Artikel Kelompok 11 B. Indonesia
Artikel Kelompok 11 B. Indonesia
Abstrak
Story telling tidak hanya terbatas sebagai media hiburan tetapi juga bisa digunakan sebagai media
pengajaran yang menyenangkan dan efektif bagi pengembangan komunikasi khususnya pada anak usia
dini. Penelitian ini berfokus pada potensi penggunaan metode story telling dalam meningkatkan
kemampuan komunikasi anak usia dini. Tujuannya adalah untuk mengevaluasi dampak penerapan metode
ini terhadap perkembangan komunikasi verbal dan non-verbal pada anak usia dini. Pendekatan yang
dipakai adalah pendekatan kualitatif dengan bersumber dari literature review (artikel, jurnal, dan
informasi dari internet). Temuan menyoroti peningkatan signifikan dalam kosakata, pemahaman naratif,
dan interaksi sosial pada anak-anak yang terlibat dalam metode story telling. Implikasi dari hasil ini
menekankan pentingnya pendekatan interaktif seperti story telling yang mampu memberikan dampak
positif dalam pengembangan keterampilan komunikasi secara menyeluruh.
Pendahuluan
Berbicara merupakan suatu kemampuan yang diperlukan oleh setiap orang, hal ini
dikarenakan berbicara merupakan alat komunikasi dasar yang hampir digunakan oleh semua
orang dalam kehidupan sehari-hari. Efrizal (2012) menyatakan Speaking is one way to
communicate which ideas through a message orally. Melalui berbicara, seseorang akan dapat
menyampaikan maksud dan tujuannya kepada orang lain. Berbicara merupakan salah satu cara
yang dapat digunakan dalam menyampaikan ide secara lisan. Hal ini pun tidak terlepas dari anak
usia dini, maka sudah sepatutnya bahwa kemampuan berbicara merupakan kemampuan yang
penting dan harus dikembangkan sejak dini.
Adanya interaksi dengan lingkungan merupakan faktor yang mempengaruhi kemampuan
berbicara dan komunikasi pada anak. Selain interaksi dengan lingkungan, faktor lainnya yaitu
strategi atau pemilihan kegiatan yang diterapkan. Pada anak usia dini, kegiatan yang cocok
diterapkan yaitu kegiatan yang sifatnya menyenangkan bagi anak, salah satu kegiatan yang
bersifat menyenangkan dan dapat diterapkan pada anak adalah story telling. Namun di masa
sekarang, mendongeng (story telling) memang merupakan hal yang jarang dilakukan karena
peran dan fungsinya sudah banyak tergantikan oleh tayangan televisi dan bermain game online di
handphone. Padahal sangat banyak manfaat mendongeng (story telling), terutama untuk anak
usia dini dan sekolah dasar dalam proses belajar. Menurut Aliyah (2011: 17) story telling dapat
menjadi motivasi untuk pengembangan daya kesadaran, memperluas imajinasi anak.
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan melalui story telling dapat bermanfaat dalam
meningkatkan kepercayaan diri dalam berbicara dan menulis, meningkatkan keterampilan
kosakata dan bahasa, dan membina kreativitas. “Stories also help children to become part of
their social surrounding.” (Isik, 2016). Bercerita juga dapat membantu anak-anak untuk menjadi
bagian dari lingkungan sosial mereka. Kegiatan bercerita yang dilakukan akan mendorong anak
untuk secara tidak langsung membangun interaksi dan komunikasi terhadap lingkungan
sekitarnya. Selain itu, Semmler dan Williams menyatakan “Stories can reinforce cultural values
and even ethics.” (Chauvin, Ida A. & Latota A. Pierce, 2019). Cerita dapat memperkuat nilai-
nilai budaya dan bahkan etika. Hal ini dikarenakan dalam kegiatan story telling, terdapat jenis
cerita yang dapat disampaikan pada anak, yang mana dalam cerita tersebut mengandung makna
atau nilai-nilai seperti budaya, tradisi, dan moral yang dapat dipelajari oleh anak.
Metode story telling pun memberikan pengalaman berbeda yang akan dirasakan oleh
anak, seorang anak akan belajar berbicara tanpa perlu merasa terpaksa melakukannya. Menurut
Ruhan (2007: 8) anak akan berbicara dengan dirinya sendiri apabila berkhayal setelah
mendengar dongeng. Dari mendengarkan dongeng, anak akan berimajinasi sendiri dan
mendongengkannya kepada orang lain. Secara tidak langsung proses mendongeng akan
berpengaruh dalam pengembangan komunikasi dan peningkatan keterampilan berbicara anak.
