2
Nomor.1
Tahun.2017
Abstrak
Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna
sebagai pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan
sebagai panduan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Orang tua dan anak
adalah komponen yang paling penting dalam sebuah keluarga. Orang tua memiliki peran
penting dalam mendidik anak-anaknya melalui proses komunikasi. Al-Qur’an sebagai sumber
pertama dan utama pendidikan Islam memberikan beberapa gambaran kisah tentang
komunikasi orang tua dan anak. Salah satu kisah tersebut adalah kisan Nabi Ibrahim dan
Nabi Isma’il dalam Q.S. al-Sha>ffa>t ayat 102-107. Berdasarkan ayat-ayat dari surat tersebut
dapat disimpulkan komunikasi orang tua dan anak (berdasarkan kisah Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail) sebagai berikut: 1) Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi interaktif-
dialogis-humanis. Dikatakan interaksional karena komunikasi yang dilakukan tidak sepihak.
Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il saling aktif, reflektif dalam memaknai dan menafsirkan pesan
dalam mimpi Nabi Ibrahim. Dialogis karena komunikasi tersebut dapat membuka jalur
informasi antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Komunikasi dialogis juga membantu untuk
melatih berargumentasi, kesabaran, ketangguhan, dan keteguhan untuk patuh kepada Allah
dan taat pada orang tua, seperti yang terjadi pada komunikasi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Humanis karena Pendidikan Ibrahim terhadap Ismail bertujuan untuk memanusiakan
manusia agar patuh kepada Allah; 2) Komunikasi yang dilakukan Nabi Ibrahim dengan Nabi
Isma’il memberikan gambaran bahwa Nabi Ibrahim merupakan sosok yang demokratis dan
Nabi Isma’il adalah sosok yang patuh. Kedua sifat ini memiliki peran penting dalam
kesuksesan sebuah pendidikan; 3) Terdapat dua materi pendidikan dalam komunikasi
antara Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il, yaitu aspek keimanan dan emosional. Keimanan
kaitannya dengan uji kepatuhan terhadap konsep keimanan yang telah diberikan oleh Nabi
Ibrahim, sedangkan aspek emosional ditunjukkan ketegaran dan kesabaran dalam menerima
perintah tersebut.
Abstrak
orang tua dan anak, pendidikan dapat seseorang kepada orang lain, baik
berlangsung dengan baik. Pendidikan langsung secara tatap muka maupun tidak
umum dan agama. Utamanya pendidikan langsung melalui media, dengan tujuan
agama dimana Al-Qur’an dan sunnah mengubah sikap, pandangan atau prilaku.2
sebagai sumber utamanya. Menurut komunikasi dilakukan dengan
Terdapat banyak ayat al-Qur’an yang tujuan untuk perubahan sikap (attitude
terdapat komunikasi di dalamnya. Salah change), perubahan pendapat (opinion
satu proses komunikasi yang terdapat change), perubahan perilaku (behaviour
dalam al-Qur’an adalah komunikasi antara change) dan perubahan sosial (social
Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il, yang di change).3
dalamnya juga memiliki makna dan nilai-
Komunikasi berfungsi untuk
nilai dari proses komunikasi itu. Tujuan
menyampaikan informasi (to inform),
pembuatan tulisan ini adalah untuk
mendidik (to educate), menghibur (to
menganalisis komunikasi antara antara
entertain), dan mempengaruhi (to
Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il dalam
influence). Agar komunikasi efektif maka
tinjauan pedagogis.
pesan dalam komunikasi harus berhasil
B. KAJIAN PUSTAKA menumbuhkan respon komunikan yang
dituju berlangsung efektif, komunikator
a. Komunikasi
harus tahu khalayak mana yang akan
Kata komunikasi atau
dijadikan sasaran dan tujuan yang
communication dalam bahasa Inggris
diinginkannya. Komunikator harus
berasl dari bahasa Latin communis yang
terampil dalam membuat pesan agar
berarti “sama”, communico,
komunikan dapat menangkap pesan yang
communicatio, atau communicare yang
disampaikan komunikator dan untuk
berarti “membuat sama” (to make
menciptakan komunikasi yang baik.4
common). Istilah pertama (communis)
adalah istilah yang paling sering sebagai Komunikasi merupakan suatu
asal usul komunikasi, yang merupakan proses yang sangat mendasar dan vital
akar dari kata-kata Latin lainnya dalam kehidupan manusia. Dikatakan
yang mirip. Komunikasi menyarankan mendasar karena setiap masyarakat
bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau manusia, baik yang primitif maupun yang
suatu pesan dianut secara sama.1 modern, berkeinginan mempertahankan
suatu persetujuan mengenai berbagai
Komunikasi merupakan proses
aturan sosial melalui komunikasi.
penyampaian suatu pesan dalam bentuk
Dikatakan vital karena setiap individu
lambang bermakna sebagai pikiran dan
memiliki kemampuan untuk
perasaan berupa ide, informasi,
berkomunikasi dengan individu–individu
kepercayaan, harapan, himbauan, dan
sebagai panduan yang dilakukan oleh
2
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, vol.
