Anda di halaman 1dari 126

-1-

SALINAN
PERATURAN DIREKSI BPJS KETENAGAKERJAAN
NOMOR: 22/PERDIR. 02/072022
TENTANG
PEDOMAN KEPESERTAAN

DIREKTUR UTAMA BPJS KETENAGAKERJAAN,

Menimbang : a. bahwa diperlukan simplikasi proses bisnis dengan


mengintegrasikan beberapa regulasi yang terkait dengan
kepesertaan;
b. bahwa diperlukan pengaturan untuk memperkuat sistem
pengendalian intern sesuai rekomendasi auditor internal
dan eksternal;
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam huruf a dan huruf b perlu dilakukan penyesuaian
terhadap Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor:
PERDIR/4/022020 tentang Pedoman Kepesertaan
Penerima Upah Dan Jasa Konstruksi dan perubahannya,
Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor:
PERDIR/14/062016 tentang Petunjuk Teknis Program
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Bagi Peserta Bukan
Penerima Upah (BPU); dan Peraturan Direksi BPJS
Ketenagakerjaan Nomor: PERDIR/8/032017 tentang
Pedoman Kepesertaan Bukan Penerima Upah (BPU)
Melalui Donasi Program Gerakan Nasional Peduli
Perlindungan Pekerja Rentan (GN LINGKARAN), Peraturan
Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor: PERDIR/4/022019
tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Program Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan Bagi Calon Pekerja Migran
Indonesia dan Pekerja Migran Indonesia;
d. bahwa untuk itu perlu diatur dengan Peraturan Direksi
BPJS Ketenagakerjaan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem
Jaminan Sosial Nasional (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 20 Nomor 150, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia 4456);
-2-

2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2011 tentang Badan


Penyelenggara Jaminan Sosial (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2011 Nomor 116, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia 5256);
3. Undang–Undang Nomor 23 Tahun 2006 tentang
Administrasi Kependudukan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2006 Nomor 124, Tambahan Lembaga
Negara Republik Indonesia Nomor 4674), sebagaimana
telah diubah dengan Undang – Undang Nomor 24 Tahun
2013 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 232, Tambahan Lembaga Negara Republik
Indonesia Nomor 5475);
4. Undang–Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta
Kerja (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2020
Nomor 245, Tambahan Lembaga Negara Republik
Indonesia Nomor 6573;
5. Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Kecelakaan Kerja dan
Jaminan Kematian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor154, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 5714);
6. Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Pensiun (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor155,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5715);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 156,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5716) sebagaimana telah diubah dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 60 Tahun 2015 tentang Perubahan
Atas Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Program Jaminan Hari Tua (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 187,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5730);
-3-

8. Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 2021 tentang


Kemudahan, Pelindungan, dan Pemberdayaan Koperasi
dan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 17, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6649);
9. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2021 tentang
Penyelenggaraan Jaminan Kehilangan Pekerjaan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor
47);
10. Peraturan Presiden Nomor 109 Tahun 2013 tentang
Penahapan Kepesertaan Program Jaminan Sosial
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
253);
11. Keputusan Presiden Nomor 38/P Tahun 2021 tentang
Pengangkatan Keanggotaan Dewan Pengawas dan
Keanggotaan Direksi Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan Masa Jabatan 2021-2026;
12. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 4 Tahun 2022
tentang Tata Cara dan Persyaratan Pembayaran Manfaat
Jaminan Hari Tua (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2022 Nomor 451);
13. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 29 Tahun 2015
tentang Tata Cara Pendaftaran Kepesertaan, Pembayaran
dan Penghentian Manfaat Jaminan Pensiun (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1513);
14. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 18 Tahun 2018
tentang Jaminan Sosial Pekerja Migran Indonesia (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1624);
15. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 6 Tahun 2020
tentang Penyelenggaraan Pemagangan di Dalam Negeri
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2020 Nomor
351);
16. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan Nomor 7 Tahun 2021
tentang Tata Cara Pendaftaran Peserta dan Pelaksanaan
Rekomposisi Iuran dalam Program Jaminan Kehilangan
Pekerjaan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2021
Nomor 300);
-4-

MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN DIREKSI BPJS KETENAGAKERJAAN TENTANG
PEDOMAN KEPESERTAAN

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan ini yang dimaksud dengan:
1. Peserta adalah setiap orang, termasuk orang asing yang
bekerja di Indonesia, telah terdaftar dan telah membayar
Iuran kepada BPJS Ketenagakerjaan serta belum
menerima manfaat penuh program Jaminan Hari Tua
dan/atau Jaminan Pensiun.
2. Pemberi Kerja yang selanjutnya disingkat PK adalah
entitas orang perseorangan, badan hukum, atau badan-
badan lainnya yang mempekerjakan tenaga kerja
termasuk jasa pemerintahan yang mempekerjakan selain
aparatur sipil negara dengan membayar Gaji, Upah, atau
imbalan dalam bentuk lainnya.
3. Badan Usaha yang selanjutnya disingkat BU adalah setiap
entitas bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak,
milik orang perseorangan/persekutuan/ badan hukum,
baik milik swasta maupun milik Negara, usaha-usaha
sosial dan usaha-usaha lain yang mempunyai pengurus
dan mempekerjakan pekerja/buruh dengan membayar
Upah atau imbalan dalam bentuk lain.
4. Pelaksana Penempatan PMI yang selanjutnya disebut
Pelaksana Penempatan adalah badan usaha yang telah
memperoleh izin dari Menteri untuk menyelenggarakan
penempatan Pekerja Migran Indonesia.
5. Tenaga Kerja yang selanjutnya disingkat TK adalah setiap
orang yang bekerja sebagai Pekerja Penerima Upah,
Pekerja Bukan Penerima Upah, Pekerja Migran Indonesia,
dan Pekerja Jasa Konstruksi.
-5-

6. Peserta Penerima Upah yang selanjutnya disingkat PU


adalah pekerja yang memiliki hubungan kerja dengan
PK/BU dalam bentuk kontrak/perjanjian kerja baik
secara tertulis maupun tidak tertulis dengan menerima
Gaji, Upah, atau imbalan bentuk lainnya.
7. Peserta Bukan Penerima Upah yang selanjutnya disingkat
BPU adalah orang perorangan yang melakukan kegiatan-
kegiatan ekonomi atau usaha-usaha ekonomi secara
mandiri untuk memperoleh penghasilan dari kegiatan
atau usahanya tersebut.
8. Calon Pekerja Migran Indonesia yang selanjutnya disebut
CPMI adalah setiap tenaga kerja Indonesia yang
memenuhi syarat sebagai pencari kerja yang akan bekerja
di luar negeri dan terdaftar di instansi pemerintah
kabupaten/kota yang bertanggung jawab di bidang
ketenagakerjaan.
9. Pekerja Migran Indonesia yang selanjutnya disingkat PMI
adalah setiap warga negara Indonesia yang akan, sedang,
atau telah melakukan pekerjaan dengan menerima Upah
di luar wilayah Indonesia.
10. Pekerja Non Aparatur Sipil Negara yang selanjutnya
disingkatnya Pekerja Non ASN adalah setiap Tenaga
Kerja/Pekerja selain Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau
Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK), yang
bekerja/dipekerjakan/ditugaskan/penugasan di
lingkungan kementerian/lembaga/pemerintah
pusat/pemerintah daerah berdasarkan kebutuhan yang
pembiayaannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara; Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah; atau Anggaran lainnya pada
kementerian/lembaga/pemerintah daerah; atau sumber
anggaran lainnya yang sah dan tidak mengikat sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
11. Pekerja Jasa Konstruksi yang selanjutnya disingkat
Pekerja Jakons adalah setiap orang yang bekerja pada
proyek jasa konstruksi dengan menerima Gaji atau Upah
dari PK/BU.
-6-

12. Jasa Konstruksi yang selanjutnya disingkat Jakons adalah


layanan jasa konsultasi perencanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa pelaksanaan pekerjaan
konstruksi, layanan jasa konsultasi pengawasan
pekerjaan konstruksi, dan jasa konstruksi terkait lainnya.
13. Konsultansi Konstruksi adalah layanan keseluruhan atau
sebagian kegiatan yang meliputi pengkajian, perencanaan,
perancangan, pengawasan, dan manajemen konstruksi.
14. Pekerjaan Konstruksi adalah keseluruhan atau sebagian
rangkaian kegiatan perencanaan dan/atau pelaksanaan
beserta pengawasan yang mencakup pekerjaan
arsitektural, sipil, mekanikal, elektrikal, dan tata
lingkungan masing-masing beserta kelengkapannya
untuk mewujudkan suatu bangunan atau bentuk fisik
lainnya.
15. Jaminan Kecelakaan Kerja yang selanjutnya disingkat JKK
adalah manfaat berupa uang tunai dan/atau pelayanan
kesehatan yang diberikan pada saat Peserta mengalami
kecelakaan kerja atau penyakit yang disebabkan oleh
lingkungan kerja.
16. Jaminan Kematian yang selanjutnya disingkat JKM
adalah manfaat uang tunai yang diberikan kepada ahli
waris ketika Peserta meninggal dunia bukan akibat
kecelakaan kerja.
17. Jaminan Hari Tua yang selanjutnya disingkat JHT adalah
manfaat uang tunai yang dibayarkan pada saat Peserta
memasuki usia pensiun, meninggal dunia, atau
mengalami cacat total tetap.
18. Jaminan Pensiun yang selanjutnya disingkat JP adalah
jaminan yang diberikan bagi Peserta dan/atau ahli
warisnya dengan memberikan penghasilan setelah Peserta
memasuki usia pensiun, mengalami cacat total tetap, atau
meninggal dunia.
19. Jaminan Kehilangan Pekerjaan yang selanjutnya disingkat
JKP adalah jaminan sosial yang diberikan kepada
Pekerja/Buruh yang mengalami pemutusan hubungan
-7-

kerja berupa manfaat uang tunai, akses informasi pasar


kerja dan pelatihan kerja.
20. Jaminan Kesehatan yang selanjutnya disingkat JKN
adalah Program Jaminan Sosial Kesehatan Nasional yang
diselenggarakan oleh BPJS Kesehatan.
21. Gaji atau Upah adalah hak pekerja yang diterima dan
dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari
PK/BU kepada pekerja yang ditetapkan dan dibayar
menurut suatu perjanjian kerja, kesepakatan, atau
peraturan perundang-undangan, termasuk tunjangan
bagi pekerja dan keluarganya atas suatu pekerjaan
dan/atau jasa yang telah atau akan dilakukan.
22. Imbalan adalah penghasilan dengan nama dan dalam
bentuk apapun yang diberikan karena pekerjaan, jasa
atau kegiatan yang dilakukan, antara lain berupa
honorarium, komisi, fee, uang saku, uang representasi,
uang rapat, hadiah/penghargaan, insentif dan
penghasilan sejenis lainnya.
23. Penghasilan yang diperoleh pekerja BPU adalah setiap
tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau
diperoleh Pekerja BPU yang dapat dipakai untuk konsumsi
atau untuk menambah kekayaan Pekerja BPU yang
bersangkutan dengan nama dan dalam bentuk apapun.
24. Iuran adalah sejumlah uang yang dibayar secara teratur
oleh Peserta dan/atau PK/BU kepada BPJS
Ketenagakerjaan untuk mendapatkan perlindungan
jaminan sosial ketenagakerjaan.
25. Posting Iuran adalah proses perhitungan Iuran sesuai data
Upah Peserta dibandingkan dengan nilai yang dibayarkan
oleh PK/BU untuk kemudian dibukukan dalam akun
individual Peserta.
26. PK/BU Wajib Belum Daftar yang selanjutnya disingkat
PWBD adalah data potensi yang telah divalidasi dan
potensial untuk ditindaklanjuti menjadi Peserta BPJS
Ketenagakerjaan.
27. Nomor Kepesertaan adalah nomor yang diterbitkan dan
ditetapkan oleh BPJS Ketenagakerjaan sebagai tanda
-8-

bukti keikutsertaan dalam program jaminan sosial


ketenagakerjaan.
28. Kartu Peserta adalah kartu kepesertaan baik dalam
bentuk fisik, elektronik, maupun digital yang memiliki
nomor identitas tunggal dan berlaku untuk program JKK,
JKM, JHT, JP, dan JKP.
29. Sertifikat Kepesertaan adalah bukti tanda kepesertaan
bagi PK/BU dan Jasa Konstruksi dalam bentuk
fisik/elektronik/digital.
30. Nomor Induk Kependudukan yang selanjutnya disingkat
NIK, adalah nomor identitas penduduk yang bersifat unik
atau khas, tunggal dan melekat pada seseorang sebagai
Penduduk Indonesia.
31. Masa Iur adalah jumlah bulan pelunasan pembayaran
Iuran kepada BPJS Ketenagakerjaan.
32. Kanal Layanan adalah jaringan pelayanan BPJS
Ketenagakerjaan untuk memberikan informasi program,
pendaftaran peserta, penerimaan Iuran, pelayanan
jaminan baik milik sendiri maupun bekerjasama dengan
pihak eksternal.
33. Penahapan Kepesertaan adalah tahapan yang dilakukan
oleh Pemberi Kerja untuk mendaftarkan dirinya dan
pekerjanya sebagai Peserta program jaminan sosial
ketenagakerjaan.
34. Alih kepesertaan adalah pengalihan pengelolaan
kepesertaan dengan alasan pindahnya lokasi PK/BU,
sentralisasi, merger, akuisisi, mendekatkan dengan kantor
pelayanan, dan alasan lain yang dapat
dipertanggungjawabkan.
35. Skala Usaha adalah pengelompokan usaha produktif
berdasarkan jumlah kekayaan (aset) dan hasil penjualan
bersih (omset) tahunan atau kriteria lain yang ditetapkan.
36. Kekayaan/Aset Bersih adalah hasil pengurangan total
nilai kekayaan usaha dengan total nilai kewajiban, tidak
termasuk tanah dan bangunan tempat usaha.
37. Hasil Penjualan Tahunan yang selanjutnya disebut omset
adalah hasil penjualan bersih (netto) yang berasal dari
-9-

penjualan barang dan jasa usahanya dalam satu tahun


buku.
38. Sistem Aplikasi adalah sistem teknologi informasi atau
kanal elektronik yang dimiliki oleh BPJS Ketenagakerjaan
baik milik sendiri maupun melalui kerja sama dengan
pihak eksternal.
39. Sistem Informasi Pelaporan Peserta (SIPP) adalah aplikasi
berbasis web yang digunakan oleh PK/BU, wadah atau
Badan/Lembaga lainnya untuk kemudahan kepesertaan
dan layanan.
40. Surat Pemberitahuan dan Sosialisasi Program (SPSP)
adalah surat yang diberikan kepada PK/BU untuk proses
pendaftaran kepesertaan.
41. Formulir adalah lembar isian pendaftaran/ pelaporan/
perubahan yang memuat bagian yang berisi data atau
informasi yang bersifat tetap dan tidak tetap yang diisi
secara manual atau elektronik.
42. Sistem keagenan adalah bagian dari upaya BPJS
Ketenagakerjaan untuk meningkatkan cakupan
kepesertaan melalui kerja sama dengan pihak lain.
43. Kantor Cabang yang disingkat Kacab adalah kantor
cabang di lingkungan BPJS Ketenagakerjaan sesuai
dengan kelas kantor yang ditetapkan.
44. Kantor Cabang Induk adalah kantor cabang yang memiliki
dan membawahi unit kantor cabang lain dalam lingkup
tugas dan wewenangnya.
45. Bidang Kepesertaan adalah Bidang di setiap kantor cabang
yang melaksanakan kegiatan kepesertaan sesuai tugas
dan fungsi yang ditetapkan.
46. Rumpun Kepesertaan adalah seluruh personil
kepesertaan serta pengawasan dan pemeriksaaan baik di
kantor pusat, kanwil dan Kacab.
47. Petugas Kepesertaan adalah petugas di cantor cabang
yang melaksanakan kegiatan kepesertaan sesuai dengan
pembagian tugas dan fungsi yang ditetapkan.
- 10 -

Pasal 2
(1) Setiap Pekerja berhak atas jaminan sosial ketenagakerjaan
yang meliputi:
a. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK);
b. Jaminan Hari Tua (JHT);
c. Jaminan Kematian (JKM);
d. Jaminan Pensiun (JP); dan
e. Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP).
(2) Segmentasi Peserta program jaminan sosial
ketenagakerjaan dikelompokkan menjadi:
a. Peserta PU;
b. Peserta BPU;
c. Peserta Jakons; dan
d. Peserta PMI.

