Anda di halaman 1dari 7

Jurnal Ilmiah Potensia, 2020, Vol.

5 (1), 1-7
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Kemampuan Berbicara Pada Anak Usia 5-6 Tahun

Ayu Putri Nurjanah 1


ayuputrinurjanah@student.uns.ac.id
Gita Anggraini 2
gita.anggraini.ga64@gmail.com

1,2 Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini, Universitas Sebelas Maret

Received: December 13th 2019 Accepted: January 31st 2020 Published: January 31st 2020

Abstrak: Tujuan penelitian ini adalah menjelaskan metode bercerita dapat meningkatkan
kemampuan berbicara dan rasa percaya diri pada anak usia dini. Subjek dalam penelitian ini
adalah anak usia dini kelompok B TK Al-Huda Kota Surakarta sejumlah 16 orang yang terdiri
dari 7 anak laki-laki dan 9 anak perempuan. Penelitian ini menggunakan metode observasi
(pengamatan langsung) adalah metode pengumpulan data dengan mengamati secara
langsung di lapangan. Penelitian ini dilakukan dengan 2 kali pertemuan. Hasil penelitian
menunjukkan dengan metode bercerita mampu meningkatkan kemampuan berbicara anak
dan mengembangkan rasa percaya diri pada anak. Maka dari itu, disarankan kepada guru
dalam meningkatkan kemampuan berbicara anak dapat menggunakan metode bercerita
dengan melibatkan anak secara langsung

Keywords Bercerita; Berbicara; Anak Usia Dini

How to cite this article:


Nurjanah, A. P., & Anggraini, G. (2020). Metode Bercerita Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berbicara Pada Anak Usia 5-6 Tahun. Jurnal Ilmiah Potensia, 5(1), 1-7.
doi:https://doi.org/10.33369/jip.5.1.1-7

PENDAHULUAN Niga & Purnomo, 2017; Rosales et al., 2019;


Pendidikan Anak usia dini merupakan Sudarsana, 2018). Hal tersebut diharapkan
salah satu bentuk penyelenggaraan dapat memberikan stimulus terhadap
pendidikan yang menitik beratkan pada perkembangan anak usia dini. Dapat
peletakan dasar kearah pertumbuhan dan disimpulkan bahwa pendidikan anak usia
enam perkembangan yaitu : perkembangan dini adalah suatu bentuk pelayanan yang
moral dan agama, perkembangan fisik diberikan kepada anak usia lahir sampai
(koordinasi motorik kasar dan halus), dengan usia enam tahun untuk memberi
kecerdasan/kogntif (daya pikir, daya cipta), stimulasi baik jasmani/rohani serta
sosial-emosional (sikap dan emosi), bahasa menstimulasi aspek perkembangan anak
dan komunikasi, sesuai dengan keunikan untuk mempersiapkan jenjang pendidikan
dan tahap-tahap perkembangan sesuai yang lebih tinggi.
kelompok usia yang dilalui oleh anak usia Menurut Hurlock (1990)
dini (Welchons & McIntyre, 2017). perkembangan awal lebih penting dari pada
Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan perkembangan selanjutnya, karena dasar
yang memberikan pengasuhan, perawatan, awal sangat dipengaruhi oleh belajar dan
dan pelayanan kepada anak usia lahir pengalaman. Perkembangan adalah suatu
sampai enam tahun (Azizah & Hartati, 2012; proses perubahan dimana anak belajar

