Anda di halaman 1dari 6

MAKARA, KESEHATAN, VOL. 13, NO.

1, JUNI 2009: 9-14

DUKUN BAYI DALAM PERSALINAN OLEH MASYARAKAT INDONESIA


Rina Anggorodi

Departemen Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku, Fakultas Kesehatan Masyarakat,


Universitas Indonesia, Depok 16424, Indonesia

E-mail: rinaanggorodi@hotmail.com

Abstrak
Salah satu kasus kesehatan yang masih banyak terjadi di Indonesia adalah persalinan dengan pertolongan oleh dukun
bayi. Kenyataannya, hampir semua masyarakat Indonesia baik itu yang tinggal di perdesaan maupun perkotaan lebih
senang ditolong oleh dukun. Hal tersebut disebabkan oleh tradisi dan adat istiadat setempat. Tujuan penelitian ini adalah
menemukan cara/strategi untuk membangun cohesive network di antara para pemuka setempat, masyarakat, dukun dan
bidan dalam melaksanakan pelayanan kesehatan maternal dan perinatal secara bersama-sama. Penelitian ini
menggunakan metode kualitatif. Teknik yang digunakan adalah wawancara mendalam. Informan yang dipilih adalah
dukun bayi, bidan, ibu yang melahirkan dengan pertolongan dukun bayi dan ibu yang melahirkan dengan pertolongan
bidan. Penelitian dilakukan di desa Tobimiita, desa Inalobu, dan desa Lapulu, Kabupaten Kendari (Sulawesi Tenggara),
di desa Bode Sari, desa Karangasem dan desa Gombong Kabupaten Cirebon (Jawa Barat). Usaha-usaha peningkatan
pelayanan kesehatan seperti yang tercermin dalam program dukun latih ini memang bukan bertujuan untuk
menghilangkan peranan yang dimainkan oleh sistem perawatan kesehatan yang lama dan menggantinya dengan sistem
perawatan kesehatan yang baru. Pendidikan yang diberikan dalam program dukun latih ini justru terwujud sebagai
pengakuan untuk menyelenggarakan (enforcement) pelayanan kesehatan kepada lembaga dukun bayi. Lebih dari itu,
dengan pendidikan yang diberikan, dukun bayi dianggap mampu menggantikan kehadiran fasilitas kesehatan yang baru
yang dianggap dapat meningkatkan taraf kesehatan penduduk. Kemitraan merupakan salah satu solusi untuk
menurunkan masalah kematian ibu dan bayi yang terutama akan menguntungkan daerah-daerah terpencil dimana akses
terhadap pelayanan kesehatan sangat terbatas.

Abstract
Baby Soothsayers are Still in Birthing Process by Indonesian Community. One of health case which still many
happened in Indonesia, born children with helped by baby soothsayer. In reality, most all Indonesia publics either that is
who live in rural and also more even a urban love to be helped by soothsayer. The thing because of local tradition and
mores. Purpose of research. Finds strategic to build cohesive network between the prominent as of themes, public,
soothsayer and midwife in executing health service of maternal and perinatal joinly. Research method. Applies
qualitative method. Technique done is in-depth interview. Informan is baby soothsayer, nurse and delivering birth
mother helped by delivering birth baby soothsayer and mother helped by midwife. Research is done in Kabupaten
Kendari (South-east Sulawesi), countryside Tobimiita and countryside Inalobu and countryside Lapulu; Sub-Province
Cirebon (West Java), countryside Bode Sari and countryside Karangasem and countryside Gombong. Analysis. Effort
for improvement of service of health of like the one mirror in soothsayer program to train that of course not aim to
eliminate role played by system treatment of old health and changes it with system treatment of new health. Education
given in soothsayer program to train that is justri realized as confession to carry out (enforcement) health service to
baby soothsayer institute. Moreover, with education given, baby soothsayer is assumed can replace presence of new
health facility assumed able to increase public health level. Conclusion. Partnership is one of solution for this problem
most off all will develop cloistered areas where access every very limited health service.