BAB II
TARGET DAN DATA POTENSI KEPESERTAAN

Bagian Kesatu
Target Kepesertaan

Pasal 3
(1) Penetapan target kepesertaan bertujuan untuk:
a. mendukung amanah Undang-Undang dalam
melindungi dan menyejahterakan seluruh pekerja
Indonesia melalui program jaminan sosial
ketenagakerjaan;
b. meningkatkan cakupan kepesertaan sesuai dengan
target peta jalan yang ditetapkan oleh Pemerintah; dan
c. menjadi panduan dalam menetapkan strategi dan
program kerja Rumpun Kepesertaan.
(2) Target kepesertaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari:
a. target kepesertaan 5 (lima) tahun dalam Rencana
Strategis (Renstra); dan
b. target kepesertaan tahunan dalam Rencana Kerja
Anggaran Tahunan (RKAT).
- 11 -

(3) Penyusunan target Renstra sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) huruf a ditetapkan untuk level Badan dan
Direktorat.
(4) Penyusunan target RKAT sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf b ditetapkan untuk level kantor pusat,
wilayah, dan Kacab.
(5) Tata cara dan proses penetapan target kepesertaan
sebagaimana dimaksud dalam Bab II ini ditetapkan sesuai
Peraturan Direksi yang mengatur tentang pedoman
penyusunan Renstra dan RKAT BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 4
(1) Selain ditetapkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (3), penyusunan target kepesertaan RKAT dilakukan
dengan ketentuan:
a. Kantor Wilayah mengkoordinasikan dan me-review
penyusunan target masing-masing Kacab;
b. Direktorat Kepesertaan melakukan review usulan
target kepesertaan dari kantor wilayah;
c. Direktorat Kepesertaan melakukan penetapan target
kepesertaan sesuai hasil pembahasan dengan Direksi,
Dewan Pengawas, dan kementerian/instansi terkait.
(2) Dalam hal terdapat perubahan atas penetapan target
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Direktorat
Kepesertaan dapat meminta Kanwil untuk melakukan
penyesuaian breakdown target kepesertaan.

Pasal 5
Target kepesertaan dalam Rencana Strategis dan RKAT
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (2) dapat ditetapkan
berbeda dan dilakukan perubahan apabila terdapat salah satu
kondisi sebagai berikut:
a. perubahan target kepesertaan dalam Renstra;
b. perubahan rencana kerja pemerintah oleh Bappenas;
c. perubahan asumsi dan kondisi yang berpengaruh
signifikan; dan
- 12 -

d. kondisi dan pertimbangan lain yang relevan dan dapat


dipertanggungjawabkan.

Bagian Kedua
Data Potensi

Pasal 6
(1) Data potensi PU minimal memuat informasi nama, alamat
PK/BU, dan data lain yang relevan.
(2) Data potensi BPU minimal memuat informasi nama badan,
lembaga, organisasi, komunitas, paguyuban, kelompok
tertentu lainnya dan jumlah potensi peserta dan data lain
yang relevan.
(3) Data potensi Jakons minimal memuat informasi nama dan
alamat proyek, pemilik/pelaksana proyek, nilai proyek dan
data lain yang relevan.
(4) Berdasarkan sumber perolehan, data potensi terdiri dari:
a. Data primer, merupakan data yang dikumpulkan oleh
Rumpun Kepesertaan dan bidang lainnya pada Kacab
dengan cara observasi lapangan secara langsung; dan
b. Data sekunder, merupakan data yang diperoleh dan
dikumpulkan melalui kerjasama dan hubungan
kelembagaan dengan instansi lainnya pada tingkat
pusat, wilayah dan cabang, termasuk data yang
didapatkan dari kanal pendaftaran kepesertaan.

Pasal 7
(1) Kantor pusat menindaklanjuti data potensi sekunder
dengan tahapan:
a. meneliti dan memverifikasi data potensi sekunder pada
tingkat pusat; dan
b. melakukan monitoring dan evaluasi tindak lanjut yang
dilakukan oleh kantor wilayah.
(2) Kantor wilayah menindaklanjuti data potensi sekunder
dari kantor pusat dan data potensi sekunder yang
diperoleh sendiri oleh kantor wilayah dengan tahapan:
a. memverifikasi dan memvalidasi data potensi; dan
- 13 -

b. memonitor dan mengevaluasi tindak lanjut yang


dilakukan oleh Kacab.
(3) Kacab menindaklanjuti data potensi sekunder dari
pusat/Kanwil dan data potensi primer/ sekunder yang
diperoleh sendiri oleh Kacab dengan tahapan:
a. melakukan validasi data potensi; dan
b. memproses data potensi menjadi PWBD PU, Jakons
dan calon Peserta BPU sesuai ketentuan.
(4) Proses verifikasi dan validasi data potensi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal ini dilakukan oleh Rumpun
Kepesertaan sesuai tugas dan fungsinya melalui proses
penyesuaian dengan data pembanding atau aktivitas
lainnya.

Pasal 8
(1) Data potensi PU diunggah/direkam oleh Rumpun
Kepesertaan ke dalam Sistem Aplikasi minimal memuat
elemen data sebagai berikut:
a. Nama PK/BU;
b. Alamat PK/BU;
c. Kota/Kabupaten; dan
d. Sumber data.
(2) Data potensi yang telah diverifikasi berubah menjadi data
PK/BU Wajib Belum Daftar (PWBD).
(3) Dalam hal terdapat data potensi yang dikategorikan
sebagai data potensi tidak valid karena tidak dapat
ditindaklanjuti, maka perlu mencantumkan alasan atas
kondisi sebagai berikut:
a. PK/BU sudah terdaftar;
b. PK/BU pindah lokasi dan alamat tidak diketahui/tidak
ditemukan/tidak lengkap;
c. PK/BU sudah tidak beroperasi; atau
d. Alasan lain yang relevan.
(4) Data potensi tidak valid sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) diproses dalam Sistem Aplikasi.
- 14 -

Pasal 9
(1) Data PWBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ditindaklanjuti oleh Bidang Kepesertaan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. penyampaian SPSP dengan melampirkan Formulir
pendaftaran, brosur dan regulasi yang relevan;
b. proses penyampaian SPSP kepada PWBD beserta
dilakukan secara fisik/elektronik; dan
c. apabila dalam waktu 5 (lima) hari kerja setelah SPSP
kepada PWBD tidak ada tanggapan, maka Petugas
Kepesertaan melakukan kunjungan/ pemanggilan
yang disertai membuat laporan/ berita acara/catatan
atas kegiatan dimaksud.
(2) Penanganan data PWBD oleh Petugas Pemeriksa untuk
ditindaklanjuti sesuai ketentuan yang mengatur juknis
pengawasan dan pemeriksaan.

Pasal 10
Proses tindak lanjut data potensi peserta BPU adalah sebagai
berikut:
a. Rumpun Kepesertaan dapat langsung menerima
pendaftaran saat kegiatan kunjungan, Pekerja datang ke
Kacab, kegiatan sosialisasi dan kegiatan lainnya.
b. Kacab dapat bekerja sama dengan badan, lembaga,
organisasi, komunitas, paguyuban, kelompok tertentu
lainnya termasuk donatur terkait potensi, proses
pendaftaran dan pembayaran iuran Peserta BPU.
c. Strategi lainnya yang relevan.

Pasal 11
Penyusunan rencana kerja dalam tindak lanjut data potensi
sebagaimana dimaksud dalam Bab II ini dapat menggunakan
metode SMART (Specific, Measurable, Attainable, Relevant, dan
Time Bound):
a. Specific yaitu harus khusus, terinci, terarah, dan tidak
ambigu agar jelas apa yang hendak dicapai;
b. Measurable yaitu terukur dengan tolok ukur yang jelas agar
- 15 -

target yang ditetapkan bisa tercapai;


c. Achievable yaitu harus realistis, menantang, dan potensial
untuk dapat dicapai secara optimal;
d. Relevant yaitu harus ditetapkan selaras sesuai target unit
kerja dan institusi;
e. Time Bound yaitu disusun secara fokus dengan target waktu
yang jelas.

BAB III
KEPESERTAAN PU

Bagian Kesatu
Kriteria PU

Pasal 12
(1) Peserta PU meliputi:
a. Pekerja pada PK/BU, termasuk:
1. Pekerja dalam masa percobaan;
2. Komisaris dan direksi yang menerima Upah;
3. Pengawas dan pengurus yang menerima Upah.
b. Pekerja pada orang perseorangan;
c. Pekerja Non ASN; dan
d. Orang asing yang bekerja di Indonesia.
(2) Pekerja dikategorikan sebagai Peserta PU apabila
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. terdapat PK;
b. Pekerja memiliki hubungan kerja dengan PK atau
Pekerja yang dipekerjakan/ditugaskan oleh PK;
c. Pekerja yang menerima upah/gaji/imbalan lainnya
dari PK.

Pasal 13
Pekerja Non ASN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat
(1) huruf c adalah sebagai berikut:
a. Pegawai Pemerintah Non Pegawai Negeri (PPNPN) yang
bekerja di kementerian/lembaga/pemerintah pusat/
pemerintah daerah (Pemda) hingga tingkat kecamatan;
- 16 -

b. Tenaga Kerja kontrak/harian lepas/honorer/ tidak


tetap/Magang yang bekerja di kementerian/lembaga/
pemerintah pusat/Pemda hingga tingkat Kecamatan;
c. Tenaga Kerja sukarela termasuk Tenaga Pendamping
Pembangunan pada program kementerian/
lembaga/pemerintah pusat/Pemda hingga tingkat
desa/kelurahan baik yang didanai oleh pemerintah secara
langsung maupun swasta;
d. Aparatur/perangkat pemerintahan tingkat kelurahan/desa,
meliputi: Kepala Desa; Sekretaris Desa; Kaur/Kasi Desa;
Badan Permusyawaratan Desa; Tim Penggerak
Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP.PKK);
Karang Taruna; Lembaga Ketahanan Masyarakat
Desa/Lembaga Pemberdayaan Masyarakat; RW; RT; Kepala
Dusun; Pemangku Adat; dan/atau semua unsur dengan
sebutan lain yang terlibat di dalam pemerintahan
desa/kelurahan; atau
e. Tenaga kerja lainnya yang bekerja pada penyelenggara
negara selain Pegawai Negeri Sipil (PNS) atau Pegawai
Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) dan tidak
termasuk pada huruf a, b, c dan d.

Bagian Kedua
Penahapan Kepesertaan dan Penetapan Skala Usaha PU

Paragraf 1
Penahapan Kepesertaan

Pasal 14
Penahapan kepesertaan PU dikelompokkan berdasarkan:
a. Segmen Peserta;
b. Skala usaha; dan
c. Jenis program.
- 17 -

Pasal 15
Penahapan kepesertaan sesuai segmen Peserta PU
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf a ditetapkan
sebagai berikut:
Jenis Program
Segmen Peserta
JKK JKM JHT JP JKP
- WNI Non ASN sesuai skala usaha
- WNA Non ASN sesuai skala usaha NA*
- Non-ASN di jasa
Wajib Wajib Sukarela NA*
pemerintahan
*NA: Not Applicable yaitu tidak diikutkan menjadi Peserta

Pasal 16
(1) Penahapan kepesertaan sesuai skala usaha sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 14 huruf b ditetapkan sebagai
berikut:
Jenis Program
Skala Usaha
JKK JKM JHT JP JKP
Usaha Besar Wajib Wajib Wajib Wajib
Usaha
Wajib Wajib Wajib Wajib Sesuai
Menengah
Eligiblitas
Usaha Kecil Wajib Wajib Wajib Sukarela
Usaha Mikro Wajib Wajib Sukarela Sukarela
(2) PK/BU kecil dan mikro yang telah memenuhi ketentuan
penahapan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
mendaftarkan jenis program yang bersifat sukarela pada
sebagian pekerjanya.
(3) PK/BU kecil dan mikro yang mengikuti jenis program
melebihi kewajiban berdasarkan skala usaha dapat
mengikuti program dimaksud tanpa mengubah jumlah
Kekayaan/Aset Bersih atau Hasil Penjualan Tahunan.
(4) PK/BU kecil dan mikro yang mengikuti jenis program
melebihi kewajiban berdasarkan skala usaha dapat
melakukan penurunan program dengan petunjuk teknis
sesuai surat edaran Direktur yang menangani
kepesertaan.
- 18 -

Pasal 17
(1) Penahapan kepesertaan sesuai jenis program
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 huruf c ditetapkan
sebagai berikut:
a. Paket A : mengikut Program JKK, JKM, dan JHT;
b. Paket B : mengikuti Program JKK dan JKM;
c. Paket C : mengikut Program JKK, JKM, JHT, dan JP;
d. Paket D : mengikuti Program JKK, JKM, JHT, dan
JKP
e. Paket E : mengikuti Program JKK, JKM, JHT, JP, dan
JKP.
(2) Pengecualian kepesertaan paket sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) diatur sebagai berikut:
a. Pekerja yang tidak memenuhi persyaratan usia dalam
program JP;
b. Pekerja WNA yang dikecualikan dalam program JP;
c. Pekerja yang bekerja di beberapa PK/BU yang tidak
diwajibkan mengikuti program tertentu;
d. Pekerja yang tidak memenuhi persyaratan kepesertaan
program JKP.

Paragraf 2
Penetapan Skala Usaha

Pasal 18
(1) Pengaturan skala usaha ditetapkan berdasarkan salah
satu kriteria di bawah ini:
a. jumlah Kekayaan/Aset Bersih atau omset/Hasil
Penjualan Tahunan dari PK/BU;
b. nilai penerimaan Iuran; atau
c. jumlah TK.
(2) Skala usaha berdasarkan Kekayaan/Aset Bersih atau
Hasil Penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a digunakan pada saat PK/BU pertama kali
mendaftar sebagai Peserta.
- 19 -

(3) Skala Usaha berdasarkan nilai penerimaan iuran


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dapat
digunakan pada saat:
a. pembagian beban kerja pada Rumpun Kepesertaan
sesuai tugas dan fungsi; dan
b. upaya peningkatan cakupan kepesertaan dan
kepatuhan.
(4) Pembagian beban kerja serta upaya peningkatan cakupan
kepesertaan dan kepatuhan sebagaimana dimaksud ayat
(3) dapat menggunakan data Kekayaan/Aset Bersih atau
Hasil Penjualan Tahunan berdasarkan ketersediaan data
dan kesiapan Sistem Aplikasi BPJS Ketenagakerjaan.
(5) Skala usaha berdasarkan jumlah TK sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c dapat digunakan sebagai
referensi khusus pada kondisi yang dibutuhkan.

