Anda di halaman 1dari 12

Volume.

2
Nomor.1
Tahun.2017

Komunikasi Orang Tua dan Anak dalam Islam


(Tinjauan Pedagogis Komunikasi Nabi Ibrahim dengan Nabi Isma’il
dalam Al-Qur’an)

Zeni Murtafiati Mizani


Dosen Prodi PAI IAIN Ponorogo
zenimurtafiatimizani@gmail.com

Abstrak

Komunikasi merupakan proses penyampaian suatu pesan dalam bentuk lambang bermakna
sebagai pikiran dan perasaan berupa ide, informasi, kepercayaan, harapan, himbauan, dan
sebagai panduan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain. Orang tua dan anak
adalah komponen yang paling penting dalam sebuah keluarga. Orang tua memiliki peran
penting dalam mendidik anak-anaknya melalui proses komunikasi. Al-Qur’an sebagai sumber
pertama dan utama pendidikan Islam memberikan beberapa gambaran kisah tentang
komunikasi orang tua dan anak. Salah satu kisah tersebut adalah kisan Nabi Ibrahim dan
Nabi Isma’il dalam Q.S. al-Sha>ffa>t ayat 102-107. Berdasarkan ayat-ayat dari surat tersebut
dapat disimpulkan komunikasi orang tua dan anak (berdasarkan kisah Nabi Ibrahim dan
Nabi Ismail) sebagai berikut: 1) Komunikasi yang terjadi adalah komunikasi interaktif-
dialogis-humanis. Dikatakan interaksional karena komunikasi yang dilakukan tidak sepihak.
Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il saling aktif, reflektif dalam memaknai dan menafsirkan pesan
dalam mimpi Nabi Ibrahim. Dialogis karena komunikasi tersebut dapat membuka jalur
informasi antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Komunikasi dialogis juga membantu untuk
melatih berargumentasi, kesabaran, ketangguhan, dan keteguhan untuk patuh kepada Allah
dan taat pada orang tua, seperti yang terjadi pada komunikasi Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail.
Humanis karena Pendidikan Ibrahim terhadap Ismail bertujuan untuk memanusiakan
manusia agar patuh kepada Allah; 2) Komunikasi yang dilakukan Nabi Ibrahim dengan Nabi
Isma’il memberikan gambaran bahwa Nabi Ibrahim merupakan sosok yang demokratis dan
Nabi Isma’il adalah sosok yang patuh. Kedua sifat ini memiliki peran penting dalam
kesuksesan sebuah pendidikan; 3) Terdapat dua materi pendidikan dalam komunikasi
antara Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il, yaitu aspek keimanan dan emosional. Keimanan
kaitannya dengan uji kepatuhan terhadap konsep keimanan yang telah diberikan oleh Nabi
Ibrahim, sedangkan aspek emosional ditunjukkan ketegaran dan kesabaran dalam menerima
perintah tersebut.

Kata Kunci: Komunikasi, Orang tua, Anak, al-Qur’an.


96 | | Vol 2 No 1 Tahun 2017

Abstrak

Communication is the process of delivering a message in the form of meaningful


symbols as thoughts and feelings in the form of ideas, information, beliefs, hopes, appeals, and
as a guide by someone to someone else. Parents and children are the most important
component in a family. Parents have an important role in educating their children through
the communication process. The Qur'an as the first and main source of Islamic education
provides some illustrations of the story of parent and child communication. One such story is
the kisan of Prophet Ibrahim and Prophet Isma'il in Q.S. Al-Sha> ffa> t verses 102-107. Based on
the verses from the letter can be concluded communication parent and child (based on the
story of Prophet Ibrahim and Prophet Ismail) as follows: 1) Communication happens is
interactive-Dialogic-humanist communication. It is said interactional because the
communication is not unilateral. Prophet Ibrahim and Prophet Isma'il are active, reflective in
interpreting and interpreting the message in the dream of Abraham. Dialogical because the
communication can open the path of information between Prophet Ibrahim and Prophet
Ismail. Dialogic communication also helps to train arguments, patience, toughness, and
perseverance to obey God and obey the parents, as happened in the communication of Prophet
Ibrahim and Prophet Isma'il. Humanist because of Ibrahim's Education against Ishmael aims
to humanize human beings to obey God; 2) Communication made Prophet Ibrahim with
Prophet Isma'il gives an idea that the Prophet Ibrahim is a democratic figure and the Prophet
Isma'il is a submissive figure. These two traits have an important role in the success of an
education; 3) There are two educational materials in communication between Prophet
Ibrahim and Prophet Isma'il, ie aspects of faith and emotional. Faith in relation to the test of
obedience to the concept of faith that has been given by the Prophet Ibrahim, while the
emotional aspect shown ketegaran and patience in receiving the command.

Kata Kunci: Communication, Parent, Kids, al-Qur’an.