Keywords: baby soothsayer

1. Pendahuluan terkenal negeri ini memberitakan bahwa hampir


sebagian besar persalinan di Kabupaten Tangerang
Salah satu kasus kesehatan yang masih banyak terjadi di ditolong oleh dukun bayi. Kenyataannya, hampir semua
Indonesia, adalah persalinan yang ditolong oleh dukun masyarakat Indonesia baik yang tinggal di perdesaan
bayi. Beberapa waktu lalu salah satu stasiun TV maupun perkotaan sekalipun lebih senang ditolong oleh

9
10 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 13, NO. 1, JUNI 2009: 9-14

dukun. Hal tersebut disebabkan oleh tradisi dan adat karena ‘panggilan’ atau melalui mimpi-mimpi, dengan
istiadat setempat. tujuan untuk menolong sesama, 4) di samping menjadi
dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang
Masalah kesehatan bagi penduduk di kota maupun di tetap. Misalnya petani, atau buruh kecil sehingga dapat
perdesaan Indonesia masih saja merupakan masalah dikatakan bahwa pekerjaan dukun hanyalah pekerjaan
yang pelik. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya sambilan, 5) ongkos yang harus dibayar tidak
program kesehatan yang diterapkan dan terus ditentukan, tetapi menurut kemampuan dari masing-
dikembangkan belum berjalan dengan baik, baik itu masing orang yang ditolong sehingga besar kecil uang
program kesehatan baru maupun program kesehatan yang diterima tidak sama setiap waktunya, 6) umumnya
hasil modifikasi program lama. Banyak pelayanan dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan
kesehatan yang belum memadai. Indikator yang penting tokoh yang berpengaruh, misalnya kedudukan dukun
adalah kematian ibu dan bayi yang masih tinggi. bayi dalam masyarakat.