Pasal 19
(1) Pengaturan skala usaha berdasarkan Kekayaan/Aset
Bersih dan Hasil Penjualan Tahunan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 pada ayat (1) huruf a ditetapkan
sesuai ketentuan dalam Peraturan perundang-undangan
di Bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM)
sesuai matriks berikut:
Skala Usaha Aset Bersih* Omset Tahunan
Usaha Besar > Rp. 10 Milyar > Rp. 50 Milyar
Usaha > Rp. 5 Milyar s.d. > Rp. 15 Milyar s.d.
Menengah Rp. 10 Milyar Rp. 50 Milyar
> Rp. 1 Milyar s.d. 5 > Rp. 2 Milyar s.d.
Usaha Kecil
Milyar Rp. 15 Milyar
Usaha Mikro < Rp. 1 Milyar < Rp. 2 Milyar
*Nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan
(2) Dalam hal terdapat perbedaan klasifikasi skala usaha
antara nilai aset atau omset sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), maka digunakan skala usaha yang paling tinggi,
dengan ilustrasi berikut:
- 20 -

Penetapan
Kekayaan Omset Per
Skala Keterangan
Bersih* Tahun
Usaha
Penetapan skala
usaha
menggunakan
nilai omset dan
Rp.450 Juta Rp.2,2 Milyar
masuk dalam
(termasuk (termasuk Usaha
kategori usaha
skala usaha skala usaha Kecil
Kecil karena
Mikro) Kecil)
nilai omset di
atas Rp. 2
Milyar s.d. Rp.
15 Milyar
Penetapan skala
usaha
menggunakan
nilai kekayaan
bersih dan
Rp.5,5 Milyar Rp. 11 Milyar
masuk dalam
(termasuk (termasuk Usaha
kategori usaha
skala usaha skala usaha Menengah
Menengah
Menengah) Kecil)
karena nilai
kekayaan bersih
di atas Rp. 5
Milyar s.d. Rp.
10 Milyar

(3) Skala usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan:
a. usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri;
b. dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha;
dan
c. bukan merupakan anak PK/BU atau bukan cabang
PK/BU yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian
baik langsung maupun tidak langsung dari suatu
Badan Usaha tertentu.
(4) Penentuan Kekayaan/Aset Bersih dan Hasil Penjualan
Tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan salah satu data berikut ini:
- 21 -

a. data yang disampaikan oleh PK/BU pada formulir;


b. data yang diisi melalui kanal saat pendaftaran/
pelaporan mutasi/perubahan; atau
c. data/informasi yang diperoleh dari kerjasama
pemanfaatan data dengan instansi tekait.
(5) Perhitungan Kekayaan/Aset Bersih dan Hasil Penjualan
Tahunan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan
dengan ketentuan:
a. Nilai aset yang digunakan merupakan total aset
dikurangi dengan nilai kewajiban serta tanah dan
bangunan tempat usaha;
b. Nilai omset tahunan merupakan total nilai penjualan
dikurangi dengan retur dan diskon penjualan
barang/jasa dalam satu tahun buku;
c. Dalam hal tersedia omset bulanan, maka nilai omset
harus dihitung setahun (nilai omset bulanan x 12
bulan);
d. Dalam hal tersedia omset harian, maka nilai omset
harus dihitung terlebih dahulu omset bulanan (hari
penjualan x omset harian) dan kemudian dihitung
omset tahunan (omset bulanan x 12 bulan); dan
e. Dalam hal terdapat beberapa unit kerja, divisi, kantor
cabang, kantor perwakilan, dan lainnya maka yang
diisikan dalam formulir adalah nilai aset bersih dan
omset tahunan gabungan/ konsolidasi untuk PK/BU.
(6) Perhitungan Kekayaan/Aset Bersih dan Hasil Penjualan
Tahunan sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Direksi
ini dikecualikan bagi Pemberi Kerja jasa pemerintah,
yayasan/badan sosial, dan badan lainnya yang tidak
memiliki data tersebut.
(7) Kacab harus memastikan PK/BU melakukan pengkinian
data Kekayaan/Aset Bersih dan Hasil Penjualan Tahunan
secara berkala minimal 2 (dua) tahun sekali melalui daring
atau luring.
(8) Dalam hal terdapat perubahan kriteria aset/omset
berdasarkan peraturan perundang-undangan di Bidang
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), maka skala
- 22 -

usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menggunakan


kriteria sesuai peraturan perundang-undangan dimaksud.
(9) Contoh cara verifikasi atas aset/omset/hasil penjualan
tahunan sebagaimana Lampiran I Peraturan Direksi BPJS
Ketenagakerjaan ini.

Pasal 20
(1) Pengaturan skala usaha berdasarkan nilai penerimaan
Iuran sebagaimana dimaksud Pasal 18 pada ayat (1) huruf
b ditetapkan sesuai matriks sebagai berikut:

Skala Usaha Penerimaan Iuran per Bulan

Usaha Besar > Rp. 135 Juta


Usaha Menengah >Rp. 40 Juta s.d. Rp. 135 Juta
Usaha Kecil > Rp. 6 Juta s.d. Rp. 40 Juta
Usaha Mikro s.d Rp. 6 Juta

(2) Skala usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


merupakan perhitungan turunan dari nilai omset tahunan
dengan tata cara sebagaimana dimaksud dalam Lampiran
II Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan ini.

Pasal 21
(1) Pengaturan skala usaha berdasarkan TK sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 18 pada ayat (1) huruf c ditetapkan
sesuai kriteria Badan Pusat Statistik (BPS) dengan matriks
sebagai berikut:
Skala Usaha Jumlah Tenaga Kerja (TK)
Usaha Besar  100 orang
Usaha Menengah > 19 s.d. 99 orang
Usaha Kecil > 4 s.d. 19 orang
Usaha Mikro ≤ 4 orang
(2) Dalam hal terdapat perubahan kriteria jumlah TK
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat menggunakan
kriteria baru yang ditetapkan oleh BPS.
- 23 -

Bagian Ketiga
Tata Cara Pendaftaran Kepesertaan

Paragraf 1
Pendaftaran oleh PK/BU

Pasal 22
(1) Pendaftaran PK/BU baru dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. PK/BU mendaftarkan pekerjanya secara dengan
mengisi Formulir kepesertaan, yaitu:
1. Formulir pendaftaran PK/BU;
2. Formulir pendaftaran/perubahan data Pekerja;
3. Formulir terkait lainnya.
b. PK/BU menyampaikan formulir sebagaimana
dimaksud pada huruf a paling lambat 5 (lima) hari
kerja sejak diterimanya formulir pendaftaran oleh
PK/BU.
c. Petugas Kepesertaan dan/atau Customer Services
melakukan verifikasi terhadap Formulir sebagaimana
dimaksud pada huruf a beserta dokumen persyaratan
dari PK/BU.
d. Dalam hal formulir dan dokumen persyaratan lengkap,
Petugas Kepesertaan meng-input data dalam Sistem
Aplikasi mengintegrasikan dengan sistem administrasi
kependudukan.
e. Petugas Kepesertaan menerbitkan dan menyampaikan
penetapan iuran pertama kepada PK/BU.
f. PK/BU wajib memungut dan menyetor Iuran yang
menjadi kewajiban Pekerja dan membayar Iuran yang
menjadi kewajiban PK/BU sesuai penetapan iuran
sebagaimana dimaksud pada huruf e kepada BPJS
Ketenagakerjaan.
g. Dalam hal tidak lengkap, BPJS Ketenagakerjaan
mengembalikan formulir dan dokumen persyaratan
kepada PK/BU paling lambat 2 (dua) hari kerja
terhitung sejak tanggal diterima.
- 24 -

h. Apabila PK/BU tidak menyampaikan kelengkapan


formulir dan dokumen yang telah dilengkapi paling
lambat 2 (dua) hari kerja terhitung sejak tanggal
pengembalian diterima, maka permohonan
pendaftaran dianggap ditarik kembali oleh PK/BU.
i. Data PK/BU sebagaimana dimaksud pada huruf h
menjadi data PWBD.
(2) Dalam hal PK/BU bermaksud merubah data Pekerja, maka
dilakukan sesuai Formulir yang ditetapkan
(3) Dalam hal Peserta yang didaftarkan adalah TK Asing, maka
TK Asing didaftarkan dengan memperhatikan ketentuan
sebagai berikut:
Waktu TKA Bekerja di Indonesia Kepesertaan
Lebih dari 6 bulan Wajib
s.d 6 bulan Sukarela

Pasal 23
(1) PK/BU melakukan pendaftaran, pengisian, dan
penyampaian/pengisian formulir pendaftaran dan
dokumen pendukung dengan ketentuan sebagai berikut:
a. disampaikan langsung atau melalui kanal yang
ditetapkan baik dokumen fisik dan/atau elektronik.
b. diintegrasikan dengan data kependudukan/data dari
instansi yang berwenang.
(2) Formulir sebagaimana dimaksud pada ayat (1), ditetapkan:
a. sesuai standar dan format yang diatur dalam Peraturan
BPJS Ketenagakerjaan yang mengatur tentang formulir
kepesertaan.
b. dilengkapi dengan Nomor KTP/Kartu Keluarga bagi
pekerja WNI atau nomor paspor bagi pekerja WNA.
(3) Pengisian/entry elemen data kepesertaan melalui kanal
elektronik atau integrasi dengan data instansi berwenang
merupakan pengganti yang sah dari pengisian formulir
secara manual.
(4) Dalam hal proses pendaftaran melalui kanal layanan
kerjasama atau sistem keagenan, dilaksanakan dengan
ketentuan:
- 25 -

a. PK/BU mengisi formulir fisik atau elektronik; dan


b. tahapan pendaftaran dilaksanakan sesuai dengan
ketentuan yang disepakati antara BPJS
Ketenagakerjaan dengan pihak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a.

Paragraf 2
Pendaftaran oleh Tenaga Kerja Individu

Pasal 24
(1) Dalam hal PK/BU lalai tidak mendaftarkan Pekerjanya,
Pekerja dapat langsung mendaftarkan dirinya kepada
BPJS Ketenagakerjaan dengan mengisi formulir
pendaftaran dan melampirkan dokumen sebagai berikut:
a. fotokopi perjanjian kerja/surat keputusan
pengangkatan, atau bukti lain yang menunjukkan
sebagai Pekerja:
b. fotokopi kartu tanda penduduk; dan
c. fotokopi kartu keluarga.
(2) Kantor Cabang menindaklanjuti pendaftaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) paling lama 7 hari kerja terhitung
sejak pendaftaran dilakukan, dengan tahapan sebagai
berikut:
a. bagi TK Wajib Belum Daftar (TKWBD) yang bekerja
pada PWBD yang terdapat di lokasi Kacab setempat,
dilakukan perekaman dan tindak lanjut kepada PWBD
dengan tembusan dinas/instansi ketenagakerjaan;
b. bagi TKWBD yang bekerja pada PK/BU yang sudah
terdaftar di Kacab setempat dilakukan perekaman
kedalam database sebagai pendaftaran sementara
untuk selanjutnya dilakukan konfirmasi kepada pihak
PK/BU dengan tembusan instansi ketenagakerjaan;
dan
c. bagi TKWBD yang terdaftar pada Peserta PK/BU di
Kacab lain, maka Kacab penerima pendaftaran
melakukan perekaman kedalam database sebagai
pendaftaran sementara dengan ketentuan:
- 26 -

1. Kacab penerima pendaftaran melakukan


konfirmasi ke Kacab kepesertaan tempat PK/BU
terdaftar;
2. Kacab kepesertaan menindaklanjuti kepada pihak
PK/BU; dan
3. Kacab kepesertaan menginformasikan kepada
TKWBD dengan tembusan dinas/instansi
ketenagakerjaan.
(3) Petugas Kepesertaan menerbitkan dan menyampaikan
penetapan iuran kepada PK/BU.
(4) PK/BU wajib memungut dan menyetor Iuran yang menjadi
kewajiban Pekerja dan membayar Iuran yang menjadi
kewajiban PK/BU sesuai surat penetapan iuran.
(5) Petugas Kepesertaan wajib melakukan langkah-langkah
penanganan TKWBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal
ini, yaitu:
a. mengedukasi mengenai status, hak dan kewajiban
TKWBD dan PK/BU bersangkutan;
b. melakukan koordinasi dan monitoring dengan instansi
ketenagakerjaan atas tindak lanjut TKWBD dan PK/BU
yang bersangkutan; dan
c. menginformasikan hasil tindak lanjut penanganan
TKWBD kepada Pekerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (1).

Paragraf 3
Pendaftaran Peserta Lanjutan

Pasal 25
(1) Pendaftaran bagi Peserta yang pindah tempat kerja dan
belum melakukan klaim dilakukan dengan ketentuan
menggunakan nomor Peserta pada PK/BU sebelumnya
atau diterbitkan nomor baru baik untuk:
a. Peserta belum melakukan klaim JHT dan JP secara
penuh;
b. Peserta belum pernah terdaftar; atau
c. pernah menjadi Peserta dan telah melakukan klaim
JHT dan JP secara penuh.
- 27 -

(2) PK/BU tempat kerja baru sebagaimana dimaksud pada


ayat (1):
a. meneruskan kepesertaan Pekerja dengan melaporkan
Kartu Peserta apabila ada; dan
b. membayar Iuran sejak Pekerja bekerja pada PK/BU
tempat kerja baru.
(3) BPJS Ketenagakerjaan menyampaikan pemberitahuan
kepada Peserta melalui PK/BU atas kepesertaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini.

Pasal 26
(1) Peserta yang masih bekerja pada usia pensiun dan memilih
untuk menunda menerima pembayaran manfaat JHT pada
usia 56 (lima puluh enam) tahun dapat tetap menjadi
Peserta dan membayar Iuran.
(2) Dalam hal Peserta telah mencapai usia pensiun dan telah
mengambil klaim JHT penuh, maka:
a. Pekerja dapat didaftarkan kembali menjadi Peserta
JHT.
b. kepesertaan JP dapat dilanjutkan sampai dengan
berhenti bekerja dengan ketentuan paling lama 3 (tiga)
tahun setelah usia pensiun yang berlaku.

Paragraf 4
Pekerja yang Bekerja pada Beberapa PK/BU

Pasal 27
Pekerja yang bekerja pada beberapa PK/BU mengikuti program
dengan ketentuan, yaitu:
Program Kepesertaan
JKK Wajib di semua PK/BU
JKM Wajib di semua PK/BU
JHT Wajib di semua PK/BU*
Wajib di salah satu PK/BU, namun dapat
JP
ikut pada PK/BU lainnya*
JKP Wajib di salah satu PK/BU*
*sesuai skala usaha
- 28 -

Bagian Keempat
Kepesertaan Program Jaminan Pensiun (JP)

Pasal 28
(1) Pekerja yang didaftarkan menjadi Peserta Program JP
mempunyai usia maksimal 1 (satu) bulan sebelum
memasuki usia pensiun.
(2) Usia pensiun sebagaimana dimaksud ayat (1), ditetapkan:
a. untuk pertama kali ditetapkan 56 (lima puluh enam)
tahun;
b. mulai 1 Januari 2019 menjadi 57 (lima puluh tujuh)
tahun; dan
c. selanjutnya bertambah 1 (satu) tahun untuk setiap 3
(tiga) tahun berikutnya sampai mencapai usia pensiun
65 (enam puluh lima) tahun.
(3) Bagi Peserta yang memasuki usia pensiun dan memilih
tetap melanjutkan kepesertaan paling lama 3 (tiga) tahun
setelah usia pensiun, maka:
a. Peserta dinonaktifkan oleh Petugas Kepesertaan sesuai
laporan tenaga kerja keluar dari PK/BU jika Pekerja
diberhentikan, atau memilih untuk menerima manfaat
pensiun; atau
b. Sistem Aplikasi akan menonaktifkan kepesertaan
secara otomatis pada saat Peserta telah memiliki usia
paling lama 3 (tiga) tahun setelah usia pensiun.
(4) Dalam hal suami dan istri bekerja, maka kepesertaan JP
diatur sebagai berikut:
a. suami dan istri wajib didaftarkan pada masing-masing
PK/BU;
b. suami dan istri menerima manfaat JP sesuai dengan
PK/BU tempat kepesertaan terdaftar; dan
c. suami/istri dan anaknya dapat didaftarkan sebagai
penerima manfaat baik atas kepesertaan suami
maupun istri.
(5) TK Asing tidak dapat didaftarkan dalam Program JP.
(6) Dalam hal terdapat TK Asing yang telah didaftarkan dalam
Program JP sebelum dikeluarkannya ketentuan dalam
Peraturan Menteri Ketenagakerjaan tentang Program JP,
maka Kacab:
- 29 -

a. menonaktifkan kepesertaan TK Asing tersebut pada


Program JP;
b. memproses pembayaran manfaat JP secara lumsump
kepada TK Asing tersebut sebesar Iuran ditambah hasil
pengembangan sesuai petunjuk teknis pembayaran
jaminan; dan
c. menginformasikan kepada PK/BU terkait dengan
ketentuan tersebut.

Bagian Kelima
Kepesertaan Program JKP

Paragraf 1
Persyaratan Kepesertaan Program JKP

Pasal 29
(1) Peserta program JKP harus memenuhi persyaratan
sebagai berikut:
a. Pekerja Warga Negara Indonesia dan belum mencapai
usia 54 (lima puluh empat) tahun saat mendaftar serta
mempunyai hubungan kerja;
b. Pekerja yang bekerja pada usaha besar dan usaha
menengah, diikutsertakan sekurang-kurangnya pada
program JKN, JKK, JKM, JHT, dan JP; dan
c. Pekerja yang bekerja pada usaha kecil dan usaha
mikro, diikutsertakan sekurang-kurangnya pada
program JKN, JKK, JKM, dan JHT.
(2) Untuk pertama kali peserta aktif BPJS Ketenagakerjaan
yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) serta merta mengikuti program JKP.
(3) Keikutsertaan peserta aktif secara langsung terdaftar
sebagai Peserta program JKP berlaku sejak Februari 2021.
(4) Dalam hal PK/BU menunggak iuran sampai dengan
Februari 2021, maka kepesertaan ditunda sampai dengan
pengusaha melunasi tunggakan iurannya.
- 30 -

Pasal 30
(1) PK/BU yang baru mendaftarkan pekerjanya dalam
program jaminan sosial ketenagakerjaan wajib
menyampaikan formulir pendaftaran paling lambat 30
(tiga puluh) hari sejak tanggal mulai bekerja, baik secara
daring maupun luring.
(2) Formulir pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) paling sedikit memuat:
a. nama PK/BU;
b. nama pekerja;
c. nomor induk kependudukan;
d. tanggal lahir pekerja; dan
e. nomor dan/atau tanggal mulai dan berakhirnya
perjanjian kerja, bagi Pekerja/Buruh dengan
hubungan kerja berdasarkan perjanjian kerja waktu
tertentu, atau nomor dan/atau tanggal mulainya
perjanjian kerja atau surat pengangkatan bagi
Pekerja/Buruh dengan hubungan kerja berdasarkan
perjanjian kerja waktu tidak tertentu.
(3) Tanggal mulai perjanjian kerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) huruf e adalah tanggal awal kepesertaan
program jaminan sosial ketenagakerjaan.
(4) Tanggal berakhirnya perjanjian kerja untuk pekerja
dengan hubungan kerja berdasarkan perjanjian waktu
tertentu adalah tanggal berakhirnya kontrak kerja.