A. PENDAHULUAN mula-mula menerima pendidikan. Orang


Komunikasi merupakan hal yang tidak tua mendidik anak-anaknya mulai dia
dapat dipisahkan dalam kehidupan sehari- lahir, bahkan hingga anak-anak dewasa
hari manusia. Disadari atau tidak, setiap pun orang tua masih berhak memberikan
manusia yang berinteraksi dengan nasihatnya kepada anak sebagaimana
manusia lainnya maka dia telah ditegaskan dalam al-Qur’an surah an-Nisa’
melakukan proses komunikasi. ayat 36.
Komunikasi tersebut terjadi dalam bentuk Al-Qur’an, sunnah adalah sumber
komunikasi verbal maupun non verbal. utama agama Islam yang merupakan
Komunikasi bisa terjadi dimanapun, sebuah agama yang ajaran-ajarannya
lingkungan keluarga adalah salah satunya. mulia, komprehensif dan universal.
Keluarga memiliki dua komponen Ajaran-ajaran agama islam yang mulia
utama, yakni orang tua dan anak. Dalam tersebut ditransfer dan ditanamkan
tinjauan pedagogis, orang tua merupakan kepada anak melalui pendidikan yang
pendidik utama dan pertama bagi anak- diberikan di keluarga oleh orang tua.
anak mereka. Dari orang tualah anak Dengan komunikasi yang harmonis antara
Komunikasi Orang Tua dengan Anak. . . | 97

orang tua dan anak, pendidikan dapat seseorang kepada orang lain, baik
berlangsung dengan baik. Pendidikan langsung secara tatap muka maupun tidak
umum dan agama. Utamanya pendidikan langsung melalui media, dengan tujuan
agama dimana Al-Qur’an dan sunnah mengubah sikap, pandangan atau prilaku.2
sebagai sumber utamanya. Menurut komunikasi dilakukan dengan
Terdapat banyak ayat al-Qur’an yang tujuan untuk perubahan sikap (attitude
terdapat komunikasi di dalamnya. Salah change), perubahan pendapat (opinion
satu proses komunikasi yang terdapat change), perubahan perilaku (behaviour
dalam al-Qur’an adalah komunikasi antara change) dan perubahan sosial (social
Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il, yang di change).3
dalamnya juga memiliki makna dan nilai-
Komunikasi berfungsi untuk
nilai dari proses komunikasi itu. Tujuan
menyampaikan informasi (to inform),
pembuatan tulisan ini adalah untuk
mendidik (to educate), menghibur (to
menganalisis komunikasi antara antara
entertain), dan mempengaruhi (to
Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il dalam
influence). Agar komunikasi efektif maka
tinjauan pedagogis.
pesan dalam komunikasi harus berhasil
B. KAJIAN PUSTAKA menumbuhkan respon komunikan yang
dituju berlangsung efektif, komunikator
a. Komunikasi
harus tahu khalayak mana yang akan
Kata komunikasi atau
dijadikan sasaran dan tujuan yang
communication dalam bahasa Inggris
diinginkannya. Komunikator harus
berasl dari bahasa Latin communis yang
terampil dalam membuat pesan agar
berarti “sama”, communico,
komunikan dapat menangkap pesan yang
communicatio, atau communicare yang
disampaikan komunikator dan untuk
berarti “membuat sama” (to make
menciptakan komunikasi yang baik.4
common). Istilah pertama (communis)
adalah istilah yang paling sering sebagai Komunikasi merupakan suatu
asal usul komunikasi, yang merupakan proses yang sangat mendasar dan vital
akar dari kata-kata Latin lainnya dalam kehidupan manusia. Dikatakan
yang mirip. Komunikasi menyarankan mendasar karena setiap masyarakat
bahwa suatu pikiran, suatu makna, atau manusia, baik yang primitif maupun yang
suatu pesan dianut secara sama.1 modern, berkeinginan mempertahankan
suatu persetujuan mengenai berbagai
Komunikasi merupakan proses
aturan sosial melalui komunikasi.
penyampaian suatu pesan dalam bentuk
Dikatakan vital karena setiap individu
lambang bermakna sebagai pikiran dan
memiliki kemampuan untuk
perasaan berupa ide, informasi,
berkomunikasi dengan individu–individu
kepercayaan, harapan, himbauan, dan
sebagai panduan yang dilakukan oleh
2
Onong Uchjana Effendy, Dinamika Komunikasi, vol.
4 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 60.
1 3
Deddy Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, Ibid., 4:8.
4
vol. 2 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000), 4. Ibid.
98 | | Vol 2 No 1 Tahun 2017