Tak dapat disangkal lagi, ilmu kedokteran modern telah Selain ciri-ciri dukun, terdapat juga bermacam-macam
berkembang pesat sehingga meninggalkan konsep lama dukun sesuai dengan keahliannya masing-masing, yaitu:
yang dibatasi oleh penggunaan teknis medis modern 1) dukun pijat yang bekerja untuk menyembuhkan
dalam melawan penyakit. Upaya bidang kesehatan penyakit yang disebabkan karena kurang berfungsinya
masyarakat seperti peningkatan taraf kesehatan urat-urat dan aliran darah (salah urat), sehingga orang
perorangan, pendidikan kesehatan, pencegahan dan yang merasa kurang sehat atau sakipun perlu diurut
pemberantasan penyakit menular, dan keluarga supaya sembuh, 2) dukun sangkal putung/dukun patah
berencana harus juga memperhitungkan pengetahuan- tulang, misalnya akibat jatuh dari pohon, tergelincir atau
pengetahuan lain mengenai kebiasaan, adat istiadat, dan kecelakaan, 3) dukun petungan, yaitu dukun yang
tingkat pengetahuan traditional medicine masyarakat dimintai nasihat tentang waktu yang sebaiknya dipilih
setempat. Seringkali, program kesehatan menemui melakukan sesuatu usaha yang penting seperti saat
kegagalan karena dicoba untuk dijalankan hanya mulai menanam padi, mulai panen, atau mengawinkan
semata-mata dengan berpedoman kepada pertimbangan anak. Nasihat yang diberikan berupa perhitungan hari
teknis medis yang ’kaku’. Salah satu program yang mana yang baik, dan mana yang tidak baik menurut
belum mencapai sasaran sebagaimana yang diharapkan, numerologi Jawa, 4) dukun-dukun yang pandai
adalah pertolongan persalinan. Hampir di seluruh mengobati orang-orang yang digigit ular berbisa, 5)
Indonesia masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun bayi, yaitu mereka yang memberi pertolongan
dukun bayi. pada waktu kelahiran atau dalam hal-hal yang
berhubungan dengan pertolongan persalinan, 6) dukun
Baik di desa maupun di perkotaan, dukun termasuk tipe perewangan, yaitu dukun yang dianggap mempunyai
pemimpin informal karena pada umumnya mereka kepandaian magis sehingga dapat memberi pengobatan
memiliki kekuasaan dan wewenang yang disegani oleh ataupun nasehat dengan menghubungi alam gaib
masyarakat sekelilingnya. Wewenang yang dimilikinya (mahluk-mahluk halus), atau mereka yang melakukan
terutama adalah wewenang harismatis. Secara teoretis, white magic dan black magic untuk maksud baik dan
wewenang dapat dibedakan atas wewenang tradisional, maksud jahat.
wewenang rasionil dan wewenang karismatis. Dukun
dianggap sebagai orang yang memiliki kekuasaan Tulisan ini membahas salah satu jenis dukun yang
karismatis 1, yaitu kemampuan atau wibawa yang terpenting adalah dukun bayi. Tulisan ini merupakan
khusus terdapat dalam dirinya. Wibawa tadi dimiliki contoh pendekatan antropologi medis. Mengapakah
tanpa dipelajari, tetapi ada dengan sendirinya dan kebanyakan masyarakat di desa sulit untuk berobat ke
merupakan anugerah dari Tuhan. klinik atau puskesmas? Sejak dulu kala sampai saat ini,
masyarakat lebih senang pergi ke dukun. Apakah
Menurut Kusnada Adimihardja, dukun bayi adalah penyebabnya? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini
seorang wanita atau pria yang menolong persalinan 2. membutuhkan kerjasama antar disiplin ilmu, yaitu
Kemampuan ini diperoleh secara turun menurun dari antara ilmu kedokteran dengan ilmu antropologi dan
ibu kepada anak atau dari keluarga dekat lainnya. Cara ilmu kesehatan masyarakat. Pendekatan secara
mendapatkan keterampilan ini adalah melalui magang multidisiplin dalam memecahkan berbagai persoalan
dari pengalaman sendiri atau saat membantu yang sering meliputi masalah yang multi-kompleks
melahirkan. dewasa ini acapkali membuktikan jauh lebih berhasil
daripada pendekatan satu disiplin ilmu.
Suparlan 2, mengatakan bahwa dukun mempunyai ciri-
ciri, yaitu: 1) pada umumnya terdiri dari orang biasa, 2) Angka kematian ibu bersalin dan bayi masih cukup
pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, tinggi di Indonesia 1. Untuk mengatasinya, bila hanya
umumnya buta huruf, 3) pekerjaan sebagai dukun mengharapkan ditambahnya tenaga-tenaga terdidik
umumnya bukan untuk tujuan mencari uang tetapi seperti bidan, pembantu bidan, dan fasilitas-fasilitas
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 13, NO. 1, JUNI 2009: 9-14 11

