Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN

PRAKTIKUM PRODUKTIVITAS PERAIRAN


PENDUGAAN PRODUKTIVITAS PRIMER DENGAN ENUMERASI
FITOPLANKTON

Diajukan untuk memenuhi tugas Praktikum Produktivitas Perairan

Oleh
Kelompok 2/Perikanan A
Septian Zulvikar 230110190014
Kori Nurhoirunnisa 230110190019
Anindya Pratami Putri 230110190024
Mellyan Wahda Hestiani 230110190028
MarhadindaAuvira Binu 230110190041

PROGRAM STUDI PERIKANAN


FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
JATINANGOR

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT., berkat rahmat dan karunia-Nya
kami dapat menyelesaikan Laporan Akhir Praktikum Produktivitas Perairan.
Shalawat serta salam tak lupa kami panjatkan pada nabi akhirul zaman Nabi
Muhammad SAW. Penulis menyadari bahwa dalam pengerjaan laporan praktikum
ini terdapat kelemahan dan kekurangan dalam segi materi yang menunjangnya.
Maka dari itu kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan sebagai acuan
untuk melahirkan karya-karya tulis yang lebih baik lagi. Semoga apa yang ada
didalam laporan ini dapat memberikan pengetahuan lebih. Akhirul kalam, terima
kasih atas segala perhatian dari para pembaca.

Jatinangor, Desember 2021

Penyusun

i
DAFTAR ISI
BAB Halaman
DAFTAR TABEL
iii
DAFTAR LAMPIRAN......................................................................iv

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.............................................................................1
1.2 Tujuan Praktikum.........................................................................1
1.3 Manfaat Praktikum.......................................................................1
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Enumerasi.....................................................................................2
2.2 Fitoplankton.................................................................................3
2.3 Zooplankton.................................................................................4
2.4 Faktor yang mempengaruhi Distribusi Plankton..........................5
2.1 Plankton Sebagai Bioindikator Perairan......................................8

BAHAN DAN METODE


3.1 Tempat dan Waktu.......................................................................9
3.2 Alat dan Bahan.............................................................................9
3.2.1 Alat Praktikum.............................................................................9
3.2.2 Bahan Praktikum..........................................................................9
3.1 Prosedur Praktikum....................................................................10
3.1 Rumus Perhitungan....................................................................12

HASIL DAN PEMBAHASAN


3.1 Hasil...........................................................................................11
3.2 Hasil Kelompok.........................................................................11
3.3 Hasil Kelas.................................................................................11
3.3 Pembahasan................................................................................12
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan.................................................................................17
5.2 Saran...........................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA........................................................................18
LAMPIRAN.......................................................................................19

2
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman

1. Hasil Data Perhitungan Kelompok......................................................


2. Hasil Data Perhitungan Enumerasi Kelompok....................................
3. Hasil Data Kelas..................................................................................

3
DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Halaman

1. Alat Praktikum..........................................................................................
2. Bahan Praktikum.......................................................................................
3. Kegiatan Praktikum...................................................................................
4. Perhitungan................................................................................................

4
5
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Produktivitas perairan adalah laju penambahan energi oleh komunitas
autotrof dalam ekosistem perairan. Produktivitas perairan merupakan parameter
yang biasanya digunakan untuk mengetahui keadaan baik atau tidaknya suatu
perairan. Dengan mengetahui tentang produktivitas perairan ini sangat bermanfaat
serta mempermudah bagi para pembudidaya perikanan untuk menetukan daerah
perairan yang cocok untuk budidaya ikan.
Pada produktivitas perairan ada yang disebut dengan produktivitas primer
dan produktivitas sekunder (Asriana dan Yuliana, 2012). Produktivitas primer
merupakan produksi senyawa organik yang dihasilakan dari organisme autotrof
(menghasikan makanan sendiri), sedangkan produktivitas sekunder merupakan
produksi senyawa organik yang dihasikan dari organisme heterotrof (tidak dapat
menghasilkan makanan sendiri). Pada ekosistem perairan tergenang biasanya
produsen primer utamanya adalah fitoplankton dan zooplankton merupakan
prodesen sekunder utama. Untuk mengetahui jenis dan jumlah fitoplankton suatu
perairan biasanya menggunakan metode enumerasi fitoplankton (menghitung
jenis dan jumlah). Cara enumerasi merupakan salah satu cara yang banyak
digunakan oleh para peneliti karena dianggap metode yang paling sederhana dan
mudah dilakukan, akan tetapi memiliki kelemahan.