lainnya sehingga meningkatkan diri sendiri, dan tidak memuji orang lain
kesempatan individu itu untuk tetap dalam kebohongan.7
hidup.5
Terdapat enam prinsip etika
Jika dalam kacamata Islam, komunikasi dalam Islam. Pertama, prinsip
komunikasi yang baik adalah yang sesuai qawlan kariman atau perkataan yang
dengan etika Islam. Eika komunikasi mulia. Kedua, prinsip qawlan sadida atau
dalam Islam dibagi menjadi dua, yaitu perkataan yang benar dan lurus. Ketiga,
etika komunikasi transedental (hablum prinsip qawlan ma’rufa atau perkataan
minallah) dan komunikasi insani yang baik. Keempat, prinsip qawlan
(hablumminanas). Etika komunikasi baligha atau perkataan yang efektif/
transendental adalah suatu etika keterbukaan. Kelima, qawlan layyina atau
komunikasi yang berhubungan dengan perkataan yang lemah lembut. Keenam
sikap dan perilaku manusia ketika qawlan maisura (perkataan yang pantas).8
berkomunikasi dengan Allah SWT.
Terdapat beberapa teori tentang
Sedangkan etika komunikasi insani adalah
pola komunikasi. Pola komunikasi di
etika komunikasi yang berhubungan
dalam keluarga seringkali berkisar seputar
dengan sikap dan perilaku manusia ketika
model stimulus-respon, model ABX dan
berkomunikasi antar individu dan
model interaksional.
kelompok.6
Pertama, model stimulus-respon
Etika komunikasi dalam Islam
(S-R) dianggap sebagai proses pertukaran
dibangun berdasarkan petunjuk al-Qur’an
atau pemindahan informasi atau gagasan.
dan sunnah. Islam mengajarkan
Proses ini bersifat imbal balik dan
berkomunikasi itu dengan penuh adab,
memiliki efek.9 Kedua, model ABX
penuh penghormatan, penghargaan
yaknimenggambarkan seseorang (A)
terhadap orang yang diajak bicara, dan
menyampaikan informasi kepada
sebagainya. Ketika berbicara dengan
seseorang lainnya (B) mengenai sesuatu
orang lain, Islam memberikan landasan
(X).10 Ketiga, model interaksional
yang jelas tentang tata cara berbicara. Tata
menyatakan bahwa proses komunikasi
cara berbicara kepada orang lain itu
digambarkan sebagai pembentukan
misalnya hanya membicarakan hal yang
makna., yakni penafsiran atas pesan atau
baik, menghindari perdebatan,
perilaku orang lain oleh peserta
menghindari pembicaraan dan
komunikasi.11 Pada jenis komunikasi
permasalahan yang rumit, menyesuaikan
interaktif suasana dialogis lebih terbuka,
diri dengan lawan bicara, tidak memuji
yang aktif tidak hanya orang tua ke anak,
akan tetapi juga anak ke orang tua.
5
Jalaluddin Rakhmat, Psikologi Komunikasi
7
(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), 1. Ibid., 103–4.
6 8
Syaiful Bahri Djamarah, Pola Komunikasi Orang Ibid., 105.
9
Tua & Anak Dalam Keluarga Sebuah Perspektfi Mulyana, Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar, 2:133.
10
Pendidikan Islam (Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004), Ibid., 2:142.
11
103. Ibid., 2:160.
Komunikasi Orang Tua dengan Anak. . . | 99

b. Kedudukan Orang Tua dalam Islam selalu mengerjakan apa yang


diperintahkan.”13
Orang tua adalah pendidik dalam
Tanggung jawab orang tua dalam
keluarga. Orang tua merupakan pendidik
mendidik anak-anaknya memang tidak
pertama dan utama bagi anak-anak
ringan. Sikap orang tua harus
mereka. Dari merekalah anak awal mula-
mencerminkan akhlak mulia. Orang tua
mula menerima pendidikan. Bentuk
seharusnya memberikan contoh yang baik
pertama dari suatu pendidikan terdapat
bagi anak dalam keluarga. Pembentukan
dalam keluarga.12 Rasa cinta dan kasih
budi pekerti adalah tujuan utama dalam
sayang yang diberikan Allah kepada
pendidikan Islam. Karena dengan budi
orangtua secara psikologis mampu
pekerti tersebutlah tercermin pribadi yang
membuat orang tua bersabar dalam
mulia. Sedangkan pribadi mulia itulah
memelihara, mengasuh, mendidik anak
yang ingin dicapai dalam mendidik anak
serta memperhatikan segala
dalam keluarga.
kemaslahatannya.
c. Pendidikan Anak dalam al-Qur’an
Orang tua memiliki tanggung jawab
Terdapat 4 macam kata dalam
memelihara dirinya dan keluarganya agar
penyebutan anak pada al-Qur’an, al-awla>d,
selamat dari api neraka. Perintah yang
antisipatif ini tertuang dalam salah satu
al-banu>n, al-athfa>l dan ghilma>n. Istilah al-
firman-Nya:
awla>d dan al-banu>n memiliki konotasi yang