Paragraf 2
Verifikasi Kepesertaan Program JKN

Pasal 31
(1) Peserta program JKN sebagaimana dimaksud dalam Pasal
29 ayat (1) merupakan Pekerja PU atau sesuai ketentuan
terkait persyaratan JKP.
(2) Proses verifikasi dan validasi syarat kepesertaan program
JKN dilakukan melalui integrasi data kepesertaan JKP
dengan BPJS Kesehatan.
- 31 -

(3) Dalam hal proses integrasi data sebagaimana dimaksud


ayat (1) belum tersedia, maka verifikasi dan validasi
kepesertaan program JKP tanpa memperhatikan syarat
kepesertaan program JKN.

Pasal 32
(1) Dalam hal telah terintegrasi dengan data BPJS Kesehatan,
verifikasi dan validasi peserta dilakukan sejak awal
kepesertaan program JKP.
(2) Proses verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud ayat
(1), dilakukan secara daring melalui sistem informasi BPJS
Ketenagakerjaan.
(3) Dalam hal hasil proses verifikasi dan validasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal ini peserta tidak memenuhi
persyaratan, maka:
a. kepesertaan program JKP dinyatakan batal;
b. dilakukan penyesuaian/koreksi atas iuran JKP yang
telah dibayarkan oleh pemerintah pusat; dan
c. rekomposisi iuran dibatalkan.

Paragraf 3
Verifikasi Kepesertaan Program JKP pada Beberapa PK/BU

Pasal 33
(1) Dalam hal pekerja bekerja di beberapa PK/BU yang
mengikuti program JKP, pekerja wajib memilih salah satu
PK/BU yang didaftarkan dalam program JKP dengan
ketentuan:
a. BPJS Ketenagakerjaan menyampaikan informasi
kepada pekerja yang bekerja di lebih dari 1 (satu)
PK/BU untuk memilih salah satu PK/BU yang
didaftarkan dalam program JKP;
b. pekerja wajib memilih salah satu PK/BU yang
didaftarkan dalam program JKP paling lama 15 (lima
belas) hari setelah informasi hasil proses verifikasi dan
validasi disampaikan;
- 32 -

c. dalam hal pekerja tidak memilih salah satu PK/BU


melewati ketentuan 15 (lima belas) hari sebagaimana
dimaksud pada huruf b, maka kepesertaan program
JKP efektif sejak Peserta menyampaikan pilihan PK/BU
tempat pekerjaan yang didaftarkan dalam program
JKP;
d. penyampaian informasi pemilihan PK/BU yang
didaftarkan dalam program JKP sebagaimana
dimaksud pada huruf b, dilakukan secara individual
maupun melalui PK/BU baik secara daring atau luring.
(2) Dalam hal terjadi Pemutusan Hubungan Kerja (PHK), maka
pekerja yang terdaftar pada 2 (dua) PK/BU atau lebih,
maka kepesertaan program JKP secara otomatis beralih
pada PK/BU lainnya.

Paragraf 4
Rekomposisi Iuran Program JKP

Pasal 34
(1) Bagi setiap peserta yang telah memenuhi persyaratan
sebagai peserta program JKP, telah dilakukan rekomposisi
iuran serta dibayar iurannya oleh Pemerintah, maka setiap
peserta dapat mengetahui informasi kepesertaan JKP
melalui kanal BPJS Ketenagakerjaan baik secara daring
maupun luring.
(2) Bulan awal kepesertaan program JKP terhitung sejak
dilakukan rekomposisi iuran.
(3) Untuk pertama kali rekomposisi iuran dilakukan terhadap
iuran JKK dan JKM bulan Februari 2021.
(4) Selanjutnya untuk Peserta yang eligible program JKP,
rekomposisi iuran dilakukan bagi Peserta yang membayar
iuran.
(5) Dalam hal PK/BU menunggak pembayaran iuran maka
rekomposisi iuran dilakukan setelah PK/BU melunasi
tunggakan iurannya.
(6) Untuk PK/BU yang baru terdaftar dalam program JKP,
rekomposisi iuran dilakukan setelah iuran pertama
program JKK dan program JKM dibayarkan secara lunas.
- 33 -

Pasal 35
(1) Petugas Kepesertaan atau Sistem Aplikasi melakukan
verifikasi dan validasi terhadap formulir pendaftaran yang
telah diisi lengkap dan benar oleh PK/BU.
(2) Berdasarkan hasil verifikasi dan validasi sebagaimana
dimaksud ayat (1), Peserta yang memenuhi persyaratan
didaftarkan program JKP.
(3) Deputi Direktur yang menangani manajemen data
melakukan verifikasi dan validasi terhadap eligibiltas
Program JKP termasuk proses integrasi dengan JKN dan
data penagihan iuran kepada Pemerintah.
(4) Proses verifikasi dan validasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal ini dilakukan secara daring atau luring.

Bagian Keenam
Penetapan Awal Kepesertaan PU

Pasal 36
(1) Kepesertaan awal PK/BU berubah dari mendaftar menjadi
status Peserta sejak:
a. formulir pendaftaran diterima secara lengkap dan
benar; dan
b. Iuran pertama dibayar lunas (cash basis).
(2) Dalam hal tanggal Iuran pertama lunas tidak sesuai
dengan tanggal awal kepesertaan sebagaimana dinyatakan
pada formulir, maka tanggal awal kepesertaaan
disesuaikan dengan Bulan Tahun (BLTH) tanggal Iuran
pertama lunas.
(3) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) yang disebabkan karena sistem
bank atau alasan lain yang dapat dipertanggungjawabkan,
maka dapat dilakukan koreksi BLTH awal kepesertaan
sesuai dengan ketentuan terkait koreksi data kepesertaan
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran III Peraturan
Direksi ini.
- 34 -

(4) Salah satu alasan lain yang dapat dipertanggungjawabkan


sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah kepesertaan
Non ASN di instansi Pemerintah yaitu sesuai:
a. Anggaran yang ditetapkan dalam APBN/D;
b. Tanggal perjanjian kerja sama; atau
c. Dokumen lainnya dari instansi Pemerintah.

Pasal 37
Kepesertaan awal TK baru dari PK/BU eksisting ditetapkan
sejak:
a. tanggal penerimaan formulir pendaftaran diterima secara
lengkap dan benar; atau
b. input pendaftaran melalui kanal elektronik diterima secara
sistem.

Bagian Ketujuh
Pelaporan, Batasan dan Rapel Upah

Paragraf 1
Pelaporan Upah

Pasal 38
(1) Upah sebagai dasar perhitungan Iuran adalah upah
sebulan yang dilaporkan oleh PK/BU.
(2) Upah sebulan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan:
a. Upah pokok dan tunjangan tetap;
b. Upah minimum Kabupaten/Kota (UMK); atau
c. Upah minimum Provinsi (UMP) jika upah sebagaimana
dimaksud huruf b tidak ditetapkan.
(3) Upah sebulan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
kurang dari UMP/UMK dalam hal terdapat ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur terkait
Upah minimum untuk Pekerja atau PK/BU tertentu.
(4) Dalam hal PK/BU tidak membayarkan upah bulanan,
maka upah sebulan dapat menggunakan ketentuan
sebagai berikut:
- 35 -

a. apabila Upah dibayarkan secara harian, maka Upah


sebulan dihitung dari Upah sehari dikalikan 25 (dua
puluh lima);
b. dalam hal Upah dibayarkan secara borongan atau
satuan hasil, maka Upah sebulan dihitung dari Upah
rata-rata 3 (tiga) bulan terakhir; atau
c. dalam hal pekerjaan tergantung pada keadaan cuaca
yang Upahnya didasarkan pada Upah borongan, maka
Upah sebulan dihitung dari Upah rata-rata 12 (dua
belas) bulan terakhir.
(5) Dalam rangka memberikan kemudahan pelayanan dan
memastikan perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan
kepada Pekerja, BPJS Ketenagakerjaan dapat menetapkan
upah sesuai dengan hasil konversi nilai iuran.

Paragraf 2
Batasan Upah JP dan JKP

Pasal 39
(1) Batas Upah maksimal (ceiling wages) yang digunakan
sebagai dasar perhitungan Iuran JP ditetapkan setiap
tahun.
(2) Batasan Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditinjau setiap tahunnya sesuai dengan pertumbuhan
Produk Domestik Bruto (PDB) dari Badan Pusat Statistik
(BPS) dengan ketentuan:
a. menggunakan faktor pengali sebesar 1 (satu) ditambah
tingkat pertumbuhan tahunan PDB tahun sebelumnya;
dan
b. ditetapkan paling lama 1 (satu) bulan setelah BPS
mengumumkan data PDB yang merupakan salah satu
indikator penting untuk mengetahui kondisi ekonomi
di suatu negara dalam suatu periode tertentu.
(3) Perhitungan ceiling wages sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan oleh Deputi Direktur yang menangani
aktuaria dengan berkoordinasikan dengan Deputi Direktur
terkait.
- 36 -

(4) Direktur yang menangani aktuaria menginformasikan


hasil perhitungan ceiling wages sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) kepada kantor daerah dengan tembusan
Direktur yang menangani kepesertaan.

Pasal 40
(1) Upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan iuran
program JKP yang dibayarkan Pemerintah Pusat dan
rekomposisi iuran JKK dan JKM merupakan upah terakhir
Peserta yang dilaporkan oleh PK/BU kepada BPJS
Ketenagakerjaan dan tidak melebihi batas atas Upah yang
ditetapkan.
(2) Untuk pertama kali batas atas Upah sebagaimana yang
dimaksud pada ayat (1) ditetapkan sebesar Rp.
5.000.000,00 (lima juta rupiah).
(3) Dalam hal terjadi perubahan batasan Upah sebagaimana
dimaksud pada ayat (2), maka berlaku batasan Upah
program JKP sesuai ketentuan yang paling baru tanpa
merubah Peraturan Direksi ini.
(4) Selisih perhitungan iuran akibat pemberlakuan batas atas
Upah sebagaimana dimaksud pada ayat (2) menjadi aset
dana jaminan sosial kecelakaan kerja dan dana jaminan
sosial kematian.

Paragraf 3
Rapel Upah

Pasal 41
(1) Rapel Upah dilakukan untuk semua program dengan
melakukan perekaman pada Sistem Aplikasi.
(2) Rapel Upah untuk Peserta JKK, JKM dan JHT dihitung
sesuai nominal rapel Upah yang dilaporkan.
(3) Rapel Upah untuk Peserta Program JP dan JKP ditetapkan:
a. dihitung sampai batasan Upah maksimal (ceiling
wages) yang berlaku;
b. dalam hal Upah rapel melebihi peruntukkan satu bulan
serta total Upah ditambah rapel melebihi ceiling wages,
- 37 -

maka komponen Upah dihitung sesuai jumlah bulan


rapel;
c. dalam hal rapel Upah diperuntukkan satu bulan, total
Upah ditambah total rapel Upah melebihi ceiling wages,
maka komponen Upah dihitung berdasarkan ceiling
wages; dan
d. Rapel Upah tidak mempengaruhi masa iur.

Bagian Kedelapan
Iuran PU

Paragraf 1
Tarif Iuran PU

Pasal 42
(1) PK/BU wajib membayarkan Iuran yang dihitung dari Upah
sebulan Pekerja berdasarkan tarif Iuran yang ditetapkan.
(2) Tarif Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sebagai berikut:
Tarif Iuran
Uraian Program
PK/BU Pekerja Jumlah
a. JHT 3,70% 2,00% 5,70%
b. JP 2,00% 1,00% 3,00%
c. JKM 0,30% - 0,30%
d. JKK *:
- Risiko sangat rendah 0,24% - 0,24%
- Risiko rendah 0,54% - 0,54%
- Risiko sedang 0,89% - 0,89%
- Risiko tinggi 1,27% - 1,27%
- Risiko sangat tinggi 1,74% - 1,74%
*berdasarkan kelompok tingkat risiko lingkungan kerja.
(3) Dalam hal PK/BU mengikuti program JKP, maka sebagian
iuran JKK dan JKM sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
direkomposisi untuk membiayai JKP dengan tarif sebagai
berikut:
a. Iuran JKK direkomposisi sebesar 0,14% (nol koma
empat belas persen) dari Upah sebulan; dan
- 38 -

b. Iuran JKM direkomposisi sebesar 0,10% (nol koma


sepuluh persen) dari Upah sebulan.
(4) Selain bersumber dari rekomposisi iuran sebagaimana
dimaksud pada ayat (3), pembiayaan JKP juga bersumber
dari iuran Pemerintah sebesar 0,22% (nol koma dua puluh
dua persen) dari upah sesuai batasan yang ditetapkan
pada Peraturan Pemerintah.
(5) Dalam hal PK/BU lebih dari 1 (satu) divisi maka tarif Iuran
JKK sesuai dengan pengelompokan tingkat risiko jenis
usaha induk PK/BU-nya atau sesuai dengan jenis usaha
yang dominan.

Paragraf 2
Pembayaran Iuran

Pasal 43
(1) Pembayaran Iuran dikelompokkan ke dalam 2 (dua)
kategori:
a. Iuran pertama; dan
b. Iuran lanjutan
(2) Iuran pertama sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a
merupakan Iuran yang dibayarkan pertama kali saat
PK/BU terdaftar di BPJS Ketenagakerjaan.
(3) Iuran lanjutan sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf b
merupakan iuran yang dibayarkan setelah pembayaran
iuran pertama dengan ketentuan:
a. dibayarkan secara lunas dan berurutan pada setiap
bulannya;
b. dalam hal pembayaran Iuran tidak berurutan, maka
diperhitungkan dengan sebagian atau seluruh Iuran
bulan berikutnya untuk melunasi kekurangan Iuran
bulan sebelumnya;
c. apabila tidak terdapat perubahan Upah dan tenaga
kerja, pembayaran Iuran ditetapkan sama dengan
bulan sebelumnya; dan
d. dalam hal PK/BU melunasi Iuran secara cicilan, maka
tanggal terakhir transaksi Iuran yang dibayarkan
dijadikan sebagai tanggal pelunasan Iuran bulan yang
bersangkutan.
- 39 -

Pasal 44
(1) Nilai pembulatan yang digunakan untuk pembayaran
Iuran dibulatkan hingga ratusan rupiah penuh (Rp. 100),
baik pembulatan ke atas maupun pembulatan ke bawah
yang dicatat sebagai akun pembulatan pada laporan
keuangan.
(2) Dalam hal terdapat kekurangan Iuran sampai dengan nilai
pembulatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) maka
Posting Iuran dapat diproses oleh Petugas Kepesertaan
atau otomatis oleh Sistem Aplikasi.

Pasal 45
(1) Bukti pembayaran atas Iuran yang dibayarkan oleh
PK/BU, berupa:
a. bukti transaksi penerimaan Iuran dari BPJS
Ketenagakerjaan yang diberikan apabila ada
permintaan dari PK/BU;
b. bukti transaksi bank untuk PK/BU yang membayar
Iuran melalui kanal pembayaran baik perbankan
maupun non perbankan;
c. notifikasi atau pemberitahuan keberhasilan transaksi
setelah PK/BU membayar Iuran.
(2) Petugas Kepesertaan menyampaikan informasi atas
kelebihan/kekurangan Iuran kepada PK/BU paling lama 3
(tiga) hari kerja sejak diterimanya Iuran.
(3) Dalam hal terjadi kelebihan Iuran sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), maka akan diperhitungkan dengan Iuran
bulan berikutnya dan/atau denda iuran.
(4) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) dapat dilakukan secara otomatis melalui Sistem
Aplikasi.

Pasal 46
Laporan rincian Iuran, bukti transaksi, pemberitahuan/
notifikasi dan dokumen/formulir sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45, dapat disampaikan:
- 40 -

a. dalam bentuk hard/soft copy; atau


b. secara manual atau melalui media elektronik dan kanal
layanan BPJS Ketenagakerjaan.

