Anda di halaman 1dari 26

Bed Side Teaching

Veruka Vulgaris

Oleh:
Hamni Tanjung 1810312080

Preseptor:
Dr. dr. Qaira Anum, Sp.D.V.E, Subsp, Ven, FINSDV, FAADV

BAGIAN ILMU KESEHATAN DERMATOLOGI DAN VENEREOLOGI


FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
2023
KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas rahmat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena atas kehendak-Nya
penulis dapat menyelasaikan laporan Bed Side Teaching berjudul Veruka Vulgaris.
Laporan ini dibuat sebagai salah satu tugas dalam Kepaniteraan Bagian Dermatologi
dan Venereologi periode 09 Agustus sampai 11 September 2023.
Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada Dr. dr.
Qaira Anum, Sp. D.V.E, Subsp, Ven, FINSDV, FAADV, selaku preseptor pada
Kepaniteraan Bagian Dermatologi dan Venereologi di RSUP M Djamil Padang, yang
telah memberikan masukan yang berguna dalam proses penyusunan makalah ini.
Tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada PPDS pendamping dan rekan-
rekan yang juga turut membantu dalam upaya penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi isi, susunan
bahasa maupun sistematika pada laporan ini. Untuk itu kritik dan saran pembaca
sangat penulis harapkan. Akhir kata penulis berharap kiranya laporan ini dapat
menjadi masukan yang berguna dan bisa menjadi informasi bagi tenaga medis dan
profesi lain yang terkait dengan masalah kesehatan khususnya mengenai veruka
vulgaris.

Padang, Agustus 2023

Penulis
DAFTAR ISI

Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Batasan Masalah
1.3 Tujuan Penulisan
1.4 Metode Penulisan
1.5 Manfaat Penulisan
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
2.2 Epidemiologi
2.3. Etiologi
2.4. Patologi
2.5. Klasifikasi
2.6 Gejala Klinis
2.7 Diagnosis
2.8 Diagnosis Banding
2.9 Histopatologi
2.10 Tatalaksana Umum
2.11 Tatalaksana Khusus
2.12 Prognosis
BAB 3. LAPORAN KASUS
BAB 4. DISKUSI
BAB 5. KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Pendahuluan
Veruka Vulgaris atau yang biasa dikenal dengan kutil merupakan salah satu
kasus yang banyak dijumpai di masyarakat. Kutil ini terutama terdapat pada anak
tetapi juga terdapat pada dewasa dan orang tua. Tempat predileksi veruka terutama di
ekstremitas bagian ekstensor tetapi penyebarannya dapat ke bagian tubuh lain
termasuk mukosa mulut dan hidung. Kutil memiliki bentuk bulat, berwarna abu-abu,
ukuran dapat lentikular atau plakat jika lesi berkonfluensi dan permukaan kasar atau
licin. Auto inokulasi dapat terjadi setelah penggoresan (Fenomena Koebner).1
Diperlukan penatalaksanaan yang komprehensif terhadap veruka vulgaris
dikarenakan sifatnya yang dapat menular dan rekuren.