ُ َ ُ َ ْٓ ُ ْ ُ َ َ َ ‫ذ‬ َ َ
saling berlawanan. al-awla>d berkonotasi
ۡ‫كم‬ ‫يأيها ٱَّلِين ءاننوا قوا أنفس‬ َ ُّ َٰٓ makna negatif dan al-banu>n memiliki
konotasi positif, sehingga berimplikasi
ُ‫ارة‬ ۡ َ ُ ‫ُ ۡ َ ٗ َُ ُ َ ذ‬
َ ‫ۡل َِج‬ ۡ ََ tersendiri dalam pendidikan anak. 14
‫وأهلِيكم نارا وقودها ٱنلاس وٱ‬
Pertama, istilah al-awla>d, biasanya
َ ‫ ذ‬ٞ ٞ َ ٌ َ َٰٓ َ َ َ ۡ َ َ
‫لئِكة غَِلظ ِش َداد َّل َي ۡع ُصون‬ ‫عليها ن‬ dikaitkan dengan makna yang pesimistis,
sehingga anak memerlukan perhatian
َ َُ ُۡ َ َ َُ ََۡ ۡ ُ َََ َٓ َ‫ذ‬ khusus dalam hal penjagaan, perhatian
٦ ‫ٱّلل نا أمرهم ويفعلون نا يؤمرون‬ dan pendidikan. Maka janganlah harta
benda dan anak-anak mereka menarik
“Hai orang-orang yang beriman, hatimu. Sesungguhnya Allah menghendaki
peliharalah dirimu dan keluargamu dari dengan (memberi) harta benda dan anak-
api neraka yang bahan bakarnya adalah anak itu untuk menyiksa mereka dalam
manusia dan batu; penjaganya malaikat- kehidupan di dunia dan kelak akan
malaikat yang kasar, keras, dan tidak melayang nyawa mereka, sedang mereka
mendurhakai Allah terhadap apa yang dalam keadaan kafir (Q.S. at-Taubah ayat
diperintahkan-Nya kepada mereka dan
13
Al-Qur’an Dan Terjemahnya (Jakarta: Departemen
Agama RI, n.d.).
14
Miftahul Huda dan Muhammad Idris, Nalar
12
Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Pendidikan Anak, vol. 1 (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
Bumi Aksara, 1996), 20. n.d.), 76.
100 | | Vol 2 No 1 Tahun 2017

55). Ayat lain menggambarkan anak yang Ketiga, istilah al-athfa>l, menandakan
menimbulkan fitnah,15 menjauhkan diri anak-anak yang telah memasuki masa
dari Allah,16 dan kesombongan pribadi.17 baligh perlu diperlakukan secara
manusiawi dalam memasuki masanya
Ayat tersebut sebagai titik tolak untuk
(Q.S. al-Nu>r ayat 59). Ayat lain menjelaskan
mencurahkan tenaga dan fikiran dalam
periodesasi yang dialami dalam
rangka memperbaiki anak melalui proses
penciptaan dan kehidupan manusia.19
pendidikan. Tujuannya adalah
Selain itu juga digunakan untuk
memperbaiki anak melalui proses
menjelaskan anak-anak yang belum
pendidikan, sehingga mereka dapat
mengerti aurat wanita (sehingga
menjadi wasilah untuk mendekatkan diri
memandang anak-anak tidak termasuk
kepada Allah, bukan menjadi fitnah
aurat).
(bencana) bagi orang tua khususnya dan
bagi masyarakat umumnya. Keempat, istilah ghilma>n
menggambarkan anak-anak muda yang
Kedua, ayat-ayat dengan ungkapan al-
melayani di Syurga. (Q.S. al-Thu>r ayat 24).
banu>n yang mengandung arti/pemahaman
Pemaknaan ghilma>n berkonotasi makna
optimis. Sehingga menimbulkan
anugerahyang luar biasa berupa
kebanggan dan ketenteraman khusus
keturunan (anak) di luar batas
dalam hati.18 Harta dan anak-anak adalah
perhitungan manusia hal ini sebagaimana
perhiasan kehidupan dunia tetapi amalan-
terjadi dalam keluarga Nabi Zakaria yang
amalan yang kekal lagi saleh adalah lebih
mendapat keturunan Yahya pada saat
baik pahalanya di sisi Tuhanmu serta lebih
usianya senja dan bahkan isterinya pun
baik untuk menjadi harapan. (Q.S. al-Kahfi
dalam keadaan mandul.20 Demikian juga
ayat 55).
yang terjadi pada Maryam yang mendapat
Berdasarkan ayat-ayat tentang al- keturunan Nabi Isa tanpa perantara
awla>d dan al-banu>n memiliki makna bahwa seorang laki-laki.21 Ghilma>n juga
anak memiliki potensi menjadi impian berkonotasi makna anak yang
yang menyenangkan jika dididik dengan menakjubkan (kisah Nabi Yusuf dalam Q.S.
baik, dan sebaliknya akan menjadi Yusuf ayat 19 ), anak laki-laki yang alim
malapetaka (fitnah) jika tidak dididik (sebutan untuk Nabi Ishaq dalam Q.S. al-
dengan baik. Inilah kemungkinan yang Hijr: 53, Q.S. al-Dza>riya>t ayat 28), anak laki-
ditimbulkan, yakni rasa optimis dan laki yang amat sabar (sebutan untuk Nabi
pesimis. Hal ini juga menunjukkan bahwa Isma’il dalam Q.S. al-Sha>ffa>t ayat 101), dan
manusia dilahirkan dengan itrah dapat anak laki-laki yang keturunan orang
dididik dan juga mempunyai potensi tidak mukmin (Q.S. al-Kahfi ayat 80-82).
terdidik.
Berdasarkan empat istilah anak
dalam al-Qur’an tersebut dapat
15
Lihat Q.S. al-Anfal ayat 28
16
Lihat Q.S. an-Naba’ ayat 37 19
Q.S. al-Hajj ayat 20, Q.S. al-Ghafi>r ayat 67.
17
Lihat Q.S. al-Hadi>d ayat 20 20
Q.S. Maryam ayat 7, Q.S. al-Imran ayat 40
18 21
Lihat Q.S. al-Hadi>d ayat 20 Q.S. Maryam ayat 20.
Komunikasi Orang Tua dengan Anak. . . | 101