1.2. Tujuan
Tujuan dari praktikum pendugaan produktivitas primer dengan enumerasi
fitoplankton ini yaitu untuk mengidentifikasi jumlah dan jenis fitoplankton dan
organisme zooplankton sebagai pendugaan produktivitas suatu perairan
1.3. Manfaat
Manfaat dari praktikum ini adalah agar praktikan dapat mengetahui pendugaan
produktivitas suatu perairan dengan metode enumerasi, sehingga mudah
menentukan bioindikator suatu badan perairan.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Enumerasi
Enumerasi adalah teknik menghitung jumlah sel. Menurut Brooks et al.
(2013), teknik enumerasi digunakan untuk menghitung besaran mikroba dalam
medium tanpa mengidentifikasi jenis mikroba tersebut. Teknik ini dilakukan
untuk mengukur jumlah sel dari perkembangbiakan bakteri. Enumerasi kuantitatif
dapat dilakukan dengan cara menghitung besaran bakteri secara langsung atau
tidak langsung dari sampel. Analisis langsung dapat dilakukan dengan
menggunakan counting chamber. Kelemahan dari pendekatan ini adalah
ketidakmampuan untuk membedakan sel bakteri hidup dan sel bakteri mati (Lily
et al. 2010).
Enumerasi adalah cara termudah untuk memperkirakan produktivitas air
dengan cara menghitung jenis dan jumlah fitoplankton di perairan. Teknik ini
adalah cara sederhana dan termudah, meskipun memiliki beberapa kekurangan.
Hasil enumerasi biasanya dinyatakan sebagai kelimpahan atau besaran organisme
per satuan volume, ada juga dalam individu atau sel per liter. Satuan lain yang
umum digunakan adalah individu atau sel per m3. Enumerasi memiliki kelebihan
yaitu proses pendugaannya sederhana dan murah, namun metode enumerasi ini
memiliki kekurangan yang cukup besar karena perbedaan ukuran antara
fitoplankton dan zooplankton sehingga menghasilkan pendugaan yang tidak
akurat. Setidaknya ada dua prosedur enumerasi yang dikenal yaitu:
a) Sedgwick – Rafter Method (S R), dinamai sesuai dengan penemunya yaitu
Sedgwick – Rafter.
b) Palmer – Maloney (P M), dinamai sesuai dengan penemunya.

2
3

2.2 Fitoplankton
Menurut Brahmana (2007), fitoplankton merupakan salah satu plankton tumbuhan
yang dapat berfotosintesis dari material air, cahaya, dan karbondioksida sebagai
sumber energi untuk menghasilkan materi organik dan hidup melayang di dalam
air. fitoplankton memiliki ukuran yang beragam berkisar dari beberapa
mikrometer (µm) sampai beberapa ratus mikrometer. Parson et al. (1984)
mengemukakan bahwa diperoleh 13 kelas fitoplankton yang terdapat di laut, yaitu
Bacillariophyceae (Diatom), Dinophyceae (Dinoflagellata), Cyanophyceae (alga
biru hijau), Chlorophyceae (alga hijau), Cryptophyceae (Cryptomonads),
Xanthophyceae (alga kuning hijau), Crysophyceae (Crysomonads,
Silicoflagellata), Rhodophyceae (alga merah), Raphidiophyceae (Choromonadea),
Euglenophyceae (Euglenoids), Haptophyceae atau Prymnesiophyceae
(Coccolithophorids, Prymnesiomonads), Eustigmatophyceae, dan Prasinophyceae
(Prasinomonads)
Dalam ekosistem perairan, fitoplankton memiliki peran penting, yaitu sebagai
produsen utama zat-zat organic dan berpatisipasi langsung dalam food chain ke
produksi ikan. Organisme ini merupakan makanan bagi zooplankton, larva ikan,
maupun organisme lainnya, sehingga dalam suatu food chain atau rantai makanan,
fitoplankton menjadi makanan yang paling utama tersedia secara alami (Odum,
1993). Oleh karena itu, untuk mengidentifikasi kualitas suatu wilayah perairan
dapat dilakukan dengan mengidentifikasi komposisi dan kelimpahan fitoplankton
pada wilayah perairan tersebt. Menurut Nugroho (2006), Fitoplankton dapat
dijadikan indikator kualitas perairan karena memiliki kecepatan respon yang
tinggi berkenaan dengan perubahan lingkungan dan siklus hidup yang pendek.
Suatu jenis fitoplankton yang mendominasi pada suatu wilayah perairan akan
memberikan indikasi akan terdapattnya zat-zat tertentu yang sedang berlebih
sehingga dapat mewakilkan keadaan kualitas suatu wilayah perairan yang
sesungguhnya. Jika pada suatu perairan memiliki kelimpahan fitoplankton yang
tinggi, maka periaran tersebut cenderung memiliki produktivitas yang tinggi juga.
Di perairan yang terjadi fenomena up welling, lepas pantai, serta di perairan
sekitar muara sungai,. umumnya memiliki kelimpahan fitoplankton yang tinggi.
4

