Anda di halaman 1dari 28

Laporan Hasil Observasi

PENGARUH KEPRIBADIAN TERHADAP INTERAKSI KELOMPOK SOSIAL


KAMAR 11 MAHAD ASMA’ BINTI ABI BAKAR
Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sosiologi

Dosen Pengampu Mata Kuliah:


Drs. H. Yahya, M.A
NIP. 22040111D29

Oleh:
Zuhairina Shabrina Zakiyah
NIM. 220401110044
SOSIOLOGI A

FAKULTAS PSIKOLGI
UNIVERSITAS ISLAM
NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
November, 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan ini guna memenuhi tugas untuk mata kuliah Sosiologi, dengan
judul : “ Pengaruh Kepribadian Terhadap Interaksi Kelompok Sosial Kamar 11 Mahad
Asma’ Binti Abi Bakar ”. Tujuan penulisan laporan ini disusun untuk memenuhi tugas
mata kuliah sosiologi. Sebagai bahan penyusun laporan ini diambil berdasarkan
pembelajaran yang sudah kami dapat saat kelas tatap muka dan informasi yang kami
dapatkan dari media buku maupun media internet.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan laporan ini tidak terlepas dari
bantuan banyak pihak yang dengan tulus memberikan doa, saran dan kritik sehingga
makalah ini dapat terselesaikan.

Kami menyadari sepenuhnya bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna
dikarenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang saya miliki. Oleh karena
itu, saya mengharap segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membanun
dari berbagai pihak. Akhirnya kami berharap semoga laporan ini dapat memenuhi tugas
dengan baik.

Malang, November 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Cover.......................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...................................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................6
C. Tujuan Pembahasan...............................................................................................6
BAB II REVIEW TEORI...............................................................................................7
A. Pengertian Teori Sosiologi......................................................................................7
B. Teori Kelompok Sosial............................................................................................9
C. Teori Interaksi Sosial..............................................................................................12
BAB III LAPORAN OBSERVASI...................................................................................17
A. Setting Lingkungan Sosial.......................................................................................17
B. Gambaran Latar Belakang Kehidupan Sosial Subjek..............................................17
C. Gambaran Tentang Realitas Sosial Yang Terjadi....................................................18
D. Bentuk-Bentuk Permasalahan Sosial......................................................................19
E. Penyebab Munculnya Masalah Sosial....................................................................19
F. Dampak Rill Masalah Sosial Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat.........................20
BAB IV ANALISA, PEMBAHASAN, KESIMPULAN........................................................21
A. Analisa...................................................................................................................21
B. Pembahasan..........................................................................................................21
C. Kesimpulan............................................................................................................23
BAB V KESIMPULAN.................................................................................................24
DAFTAR RUJUKAN....................................................................................................25

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada hakikatnya manusia adalah makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentu
saja manusia membutuhkan orang lain dalam kehidupan sehari-hari untuk
kelangsungan hidup mereka. Seperti halnya kehidupan di desa atau kota yang
mengaharuskan kita untuk berinteraksi dengan lingkungan sekitar kita maupun
orang lain di sekitar kita. Bertemunya orang perorang secara tidak langsung atau
tidak disengaja tidak akan menghasilkan suatu kelompok sosial. Kelompok social
baru akan terbentuk apabila adanya interaksi sosial seperti orang-orang yang
berkerjasama, saling berbicara dan seterusnya untuk mencapai tujuan bersama
dengan adanya persaingan, pertikaian, dan lain sebagainya.

Dalam interaksi sosial tentu melibatkan banyak orang, dan setiap orang pasti
memiliki perbedaan antara satu dengan yang lain. Misalnya adalaha perbedaan
kepribadian seseorang, kepribadian adalah keseluruhan cara individu untuk dapat
berinteraksi dan komunikasi dengan orang lain. Menurut Jung (Alwison, 2004)
kepribadian dibedakan menjadi dua yaitu introvert dan ekstrovert. Kepribadian
introvert dapat dikatakan sebagai sikap kesadaran seseorang yang selalu mengarah
pada dirinya sendiri, kepribadian ini lebih menyukai kesendirian diri daripada
dengan orang lain. Sedangkan kepribadian ekstrovert biasanya dapat mengambil
keputusan dan sikap berdasarkan pengalaman dari orang lain, kepribadian ini
cenderung ramah, terbuka, aktif, dan suka bergaul.

Interaksi sosial seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor seperti factor internal
dan eskternal. Faktor internal yakni faktor dari diri sendiri sesuai tipe kepribadian
individu. Kepribadian individu ini yang memengaruhi interaksi sosial yang
dilakukannya seperti bagaimana ia akan berinteraksi dengan sosialnya. Sedangakan
faktor eksternal adalah faktor interaksi sosial yang didapat dari lingkungan luar.
Faktor internal dan eksternal saling berhubungan, kepribadian individu ini yang
memengaruhi ia berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya, baik lingkungan
keluarga, tempat tinggal, teman, dan tempat belajar.

4
Berdasarkan penjelasan yang ada, hal tersebut terjadi di Universitas Islam
Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang. Dimana mahasiswa baru diwajibkan untuk
tinggal di mahad selama satu tahun untuk menimba ilmu agama. Dari situ
terbentuklah kelompok sosial secara bertahap. Pertama terbentuknya kelompok
sosial di kamar mahasantri, dimana orang yang ada di dalamnya sengaja
dipertemukan dengan ketentuan tertentu yang disusun oleh pusat mahad.
Selanjutnya ada kelompok sosial kelas-kelas saat belajar, seperti kelas kuliah reguler,
pkpba, dan kelas ta’lim. Dimana anggota dalam kelompok sosial tersebut berbeda
beda setiap tempat, jadi interaksi sosial yang terjadi juga berbeda-beda.

Perbedaan interaksi sosial dalam kelompok sosial tersebut dapat dipengaruhi


oleh kepribadian masing-masing orang dalam kelompok sosial tersebut. Seperti
halnya di kelompok sosial kamar 11 Mahad Asma’ binti Abi Bakar yang mana ini
adalah kelompok sosial kecil yang berada didalam kelompok sosial yang lebih besar.
Kelompok kamar berada di dalam Mahad Asma’ binti Abi Bakar, dan Mahad Asma’
binti Abi Bakar berada di dalam Pusat Mahad Al-Jamiah Sunan Ampel Al-Aly yang
mana Mahad ini masih di dalam Uinversitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim
Malang dan seterusnya.