disimpulkan bawa anak memiliki makna Teknik pengumpulan data dalam


pesimistis dan optimistis. Pendidikan penelitian ini adalah teknik
adalah salah satu jalan bagaimana dokumentasi. Teknik dokumentasi adala
menghilangkan makna pesimistis pada cara mengumpulkan data dari sumber
anak dan hanya menumbuhkan makna yang berupa catatan, transkrip, buku,
optimistis dari anak. Dan orang tua surat kabar, majalah, prasasti, notulen
memiliki posisi pertama dan utama dalam rapat, dan sebagainya yang diperoleh baik
proses pendidikan bagi anak. dari sumber primer maupun sekunder.24
Data-data yang diperoleh dianalisis
dengan menggunakan analisis isi
C. METODE PENELITIAN (content analysis) yaitu teknik sistematis
yang digunakan untuk menganalisis isi
Penelitian ini merupakan penelitian pesan, mengolah pesan, atau untuk
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah Lexy mengobservasi dan menganalisis
J.Moleong yang mengutip pendapat perilaku komunikasi. 25

Bogdan Taylor bahwa penelitian


kualitatif adalah prosedur penelitian D. HASIL PENELITIAN
yang menghasilkan data deskriptif
Proses komunikasi antara orang
berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
tua dan anak yang tercermin dalam al-
orang-orang dan perilaku yang dapat
Qur’an sangat banyak. Masing-masing
diamati. 22
dari komunikasi tersebut memiliki
Terdapat beberapa jenis penelitian
bentuk, tujuan, nilai, makna dan materi
kualitatif. Jenis penelitian kualitatif yang
yang berbeda-beda. Berikut akan
digunakan di penelitian ini adalah studi
dipaparkan tentang salah satu bentuk
kepustakaan (Library research). Studi
komunikasi orang tua dan anak yang
kepustakaan adalah Studi teks penelitian
tergambar dari komunikasi antara Nabi
yang dilaksanakan dengan menggunakan
Ibrahim dan Nabi Isma’il.
literatur (kepustakaan), baik berupa buku,
catatan, maupun laporan hasil penelitian Nama Ibrahim disebut dalam al-
dari penelitian terdahulu.23 Qur’an sebanyak 69 kali pada 63 ayat dan
Sumber data dalam penelitian ini menjadi nama Surah ke 14. Sedangkan
berasal dari berbagai literatur Nabi Isma’il disebut sebanyak 12 kali
kepustakaan. Literatur kepustakaan yang pada 12 ayat. Adapun ayat-ayat yang
digunakan adalah yang memiliki kaitan memuat interaksi pendidikan Ibrahim
dengan komunikasi, pendidikan orang tua dengan Isma’il terdapat dalam peristiwa
kepada anak maupun pendidikan anak
dalam al-Qur’an.

24
Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian
Pendidikan (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009),
22
Meleong J. Lexy and Others, Metodologi Penelitian 21–22.
25
Kualitatif (Yogyakarta: Remaja Rosdakarya, 1996). Amirul Hadi and Haryono, Metodologi Penelitian
23
Ibid., 6. Pendidikan (Bandung: Pustaka Setia, 1998), 175.
102 | | Vol 2 No 1 Tahun 2017