Dari beberapa penjelasan di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa story telling
merupakan kegiatan yang bermanfaat untuk pengembangan kemampuan pada anak khususnya
berbicara. Metode story telling dapat menjadi sebuah alat dimana anak bisa mengembangkan
komunikasi dan berbicara terutama pada anak usia dini.
Metode Penelitian
Artikel ini menggunakan tinjauan pendekatan pelingkupan untuk memetakan formulir tinjauan
dari efektivitas story telling untuk pengembangan komunikasi pada anak usia dini. Penelitian ini
berdasarkan pendekatan kualitatif yakni sebuah penelitian untuk mengkaji suatu peristiwa yang
sedang peneliti alami seperti tindakan, motivasi, persepsi, perilaku dan lainnya (Lexy J.
Moleong, 2018).
Kriteria eksklusi merupakan faktor yang menghalangi artikel untuk digunakan sebagai review.
Kriterianya meliputi beberapa hal, antara lain:
Metode Pencarian
Penelitian ini mengambil data dari jurnal nasional yang berada pada Google Schoolar, Mendeley,
Publish and Perish 8. Pencarian ini menggunakan kata kunci “story telling”, “pengembangan
komunikasi”, dan “anak usia dini” agar menemukan jurnal yang relevan.
Seleksi Studi
Penelusuran ini dilakukan pada satu minggu terakhir dengan mengerahkan seluruh tenaga dan
usaha dalam pencarian referensi yang sesuai. Dari seluruh penelusuran yang didapatkan,
diperoleh beberapa jurnal dan artikel yang memenuhi syarat untuk dimasukkan dalam penelitian
ini.
Catatan yang di Catatan tambahan
identifikasi melalui yang di identifikasi
pencarian basis data melalui sumber lain
(n = 833) (n = 514 )
Ident
ifikas
i
Catatan setelah duplikat di
hapus
(n = 535)
Pen
yari
nga Rekaman yang Catatan dikecualikan
n disaring (n = 525)
(n = 10)
Kualitatif
(n = 3)
Ter
mas
uk
Kuantitatif
(n = 7)
Data Grafik
9. - Research and
Pendidikan Keterampilan development Anak usia dini
Literasi: mendengarkan dan cenderung
Membangun memahami dengan menggunakan benda
Karakter baik yang berwarna
Anak Usia untuk memacu
Dini Melalui perkembangan
Komunikasi otaknya.
yang Efektif. Komunikasi liner
(2022) tampak melalui
tatap muka, baik
antarpribadi
maupun kelompok.
Misalnya; Orang
tua yang sedang
menasehati anak
maupun orang tua
yang mengajari
anak. Tapi proses
komunikasi lain
terkadang akan
muncul juga
apabila anak benar-
benar sudah
mengalami
perkembangan yang
lebih baik,
sehingga anak akan
melakukan umpan
balik terhadap apa
yang
diperintahkannya.
Bercerita atau mendongeng adalah kegiatan pembelajaran yang selalu diinginkan setiap
anak usia dini. Bercerita adalah sebuah cara yang dapat digunakan untuk menyampaikan suatu
cerita secara lisan, baik cerita rekayasa ataupun cerita nyata. Bercerita merupakan melanturkan
sebuah kisah tentang suatu keadaan atau sesuatu yang telah terjadi kemudian kita sampaikan
secara lisan dengan tujuan pengetahuan itu atau pengalaman sampai kepada orang lain. Secara
khusus untuk anak-anak, bercerita dapat membuat mereka memahami dunia dimana mereka
tinggal dan untuk membangun hubungan antar apa yang mereka ketahui atau alami.
Penelitian yang dilakukan oleh Yaowaluck Ruampol (2014), dapat diketahui bahwa
berbicara merupakan kemampuan penting pada anak usia dini, yang mana dapat dikembangkan
melalui kegiatan seperti bercerita ataupun bermain. Melalui kegiatan itu anak mendapatkan
proses pembelajaran yang aktif dan menyenangkan, sehingga anak dapat termotivasi untuk
mengembangkan kemampuan berbicaranya. Metode mengajar dengan story telling dengan
menyampaikan suatu kisah atau peristiwa sangat penting bagi anak dalam memetik hikmah.
Metode ini juga dapat digunakan untuk menyampaikan suatu informasi, pesan atau keinginan
baik yang nyata maupun rekayasa dengan lisan maupun tulisan.