Berdasarkan observasi yang saya lakukan, bahwa di dalam kamar 11 Mahad


Asma’ Binti Abi Bakar yang notabene kelompok sosial yang kecil saja terjadi
perbedaan dalam berinteraksi dengan teman sekamar. Hal ini karena pengaruh
kepribadian masing-masing orang di dalam kamar tersebut. Yang mana ada orang
yang merasa lebih dekat dengan satu diantara yang lain karena kecocokan
kepribadian mereka. Ada yang semua orang dianggap sama saja di matanya, hal ini
juga pengaruh dari kepribadian masing-masing orang yang berbeda-beda.

Tujuan dari laporan hasil observasi ini adalah untuk mengetahui bahwa ada
perbedaan dalam setiap kepribadian yang memengaruhi interaksi sosial di kamar 11
Mahad Asma’ Binti Abi Bakar. Dimana perbedaan ini digunakan untuk saling
memahami sesama di kamar agar mencapai kesejahteraan bersama di dalam kamar.
Jika kesejahteraan terjadi maka kekompakan dan kebahagiaan akan timbul secara
bertahap di kamar 11 Mahad Asma’ Binti Abi Bakar.

5
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka, dapat dirumuskan beberapa masalah


sebagai berikut :

1. Apa yang menyebabkan perbedaan interaksi di kamar 11 Mahad Asma Binti Abi
Bakar?
2. Mengapa ada perbedaan interaksi di kamar 11 Mahad Asma’ Binti Abi Bakar?

C. Tujuan Observasi

Dari rumusan masalah di atas, maka tujuan pembahasan pada laporan ini
bertujuan untuk menjelaskan :

1. Penyebab terjadinya perbedaan interaksi di kamar 11 Mahad Asma Binti Abi


Bakar.
2. Solusi agar tidak terjadi kesenjangan dalam interaksi kelompok sosial kamar 11
Mahad Asma’ Binti Abi Bakar.

6
BAB II

REVIEW TEORI SOSIOLOGI

A. Pengertian Teori Sosiologi

Istilah teori dapat memberikan arti yang berbeda-beda bagi setiap orang. Ada
orang yang menghubungkan hal-hal realistis dengan ha-hal yang non reaistis. Seperti
saat orang berbicara tentang fakta tanpa tahu teori yang sebenarnya. Banyak orang
yang berbicara bahwa cukup dengan bicara fakta atau kenyataan tanpa perlu
membicarakan teori. Padahal tidak semua fakta itu jelas atau samar-samar dan
membutuhkan teori untuk menjelaskannya. Dari situ teori berusaha memberikan
penafsiran atas fakta yag bersifat kurang jeas atau samar-samar.

Teori bisa muncul dalam beraneka ragam bentuk. Dapat dinyatakan dengan jelas
dan dan ringkas, tetapi juga ada yang dinyatakan dengan samar-samar. Hampir
semua teoritis mengenai satu pokok masalah mempunyai dua arti, karenanya dapat
dipastikan bahwa sebuah teori dapat di tafsirkan kembali atau evaluasi kembali
mengenai arti yang sesungguhnya dari suatu teori.

Banyak dari para ahli telah menemukakan apa pengertian dari teori. Definisi
teori menurut Kerlinger yaitu “Teori ialah seperangkat konstruk (konsep), batasan,
dan prposisi yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang fenomena
dengan merinci hubungan-hubungan antar variabel, dengan tujuan menjelaskan dan
memprediksi gejala itu” (Kerlinger, 2000: 14). Gibs (Zamroni 1992: 2) mendefinisikan
teori sebagai kumpulan statement yang mempunyai kaitan logis, merupakan cermin
dari kenyataan yang ada tentang sifat-sifat atau ciri-ciri kelas, peristiwa atau benda.
Sedangkan ahli seperti Hage (Zamroni, 1992: 2) menyatakan bahwa teori tidak hanya
konsep dan statement tetapi juga definisi, baik definisi teoritis maupun definisi
operasional dan hubungan logis yang bersifat teoritis dan operasional antara konsep
atau statement tersebut. Konsep dan definisi harus disusun ke dalam “primitive” dan
“derived”, statement dan hubungan harus disusun ke dalam premis dan persamaan.1

Berdasarkan definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa teori mempunyai


bebebrapa hal berikut yaitu :

1. Konsep, difinisi, dan proposisi.

1
Syukur, Muhammad. Dasar-Dasar Teori Sosiologi. Depok: Rajawali Pers, 2018.
7
2. Terdapat hubungan logis antara dua konsep atau lebih.
3. Hubungan tersebut merupakan cerminan fenomena sosial.
4. Teori dapat digunakan unuk prediksi dan eksplanasi.

Sosiologi bergantung pada teori untuk membantu mereka menjelaskan tentang


dunia sosial dan mengatur ide atau gagasan mereka tentang bagaimana hal ini
bekerja. Teori adalah pernyataan dari bagaimana dan mengapa serangkaian fakta
berhubungan satu sama lain. Dalam sosiologi teori membantu kita untuk memahami
bagaimana fenomena sosial berhubungan satu sama lain.

Teori membantu sosiolog untuk menjelaskan mengapa dan bagaimana


masyarakat bekerja. Melalui penggunaan teori mereka bekerja untuk menjawab
pertanyaan seperti “mengapa hal-hal terjadi seperti mereka, kondisi apa yang
menghasilkannya, dan kondisi apa yang mengubahnya menjadi sesuatu yang lain?
Jika kita memiliki teori sepertii itu, pada akhirnya kita akan berada dalam kondisi
untuk mengetahui apa yang benar-benar dapat kita lakukan tentang bentuk
masyarakat kita (Collins 1988: 119). Dengan memahami penyebab sebenarnya dari
mengapa dan bagaimana hal-hal beroperasi seperti yang mereka lakukan kita dapat
menemukan cara untuk mengatasi hal-hal yang perlu perbaikan.2

