9846-Article Text-19501-23071-10-20200202
9846-Article Text-19501-23071-10-20200202
5 (1), 1-7
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Anak Usia 5-6 Tahun
1,2 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Sebelas Maret
Received: December 13th 2019 Accepted: January 31st 2020 Published: January 31st 2020
Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan metode bercerita dapat meningkatkan
kemampuan berbicara dan rasa percaya diri pada anak usia dini. Subjek dalam penelitian ini
adalah anak usia dini kelompok B TK Al-Huda Kota Surakarta sejumlah 16 orang yang terdiri
dari 7 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Penelitian ini menggunakan metode observasi
(pengamatan langsung) adalah metode pengumpulan data dengan mengamati secara
langsung di lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan 2 kali pertemuan. Hasil penelitian
menunjukkan dengan metode bercerita mampu meningkatkan kemampuan berbicara anak
dan mengembangkan rasa percaya diri pada anak. Maka dari itu, disarankan kepada guru
dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak dapat menggunakan metode bercerita
dengan melibatkan anak secara langsung
1
Ayu Putri Nurjanah, Gita Anggraini
Jurnal Ilmiah Potensia, 2020, Vol. 5 (1), 1-7
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
menguasai tingkat yang lebih tinggi dari melakukan pembicaraan yang baik,
berbagai aspek. Salah satu aspek penting sekaligus memberi “pelajaran” pada anak
dalam perkembangan adalah aspek bagaimana cara mengendalikan keinginan-
perkembangan bahasa. Menurut Vygotsky, keinginan yang dinilai negative oleh
(1997) dalam menyatakan bahwa bahasa masyarakat; 5)Bercerita memberikan
merupakan alat untuk mengekspresikan ide barometer sosial pada anak, nilai-nilai apa
dan bertanya, dan bahasa juga saja yang diterima masyarakat sekitar,
menghasilkan konsep dan kategori-kategori seperti patuh pada perintah orang tua,
berpikir. Perkembangan bahasa untuk anak mengalah pada adik, dan selalu bersikap
usia dini meliputi empat pengembangan jujur. 6) Bercerita memberikan “pelajaran”
yaitu mendengarkan (menyimak), budaya dan budi pekerti yang memiliki
berbicara, membaca dan menulis. retensi lebih kuat daripada “pelajaran” budi
Dalam penelitian ini akan membahas pekerti yang diberikan melalui penuturan
mengenai pengembangan kemampuan dan perintah langsung. 7) Bercerita
berbicara anak di TK Al Huda Surakarta. memberikan ruang gerak pada anak, kapan
Berbicara adalah suatu keterampilan sesuatu nilai yang berhasil ditangkap
berbahasa yang berkembang pada diaplikasikan. 8) Bercerita memberikan efek
kehidupan anak, yang hanya didahului oleh psikologis yang positif bagi anak dan guru
keterampilan menyimak, dan pada masa sebagai pencerita, seperti kedekatan
tersebutlah kemampuan berbicara atau emosional sebagai pengganti figure lekat
berujar dipelajari. Kemampuan berbicara orang tua. 9) Bercerita membangkitkan rasa
dapat dikembangkan melalui bercerita, tahu anak akan peristiwa atau cerita, alur,
bercakap-cakap, tanya jawab, dan peran plot, dan yang demikian itu menumbuhkan
micro. Dalam penelitian ini metode kemampuan merangkai hubungan sebab-
pembelajaran yang digunakan untuk akibat dari suatu peristiwa dan memberikan
mengembangkan kemampuan berbicara peluang bagi anak untuk belajar menelaah
pada anak usia dini yaitu dengan kejadian-kejadian disekelilingnya. 10)
menggunakan metode bercerita. Bercerita Bercerita memberikan daya tarik
menjadi sesuatu yang penting bagi anak bersekolah bagi anak karena di dalam
karena beberapa alasan: 1) Bercerita bercerita ada efek rekreatif dan imajinatif
merupakan alat pendidikan budi pekerti yang dibutuhkan anak usia TK. Kehadiran
yang paling mudah dicerna anak disamping cerita membuat anak lebih jou in school dan
teladan yang dilihat anak setiap hari; 2) memiliki kerinduan bersekolah. Karena
Bercerita merupakan metode dan materi cerita menyenangkan bagi anak, hal itu
