Rev - BST Veruka Vulgaris-1
Rev - BST Veruka Vulgaris-1
Veruka Vulgaris
Oleh:
Hamni Tanjung 1810312080
Preseptor:
Dr. dr. Qaira Anum, Sp.D.V.E, Subsp, Ven, FINSDV, FAADV
Puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kehendak-Nya
penulis dapat menyelasaikan laporan Bed Side Teaching berjudul Veruka Vulgaris.
Laporan ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Bagian Dermatologi
dan Venereologi periode 09 Agustus sampai 11 September 2023.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. dr.
Qaira Anum, Sp. D.V.E, Subsp, Ven, FINSDV, FAADV, selaku preseptor pada
Kepaniteraan Bagian Dermatologi dan Venereologi di RSUP M Djamil Padang, yang
telah memberikan masukan yang berguna dalam proses penyusunan makalah ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada PPDS pendamping dan rekan-
rekan yang juga turut membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan
bahasa maupun sistematika pada laporan ini. Untuk itu kritik dan saran pembaca
sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap kiranya laporan ini dapat
menjadi masukan yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan
profesi lain yang terkait dengan masalah kesehatan khususnya mengenai veruka
vulgaris.
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Batasan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penulisan
1.5 Manfaat Penulisan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3. Etiologi
2.4. Patologi
2.5. Klasifikasi
2.6 Gejala Klinis
2.7 Diagnosis
2.8 Diagnosis Banding
2.9 Histopatologi
2.10 Tatalaksana Umum
2.11 Tatalaksana Khusus
2.12 Prognosis
BAB 3. LAPORAN KASUS
BAB 4. DISKUSI
BAB 5. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Pendahuluan
Veruka Vulgaris atau yang biasa dikenal dengan kutil merupakan salah satu
kasus yang banyak dijumpai di masyarakat. Kutil ini terutama terdapat pada anak
tetapi juga terdapat pada dewasa dan orang tua. Tempat predileksi veruka terutama di
ekstremitas bagian ekstensor tetapi penyebarannya dapat ke bagian tubuh lain
termasuk mukosa mulut dan hidung. Kutil memiliki bentuk bulat, berwarna abu-abu,
ukuran dapat lentikular atau plakat jika lesi berkonfluensi dan permukaan kasar atau
licin. Auto inokulasi dapat terjadi setelah penggoresan (Fenomena Koebner).1
Diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif terhadap veruka vulgaris
dikarenakan sifatnya yang dapat menular dan rekuren.
2.1 Definisi
Veruka vulgaris merupakan infeksi human papilloma virus yang
bermanifestasi pada kulit dan bersifat jinak. Predileksi penyakit ini biasanya pada jari,
punggung tangan maupun kaki. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak-anak, dewasa
muda, dan pasien imunosupresi. Virus dapat ditularkan melalui kontak langsung
maupun tidak langsung, namun kemungkinan penularan meningkat jika virus
berkontak dengan kulit yang mengalami luka.2
Virus ini akan menular pada orang tertentu yang tidak memiliki imunitas
spesifik terhadap virus ini pada kulitnya. Pada veruka vulgaris, pemeriksaan
histopatologi menunjukkan adanya hiperplasia dari semua lapisan epidermis.
Perubahan seluler yang disebut koilocytosis merupakan karakteristik infeksi HPV.1
2.2 Epidemiologi
Veruka vulgaris terjadi di seluruh dunia. Veruka Vulgaris diperkirakan
mempengaruhi sekitar 7-12% dari populasi meskipun frekuensinya tidak diketahui.
Veruka vulgaris dapat terjadi pada semua usia, tetapi jarang pada bayi dan anak.