Hal tersebut dapat berlangsung demikian karena zat hara yang masuk dari daratan
ke sungai dan dialirkan ke laut sehingga zona perairan tersebut terjadi proses
penyburan (Sediadi et al., 1999). Boney (1975) mengemukakan bahwa intensitas
cahaya, suhu. kedalaman, pH, nitrat dan fosfat merupakan salah satu aspek yang
mendorong suatu kelimpahan fitoplankton di suatu perairan. Faktor lingkungan
juga memiliki hubungan khusus yang dapat memengaruhi organisme dalam
prairan lainnya (Wardoyo, 1981)

2.3 Zooplankton
Suatu perairan tidak akan lepas dengan sebuah zooplankton,
karena zooplankton adalah nama umum untuk kebanyakan bentuk hewan
mikroskopis yang hidup diperairan tawar ataupun laut. Zooplankton
merupakan plankton hewani yang memiliki ukuran mikroskopis dan
bergerak melalui cara berenang (migrasi vertical). Zooplankton ketika
waktu siang biasanya bermigrasi kedasar perairan, ini disebabkan karena
adanya konsumen/grazing dan penyebab dari gerakan angina yang
mengakibatkan upwelling atau downwelling disuatu perairan.
Zooplankton memliki peran penting dalam sektor perairan, karena
zooplankton merupakn organisme yang berperan penting terhadap
produktivitas skunder yang memiliki peran untuk menghubung produsen
primer dengan konsumen yang lebih tinggi. Menurut Melay et al (2014)
menyatakan posisi zooplankton disuatu perairan dimanfaatkan untuk
mengidentifikasi tingkat produktivitas, karena kelimpahan zooplankton
perairan mendefinisikan jumlah ketersediaan makanan, akan tetapi
kapasitas ataupun daya dukung lingkungan dapat mengambarkan
kehidupan organisme. Perubahan badan perairan disutau wilayah dapat
dilihat dengan adanya perubahan kelimpahan zooplankton.
Nybakken (1992), menyatakan bahwa zooplankton dikelompokan
berdasarkan ukuran tubuh, diantaranya :
1. Ultrananoplankton, berukuran > 2 µ.
2. Nanopankton, berukuran 2 -20 µ.
5

3. Mikroplankton, berukura 20 – 200 µ.


4. Mesoplankton, berukuran 200 – 2000 µ.
5. Megaplankton, berukuran < 2000 µ.
Kelimpahan organisme zooplankton dapat dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor kimia, fisik dan biologis suatu lingkunagn
sekitar. Faktor – faktor ini mempengaruhi terhadap pola migrasi dan
pertumbuhan pada zooplankton. Adapun faktor yang memegang peranan
penting terhadap kelangsungan zooplankton diantaranya cahaya, suhu,
salinitas dan perlakuan makan zooplankton.

2.4 Faktor yang Mempengaruhi Distribusi Plankton

Plankton dikenal dengan organisme kecil yang hidup di air yang memiliki
pergerakan terbatas serta dipengaruhi oleh arus air (Sachlan 1982).
Plankton tersusun atas fitoplankton dan zooplankton. Berbagai faktor
lingkungan dapat mempengaruhi keadaan suatu perairan, misalnya faktor
fisik dan kimia air, perubahan musim, dan berbagai limbah pertanian,
industri dan perkotaan. Fungsi perairan seringkali berubah karena
perubahan struktur dan jumlah plankton, termasuk fungsi dan tingkat
kemampuan air untuk mendukung kehidupan. Pola distribusi plankton
sangat dipengaruhi oleh parameter fisika dan kimia perairan.

2.4.1. Faktor Fisik


a. Cahaya
Cahaya matahari akan diserap oleh air dan diseleksi supaya
cahaya dengan panjang gelombangnya yang panjang semacam cahaya
merah, ungu, dan kuning menghilang terlebih dahulu. Cahaya ini
mempengaruhi pola distribusi zooplankton. Penetrasi cahaya adalah faktor
yang membatasi organisme fotosintetik (plankton) yang mempunyai
pengaruh pada migrasi vertikal harian serta dapat menyebabkan kematian
pada suatu organisme (Haerlina 1987).
Kedalaman penetrasi cahaya, yaitu kedalaman pada saat terjadi produksi
6

fitoplankton. Hal ini tergantung pada faktor kerja, termasuk penyerapan


cahaya oleh air, panjang gelombang cahaya, kecerahan air, pantulan
cahaya permukaan air, lintang geografis dan musim (Nybakken 1992).