yang dapat diintegrasikan dengan dasar membantu pembentukan serabut saraf
keterampilan lain, yakni berbicara, pada anak. Setiap respon positif yang
”membaca”, “menulis”, dan menyimak, dimunculkan anak akan memperlancar
tidak terkecuali untuk anak Taman Kanak hubungan antar neuron. Secara tidak
Kanak; 3) Bercerita memberi ruang lingkup langsung, cerita merangsang otak untuk
yang bebas pada anak untuk menganyam jaringan intelektual anak. 11)
mengembangkan kemampuan bersimpati Bercerita mendorong anak memberikan
dan berempati terhadap peristiwa yang “makna” bagi proses belajar terutama
menimpa orang lain. Hal tersebut mengenai empati sehingga anak dapat
mendasari anak untuk menilai kepekaan mengkonkretkan rabaan psikologi mereka
sosial; 4) Bercerita memberi contoh pada bagaimana seharusnya memandang suatu
anak bagaimana menyikapi suatu masalah dari sudut pandang orang lain.
permasalahan dengan baik, bagaimana Dengan kata lain, anak belajar memahami
2
Ayu Putri Nurjanah, Gita Anggraini
Jurnal Ilmiah Potensia, 2020, Vol. 5 (1), 1-7
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
sudut pandang orang lain secara lebih jelas berkembang dengan baik serta menjadi
berdasarkan perkembangan psikologis pengetahuan bagi anak
masing-masing. METODE PENELITIAN
Dari beberapa alasan pentingnya Jenis penelitian yang digunakan dalam
bercerita, maka peneliti memilih metode penelitian ini adalah metode observasi.
bercerita untuk mengembangkan Metode observasi yaitu penelitian yang
kemampuan berbicara anak. Berdasarkan dilakukan secara langsung. Penelitian ini
pengamatan peneliti dalam melakukan direncanakan dalam dua siklus, setiap siklus
observasi yang dilakukan di TK Al Huda dua pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan
Surakarta dengan jumlah anak 16 orang di TK Al Huda Surakarta. Kegiatan penelitian
yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 9 anak berlangsung pada bulan November hingga
perempuan, menunjukkan dari 16 orang bulan Desember 2019. Subjek dalam
anak tersebut sebagian memiliki penelitian ini adalah anak kelompok B yang
kemampuan berbicara yang baik dan berjumlah 16 orang anak, yang terdiri 7
sebagian memiliki kemampuan berbicara anak laki-laki dan 9 anak perempuan.
yang masih kurang, hal itu dapat dilihat dari Indikator yang digunakan dalam
proses belajar mengajar di dalam kelas yang penelitian ini yaitu menjawab salam,
mengharuskan anak untuk berbicara. Ada melafalkan doa syukur nikmat,
anak yang kemampuan berbicaranya cukup menyebutkan nama-nama buah,
tetapi belum berani menyampaikan pikiran, menyebutkan nama kedua orang tua,
gagasan dan perasaannya di depan kelas alamat rumah di depan kelas, dapat
dengan suara yang lantang, ada anak yang bercerita dengan kalimat sederhana. Teknik
memerlukan bantuan guru dalam pengumpulan data dilaksanakan melalui
menyampaikan pendapatnya di depan kelas observasi, wawancara dan dokumen
dan ada pula anak yang masih bergantung pendukung dengan menggunakan lembar
dengan temannya ketika maju didepan penilaian checklist. Teknik analisis yang
kelas masih harus berdua dengan digunakan dalam penelitian ini yaitu
temannya. deskriptif kualitatif (Dewi, 2016; Lestari,
Ketika bercerita maka kemampuan Sukamto, & Purnomo, 2019; Pranita,
berbicara anak akan terasah, anak akan
Kurniah, & Suprapti, 2018)
terlibat dalam kegiatan bercerita. Aspek
bahasa, kognitif, dan sosial-emosional anak HASIL DAN PEMBAHASAN
akan terstimulus. Hal ini dapat dilihat Hasil
berdasarkan hasil observasi dilapangan. Hasil penelitian ini diperoleh dari
Sebagai contoh, kemampuan berbicara observasi yang dilakukan 2 siklus. Hasil
pada anak terlihat ketika anak diminta guru penelitian ini berupa lembar penilaian
untuk memperkenalkan identitasnya di checklist yang dilakukan melalui
depan kelas, anak belum berani pengamatan peneliti secara langsung dalam
memperkenalkannya sendiri. Anak berani proses belajar mengajar.