Anak usia 0-6 tahun merupakan anak yang berada pada usia yang biasa disebut golden
age, masa ini merupakan masa untuk meletakan dasar pertama dan mengembangkan kemampuan
fisik, kognitif, bahasa, ataupun nilai-nilai agama dan moral. Anak usia dini adalah masa
perkembangan yang dimulai sejak akhir masa kanak-kanak sampai sekitar 5 atau 6 tahun, pada
masa ini anak berada pada kemampuan yang lebih kompleks dimana anak sudah bisa
mengungkapkan suatu hal dengan menggunakan kalimat yang baik, aktif, dan dapat memahami
suatu cerita yang sederhana.
Bercakap-cakap merupakan upaya kita dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak.
Kemampuan berbicara merupakan kemampuan anak dalam berbahasa dan berkomunikasi untuk
menyampaikan perasaannya kepada orang lain. Perkembangan bahasa adalah hal yang penting
untuk dikembangkan pada masa dini, karena dengan bahasa anak dapat berkomunikasi dengan
sekitarnya. Bahasa adalah bentuk komunikasi baik lisan, tertulis, ataupun isyarat. Sedangkan
bercerita merupakan kegiatan yang memiliki banyak manfaat khususnya dalam perkembangan
berbahasa pada anak seperti memperkaya kosakata dan memperoleh struktur bahasa yang
merupakan hal penting dalam berkomunikasi.
Kemampuan berbicara pada anak juga dipengaruhi oleh lingkungan dan orang sekitarnya,
salah satunya adalah guru. Seorang guru PAUD dituntut untuk memiliki pengetahuan mengenai
perkembangan anak serta menguasai materi yang diajarkan di kelas anak usia dini. Pada hal ini
yang harus dilakukan oleh guru adalah memilih strategi untuk pembelajaran anak. Jean J.
Rousseanu merekomendasikan agar guru dapat mengetahui minat pada anak, agar mudah untuk
mengetahui perkembangannya. Salah satu metode pengembangan bahasa adalah dengan
bercerita (story telling). Story telling sebagai alat pembelajaran dapat meningkatkan
kemampuannya dalam berbicara atau mengkomunikasikan pikiran dan perasaannya dengan jelas.
Berbicara merupakan kemampuan yang tidak dapat dikuasai dengan sendirinya, tetapi
perlu ada kegiatan yang dapat mempermudah anak dalam mengembangkan kemampuan tersebut
dan disini salah satunya yaitu dengan bercerita. Pada usia 4-6 tahun pada umumnya anak senang
mendengarkan cerita yang sederhana. Bercerita merupakan peluang besar untuk mengeksplorasi
anak dan juga sebagai alat pembelajaran yang membuat anak lebih mudah mengekspresikan
perasaan mereka. Selain itu juga dapat menambah kosa kata dalam merangkai kata pada anak
sesuai dengan perkembangannya. Pravamayee Samantaray menyatakan beberapa karakteristik
dari kegiatan bercerita yaitu memancing rasa ingin tau, membangkitkan imajinasi dan minat anak
pada keterampilan, meningkatkan keterampilan mendengar dan komunikasi lisan, proses
kegiatan yang interaktif dan kooperatif.
Berdasarkan uraian diatas,diketahui keterkaitan antara storytelling atau bercerita terhadap
kemampuan berbicara pada anak adalah dengan melalui storytelling ada peningkatan penguasaan
jumlah kosakata. Selain itu dengan adanya kegiatan storytelling bisa merangsang daya imajinasi
dan kreativitas anak, melatih bahasa dan ekspresi verbal. Storytelling ini juga meningkatkan
komunikasi lisan dan mendorong anak untuk lebih ekspresif yang mendukung perkembangan
mendengar anak untuk membantu kemampuan berbicara anak dengan baik. Selain itu juga bisa
membantu anak dalam merangkai kata-kata untuk berbicara.
Kesimpulan
Kesimpulan dari penelitian ini sudah jelas. Para anak usia dini menunjukkan kemajuan
dalam keterampilan berbahasa seperti penambahan kosakata, pemahaman, pengurutan, dan
mengingat cerita. Mereka juga mengalami kemajuan dalam kemampuan berkomunikasi seperti
mentransfer informasi dan menggunakan bahasa non-verbal. Hasil dari penelitian ini membuat
para orang tua dan guru menyadari perlunya anak mendapatkan kesempatan yang luas untuk
mendengar dan memproduksi bahasa yang ingin dikuasai dan diperlukannya guru dan orang tua
untuk menyediakan kegiatan pelatihan terbimbing dengan instruksi yang jelas. Penelitian ini juga
menyadarkan guru dan orang tua bahwa story telling adalah metode yang efektif untuk
diterapkan pada anak usia dini untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi.
