIRLANGGA.
Rahmanishati, W., Dewi, R., & Kusumah, R. I. (2021). Hubungan Dukungan Sosial Dengan
Post Traumatic Syndrome Disorder (Ptsd) Pada Korban Bencana Tanah Longsor Di
Desa Sirnaresmi Kecamatan Cisolok Kabupaten Sukabumi. Jurnal Health Society,
10(1).
Sari, S. N. J., Devy, S. R., & Nihayati, H. E. (2021). Efektifitas Cognitive Behavior Therapy
dalam Menurunkan Gejala Post Traumatic Stress Disorder Pasca Bencana: A Systematic
Review. Jurnal Penelitian Kesehatan" SUARA FORIKES"(Journal of Health Research"
Forikes Voice"), 12(2), 205–209.
Wardhani, Y. F., & Lestari, W. (2007). Gangguan stres pasca trauma pada korban pelecehan
seksual dan perkosaan. Pusat Penelitian Dan Pengembangan Sistim Dan Kebijakan
Kesehatan: Surabaya.

Anda mungkin juga menyukai