Kelainan meningkat selama usia sekolah, ditemukan prevalensi pada anak usia
sekolah adalah 10-20%. Studi lain menunjukkan pada populasi sekolah didapatkan
prevalensi sebesar 12% pada anak usia 4-6 tahun dan 24% pada 16-18 tahun. Insiden
usia spesifik kutil non-genital berbeda dari kutil genital yang jarang terjadi pada
anak.3,4,5
Penyakit ini juga banyak dialami oleh pasien imunosupresi. Orang kulit putih
dua kali lebih sering mengalami veruka vulgaris dibanding orang kulit hitam atau
Asia. Kutil dapat terjadi pada pria dan wanita dengan perbandingan yang sama.3,4
2.3 Etiologi
Veruka Vulgaris disebabkan oleh Virus HPV yang tergolong dalam virus
papiloma, merupakan virus DNA, dengan karakteristik replikasi intranuklear. Ada
120 jenis tipe papilomavirus yang dapat menginfeksi manusia. Penyebab veruka
vulgaris terutama adalah HPV 2, tetapi dapat juga disebabkan oleh HPV 1 dan 4.
Veruka vulgaris dapat menyebar karena autoinokulasi dan dalam masa 2 tahun, 65%
veruka vulgaris dapat menghilang secara spontan.3,6
Virus hanya dapat bereplikasi di keratinosit. Hal itu menyebabkan proliferasi
epitel. Setelah itu infeksi dapat menjadi laten dan kemudian menjadi reaktif. Masa
inkubasi bervariasi mulai dari berminggu-minggu sampai satu tahun. Jenis-jenis kutil
dapat bervariasi tergantung daripada kulit dan mukosa serta lokasi predileksinya.
Virus ditransmisikan secara langsung (orang ke orang) maupun secara tidak langsung.
Pertahanan tubuh terhadap resiko HPV bergantung pada imunitas seluler, karena jika
imunitas seluler menurun, kejadian kutil lebih besar, penyebaran lebih luas dan ada
risiko yang lebih tinggi menjadi ganas.7
2.4 Patofisiologi
Patofisiologi veruka vulgaris berawal dari masuknya virus melalui sawar
epidermis yang mengalami kerusakan. Virus di sel kulit akan berada dalam bentuk
plasmid ekstrakromosom atau episom di inti sel basal epitel yang tidak mengganggu
keberadaan genom sel inang.8
Apabila virus tidak berhasil diinaktivasi oleh sistem imun, keratinosit basal
sel inang akan mengalami replikasi melalui protein E1 dan E2 HPV. Progresivitas
replikasi akan mempengaruhi permukaan luar epitel yang diikuti dengan peningkatan
protein virus pada setiap sel yang mengalami diferensiasi. Jika kopi DNA virus telah
mencapai jumlah tertentu, keratinosit akan menghasilkan protein L1 dan L2 yang
berperan sebagai kapsid pembungkus virus. Kapsid akan membungkus DNA virus
dengan bantuan protein E2, yang membawa DNA HPV masuk ke inti dari sel inang.
Partikel virus kemudian akan dilepaskan dari keratinosit yang mengalami deskuamasi
pada permukaan veruka.8
Setelah terjadi inokulasi HPV, veruka biasanya muncul dalam 2 sampai 9
bulan. Observasi ini mengimplikasikan bahwa periode infeksi subklinis yang relatif
panjang dan dapat merupakan sumber yang tidak terlihat dari virus infeksius.
Permukaan kasar dari kutil dapat merusak kulit yang berdekatan dan memungkinkan
inokulasi virus ke lokasi yang berdekatan, dengan perkembangan kutil yang baru
dalam periode minggu sampai bulan. Tiap lesi yang baru diakibatkan paparan atau
penyebaran dari kutil yang lain.9
HPV tidak bertunas dari nukleus atau membran plasma, seperti halnya banyak
virus seperti virus herpes simpleks. Oleh karena itu, virus tidak memiliki selubung
lipoprotein yang menyebabkan kerentanan terhadap inaktivasi yang cepat oleh
kondisi lingkungan seperti pembekuan, pemanasan, atau dehidrasi dengan alkohol.9
2.5 Klasifikasi
Penyakit veruka mempunyai beberapa bentuk klinis yaitu:2
1. Veruka Kutan
Ditemukan lesi kulit tunggal atau berkelompok, bersisik, memiliki permukaan
kasar berupa papul atau nodul yang seperti duri. Lesi muncul secara perlahan dan
dapat bertahan dengan ukuran kecil, atau membesar. Lesi dapat menyebar ke bagian
tubuh lain.
