Anda di halaman 1dari 4

Definisi

Herpes simpleks adalah infeksi akut yang disebabkan oleh Herpes simplex virus (HSV). Herpes
simplex virus (HSV) merupakan virus DNA dari ordo Herpesvirales, famili Herpesviridae,
subfamili Alphaherpesvirinae, dan genus Simplex Virus . Ada 2 tipe HSV yaitu HSV-1 dan HSV-
2 yang diketahui merupakan patogen bagi manusia dan manusia adalah satu-satunya reservoar
HSV yang masing-masing secara historis dikaitkan dengan herpes oral dan herpes genital.
Keunikan HSV adalah mampu bergerak di neuron, bermultiplikasi di ganglion, menginfeksi
jaringan mukosa secara akut dan menyebar dan membentuk infeksi laten pada neuron sensorik.
HSV di kemudian hari dapat aktif kembali untuk menyebabkan infeksi berulang. Cara penularan
HSV dipengaruhi 2 faktor yaitu melalui kontak erat dengan (kulit-mukosa) penderita yang
terinfeksi dan adanya trauma (luka terbuka).

Cliffe A, Chang L, Colgrove R, Knipe DM. Herpes Simplex Virus. Third Edit. Elsevier; 2014.
doi:10.1007/978-1-4614-8344-1_13

Klasifikasi

Herpes simplex virus (HSV) termasuk jenis pathogen yang dapat menyesuaikan diri dengan
tubuh host. HSV dapat dibedakan ke dalam 2 serotipe yaitu herpes simpleks virus tipe 1 (HSV-
1) dan herpes simpleks virus tipe 2 (HSV-2) yang merupakan virus double-stranded DNA,
bertransmisi melalui sel epitel mukosa, serta melalui gangguan kulit, bermigrasi ke jaringan
saraf, di mana mereka tetap dalam keadaan laten. Di antara kedua bentuk klinis jangkitan
(infeksi) herpes ini, herpes genitalis merupakan salah satu penyakit menular seksual yang perlu
mendapat perhatian. Karena selain sifat penyakitnya sukar disembuhkan dan sering bersifat
kambuh, pemindahan (transmisi) virus dapat terjadi dari penderita yang tanpa
gejala/asimptomatik.

Terdapat 3 jenis infeksi HSV yaitu:

(1) Infeksi primer (primary infection)

Infeksi primer adalah infeksi pada seseorang yang seronegatif terhadap HSV. Infeksi ini
merupakan infeksi pertama pada seseorang yang rentan, umumnya subklinis atau terbatas pada
lesi superfisial disertai gejala sistemi ringan. Pada neonatus, penderita imunokompromais, dan
penderita gizi buruk, infeksi primer dapat mengakibatkan manifestasi klinis berat bahkan tanpa
disertai lesi superfisial. Antibodi sirkulasi dan respon selular kemudian muncul setelah infeksi
dimulai.

(2) Infeksi pertama tapi bukan primer (First infection, nonprimary)


Infeksi pada seseorang yang telah memiliki imunitas terhadap salah satu HSV (misalnya HSV-1),
namun terinfeksi oleh HSV tipe lain (misalnya HSV-2). Umumnya infeksi jenis ini lebih ringan
daripada infeksi primer, namun bila infeksi jenis ini terjadi pada ibu hamil menjelang melahirkan
maka bayi yang terinfeksi dapat mengalami infeksi berat akibat tidak adanya antibodi spesifik.

(3) Infeksi rekuren (recurrent infection)

Infeksi rekuren merupakan rektifasi infeksi laten pada penderita yang telah memiliki imunitas
HSV. Reaktifasi ini terjadi akibat stimulasi nonspesifik seperti perubahan external milieu
(misalnya dingin, cahaya ultraviolet) atau internal milleu (misalnya menstruasi, demam, atau
stress emosional).

Cliffe A, Chang L, Colgrove R, Knipe DM. Herpes Simplex Virus. Third Edit. Elsevier; 2014.
doi:10.1007/978-1-4614-8344-1_13

Whitley RJ, Kimberlin DW, Roizman B. STATE-OF-THE-ART CLINICAL ARTICLE: Herpes


Simplex Viruses. Clin Infect Dis. 1998;26:541-555.