b. Suhu
Suhu sangat mempengaruhi pola sebaran plankton. Semakin
tinggi suhu maka semakin banyak oksigen yang dibutuhkan organisme.
Perubahan suhu diperairan dapat memberikan pengaruh terhadap kelarutan
gas di dalam air dan juga aktivitas biologis di ekosistem perairan. Suhu di
ekosistem perairan berfluktuasi setiap hari dan setiap tahun, dengan variasi
tententu mengikuti pola suhu pada lingkungan. Selain itu, dapat dilihat
bahwa suhu air terpengaruh oleh ketinggian dan letak geografis, sehingga
suhu sungai juga akan berfluktuasi karena adanya aliran air dari hulu
ke hilir.
Siklus hidup suatu organisme dipengaruhi oleh suhu yang
merupakan faktor pembatas dalam distribusi suatu spesies yaitu pada saat
mempertahankan kelangsungan hidup, reproduksi, perkembangan dan
kompetisi (Krebs 1985). Suhu optimal untuk organisme perairan adalah
20-35 ˚C dengan fluktuasi tidak lebih dari 5 ˚C (Dawes 1981). Sedangkan
menurut Ray dan Rao (1964), suhu yang bagus untuk kelimpahan
zooplankton yang terdapat di daerah tropis umumnya antara 2 ˚C dan
30˚C.
c. pH

Tingkat keasaman (pH) sangat berpengaruh pada kelangsungan


hidup organisme perairan, sehingga dapat digunakan untuk menyatakan
kondisi perairan. Plankton dapat dipengaruhi oleh pH dalam proses
perubahan respon fisiologis berbagai jaringan dan reaksi enzimatik. Nilai
pH yang baik untuk kehidupan organisme perairan berkisar antara 7 dan
8,5. Tait (1981) menyatakan bahwa pH optimal untuk pertumbuhan
plankton adalah 5,6-9,4. Peningkatan pH di atas netral akan membuat
7

konsentrasi amonia meningkat, hal ini akan menimbulkan racun bagi


organisme. Tingkat keasaman air tawar bervariasi dari 5-10. Semua
organisme memiliki nilai pH optimal untuk kehidupan.
d. Salinitas

Salinitas merupakan jumlah berat garam yang dilarutkan dalam 1


liter air, biasanya dinyatakan dalam satuan 0/00 (per mil, gram per liter).
Tidak semua organisme di perairan dapat hidup dalam air dengan
konsentrasi garam yang tinggi. Salinitas ini adalah parameter lingkungan
yang berpengaruh pada proses biologis serta kelangsungan hidup
organisme, jumlah makanan yang dikonsumsi, nilai konversi makanan dan
daya kelangsungan hidup. Zooplankton sangat sensitif terhadap salinitas
air pada ekosistem mangrove. Tingkat kepekaan salinitas setiap spesies
zooplankton sangat bervariasi. Salinitas yang terlalu tinggi dapat
mengakibatkan pertumbuhan dan meningkatkan mortalitas zooplankton
terhambat (Odum 1993). Menurut Sachlan (1982), pada salinitas 0 sampai
10 ppt plankton air tawar hidup, pada salinitas 10 sampai 20 ppt plankton
air tawar dan laut hidup, sedangkan pada salinitas lebih besar dari 20 ppt
plankton laut hidup.
e. Arus

Arus adalah perpindahan massa air laut dari satu tempat ke tempat
lain. Arus sangat mempengaruhi sebaran organisme perairan. Arus adalah
faktor utama yang membatasi distribusi populasi biologis dalam air (Odum
1971). Arus laut dapat mendorong larva plankton dari habitat induknya ke
tempat mereka menetap dan berkembang. Di kawasan mangrove, arus
pasang surut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap sebaran
plankton. Arus ini penting dalam menentukan pergerakan dan distribusi
plankton di badan air.
Arus ini merupakan transportasi untuk makanan dan oksigen ke
organisme perairan (Hawkes 1978). Zooplankton bergerak secara vertikal
pada beberapa lapisan perairan, tetapi kekuatan berenangnya kecil
8

dibanding kekuatan arusnya (Nybakken 1992). Arus vertikal


mempengaruhi penyebaran plankton . Aliran di ekosistem perairan
membawa plankton, terutama fitoplankton yang berkumpul di tempat-
tempat tertentu. Oleh karena itu, habitat baru ini memiliki kandungan
nutrisi yang mendukung pertumbuhan fitoplankton.