Teori sosiologi adalah inti dan kekuatan yang mendasari disiplin. Mereka
membimbing peneliti dalam studi mereka juga memebimbing praktisi dalam strategi
interensi mereka. Dan mereka akan memberi pemahaman dasar tentang
bagainmana meilhat gambaran sosial yang lebih besar dalam kehidupan pribadi.
Teori adalah seperangkat konsep yang saling terkait yang digunakan untuk
menggambarkan, menjelaskan, dan memprediksi bagaimana masyarakat dan
bagian-bagiannya saling terkait satu sama lain.3

Ada banyak teori dalam sosiologi manurut berbagai pandangan para ahli. Seperti
Skidmore yang menuliskan dalam bukunya Theoritical Thinking in Socioogy (1987)
bahwa teori sosiologi dibagi menjadi tiga tipe yakni: teori deduktif (deductie theory),
teori berpola (pattern theory), dan perspektif (perpective). Adapun Collins dalam
bukunya Four Sociological Traditions (1994) membagi teori menjadi empat tradisi

2
Stolley, Kathy S. The Basic Of Sociology. London: Greenwood Press, 2005.
3
Hmmaond, Dr. Ron J. Intoduction to Sociology. 2010
8
yaitu: Tradisi Konflik, Tradisi Rasional/Utilitarian (The Rational/Utilitarian Tradition),
Tradisi Durkheimian (The Durkhemian Tradition), dan Tradisi Mikro Interaksionis
(The Micro Interactionist). Teori-teori sosiologi juga terbagi dalam tiga periode klasik,
moderen, dan pasca moederen. Dimana dalam setiap periode tersebut ada banyak
teori-teori yang terbentuk.

B. Teori Kelompok Sosial


1. Pengertian Kelompok Sosial

Studi dan pemahaman tentang kelompok sosial merupakan pusat sosiologi.


Kita hidup sebagian besar dalam lingkungan sosial, jadi sosiologi sebenarnya
adalah studi tentang pemahaman kita dalam kelompok. Sosiolog mencurahkan
banyak perhatiannya pada semua ukuran kelompok dan karakteristiknya.
Banyak studi sosiologi menyelidiki “bagaimana individu dibentuk oleh kelompok
sosial mereka, dari keluarga ke bangsa, dan bagaimana kelompok diciptakan dan
dipelihara oleh individu yang menyusunnya” (Kimmel 1998, 7).

Istilah kelompok memiliki definisi kgusus dalam sosiologi yang berbeda


dengan penggunaan sehari-hari. Dalam bahasa sehari-hari, hampir semua
kumpulan orang mungkin disebut dengan kelompok sosial. Namun, dua orang
atau lebih yang berada dalam jarak fisik yang dekat bukan merupakan suatu
kelompok sosial yang dimaksut. Secara sosiologis, kelompok adalah kumpulan
orang yang berinteraksi secara teratur berdasarkan beberapa minat bersama
dan yang mengembangkan rasa memiliki yang menetapkan mereka berbeda
selain pertemuan dengan orang lain. Mereka membentuk hubungan sosial. Ini
kadang- kadang disebut dnegan ras a”ke-kami-an”. Semua menyebut ini adalah
faktor saling ketergantungan (Lewin 1948).4

Kelompok istilah memiliki arti khusus dalam sosiologi karena itu merupakan
konsep yang merupakan pusat setiap analisis sosiologis. Kelompok sosial sebagai
kolektivitas atau mengatur orang-orang yang terlibat dalam ineteraksi sosial
yang permanen atau abadi baik secara kurang atau lebih dan juga hubungannya.
Anggota kelompok sosial memiliki dasar umum untuk interaksi dan karakteristik
bersama, perasaan identitas atau belongingness, psikologi bersama atau

4
Stolley, Kathy S. The Basic Of Sociology. London: Greenwood Press, 2005.
9
kesadaran dan satu set yang pasti dari norma-norma untuk mengatur perlaku
dari peserta individu dalam kelompok.5

2. Fitur dalam Kelompok Sosial


Dalam analisis sosiologis mereka dari perilaku kelompok masyarakat manusia,
sosiolog telah mengidentifikasi beberapa elemen penting dari kelompok sosial.
Agar orang-orang menjadi suatu kelompok harus memiliki ciri-ciri sebagai
berikut: (Calhoun et al, 1994)
a. Anggota kelompok terus berinteraksi satu salam lain;
b. Kenaggotaan membutuhkan hidup dengan norma-norma khusus untuk
kelompok;
c. Anggota melihat satu sama lain sabagai bagian dari kelompok, anggota
merasa beebrapa rasa identifikasi dengan kelompok dan dengan satu sama
lain, dan ada batas sosial antara anggota dan non-anggota;
d. Anggota secara fungsional terintegritas melalui peran dan status hubungan
dalam struktur kelompok;
e. Orang lain melihat sebagai anggota kelompok.
Interaksi sosial antara anggota relatif permanen, tidak kausal, kepentingan
umum harus mencirikan sebagai dasar untukinteraksi. Ada bersama nilai-nilai,
keyakinan, dna gaya hidup. Kesadaran emosional, bersama juga penting. Norma-
norma sosial dan nilai-nilai mengatur perilaku anggota kelompok.
Berikut adalah contoh kelompok sosial yakni suami dan isteri, keluarga,
kelompok mahasiswa di asrama, kelompok sebaya, persabatan, kelompok etnis,
komunitas, bangsa, benua, unversitas, sebuah organisasi, dan lain-lain.6
3. Tipologi Kelompok Sosial
Tipologi sosial adalah pengelompokan masyaarakat berdasarkan
karakteristik masyarakatnya. Pengklasifikasian tersebut, sistem bersosialisasinya
seperti sistem solidaritas, masyarakat tradisipnal dan masyarakat rasional,
masyarakat lokal dan masyarakat kompolitan.
Berikut macam-macam tipologi sosial menurut Robert Bierstedt:
a. Kelompok sosial yang teratur
1) In-Group dan Out-Group
a) In-Group