4 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 60.
1 3
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Ibid., 4:8.
4
vol. 2 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 4. Ibid.
98 | | Vol 2 No 1 Tahun 2017
lainnya sehingga meningkatkan diri sendiri, dan tidak memuji orang lain
kesempatan individu itu untuk tetap dalam kebohongan.7
hidup.5
Terdapat enam prinsip etika
Jika dalam kacamata Islam, komunikasi dalam Islam. Pertama, prinsip
komunikasi yang baik adalah yang sesuai qawlan kariman atau perkataan yang
dengan etika Islam. Eika komunikasi mulia. Kedua, prinsip qawlan sadida atau
dalam Islam dibagi menjadi dua, yaitu perkataan yang benar dan lurus. Ketiga,
etika komunikasi transedental (hablum prinsip qawlan ma’rufa atau perkataan
minallah) dan komunikasi insani yang baik. Keempat, prinsip qawlan
(hablumminanas). Etika komunikasi baligha atau perkataan yang efektif/
transendental adalah suatu etika keterbukaan. Kelima, qawlan layyina atau
komunikasi yang berhubungan dengan perkataan yang lemah lembut. Keenam
sikap dan perilaku manusia ketika qawlan maisura (perkataan yang pantas).8
berkomunikasi dengan Allah SWT.
Terdapat beberapa teori tentang
Sedangkan etika komunikasi insani adalah
pola komunikasi. Pola komunikasi di
etika komunikasi yang berhubungan
dalam keluarga seringkali berkisar seputar
dengan sikap dan perilaku manusia ketika
model stimulus-respon, model ABX dan
berkomunikasi antar individu dan
model interaksional.
kelompok.6
Pertama, model stimulus-respon
Etika komunikasi dalam Islam
(S-R) dianggap sebagai proses pertukaran
dibangun berdasarkan petunjuk al-Qur’an
atau pemindahan informasi atau gagasan.
dan sunnah. Islam mengajarkan
Proses ini bersifat imbal balik dan
berkomunikasi itu dengan penuh adab,
memiliki efek.9 Kedua, model ABX
penuh penghormatan, penghargaan
yaknimenggambarkan seseorang (A)
terhadap orang yang diajak bicara, dan
menyampaikan informasi kepada
sebagainya. Ketika berbicara dengan
seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu
orang lain, Islam memberikan landasan
(X).10 Ketiga, model interaksional
yang jelas tentang tata cara berbicara. Tata
menyatakan bahwa proses komunikasi
cara berbicara kepada orang lain itu
digambarkan sebagai pembentukan
misalnya hanya membicarakan hal yang
makna., yakni penafsiran atas pesan atau
baik, menghindari perdebatan,
perilaku orang lain oleh peserta
menghindari pembicaraan dan
komunikasi.11 Pada jenis komunikasi
permasalahan yang rumit, menyesuaikan
interaktif suasana dialogis lebih terbuka,
diri dengan lawan bicara, tidak memuji
yang aktif tidak hanya orang tua ke anak,
akan tetapi juga anak ke orang tua.
5
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi
7
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 1. Ibid., 103–4.
6 8
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Ibid., 105.
9
Tua & Anak Dalam Keluarga Sebuah Perspektfi Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2:133.
10
Pendidikan Islam (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004), Ibid., 2:142.