2.4.2. Faktor Kimiawi


a. Nitrat

Nitrat memiliki ciri yang dapat mendeskripsikannya, yaitu


memiliki kandungan ion nitrat poliatomik yang terdiri dari satu atom
nitrogen dan tiga atom oksigen. Nitrat sangat penting untuk organisme
akuatik, walaupun dalam jumlah kecil. Pertumbuhan fitoplankton yang
optimal menurut Tambaru (2008) membutuhkan kandungan nitrat sekitar
0,9-3,5 mg/l. Nitrat berperan dalam membedakan kelimpahan fitoplankton
tinggi dan rendah.
b. Fosfor

Fosfor dan nitrogen sama-sama memiliki peran penting dalam


eutrofikasi pada ekosistem perairan, karena fitoplankton dan tanaman air
lainnya diketahui butuh asupan nitrogen dan fosfor. Fosfor adalah nutrisi
utama untuk pertumbuhannya. Kandungan fosfor optimum untuk
pertumbuhan fitoplankton adalah 0,27-5,51 mg/l (Wardhana 2015).
Peningkatan jumlah fosfor akan meningkatkan populasi plankton secara
besar-besaran, kemungkinan menyebabkan eutrofikasi pada ekosistem
perairan.

2.5 Plankon sebagai Bioindikator Perairan


Pencemaran air di suatu wilayah perairan tertentu bisa diketahui
melalui indikator adanya suatu organisme perairan, baik itu indikator
kimia, maupun indikator fisika karena habitat, mobilitas dan umur
organisme perairan yang relative lama yang berada di wilayah perairan
tertentu. Keanekaragaman spesies suatu organisme dapat menurun jika
9

adanya pencemaran, karena dengan adanya pencemaran ini dapat


memberikan dampak seperti berkurangnya keanekaragaman dan
kelimpahan hayati pada daerah yang terkena efek pembuangan limbah.
Selain indikator fisika dan kimia, pencemaran air pada suatu
perairan juga dapat diketahui melalui adanya pergerakan plankton, karena
pergerakannya yang aktif merupakan salah satu sifatnya. Jika di suatu
perairan terjadi pencemaran yang mengakibatkan dapat merubah kondisi
tempat hidup plankton, maka plankton akan bergerak mencari tempat yang
sesuai. Oleh karena itu, hal tersebut dapat dijadikan indikator atau
petunjuk terjadinya suatu pencemaran perairan,karena di suatu perairan
tersebut terjadi perubahan susunan komunitas organismenya. Untuk
mengetahui kondisi biologis suatu perairan, terdapat suatu petunjuk yaitu
dengan adanya macam macam jenis plankton di perairan tersebut.
Keragaman dan keseragaman jenis plakton dapat diketahui dengan
memakai pemakaian plankton sebagai parameter status mutu lingkungan
perairan. Akan sangat bermanfat dengan adanya Pemakaian organisme
parameter dalam penentuan mutu air akibat organisme tersebut akan
memberikan respon hasil terhadap kualitas perairan. Oleh karena itu,
berdasarkan parameter fisika dan kimianya, hal tersebut dapat memperkuat
dan juga melengkapi penilaian mutu badan perairan (Nugroho 2006).
BAB III
BAHAN DAN METODE
3.1 Waktu dan Tempat

Praktikum Pendugaan Produktivitas Primer dengan Enumerasi


Fitoplankton dilaksanakan di Laboratorium Sumberdaya Perairan,
lantai 1 Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas
Padjadjaran pada hari Kamis, 25 November 2021 pukul 08.00 –
10.00 WIB.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1. Alat Praktikum

Alat yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:


1. Plankton net digunakan untuk menyaring sampel plankton
2. Gayung untuk membawa sampel air berisi plankton dari perairan
3. Mikroskop untuk mengamati fitoplankton
4. Pipet untuk mengambil sampel fitoplankton dari botol yang kemudian di
pindahkan ke counting chamber (ruang hitung).
5. Counting Chamber (ruang hitung) untuk menempatkan sampel
fitoplankton yang akan diidentifikasi jenisnya serta dihitung.
6. Cover glass untuk menutup counting chamber dan berfungsi
meminimalisir penguapan fitoplankton dari ruang hitung.
7. Botol sampel untuk menyimpan sampel plankton.
3.2.2. Bahan Praktikum
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini yaitu:
1. Sampel plankton sebagai bahan yang akan dianalisis
2. Pengawet sampel (larutan lugol 0,5 % atau formalin 4%) sebagai pelarut

10
11

3.3 Prosedur Praktikum

Sampel plankton dibawa dari perairan dengan gayung

Sampel plankton disaring memakai plankton net dan dimasukkan ke dalam


botol serta diberi larutan pengawet

Sampel plankton dianalisis di laboratorium

Sampel air dimasukkan ke dalam counting chamber memakai pipet


sampaipenuh (1 ml) kemudian di tutup dengan cover glass

diamati dengan mikroskop, lalu dicatat jenis plankton dan hitung jumlahnya.