Latar belakang

Herpes simplex virus (HSV) termasuk jenis pathogen yang dapat menyesuaikan diri
dengan tubuh host. Herpes simplex virus (HSV) merupakan virus DNA dari ordo Herpesvirales,
famili Herpesviridae, subfamili Alphaherpesvirinae, dan genus Simplex Virus . Ada 2 tipe HSV
yaitu HSV-1 dan HSV-2 yang diketahui merupakan patogen bagi manusia dan manusia adalah
satu-satunya reservoar HSV yang masing-masing secara historis dikaitkan dengan herpes oral
dan herpes genital.1 Pembagian tipe I dan II dapat berdasarkan karakteristik pertumbuhan pada
media kultur, antigenic marker, dan lokasi klinis (tempat predileksi).2
Herpes simpleks virus (HSV) adalah virus DNA yang patogen pada manusia yang
secara intermitten dapat teraktivasi kembali. Setelah replikasi di kulit atau mukosa
virus menginfeksi ujung saraf lokal dan menuju ke ganglion yang kemudian menjadi laten
hingga teraktivasi kembali. Cara penularan HSV dipengaruhi 2 faktor yaitu melalui kontak erat
dengan (kulit-mukosa) penderita yang terinfeksi dan adanya trauma (luka terbuka). Sekitar 80%
dari infeksi herpes simpleks tidak menunjukkan gejala. Gejala infeksi dapat
dicirikan dengan adanya rekurensi yang sering terjadi dimana pada host yang
immunocompromised infeksi d a p a t m e n y e b a b k a n k o m p l i k a s i y a n g m e n g a n c a m
j i w a . Infeksi HSV dibagi menjadi beberapa kategori episode, yaitu infeksi primer, infeksi non-
primer, infeksi rekurens, dan pelepasan virus tanpa gejala (asymptomatic viral shedding). 1,3

Manifestasi klinis penyakit HSV sangat bervariasi, dapat bersifat infeksi lokal ataupun
sistemik. Manifestasi klinis bisa asimtomatik hingga gejala sistemik berat. Diagnosis penyakit
HSV ditegakan bila terdapat temuan berikut: (1) gambaran klinis yang sesuai dengan penyakit
HSV; (2) kultur virus; (3) temuan antibodi spesifik; (4) Dari apusan/kerokan mukokutaneus atau
materi biopsi, ditemukannya sel karakteristik infeksi HSV, perubahan histologi, antigen virus,
atau DNA HSV. 4,5
Pengobatan eradikasi HSV adalah dengan pemberian asiklovir 200-400
mg/hari sebanyak 3-4x sehari selama 7-10 hari. Untuk kasus berat yang memerlukan rawat inap,
acyclovir diberikan secara intra vena 5 mg/kgBB/hari, tiap 8 jam, diberikan dalam waktu 1 jam,
selama 7-14 hari. Pemberian acyclovir untuk penderita imunokompromais adalah intra vena 5
mg/kgBB/hari, tiap 8 jam, lama pemeberian tergantung respon klinis. Untuk manifestasi klinis
yang lebih berat dosis dapat diberikan lebih tinggi. Infeksi primer lokal HSV umumnya dapat
sembuh dengan sendirinya (self limited), biasanya dalam 1-2 minggu. Angka kematian yang
tinggi terdapat pada kelompok penderita imunokompremais berat atau gizi buruk. Sanitasi yang
baik dan pencegahan kontak dari penderita merupakan cara yang paling baik dalam mencegah
penularan HSV. ( ini refernsinya di zura cuman zura ga cantumin di filenya referensinya apa )

1. Cliffe A, Chang L, Colgrove R, Knipe DM. Herpes Simplex Virus. Third Edit. Elsevier; 2014.
doi:10.1007/978-1-4614-8344-1_13

2. Menaldi SL, Bramono K, Indriatmi W, editors. Ilmu Penyakit Kulit dan. Kelamin. Jakarta:
Badan Penerbit FKUI; 2016.

3. Alifa D. Herpes Genitalis Pada Kehamilan. Indonesian Journal of Obstetrics & Gynecology
Science. 2021. DOI: http://dx.doi.org/10.24198/obgynia/v4n2s.317

4. Sandra W, Hardayanto S, Hanny N, Yulianto L, Agnes S, Danang T, Cita R, Reti H, Satya W,


Sri L. Panduan Praktik Klinis Bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Di Indonesia.
Perhimpunan Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin Indonesia. 2017.
5. Eppy. Infeksi Virus Herpes Simpleks dan Komplikasinya. Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi
Departmen Ilmu Penyakit Dalam RSU Persahabatan. 2017. Vol 44.

Anda mungkin juga menyukai