5
M.A, Zerihun Doda. Pengantar Sosiologi. 2005
6
M.A, Zerihun Doda. Pengantar Sosiologi. 2005
10
In-Group adalah kelompok sosial yang individunya
mengidentifikasikan dirinya dan rasa memiliki dalam kelompok
tertentu atau yang ada sikap dan rasa seperti simpati, kerjasama,
persahabatan, dan kedamaian.
b) Out-Group
Out-Group adalah kelompok yang diartikan individu sebagai lawan
atau kelompok yang ada di luar kelompok dirinya seperti
permusuhan dam kebencian.
2) Kelompok Primer dan Sekunder (Charles Horton)
a) Kelompok Primer
Kelompok primer adalah kelompok kecil yang anggotanya memiliki
hubungan dekat atau personal. Biasanya dalam kelompok primer
hubungan kelompok akan lebih awet.
b) Kelompok Sekunder
Kelompok sekunder adalah kelompok yang lebih besar yang bersifat
sementara dan dibentuk untuk tujuan tertentu.
3) Paguyuban (gameinschaft) dan Patembayan (gesellschaft)
a) Paguyuban (gameinschaft)
Paguyuban adalah bentuk hubungan dari anggota-anggotanya dan
terikat hubungan murni atau mudah akrab.
b) Patembayan (gesellschaft)
Patembayan adalah ikatan lahir yang bersifat pokok dalam jangka
waktu pendek.
4) Grup Formal dan Informal
a) Grup Formal
Grup Formal adalah kelompok yang mempunyai peraturan tegas dan
sengaja diciptakan.
b) Grup Informal
Grup Informal adalah kelompok yang tidak mempunyai struktur yang
pasti, terbentuk karena pertemuan sehingga terjadi pertemuan.
5) Grup Membership dan Grup Reference
a) Grup Membership
Grup Membership adalah suatu kelompok yang di dalamnya setiap
orang secara fisik menjadi anggotanya.

11
b) Grup Reference
Grup Reference adalah kelompok sosial yang menadi acuan bagi
seseorang untuk membangun kepribadian.
b. Kelompok Sosial yang Tidak Teratur
1) Kerumunan (crowd)
Kerumunan atau yang sering disebut dengan keramaian dan kadang
terjadi permasalahan atau bahkan suatu diskusi.
2) Publik
Publik yaitu suatu orang yang berkumpul secara alamiah yang memiliki
kesamaan atau tujuan yang sama dan saling menggapai sacara
bersamaan.

C. Teori Interaksi Sosial


1. Interaksi Sosial Sebagai Faktor Utama dalam Kehidupan Sosial
a. Hakikat Interaksi Sosial
Manusia merupakan makhluk sosial karena manusia membutuhkan
manusia lainnya dalam kehidupan. Kemampuan dalam hubungan sosial
anata satu manusia dengan manusia yang lainnya diperlukan suatu interaksi
sosial. Kemampuan berinteraksi dengan orang di sekitas merupakan salah
satu aspek [enting dalam perkembangan sosial, hal ini disebabkan karena
tanpa adanya inetraksi sosial maka tidak tercipta kehidupan anta manusia.
Interaksi sosial merupakan kunci danri sebuah aktivitas sosial karena
tanpa adanya hal tersebut maka kehidupan bersama antar umat manusia
tidak akan tercipta. Interaksi sosial merupakan hubungan timbal balik antara
dua pihak yang terjadisecara dinamik. Dinamik dalam inetraksi osial dapat
diartikan sebagai perubahan. Hubungan dinamik berarti adanya aksi dari
suatu pihak yang akan saling memengaruhi dengan adanya reaksi berupa
perubahan dari pihak lainnya.
Para ahli sosiologi mendefinisikan interaksi sosial sebagai aktivitas
dimana setidaknya ada dua individu berkomunikasi dan mmeberi tanggapan
melalui bahasa, gestur, dan tanda yang lainnya.7

7
Magnusson, Magsnus. Understanding Social Interaction. 2005.
12
Interaksi sosial mempunyai aturan, dna aturan tersebut dapat dilihat
melalui dimensi waktu dan dimensi ruang. Ruangan dalam interaksi sosial
dibagi menjadi empat batasan jarak, yaitu jarak pribadi, jarak intim, jarak
publik, dan jarak sosial. Pada dimensi waktu yang dpat memengaruhi betuk
interaksi. Ada juga dimensi situasi, dimensi ini adalah penafsiran seseorang
sebelum memeberikan reaksi defisini di situasi ini disebut indicidu dan
masyarakat.8
b. Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
Suatu interaksi sosial tidak dapat terjadi tanpa adanya persyaratan
tertentu. Terdapat dua hal yang mendasari adanya interaksi sosial, yakni
kontak sosial dan komunikasi. Hal ini menunujukkan bahwa tanpa adanya
kontak sosial dan komunikasi tersebut maka suatu inetraksi sosiall tidak
mungkin terjadi.9
Kontak sosial merupakan usaha pendekatan pertemuan secara spesifik.
Namun kontak sosial dapat terjadi walaupun secara fisik tidak saling
bertemu. Artinya kontak bisa dilakukan melalui surat, telepon, dan media
lainnya. Kontak sosial dapat di kategorikan menjadi dua, yaitu:
1) Kontak Primer
Kontak primer terjadi apabila yang mengadakan hubungan langsung
ebrtemu dan bertatap muka seperti berjabat tangan atau tersenyum.
2) Kontak Sekunder
Kontak sekunder memerlukan hubungan antara dua pihak melalui
perantara atau alat-alat misalnya telepon, radio, surat kabar, dan lainnya.
Komunikasi yaitu seseorang memberi arti pada perilaku orang lain,
perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan oleh orang tersebut.
Komunikasi dapat menggunakan simbol-simbol yang berupa suara, tulisan,
ataupun gerakan sehingga masing-masing pihak saling menafsirkan apa yang
sedang dilakukan orang pihak lain.
c. Kehidupan Sosial dan Interaksi Sosial
Dalam kehidupan sehari-hari, individu selalu melakukan hubungan sosial
dengan indovidu lainnya atau kelompok-kelompok tertentu. Hubungan
sosial yang terjadi antara individu maupun antar kelompok tersebut juga
dikenal

13
8
Luckmann, Thomas, Peter L. Berger. The Social Construction of Reality. 1979.
9
Sharma, Rajendra K. Social Change and Social Control. New Delhi: Nice Printing Press, 2007.