Referensi
(Ahmad et al., 2022; Aprianti et al., 2021; Bening & Diana, 2022; Delima et al., 2022;
Diswantika, 2022; Karlina, 2018; Mokhtar et al., 2011; Pembelajaran et al., 2019;
Pendidikan et al., 2019; Pratiwi, 2016; Puspita Sari, 2022; Rambe et al., 2021; Sarnoto,
2022; Solichah & Hidayah, 2022; Widiyarto et al., 2023; Yuswati & Setiawati,
2022)Ahmad, A., Galib, C., & Dini, A. U. (2022). Pendidikan Literasi : Membangun
Karakter Anak Usia Dini Melalui Komunikasi yang Efektif. 6(1).
Aprianti, N., Purnawati, A., Nur, S., & Sari, H. (2021). Manfaat Story Telling dalam
Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Usia Dini. Jurnal Pendidikan Islam Anak Usia
Dini Al-Amin, 1(1), 67–81.
Bening, T. P., & Diana, R. R. (2022). Pengasuhan Orang Tua dalam Mengembangkan Emosional
Anak Usia Dini di Era Digital. Ideas: Jurnal Pendidikan, Sosial, Dan Budaya, 8(1), 179.
https://doi.org/10.32884/ideas.v8i1.643
Delima, D., Suhaimi, S., & Irfan, A. (2022). Pengaruh Metode Story Telling Terhadap
Perkembangan Bahasa Anak Usia Todler. Jurnal Basicedu, 6(1), 1369–1375.
https://doi.org/10.31004/basicedu.v6i1.1672
Diswantika, N. (2022). Efektifitas Internalisasi Keterampilan Sosial Anak Usia Dini Pada Masa
Pandemi Covid-19. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(5), 3817–3824.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i5.2389
Karlina, D. N. (2018). Meningkatkan Kemampuan Berbicara Anak Tk B Usia 5-6 Tahun Melalui
Digital Storytelling Di Tk Apple Kids Salatiga Semester I Tahun Ajaran 2017/ 2018. JPUD
- Jurnal Pendidikan Usia Dini, 12(1), 1–11. https://doi.org/10.21009//jpud.121.01
Pembelajaran, J. P. D. J., Pengajaran, D. A. N., Dasar, P., Hidayat, D. B., & Muktadir, A. (2019).
Efektivitas Metode Mendongeng ( Storytelling ) dalam Meningkatkan Keterampilan
Berbicara dan Keterampilan Membaca Siswa ( Sebuah Studi Kasus di SDN 55 Bengkulu
Selatan ). 2(2), 120–128.
Pendidikan, P., Anak, I., & Dini, U. (2019). PERKEMBANGAN BAHASA ANAK. 1, 28–37.
Rambe, A. M., Sumadi, T., & Meilani, R. S. M. (2021). Peranan Storytelling dalam
Pengembangan Kemampuan Berbicara pada Anak Usia 4-5 Tahun. Jurnal Obsesi : Jurnal
Pendidikan Anak Usia Dini, 5(2), 2134–2145. https://doi.org/10.31004/obsesi.v5i2.1121
Sarnoto, A. Z. (2022). Komunikasi Efektif pada ‘Anak Usia Dini dalam Keluarga Menurut Al-
Qur’an. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(3), 2359–2369.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i3.1829
Solichah, N., & Hidayah, R. (2022). Digital Storytelling Untuk Kemampuan Bahasa Anak. JIP
(Jurnal Intervensi Psikologi), 14(2), 129–140.
https://doi.org/10.20885/intervensipsikologi.vol14.iss2.art5
Widiyarto, S., Setyowati, L., Mubasyira, M., Rizkiyah, N., Sandiar, L., & Sartono, L. N. (2023).
Efektivitas Story Telling dalam Pembelajaran Bahasa Inggris di SD Negeri 6 Kota Bekasi.
Journal on Education, 5(4), 16334–16341. https://doi.org/10.31004/joe.v5i4.1396
Yuswati, H., & Setiawati, F. A. (2022). Peran Orang Tua dalam Mengembangkan Bahasa Anak
Pada Usia 5-6 Tahun. Jurnal Obsesi : Jurnal Pendidikan Anak Usia Dini, 6(5), 5029–5040.
https://doi.org/10.31004/obsesi.v6i5.2908