ruangan persalinan, pemecahannya masih akan terasa perintah Indonesia. Usaha-usaha tersebut secara garis
sulit dan memakan waktu yang lama, dan membutuhkan besar dapat dikelompokkan dalam 2 kategori, yaitu:
pembiayaan cukup besar. Akan lebih praktis dan (1) Usaha mengintrodusir sistem medik, yaitu:
menguntungkan dalam jangka pendek untuk mendidik a) program pengenalan sistem perawatan kesehatan
dan memanfaatkan tenaga dukun bayi yang telah ada dengan dokter, bidan, mantri kesehatan, perawat
yang sangat besar sekali arti dan peranannya dalam atau tenaga paramedik lain yang masing-masing
pertolongan persalinan. bersumber dari sistem medik modern atau
tradisional,
Selain itu, dari beberapa penelitian dukun bayi yang b) program pengenalan obat-obatan farmakologi,
telah dilakukan ternyata peranan dukun bayi tidak hanya c) program pembangunan puskesmas dan klinik-
terbatas pada pertolongan persalinan saja tetapi juga klinik pelayanan kesehatan,
meliputi berbagai segi lainnya, seperti mencucikan baju d) program pengobatan masal dan keliling
setelah ibu melahirkan, memandikan bayi selama tali kampung,
pusar belum puput (lepas), memijit ibu setelah e) program dokter/bidan masuk desa.
melahirkan, memandikan ibu, mencuci rambut ibu (2) Meningkatkan kemampuan lembaga-lembaga
setelah 40 hari melahirkan, melakukan upacara sedekah kesehatan yang dimiliki oleh masyarakat yang
kepada alam supra-alamiah, dan dapat memberikan bersangkutan, yaitu program pengembangan potensi
ketenangan pada pasiennya karena segala tindakan- yang ada dalam dan bersumber dari pranata
tindakannya dihubungkan dengan alam supra-alamiah kesehatan masyarakat sendiri, adalah program
yang menurut kepercayaan orang akan mempengaruhi melatih dukun bayi.
kehidupan manusia 3. Dukun bayi kebanyakan
merupakan orang yang cukup dikenal di desa, dianggap Tujuan Penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk
sebagai orang-orang tua yang dapat dipercayai dan menemukan cara atau strategi untuk membangun
sangat besar pengaruhnya pada keluarga yang mereka cohesive network (adanya kerjasama) di antara para
tolong. pemuka setempat, masyarakat, dukun, dan bidan dalam
melaksanakan pelayanan kesehatan maternal dan
Dengan syarat-syarat dari ilmu kedokteran moderen perinatal secara bersama-sama.
untuk kehidupan manusia yang sehat dan sejahtera, ahli
antropologi medis dan ilmu-ilmu sosial dapat 2. Metode Penelitian
menganalisa unsur-unsur kebiasaan yang ada pada
sistem kedukunan. Kemudian, dapat ditentukan arti dan Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Teknik
fungsi dari unsur-unsur kedukunan yang bertentangan yang dilakukan adalah wawancara mendalam. Informan
dengan ilmu kedokteran agar dapat dibuat suatu yang dipilih adalah dukun bayi yang telah melakukan
kebijaksanaan untuk merubah sosial budaya dalam dan belum melakukan kemitraan, bidan yang melakukan
bidang kesehatan dengan menghargai sistem kedukunan dan belum melakukan kemitraan, ibu yang melahirkan
dan ilmu kedokteran. ditolong oleh dukun bayi dan ibu yang melahirkan oleh
bidan, pemegang keputusan di tingkat nasional, kepala
Menurut Wikelman 4, tiga unsur pokok dalam metode bidang kesehatan keluarga di tingkat kabupaten, kepala
antropologi medis, ilmu kedokteran dan sistem
kedukunan adalah: 1) unsur-unsur sosial, yaitu puskesmas dan bidan koordinator.
hubungan antara petugas kesehatan, dukun dan
masyarakat, 2) ide dan konsep mengenai kehidupan dan Lokasi Penelitian. Penelitian dilaksanakan di enam
kematian, alam dan alam gaib yang dianut oleh dukun desa di Kabupaten Kendari (Sulawesi Tenggara). Desa
dan masyarakat serta kepercayaan tentang sebab-sebab Tobimiita dan desa Inalobu dukun bayi sudah bermitra
penyakit dan kematian pada bayi dan ibu yang baru dengan bidan sedangkan desa Lapulu di Kabupaten
melahirkan, 3) praktik pengobatan yang dilakukan oleh Kendari dipilih untuk mewawancarai dukun bayi belum
dokter, bidan dan perawat. bermitra dengan bidan. Desa Bode Sari, desa
Karangasem Kabupaten Cirebon (Jawa Barat) dukun
Pemerintah tampaknya belum mampu mengatasi belum bermitra dengan bidan dan desa Gombong di
masalah persalinan yang masih ditolong oleh dukun Kabupaten Cirebon dipilih untuk mewawancarai dukun
bayi dalam waktu singkat. Bahkan, untuk memberikan sudah bermitra dengan bidan. Penelitian dilakukan pada
perhatian yang proporsional saja masih merupakan bulan April 2007.
masalah tersendiri. Seperti yang diutarakan oleh
Soedarno 5, usaha-usaha penanggulangan masalah 3. Hasil dan Pembahasan
kesehatan di Indonesia masih sangat berorientasi pada
pelayanan di kota dan rumah sakit. Untuk mengatasi Kabupaten Kendari. Masyarakat mengenal adanya
masalah yang ada, berbagai cara telah ditempuh oleh dukun bayi perempuan dan dukun bayi laki-laki.
Berdasarkan hasil penelitian, ternyata masyarakat lebih
12 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 13, NO. 1, JUNI 2009: 9-14