1
Ayu Putri Nurjanah, Gita Anggraini
Jurnal Ilmiah Potensia, 2020, Vol. 5 (1), 1-7
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
menguasai tingkat yang lebih tinggi dari melakukan pembicaraan yang baik,
berbagai aspek. Salah satu aspek penting sekaligus memberi “pelajaran” pada anak
dalam perkembangan adalah aspek bagaimana cara mengendalikan keinginan-
perkembangan bahasa. Menurut Vygotsky, keinginan yang dinilai negative oleh
(1997) dalam menyatakan bahwa bahasa masyarakat; 5)Bercerita memberikan
merupakan alat untuk mengekspresikan ide barometer sosial pada anak, nilai-nilai apa
dan bertanya, dan bahasa juga saja yang diterima masyarakat sekitar,
menghasilkan konsep dan kategori-kategori seperti patuh pada perintah orang tua,
berpikir. Perkembangan bahasa untuk anak mengalah pada adik, dan selalu bersikap
usia dini meliputi empat pengembangan jujur. 6) Bercerita memberikan “pelajaran”
yaitu mendengarkan (menyimak), budaya dan budi pekerti yang memiliki
berbicara, membaca dan menulis. retensi lebih kuat daripada “pelajaran” budi
Dalam penelitian ini akan membahas pekerti yang diberikan melalui penuturan
mengenai pengembangan kemampuan dan perintah langsung. 7) Bercerita
berbicara anak di TK Al Huda Surakarta. memberikan ruang gerak pada anak, kapan
Berbicara adalah suatu keterampilan sesuatu nilai yang berhasil ditangkap
berbahasa yang berkembang pada diaplikasikan. 8) Bercerita memberikan efek
kehidupan anak, yang hanya didahului oleh psikologis yang positif bagi anak dan guru
keterampilan menyimak, dan pada masa sebagai pencerita, seperti kedekatan
tersebutlah kemampuan berbicara atau emosional sebagai pengganti figure lekat
berujar dipelajari. Kemampuan berbicara orang tua. 9) Bercerita membangkitkan rasa
dapat dikembangkan melalui bercerita, tahu anak akan peristiwa atau cerita, alur,
bercakap-cakap, tanya jawab, dan peran plot, dan yang demikian itu menumbuhkan
micro. Dalam penelitian ini metode kemampuan merangkai hubungan sebab-
pembelajaran yang digunakan untuk akibat dari suatu peristiwa dan memberikan
mengembangkan kemampuan berbicara peluang bagi anak untuk belajar menelaah
pada anak usia dini yaitu dengan kejadian-kejadian disekelilingnya. 10)
menggunakan metode bercerita. Bercerita Bercerita memberikan daya tarik
menjadi sesuatu yang penting bagi anak bersekolah bagi anak karena di dalam
karena beberapa alasan: 1) Bercerita bercerita ada efek rekreatif dan imajinatif
merupakan alat pendidikan budi pekerti yang dibutuhkan anak usia TK. Kehadiran
yang paling mudah dicerna anak disamping cerita membuat anak lebih jou in school dan
teladan yang dilihat anak setiap hari; 2) memiliki kerinduan bersekolah. Karena
Bercerita merupakan metode dan materi cerita menyenangkan bagi anak, hal itu
yang dapat diintegrasikan dengan dasar membantu pembentukan serabut saraf
keterampilan lain, yakni berbicara, pada anak. Setiap respon positif yang
”membaca”, “menulis”, dan menyimak, dimunculkan anak akan memperlancar
tidak terkecuali untuk anak Taman Kanak hubungan antar neuron. Secara tidak
Kanak; 3) Bercerita memberi ruang lingkup langsung, cerita merangsang otak untuk
yang bebas pada anak untuk menganyam jaringan intelektual anak. 11)
mengembangkan kemampuan bersimpati Bercerita mendorong anak memberikan
dan berempati terhadap peristiwa yang “makna” bagi proses belajar terutama
menimpa orang lain. Hal tersebut mengenai empati sehingga anak dapat
mendasari anak untuk menilai kepekaan mengkonkretkan rabaan psikologi mereka
sosial; 4) Bercerita memberi contoh pada bagaimana seharusnya memandang suatu
anak bagaimana menyikapi suatu masalah dari sudut pandang orang lain.
permasalahan dengan baik, bagaimana Dengan kata lain, anak belajar memahami