14
dengan istilah interaksi sosial. Interaksi antara berbagai segi kehidupan yang
sering kita alami dalam kehidupan sehari-hari ituu akan membentuk suatu
pola hubungan yang saling memengaruhi, sehingga membentuk suatu
sistem sosial dalam masyarakat.
2. Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial

Ada beberapa Bentuk-bentuk Interaksi Sosial. Interaksi sosial yang dilakukan


manusia mengarah ke dua kutub yang berlawanan. Adakalanya mengarah pada
suatu kerja sama, namun pada saat lain dapat mengarah ke bentuk perlawanan.
Interaksi sosial yang mengarah kebentuk kerja sama disebut interaksi
asosiatif, sedangkan interaksi sosial yang mengarah ke bentuk perlawanan
disebut interaksi disosiatif. Kedua kutub itu memiliki variasi bentuk yang
bermacam-macam.

a. Interaksi Asosiatif

Interaksi sosial asosiatif dapat berupa kerja sama, akomodasi, asimilasi,


akulturasi, dekulturasi, dominasi, paternalisme, diskriminasi, integrasi, dan
pluralisme.

1) Kerjasama

Kerja sama merupakan bentuk interaksi sosial yang utama. Tanpa


adanya kerja sama, mustahil manusia mampu memenuhi kebutuhannya
sendiri. Kerja sama adalah proses saling mendekati dan bekerja sama
antarindividu, antara individu dan kelompok, atau antar kelompok,
dengan tujuan untuk memenuhi kepentingan dan kebutuhan bersama.
Kerja sama dapat kita temukan pada semua kelompok umur, mulai anak-
anak sampai orang dewasa.

2) Akomodasi

Akomodasi adalah usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu


pertentangan. Akomodasi dilakukan dengan tujuan tercapainya
kestabilan dan keharmonisan dalam kehidupan. Akomodasi sebenarnya
merupakan suatu cara untuk menyelesaikan pertentangan tanpa
menghancurkan pihak lawan sehingga lawan tidak kehilangan
kepribadiannya. Artinya, akomodasi merupakan bentuk penyelesaian
tanpa mengorbankan salah
15
satu pihak. Adakalanya, pertentangan yang terjadi sulit diatasi sehingga
membutuhkan pihak ketiga sebagai perantara. Misalnya, perkelahian
antara dua orang siswa di sekolah. Guru dapat menjadi perantara untuk
mendamaikan kedua siswa setelah guru mempelajari penyebab
terjadinya perkelahian.

3) Asimilasi

Asimilasi merupakan bentuk proses sosial yang ditandai dengan


adanya usaha-usaha mengurangi perbedaan-perbedaan di antara orang-
orang atau kelompok manusia. Mereka tidak lagi merasa sebagai
kelompok yang berbeda sebab mereka lebih mengutamakan kepentingan
dan tujuan yang akan dicapai bersama. Bila kedua kelompok masyarakat
telah mengadakan asimilasi, batas antara kedua kelompok masyarakat itu
dapat hilang dan keduanya berbaur menjadi satu kelompok. Misalnya,
orang Jawa yang bertransmigrasi ke Papua akan berasimilasi dengan
penduduk setempat sehingga batas-batas antara kelompok masyarakat
tidak begitu jelas lagi terlihat satu dengan lainnya. Banyak di antara
mereka yang menikah dengan penduduk setempat.

4) Akulturasi

Akulturasi adalah proses sosial yang timbul apabila terjadi


percampuran dua kebudayaan atau lebih yang saling bertemu dan saling
memengaruhi. Dalam akulturasi, sebagian menyerap secara selektif
sedikit atau banyak unsur kebudayaan asing itu, sebagian berusaha
menolak pengaruh itu. Contoh akulturasi yang mudah ditemui ialah
dalam perbauran kebudayaan Hindu-Buddha dan kebudayaan Islam
dengan kebudayaan asli Indonesia. Bentuk-bentuk akulturasi yang masih
ditemukan saat ini misalnya upacara Sekaten, Gerebeg Maulid, dan lainnya

b. Interaksi Disosiatif

Interaksi sosial disasosiatif selalu mengarah pada proses oposisi. Oposisi


terjadi apabila ada kelompok atau organisasi dalam suatu sistem mempunyai
kekuasaan dominan yang memengaruhi kelompok lain untuk mengikutinya.
Oposisi menjadi bentuk perlawanan dari kelompok minoritas terhadap
kelompok mayoritas. Misalnya, dalam sistem demokrasi partai politik A

16
mendukung pemerintah, sedangkan partai B beroposisi terhadap
pemerintah. Wujud oposisi atau proses disosiatif dibedakan menjadi tiga
bentuk, yaitu persaingan, kontraversi, dan konflik.

1) Persaingan

Persaingan adalah suatu proses sosial yang terjadi di mana individu


atau kelompok saling bersaing untuk berlomba atau berkompetisi
mencari keuntungan melalui bidangbidang tertentu dengan
menggunakan cara- cara yang terbuka dan adil. Misalnya, persaingan
antara dua juara kelas di satu sekolah untuk membuktikan siapa yang
layak dapat bintang sekolah. Kedua juara kelas itu akan belajar dengan
sungguh-sungguh untuk mencapai gelar tersebut. Persaingan yang terjadi
antara dua orang merupakan persaingan pribadi. Ada juga persaingan
yang bersifat kelompok. Misalnya, persaingan antara Arema dan Persib
Bandung dalam memperebutkan tempat di putaran final Liga Indonesia.

2) Konflik

Pertentangan adalah suatu proses sosial di mana seseorang atau


kelompok dengan sadar atau tidak sadar menentang pihak lain yang
disertai ancaman atau kekerasan untuk mencapai tujuan atau
keinginannya. Konflik biasanya terjadi karena adanya perbedaan paham
dan kepentingan. Hal ini dapat menimbulkan semacam gap (jurang
pemisah) yang dapat mengganggu interaksi sosial di antara pihak-pihak
yang bertikai. Pertentangan dapat terjadi pada semua lapisan
masyarakat, individu atau kelompok, mulai dari lingkungan kecil sampai
masyarakat luas.

3) Kontraversi

Kontravensi adalah bentuk interaksi sosial yang berada di antara


persaingan dan pertentangan. Kontravensi ditandai dengan gejala adanya
ketidakpuasan terhadap seseorang atau sesuatu. Sikap tersebut dapat
terlihat jelas atau tersembunyi. Sikap tersembunyi tersebut dapat
berbuah menjadi kebencian, akan tetapi tidak sampai menjadi
pertentangan atau pertikaian.

