Artikel Ilmiah B.indo Kel 9
Artikel Ilmiah B.indo Kel 9
Pendahuluan
Berbicara merupakan suatu kemampuan yang diperlukan oleh setiap orang, hal ini
dikarenakan berbicara merupakan alat komunikasi dasar yang hampir digunakan oleh semua
orang dalam kehidupan sehari-hari. Efrizal (2012) menyatakan Speaking is one way to
communicate which ideas through a message orally. Melalui berbicara, seseorang akan dapat
menyampaikan maksud dan tujuannya kepada orang lain. Berbicara merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan dalam menyampaikan ide secara lisan. Hal ini pun tidak terlepas dari anak
usia dini, maka sudah sepatutnya bahwa kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang
penting dan harus dikembangkan sejak dini.
Adanya interaksi dengan lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan
berbicara dan komunikasi pada anak. Selain interaksi dengan lingkungan, faktor lainnya yaitu
strategi atau pemilihan kegiatan yang diterapkan. Pada anak usia dini, kegiatan yang cocok
diterapkan yaitu kegiatan yang sifatnya menyenangkan bagi anak, salah satu kegiatan yang
bersifat menyenangkan dan dapat diterapkan pada anak adalah story telling. Namun di masa
sekarang, mendongeng (story telling) memang merupakan hal yang jarang dilakukan karena
peran dan fungsinya sudah banyak tergantikan oleh tayangan televisi dan bermain game online di
handphone. Padahal sangat banyak manfaat mendongeng (story telling), terutama untuk anak
usia dini dan sekolah dasar dalam proses belajar. Menurut Aliyah (2011: 17) story telling dapat
menjadi motivasi untuk pengembangan daya kesadaran, memperluas imajinasi anak.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui story telling dapat bermanfaat dalam
meningkatkan kepercayaan diri dalam berbicara dan menulis, meningkatkan keterampilan
kosakata dan bahasa, dan membina kreativitas. “Stories also help children to become part of
their social surrounding.” (Isik, 2016). Bercerita juga dapat membantu anak-anak untuk menjadi
bagian dari lingkungan sosial mereka. Kegiatan bercerita yang dilakukan akan mendorong anak
untuk secara tidak langsung membangun interaksi dan komunikasi terhadap lingkungan
sekitarnya. Selain itu, Semmler dan Williams menyatakan “Stories can reinforce cultural values
and even ethics.” (Chauvin, Ida A. & Latota A. Pierce, 2019). Cerita dapat memperkuat nilai-
nilai budaya dan bahkan etika. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan story telling, terdapat jenis
cerita yang dapat disampaikan pada anak, yang mana dalam cerita tersebut mengandung makna
atau nilai-nilai seperti budaya, tradisi, dan moral yang dapat dipelajari oleh anak.
Metode story telling pun memberikan pengalaman berbeda yang akan dirasakan oleh
anak, seorang anak akan belajar berbicara tanpa perlu merasa terpaksa melakukannya. Menurut
Ruhan (2007: 8) anak akan berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal setelah
mendengar dongeng. Dari mendengarkan dongeng, anak akan berimajinasi sendiri dan
mendongengkannya kepada orang lain. Secara tidak langsung proses mendongeng akan
berpengaruh dalam pengembangan komunikasi dan peningkatan keterampilan berbicara anak.
Dari beberapa penjelasan di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa story telling
merupakan kegiatan yang bermanfaat untuk pengembangan kemampuan pada anak khususnya
berbicara. Metode story telling dapat menjadi sebuah alat dimana anak bisa mengembangkan
komunikasi dan berbicara terutama pada anak usia dini.
Metode Penelitian
Artikel ini menggunakan tinjauan pendekatan pelingkupan untuk memetakan formulir tinjauan
dari efektivitas story telling untuk pengembangan komunikasi pada anak usia dini. Penelitian ini
berdasarkan pendekatan kualitatif yakni sebuah penelitian untuk mengkaji suatu peristiwa yang
sedang peneliti alami seperti tindakan, motivasi, persepsi, perilaku dan lainnya (Lexy J.
Moleong, 2018).
Kriteria eksklusi merupakan faktor yang menghalangi artikel untuk digunakan sebagai review.
Kriterianya meliputi beberapa hal, antara lain:
Metode Pencarian
Penelitian ini mengambil data dari jurnal nasional yang berada pada Google Schoolar, Mendeley,
Publish and Perish 8. Pencarian ini menggunakan kata kunci “story telling”, “pengembangan
komunikasi”, dan “anak usia dini” agar menemukan jurnal yang relevan.