1.2 Batasan Masalah


Makalah ini membahas mengenai definisi, epidemiologi, klasifikasi, etiologi,
patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan dari veruka vulgaris.
1.3 Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk mengetahui definisi, epidemiologi,
klasifikasi, etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis, dan penatalaksanaan dari veruka
vulgaris.
1.4 Manfaat Penulisan
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat dalam memberikan informasi dan
pengetahuan tentang veruka vulgaris.
1.5 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode tinjauan pustaka yang dirujuk
dari berbagai literatur.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Veruka vulgaris merupakan infeksi human papilloma virus yang
bermanifestasi pada kulit dan bersifat jinak. Predileksi penyakit ini biasanya pada jari,
punggung tangan maupun kaki. Penyakit ini biasanya terjadi pada anak-anak, dewasa
muda, dan pasien imunosupresi. Virus dapat ditularkan melalui kontak langsung
maupun tidak langsung, namun kemungkinan penularan meningkat jika virus
berkontak dengan kulit yang mengalami luka.2
Virus ini akan menular pada orang tertentu yang tidak memiliki imunitas
spesifik terhadap virus ini pada kulitnya. Pada veruka vulgaris, pemeriksaan
histopatologi menunjukkan adanya hiperplasia dari semua lapisan epidermis.
Perubahan seluler yang disebut koilocytosis merupakan karakteristik infeksi HPV.1
2.2 Epidemiologi
Veruka vulgaris terjadi di seluruh dunia. Veruka Vulgaris diperkirakan
mempengaruhi sekitar 7-12% dari populasi meskipun frekuensinya tidak diketahui.
Veruka vulgaris dapat terjadi pada semua usia, tetapi jarang pada bayi dan anak.
Kelainan meningkat selama usia sekolah, ditemukan prevalensi pada anak usia
sekolah adalah 10-20%. Studi lain menunjukkan pada populasi sekolah didapatkan
prevalensi sebesar 12% pada anak usia 4-6 tahun dan 24% pada 16-18 tahun. Insiden
usia spesifik kutil non-genital berbeda dari kutil genital yang jarang terjadi pada
anak.3,4,5
Penyakit ini juga banyak dialami oleh pasien imunosupresi. Orang kulit putih
dua kali lebih sering mengalami veruka vulgaris dibanding orang kulit hitam atau
Asia. Kutil dapat terjadi pada pria dan wanita dengan perbandingan yang sama.3,4
2.3 Etiologi
Veruka Vulgaris disebabkan oleh Virus HPV yang tergolong dalam virus
papiloma, merupakan virus DNA, dengan karakteristik replikasi intranuklear. Ada
120 jenis tipe papilomavirus yang dapat menginfeksi manusia. Penyebab veruka
vulgaris terutama adalah HPV 2, tetapi dapat juga disebabkan oleh HPV 1 dan 4.
Veruka vulgaris dapat menyebar karena autoinokulasi dan dalam masa 2 tahun, 65%
veruka vulgaris dapat menghilang secara spontan.3,6
Virus hanya dapat bereplikasi di keratinosit. Hal itu menyebabkan proliferasi
epitel. Setelah itu infeksi dapat menjadi laten dan kemudian menjadi reaktif. Masa
inkubasi bervariasi mulai dari berminggu-minggu sampai satu tahun. Jenis-jenis kutil
dapat bervariasi tergantung daripada kulit dan mukosa serta lokasi predileksinya.
Virus ditransmisikan secara langsung (orang ke orang) maupun secara tidak langsung.
Pertahanan tubuh terhadap resiko HPV bergantung pada imunitas seluler, karena jika
imunitas seluler menurun, kejadian kutil lebih besar, penyebaran lebih luas dan ada
risiko yang lebih tinggi menjadi ganas.7

2.4 Patofisiologi
Patofisiologi veruka vulgaris berawal dari masuknya virus melalui sawar
epidermis yang mengalami kerusakan. Virus di sel kulit akan berada dalam bentuk
plasmid ekstrakromosom atau episom di inti sel basal epitel yang tidak mengganggu
keberadaan genom sel inang.8
Apabila virus tidak berhasil diinaktivasi oleh sistem imun, keratinosit basal
sel inang akan mengalami replikasi melalui protein E1 dan E2 HPV. Progresivitas
replikasi akan mempengaruhi permukaan luar epitel yang diikuti dengan peningkatan
protein virus pada setiap sel yang mengalami diferensiasi. Jika kopi DNA virus telah
mencapai jumlah tertentu, keratinosit akan menghasilkan protein L1 dan L2 yang
berperan sebagai kapsid pembungkus virus. Kapsid akan membungkus DNA virus
dengan bantuan protein E2, yang membawa DNA HPV masuk ke inti dari sel inang.
Partikel virus kemudian akan dilepaskan dari keratinosit yang mengalami deskuamasi
pada permukaan veruka.8
Setelah terjadi inokulasi HPV, veruka biasanya muncul dalam 2 sampai 9
bulan. Observasi ini mengimplikasikan bahwa periode infeksi subklinis yang relatif
panjang dan dapat merupakan sumber yang tidak terlihat dari virus infeksius.
Permukaan kasar dari kutil dapat merusak kulit yang berdekatan dan memungkinkan
inokulasi virus ke lokasi yang berdekatan, dengan perkembangan kutil yang baru
dalam periode minggu sampai bulan. Tiap lesi yang baru diakibatkan paparan atau
penyebaran dari kutil yang lain.9
HPV tidak bertunas dari nukleus atau membran plasma, seperti halnya banyak
virus seperti virus herpes simpleks. Oleh karena itu, virus tidak memiliki selubung
lipoprotein yang menyebabkan kerentanan terhadap inaktivasi yang cepat oleh
kondisi lingkungan seperti pembekuan, pemanasan, atau dehidrasi dengan alkohol.9