Kelimpahan dan indeks diversitas dihitung dengan Indeks Shannon-Wiener dan


Indeks Diversitas Simpson
12

3.4 Rumus Praktikum


Cara menghitung kelimpahan dapat menggunakan
persamaan sebagai berikut:

Kelimpahan = jumlah seluruh individu yang teridentifikasi x faktor


penggali

Faktor pengali = Volume terkonsentrasi x 1 Liter


Volume yang dihitung volume yang disaring

Perhitungan enumerasi fitoplankton didapatkan melalui indeks diversitas


yang tersedia. Pada praktikum ini rumus yang digunakan adalah
indeks Diversitas Shannon-Wiener dan Indeks Diversitas Simpson
(Krebs 1972). Persamaan dari kedua indeks tersebut yaitu :

1) Indeks Diversitas Shannon-Wienner

H = − ∑. pi ln pi

2) Indeks Diversitas Simpson

D = 1 – ∑( pi)2

Keterangan:
H = Indeks Diversitas Shannon-Wiener
D = Indeks Diversitas Simpson
Pi = Proposi jumlah individu dalam satu spesies dibagi jumlah total
individu
13
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

4.1.1. Hasil Kelompok


Tabel 1. Data Hasil Pengamatan
Fitoplankton
No.
Jenis Jumlah
1. Coelastrum Probocideum 1
2. Scenendesmus 1
3. Pediastrium sp. 10
Jumlah 12

Tabel 2. Hasil Perhitungan Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton (data


kelompok)
Faktor Kelimpahan
Jenis H D
Pengali Fitoplankton
Coelastrum Probocideum
1,4 Scenendesmus 17 ind/liter 0,6 0,29
Pediastrium sp.

14
15

4.1.2. Hasil Kelas


Tabel 3. Hasil Perhitungan Enumerasi Fitoplankton dan Zooplankton (data
kelas)
Faktor Klmphn Klmphn
Kel Jenis H D Jenis H D
pengali fito Zoo
Amphora ovalis
1 1,4 4 ind/lt 0,64 0,44
Synura sp.
Coelastrum
Probocideum
2 1,4 17 ind/lt 0,56 0,29
Scenendesmus
Pediastrium sp.
Pediastrum Cyclops fimbriatus
2,8 ind/lt 0,69 0
Krinchneeeriella Nauplius
Mycrocystis
3 1,4 aeruginosa 38 ind/lt 1,57 0
Cosmarium
Tetrastrum
Diatoma
Coelosphaerium
Cyclops sp.
dubium gronow 3 ind/lt 0,69 0,5
4 1,4 22 ind/lt 0,46 0,23
Micraterias crux Acartia sp.
Pediastrum teras
5 1,4 Chroococcus sp. 60 ind/lt 0 0
Scenedesmus sp.
Ankistrodesmus
sp
6 1,4 17 ind/lt 1,46 0,75
Treubaria sp.
Coelastrum sp.
Chroocococcus
7 1,4 Closterium sp. 18 ind/lt 1,38 0,75 Strombomonas 4,2 ind/lt 0 1
16

4.2 Pembahasan
4.2.1. Pembahasan Data Kelompok
a. Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton
Berdasarkan hasil pengamatan kelompok 2, didapatkan 3 spesies fitoplankton
yaitu 12 individu fitoplankton yang terdiri dari Coelastrum Probocideum
berjumlah 1 individu, Scenendesmus ber jumlah 1 individu dan Pediastrium sp.
berjumlah 10 individu. Perhitungan dan pengamatan enumerasi dapat diketahui
bahwa jumlah organisme plankton yang terdapat pada sampel yang berasal dari
perairan Ciparanje di dominasi oleh fitoplankton hal ini terbukti dari perhitungan
indeks keragaman dan keanekaragaman. Keanekaragaman fitoplankton dan
zooplankton diimbangi dengan kondisi lingkungan seperti suhu, nilai pH,
konsentrasi nutrisi, transmisi cahaya, cuaca, penyakit, ikan predator zooplankton,
dan kapasitas interspesifik. (Boyd 1990). Kelimpahan zooplankton dan
fitoplankton tidak hanya bergantung pada ruang dan waktu, tetapi juga oleh
beberapa faktor lain, antara lain fitoplankton yang menjadi sumber makanan bagi
zooplankton. Hal ini juga dipengaruhi oleh eksistensi predator zooplankton.
Faktor penting yang mempengaruhi jumlah organisme, keragaman, dan dominasi
adalah karena adanya perusakan habitat, perubahan iklim dan pencemaran
kimiawi (Widodo 1997).
b. Indeks Diversitas Shannon-Wiener Fitoplankton dan Zooplankton
Hasil perhitungan diversitas fitoplankton menggunakan indeks keanekaragaman
Shannon-Wienner diperoleh 0,56, yang artinya bahwa persentasi keanekaragaman
adalah sedang dengan tekanan ekologis seperti faktor fisika, kimia perairan
bernilai tinggi. Hal ini sesuai dengan kriteria yang digunakan dalam
keanekaragaman Shannon-Wiener yaitu 0 ≤ H’≤ 2,303. Artinya dalam perairan ini
tidak ada spesies yang mendominasi, spesies yang ditemukan beragam sehingga
dapat dikatakan perairan dari perairan Ciparanje untuk fitoplankton cukup baik.
c. Indeks Diversitas Simpson Fitoplankton dan Zooplankton
Perairan yang tercemar akan mempunyai keanekaragaman plankton yang
rendah. Odum (1975) menyatakan bahwa ekosistem alam yang tidak (belum)
mendapat energi atau bahan pencemar akan mempunyai Indeks Keanekaragaman
17