penyembelihan pada Q.S. al-Sha>ffa>t ayat Pada ayat ini, Nabi Ibrahim memberitahu
102-107.26 Nabi Isma’il tentang mimpinya agar dapat
dipahami oleh Nabi Isma’il yang masih
a. Komunikasi Nabi Ibrahim dan Nabi kecil. Selain untuk melatih kesabaran,
Isma’il dalam Al-Qur’an dan ketangguhan, dan keteguhannya untuk
Tafsirannya patu kepada Allah dan taat kepada orang
Komunikasi yang terjadi antara tua. Menurut al-Farra’, usia Nabi Isma’il
Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il terdapat pada saat itu adalah 13 tahun. Sedangkan
dalam Q.S. al-Sha>ffa>t ayat 102-107. Ayat menurut Ibn Abbas adalah menginjak usia
tersebut secara kronologis memuat pubertas (ihtilam).28
penjelasan tentang mimpi Nabi Ibrahim Ibrahim berkata: "Hai anakku
menyembelih Nabi Isma’il. Nabi Ibrahim Sesungguhnya Aku melihat dalam mimpi
mendialogkan mimpinya dengan Nabi bahwa Aku menyembelihmu. Maka
Isma’il, pelaksanaan penyembelihan dan fikirkanlah apa pendapatmu!". Menurut
diakhiri dengan keselamatan Isma’il.27 Muqatil, mimpi Nabi Ibrahim
Berikut terjemahan dari Q.S. al- menyembelih Isma’il itu terjadi selama 3
Sha>ffa>t ayat 102, “Maka tatkala anak itu malam berturut-turut. Tentang mimpi ini,
sampai (pada umur sanggup) berusaha menurut Ka’ab Ahbar, wahyu Allah datang
bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: kepada para rasul dalam keadaan terjaga
"Hai anakku Sesungguhnya Aku melihat dan tertidur. Karena para nabi meskipun
dalam mimpi bahwa Aku menyembelihmu. tidur pada dasarnya hatinya tidak tidur.29
Maka fikirkanlah apa pendapatmu!" ia Ia menjawab: "Hai bapakku,
menjawab: "Hai bapakku, kerjakanlah apa kerjakanlah apa yang diperintahkan
yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kepadamu; insya Allah kamu akan
kamu akan mendapatiku termasuk orang- mendapatiku termasuk orang-orang yang
orang yang sabar". sabar". Menurut al-Suyuthi pasrah dan
Penafsiran kata “Maka tatkala anak patuh merupakan cerminan dari sabar
itu sampai (pada umur sanggup) berusaha tingkat tinggi.30 Menurut Qutb mimpi
bersama-sama Ibrahim”. Maksudnya untuk menyembelih Nabi Isma’il hanya
adalah ketika Nabi Isma’il tumbuh dewasa merupakan isyarat bukan merupakan
dan mau bepergian dengan Nabi Ibrahim, perintahyang sifatnya langsung dan jelas
maka Nabi Ibrahim senantiasa mengawasi (sharih). Meskipun demikian, Nabi
ke mana saja dia pergi di daerah Faran. Ibrahim menerimanya tanpa banyak
Nabi Ibrahim juga memberikan perhatian bertanya, kenapa Allah memberikan
penuh terhadap permasalahan yang
dihadapinya. Menurut riwayat Ibn ‘Abbas 28
Abi Abd Allah Muhammad bin Ahmad al-Anshari
al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Al-Ahkam Al-Qur’an, vol. 15
bahwa mimpi para Nabi termasuk wahyu. (Beirut: Dar Fikr, 1988), 99.
29
Ibid., 15:102.
30
Abd Al-Rahman bin Kamal Jalal al-Din al-Suyuthi,
26
Huda and Idris, Nalar Pendidikan Anak, 1:146–47. Al-Durr Al-Manthur I Tafsir Al-Ma’tsur, vol. 7
27
Ibid., 1:148. (Beirut: Dar Fikr, tt.), 109.
Komunikasi Orang Tua dengan Anak. . . | 103

perintah untuk menyembelih anak satu- Sesungguhnya kamu Telah membenarkan


satunya. Penerimaan Nabi Ibrahim atas mimpi itu35 Sesungguhnya Demikianlah
perintah Allah ini dengan penuh kerelaan kami memberi balasan kepada orang-
sepenuh hati. 31 orang yang berbuat baik. Tafsiran dari
Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim,
Terjemahan selanjutnya, Q.S. al- al-
Sesungguhnya kamu Telah membenarkan
Sha>ffa>t ayat 103 yang artinya “Tatkala
mimpi itu, yakni dengan melaksanakan
keduanya Telah berserah diri dan Ibrahim apa yang diperintahkan Allah, Dia tidak
membaringkan anaknya atas pelipis(nya), menghendaki kecuali kepasrahan dan
(nyatalah kesabaran keduanya ).” kepatuhan.36 Sedangkan tafsiran dari
“Tatkala keduanya Telah berserah Sesungguhnya Demikianlah kami memberi
diri” maknanya Nabi Ibrahim dan Nabi balasan kepada orang-orang yang berbuat
Isma’il telah menyerahkan diri kepada baik adalah Allah membalas mereka yang
Allah, dan keduanya sepakat untuk melakukan kebenaran dengan sepenuh
melaksanakan perintah Allah.32 hati. Mereka diangkat derajadnya, karena
Keduanya percaya diri, taat, ridha dan ketangguhan dan kesabarannya
pasrah terhadap perintah. Hal ini bukan menghadapi cobaan.37
berarti semangat dan keberanian belaka Terjemahan ayat selanjutnya Q.S.
bagaikan perjuangan ke medan perang al-Sha>ffa>t ayat 106, Sesungguhnya Ini
yang mungkin hidup ataupun bahkan
benar-benar suatu ujian yang nyata.
mati. Akan tetapi, itu semua merupakan
Maksudnya ujian (bala’) yang tidak
wujud kepasrahan murni dari kesadaran disenangi (makruh) yaitu harus
hati yang tulus dengan penuh tenang dan
menyembelih anaknya. 38
ridha dengan merasakan nikmatnya
ketaatan.33 Terjemahan terakhir ayat tentang
komuniasi, Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il.
Dan Ibrahim membaringkan Terjemahan Q.S. al-Sha>ffa>t ayat 107, Dan
anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah
kami tebus anak itu dengan seekor
kesabaran keduanya ). Menurut Mujahid,
sembelihan yang besar.39 Maknanya ketika
Isma’il (ketika akan disembelih) dalam
Nabi Ibrahim telah yakin untuk
keadaan sujud.34 melaksanakan perintah wajib
Terjemahan selanjutnya, Q.S. al- al-
35
yang dimaksud dengan membenarkan mimpi ialah
Sha>ffa>t ayat 104 dan 105 yang artinya 104. mempercayai bahwa mimpi itu benar dari Allah s.w.t.
Dan kami panggillah dia: "Hai Ibrahim, dan wajib melaksana- kannya
36
Qutb, Fi Dhilal Al-Qur’an, 65.
37
Ibid.
31 38
Ibnu Kathir al-Dimashqi, Tafsiir Al-Qur’an Al-Azim al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Al-Ahkam Al-Qur’an,
(Beirut: Dar al-Kutub al-Ilmiyyah., n.d.), 15. 15:107.
32 39
al-Suyuthi, Al-Durr Al-Manthur I Tafsir Al-Ma’tsur, Sesudah nyata kesabaran dan ketaatan Ibrahim dan
7:111. Ismail a.s. Maka Allah melarang menyembelih Ismail
33
Sayyid Qutb, Fi Dhilal Al-Qur’an (Turath: Dar dan untuk meneruskan korban, Allah menggantinya
Ihya’, tt.), 64. dengan seekor sembelihan (kambing). peristiwa Ini
34
al-Suyuthi, Al-Durr Al-Manthur I Tafsir Al-Ma’tsur, menjadi dasar disyariatkannya qurban yang dilakukan
7:111. pada hari raya haji.
104 | | Vol 2 No 1 Tahun 2017