2
Ayu Putri Nurjanah, Gita Anggraini
Jurnal Ilmiah Potensia, 2020, Vol. 5 (1), 1-7
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
sudut pandang orang lain secara lebih jelas berkembang dengan baik serta menjadi
berdasarkan perkembangan psikologis pengetahuan bagi anak
masing-masing. METODE PENELITIAN
Dari beberapa alasan pentingnya Jenis penelitian yang digunakan dalam
bercerita, maka peneliti memilih metode penelitian ini adalah metode observasi.
bercerita untuk mengembangkan Metode observasi yaitu penelitian yang
kemampuan berbicara anak. Berdasarkan dilakukan secara langsung. Penelitian ini
pengamatan peneliti dalam melakukan direncanakan dalam dua siklus, setiap siklus
observasi yang dilakukan di TK Al Huda dua pertemuan. Penelitian ini dilaksanakan
Surakarta dengan jumlah anak 16 orang di TK Al Huda Surakarta. Kegiatan penelitian
yang terdiri dari 7 anak laki-laki dan 9 anak berlangsung pada bulan November hingga
perempuan, menunjukkan dari 16 orang bulan Desember 2019. Subjek dalam
anak tersebut sebagian memiliki penelitian ini adalah anak kelompok B yang
kemampuan berbicara yang baik dan berjumlah 16 orang anak, yang terdiri 7
sebagian memiliki kemampuan berbicara anak laki-laki dan 9 anak perempuan.
yang masih kurang, hal itu dapat dilihat dari Indikator yang digunakan dalam
proses belajar mengajar di dalam kelas yang penelitian ini yaitu menjawab salam,
mengharuskan anak untuk berbicara. Ada melafalkan doa syukur nikmat,
anak yang kemampuan berbicaranya cukup menyebutkan nama-nama buah,
tetapi belum berani menyampaikan pikiran, menyebutkan nama kedua orang tua,
gagasan dan perasaannya di depan kelas alamat rumah di depan kelas, dapat
dengan suara yang lantang, ada anak yang bercerita dengan kalimat sederhana. Teknik
memerlukan bantuan guru dalam pengumpulan data dilaksanakan melalui
menyampaikan pendapatnya di depan kelas observasi, wawancara dan dokumen
dan ada pula anak yang masih bergantung pendukung dengan menggunakan lembar
dengan temannya ketika maju didepan penilaian checklist. Teknik analisis yang
kelas masih harus berdua dengan digunakan dalam penelitian ini yaitu
temannya. deskriptif kualitatif (Dewi, 2016; Lestari,
Ketika bercerita maka kemampuan Sukamto, & Purnomo, 2019; Pranita,
berbicara anak akan terasah, anak akan
Kurniah, & Suprapti, 2018)
terlibat dalam kegiatan bercerita. Aspek
bahasa, kognitif, dan sosial-emosional anak HASIL DAN PEMBAHASAN
akan terstimulus. Hal ini dapat dilihat Hasil
berdasarkan hasil observasi dilapangan. Hasil penelitian ini diperoleh dari
Sebagai contoh, kemampuan berbicara observasi yang dilakukan 2 siklus. Hasil
pada anak terlihat ketika anak diminta guru penelitian ini berupa lembar penilaian
untuk memperkenalkan identitasnya di checklist yang dilakukan melalui
depan kelas, anak belum berani pengamatan peneliti secara langsung dalam
memperkenalkannya sendiri. Anak berani proses belajar mengajar.
berkenalan dengan ditemani oleh salah satu Hasil pengamatan awal tingkat
temannya. Selain itu, anak belum mampu capaian perkembangan anak dalam
untuk menyampaikan ide atau gagasannya kemampuan berbicara pada observasi
di depan teman-teman dengan lantang. pertama terlihat dalam tabel 1.
Dengan penelitian ini, peneliti
berharap nantinya kemampuan berbicara
anak melalui metode bercerita dapat

3
Ayu Putri Nurjanah, Gita Anggraini
Jurnal Ilmiah Potensia, 2020, Vol. 5 (1), 1-7
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270

Tabel 1. Hasil Tingkat Capaian Perkembangan Anak Pertemuan I

Nama anak

Capaian
Apek yang dinilai

ADR

ATH
GN

GH
BQ

VN
AD

VD
RA

CA

FN
TA

AY
AZ
RF

AL
BB V
MB V V
Menjawab salam
BSH V V V V V V V
BSB V V V V V V
BB
Melafalkan doa MB V V V V V
syukur nikmat BSH V V V V V V V V V
BSB V V
BB V
Menyebutkan MB V V V V V V
nama –nama
/buah BSH V V V V V V V
BSB V V

Menyebutkan BB V V V
nama kedua orang MB V V V V V
tua, alamat rumah BSH V V V V V V V
di depan kelas BSB V
BB V
Anak dapat MB V V V V V V
bercerita dengan
kalimat sederhana BSH V V V V V V
BSB V V V