Paragraf 3
Batas Waktu Pembayaran Iuran

Pasal 47
(1) PK/BU wajib membayar iuran paling lambat tanggal 15
(lima belas) bulan berikutnya.
(2) Dalam hal tanggal 15 (lima belas) jatuh pada hari libur
(Sabtu, Minggu, dan libur nasional) maka pembayaran
Iuran paling lambat jatuh pada hari kerja selanjutnya.
(3) Dalam rangka meningkatkan kualitas kepesertaan layanan
kepada Peserta, PK/BU harus diupayakan untuk
membayar iuran di bulan berjalan atau paling lambat
setiap akhir bulan berjalan.

Pasal 48
(1) Dalam hal PK/BU terlambat membayar Iuran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 47 ayat (1), maka PK/BU dikenakan
denda 2% (dua persen) untuk setiap bulan keterlambatan
yang dibayarkan bersamaan dengan total Iuran yang
tertunggak.
(2) Pengaturan terkait tata cara penagihan Iuran, tunggakan
Iuran dan denda keterlambatan iuran diatur dalam:
a. Peraturan BPJS Ketenagakerjaan terkait tata kelola
piutang iuran.
b. Peraturan Direksi yang mengatur sistem penagihan
dan piutang iuran.

Paragraf 4
Iuran Belum Rinci (IBR)

Pasal 49
(1) Penerimaan Iuran yang belum dilakukan Posting Iuran
dicatat sebagai IBR.
- 41 -

(2) Pencatatan IBR sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dikelompokkan menjadi 2, yaitu:
a. IBR Jatuh Tempo (IJT); dan
b. IBR Dibayar Dimuka (IDM).
(3) Untuk keakuratan penerimaan iuran dan saldo IBR pada
tanggal pisah batas, dilakukan proses rekonsiliasi dan
koordinasi antara Bidang/Petugas Keuangan dengan
Bidang/Petugas Kepesertaan.

Pasal 50
(1) Tanggal pisah batas pencatatan IBR ditetapkan untuk
tujuan pelaporan keuangan.
(2) Penetapan tanggal pisah batas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat disesuaikan melalui kebijakan
Direktorat Kepesertaan.
(3) Kabid Kepesertaan/Kepala Kacab memonitor penyelesaian
IBR yang dapat menjadi salah satu indikator penilaian Key
Performance Indicator (KPI).

Paragraf 5
Posting Iuran

Pasal 51
(1) Posting Iuran pertama dan lanjutan dilakukan secara
manual atau otomatis setelah status kepesertaan tercatat
dalam sistem dan Iuran lunas.
(2) Proses Posting Iuran dilakukan secara manual apabila
Data Upah Siap Posting (DUSP) belum tersedia.
(3) Posting secara otomatis dilakukan oleh sistem, jika:
a. DUSP tersedia lebih dahulu dari transaksi penerimaan
Iuran; dan
b. Iuran yang diterima (termasuk sisa IBR) telah
mencukupi sesuai Iuran yang dihitung berdasarkan
DUSP.
(4) Proses Posting Iuran dilakukan setelah PK/BU menyetujui
perhitungan Iuran, melalui:
a. Hard copy kertas kerja;
- 42 -

b. proses finalisasi data oleh PK/BU melalui SIPP, atau


kanal elektronik lainnya;
c. print out hasil konfirmasi dari PK/BU apabila
persetujuan kertas kerja dikirim melalui email atau
media elektronik lainnya;
d. konfirmasi melalui Short Message Service (SMS) atau
email pada program Payment Reminder System;
dan/atau
e. media lain yang ditetapkan.
(5) Posting iuran program JKP dari pemerintah dilakukan
secara otomatis oleh sistem dan terpisah dengan posting
iuran program lainnya.

Pasal 52
(1) Proses Posting Iuran harus dilakukan secara bulanan dan
berurutan sesuai bulan Iuran yang dibayarkan dengan
cara:
a. Posting Iuran bersamaan dengan denda; atau
b. Posting Iuran tanpa denda.
(2) Posting denda seluruhnya atau sebagian dilakukan dengan
memperhatikan ketersediaan sisa IBR dan apabila terdapat
kekurangan, maka denda masih menjadi kewajiban PK/BU
untuk dilunasi.
(3) Penetapan denda yang tidak sesuai dapat dikoreksi sesuai
dengan DUSP yang paling mutakhir.

Pasal 53
(1) Posting Iuran dapat dilakukan melalui kanal sebagai
berikut:
a. fitur Sistem Aplikasi;
b. SIPP;
c. Payment Reminder System; dan
d. kanal lainnya.
(2) Dalam hal terdapat kesalahan Posting Iuran, maka dapat
dilakukan koreksi melalui kanal yang berlaku di BPJS
Ketenagakerjaan.
- 43 -

Bagian Kesembilan
Tanda Bukti Kepesertaan

Pasal 54
(1) Pendaftaran yang telah memenuhi kriteria kepesertaan
awal diberikan Nomor Kepesertaan dan tanda bukti
kepesertaan berupa:
a. Sertifikat Kepesertaan bagi PK/BU; dan
b. Kartu Peserta bagi TK.
(2) Nomor Kepesertaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan paling lama 1 (satu) hari kerja terhitung sejak
kepesertaan awal.
(3) Tanda bukti kepesertaan sebelum berlakunya Peraturan
Direksi ini, tetap berlaku dan dapat digunakan.
(4) Tanda bukti kepesertaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diterbitkan dalam bentuk:
a. Fisik, menggunakan blanko kartu Peserta dan sertifikat
kepesertaan berdasarkan permintaan peserta, PK/BU
melalui kanal BPJS Ketenagakerjaan; dan/atau
b. Elektronik/digital yang dikirimkan melalui email atau
kanal elektronik/digital yang disediakan oleh BPJS
Ketenagakerjaan.
(5) BPJS Ketenagakerjaan menyampaikan bukti kepesertaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a kepada
PK/BU atau Peserta paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak
tanggal kepesertaan awal.
(6) Dalam rangka meningkatkan layanan kepada Peserta,
Direktur yang menangani bidang kepesertaan dapat
menetapkan batas waktu lebih cepat dari ketentuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (5) melalui surat kepada
Kantor Wilayah/Kacab.

Pasal 55
(1) Sertifikat Kepesertaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
54 ayat (1) huruf a diterbitkan dengan ketentuan:
a. mencantumkan Nomor Pendaftaran Pemberi Kerja
(NPP) untuk setiap PK/BU paling lambat 1 (satu) hari
kerja sejak dinyatakan sebagai Peserta;
- 44 -

b. dalam hal PK/BU yang sudah terdaftar dalam Program


JKK, JKM, dan JHT, namun belum mengikuti Program
JP dan JKP, maka Sertifikat Kepesertaan lamanya
masih berlaku; dan
c. PK/BU yang melakukan penambahan program,
diberikan Sertifikat Kepesertaan baru dengan
menambahkan keterangan mengikuti Program yang
diikuti beserta periode awal kepesertaannya.
(2) NPP sebagaimana dimaksud ayat (1) huruf a dapat terdiri
dari lebih dari 1 (satu) divisi, dengan ketentuan sebagai
berikut:
a. divisi dapat merupakan bagian, cabang, perwakilan,
anak PK/BU dan sejenis dalam rangka mempermudah
pelaporan data kepesertaan dan perhitungan Iuran;
dan
b. dalam hal terdapat beberapa divisi, PK/BU harus
menentukan divisi induknya.

Pasal 56
(1) Kartu Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat
(1) huruf b diterbitkan:
a. sebagai bukti kepesertaan untuk seluruh Program JKK,
JKM, JHT, JP, dan JKP;
b. menggunakan dan mencantumkan NIK sebagai nomor
identitas tunggal untuk WNI; dan
c. menggunakan dan mencantumkan Nomor Paspor
sebagai nomor identitas tunggal untuk WNA.
(2) Pemanfaatan NIK dan Nomor Paspor untuk pendaftaran
dan pemutakhiran data Peserta dengan ketentuan:
a. diintegrasikan dengan sistem administrasi
kependudukan/data instansi yang berwenang; dan
b. dilakukan melalui kerja sama dengan
Kementerian/instansi terkait.
(3) Penggunaan NIK pada nomor kepesertaan berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. 1 (satu) nomor kepesertaan hanya bisa menggunakan
1 (satu) NIK; dan
- 45 -

b. 1 (satu) NIK dapat terdaftar pada beberapa nomor


kepesertaan.
(4) 1 (satu) Peserta pada PK/BU yang sama hanya dapat
memiliki 1 (satu) nomor kepesertaan.

Bagian Kesepuluh
Kanal Kepesertaan

Paragraf 1
Pemanfaatan Kanal

Pasal 57
(1) Pendaftaran dan pelaporan mutasi/perubahan data
kepesertaan untuk mendukung administrasi kepesertaan
dilakukan pada kanal yang memberikan layanan terkait
kepesertaan.
(2) Kanal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari:
a. Kanal fisik (phyisical channel) yang terdiri dari:
1. Kacab; dan
2. kanal kerja sama yang terdiri dari:
a) services point officer;
b) pelayanan terpadu satu pintu atau kanal
layanan publik; dan
c) kanal berbentuk fisik lainnya; dan
b. Kanal elektronik (e-channel) yang terdiri dari:
1. Pendaftaran Online Mandiri;
2. SIPP;
3. Online Single Submission (OSS);
4. mobile application; dan
5. kanal berbentuk elektronik lainnya.
(3) Data yang disampaikan oleh PK/BU melalui kanal
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) merupakan bukti
yang sah sebagai pengganti formulir fisik.

Pasal 58
Pendaftaran online melalui kanal elektronik sebagaimana
dimaksud dalam pasal 57 ayat (2) huruf b diperuntukkan bagi
PK/BU baru atau PWBD guna:
- 46 -

a. mengisi informasi yang diminta dalam formulir pendaftaran;


dan
b. memilih Kacab terdekat guna memudahkan layanan bagi
PK/BU.

Paragraf 2
SIPP

Pasal 59
(1) SIPP dapat digunakan oleh PK/BU atau
badan/lembaga/kelompok lainnya setelah menyetujui end
user licencse agreement pada aplikasi SIPP.
(2) Pengelolaan data SIPP dilakukan secara self assement
dengan fungsi utama, yaitu:
a. pengelolaan data kepesertaan, meliputi: penambahan,
pengurangan, perubahan elemen data PK/BU atau
badan/lembaga/kelompok lainnya maupun Tenaga
Kerja;
b. pengelolaan data Upah dan Iuran, meliputi:
perekaman/perubahan Upah serta sinkronisasi
kesesuaian Iuran dengan program yang diikuti;
c. pembayaran Iuran dengan penghitungan rincian Iuran
pekerja per program yang secara otomatis terintegrasi
dengan e-payment system dan kanal pembayaran iuran
lainnya;
d. pengelolaan informasi kepesertaan, meliputi: bukti
tanda kepesertaan, rincian saldo JHT/JP, laporan
kepesertaan, monitoring pembayaran Iuran dan fitur
lainnya;
e. penyampaian informasi kepada PIC dan Petugas
Kepesertaan melalui e-mail dan atau SMS apabila
proses finalisasi SIPP telah berhasil dilakukan; dan
f. proses layanan klaim.
(3) Fungsi utama SIPP sebagaimana dimaksud ayat (2) dapat
disesuaikan mengikuti:
a. perkembangan kerja sama dengan perbankan atau
pihak lainnya; dan/atau
- 47 -

b. perubahan kebijakan pemerintah dan atau BPJS


Ketenagakerjaan.

Bagian Kesebelas
Penanganan PK/BU Daftar Sebagian (PDS)

Pasal 60
PK/BU Daftar Sebagian (PDS) terdiri atas:
a. PDS Program, yaitu PK/BU yang telah mendaftarkan
pekerjanya, namun jenis program yang diikuti tidak sesuai
dengan ketentuan penahapan kepesertaan;
b. PDS Tenaga Kerja (TK), yaitu PK/BU yang tidak
mendaftarkan seluruh Pekerjanya sesuai ketentuan yang
berlaku atau hanya mendaftar sebagian Pekerjanya; dan
c. PDS Upah, yaitu PK/BU yang melaporkan Upah
Pekerjanya tidak sesuai dengan yang sebenarnya.

Pasal 61
(1) Petugas Kepesertaan wajib memastikan PK/BU pada saat
daftar pertama tidak termasuk kategori PDS.
(2) Petugas Kepesertaan melakukan identifikasi awal atas
indikasi PDS pada PK/BU yang telah menjadi peserta
(Peserta Existing).
(3) Identifikasi awal atas indikasi PDS dapat diperoleh melalui
salah satu sumber berikut ini:
a. kunjungan lapangan dan konfirmasi kepada pihak
terkait;
b. informasi dari PK/BU, Asosiasi/Komunitas, Serikat
Pekerja, dan/atau Pekerja;
c. hasil verifikasi jenis paket program yang diikuti oleh
Peserta untuk PDS Program;
d. informasi jumlah pekerja/upah yang dipublikasikan
melalui website PK/BU atau informasi lain PK/BU
untuk PDS TK dan Upah;
e. formulir klaim yang menginformasikan data Upah yang
diisi oleh PK/BU untuk PDS Upah; dan
f. informasi dari instansi terkait kerja sama pertukaran
data.
- 48 -

Pasal 62
(1) Kepala Bidang Kepesertaan dan Petugas Kepesertaan
menindaklanjuti indikasi PDS dengan tahapan, sebagai
berikut:
a. Petugas Kepesertaan menyampaikan SP-PDS dengan
melakukan pembinaan dan relationship;
b. apabila dalam 5 (lima) hari kerja setelah SP-PDS masih
belum ada tanggapam, maka dilakukan
kunjungan/pemanggilan dan membuat berita acara
yang ditandatangani oleh PK/BU; dan
c. dalam hal 3 (tiga) hari kerja setelah kunjungan
sebagaimana dimaksud pada huruf b belum ada
tanggapan PK/BU, maka kasus PDS tersebut ditangani
oleh Petugas Pemeriksa untuk ditindaklanjuti sesuai
ketentuan.
(2) Kunjungan/pemanggilan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b dilakukan sendiri oleh Rumpun
Kepesertaan atau dengan instansi terkait.

Bagian Keduabelas
Alih Kepesertaan, Alih Binaan, dan Penanganan Wasrik

Paragraf 1
Alih Kepesertaan

Pasal 63
(1) Alih kepesertaan dilakukan dengan persetujuan Kacab
asal kepesertaan.
(2) Alih kepesertaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan antar Kacab ke Kacab lainnya.
(3) Alih kepesertaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilaksanakan dengan ketentuan sebagai berikut:
a. hanya diperkenankan atas kebutuhan PK/BU sesuai
surat permintaan dari PK/BU yang disertai dengan
alasan pengalihan;
b. Kacab tujuan tidak diperkenankan merekam data
PK/BU yang dialihkan sebagai Peserta baru;
- 49 -

c. alih kepesertaan tidak termasuk dalam indikator


perhitungan penambahan kepesertaan baru pada
Kacab tujuan;
d. PK/BU yang akan dialihkan tetap membayarkan
Iurannya ke Kacab asal sebelum tahapan proses alih
kepesertaan selesai dilakukan;
e. setelah proses alih kepesertaan, maka seluruh aktifitas
yang terkait perekaman dan koreksi data menjadi
tanggung jawab Kacab tujuan;
f. dalam hal terdapat sisa IBR pada kepesertaan yang
dialihkan pada BLTH Posting Iuran terakhir +1, maka
dapat melakukan Posting Iuran di Kacab tujuan; dan
g. dalam hal terdapat beberapa divisi, maka alih
kepesertaan dapat dilakukan untuk semua divisi di
Kacab asal dengan bulan alih BLTH Posting Iuran
terakhir +1 di masing-masing divisi.
(4) Proses alih kepesertaan antar Kacab sebagaimana
dimaksud dalam Pasal ini dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Unit kerja tujuan mengajukan alih kepesertaan ke unit
kerja asal kepesertaan beserta dokumen pendukung
melalui Sistem Aplikasi;
b. Sistem akan mengirimkan notifikasi permintaan alih
kepesertaan ke unit kerja asal kepesertaan;
c. Unit kerja asal kepesertaan melakukan verifikasi dan
melakukan proses pengalihan kepesertaan apabila
menyetujui dan memenuhi persyaratan; dan
d. Sistem akan mengirimkan notifikasi ke unit kerja
tujuan dan unit kerja asal kepesertaan bahwa proses
alih kepesertaan sudah dilaksanakan.