senang ditolong oleh dukun bayi laki-laki. Salah satunya Kabupaten Cirebon. Hal yang sama juga terjadi di
disampaikan oleh Ibu Sifa pada saat persalinan: Kabupaten Cirebon. Seorang ibu yang tidak mau
’waktu mau melahirkan, ibu saya menganjurkan ditolong persalinannnya oleh bidan, mengatakan:
melahirkan di pak dukun saja, karena sudah ’Bidan desa itu barudak keueneh, belum pernah
berpengalaman. saya melahirkannya susah, suami melahirkan masa mau nolong persalinan. Kita mah
sudah memanggil bu bidan untuk menolong lebih percaya ama mak dukun’ (ibu Maimun).
kelahiran saya. Bu bidan datang bayi tetap tidak
mau keluar. Oleh bidan saya mau di bawa ke rumah Lain halnya dengan yang dikatakan oleh seorang ibu
sakit. Tetapi mertua saya melarang, coba aja saat persalinannya ditolong oleh bidan:
dipanggil pak dukun. Suami memanggil pak dukun, ’kalau ditolong oleh dukun bayi, biayayanya lebih
pak dukun baru sampai depan pintu rumah, bayi besar, karena dukun selain diberi uang juga harus
sudah keluar dengan selamat’ (ibu Sifa). diberi beras, ayam dan makanan setiap kali bu
dukun datang’ (ibu Asri).
Namun ada juga ibu bersalin yang lebih senang ditolong
oleh bidan: Seorang bidan yang tidak mau bermitra dengan dukun
’walaupun keluarga menganjurkan melahirkan di mengatakan:
dukun, tetapi karena saat memeriksakan kandungan ’terus terang saya tidak mau bekerja dengan dukun
selalu ke bidan, maka saya melahirkannya di bidan, bayi. Sampai saya bilang sama pasien, kalau
tetapi dukun bayi juga ada tetapi hanya memijat panggil dukun bayi bayar berapa. Saya bilang saya
saja dan membacakan doa-doa. Jika melahirkan juga segitu, nanti saya cucikan bajunya, diurut,
dengan bidan lebih tenang kalau terjadi apa-apa dimandikan, digeong (diayun-ayun bayinya sambil
bisa langsung dibawa ke RS, tetapi lebih tenang lagi dinyanyikan), pokoknya apa yang dilakukan oleh
jika ada dukun karena ada yang mendoakan’(ibu dukun sayapun dapat melakukannya, sampai
Ramlah). mendem ari-ari juga saya bisa, yah pokoknya was
wis lah seperti yang dilakukan oleh dukun. Soalnya
Kenyataan bahwa masyarakat lebih senang ditolong kalau ada lahiran pas saya ada di desa, dukun bayi
bapak dukun (dukun laki-laki untuk menolong atau masyarakat tidak panggil saya, saya sakit hati’
persalinan) atau dukun bayi, diperkuat pula bidan-bidan (bidan atikah).
yang bertugas di daerah tsb. Para bidan mengatakan:
’jika akan menolong persalinan, masyarakat selalu Pengertian Kemitraan. Kemitraan adalah suatu bentuk
memanggil bapak atau ibu dukun untuk membantu kerjasama antara bidan dengan dukun dimana setiap kali
kelahiran. Hal tersebut disebabkan masalah tradisi, ada pasien yang hendak bersalin, dukun akan
para dukun bayi jika akan menolong persalinan memanggil bidan. Pada saat pertolongan persalinan
selalu melakukan ’pembacaan mantera yang istilah tersebut ada pembagian peran antara bidan dengan
setempat ditiup-tiup saat menolong persalinan, agar dukunnya. Sebenarnya, selain pada saat persalinan ada
berjalan lancar’ (bidan Salmiah). juga pembagian peran yang dilakukan pada saat
kehamilan dan masa nifas, tetapi memang yang lebih
Seorang bidan yang telah bermitra dengan dukun banyak diutarakan adalah kerjasama pada saat
mengatakan: persalinan. Istilah kemitraan dalam bahasa Tolaki, salah
’bermitra artinya adanya kerjasama antara bidan satu bahasa daerah di Kendari, adalah meronga-ronga.
dan dukun bayi dalam menolong persalinan. Sedangkan di Kabupaten Cirebon kemitraan dikenal
Kerjasamanya saat persalinan, bagian dukun bayi dengan istilah paguyuban.
adalah bagian atas badan ibu yang bersalin, dukun
hanya mengurut dan memijat-mijat si ibu dan Sebenarnya, kemitraan di Kendari telah berjalan di
bagian bidan adalah bagian bawah badan ibu hampir semua wilayah. Apalagi dukun dan bidan sudah
bersalin artinya yang menolong persalinan. mendapatkan intervensi dari Departemen Kesehatan
Bermitra itu artinya meronga-ronga. Dengan melalui program Healthy Mother Healthy Baby
menjalin kerjasama dengan dukun bayi, pekerjaan (HMHB). Intervensi tersebut merupakan program yang
terbantu dan lebih ringan. Selain itu dukun telah dicanangkan oleh Departemen Kesehatan dengan
membantu mensupport si ibu untuk mengejan dan menggalang kemitraan bidan dan dukun bayi melalui
memijit. Apalagi dukun bayi umumnya adalah pelatihan-pelatihan. Di Cirebon, kemitraan bidan dan
mereka yang sudah sangat dekat dengan dukun sudah dimulai sejak tahun 1998 bersamaan
masyarakat. Jadi dukun bayi biasanya lebih tahu dengan dicanangkannya GSI (Gerakan Sayang Ibu).
terlebih dahulu jika ada pasien yang hamil’ (bidan
Hasriati). Alasan Mau Bermitra. Para bidan di Kabupaten
Kendari dan Kabupaten Cirebon, mengatakan bahwa
dengan menjalin kerjasama dengan dukun membuat
mereka merasa pekerjaannya terbantu atau lebih ringan.
MAKARA, KESEHATAN, VOL. 13, NO. 1, JUNI 2009: 9-14 13