Simpson 0,6-0,8. Klasifikasi Indeks diversitas simpson terdiri dari tercemar ringan
(>0,8), tercemar sedang (0,6-0,8) dan tercemar berat (<0,6). Berdasarkan hasil
pengamatan dan perhitungan yang dilakukan kelompok 2 diperoleh hasil
keanekaragaman Simpson fitoplankton yaitu 0,29. Hasil keanekaragaman
Simpson fitoplankton menunjukkan bahwa kualitas perairan sudah mengalami
pencemaran dan kurang memenuhi syarat kebutuhan oksigen bagi
mikroorganisme air khususnya fitoplankton.
4.2.2. Pembahasan Data Kelas
a. Kelimpahan Fitoplankton dan Zooplankton
Berdasarkan hasil pengamatan kelas Perikanan A, didapatkan 21 spesies
fitoplankton dan 5 spesies zooplankton. Perhitungan dan pengamatan enumerasi
dapat diketahui bahwa jumlah organisme plankton yang terdapat pada sampel
yang berasal dari perairan Ciparanje di dominasi oleh fitoplankton hal ini terbukti
dari perhitungan indeks keragaman dan keanekaragaman. Keanekaragaman
fitoplankton dan zooplankton diimbangi dengan kondisi lingkungan seperti suhu,
nilai pH, konsentrasi nutrisi, transmisi cahaya, cuaca, penyakit, ikan predator
zooplankton, dan kapasitas interspesifik. (Boyd 1990).
b. Indeks Diversitas Shannon-Wiener Fitoplankton dan Zooplankton
Berdasarkan hasil pengamatan kelas Perikanan A, didapatkan 21 spesies
fitoplankton dan 5 spesies zooplankton. Perhitungan dan pengamatan enumerasi
dapat diketahui bahwa jumlah organisme plankton yang terdapat pada sampel
yang berasal dari perairan Ciparanje di dominasi oleh fitoplankton hal ini terbukti
dari perhitungan indeks keragaman dan keanekaragaman. Keanekaragaman
fitoplankton dan zooplankton diimbangi dengan kondisi lingkungan seperti suhu,
nilai pH, konsentrasi nutrisi, transmisi cahaya, cuaca, penyakit, ikan predator
zooplankton, dan kapasitas interspesifik. (Boyd 1990).
c. Indeks Diversitas Simpson Fitoplankton dan Zooplankton
Berdasarkan hasil observasi dan perhitungan yang dilakukan Perikanan A
diperoleh hasil keanekaragaman Simpson fitoplankton dan zooplankton sangat
beragam dan masuk dalam kategori tercemar ringan sampai tercemar berat. Hasil
perhitungan tertinggi adalah sebesar 1, sedangkan terendah adalah sebesar 0. Hal
18

ini menyebabkan indeks diversitas perairan ciparanje adalah tercemar ringan


sampai tercemar berat. Ini sesuai dengan klasifikasi Indeks diversitas simpson
menurut Odum (1975) yang terdiri dari tercemar ringan (>0,8), tercemar sedang
(0,6-0,8) dan tercemar berat (<0,6).
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan dapat
disimpulkan bahwa Enumerasi adalah teknik menghitung jumlah
sel dan digunakan untuk menghitung banyaknya mikroba dalam
medium tanpa mengidentifikasi jenis mikroba tersebut. Teknik ini
bertujuan untuk mengukur jumlah sel dari kultur bakteri. Analisis
langsung dapat dilakukan dengan menggunakan counting chamber.
Kelemahan dari pendekatan ini adalah ketidakmampuan untuk
membedakan sel bakteri hidup dan sel bakteri mati. Berdasarkan
pengamatan yang telah dilakukan, kelimpahan dari produsen
primer (fitoplankton) dan produsen sekunder (zooplankton) yang
cukup tinggi menandakan perairan tempat pengambilan sampel
memiliki produktivitas yang baik bagi kelangsungan hidup
organisme akuatik.