Berdasarkan pengolahan data anak dapat terlihat melalui kegiatan


penelitian diperoleh hasil pertama bahwa bercerita, karena dengan bercerita anak
dengan menggunakan metode bercerita dapat mengekspresikan dan
dapat meningkatkan kemampuan berbicara menyampaikan ide di depan orang lain
anak, ketika anak bercerita bahkan di depan (Saripudin & Faujiah, 2018).
kelas, anak akan menyampaikan apa yang Pada pertemuan pertama kegiatan
dipikirannya sembari mengekspresikannya. bercerita anak belum berkembang secara
Kemampuan berbicara yaitu kemampuan optimal, karena pada pertemuan tersebut
mengucapkan kalimat untuk ada beberapa anak yang belum mengikuti
mengekspresikan, menyatakan, kegiatan bercerita secara optimal yaitu RA,
menyampaikan pikiran, gagasan dan AZ, ADR, BQ, CA, RF, VD, FN, ATH. Hal ini
perasaan (Saripudin, 2017) disebabkan anak yang kurang antusias
Dari hasil penelitian diatas dapat dalam kegiatan bercerita. Anak masih
disimpulkan bahwa kemampuan berbicara belum berani maju bercerita di depan kelas
anak masih kurang. Kemampuan berbicara .

4
Ayu Putri Nurjanah, Gita Anggraini
Jurnal Ilmiah Potensia, 2020, Vol. 5 (1), 1-7
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270