2.5 Klasifikasi
Penyakit veruka mempunyai beberapa bentuk klinis yaitu:2
1. Veruka Kutan
Ditemukan lesi kulit tunggal atau berkelompok, bersisik, memiliki permukaan
kasar berupa papul atau nodul yang seperti duri. Lesi muncul secara perlahan dan
dapat bertahan dengan ukuran kecil, atau membesar. Lesi dapat menyebar ke bagian
tubuh lain.
Berdasarkan morfologinya, veruka dibagi menjadi :
• Veruka vulgaris : erbentuk papul verukosa yang keratotik, kasar, dan
bersisik. Lesi dapat berdiameter kurang dari 1 mm hingga lebih dari 1 cm
dan dapat berkonfluens menjadi lesi yang lebih lebar.
• Veruka filiformis : berbentuk seperti tanduk
• Veruka plana : papul yang sedikit meninggi dengan bagian atas yang
datar, biasanya memiliki skuama yang sedikit.
Berdasarkan lokasi anatominya, veruka dibagi menjadi :
• Veruka plamar dan plantar : lesi berupa papul hiperkeratotik, tebal dan
endofitik yang terkadang disertai rasa nyeri dengan penekanan.
• Veruka mosaik : veruka plantar atau palmar yang meluas membentuk
plak
• Butcher’s wart : papul verukosa yang biasanya multipel pada palmar,
periungual, dorsal palmar dan jari dari tukang potong daging
2. Veruka Mukosa
Lesi umumnya kecil, berupa papul lunak, berwarna merah muda atau putih.1
Biasanya ditemukan di gusi, mukosa labial, lidah, atau palatum durum. Terkadang
dapat pula muncul di uretra dan dapat menyebar ke kandung kemih. Dapat
disebabkan karena kontak seksual.

2.6 Gejala klinis


Gambaran klinis veruka vulgaris adalah papul padat verukosa, keratotik,
dengan ukuran beberapa mm sampai dengan 1 cm, dan bila berkonfluensi, dapat
menjadi lebih besar. Veruka bisa dibedakan berdasarkan lokasi dan bentuknya.
Beberapa veruka bisa tumbuh secara berkelompok (veruka mosaik), tetapi ada juga
yang tunggal. Biasanya asimtomatik, tetapi dapat nyeri bila tumbuh di palmar atau
plantar dan merusak kuku bila tumbuh pada lipatan atau bawah kuku.3,10

2.7 Diagnosis
Veruka vulgaris biasanya tidak langsung menimbulkan gejala klinis, terdapat
periode infeksi subklinik yang panjang. Benjolan biasa muncul 2-9 bulan setelah
inokulasi. Biasanya pasien mengeluhkan terdapat benjolan kecil yang padat di daerah
kaki dan tangan, terutama pada jari dan telapak. Veruka vulgaris biasanya tidak
disertai gejala prodromal. Gambaran klinis dan riwayat penyakit, papul yang lama
kelamaan membesar biasanya mengarahkan pada diagnosis kutil virus. Infeksi yang
disebabkan oleh human papilloma virus (HPV) ini terbatas pada epitel dan tidak
menyebabkan gangguan sistemik. Pemeriksaan histologi dapat digunakan untuk
mengkonfirmasikan diagnosis tersebut.6

Pemeriksaan fisik
Dari hasil pemeriksaan fisik yang dilakukan pada pasien dengan veruka
vulgaris biasanya didapatkan papul berbentuk bulat berwarna abu-abu, besarnya
lentikular atau apabila berkonfluensi berbentuk plakat, permukaan kasar (verukosa).
Veruka vulgaris dapat timbul di berbagai bagian tubuh terutama di kaki dan tangan.
Apabila dilakukan goresan, akan timbul inokulasi di sepanjang goresan atau disebut
juga dengan fenomena koebner.9
Menurut sifat progresinya, wujud kelainan kulit pada veruka vulgaris adalah mula-
mula papul kecil seukuran kepala jarum, warna kulit seperti biasa, jernih, kemudian
tumbuh menonjol, permukaan papilar berwarna lebih gelap dan hiperkeratotik.9

2.8 Diagnosis Banding


Kutil dapat diidentifikasi dari adanya perubahan pembuluh darah kapiler yang
biasa menjadi memiliki sumber vaskuler sendiri. Ketika kutil sembuh, lapisan kulit
yang normal akan kembali. Dilatasi kapiler di kutil akan berdarah setelah dilakukan
pencukuran pada permukaan yang hiperkeratotik. Diagnosis banding dari veruka
vulgaris adalah moluskum kontagiosum, keratosis seboroik, dan nervus verukosus.3,9