17
BAB III

LAPORAN OBSERVASI

1. Setting Lingkungan Sosial


Setting lingkungan sosial yang terjadi dalam observasi ini adalah di kamar 11
Mahad Asma’ Binti Abi Bakar yang berada di bawah naungan Pusat Mahad Al-Jamiah
Al-Aly di dalam kampus UIN Maulana Malik Ibrahim Malak. Objek dari observasi ini
adalah mahasantri kamar 11 Mahad Asma’ Binti Abi Bakar angkatan tahun 2022.
Observasi ini dilakukan selama satu minggu dari tanggal 16-23 November 2022
dengan meminta bantuan teman kamar untuk mengisi google formulir yang berisi
beberapa pertanyaan untuk memberikan bukti valid dari semua sudut pandang di
dalam kelompok sosial. Akan tetapi secara tidak sadar pembuat laporan sudah
mengamati dari awal masuk mahad pada tanggal 13 Agustus 2022 hingga saat ini.

Pengamatan secara tidak sadar terjadi karena pembuat laporan dengan teman
sekamar hidup bersama dalam keseharian. Seperti tidur, sholat, makan, mengaji
bersama-sama dengan teman sekamar. Hal tersebut secara tidak sadar masuk ke
dalam memori ingatan. Ini yang membuat pengamatan terjadi dari awal masuk
mahad.

2. Gambaran Latar Belakang Kehidupan Sosial Subjek


Orang-orang di kamar 11 Mahad Asma’ Binti Abi Bakar telah sengaja disusun
oleh pusat kampus untuk menjadi teman sekamar dengan kriteria tertentu, seperti
urutnya waktu pembayaran mahad atau yang lainnya. Jadi kelompok sosial ini
terbentuk karena disengaja. Akan tetapi pada awalnya dalam satu kelompok sosial
ini tidak saling mengenal satu sama lain.
Dalam kamar 11 Mahad Asma’ Binti Abi Bakar terdapat 10 orang yang berasal
dari daerah yang berbeda-beda. Perbedan daerah menjadi salah satu faktor
terjadinya perbedaan karakteristik peribadian dalam kamar ini. Berbagai
karakteristik kepribadian ada di dalam masing-masing orang di dalam kamar ini. Ada
anak yang intorvert, ekstrovert, mudah bergaul, diam, suka mengajak bicara yang
lain, dan karakter-karakter yang lain. Dan di kamar ini kita bersama-sama melakukan
kegiatan sehari-hari dari bangun sholat subuh sampai dengan tidur lagi di malam
hari. Ini yang membuat perbedaan rasa kedekatan yang dimiliki di dalam kelompok
sosial kamar 11
18
Mahad Asma’ Binti Abi Bakar berbeda daripada dengan kelompok yang lain seperti
kelas yang hanya bertemu di jam tertentu saat di kelas.

Adapun 90% orang dari kelompok sosial kamar 11 Asma’ Binti Abi Bakar orang-
orangnya pernah hidup atau tinggal di pondok pesantren. Hal tersebut yang sudah
membangun karakteristik mudah bergaul dengan satu sama lain pada masing-
masing orang. Karena di pondok pesantren jelas di ajarkan rasa kebersamaan, saling
memiliki, saling memahami satu sama lain. Jadi dari awal masuk ke dalam kamar
tersebut sudah banyak yang saling berinteraksi. Bahkan sebelum masuk kamar
dengan adanya kemajuan elektronik membuat terbentuknya grup kamar yang
dimanfaatkan untuk saling berkomunikasi sebelum bertemu secara langsung.

3. Gambaran Tentang Realitas Sosial yang Terjadi


Hingga saat ini kedekatan sosial di dalam kelompok sosial kamar 11 Mahad
Asma’ Binti Abi bakar terjalin tanpa halangan yang serius. Karena masing-masing
karakteristik kepribadian masing-masing orang ingin saling memahami satu sama
lain tanpa adanya pertengkaran, masalah, permasalahan yang serius. Meskipun jelas
ada orang yang lebih dekat satu sama lain untuk berbagi cerita pribadi atau berbagi
hobi, kesamaan, kegemaran yang sama dengan orang yang kepribadiannya hampir
sama dengan satu sama lain. Tetapi hal tersebut wajar, karena kita hanya ingin
berbagi cerita ke orang-orang yang dekat dan dipercaya untuk menjaga privasi
mereka.

Disamping kepribadian masing-masing orang yang berbeda-beda, di kamar 11


Mahad Asma’ Binti Abi Bakar orang-orang nya saling tolong menolong satu sama
lain. Misal saat ada teman yang sakit dengan senang hati akan membelikan makan,
membantu membelikan surat untuk izin, dan lainnya. Kami juga saling bekerja sama
dan saling pengertian dengan kepribadian masing-masing orang agar tidak
menimbulkan masalah yang besar. Seperti perpecahan di dalam kamar, satu orang
tidak mau dipasangkan dengan yang lain, atau yang lainnya.

Cara yang digunakan di kamar 11 Asma’ Binti Abi Bakar untuk menimbulkan rasa
saling memiliki contohnya adalah dengan membagi kelompok piket dengan
mengacak orang-orang nya. Dan dalam piket satu dengan piket yang lain akan
berbeda pasangan juga. Saat makan juga biasanya akan menunggu teman satu sama

19
lain. Hal-hal tersebut yang membuat kedekatan di kamar 11 Asma’ Binti Abi Bakar.

20
4. Bentuk-Bentuk Permasalahan Sosial
Permasalahan sosial yang terjadi di dalam kamar 11 Mahad Asma’ Binti Abi
Bakar adalah kurangnya kekompakkan antar anggota kelompok. Ada juga orang
yang merasa lebih dekat dengan salah satu orang lain ataupun ada yang merasa
tidak nyaman dengan yang lainnya. Dan ada juga masalah saat berebut fasilitas yang
ada di dalam kamar, disebabkan karena keterbatasan fasilitas. Permasalahan-
permasalahan terjadi karena perbedaan kepribadian dan jumlah orang dalam satu
kalompok sosial kamar 11 Mahad Asma’ Binti Abi Bakar.