Berdasarkan morfologinya, veruka dibagi menjadi :
• Veruka vulgaris : erbentuk papul verukosa yang keratotik, kasar, dan
bersisik. Lesi dapat berdiameter kurang dari 1 mm hingga lebih dari 1 cm
dan dapat berkonfluens menjadi lesi yang lebih lebar.
• Veruka filiformis : berbentuk seperti tanduk
• Veruka plana : papul yang sedikit meninggi dengan bagian atas yang
datar, biasanya memiliki skuama yang sedikit.
Berdasarkan lokasi anatominya, veruka dibagi menjadi :
• Veruka plamar dan plantar : lesi berupa papul hiperkeratotik, tebal dan
endofitik yang terkadang disertai rasa nyeri dengan penekanan.
• Veruka mosaik : veruka plantar atau palmar yang meluas membentuk
plak
• Butcher’s wart : papul verukosa yang biasanya multipel pada palmar,
periungual, dorsal palmar dan jari dari tukang potong daging
2. Veruka Mukosa
Lesi umumnya kecil, berupa papul lunak, berwarna merah muda atau putih.1
Biasanya ditemukan di gusi, mukosa labial, lidah, atau palatum durum. Terkadang
dapat pula muncul di uretra dan dapat menyebar ke kandung kemih. Dapat
disebabkan karena kontak seksual.
2.7 Diagnosis
Veruka vulgaris biasanya tidak langsung menimbulkan gejala klinis, terdapat
periode infeksi subklinik yang panjang. Benjolan biasa muncul 2-9 bulan setelah
inokulasi. Biasanya pasien mengeluhkan terdapat benjolan kecil yang padat di daerah
kaki dan tangan, terutama pada jari dan telapak. Veruka vulgaris biasanya tidak
disertai gejala prodromal. Gambaran klinis dan riwayat penyakit, papul yang lama
kelamaan membesar biasanya mengarahkan pada diagnosis kutil virus. Infeksi yang
disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini terbatas pada epitel dan tidak
menyebabkan gangguan sistemik. Pemeriksaan histologi dapat digunakan untuk
mengkonfirmasikan diagnosis tersebut.6
Pemeriksaan fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan veruka
vulgaris biasanya didapatkan papul berbentuk bulat berwarna abu-abu, besarnya
lentikular atau apabila berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa).
Veruka vulgaris dapat timbul di berbagai bagian tubuh terutama di kaki dan tangan.
Apabila dilakukan goresan, akan timbul inokulasi di sepanjang goresan atau disebut
juga dengan fenomena koebner.9
Menurut sifat progresinya, wujud kelainan kulit pada veruka vulgaris adalah mula-
mula papul kecil seukuran kepala jarum, warna kulit seperti biasa, jernih, kemudian
tumbuh menonjol, permukaan papilar berwarna lebih gelap dan hiperkeratotik.9
2.9 Dermoskopi
Gambaran red-black (hemorrhagic) dot dikelilingi white halo yang
dihubungkan dengan papilomatosis, red-black (hemorrhagic) streaks pada weight
bearing area palmoplantar, dan hairpin vessels. Pemeriksaan dermoskopi dapat
membantu diagnosis dan evaluasi terapi.2
2.10 Histopatologi
Jika gambaran klinis tidak jelas dapat dilakukan pemeriksaan histopatologik
melalui biopsi kulit. Gambaran histopatologik dapat membedakan bermacam-macam
papiloma. Veruka terdiri dari epidermis yang akantotik dengan papillomatosis,
hiperkeratosis, dan parakeratosis.13
Sel yang terinfeksi HPV mungkin memiliki granul-granul eosinofilik kecil
dan kelompok padat granul-granul keratohialin basofilik. Granul-granul tersebut
dapat terdiri dari protein HPVE4 (E1-E4) dan tidak menunjukkan banyaknya partikel-
partikel virus. Kutil yang datar kurang memiliki akantosis dan hiperkeratosis dan
tidak memiliki parakeratosis atau papillomatosis. Sel koilositotik biasanya sangat
banyak, menunjukkan sumber lesi virus.6
Gambar :
(A) Veruka Vulgaris pada lengan, papul berbatas tegas dan hiperkeratotik.