2.9 Dermoskopi
Gambaran red-black (hemorrhagic) dot dikelilingi white halo yang
dihubungkan dengan papilomatosis, red-black (hemorrhagic) streaks pada weight
bearing area palmoplantar, dan hairpin vessels. Pemeriksaan dermoskopi dapat
membantu diagnosis dan evaluasi terapi.2

2.10 Histopatologi
Jika gambaran klinis tidak jelas dapat dilakukan pemeriksaan histopatologik
melalui biopsi kulit. Gambaran histopatologik dapat membedakan bermacam-macam
papiloma. Veruka terdiri dari epidermis yang akantotik dengan papillomatosis,
hiperkeratosis, dan parakeratosis.13
Sel yang terinfeksi HPV mungkin memiliki granul-granul eosinofilik kecil
dan kelompok padat granul-granul keratohialin basofilik. Granul-granul tersebut
dapat terdiri dari protein HPVE4 (E1-E4) dan tidak menunjukkan banyaknya partikel-
partikel virus. Kutil yang datar kurang memiliki akantosis dan hiperkeratosis dan
tidak memiliki parakeratosis atau papillomatosis. Sel koilositotik biasanya sangat
banyak, menunjukkan sumber lesi virus.6

Gambar :
(A) Veruka Vulgaris pada lengan, papul berbatas tegas dan hiperkeratotik.
(B) Epidermal hiperplasia berbentuk seperti jari dengan gambaran lapisan
granularyang jelas dan koilocytes.
(C) Epidermal hiperplasia berbentuk verrucous danakantosisdenganproliferasi
basaloid dan keratinosit.
(D) Kista horn dengan keratinosit yang mildatypia dan gambaran inflamasi.

2.11 Tatalaksana Umum


Tatalaksana umum yang perlu diberitahukan pada pasien adalah
- Untuk mencegah penyebaran virus, jangan menyikat, menyisir, atau
mencukur daerah yang berkutil.
- Jika hendak menyentuh kutil, cucilah tangan denganbaik segera
setelahnya.
- Jangan mencabut atau mencungkil kutil, karena bisa menyebarkan virus.
- Tutupi kutil dengan plester untuk menghalangi keinginan untuk
mencabutnya.
- Jagalah tangan tetap kering, karena kutil lebih sulit untuk dikendalikan
pada lingkungan yang lembab.
- Pisahkan alat-alat yang digunakan khusus untuk daerah kutil, sehingga
kutil tidak menyebar ke daerah lainnya.

- Gunakan handuk bersih di sarana umum (misalnya di tempat olahraga),


dan selalu memakai alas kaki di kamar mandi atau kamar ganti umum7.

2.12 Tatalaksana Khusus

Sebenarnya sebagian veruka dapat mengalami involusi (sembuh) dalam masa


1 atau 2 tahun. Pengobatan berupa tindakan bedah atau non bedah. Tindakan bedah
antara lain bedah beku N2 cair (cryoteraphy), bedah skalpel, bedah listrik, dan bedah
laser.
Terdapat beberapa obat yang dapat dipilih sesuai dengan indikasi sebagai
berikut:
1. Agen destruktif : asam salisilat, Fenol liquefaktum, Kantaridin, Asam
trikloroasetat & asam monokloroasetat, Perak nitrat 10%, Asam format
2. Agen virusidal : Glutaraldehyde, Formaldehyde21
3. Agen antiproliferasi : Krim 5-florourasil, Topical retinoids
4. Terapi imunologi : Imiquimod, Diphenylcyclop-ropenone/diphencyprone
(DPC) atau squaric acid dibutyl ester (SADBE)
5. Terapi intralesi : Lima-florourasil, lidokain, dan epinefrin, Bleomycin,
Interferon beta, Dithranol
6. Terapi oral : Zinc sulfat oral, Antagonis reseptor histamin-2, Retinoid
Sistemik
2.13 Prognosis
Penyakit ini sering residif walaupun diberikan pengobatan yang adekuat.
Sekitar 23% dari kutil regresi spontan dalam waktu 2 bulan, 30% dalam waktu 3
bulan dan 65%-78% dalam 2 tahun. Pasien yang sebelumnya telah terinfeksi
memiliki risiko lebih tinggi untuk pengembangan kutil baru daripada mereka yang
tidak pernah terinfeksi. Tingkat kesembuhan dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti
jenis virus, status kekebalan tubuh, tingkat dan durasi kutil.9