Paragraf 2
Alih Binaan

Pasal 64
Alih binaan merupakan pengalihan pengelolaan dan pembinaan
kepesertaan dari:
- 50 -

a. Pembina lama kepada pembina baru antar Petugas


Kepesertaan sesuai tugas pokok dan fungsinya; dan/atau
b. Perisai kepada Petugas Kepesertaan.

Pasal 65
(1) Tujuan alih binaan antara lain:
a. mengoptimalkan relationship/CRM, kepatuhan, dan
layanan kepada PK/BU;
b. menghindari adanya praktik hubungan yang tidak
sehat dan tidak profesional antara Petugas Kepesertaan
dengan PIC PK/BU;
c. menciptakan sistem pengendalian internal, antara lain
apabila terdapat penyimpangan atas pembina lama
dapat segera diketahui dan segera diperbaiki oleh
pembina baru; dan
d. menyesuaikan beban kerja Petugas Kepesertaan sesuai
skala usaha yang dievaluasi setiap tahun.
(2) Alih binaan dilakukan oleh Kacab dengan memperhatikan
ketentuan sebagai berikut:
a. alih Binaan antar Petugas Kepesertaan dilakukan pada
setiap awal tahun berdasarkan skala usaha atau saat
Pembina mutasi ke unit lain;
b. Petugas Kepesertaan membina PK/BU yang sama
maksimal 3 (tiga) tahun, kecuali terdapat kondisi yang
dapat dipertanggungjawabkan dan dapat mengganggu
pelayanan kepada Peserta;
c. jumlah ideal binaan PK/BU Aktif;
d. jumlah ideal Tenaga Kerja Aktif;
e. jumlah, kemampuan, dan grade Petugas Kepesertaan;
f. Petugas Kepesertaan tidak mempunyai conflict of
interest dengan PK/BU Binaan misalnya hubungan
persaudaraan dan pertemanan yang tidak sehat dan
profesional; dan
g. hal-hal lain yang dapat melemahkan sistem
pengendalian internal dan dapat mengganggu layanan
kepada Peserta.
- 51 -

Paragraf 3
Penanganan Wasrik

Pasal 66
(1) Petugas Pemeriksa menangani ketidakpatuhan baik atas
penyerahan oleh Petugas Kepesertaan dan/atau inisiatif
langsung dari Petugas Pemeriksa dalam hal ditemukan
adanya indikasi ketidakpatuhan.
(2) Dalam hal kasus PDS dalam penanganan Wasrik, Petugas
Kepesertaan tetap melakukan kegiatan pengelolaan dan
pembinaan kepesertaan sesuai mekanisme yang berlaku.
(3) Dalam hal kasus PWBD dan tunggakan Iuran,
penanganannya dilakukan oleh Petugas Pemeriksa,
sedangkan Petugas Kepesertaan hanya melakukan
pengelolaan data.
(4) Atas penanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3), Petugas Kepesertaan dapat melakukan
perekaman jika terjadi perubahan data pekerja.
(5) Proses penanganan ketidakpatuhan sebagai dimaksud
dalam Pasal ini dilakukan sesuai ketentuan yang mengatur
pengawasan dan pemeriksaan.

Bagian Ketigabelas
Pindah Segmentasi Kepesertaan

Pasal 67
(1) Peserta dapat melakukan perpindahan segmentasi
kepesertaan dari:
a. Peserta PU menjadi BPU atau sebaliknya; dan
b. Peserta PMI menjadi PU/BPU atau sebaliknya.
(2) Perpindahan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan
dengan pengaturan sebagai berikut:
a. perpindahan kepesertaan dihitung sebagai
penambahan Peserta di cabang tujuan;
b. nomor kartu peserta dapat menggunakan nomor kartu
peserta yang lama.
- 52 -

(3) Peserta diperkenankan terdaftar sebagai peserta aktif secara


bersamaan pada segmen PU, BPU, dan PMI sesuai jenis
pekerjaannya.
(4) Masing-masing kepesertaan pada segmentasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) dianggap sebagai penambahan
Peserta di Kacab tujuan.
(5) Iuran program JKK dan JKM bagi Peserta yang melakukan
perpindahan dalam rangka melanjutkan kepesertaan maka
masa iur pada segmen sebelumnya dapat diakumulasi dengan
masa iur pada kepesertaan segmen lainnya.
(6) Dalam hal peserta terdaftar di lebih dari 1 (satu) segmen maka
untuk pembayaran iuran program JKK dan JKM bulan tahun
yang sama dihitung sebagai 1 (satu) bulan masa iuran.

BAB IV
KEPESERTAAN BPU

Bagian Kesatu
Jenis Kepesertaan BPU

Pasal 68
(1) Peserta Bukan Penerima Upah (BPU) meliputi:
a. Pemberi Kerja yang meliputi:
1. pemegang saham atau pemilik modal;
2. orang perseorangan yang mempekerjakan tenaga
kerja dan tidak menerima upah.
b. Pekerja di luar hubungan kerja termasuk tenaga kerja
dengan hubungan kemitraan atau pekerja mandiri;
c. Pekerja yang tidak termasuk huruf b yang bukan
menerima upah;
d. Peserta magang, tenaga honorer, peserta pendidikan
pengembangan bakat dan minat, siswa dan mahasiswa
kerja praktek yang dipekerjakan dalam proses
pendidikan dan pelatihan atau narapidana yang
dipekerjakan dalam proses asimilasi dianggap sebagai
pekerja;
e. Pekerja keluarga yang tidak dibayar.
- 53 -

(2) Pekerja di luar hubungan kerja termasuk tenaga kerja


dengan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b merupakan pekerja:
a. orang perorangan yang melakukan usaha atau
pekerjaan guna mendapatkan penghasilan
berdasarkan kesepakatan atau kerjasama yang
bersifat kemitraan; dan
b. bukan merupakan suatu hubungan kerja yang
dituangkan dalam perjanjian kerja sebagaimana diatur
dalam ketentuan perundangan tentang
ketenagakerjaan.
(3) Pekerja mandiri sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf b merupakan orang perorangan yang memiliki
kegiatan usaha atau pekerjaan secara mandiri untuk
mendapatkan penghasilan.
(4) Peserta pelatihan kerja yang mengikuti pelatihan kerja di
lembaga pelatihan kerja atau lembaga
pendidikan/pelatihan lainnya dapat dikategorikan sebagai
siswa dan mahasiswa kerja praktek sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf d.
(5) Pekerja keluarga yang tidak dibayar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf e merupakan orang
perorangan yang melakukan kegiatan untuk mendukung
usaha keluarganya.
Contoh:
• Warung yang dijalankan dalam 1 (satu) keluarga;
• Rangkaian kegiatan yang dilakukan oleh 1 (satu)
keluarga dalam usaha pertaniannya; dll.

Pasal 69
(1) Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat (1)
huruf a, b, c dan e wajib mengikuti jenis program dengan
ketentuan sebagai berikut:
a. Pemberi Kerja wajib mengikuti program JKK, JKM dan
JHT;
- 54 -

b. Pekerja di luar hubungan kerja termasuk tenaga kerja


dengan hubungan kemitraan atau pekerja mandiri
wajib mengikuti program JKK dan JKM;
c. Pekerja yang tidak termasuk huruf b yang bukan
menerima upah wajib mengikuti program JKK dan
JKM.
d. Pekerja keluarga tidak dibayar wajib mengikuti
program JKK dan JKM.
(2) Peserta magang, tenaga honorer, peserta pendidikan
pengembangan bakat dan minat, siswa dan mahasiswa
kerja praktek yang dipekerjakan dalam proses pendidikan
dan pelatihan atau narapidana yang dipekerjakan dalam
proses asimilasi wajib mengikuti program JKK dan dapat
mengikuti program JKM.
(3) Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, c, d
dan ayat (2) dapat mengikuti program JHT.

Bagian Kedua
Persyaratan dan Proses Pendaftaran Peserta

Pasal 70
(1) Persyaratan umum pendaftaran Peserta BPU meliputi:
a. memiliki Nomor Induk Kependudukan atau Kartu
Tanda Penduduk;
b. belum mencapai usia 65 (enam puluh lima) tahun;
c. memiliki kegiatan usaha atau pekerjaan.
(2) Kegiatan usaha atau pekerjaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf c yang dapat didaftarkan saat menjadi
Peserta BPU paling banyak 2 (dua) jenis pekerjaan.
(3) Pendaftaran Pekerja magang, tenaga honorer, peserta
pendidikan pengembangan bakat dan minat, siswa dan
mahasiswa kerja praktek yang dipekerjakan dalam proses
pendidikan dan pelatihan atau narapidana yang
dipekerjakan dalam proses asimilasi, memperhatikan hal-
hal sebagai berikut:
- 55 -

No Kepesertaan Keterangan
1 Peserta a. PK/BU telah memenuhi
magang persyaratan mengadakan
pemagangan sesuai
ketentuan pemagangan
dalam negeri;
b. terdapat perjanjian
pemagangan/surat dari
PK/BU.

Contoh: peserta magang yang


memiliki perjanjian
pemagangan dengan PK/BU
sesuai dengan Permenaker
pemagangan dalam negeri.
3 Peserta a. minimal usia 6 tahun;
pendidikan b. melampirkan kartu identitas
pengembangan anak/kartu keluarga;
bakat dan c. melampirkan surat
minat keterangan dari orang
tua/wali atau surat
keterangan
PK/BU/organisasi/klub/
production house (PH), dan
komunitas.

Contoh: artis cilik, atlet anak-


anak, dll.
4 Siswa kerja a. merupakan orang-orang
praktek yang sedang mengikuti
kegiatan pendidikan,
pembelajaran serta
pelatihan kerja dalam suatu
lembaga/badan/balai;
b. memiliki NIK atau
melampirkan kartu identitas
- 56 -

anak/Kartu Keluarga.

Contoh: siswa PKL, peserta


pelatihan kerja, dll.
5 Mahasiswa merupakan orang-orang yang
kerja praktek sedang mengikuti kegiatan
pendidikan, pembelajaran
serta pelatihan kerja dalam
suatu Lembaga/Badan/ Balai.

Contoh: mahasiswa KKN,


mahasiswa kedokteran yang
sedang praktek kerja,
mahasiswa teknik yang sedang
praktek kerja, dll.
6 Narapidana merupakan narapidana yang
yang telah memenuhi peraturan
dipekerjakan perundangan untuk
dalam proses dipekerjakan dalam asimilasi.
asimilasi

Pasal 71
(1) Calon Peserta BPU melakukan pendaftaran dengan
mengisi formulir pendaftaran.
(2) Calon Peserta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68 ayat
(1) huruf d didaftarkan oleh Pemberi Kerja dengan mengisi
dan menyampaikan formulir pendaftaran.
(3) Dalam hal calon Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak atau belum didaftarkan oleh Pemberi Kerja, maka
calon Peserta tersebut dapat mendaftarkan dirinya sendiri
sebagai Peserta BPU sesuai Pasal 68 ayat (1) huruf b atau
c.
(4) Calon Peserta BPU atau Pemberi Kerja sebagaimana
dimaksud ayat (1) dan ayat (2) menyetorkan iuran sesuai
dengan penetapan.
(5) Pengisian formulir sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini
dilakukan secara langsung atau melalui kanal yang
ditetapkan.
- 57 -

(6) Pendaftaran dan pembayaran iuran sebagaimana


dimaksud dalam Pasal ini dilakukan secara sendiri-sendiri
dan/atau melalui sistem keagenan.
(7) Proses pendaftaran dan pembayaran iuran melalui sistem
keagenan ditetapkan dalam ketentuan yang mengatur
tentang sistem keagenan.

Bagian Ketiga
Tanda Bukti Kepesertaan BPU

Pasal 72
(1) Setiap pendaftaran dan pembayaran iuran pertama yang
telah sukses akan diberikan tanda bukti kepesertaan.
(2) Ketentuan mengenai Kartu Peserta BPU berlaku sama
dengan Peserta PU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 45
dan Pasal 56.

Bagian Keempat
Iuran Peserta BPU

Paragraf 1
Besaran Iuran

Pasal 73
(1) Perhitungan besaran Iuran program JKK dan JKM bagi
Peserta magang, tenaga honorer, peserta pendidikan
pengembangan bakat dan minat, siswa dan mahasiswa
kerja praktek yang dipekerjakan dalam proses pendidikan
dan pelatihan atau narapidana yang dipekerjakan dalam
proses asimilasi sesuai dengan persentase iuran program
JKK dan JKM Peserta Penerima Upah di PK/BU tersebut.
(2) Dasar Penghasilan dan iuran selain Peserta BPU
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mengacu kepada
Peraturan Pemerintah yang mengatur penyelenggaraan
Program JKK, JKM dan JHT
(3) Upah minimal sebagai dasar perhitungan iuran Peserta
Magang adalah sebesar upah terendah sebulan dari
- 58 -

pekerja yang melakukan pekerjaan yang sama pada


PK/BU tempat yang bersangkutan bekerja.
(4) Upah minimal sebagai dasar perhitungan iuran bagi
Peserta sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan batasan Upah Minimum Provinsi (UMP)
terendah secara nasional.

Pasal 74
(1) BPJS Ketenagakerjaan dapat menerima pendaftaran Calon
Peserta BPU yang iurannya bersumber dari donasi.
(2) Calon Peserta BPU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan pekerja yang rentan terhadap risiko ekonomi
dan sosial akibat terjadinya kecelakaan kerja atau
kematian termasuk pekerja miskin/tidak mampu atau
pekerja yang mendapat program kepedulian dari Donatur.
(3) Iuran sebagaimana dimakskud pada ayat (1) bersumber
dari Donatur yang memberikan dana bantuan sosial atau
donasi atau dana tanggung sosial dan lingkungan atau
hibah untuk perlindungan Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan bagi Pekerja sebagaimana dimaksud
pada ayat (2);
(4) Donatur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) meliputi:
a. Pemerintah dengan menggunakan dana APBN/D;
b. Orang perorangan; atau
c. Badan, Organisasi atau Lembaga lainnya.
(5) Untuk melaksanakan ketentuan dalam Pasal ini, Kacab,
kantor wilayah atau kantor pusat dapat melakukan
kerjasama dengan Donatur sebagaimana dimaksud pada
ayat (4).

Paragraf 2
Periode Pembayaran Iuran

Pasal 75
(1) Pembayaran iuran Peserta BPU terdiri dari:
a. iuran pertama; dan
b. iuran lanjutan.
- 59 -

(2) Peserta BPU dapat melakukan pembayaran iuran


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) setiap bulan atau
secara sekaligus dimuka.
(3) Pembayaran iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan oleh Pemberi Kerja atau Donatur setiap
bulan atau secara sekaligus dimuka.
(4) Pembayaran dimuka sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dan ayat (3) dapat dilakukan dengan memilih periode
pembayaran sebagai berikut:
a. 2 (dua) bulan;
b. 3 (tiga) bulan;
c. 6 (enam) bulan; atau
d. 1 (satu) tahun.

Pasal 76
(1) Pembayaran iuran pertama sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 ayat (1) huruf a dilaksanakan pada saat calon
Peserta BPU melakukan pendaftaran pertama.
(2) Kepesertaan awal Peserta BPU dihitung sejak pembayaran
iuran pertama lunas.
(3) Dalam hal terdapat ketidaksesuaian kepesertaan awal
yang disebabkan karena sistem bank/mitra kerjasama
atau alasan lain yang dapat dipertanggungjawabkan,
maka dapat dilakukan koreksi tanggal awal kepesertaan.
(4) Proses koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat
dilakukan langsung oleh Kacab atau Kanwil sesuai
perkembangan Sistem Aplikasi atau oleh Deputi Direktur
di kantor pusat sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
(5) Salah satu alasan lain yang dapat dipertanggungjawabkan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) adalah perlindungan
pekerja rentan yaitu sesuai anggaran yang ditetapkan
dalam APBN/D atau sesuai tanggal perjanjian kerja sama
dengan Kementerian/Lembaga/Badan/Instansi.