(B) Epidermal hiperplasia berbentuk seperti jari dengan gambaran lapisan
granularyang jelas dan koilocytes.
(C) Epidermal hiperplasia berbentuk verrucous danakantosisdenganproliferasi
basaloid dan keratinosit.
(D) Kista horn dengan keratinosit yang mildatypia dan gambaran inflamasi.
12
BAB III
LAPORAN KASUS
IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. FN
Umur/ Tanggal lahir : 23 tahun / 31 Mei 2000
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama Ibu Kandung : Ny. F
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Jati III, Kota Padang
Status Perkawinan : Belum Menikah
Negeri Asal : Indonesia
Agama : Islam
Suku : Minang
No HP : 0813 6425 xxxx
Keluhan Utama :
Kutil sewarna kulit dengan permukaan kasar, multiple, kutil tidak nyeri
dan terasa gatal yang semakin banyak sejak 3 bulan yang lalu pada lengan bawah
kanan.
• Pasien mengaku pernah ada riwayat kontak dengan teman yang memiliki
keluhan serupa, karena sebelumnya sering meminjam jaket teman pasien
13
tersebut
• Pasien mengaku tidak ada kutil serupa dibagian tubuh yang lain.
Riwayat Pengobatan :
• Pasien belum pernah berobat karena tidak merasakan keluhan lain yang
mengganggu selain dalam aspek kosmetika.
PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Berat Badan : 85 kg
Tinggi Badan : 175 cm
Status Gizi : 27,7 (Obesitas I)
Frekuensi Nadi : 89x/menit
Frekuensi Nafas : 19x/menit
Tekanan Darah : 118/80 mmHg
Suhu : 36,7 oC
Kepala : Normosefal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Tidak ada deviasi, krepitasi (-)
KGB : Tidak ada pembesaran KGB
Pemeriksaan thorak : Normochest
14
Paru : Simetris, fremitus kanan sama dengan kiri, sonor,
….”……. suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-).
Status Dermatologikus :
• Lokasi : Lengan bawah kanan
Distribusi : Terlokalisir
Bentuk : Khas
Susunan : Korimbiformis
Batas : Tegas
Ukuran : Miliar-lentikular
Efloresensi : Papul-papul padat dengan permukaan verukosa
15
Kelainan rambut : Tidak ditemukan kelainan rambut
Kelainan kelenjar limfe : Tidak teraba pembesaran KGB
Resume :
Seorang pasien laki-laki berusia 23 tahun datang ke Poliklinik
Dermatologi dan Venereologi RSUP Dr. M. Djamil Padang, dengan keluhan
utama yaitu kutil sewarna kulit dengan permukaan kasar, multiple, kutil tidak
nyeri dan terasa gatal yang semakin banyak sejak 3 bulan yang lalu pada lengan
bawah kanan. Awalnya kutil berukuran sebesar kepala jarum pentul, lalu
membesar sampai seukuran biji jagung dan menetap. Kutil bertambah banyak
sejak 3 bulan setelah kutil pertama, berbentuk bulat, tidak nyeri dan terasa gatal.
Pasien mengaku pernah ada riwayat kontak dengan teman yang memiliki keluhan
serupa, dan sebelumnya pernah meminjam jaket teman pasien tersebut Sehari-
hari, pasien sering berolahraga futsal. Pasien belum pernah berobat karena tidak
merasakan keluhan lain yang mengganggu selain dalam aspek kosmetika.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan status generalis dalam batas normal, dan
status dermatologikus didapatkan lesi dengan lokasi di lengan bawah kanan,
dengan distribusi terlokalisir, berbentuk khas dengan susunan korimbiformis,
batas lesi tegas, ukuran miliar-lentikular, dengan efloresensi yaitu papul-papul
padat dengan permukaan verukosa.
DIAGNOSIS BANDING : Tidak ada diagnosis banding untuk kasus ini, karena
lesi pada pasien khas menggambarkan veruka vulgaris.
PEMERIKSAAN RUTIN
• Dermoskopi
PEMERIKSAAN ANJURAN
• Pemeriksaan histopatologi
ANJURAN TERAPI
• Medikamentosa
16
PENATALAKSANAAN :
Terapi Umum:
• Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus dan
dapat disembuhkan, namun tetap tergantung pada faktor lingkungan,
perilaku higiene, dan imunitas pasien.