5. Penyebab Munculnya Masalah Sosial


Penyebab munculnya permasalahan sosial yang terjadi dalam kamar 11 Mahad
Asma’ Binti Abi Bakar adalah karena perbedaan karakteristik kepribadian yang
sedikit menghalangi kekompakkan di dalam kamar. Seperti ada yang memilih sendiri
saat makan, berangkat bersama saat kegiatan, atau yang lainnya. Orang
dengan karakteristik kepribadian yang intorvert lebih memilih untuk makan sendiri,
berangkat sendiri saat ke kelas dan yang lain. Berbeda dengan orang yang ekstrovert
yang lebih memilih menunggu teman untuk bersama-sama makan dan berangkat
saat kegiatan. Terkadang orang-orang dengan kepribadian yang sama akan lebih
dekat satu sama lain karena kenyamanan saat berbagi cerita. Misal saat
orang dengan kepribadian ekstrovert bersama orang dengan kepribadian yang
sama lebih nyaman saat berbagi cerita mereka. Dan orang yang dengan
keribadian introvert memilih untuk bercerita ke teman dengan kepribadian yang
sama agar ceritanya tidak tersebar
karena orang dengan kpribadian introvert cenderung pendiam.
Hal lain yang memengaruhi kekompakkan dalam kelompok sosial kamar 11
Mahad Asma’ Binti Abi Bakar adalah karena perbedaan kebudayaan, asal daerah,
dan kegemaran mereka. Contohnya ada tiga orang dengan kebudayaan yang sama
yakni madura, mereka merasa lebih dekat karena merasa ada persamaan dalam hal-
hal tertentu. Ada juga yang kegemarannya sama-sama suka menonton flm, hingga
mereka nyaman dan asik dengan berbagi cerita tentang kegemaran mereka.

6. Dampak Riil Masalah Sosial dalam Kehidupan Sosial Masyarakat


Perbedaan karakteristik kepribadian sangat berdampak bagi interkasi kelompok
sosial kamar 11 Mahad Asma’ Binti Abi Bakar. Dampak yang terjadi ada yang negatif

21
dan positif. Contoh dampak negatif yang terjadi adalah tidak semua dilakukan secara

22
bersama-sama dalam satu kamar. Seperti melakukan kegiatan, berbagi cerita, dan
lain sebagainya. Karena permasalahan sosial yang terjadi. Ada yang melakukan
dengan orang yang lebih dekat dan sebagainya.
Adapun dampak positif yang terjadi adalah karena rasa ingin saling menghargai
satu sama lain menjadikan tidak ada masalah yang besar. Masing-masing orang
masih ingin menjadi lebih kompak bersama dengan semua orang dalam satu
kelompok sosial ini dengan berusaha saling memahami masing-masing kepribadian
satu sama lain. Jadi kehidupan dalam kelompok sosial kamar 11 Mahad Asma’ Binti
Abi Bakar semakin baik seiring waktu karena terbiasa.

23
BAB IV

ANALISA, PEMBAHASAN, DAN SOLUSI

A. Analisa

Observasi adalah teknik pengumpulan data yang di ambil dengan pengamatan


langsung dan pencatatan hasil secara sistematis oleh peneliti. Observasi dilakukan
oleh peneliti sekaligus penulis dengan cara pengamatan secara langsung dan
pemberian pertanyaan kepada objek dengan mengisi formulir oleh objek
pengamatan. Hal tersebut dilakukan agar mendapat bukti valid dari semua sudut
pandang anggota kelompok sosial kamar 11 Mahad Asma’ Binti Abi Bakar.

Penelitian dilakukan kepada seluruh aggota kelompok kamar 11 yang berjumlah


10 orang dengan panulis sendiri. Pengamatan dilakukan dari awal masuk mahad
secara spontan dan formulir telah di isi sembilan dari sepuluh orang di dalam kamar.
Yang mana satu orang adalah penulis sendiri sebagai pengamat. Jadi observasi telah
dilakukan sesuai keinginan dan kemampuan juga kecukupan dalam objek penelitian.

Dari hasil pengamatan dan pengisian formulir yang telah dilakukan penulis
menemukan adanya perbedaan cara berinteraksi karena perbedaan karakteristik
kepribadian yang dimiliki masing-masing orang di dalam kamar 11. Ada anak yang
memiliki karakteristik kepribadian introvert dimana ia tidak terlalu terbuka dengan
yang lain, juga tidak terlalu membaur dengan anggota kelompok yang lain. Berbeda
dengan anak yang memiliki karakteristik ekstrovert dimana ia lebih bisa berbaur
dengan yang lain, bahkan saat bercerita ia merasa tidak masalah jika di dengar satu
kamar, dan ia akan mencoba membaur dengan teman satu kamar.

B. Pembahasan

Perbedaan karakteristik antar anggota kelompok terjadi disebabkan oleh


berbagai hal. Seperti yang telah ada pada teori psikologi bahwa kepribadian berasal
dari genetika dan lingkungan. Dimana pada dasarnya jika kepribadian berasal dari
genetika maka kepribadian tersebut adalah tetap. Tetapi karena kehidupan sosial
yang terjadi, kepribadian dapat berubah oleh pengaruh dari lingkungan.

Dimana dari hasil observasi yang telah dilakukan menunjukkan ada empat anak
yang memiliki kepribadian introvert dan lima anak yang memiliki kepribadian
24
ekstrovert. Perbedaan antara anak yang introvert dan ekstrovert terlihat dari
bagaimana cara mereka berinteraksi dengan teman mereka. Interaksi yang di
maksut tidak hanya saling berbicara, melainkan hal lainnya juga seperti rasa
kepedulian, bekerjasama, dan lainnya.

Hal tersebut sesuai dengan apa yang mereka isi di angket formulir yang telah di
sebarkan sebelumnya. Dimana anak dengan kepribadian introvert menganggap
bahwa ia belum memiliki teman dekat untuk diajak bicara, ataupun hanya satu
orang yang dapat mereka ajak bicara. Mereka lebih banyak merasakan hal tidak
nyaman dalam berinteraksi bersama teman mereka. Berbeda dengan anak yang
memiliki kepribadian ekstrovert, mereka menganggap bahwa teman satu kamar
sama dekatnya, meskipun ada teman yang lebih dekat tetapi mereka masih mau
berbagi cerita dengan yang lainnya. Mereka lebih mudah untuk bergaul dan
memulai pembicaraan. Mereka merasa nyaman dengan siapa saja saat berinteraksi.