12
BAB III

LAPORAN KASUS

IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. FN
Umur/ Tanggal lahir : 23 tahun / 31 Mei 2000
Jenis kelamin : Laki-laki
Nama Ibu Kandung : Ny. F
Pekerjaan : Mahasiswa
Alamat : Jl. Jati III, Kota Padang
Status Perkawinan : Belum Menikah
Negeri Asal : Indonesia
Agama : Islam
Suku : Minang
No HP : 0813 6425 xxxx

Seorang pasien laki-laki usia 23 tahun datang ke Poliklinik Bagian


Dermatologi dan Venereologi RSUP Dr. M. Djamil Padang, dengan :

Keluhan Utama :
Kutil sewarna kulit dengan permukaan kasar, multiple, kutil tidak nyeri
dan terasa gatal yang semakin banyak sejak 3 bulan yang lalu pada lengan bawah
kanan.

Riwayat Penyakit Sekarang :


• Awalnya kutil dirasakan pasien pada lengan kanan bawah sejak 1 tahun
yang lalu, berjumlah satu buah, kutil tidak nyeri, terasa gatal, kutil bentuk
bulat sebesar kepala jarum pentul.
• Pasien sering menggaruk kutil tersebut, sehingga kutil bertambah banyak di
sekitar kutil pertama sejak 3 bulan ini. Kutil semakin besar hingga seukuran
biji jagung, tidak nyeri, namun disertai rasa gatal.

• Pasien mengaku pernah ada riwayat kontak dengan teman yang memiliki
keluhan serupa, karena sebelumnya sering meminjam jaket teman pasien
13
tersebut

• Pasien mengaku tidak ada kutil serupa dibagian tubuh yang lain.
Riwayat Pengobatan :
• Pasien belum pernah berobat karena tidak merasakan keluhan lain yang
mengganggu selain dalam aspek kosmetika.

Riwayat Penyakit Dahulu :


• Pasien tidak pernah mengalami kutil di daerah tubuh lain sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga:


• Tidak ada anggota keluarga lain yang memiliki keluhan seperti pasien.

Riwayat Pekerjaan, Sosial, Kebiasaan :


• Pasien adalah seorang mahasiswa klinik di RSUP Dr. M. Djamil Padang.
Pasien memiliki hobi olahraga futsal. Pasien sering meminjam jaket teman
sebelumnya.

PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis :
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Komposmentis kooperatif
Berat Badan : 85 kg
Tinggi Badan : 175 cm
Status Gizi : 27,7 (Obesitas I)
Frekuensi Nadi : 89x/menit
Frekuensi Nafas : 19x/menit
Tekanan Darah : 118/80 mmHg
Suhu : 36,7 oC
Kepala : Normosefal, rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
Hidung : Tidak ada deviasi, krepitasi (-)
KGB : Tidak ada pembesaran KGB
Pemeriksaan thorak : Normochest

14
Paru : Simetris, fremitus kanan sama dengan kiri, sonor,
….”……. suara nafas vesikuler, wheezing (-/-), rhonki (-/-).

Jantung : batas jantung normal, Bunyi jantung regular.

Pemeriksaan abdomen : Supel, organomegali (-), BU (+) normal.


Ekstremitas : Udem (-/-), akral hangat, CRT < 2 detik
Genital : Tidak dilakukan pemeriksaan

Status Dermatologikus :
• Lokasi : Lengan bawah kanan
Distribusi : Terlokalisir

Bentuk : Khas
Susunan : Korimbiformis
Batas : Tegas
Ukuran : Miliar-lentikular
Efloresensi : Papul-papul padat dengan permukaan verukosa

Gambar 1. Foto lesi pada lengan kanan bawah pasien

Status Venerologikus : Tidak dilakukan pemeriksaan


Kelainan selaput : Tidak ditemukan kelainan selaput
Kelainan kuku : Tidak ditemukan kelainan kuku