• Memberikan edukasi kepada pasien untuk tidak mencongkel atau
menggaruk benjolan, karena bisa menyebabkan autoinokulasi virus..
Keinginan untuk memegang kutil bisa dihindari dengan menutupi kutil
dengan plester.
• Hindari kontak kulit dengan orang yang memiliki keluham yang sama.
• Menjelaskan cara pemakaian obat kepada pasien, yaitu dengan menutupi
kulit sekitar lesi dengan plester sebelum mengoleskan obat pada benjolan,
karena obat bersifat cukup keras. Obat dioleskan sebanyak 3 kali sehari
ditempat lesi dilanjutkan dengan menutup lesi tersebut dengan plester.
Pasien harus mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai obat.
Terapi Khusus:
• Asam salisilat 40% salep, 30 g pemakaian 3 x sehari.
PROGNOSIS:
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
• Quo ad fungsionam : bonam
• Quo ad kosmetikum : bonam
17
Resep
Pro : Tn. FN
Umur : 23 tahun
Alamat : Jl. Jati III, Padang
18
BAB IV
DISKUSI
21
BAB V
KESIMPULAN
22
DAFTAR PUSTAKA
1. Djuandha Adni, Hamzah Mochtar, Aisah Siti, 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Ed 6. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. PPK Perdoski 2021
3. Linuwih, S. 2019. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Senefeit P.D. Non-genital warts (online), 2011. Available from
www.medscape.com. Accessed on December, 2022.
5. G. Fabbrocini, S. Cacciapuoti, G. Monfrecola, 2009.Human Papillomavirus
Infection in Child in The Open Dermatology Journal Vol. 3. Bentham Open.
p.111-116.
6. Jeffrey S. Orringer., Amy J. McMichael., David J. Margolis., Alexander H.
Enk., Anna L. Bruckner., Masayuki Amagai, Sewon Kang editors. 2019.
Fitzpatrick’s Dermatology, 9th ed, McGraw Hill, New York.
7. L, Norman, 2012. Warts : 10 Answer to Frequently Asekd Questions. Web MD.
Accessed on April 12th, 2022.
8. Witchey D, Witchey N, Roth-Kauffman M, Kauffman M. Plantar Warts:
Epidemiology, Pathophysiology, and Clinical Management. The Journal of the
American Osteopathic Association. 2018;118(2):92.
9. D, James G.Warts, 2013. Merck Manual Home Health Handbook.
10. Handoko RP, 2010. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 6.
Jakarta:FKUI:110-118.
11. Mayo Clinic. Common Warts. 2012. Diakses, 5 September 2015
12. Klaus Wolff, Richard Allen Johnson, Dick Suurmond, 2007. Fitzpatrick’s Color
Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology: McGraw-Hill’s Access Medicine.
13. Gayle S. Westhoven, 2001.Papillomatosis, Atrophy and Alterations of the
Granular Layer in Dermatopathology edited by Ramon L. Sanchez, Sharon S.
Raimer. Landes Bioscience: Georgetown, Texas. p. 20-28.
14. Sam Gibbs, 2003. Local Treatment for Cutaneous Warts in Evidence-based
Dermatology edited by Hywel Williams,Michael Bigby, Thomas Diepgen,
Andrew Herxheimer, Luigi Naldi, Berthold Rzany. BMJ Books: London p.423-
430.
15. Jordan Witchey D, Brianne Witchey N, Roth-Kauffman MM, Kevin Kauffman M.
Plantar warts: Epidemiology, pathophysiology, and clinical management. Journal of
the American Osteopathic Association. 2018 Feb 1;118(2):92–105.
16. Zhu P, Qi RQ, Yang Y, Huo W, Zhang Y, He L, et al. Clinical guideline for the
diagnosis and treatment of cutaneous warts (2022). J Evid Based Med. 2022 Sep
1;15(3):284–301.
17. Sanchez DP, Sonthalia S. Koebner Phenomenon. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing. 2023 Jan.
23
24
25
26