5.2 Saran
Setelah pelaksanaan praktikum offline dilaksanakan, kami menyarankan
agar dalam praktikum offline tersebut, praktikan harus lebih teliti dalam
pengamatan agar data yang dihasilkan lebih akurat. Dan sebaiknya semua
pengambilan sampel dilakukan oleh praktikan agar dalam pelaksanaan praktikum,
praktikan.dapat lebih paham.

19
DAFTAR PUSTAKA

Asriana. Yuliana. 2012. Produktivitas Perairan. Bumi Aksara: Jakarta


Adani, N. G, M. R. Muskanonfola, dan I. B. Hendrarto. 2013. Kesuburan Perairan
Ditinjau dari Kandungan Klorofil-a Fitoplankton: Studi Kasus di
Sungai Wedung, Demak. Diponegoro Journal Of Maquares 2 (4) : 38-
45.
Lee, H.-M., D.K. Henze, B. Alexander, and L.T. Murray. 2014. Investigating the
Sensitivity Of Surface-level Nitrate Seasonality in Antarctica To
Primary Sources Using a Global Model. Atmos. Environ.
Mulyadi, 1992, “Pemeriksaan Akuntan”, Edisi empat, Yogyakarta : STIE-YPKN.
Nontji, A. 1993. Pengolahan Sumberdaya Kelautan Indonesia Dengan Tekanan
Utama Pada Perairan Pesisir. Prosisig Seminar Dies Natalis Universitas
Hang Tuah . Surabaya.
Resosoedarmo, Soedjiran, 1989, Pengantar Ekologi, Bandung, Remaja Karya
Sachlan, M. 1980. Planktonologi. Semarang: Fakultas peternakan dan fakultas
Biologi. Universitas diponegoro.
Odum, E. P. 1993. Dasar-dasar Ekologi. Diterjemahkan dari Fundamental Of
Ecology oleh T. Samingan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

20
LAMPIRAN
Lampiran 1. Alat Praktikum

Miskroskop Gelas Ukur

Cover Glass Counting Chamber

Hand Tally Counter Pipet

21
Lampiran 2. Bahan Praktikum

Sampel Air

Lampiran 3. Kegiatan Praktikum

Proses Pengamatan Sampel Proses Pengamatan Sampel

Hasil Pegamatan Hasil Pengamatan

22
Lampiran 4. Perhitungan
Tabel 1. Data Hasil Pengamatan
Fitoplankton
No.
Jenis Jumlah
1. Coelastrum Probocideum 1
2. Scenendesmus 1
3. Pediastrium sp. 10
Jumlah 12

Hasil Perhitungan Kelimpahan Fitoplankton Kelompok 2


volterkonsentrasi 1 liter
 Faktor pengali = ×
volyangdihitung volyangdisaring
0,14 L 1liter
= ×
0,01 L 10 L
= 14 L x 0,1 L
= 1,4 L
 Kelimpahan fitoplankton = jumlah seluruh individu yang
teridentifikasi x factor pengali
= 12 x 1,4
= 16,8
= 17 individu/liter
 Kelimpahan Coelastrum Probocideum = jumlah seluruh individu yang
teridentifikasi x faktor penggali
= 1 x 1,4
= 1,4 ind/liter
 Kelimpahan Scenendesmus = jumlah seluruh individu yang teridentifikasi
x faktor penggali
= 1 x 1,4
= 1,4 ind/liter

23
 Kelimpahan Pediastrium sp = jumlah seluruh individu yang teridentifikasi
x faktor penggali
= 10 x 1,4
= 14 ind/liter
Hasil Perhitungan Indeks Diversitas Shannon- Wiener dan Shimpson
Fitoplankton Kelompok 2
 Indeks Diversitas Shannon-wiener
H = - Σ pi ln pi

=-
[( 10 10
ln
12 12 )] [( 121 ln 121 )] [( 121 ln 121 )]
+ +

= - (-0,56)
= 0,56
 Indeks Diversitas Simpson
D = 1 - Σ (pi)2

[( ) ( ) ( ) ]
2 2 2
10 1 1
=1- + +
12 12 12
= 0,29

25

Anda mungkin juga menyukai