15
Kelainan rambut : Tidak ditemukan kelainan rambut
Kelainan kelenjar limfe : Tidak teraba pembesaran KGB

Resume :
Seorang pasien laki-laki berusia 23 tahun datang ke Poliklinik
Dermatologi dan Venereologi RSUP Dr. M. Djamil Padang, dengan keluhan
utama yaitu kutil sewarna kulit dengan permukaan kasar, multiple, kutil tidak
nyeri dan terasa gatal yang semakin banyak sejak 3 bulan yang lalu pada lengan
bawah kanan. Awalnya kutil berukuran sebesar kepala jarum pentul, lalu
membesar sampai seukuran biji jagung dan menetap. Kutil bertambah banyak
sejak 3 bulan setelah kutil pertama, berbentuk bulat, tidak nyeri dan terasa gatal.
Pasien mengaku pernah ada riwayat kontak dengan teman yang memiliki keluhan
serupa, dan sebelumnya pernah meminjam jaket teman pasien tersebut Sehari-
hari, pasien sering berolahraga futsal. Pasien belum pernah berobat karena tidak
merasakan keluhan lain yang mengganggu selain dalam aspek kosmetika.
Pada pemeriksaan fisik, ditemukan status generalis dalam batas normal, dan
status dermatologikus didapatkan lesi dengan lokasi di lengan bawah kanan,
dengan distribusi terlokalisir, berbentuk khas dengan susunan korimbiformis,
batas lesi tegas, ukuran miliar-lentikular, dengan efloresensi yaitu papul-papul
padat dengan permukaan verukosa.

DIAGNOSIS KERJA : Multiple veruka vulgaris

DIAGNOSIS BANDING : Tidak ada diagnosis banding untuk kasus ini, karena
lesi pada pasien khas menggambarkan veruka vulgaris.

PEMERIKSAAN RUTIN
• Dermoskopi

PEMERIKSAAN ANJURAN
• Pemeriksaan histopatologi

ANJURAN TERAPI
• Medikamentosa
16
PENATALAKSANAAN :
Terapi Umum:
• Menjelaskan kepada pasien bahwa penyakit ini disebabkan oleh virus dan
dapat disembuhkan, namun tetap tergantung pada faktor lingkungan,
perilaku higiene, dan imunitas pasien.
• Memberikan edukasi kepada pasien untuk tidak mencongkel atau
menggaruk benjolan, karena bisa menyebabkan autoinokulasi virus..
Keinginan untuk memegang kutil bisa dihindari dengan menutupi kutil
dengan plester.
• Hindari kontak kulit dengan orang yang memiliki keluham yang sama.
• Menjelaskan cara pemakaian obat kepada pasien, yaitu dengan menutupi
kulit sekitar lesi dengan plester sebelum mengoleskan obat pada benjolan,
karena obat bersifat cukup keras. Obat dioleskan sebanyak 3 kali sehari
ditempat lesi dilanjutkan dengan menutup lesi tersebut dengan plester.
Pasien harus mencuci tangan sebelum dan sesudah memakai obat.

Terapi Khusus:
• Asam salisilat 40% salep, 30 g pemakaian 3 x sehari.

PROGNOSIS:
• Quo ad vitam : bonam
• Quo ad sanationam : dubia ad bonam
• Quo ad fungsionam : bonam
• Quo ad kosmetikum : bonam

17
Resep

dr. Hamni Tanjung


Praktek Umum
SIP: N0. 26/ tahun 2023
Alamat: Jl. Moh. Hatta, No, 14 Padang
Telp: 089653791234
Praktek: Senin – Jumat
Jam: 09.00 – 16.00
Padang, 10 Agustus 2023
R/ Asam salisilat 40%
Vaselin flav ad 30 gr
m.f.l.a.oint. dtd No. I
s.3.d.d.u.e