Apalagi para dukun umumnya adalah mereka yang Tetapi, harus dipikirkan dan dipersiapkan cara-cara
sudah sangat dekat dengan masyarakat, sehingga kursus yang baik agar berhasil dan dapat mengenai
mereka biasanya lebih dahulu tahu jika ada yang hamil. sasarannya. Pengalaman terdahulu, menunjukkan bahwa
Selain itu, kadang-kadang masyarakat juga memang seringkali setelah kursus berakhir tidak banyak
masih membutuhkan kehadiran dukun untuk membantu perubahan yang terjadi pada dukun bayi seperti yang
mereka terutama setelah persalinan selesai untuk diharapkan. Kursus dukun bayi memang ada
membantu membersihkan rumah, memandikan bayinya manfaatnya, tetapi tidak semua dukun bayi yang ikut
serta membaca mantra-mantra. kursus akan mematuhi aturan yang diajarkan dalam
kursus dukun bayi tersebut. Lebih buruk, seringkali
Alasan Tidak Mau Bermitra. dukun yang tidak kursus itu sendiri kurang mendapat tanggapan dari
bermitra menganggap istilah tersebut sebagai bentuk dukun bayi. Walaupun demikian, pengalihan
kerja yang tidak mutlak, bergantung pada pengetahuan tidaklah sama dengan pengalihan manusia
kebutuhannya. Artinya, bagi si dukun kalau memang maupun keterampilan.
kasusnya masih bisa ditangani sendiri mereka tidak
akan minta bantuan tenaga kesehatan. Umumnya Bagaimanapun juga, pengetahuan dan alih teknologi
masyarakat lebih senang memanggil dukun terutama membutuhkan waktu sebelum pengetahuan dan
pada saat malam hari. teknologi tersebut benar-benar jadi milik masyarakat
yang bersangkutan. Sebagaimana yang dikemukan oleh
Peran Bidan dan Dukun yang bermitra dan tidak Michael Winkelman 5, ada tiga faktor penghalang dalam
bermitra. Peranannya lebih ditekankan kepada pelaksanaan atau penerapan program yang disebut the
persalinan dan masa nifas. Pada saat persalinan, peran three delays yaitu: 1) rintangan budaya (cultural
bidan porsinya lebih besar dibandingkan dengan peran barrier), 2) rintangan sosial (social barrier), dan
dukun. Selain menolong persalinan, bidan pun dapat 3) rintangan psikologis (Psychological barrier).
memberikan suntikan kepada pasien yang
membutuhkannya atau dapat dengan segera merujuk ke Ketiga hal tersebut yang perlu dicermati dalam
rumah sakit jika ada persalinan yang gawat atau sulit. penyusunan program pelatihan agar pengetahuan dan
Peran dukun hanya sebatas membantu bidan seperti teknologi yang dilatihkan menjadi milik masyarakat
mengelus-elus tubuh pasien, memberikan minum bila setempat.
pasien membutuhkan dan yang terutama adalah
memberikan kekuatan batin kepada pasien. Kehadiran Bidan Desa Kurang Proaktif. Departemen Kesehatan