Pasal 77
(1) Pembayaran iuran lanjutan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 ayat (1) huruf b dilaksanakan pada saat status
calon peserta telah terdaftar menjadi peserta BPU.
- 60 -

(2) Dalam hal iuran dibayarkan oleh pemberi kerja, donatur


atau wadah skema kerjasama korporasi maka
pembayaran iuran lanjutan dapat dilakukan setelah
pelaporan perubahan disampaikan secara fisik atau
elektronik kepada BPJS Ketenagakerjaan.
(3) Pembayaran iuran lanjutan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dan ayat (2) dilakukan paling lambat tanggal 15
(lima belas) pada bulan iuran yang bersangkutan.
(4) Dalam hal pembayaran iuran lanjutan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dilakukan melewati
tanggal 15 (lima belas) pada bulan Iuran yang
bersangkutan maka Iuran diperhitungkan sebagai
pembayaran Iuran bulan tertunggak.
(5) Peserta BPU yang pada saat mendaftar dan membayar
iuran pertama tidak melebihi batasan usia, namun tetap
bekerja dan memilih menjadi Peserta, maka dapat
melakukan pembayaran iuran lanjutan.
(6) Kepesertaan awal TK baru yang didaftarkan dalam proses
pembayaran iuran lanjutan (pelaporan perubahan
bulanan) ditetapkan sejak:
a. tanggal penerimaan formulir pendaftaran diterima
secara lengkap dan benar; atau
b. input pendaftaran melalui kanal elektronik diterima
secara sistem.
(7) TK baru sebagaimana dimaksud pada ayat (6) merupakan
TK yang didaftarkan oleh:
a. Pemberi kerja;
b. Donatur; atau
c. Wadah skema kerja sama korporasi.

Paragraf 3
Mekanisme Pengembalian Iuran

Pasal 78
(1) Pengembalian iuran kepada Peserta BPU dilakukan jika
terdapat kelebihan iuran untuk bulan iuran setelah bulan
klaim JHT dan atau JKK/JKM.
- 61 -

(2) Proses pengembalian iuran sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dibayarkan bersamaan pada saat penetapan klaim
JHT dan atau klaim JKK/JKM.
(3) Proses pengembalian iuran kepada Donatur dan instansi
pemerintah yang mengelola pekerja rentan dilakukan
berdasarkan kesepakatan.

Paragraf 4
Tanda Bukti Penerimaan Iuran

Pasal 79
(1) Setiap penerimaan iuran kepesertaan BPU yang
dinyatakan telah sukses, maka akan diberikan tanda
bukti penerimaan iuran.
(2) Ketentuan mengenai bukti penerimaan iuran berlaku
sama dengan Peserta PU sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 45 dan Pasal 46.

Bagian Kelima
Grace Periode dan Non Aktif Kepesertaan

Pasal 80
(1) Peserta BPU membayarkan iuran tertunggak maksimal 3
(tiga) bulan iuran sejak tanggal berakhir perlindungan.
(2) Peserta BPU yang menunggak iuran lebih dari 3 (tiga)
bulan berturut-turut akan diberikan status:
a. berakhir kepesertaan/keluar; atau
b. nonaktif jika sudah klaim JHT.
(3) Dalam hal Peserta BPU telah dinyatakan
nonaktif/berakhir kepesertaan akibat proses pencairan
sumber dana yang tertunda, dan Donatur bermaksud
membayarkan tunggakan iuran, maka:
a. Kacab dan Kanwil dapat mengajukan penyesuaian
pembayaran tunggakan iuran sesuai dengan
perjanjian kerjasama kepada Deputi Direktur yang
menangani peserta BPU.
b. Deputi Direktur yang menangani operasional TI
melakukan perubahan atas permintaan huruf a.
- 62 -

(4) Proses koreksi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat


dilakukan langsung oleh Kacab atau Kanwil sesuai
perkembangan Sistem Aplikasi.

Bagian Keenam
Pengaktifan Kembali Peserta Non Aktif

Pasal 81
(1) BPJS Ketenagakerjaan melakukan upaya akuisisi atas
Peserta non aktif/berakhir kepesertaan (winback) yang
memiliki pekerjaan/kegiatan usaha guna memastikan
keberlangsungan perlindungan jaminan sosial
ketenagakerjaan
(2) Upaya akuisisi atas Peserta non aktif/berakhir
kepesertaan dilakukan secara luring dan daring.

Pasal 82
(1) Upaya akuisisi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 81,
dimulai dengan Petugas pelayanan mengkomunikasikan
kepada Peserta non aktif untuk:
a. Menginformasikan mengenai program dan manfaat
sesuai segmentasi kepesertaan;
b. Memastikan bahwa Peserta non aktif memiliki
pekerjaan/kegiatan usaha.
(2) Peserta non aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
termasuk Peserta atau ahli waris yang melakukan klaim
JHT, JKK dan atau JKM.
(3) Peserta non aktif sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengisi formulir pendaftaran dan selanjutnya diproses
dengan tahapan sebagai berikut:
a. Jika Peserta merupakan pekerja yang melakukan
klaim JHT, maka Peserta mengisi formulir pengajuan
klaim JHT sesuai ketentuan pelayanan;
b. Jika ahli waris yang melakukan klaim JKK atau JKM,
maka ahli waris mengisi formulir pengajuan klaim
JKK/JKM sesuai ketentuan pelayanan;
- 63 -

c. Dalam hal Peserta/ahli waris telah dipastikan memiliki


pekerjaan/kegiatan usaha, Peserta/ahli waris wajib
melakukan pendaftaran guna mendapatkan
perlindungan jaminan sosial ketenagakerjaan;
d. Peserta/ahli waris mengisi formulir pendaftaran secara
daring atau luring dan diinformasikan manfaat
jaminan sosial ketenagakerjaan melalui email/
whatsapp atau sarana komunikasi lainnya.
(4) Peserta/ahli waris yang melakukan klaim JHT, JKK atau
JKM sebagaimana dimaksud ayat (2), dapat mengajukan
permintaan pendaftaran dan pembayaran kepada bank
dengan menggunakan penghasilannya yang diperoleh dari
pencairan manfaat JHT, atau menggunakan santunan
berupa uang dari manfaat JKK/JKM.
(5) Dalam hal Peserta BPU melakukan pendaftaran dan
pembayaran iuran melalui skema kerjasama, maka
Peserta BPU/ahli waris dapat mengajukan permintaan
pembayaran kepada bank yang bertujuan untuk
memenuhi kewajiban Peserta BPU/ahli waris atas
perjanjian yang telah disepakatinya.
(6) Petunjuk teknis kegiatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (4) dan ayat (5) disampaikan melalui surat edaran
Direktur yang menangani kepesertaan dan/atau Direktur
yang menangani pelayanan.

Pasal 83
(1) Dalam hal Peserta BPU yang telah non aktif dan akan
mendaftar kembali sebagai Peserta, maka berlaku
ketentuan sebagai berikut:
a. tidak diwajibkan untuk membayar tunggakan iuran
sebelumnya.
b. jika tidak mengalami perubahan data kepesertaan
maka proses pendaftaran kembali dilakukan
menggunakan NIK yang telah terdaftar sebelumnya
untuk digunakan dalam melakukan pembayaran iuran
lanjutan.
- 64 -

c. jika mengalami perubahan data kepesertaan, maka


proses pendaftaran kembali dilakukan dengan
menggunakan NIK yang telah terdaftar sebelumnya,
melaporkan perubahan data kepesertaannya, dan
melakukan pembayaran iuran lanjutan.
(2) Kepesertaan awal bagi Peserta sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) mulai berlaku sejak pendaftaran kembali dan
membayar iuran lanjutan.

Pasal 84
(1) Dalam hal terdapat kebutuhan dan perkembangan situasi
dan kondisi tertentu, Direktur yang menangani
kepesertaan dan/atau Direktur yang menangani
pelayanan dapat menetapkan kebijakan akuisisi atas
Peserta non aktif/berakhir kepesertaan, selain yang telah
ditetapkan dalam Peraturan ini.
(2) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disampaikan melalui surat kepada Kanwil dan Kacab.

BAB V
KEPESERTAAN JAKONS

Bagian Kesatu
Kepesertaan Jakons

Pasal 85
(1) Penyedia Jakons wajib mendaftarkan PK/BU dan
Pekerjanya sebagai peserta pada segmen PU sesuai dengan
penahapan kepesertaan.
(2) Proyek Jakons, meliputi:
a. Jasa Konsultansi Konstruksi pada proyek
perencanaan konstruksi termasuk pengkajian dan
manajemen konstruksi;
b. Jasa/Pekerjaan pelaksanaan konstruksi; dan
c. Jasa Konsultansi Konstruksi pada proyek pengawasan
pekerjaan konstruksi.
- 65 -

(3) Peserta Jakons meliputi seluruh pekerja pada Proyek


Jakons sebagaimana dimaksud pada ayat (2), yaitu:
a. Pekerja pada organisasi proyek termasuk tenaga
konsultan, tenaga ahli dan tenaga pendukung;
b. Pekerja borongan dan/atau harian lepas;
c. Pekerja dengan perjanjian kerja waktu tertentu; dan
d. Pekerja magang/siswa/mahasiswa kerja praktek.
(4) Pekerja sebagaimana dimaksud pada ayat (3) wajib
didaftarkan dalam program JKK dan JKM.

Pasal 86
Pendanaan Proyek Jakons dapat bersumber dari:
a. APBN/APBD Pemerintah;
b. Swasta atau Non Pemerintah; dan
c. Dana luar negeri atau hibah.

Bagian Kedua
Tata Cara Pendaftaran Kepesertaan Jakons

Pasal 87
(1) Penyedia Jakons mengajukan pendaftaran melalui:
a. Kanal fisik (physical channel) yaitu Kacab, dan kanal
kerjasama dengan mitra; dan
b. Kanal elektronik (e-channel).
(2) Penyedia Jakons yang mendaftarkan proyeknya kepada
BPJS Ketenagakerjaan wajib mengisi dan menyampaikan
formulir pendaftaran kepesertaan.
(3) Formulir pendaftaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) wajib dilengkapi data dan dokumen yaitu:
a. data pekerja, meliputi; nama dan alamat pekerja;
b. jumlah pekerja dan harga satuan Upah dari masing-
masing jenis pekerjaan atau Upah dari masing-masing
Pekerja bila Upah diketahui; dan
c. fotokopi Kontrak/Surat Perintah Kerja (SPK) atau
dokumen pelaksanaan pekerjaan konstruksi.
d. informasi sumber dana sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 86.
- 66 -

(4) Data jumlah tenaga kerja sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) ditentukan berdasarkan 3 (tiga) unsur, yaitu:
a. nilai proyek Jakons yang mempengaruhi iuran;
b. jumlah iuran yang mempengaruhi jumlah hari kerja
(mandays) dan tenaga kerja (manmonth); dan
c. jumlah tenaga kerja tergantung dengan hari kerja yang
diperlukan.
(5) Dalam hal pekerjaan konstruksi dilaksanakan secara
perorangan, maka bukti pendukung sebagaimana
dimaksud ayat (3) huruf c dapat digantikan dengan
dokumen yaitu:
a. Surat keterangan dari instansi terkait; dan/atau
b. Rencana Anggaran Biaya (RAB) pekerjaan.
(6) Formulir, data, dan dokumen sebagaimana dimaksud
dalam Pasal ini disampaikan kepada BPJS
Ketenagakerjaan, dengan ketentuan:
a. Paling lama 14 (empat belas) hari kerja setelah surat
perintah kerja diterbitkan;
b. Diisi dan disampaikan dalam bentuk fisik maupun
elektronik; dan
c. Sesuai standar dan format yang ditetapkan dalam
Peraturan BPJS Ketenagakerjaan yang mengatur
tentang bentuk formulir kepesertaan.
(7) Pengisian formulir sebagaimana dimaksud dalam pasal ini
dapat dilakukan dengan cara:
a. Langsung; atau
b. Melalui saluran tertentu atau secara elektronik sesuai
dengan perkembangan teknologi informasi.

Pasal 88
(1) Petugas Kepesertaan dan/atau Customer Services atau
melalui Sistem Aplikasi melakukan verifikasi terhadap
Formulir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 87 beserta
dokumen persyaratan dari PK/BU.
(2) Dalam hal tidak lengkap, BPJS Ketenagakerjaan
menginformasikan kepada Penyedia Jakons.
- 67 -

(3) Pendaftaran yang telah lengkap dan memenuhi


persyaratan maka akan dilakukan pencatatan
kepesertaan awal dengan status mendaftar.
(4) Petugas Kepesertaan menerbitkan dan menyampaikan
surat penetapan iuran proyek kepada Penyedia Jakons.
(5) Status mendaftar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berubah menjadi status Peserta pada saat:
a. pembayaran lunas; atau
b. pembayaran tahap pertama jika menggunakan
pembayaran secara bertahap/termin.

Pasal 89
(1) Pendaftaran melalui kanal elektronik dilakukan melalui
sistem yang disediakan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
(2) Dalam hal pendaftaran dilakukan melalui kanal
sebagaimana dimaksud ayat (1), maka Kantor Cabang
wajib melakukan verifikasi dan validasi terhadap dokumen
kelengkapan pendaftaran yang dilakukan oleh Penyedia
Jakons.
(3) Dalam hal berdasarkan verifikasi dan validasi
sebagaimana dimaksud ayat (2) ditemukan
ketidaksesuaian data maka Petugas Kepesertaan
dan/atau Customer Services atau melalui Sistem Aplikasi
melakukan konfirmasi koreksi data kepada Penyedia
Jakons.

Bagian Ketiga
Iuran Jakons

Pasal 90
(1) Pengguna dan Penyedia Jakons wajib mensyaratkan
perhitungan iuran dalam dokumen lelang/penawaran.
(2) Perhitungan Iuran Jakons dapat dilakukan berdasarkan 2
(dua) cara yaitu:
a. Nilai Upah jika komponen upah pekerja diketahui atau
tercantum; atau
- 68 -

b. Nilai Kontrak Jakons jika komponen upah pekerja


tidak diketahui atau tidak tercantum.

Pasal 91
(1) Tarif Iuran yang dihitung berdasarkan nilai upah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) huruf a
dihitung dari Upah sebulan sebesar:

Uraian JKK JKM Jumlah


Tarif iuran 1,74% 0,30% 2,04%
(2) Iuran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dihitung dari
Upah setiap pekerja harian, pekerja borongan, pekerja
perjanjian kerja waktu tertentu dan semua pekerja di
Proyek Jakons.
(3) Pembayaran iuran sebagaimana pada Pasal ini dilakukan
setiap bulan paling lambat tanggal 15 (lima belas) bulan
berikutnya dan berakhir sesuai dengan masa
perjanjian/kontrak antara Pekerja dengan Penyedia
Jakons.
(4) Keterlambatan pembayaran Iuran yang melewati batas
waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenakan
denda sebesar 2% (dua persen) untuk setiap bulan
keterlambatan yang dihitung dari Iuran yang seharusnya
dibayar.

Pasal 92
(1) Tarif Iuran yang dihitung berdasarkan nilai kontrak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 90 ayat (2) huruf b
ditetapkan sebagai berikut:
No Nilai Kontrak JKK JKM Jumlah
1 s.d. Rp. 100 juta 0,21% 0,03% 0,24%
di atas Rp. 100 juta
2 0,17% 0,02% 0,19%
s.d Rp. 500 juta
di atas Rp500 juta s.d
3 0,13% 0,02% 0,15%
Rp. 1 Miliar
di atas Rp1 Miliar s.d
4 0,11% 0,01% 0,12%
Rp. 5 Miliar
5 di atas Rp. 5 Miliar 0,09% 0,01% 0,10%
- 69 -

(2) Nilai kontrak Jakons sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


adalah nilai setelah dikurangi Pajak Pertambahan Nilai.
(3) Besaran Pajak Pertambahan Nilai diatur dalam ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur terkait
perpajakan.

Bagian Keempat
Pembayaran dan Posting Iuran Jakons

Pasal 93
(1) Iuran Jakons dibayarkan dengan mekanisme:
a. Sekaligus saat dimulainya pekerjaan konstruksi; atau
b. Bertahap sesuai termin pembayaran proyek.
(2) Tahapan pembayaran iuran sesuai termin sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan sebagai berikut:

Tahapan
No % Ketentuan Pembayaran
Termin

Lunas saat jatuh tempo dan


1 Tahap I 50%
paling lambat pada saat
terpenuhi salah satu kondisi
2 Tahap II 25%
berikut:
a. pembayaran phase terakhir
diterima;
b. waktu pelaksanaan
3 Tahap III 25% /pemeliharaan proyek
berakhir;
c. sebelum tahap pekerjaan
konstruksi berakhir.

(3) Dalam hal jangka waktu pekerjaan konstruksi melebihi 2


(dua) tahun, maka pembayaran iuran bertahap sesuai
termin dapat dilakukan sebagai berikut:
- 70 -

Tahapan
No % Ketentuan Pembayaran
Termin

1 Tahap I 20% Lunas saat jatuh tempo atau


maksimal dalam jangka 2
2 Tahap II 30%
tahun

Lunas saat jatuh tempo dan


3 Tahap III 30% paling lambat pada saat
terpenuhi salah satu kondisi
berikut:
a. pembayaran phase terakhir
diterima;
b. waktu pelaksanaan
4 Tahap IV 20%
/pemeliharaan proyek
berakhir;
c. sebelum tahap pekerjaan
konstruksi berakhir.