Pro : Tn. FN
Umur : 23 tahun
Alamat : Jl. Jati III, Padang

18
BAB IV
DISKUSI

Veruka adalah suatu keadaan hiperplasi epidermis yang disebabkan oleh


infeksi human papilloma virus tipe tertentu seperti tipe 1,2 dan 4. Human
papilloma virus (HPV) adalah virus DNA yang mampu menginfeksi manusia
terutama pada keratinosit dan membran mukosa.15 Telah dilaporkan kasus seorang
pasien laki-laki berumur 23 tahun datang dengan diagnosis multiple veruka
vulgaris.
Infeksi HPV pada pasien bersifat klinis dan menyebabkan kelainan kulit
berupa papul dengan permukaan kasar/permukaan verukosa yang kadang terasa
gatal dan tidak nyeri.16 Dari anamnesis diketahui keluhan berupa kutil sewarna
kulit dengan permukaan kasar, multiple, terasa gatal yang semakin banyak sejak 3
bulan yang lalu pada lengan kanan bawah.
Awalnya kutil dirasakan pasien pada lengan kanan bawah sejak 1 tahun
yang lalu, berjumlah satu buah, kutil tidak nyeri, terasa gatal, kutil berbentuk bulat
sebesar kepala jarum pentul. Pasien sering menggaruk kutil tersebut sehingga
beberapa kutil baru juga muncul disekitarnya. Kebiasaan menggaruk lesi ini dapat
menyebabkan autoinokulasi yaitu munculnya lesi kulit baru pada kulit yang
sebelumnya tidak terpengaruh akibat trauma.17 Veruka vulgaris dapat muncul
dimana saja pada permukaan kulit, khususnya pada jari, tangan dan lengan.
Veruka lebih sering ditemukan pada anak-anak atau dewasa muda, namun veruka
juga dapat terjadi pada orang tua.

Veruka menular melalui kontak langsung maupun tidak langsung, dengan


kemungkinan penularan lebih tinggi jika virus berkontak dengan kulit yang
mengalami luka (mikrolesi). Beberapa faktor risiko yang dapat meningkatkan
terjadinya veruka vulgaris adalah adanya keadaan yang membuat fungsi barrier
kulit menurun, seperti adanya trauma, kondisi kulit kering, dan daya tahan tubuh
yang lemah. Pada kasus ini, terdapat riwayat kontak antara pasien dengan
temannya yang memiliki keluhan serupa, pasien sempat juga memakai jaket
temannya tersebut. Kegiatan olahraga futsal yang dilakukan bersama mungkin
bisa menjadi salah satu faktor penyebab timbulnya mikrolesi pada pasien,
sehingga virus dapat masuk dan menyebabkan veruka pada pasien. Keadaan
19
imunosupresi dapat menurunkan imunitas seluler, dimana kejadian veruka dapat
menjadi lebih besar dan dengan penyebaran lebih luas pada tubuh. Pada pasien
ini, veruka hanya ditemukan pada satu lokasi dengan kemungkinan bahwa pasien
tidak dalam keadaan imunokompromis.
Diagnosis penyakit ini dapat ditegakkan melalui hasil anamnesis dan
gambaran klinis. Tanda khas yang ditemukan adalah papul padat dengan
permukaan kasar, berbatas tegas, tidak gatal, dan tidak sakit. Melalui pemeriksaan
fisik pasien didapatkan status dermatologi didapatkan lesi dengan lokasi di lengan
bawah kanan, dengan distribusi terlokalisir, berbentuk khas dengan susunan
korimbifomis, batas lesi tegas, ukuran lentikular, dengan efloresensi yaitu papul
padat dengan permukaan verukosa. Hasil pemeriksaan fisik yang didapat juga
mengarah ke diagnosis penyakit veruka vulgaris oleh karena ditemukan adanya
papul padat dengan permukaan verukosa pada lengan yang merupakan tempat
predileksi penyakit veruka vulgaris.
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan apabila ditemukan gambaran
klinis yang tidak jelas. Pemeriksaan penunjang rutin yang dapat dilakukan berupa
pemeriksaan dermoskopi, sedangkan pemeriksaan penunjang anjuran yang dapat
dilakukan yaitu pemeriksaan histopatologi.
Pasien diberikan tatalaksana umum dan khusus. Tatalaksana umum pada
pasien ini berupa edukasi mengenai penyakit yang diderita pasien, anjuran agar
mengurangi kontak kulit dengan kutil agar tidak menyebar ke daerah kulit yang
sehat, dan hindari kontak dengan orang yang memiliki keluhan yang sama.
Tatalaksana khusus veruka vulgaris dapat dilakukan dengan tiga cara, yaitu
dengan salep topikal, bedah, dan elektrokauterisasi. Pada pasien ini diberikan
salep asam salisilat 40% sebagai agen keratolitik untuk pengelupasan lesi.
Pemakaian obat dalam 3 kali sehari. setelah 1-2 minggu biasanya lesi akan
menjadi putih dan lembek sehingga mudah dilepas. Bedah beku dan
elektrokauterisasi bisa di anjurkan pada pasien.
Prognosis pada pasien ini quo ad sanationam adalah dubia ad bonam
karena penyakit dapat muncul kembali jika sistem imun menurun dan dengan
mudah menular ke bagian tubuh lain melalui garukan, quo ad vitam adalah bonam
karena tidak membahayakan nyawa, tidak mengakibatkan mortalitas pada pasien
dan tidak mengganggu fungsi kulit, quo ad kosmetikum adalah bonam karena lesi
dapat hilang dengan pengobatan dan pencegahan yang tepat, serta quo ad
20
functionam adalah bonam karena fungsi kulit dapat kembali jika pengobatannya
berhasil maka tidak terjadi rekurensi dan dapat sembuh seperti semula.