Seleksi Studi
Penelusuran ini dilakukan pada seminggu terakhir dengan mengerahkan seluruh tenaga dan
usaha dalam pencarian referensi yang sesuai. Dari seluruh penelusuran yang didapatkan,
diperoleh beberapa jurnal dan artikel yang memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam penelitian
ini.
Data Grafik
9. - Research and
Pendidikan Keterampilan development Anak usia dini
Literasi: mendengarkan dan cenderung
Membangun memahami dengan menggunakan benda
Karakter baik yang berwarna
Anak Usia untuk memacu
Dini Melalui perkembangan
Komunikasi otaknya.
yang Efektif. Komunikasi liner
(2022) tampak melalui
tatap muka, baik
antarpribadi
maupun kelompok.
Misalnya; Orang
tua yang sedang
menasehati anak
maupun orang tua
yang mengajari
anak. Tapi proses
komunikasi lain
terkadang akan
muncul juga
apabila anak benar-
benar sudah
mengalami
perkembangan yang
lebih baik,
sehingga anak akan
melakukan umpan
balik terhadap apa
yang
diperintahkannya.
Pada penelitian ini, hasil penelitian yang diperoleh merajuk pada sumber literatur berupa
jurnal penelitian yang sesuai dengan topik pembahasan penelitian.
Bercerita atau mendongeng adalah kegiatan pembelajaran yang selalu diinginkan setiap
anak usia dini. Bercerita adalah sebuah cara yang dapat digunakan untuk menyampaikan suatu
cerita secara lisan, baik cerita rekayasa ataupun cerita nyata. Bercerita merupakan melanturkan
sebuah kisah tentang suatu keadaan atau sesuatu yang telah terjadi kemudian kita sampaikan
secara lisan dengan tujuan pengetahuan itu atau pengalaman sampai kepada orang lain. Secara
khusus untuk anak-anak, bercerita dapat membuat mereka memahami dunia dimana mereka
tinggal dan untuk membangun hubungan antar apa yang mereka ketahui atau alami.
Penelitian yang dilakukan oleh Yaowaluck Ruampol (2014), dapat diketahui bahwa
berbicara merupakan kemampuan penting pada anak usia dini, yang mana dapat dikembangkan
melalui kegiatan seperti bercerita ataupun bermain. Melalui kegiatan itu anak mendapatkan
proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, sehingga anak dapat termotivasi untuk
mengembangkan kemampuan berbicaranya. Metode mengajar dengan story telling dengan
menyampaikan suatu kisah atau peristiwa sangat penting bagi anak dalam memetik hikmah.
Metode ini juga dapat digunakan untuk menyampaikan suatu informasi, pesan atau keinginan
baik yang nyata maupun rekayasa dengan lisan maupun tulisan.
Kemampuan berbicara pada anak juga dipengaruhi oleh lingkungan dan orang sekitarnya,
salah satunya adalah guru. Seorang guru PAUD dituntut untuk memiliki pengetahuan mengenai
perkembangan anak serta menguasai materi yang diajarkan di kelas anak usia dini. Pada hal ini
yang harus dilakukan oleh guru adalah memilih strategi untuk pembelajaran anak. Jean J.
Rousseanu merekomendasikan agar guru dapat mengetahui minat pada anak, agar mudah untuk
mengetahui perkembangannya. Salah satu metode pengembangan bahasa adalah dengan
bercerita (story telling). Story telling sebagai alat pembelajaran dapat meningkatkan
kemampuannya dalam berbicara atau mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya dengan jelas.
Berbicara merupakan kemampuan yang tidak dapat dikuasai dengan sendirinya, tetapi
perlu ada kegiatan yang dapat mempermudah anak dalam mengembangkan kemampuan tersebut
dan disini salah satunya yaitu dengan bercerita. Pada usia 4-6 tahun pada umumnya anak senang
mendengarkan cerita yang sederhana. Bercerita merupakan peluang besar untuk mengeksplorasi
anak dan juga sebagai alat pembelajaran yang membuat anak lebih mudah mengekspresikan
perasaan mereka. Selain itu juga dapat menambah kosa kata dalam merangkai kata pada anak
sesuai dengan perkembangannya. Pravamayee Samantaray menyatakan beberapa karakteristik
dari kegiatan bercerita yaitu memancing rasa ingin tau, membangkitkan imajinasi dan minat anak
pada keterampilan, meningkatkan keterampilan mendengar dan komunikasi lisan, proses
kegiatan yang interaktif dan kooperatif.