dukun bayi sangatlah penting karena pasien (Depkes) dengan program Pendidikan Bidan Desa
beranggapan bahwa bila saat melahirkan ditunggui oleh merupakan suatu upaya untuk menurunkan AKI (Angka
dukun, maka persalinan akan berjalan lancar. Kematian Ibu). Program Pendidikan Bidan Desa
menjadi program unggulan Depkes yang dilakukan
Usaha-usaha peningkatan pelayanan kesehatan seperti dengan memberikan pendidikan tambahan satu tahun
yang tercermin dalam program dukun latih itu memang sesudah pendidikan SPK (Sekolah Pendidikan
bukan bertujuan untuk menghilangkan peranan yang Kebidanan) bagi calon didiknya. Program ini tidak luput
dimainkan oleh sistem perawatan kesehatan yang lama dari kesulitan karena beberapa alasan: 1) calon bidan
dan menggantinya dengan sistem perawatan kesehatan desa usianya terlalu muda, kebanyakan belum menikah,
yang baru. Pendidikan yang diberikan dalam program 2) program satu tahun tidak cukup untuk bisa
dukun latih itu justru terwujud sebagai pengakuan untuk menangani persalinan sendiri, tidak jarang dalam waktu
menyelenggarakan (enforcement) pelayanan kesehatan pendidikan calon bidan desa hanya mengalami satu kali
kepada lembaga dukun bayi, khususnya penyelenggaraan persalinan sendiri atau bersama kelompok, 3) banyak
proses pertolongan persalinan bagi masyarakat yang bidan desa merangkap menjadi mahasiwa perguruan
tinggal di daerah-daerah dimana fasilitas pelayanan tinggi pada sore harinya di tempat lain. Otomatis
kesehatan baru sangat terbatas. Lebih dari itu, dengan mereka tidak siap menolong persalinan pada sore dan
pendidikan yang diberikan, dukun bayi dianggap malam hari, 4) pendidikan di kota memberikan dampak
mampu mengantikan kehadiran fasilitas kesehatan yang bahwa bidan desa lebih menyenangi kehidupan di kota
baru yang diharapkan dapat meningkatkan taraf daripada di tempat terpencil di desa.
kesehatan penduduk.
Keadaan ini menyebabkan hubungan yang kurang sehat
Pendidikan/kursus dukun bayi juga dimaksudkan untuk antara masyarakat, khususnya ibu dan dukun bayi yang
pemberian pengetahuan yang melengkapi sifatnya, sudah ada di masyarakat dengan bidan desa yang
dengan harapan dapat menurunkan resiko persalinan merupakan pendatang baru. Selain kurang proaktif
dan meningkatkan harapan hidup bayi dan ibunya. bidan desa juga masih kurang percaya diri untuk
Dengan demikian, tugas-tugas pelayanan medis membaur dengan masyakat. Perubahan sikap dan
dilimpahkan pada dukun bayi yang memang tinggal perilaku dari bidan desa untuk menyesuaikan diri di
bersama masyarakat setempat. masyarakat memerlukan waktu.
14 MAKARA, KESEHATAN, VOL. 13, NO. 1, JUNI 2009: 9-14