berkenalan dengan ditemani oleh salah satu Hasil pengamatan awal tingkat
temannya. Selain itu, anak belum mampu capaian perkembangan anak dalam
untuk menyampaikan ide atau gagasannya kemampuan berbicara pada observasi
di depan teman-teman dengan lantang. pertama terlihat dalam tabel 1.
Dengan penelitian ini, peneliti
berharap nantinya kemampuan berbicara
anak melalui metode bercerita dapat
3
Ayu Putri Nurjanah, Gita Anggraini
Jurnal Ilmiah Potensia, 2020, Vol. 5 (1), 1-7
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
Nama anak
Capaian
Apek yang dinilai
ADR
ATH
GN
GH
BQ
VN
AD
VD
RA
CA
FN
TA
AY
AZ
RF
AL
BB V
MB V V
Menjawab salam
BSH V V V V V V V
BSB V V V V V V
BB
Melafalkan doa MB V V V V V
syukur nikmat BSH V V V V V V V V V
BSB V V
BB V
Menyebutkan MB V V V V V V
nama –nama
/buah BSH V V V V V V V
BSB V V
Menyebutkan BB V V V
nama kedua orang MB V V V V V
tua, alamat rumah BSH V V V V V V V
di depan kelas BSB V
BB V
Anak dapat MB V V V V V V
bercerita dengan
kalimat sederhana BSH V V V V V V
BSB V V V
4
Ayu Putri Nurjanah, Gita Anggraini
Jurnal Ilmiah Potensia, 2020, Vol. 5 (1), 1-7
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
Nama anak
Capaian
Apek yang dinilai
ADR
ATH
GN
GH
BQ
VN
AD
VD
RA
CA
FN
TA
AY
AZ
RF
AL
BB V
MB V V
Menjawab salam
BSH V V V V V V V
BSB V V V V V V
BB
Melafalkan doa MB V V V V V
BSB V V V
BB V
Menyebutkan MB V V V V V
nama –nama
/buah BSH V V V V V V V V
BSB V V
Menyebutkan BB V V
BB
Anak dapat MB V V V V
bercerita dengan
kalimat sederhana BSH V V V V
BSB V V V V V V V V
Lestari, D. F., Sukamto, S., & Purnomo, A. Saripudin, A., & Faujiah, I. Y. (2018).
(2019). Peran Dan Motivasi Warga Strategi Edutainment dalam
Pendatang Dalam Kegiatan Sosial di Pembelajaran di PAUD (Studi Kasus
Tasikmadu Kecamatan Lowokwaru Pada TK di Kota Cirebon). AWLADY:
Kota Malang. Indonesian Journal of Jurnal Pendidikan Anak, 4 (1)(1),
Social Science Education (IJSSE), 129–149.
1(2), 239–248. https://doi.org/10.24235/AWLADY.V
4I1.2637
6
Ayu Putri Nurjanah, Gita Anggraini
Jurnal Ilmiah Potensia, 2020, Vol. 5 (1), 1-7
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
7
Ayu Putri Nurjanah, Gita Anggraini