meneymbelih Isma’il, dan dalam keadaan Pendidikan Ibrahim terhadap


siap menyembelih, maka sebelum pisau Ismail bertujuan untuk memanusiakan
dihujamkan ke leher Isma’il, Allah manusia agar patuh kepada Allah.
menggantinya dengan kibas.40 Pendidikan humanis ini berisi nilai-nilai
keutamaan atau kebajikan yang dapat
b. Bentuk dan Nilai-Nilai Komunikasi
mengangkat kemuliaan manusia. Dalam
Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il
konteks humanisasi, Nabi Ibrahim
Berdasarkan Q.S. al-Sha>ffa>t ayat mengajarkan kepada Nabi Isma’il
102-107 dapat disimpulkan bahwa bagaiman membangun harkat dan
komunikasi yang tampak dari kisah Nabi martabat manusia di sisi Allah. Tujuan ini
Ibrahim dan Nabi Isma’il adalah model direalisasikan dengan membangun citra
komukasi interaksional. Karena manusia yang taat kepada nilai-nilai
komunikasi yang dilakukan tidak sepihak. kemanusiaan yang diperintahkan oleh
Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il saling aktif, Allah.42
reflektif dalam memaknai dan
Berdasarkan komunikasi Nabi
menafsirkan pesan dalam mimpi Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il dalam Q.S. al-
Ibrahim. Sha>ffa>t ayat 102-107 dapat kita lihat pula
Selain interaksional, komunikasi bahwa Nabi Ibrahim adalah sosok yang
yang dilakukan Nabi Ibrahim dan Nabi demokratis. Untuk tugas berat mengenai
Isma’il juga dialogis. Nabi Ibrahim wahyu Allah melalui mimpi43 untuk
memberitahu Nabi Isma’il tentang menyembelih Isma’il, Nabi Ibrahim
mimpinya agar dapat dipahami oleh Nabi berusaha memahami kejiwaan Isma’il
Isma’il. tentang bagaimana kesanggupannya
menjalankan perintah Allah.
Komunikasi dialogis dapat Demrokatisasi Nabi Ibrahim dalam
membuka jalur informasi antara orang tua mendidik Isma’il merupakan kearifan
dan anak. Orang tua dapat mengetahui orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
kemampuan anak melalui dialog. Dengan
dialog, akan ditemukan persamaan visi Sikap demokratis yang ditunjukkan
dan misi pendidikan yang akan dilakukan. Nabi Ibrahim berujung kepatuhan dari
Komunikasi dialogis membangun interaksi Isma’il. Kebebasan memilih yang
antara orang tua dan anak menjadi ditawarkan Nabi Ibrahim membuat Nabi
harmonis. Menurut Ibn Katsir, cara dialog Isma’il justru dengan bangga dan patuh
juga untuk melatih berargumentasi, mempersilahkan Nabi Ibrahim
kesabaran, ketangguhan, dan keteguhan melaksanakan perintah tersebut.
untuk patuh kepada Allah dan taat pada
orang tua.41 42
43
Huda and Idris, Nalar Pendidikan Anak, 1:153.
Mimpi Nabi Ibrahim menyembelih Nabi Isma’il
terjadi selama tiga malam berturut-turut. Memang
demikian wahyu Allah datang kepada para rasul dalam
40
al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Al-Ahkam Al-Qur’an, keadaan tidur, bahkan dalam keadaan terjaga. Para
15:105. nabi meskipun tidur pada dasarnya hatinya tidak tidur.
41
al-Dimashqi, Tafsiir Al-Qur’an Al-Azim, 15. al-Qurthubi, Al-Jami’ Li Al-Ahkam Al-Qur’an, 15:102.
Komunikasi Orang Tua dengan Anak. . . | 105