11
103. Ibid., 2:160.
Komunikasi Orang Tua dengan Anak. . . | 99
ُ َ ُ َ ْٓ ُ ْ ُ َ َ َ ذ َ َ
saling berlawanan. al-awla>d berkonotasi
ۡكم يأيها ٱَّلِين ءاننوا قوا أنفس َ ُّ َٰٓ makna negatif dan al-banu>n memiliki
konotasi positif, sehingga berimplikasi
ُارة ۡ َ ُ ُ ۡ َ ٗ َُ ُ َ ذ
َ ۡل َِج ۡ ََ tersendiri dalam pendidikan anak. 14
وأهلِيكم نارا وقودها ٱنلاس وٱ
Pertama, istilah al-awla>d, biasanya
َ ذٞ ٞ َ ٌ َ َٰٓ َ َ َ ۡ َ َ
لئِكة غَِلظ ِش َداد َّل َي ۡع ُصون عليها ن dikaitkan dengan makna yang pesimistis,
sehingga anak memerlukan perhatian
َ َُ ُۡ َ َ َُ ََۡ ۡ ُ َََ َٓ َذ khusus dalam hal penjagaan, perhatian
٦ ٱّلل نا أمرهم ويفعلون نا يؤمرون dan pendidikan. Maka janganlah harta
benda dan anak-anak mereka menarik
“Hai orang-orang yang beriman, hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki
peliharalah dirimu dan keluargamu dari dengan (memberi) harta benda dan anak-
api neraka yang bahan bakarnya adalah anak itu untuk menyiksa mereka dalam
manusia dan batu; penjaganya malaikat- kehidupan di dunia dan kelak akan
malaikat yang kasar, keras, dan tidak melayang nyawa mereka, sedang mereka
mendurhakai Allah terhadap apa yang dalam keadaan kafir (Q.S. at-Taubah ayat
diperintahkan-Nya kepada mereka dan
13
Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen
Agama RI, n.d.).
14
Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar
12
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Pendidikan Anak, vol. 1 (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
Bumi Aksara, 1996), 20. n.d.), 76.
100 | | Vol 2 No 1 Tahun 2017
55). Ayat lain menggambarkan anak yang Ketiga, istilah al-athfa>l, menandakan
menimbulkan fitnah,15 menjauhkan diri anak-anak yang telah memasuki masa
dari Allah,16 dan kesombongan pribadi.17 baligh perlu diperlakukan secara
manusiawi dalam memasuki masanya
Ayat tersebut sebagai titik tolak untuk
(Q.S. al-Nu>r ayat 59). Ayat lain menjelaskan
mencurahkan tenaga dan fikiran dalam
periodesasi yang dialami dalam
rangka memperbaiki anak melalui proses
penciptaan dan kehidupan manusia.19
pendidikan. Tujuannya adalah
Selain itu juga digunakan untuk
memperbaiki anak melalui proses
menjelaskan anak-anak yang belum
pendidikan, sehingga mereka dapat
mengerti aurat wanita (sehingga
menjadi wasilah untuk mendekatkan diri
memandang anak-anak tidak termasuk
kepada Allah, bukan menjadi fitnah
aurat).
(bencana) bagi orang tua khususnya dan
bagi masyarakat umumnya. Keempat, istilah ghilma>n
menggambarkan anak-anak muda yang
Kedua, ayat-ayat dengan ungkapan al-
melayani di Syurga. (Q.S. al-Thu>r ayat 24).
banu>n yang mengandung arti/pemahaman
Pemaknaan ghilma>n berkonotasi makna
optimis. Sehingga menimbulkan
anugerahyang luar biasa berupa
kebanggan dan ketenteraman khusus
keturunan (anak) di luar batas
dalam hati.18 Harta dan anak-anak adalah
perhitungan manusia hal ini sebagaimana
perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
terjadi dalam keluarga Nabi Zakaria yang
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih
mendapat keturunan Yahya pada saat
baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih
usianya senja dan bahkan isterinya pun
baik untuk menjadi harapan. (Q.S. al-Kahfi
dalam keadaan mandul.20 Demikian juga
ayat 55).
yang terjadi pada Maryam yang mendapat
Berdasarkan ayat-ayat tentang al- keturunan Nabi Isa tanpa perantara
awla>d dan al-banu>n memiliki makna bahwa seorang laki-laki.21 Ghilma>n juga
anak memiliki potensi menjadi impian berkonotasi makna anak yang
yang menyenangkan jika dididik dengan menakjubkan (kisah Nabi Yusuf dalam Q.S.
baik, dan sebaliknya akan menjadi Yusuf ayat 19 ), anak laki-laki yang alim
malapetaka (fitnah) jika tidak dididik (sebutan untuk Nabi Ishaq dalam Q.S. al-
dengan baik. Inilah kemungkinan yang Hijr: 53, Q.S. al-Dza>riya>t ayat 28), anak laki-
ditimbulkan, yakni rasa optimis dan laki yang amat sabar (sebutan untuk Nabi
pesimis. Hal ini juga menunjukkan bahwa Isma’il dalam Q.S. al-Sha>ffa>t ayat 101), dan
manusia dilahirkan dengan itrah dapat anak laki-laki yang keturunan orang
dididik dan juga mempunyai potensi tidak mukmin (Q.S. al-Kahfi ayat 80-82).
terdidik.