Selama waktu pengamatan telah terlihat siapa saja anak-anak yang introvert dan
ekstrovert. Hal tersebut terlihat saat awal masuk dimana anak yang memiliki
kepribadian ekstrovert telah memulai pembicaraan terlebih dahulu di dalam kamar
agar suasana tidak canggung. Mereka akan mengajak berkenalan satu kamar. Tetapi
anak yang memiliki kepribadian introvert lebih memilih menerima kenalan dan
menjawab seadanya.

Bahkan sampai saat ini terlihat jelas perbedaan anak yang memiliki kepribadian
introvert dan estrovert. Anak dengan kepribadian introvert cenderung akan
melakukan semua pekerjaannya sendirian. Mereka lebih memilih melakukan
sesuatu sendiri atau kemanapun sendiri mereka tidak masalah. Berbeda dengan
anak dengan kepribadian ekstrovert dimana mereka lebih memilih melakukan
sesuatu bersama- sama. Mereka kadang merasa kurang nyaman jika melakukan
sesuatu sendirian. Misal saat kemanapun mereka pergi, mereka membutuhkan
orang untuk mendampingi mereka. Hal tersebut yang menimbulkan sedikit
kerenggangan di kamar 11 Mahad Asma’ Binti Abi Bakar.

Tetapi perbedaan kepribadian yang ada juga membuat keberagaman dan


pembelajaran terjadi di dalam kelompok sosial yang ada. Dimana anak dengan
kepribadian exrovert lebih banyak. Mereka berusaha mengajak seluruh teman satu
kamar mereka untuk membentuk kekompakkan yang didasari atas dasar rasa ingin
bersatu dan bekerjasama. Bayangkan jika semua anak dalam satu kamar memiliki
25
kepribadian yang sama, maka interaksi sosial mungkin tidak akan terjadi dalam
suatu kelompok sosial. Ataupun pertentangan yang berlebih akan menimbulkan
masalah besar dalam suatu kelompok sosial.

Maka dari itu perbedaan karakteristik kepribadian dalam kelompok sosial


menjadi hal yang wajar dan harus ada. Meskipun pengaruhnya ada yang negatif,
tetapi tanpa adanya perbedaan maka pengaruh positif pun belum tentu terjadi. Jadi
pengaruh kepribadian dalam interaksi kelompok sosial sangat berpengaruh bagi
kelangsungan kehidupan di dalam suatu kelompok sosial.

C. Solusi

Sehubungan dengan dampak dan pengaruh yang terjadi, karena hasil


pengamatan menunjukkan ada hasil positif yang telah terjadi maka solusi yang dapat
diambil adalah dengan terus meningkatkan interaksi yang ada dalam kelompok
sosial kamar 11 Mahad Asma’ Binti Abi Bakar. Seluruh anggota juga harus
menanamkan rasa saling memiliki satu sama lain juga rasa ingin bekerjasama,
mengasihi, kekompakkan agar interaksi di dalam kamar terjadi secara netral. Tidak
ada permusuhan dan persaingan antar anggota kelompok.

Juga bagi orang-orang yang memiliki kepribadian lebih mudah bergaul supaya
tetap mengajak teman mereka untuk berinteraksi agar terjalin rasa saling kasih.
Anggota juga harus saling menghargai pendapat teman mereka, menghargai
keputusan, dan menghargai masing-masing kepribadian yang dimiliki. Tetapi
perbedaan kepribadian jangan menjadi halangan untuk saling berinteraksi.

26
BAB V

KESIMPULAN

Dari pembahasan di atas terdapat kesimpulan yang merupakan inti dari laporan
observasi ini. Kesimpulan tersebut adalah kepribadian memang berpengaruh terhadap
interaksi sosial yang terjadi. Pengaruh yang terjadi tergantung dengan masing-masing
kepribadian yang dimiliki yakni:

1. Orang dengan kepribadian introvert memiliki ciri-ciri lebih mengutamakan


pemikiran, perasaan, keinginan sendiri menjadi sumber dan minatnya. Senang
dengan aktivitas merenung dan merencanakan sehingga sering tampak menyendiri,
tingkah laku lamban dan ragu-ragu. Kepribadian introvert Tidak suka melibatkan
orang banyak dalam kehidupannya. Hal tersebut yang membuat orang dengan tipe
kepribadian introvert sedikit susah untuk melakukan interaksi sosial.
2. Sedangkan orang dengan kepribadian ekstrovert memiiki ciri-ciri lebih berorientasi
pada dunia luar dan lebih suka aktif di tengah orang-orang sehingga mudah
beradaptasi dan disukai oleh sekelilingnya. Ha tersebut yang membuat orang
dengan tipe kepribadian ekstrovert mudah untuk melakukan interaksi sosial.
Tetapi pengaruh perbedaan kepribadian tersebut tidaklah selalu buruk. Pengaruh
yang ada tergantung pada bagaimana orang menyikapi kepribadian teman mereka yang
lain. Apakah akan di biarkan saja atau akan diajak dan diperbaiki. Apakah mereka
memiliki rasa saling memiliki dalam satu kelompok sosial. Dan apakah mereka memiliki
tujuan yang sama agar interaksi dalam kelompok sosial menjadi nyaman. Semua
bergantung dengan bagaimana mereka menyikapi kepribadian masing-masing.

27
DAFTAR PUSTAKA

Beger, Thomas Luckmann dan Peter L. The Social Construction of Reality . New York:
Penguin Books, 1979.

Hammond, Dr. Jon. Introduvtion to Sociology. Smashword, 2010.

M.A., Zurihun Doa. Pengantar Sosiologi. 2005.

Magnusson, Magsnus. Understanding Social Interaction. Amsterdam: IOS Press, 2005.

Sharma, Rajendra K. Social Change and Social Control. New Delhi: Nice Printing Press,
2007.

Stolley, Kathy S. The Basic of Sociology. London: Greenword Press, 2005.

Syukur, Muhammad. Dasar-Dasar Teori Sosiologi. Depok: Rajawali Pers, 2018.

28

Anda mungkin juga menyukai