4. Kesimpulan kepada dukun laki-laki juga perlu digiatkan karena di


Kabupaten Kendari banyak dukun laki-laki, dan yang
Masyarakat masih banyak yang beranggapan bahwa bila banyak dibina adalah dukun perempuan saja.
persalinan ditolong oleh bidan biayanya mahal
sedangkan bila ditolong oleh dukun bisa membayar Daftar Acuan
berapa saja. Hal yang terpenting adalah bahwa dukun
dilihat mempunyai ’jampe-jampe’ yang kuat sehingga 1. Adimihardja K. Paraji: Tinjauan Antropologi
ibu yang akan bersalin lebih tenang bila ditolong oleh kesehatan Reproduksi. Dalam: Sarwono P, editor.
dukun. Penyebab lain mengapa bidan tidak dipilih Bunga Rampai Obstetri dan Ginekologi Sosial.
dalam membantu persalinan adalah bahwa selain Jakarta: Yayasan Bina Pustaka, 2005.
umurnya masih relatif muda, bidan dipandang belum 2. Suparlan, P. The Javanese Dukun. Jakarta: Peka
memiliki pengalaman melahirkan dan kebanyakan Publication. 1991.
belum dikenal oleh masyarakat. Peranan dukun bayi 3. Anggorodi R, Savitri M. Studi Kemitraan Bidan–
dalam proses kehamilan dan persalinan berkaitan sangat Dukun di Kabupaten Kediri, Jawa Tengah dan
erat dengan budaya setempat dan kebiasaan setempat. Kabupaten Cirebon, Jawa Barat. Laporan akhir.
Dari konsep ’the three delays’, salah satu faktor Jakarta: Kerjasama FKM UI dengan MNH. 2004.
kematian ibu dan bayi adalah terlambatnya pengambilan 4. Winkelman M. Culture and Health. Applying
keputusan yang diambil oleh keluarga dan masyarakat Medical Anthropology. San Francisco: Jossey-
termasuk dukunnya. Maka wajarlah jika terjadi Bass, 2008.
kematian ibu dan bayi karena akibat dari terlambatnya 5. Soedarno, RT. Corak Hubungan Sistem Kesehatan
mengambil keputusan dari keluarga, masyarakat dan Tradisional dan Sistem kesehatan Modern: Kasus
dukun, sehingga keluarga, masyarakat dan dukun ikut Paraji Terdidik di Desa Kersamenak, Kecamatan
bertanggung jawab terhadap kesehatan ibu dan bayinya. Kawulu, Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat,
Kemitraan merupakan salah satu solusi untuk dalam Kehamilan, Kelahiran, Perawatan Ibu dan
menurunkan kematian ibu dan bayi. Pendekatan ini Bayi dalam Konteks Budaya. Jakarta: UI Press,
terutama akan menguntungkan daerah-daerah terpencil 1999.
dimana akses terhadap pelayanan kesehatan sangat
terbatas. Khusus di Kabupaten Kendari, pembinaan

Anda mungkin juga menyukai