21
BAB V
KESIMPULAN

Veruka vulgaris merupakan hiperplasia epidermis yang disebabkan oleh HPV


tipe tertentu. Keluhan pada penyakit ini yaitu adanya kutil/benjolan pada kulit yang
berwana seperti warna kulit, putih keabu-abuan, atau lebih gelap (hiperpigmentasi).
Munculnya penyakit ini disebabkan oleh adanya sejumlah faktor risiko, terutama
karena kontak langsung dengan penderita. Diagnosis dapat ditegakkan dengan
anamnesis dan pemeriksaan fisik. Untuk pemeriksaan penunjang yang bisa dilakukan
yaitu pemeriksaan dermoskopi atau pemeriksaan histopatologi melalui biopsy kulit.
Penatalaksanaan pada pasien veruka vulgaris mencakup penatalaksanaan umum
untuk mencegah infeksi serta edukasi serta tatalaksana khusus terhadap lesi kulit
berupa pemberian obat topical atau destruksi kulit melalui pembedahan.
.

22
DAFTAR PUSTAKA

1. Djuandha Adni, Hamzah Mochtar, Aisah Siti, 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Ed 6. Jakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.
2. PPK Perdoski 2021
3. Linuwih, S. 2019. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 7. Jakarta. Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
4. Senefeit P.D. Non-genital warts (online), 2011. Available from
www.medscape.com. Accessed on December, 2022.
5. G. Fabbrocini, S. Cacciapuoti, G. Monfrecola, 2009.Human Papillomavirus
Infection in Child in The Open Dermatology Journal Vol. 3. Bentham Open.
p.111-116.
6. Jeffrey S. Orringer., Amy J. McMichael., David J. Margolis., Alexander H.
Enk., Anna L. Bruckner., Masayuki Amagai, Sewon Kang editors. 2019.
Fitzpatrick’s Dermatology, 9th ed, McGraw Hill, New York.
7. L, Norman, 2012. Warts : 10 Answer to Frequently Asekd Questions. Web MD.
Accessed on April 12th, 2022.
8. Witchey D, Witchey N, Roth-Kauffman M, Kauffman M. Plantar Warts:
Epidemiology, Pathophysiology, and Clinical Management. The Journal of the
American Osteopathic Association. 2018;118(2):92.
9. D, James G.Warts, 2013. Merck Manual Home Health Handbook.
10. Handoko RP, 2010. Penyakit Virus. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Ed 6.
Jakarta:FKUI:110-118.
11. Mayo Clinic. Common Warts. 2012. Diakses, 5 September 2015
12. Klaus Wolff, Richard Allen Johnson, Dick Suurmond, 2007. Fitzpatrick’s Color
Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology: McGraw-Hill’s Access Medicine.
13. Gayle S. Westhoven, 2001.Papillomatosis, Atrophy and Alterations of the
Granular Layer in Dermatopathology edited by Ramon L. Sanchez, Sharon S.
Raimer. Landes Bioscience: Georgetown, Texas. p. 20-28.
14. Sam Gibbs, 2003. Local Treatment for Cutaneous Warts in Evidence-based
Dermatology edited by Hywel Williams,Michael Bigby, Thomas Diepgen,
Andrew Herxheimer, Luigi Naldi, Berthold Rzany. BMJ Books: London p.423-
430.
15. Jordan Witchey D, Brianne Witchey N, Roth-Kauffman MM, Kevin Kauffman M.
Plantar warts: Epidemiology, pathophysiology, and clinical management. Journal of
the American Osteopathic Association. 2018 Feb 1;118(2):92–105.
16. Zhu P, Qi RQ, Yang Y, Huo W, Zhang Y, He L, et al. Clinical guideline for the
diagnosis and treatment of cutaneous warts (2022). J Evid Based Med. 2022 Sep
1;15(3):284–301.
17. Sanchez DP, Sonthalia S. Koebner Phenomenon. In: StatPearls [Internet]. Treasure
Island (FL): StatPearls Publishing. 2023 Jan.

23
24
25
26

Anda mungkin juga menyukai