Terdapat dua materi pendidikan Pendidikan Ibrahim terhadap Ismail


dalam komunikasi antara Nabi Ibrahim bertujuan untuk memanusiakan manusia
dan Nabi Isma’il, yaitu aspek keimanan agar patuh kepada Allah.
dan emosional. Pada aspek keimanan
Nabi Ibrahim adalah sosok yang
secara implisit merupakan uji kepatuhan
demokratis. Nabi Ibrahim berusaha
terhadap konsep keimanan yang telah
memahami kejiwaan Isma’il tentang
diberikan oleh Nabi Ibrahim, yang
bagaimana kesanggupannya menjalankan
merupakan perintah Allah, meskipun
perintah Allah. Nabi Ibrahim dalam
nyawa menjadi taruhannya. Pada aspek
mendidik Isma’il merupakan kearifan
emosional ditunjukkan ketegaran dan
orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
kesabaran dalam menerima perintah
Terdapat dua materi pendidikan
tersebut. Dan perintah Allah tersebut
dalam komunikasi antara Nabi Ibrahim
berujung sikap Nabi Isma’il yang
dan Nabi Isma’il, yaitu aspek keimanan
menunjukkan dedikasi tinggi dengan
dan emosional.
loyalitas kesiapan emosionalnya, sehingga
lulus dari kematian.44 F. DAFTAR PUSTAKA
E. KESIMPULAN
Al-Qur’an Dan Terjemahnya. Jakarta:
Komunikasi antara Nabi Ibrahim Departemen Agama RI, n.d.
dengan Nabi Isma’il terdapar pada Q.S. al- Daradjat, Zakiah. Ilmu Pendidikan Islam.
Sha>ffa>t ayat 102 – 107. Berdasarkan ayat Jakarta: Bumi Aksara, 1996.
tersebut dapat ditarik kesimpulan Dimashqi, Ibnu Kathir al-. Tafsiir Al-Qur’an
bahwasannya komunikasi yang dilakukan Al-Azim. Beirut: Dar al-Kutub al-
Nabi Ibrahim dengan Nabi Isma’il adalah Ilmiyyah., n.d.
komunikasi interaksional-dialogis- Djamarah, Syaiful Bahri. Pola Komunikasi
humanis. Dikatakan interaksional karena Orang Tua & Anak Dalam Keluarga
komunikasi yang dilakukan tidak sepihak. Sebuah Perspektif Pendidikan Islam.
Nabi Ibrahim dan Nabi Isma’il saling aktif, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004.
reflektif dalam memaknai dan Effendy, Onong Uchjana. Dinamika
menafsirkan pesan dalam mimpi Nabi Komunikasi. Vol. 4. Bandung:
Ibrahim. Dialogis karena komunikasi Remaja Rosdakarya, 2000.
tersebut dapat membuka jalur informasi Hadi, Amirul, and Haryono. Metodologi
antara Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Penelitian Pendidikan. Bandung:
Komunikasi dialogis juga membantu untuk Pustaka Setia, 1998.
melatih berargumentasi, kesabaran, Huda, Miftahul, and Muhammad Idris.
ketangguhan, dan keteguhan untuk patuh Nalar Pendidikan Anak. Vol. 1.
kepada Allah dan taat pada orang tua, Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008.
seperti yang terjadi pada komunikasi Nabi Meleong J. Lexy, and Others. Metodologi
Ibrahim dan Nabi Ismail. Humanis karena Penelitian Kualitatif. Yogyakarta:
Remaja Rosdakarya, 1996.
44
Huda and Idris, Nalar Pendidikan Anak, 1:153.
106 | | Vol 2 No 1 Tahun 2017

Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu


Pengantar. Vol. 2. Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2000.
Qurthubi, Abi Abd Allah Muhammad bin
Ahmad al-Anshari al-. Al-Jami’ Li Al-
Ahkam Al-Qur’an. Vol. 15. Beirut:
Dar Fikr, 1988.
Qutb, Sayyid. Fi Dhilal Al-Qur’an. Turath:
Dar Ihya’, tt.
Rakhmat, Jalaluddin. Psikologi Komunikasi.
Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001.
Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode
Penelitian Pendidikan. Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2009.
Suyuthi, Abd Al-Rahman bin Kamal Jalal al-
Din al-. Al-Durr Al-Manthur I Tafsir
Al-Ma’tsur. Vol. 7. Beirut: Dar Fikr,
tt.

Anda mungkin juga menyukai