Berdasarkan empat istilah anak
dalam al-Qur’an tersebut dapat
15
Lihat Q.S. al-Anfal ayat 28
16
Lihat Q.S. an-Naba’ ayat 37 19
Q.S. al-Hajj ayat 20, Q.S. al-Ghafi>r ayat 67.
17
Lihat Q.S. al-Hadi>d ayat 20 20
Q.S. Maryam ayat 7, Q.S. al-Imran ayat 40
18 21
Lihat Q.S. al-Hadi>d ayat 20 Q.S. Maryam ayat 20.
Komunikasi Orang Tua dengan Anak. . . | 101
24
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian
Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),
22
Meleong J. Lexy and Others, Metodologi Penelitian 21–22.
25
Kualitatif (Yogyakarta: Remaja Rosdakarya, 1996). Amirul Hadi and Haryono, Metodologi Penelitian
23
Ibid., 6. Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 1998), 175.
102 | | Vol 2 No 1 Tahun 2017
penyembelihan pada Q.S. al-Sha>ffa>t ayat Pada ayat ini, Nabi Ibrahim memberitahu
102-107.26 Nabi Isma’il tentang mimpinya agar dapat
dipahami oleh Nabi Isma’il yang masih
a. Komunikasi Nabi Ibrahim dan Nabi kecil. Selain untuk melatih kesabaran,
Isma’il dalam Al-Qur’an dan ketangguhan, dan keteguhannya untuk
Tafsirannya patu kepada Allah dan taat kepada orang
Komunikasi yang terjadi antara tua. Menurut al-Farra’, usia Nabi Isma’il
Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il terdapat pada saat itu adalah 13 tahun. Sedangkan
dalam Q.S. al-Sha>ffa>t ayat 102-107. Ayat menurut Ibn Abbas adalah menginjak usia
tersebut secara kronologis memuat pubertas (ihtilam).28
penjelasan tentang mimpi Nabi Ibrahim Ibrahim berkata: "Hai anakku
menyembelih Nabi Isma’il. Nabi Ibrahim Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi
mendialogkan mimpinya dengan Nabi bahwa Aku menyembelihmu. Maka
Isma’il, pelaksanaan penyembelihan dan fikirkanlah apa pendapatmu!". Menurut
diakhiri dengan keselamatan Isma’il.27 Muqatil, mimpi Nabi Ibrahim
Berikut terjemahan dari Q.S. al- menyembelih Isma’il itu terjadi selama 3
Sha>ffa>t ayat 102, “Maka tatkala anak itu malam berturut-turut. Tentang mimpi ini,
sampai (pada umur sanggup) berusaha menurut Ka’ab Ahbar, wahyu Allah datang
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: kepada para rasul dalam keadaan terjaga
"Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dan tertidur. Karena para nabi meskipun
dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. tidur pada dasarnya hatinya tidak tidur.29
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia Ia menjawab: "Hai bapakku,
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa kerjakanlah apa yang diperintahkan
yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kepadamu; insya Allah kamu akan
kamu akan mendapatiku termasuk orang- mendapatiku termasuk orang-orang yang
orang yang sabar". sabar". Menurut al-Suyuthi pasrah dan
Penafsiran kata “Maka tatkala anak patuh merupakan cerminan dari sabar
itu sampai (pada umur sanggup) berusaha tingkat tinggi.30 Menurut Qutb mimpi
bersama-sama Ibrahim”. Maksudnya untuk menyembelih Nabi Isma’il hanya
adalah ketika Nabi Isma’il tumbuh dewasa merupakan isyarat bukan merupakan
dan mau bepergian dengan Nabi Ibrahim, perintahyang sifatnya langsung dan jelas
maka Nabi Ibrahim senantiasa mengawasi (sharih). Meskipun demikian, Nabi
ke mana saja dia pergi di daerah Faran. Ibrahim menerimanya tanpa banyak
Nabi Ibrahim juga memberikan perhatian bertanya, kenapa Allah memberikan
penuh terhadap permasalahan yang
dihadapinya. Menurut riwayat Ibn ‘Abbas 28
Abi Abd Allah Muhammad bin Ahmad al-Anshari
al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Al-Ahkam Al-Qur’an, vol. 15
bahwa mimpi para Nabi termasuk wahyu. (Beirut: Dar Fikr, 1988), 99.
29
Ibid., 15:102.
30
Abd Al-Rahman bin Kamal Jalal al-Din al-Suyuthi,
26
Huda and Idris, Nalar Pendidikan Anak, 1:146–47. Al-Durr Al-Manthur I Tafsir Al-Ma’tsur, vol. 7
27
Ibid., 1:148. (Beirut: Dar Fikr, tt.), 109.
Komunikasi Orang Tua dengan Anak. . . | 103