Tabel 2. Hasil Tingkat Capaian Perkembangan Anak Pertemuan II

Nama anak

Capaian
Apek yang dinilai

ADR

ATH
GN

GH
BQ

VN
AD

VD
RA

CA

FN
TA

AY
AZ
RF

AL
BB V

MB V V
Menjawab salam
BSH V V V V V V V

BSB V V V V V V

BB
Melafalkan doa MB V V V V V

syukur nikmat BSH V V V V V V V V

BSB V V V

BB V
Menyebutkan MB V V V V V
nama –nama
/buah BSH V V V V V V V V

BSB V V

Menyebutkan BB V V

nama kedua orang MB V V V V

tua, alamat rumah BSH V V V V V


di depan kelas BSB V V V V V

BB
Anak dapat MB V V V V
bercerita dengan
kalimat sederhana BSH V V V V

BSB V V V V V V V V

Kemudian dilakukan perbaikan pada pertama terdapat 7 orang anak yang


pertemuan kedua yang dapat dilihat pada mampu mengikuti kegiatan menceritakan
tabel 2. Pada pertemuan ini anak sudah nama-nama buah, dan melafalkan doa
mulai berkembang secara optimal. Anak sehari-hari. Kemudian meningkat di
mulai antusias dalam kegiatan bercerita dan pertemuan kedua, terdapat 12 orang anak
anak sudah berani menceritakan yang mampu mengikuti kegiatan bercerita
pengalaman dan identitas di depan teman- dengan sangat baik, dan 4 orang yang
temannya. Dari 16 orang anak yang lainnya mampu mengikuti kegiatan
mengikuti kegiatan bercerita, terdapat 12 bercerita dengan pendampingan atau
anak yang kemampuan berbicaranya bantuan dari guru. Pada pertemuan kedua,
berkembang secara optimal, yaitu : GN, RA, anak diminta untuk menceritakan identitas
AD, AZ, ADR, VD,TA, AL, AY, GH, VN, ATH. dirinya, melafalkan surat-surat pendek, dan
Sedangkan 4 anak sudah memiliki menceritakan pengalaman pribadi didepan
kemampuan berbicara yang cukup namun teman-temannya.
dengan pendampingan atau bantuan dari KESIMPULAN
guru. Kemampuan berbicara anak usia 5-6
Hasil penelitian secara keseluruhan tahun di TK Al Huda Surakarrta melalui
menunjukkan bahwa kemampuan berbicara metode bercerita mengalami peningkatan
anak mengalami peningkatan melalui di setiap pertemuan. Metode bercerita
kegiatan bercerita. Pada pertemuan melibatkan beberapa anak untuk bercerita
5
Ayu Putri Nurjanah, Gita Anggraini
Jurnal Ilmiah Potensia, 2020, Vol. 5 (1), 1-7
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270
dan menyampaikan pendapatnya. Guru https://doi.org/10.29300/IJSSE.V1I2.2
mengawasi anak dan mengevaluasi anak 099
saat anak bercerita didepan kelas.
Respon anak terhadap metode Niga, D. M., & Purnomo, W. (2017).
bercerita sangat baik. Terbukti dari setiap Hubungan antara praktik pemberian
pertemuan, antusias anak dalam bercerita makan, perawatan kesehatan, dan
semakin meningkat. Anak-anak semakin kebersihan anak dengan kejadian
stunting pada anak usia 1-2 tahun di
aktif dalam menjawab pertanyaan yang
wilayah kerja puskesmas oebobo kota
diberikan oleh guru.
kupang. Jurnal Wiyata: Penelitian
Selain meningkatkan kemampuan Sains Dan Kesehatan, 3(2), 151–155.
berbicara anak, juga dapat meningkatkan
tingkat kepercayaan diri saat berbicara di Pranita, U., Kurniah, N., & Suprapti, A.
depan kelas. (2018). Pelaksanaan Supervisi Klinis
Saran Kepala Sekolah Pendidikan Anak Usia
Sebaiknya dalam proses belajar Dini Islam Terpadu Kota Bengkulu
mengajar, anak selalu dilibatkan untuk (Studi Deskriptif Kualitatif di PAUD
berdiskusi. Kegiatan pembelajaran IT Auladuna Kota Bengkulu). Jurnal
disampaikan dengan metode berbeda- Ilmiah Potensia, 3(1), 54–65.
beda. Anak dilatih untuk menyampaikan ide https://doi.org/10.33369/JIP.3.1.54-65
gagasannya didepan kelas.
Rosales, A., Sargsyan, V., Abelyan, K.,
DAFTAR PUSTAKA Hovhannesyan, A., Ter-Abrahanyan,
Azizah, N., & Hartati, E. (2012). K., Jillson, K. Q., & Cherian, D.
Pengalaman Ibu Pedagang Dalam (2019). Behavior change
Merawat Anak. Jurnal Keperawatan communication model enhancing
Diponegoro, 1(1), 1–8. parental practices for improved early
childhood growth and development
Dewi, P. S. (2016). Perspektif Guru Sebagai outcomes in rural Armenia – A quasi-
Implementasi Pembelajaran Inkuiri experimental study. Preventive
Terbuka dan Inkuiri Terbimbing Medicine Reports, 14.
terhadap Sikap Ilmiah dalam https://doi.org/10.1016/j.pmedr.2019.1
Pembelajaran Sains. Tadris: Jurnal 00820
Keguruan Dan Ilmu Tarbiyah, 1(2),
179. Saripudin, A. (2017). STRATEGI
https://doi.org/10.24042/tadris.v1i2.10 PENGEMBANGAN KECERDASAN
66 NATURALIS PADA ANAK USIA
DINI. AWLADY : Jurnal Pendidikan
Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Anak, 3(1).
Perkembangan Edisi 5. Jakarta: https://doi.org/10.24235/awlady.v3i1.
Erlangga. 1394

Lestari, D. F., Sukamto, S., & Purnomo, A. Saripudin, A., & Faujiah, I. Y. (2018).
(2019). Peran Dan Motivasi Warga Strategi Edutainment dalam
Pendatang Dalam Kegiatan Sosial di Pembelajaran di PAUD (Studi Kasus
Tasikmadu Kecamatan Lowokwaru Pada TK di Kota Cirebon). AWLADY:
Kota Malang. Indonesian Journal of Jurnal Pendidikan Anak, 4 (1)(1),
Social Science Education (IJSSE), 129–149.
1(2), 239–248. https://doi.org/10.24235/AWLADY.V
4I1.2637

6
Ayu Putri Nurjanah, Gita Anggraini
Jurnal Ilmiah Potensia, 2020, Vol. 5 (1), 1-7
https://ejournal.unib.ac.id/index.php/potensia
e-issn: 2621-2382 p-issn: 2527-9270

Sudarsana, I. K. (2018). Membentuk Welchons, L. W., & McIntyre, L. L. (2017).


Karakter Anak Sebagai Generasi The Transition to Kindergarten:
Penerus Bangsa Melalui Pendidikan Predicting Socio-Behavioral
Anak Usia Dini. Purwadita: Jurnal Outcomes for Children With and
Agama Dan Budaya, 1(1), 41–48. Without Disabilities. Early Childhood
Education Journal, 45(1), 83–93.
Vygotsky, L. S. (1997). The collected works https://doi.org/10.1007/s10643-015-
of LS Vygotsky: Problems of the 0757-7
theory and history of psychology (Vol.
3). Springer Science & Business
Media.

7
Ayu Putri Nurjanah, Gita Anggraini

Anda mungkin juga menyukai