(4) Pada setiap tahapan termin sebagaimana dimaksud pada


ayat (2) dan ayat (3) ditetapkan waktu jatuh tempo
pembayaran.
(5) Pembayaran iuran dilakukan melalui kanal kerjasama
yang menyediakan fitur pembayaran iuran.
(6) Dalam pembayaran iuran Jakons melalui rekening
perbankan, maka dilakukan melalui:
a. Bank pembangunan daerah; atau
b. Bank kerjasama lainnya.

Pasal 94
(1) Proses pembayaran dan posting iuran Jakons
dilaksanakan dengan tahapan sebagai sebagai berikut:
a. penyedia Jakons melakukan pembayaran iuran
kepesertaan Jakons melalui rekening Bank;
b. bank menerbitkan kwitansi/nota kredit/rekening
koran sebagai tanda bukti pembayaran kepada
Penyedia Jakons;
c. bank mengirimkan dokumen sebagaimana dimaksud
pada huruf b kepada BPJS Ketenagakerjaan; dan
- 71 -

d. petugas keuangan membukukan penerimaan iuran


sesuai pedoman akuntansi yang berlaku.
(2) Dalam hal pembayaran iuran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dilakukan dengan mekanisme termin, maka
Penyedia Jakons melakukan pembayaran iuran sesuai
dengan termin yang ditetapkan.
(3) Dalam terjadi kelebihan/kesalahan pembayaran iuran
Jakons, dilakukan proses pengembalian iuran sesuai
ketentuan BPJS Ketenagakerjaan.
(4) Dalam hal pembayaran iuran Jakons dilakukan
menggunakan kode iuran, maka proses sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara otomatis oleh
Sistem Aplikasi.

Bagian Kelima
Bukti Kepesertaan Jakons

Pasal 95
(1) BPJS Ketenagakerjaan menerbitkan Sertifikat bukti
kepesertaan Jakons paling lambat 1 (satu) hari kerja
setelah dinyatakan status sebagai Peserta.
(2) Kacab menyampaikan bukti kepesertaan kepada Penyedia
Jakons selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah
dinyatakan status sebagai Peserta.
(3) Sertifikat Kepesertaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal ini dapat dicetak secara elektronik oleh Penyedia
Jakons melalui kanal yang ditentukan.

Bagian Keenam
Perubahan Data dan Addendum Jakons

Pasal 96
(1) Penyedia Jakons wajib melaporkan perubahan data
pekerja/buruh kepada BPJS Ketenagakerjaan paling
lambat 30 (tiga puluh) hari kerja sejak terjadinya
perubahan.
- 72 -

(2) Apabila terjadi resiko sebelum melewati batas waktu


sebagaimana dimaksud pada ayat (1), BPJS
Ketenagakerjaan wajib membayar hak-hak pekerja/buruh
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Apabila terjadi resiko setelah melewati batas waktu
sebagaimana pada ayat (1), Penyedia Jakons wajib
membayar hak-hak pekerja/buruh sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan.

Pasal 97
(1) Addendum Jakons meliputi perubahan nilai kontrak,
waktu pelaksanaan, dan perubahan lainnya.
(2) Penyedia Jakons dapat mengajukan perubahan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) secara daring
melalui sistem E-Jakon maupun secara luring melalui
Kacab dengan melampirkan dokumen pendukung
perubahan.
(3) Perubahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat
dilakukan jika iuran lunas seluruhnya bagi iuran
sekaligus.
(4) Dalam hal pembayaran melalui termin maka perubahan
nilai kontrak dapat dilakukan jika lunas pada salah satu
termin.
(5) Proses addendum Jakons ditetapkan sebagai berikut:
a. Kacab menerima dokumen addendum kemudian
melakukan koreksi jangka waktu atau nilai kontrak
dan perubahan lainnya;
b. Dalam hal terjadi perubahan nilai kontrak, maka
dilakukan perhitungan ulang nilai Iuran dengan
melampirkan Kontrak/SPK terbaru; dan
c. Kacab menetapkan selisih pembayaran dan
menerbitkan penetapan iuran sesuai adendum untuk
diserahkan kepada Penyedia Jakons.
(6) Dalam hal setelah dilakukan addendum terdapat
kekurangan iuran, maka Kacab wajib menagihkan
kekurangan iuran tersebut kepada Penyedia Jakons.
- 73 -

(7) Dalam hal terdapat kelebihan pembayaran iuran, maka


Kacab mengembalikan kelebihan iuran tersebut kepada
Penyedia Jakons.

Pasal 98
Dalam hal Iuran dihitung berdasarkan Nilai Kontrak, Upah
sebagaimana dimaksud Pasal 92, Penyedia Jakons dapat
melaporkan perubahan jumlah tenaga kerja, jenis pekerjaan,
serta harga satuan upah per jenis jabatan dengan menyertakan
bukti pendukung.

Bagian Ketujuh
E-Jakon

Pasal 99
(1) E-Jakons adalah aplikasi berbasis web yang
dikembangkan sebagai tools untuk memberi kemudahan
bagi peserta Jakons dalam melakukan administrasi
kepesertaan.
(2) Pendaftaran kepesertaan proyek jasa konstruksi dapat
dilakukan melalui Portal E-Jakon.
(3) Portal E-Jakon memiliki fungsi utama sebagai berikut:
a. proses pendaftaran proyek, meliputi pengisian formulir
pendaftaran proyek, formulir pengisian serta nilai
kontrak; data lainnya;
b. proses pendaftaran pekerja;
c. simulasi iuran yang harus dibayarkan baik
berdasarkan nilai kontrak maupun nilai upah;
d. pencetakan dokumen yang meliputi penetapan iuran,
bukti kepesertaan, dan dokumen lainnya;
e. kode iuran untuk kemudahan pembayaran melalui
Perbankan atau Non Perbankan;
f. notifikasi pengingat jatuh tempo bayar iuran;
g. monitoring kepesertaan proyek Jakons; dan
h. informasi/dokumen lainnya sesuai kebutuhan.
(4) Fungsi utama E-Jakon sebagaimana dimaksud ayat (4)
dapat disesuaikan mengikuti:
- 74 -

a. perkembangan kerja sama dengan perbankan atau


pihak lainnya; dan/atau
b. perubahan kebijakan pemerintah dan atau BPJS
Ketenagakerjaan.

Bagian Kedelapan
Piutang Jakons

Pasal 100
Ketentuan mengenai tata cara pengelolaan piutang Iuran dan
denda Jakons diatur dalam Peraturan Direksi yang mengatur
tentang penagihan iuran.

Bagian Kesembilan
Biaya Operasional Jakons

Pasal 101
(1) Biaya operasional Jakons ditetapkan dalam RKAT Kantor
Pusat, Kantor Wilayah, dan Kacab meliputi:
a. Biaya perluasan Jakons; dan
b. Biaya pembinaan Jakons.
(2) Biaya operasional Jakons bagi Kantor Pusat dan Kantor
wilayah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan
dengan ketentuan:
a. dianggarkan dalam RKAT sesuai dengan jenis sasaran
dan program kerja yang ditetapkan; dan
b. realisasi biaya dilakukan sesuai rencana yang telah
ditetapkan dalam RKAT dan tanpa dikaitkan dengan
realisasi penerimaan iuran.
(3) Biaya perluasaan Jakons bagi Kacab sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dianggarkan dan
direalisasikan dengan ketentuan yang sama sebagaimana
dimaksud pada ayat (2).
(4) Biaya pembinaan Jakons Kacab sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b ditetapkan dengan ketentuan:
- 75 -

a. dianggarkan sebesar 5% (lima persen) dari target


penerimaan iuran Jakons tahun yang bersangkutan;
dan
b. direalisasikan sesuai dengan realisasi pencapaian
penerimaan iuran Jakons.
(5) Anggaran biaya pembinaan Jakons sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) huruf a ditetapkan batasan
minimal sebesar:
a. Rp. 10.000.000 (sepuluh juta rupiah) untuk Kacab
induk.
b. Rp. 5.000.000 (lima juta rupiah) untuk Kacab dengan
klasifikasi kelas kantor terendah.
(6) Simulasi perhitungan biaya pembinaan Jakons
sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dan ayat (5) adalah
sebagai berikut:
1. Simulasi 1:
a. Target Iuran Jakon Kacab A Tahun 2022:
Rp. 180.000.000,-
b. Anggaran biaya pembinaan Jakons Kacab A di RKAT
2022:
= 5% x Rp. 180.000.000,- = 9.000.000,-
c. Karena perhitungan poin b lebih rendah dari batasan
minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf
a, maka biaya pembinaan jakons Tahun 2022
ditetapkan Rp. 10.000.000,-.

2. Simulasi 2:
a. Target Iuran Jakon Kacab B Tahun 2022:
Rp. 500.000.000,-
b. Anggaran biaya pembinaan Jakons Kacab B di RKAT
2022:
= 5% x Rp. 500.000.000,- = 25.000.000,-
c. Karena perhitungan poin b lebih tinggi dari batasan
minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (5) huruf
a, maka biaya pembinaan Jakons Tahun 2022
ditetapkan Rp. 25.000.000,-.
- 76 -

BAB VI
KEPESERTAAN PMI

Bagian Kesatu
Jenis Program

Pasal 102
(1) Penempatan Calon PMI (CPMI) atau PMI dilaksanakan oleh
Pelaksana Penempatan dan secara perseorangan.
(2) CPMI atau PMI wajib mengikuti program, JKK dan JKM.
(3) CPMI atau PMI dapat mengikuti program JHT yang
dilakukan bersamaan atau setelah program JKK dan JKM.

Bagian Kedua
Pendaftaran Kepesertaan PMI

Paragraf 1
Mekanisme Pendaftaran

Pasal 103
Pendaftaran CPMI dan PMI sebagai Peserta dapat dilakukan
dengan mekanisme sebagai berikut:
a. Pendaftaran CPMI atau PMI oleh Pelaksana Penempatan di
dalam negeri.
b. Pendaftaran PMI oleh Pelaksana Penempatan di luar negeri.
c. Pendaftaran dilakukan oleh PMI perseorangan di dalam
negeri atau di luar negeri.

Paragraf 2
Pendaftaran CPMI atau PMI oleh Pelaksana Penempatan
di dalam negeri

Pasal 104
(1) Pelaksana Penempatan melakukan pendaftaran CPMI
atau PMI di dalam negeri.
(2) Pendaftaran CPMI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk masa pelindungan sebelum bekerja, dilakukan
- 77 -

dengan syarat melampirkan dokumen berupa KTP dan


kartu keluarga.
(3) Pendaftaran PMI sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
untuk masa perlindungan selama dan setelah berkerja,
dilakukan dengan melampirkan dokumen berupa paspor
dan perjanjian kerja.
(4) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat
(3) dapat berupa dokumen elektronik atau fotocopy.

Paragraf 3
Pendaftaran PMI oleh Pelaksana Penempatan
di luar negeri

Pasal 105
(1) Pendaftaran PMI oleh Pelaksana Penempatan di luar negeri
untuk masa perlindungan selama dan setelah bekerja
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 103 huruf b
dilakukan dengan syarat melampirkan dokumen berupa:
1. KTP;
2. Paspor;
3. Kartu Keluarga;
4. Perjanjian Kerja; dan
5. kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan untuk
pendaftaran bagi PMI yang pernah terdaftar sebagai
Peserta.
(2) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa dokumen elektronik atau fotocopy.

Paragraf 4
Pendaftaran PMI perseorangan di dalam negeri atau di luar
negeri

Pasal 106
(1) PMI perseorangan yang mendaftar menjadi Peserta di
dalam negeri atau di luar negeri sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 103 huruf c dengan syarat melampirkan
dokumen berupa:
- 78 -

a. KTP;
b. Paspor;
c. Kartu Keluarga;
d. Perjanjian Kerja; dan
e. kartu peserta BPJS Ketenagakerjaan untuk
pendaftaran bagi PMI yang pernah terdaftar sebagai
Peserta.
(2) Dalam hal PMI perseorangan yang mendaftar menjadi
Peserta dilakukan di dalam negeri maka dilakukan paling
cepat 1 (satu) bulan sebelum keberangkatan ke negara
tujuan penempatan.
(3) Dokumen sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa dokumen elektronik atau fotocopy.

Bagian Ketiga
Pembayaran Iuran

Paragraf 1
Mekanisme Pembayaran Iuran

Pasal 107
(1) Besaran iuran ditetapkan sesuai ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan.
(2) Pembayaran iuran bagi PMI wajib dibayar lunas untuk
periode kepesertaan yang diikuti.

Pasal 108
(1) Pembayaran iuran dapat dilakukan oleh Pelaksana
Penempatan, CPMI, PMI atau pihak yang bekerjasama
dengan BPJS Ketenagakerjaan.
(2) Mekanisme pembayaran iuran dilakukan sesuai periode
yang ditetapkan dalam peraturan Menteri yang menangani
bidang ketenagakerjaan.
(3) Dalam hal PMI tidak melakukan pembayaran iuran JHT
untuk periode tertentu, maka tidak dinyatakan sebagai
piutang iuran.
- 79 -

Pasal 109
(1) CPMI, PMI atau Pelaksana Penempatan membayar iuran
berdasarkan id_billing atau kode iuran.
(2) Mekanisme id_billing atau kode iuran ditetapkan
kesepakatan Deputi Direktur yang menangani keuangan
dan Deputi Direktur yang menangani kepesertaan PMI
serta kerja sama dengan kementerian/lembaga dan mitra
terkait.

Pasal 110
Bukti pembayaran iuran berlaku sesuai ketentuan dalam Pasal
45 dan 46.

Paragraf 2
Mekanisme Pengembalian Iuran

Pasal 111
Dalam hal terdapat kondisi yang mengakibatkan pengembalian
iuran maka berlaku ketentuan yang diatur dalam peraturan
Menteri yang menangani bidang ketenagakerjaan.

Bagian Keempat
Status, Masa Perlindungan dan Tanda Bukti Kepesertaan

Paragraf 1
Status Awal Kepesertaan

Pasal 112
Status awal kepesertaan mulai berlaku sejak mendaftar dan
iuran dibayar secara lunas kepada BPJS Ketenagakerjaan.

Paragraf 2
Tanda Bukti Kepesertaan
- 80 -

Pasal 113
Penerbitan kartu Peserta dilakukan paling lambat 1 (satu) hari
setelah pembayaran iuran diterima oleh BPJS
Ketenagakerjaan.

Paragraf 3
Masa Perlindungan

Pasal 114
(1) Masa pelindungan CPMI dan PMI meliputi:
a. perlindungan sebelum bekerja bagi CPMI;
b. perlindungan selama bekerja bagi PMI;
c. perlindungan setelah bekerja bagi PMI.
(2) Masa perlindungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
ditetapkan sesuai peraturan menteri di bidang
ketenagakerjaan dan Peraturan Direksi yang mengatur
petunjuk teknis pelayanan bagi CPMI dan PMI.

Paragraf 4
Perpanjangan

Pasal 115
(1) CPMI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 104 pada ayat
(2) yang telah melewati masa 5 (lima) bulan dan belum
berangkat ke negara penempatan, maka CPMI dapat
membayar iuran lanjutan paling lambat sebelum
berakhirnya masa perlindungan.
(2) PMI dapat melakukan perpanjangan masa perlindungan
selama dan setelah bekerja dengan melampirkan
dokumen:
a. Paspor; dan
b. Perjanjian Kerja terbaru yang ditandatangani sebelum
berakhirnya perjanjian kerja yang telah didaftarkan
sebelumnya.
- 81 -

Paragraf 5
Pendaftaran Kembali

Pasal 116
(1) CPMI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 dan Pasal
151 yang telah non aktif dapat melakukan pendaftaran
dengan langsung melakukan membayar iuran kembali.
(2) PMI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115 dan Pasal
151 yang telah berakhir perjanjian kerjanya dan non aktif,
maka PMI dapat melakukan pendaftaran kembali untuk
masa perlindungan selama dan setelah bekerja, setelah
melakukan pembaharuan perjanjian kerja.

Bagian Keenam
Kanal Layanan dan Kerjasama

Pasal 117
Proses pendaftaran, pembayaran iuran dan layanan bagi CPMI
dan PMI dilakukan melalui Sistem Aplikasi dan kanal yang
ditetapkan.

Pasal 118
(1) BPJS Ketenagakerjaan dalam perluasan kepesertaan dan
peningkatan pelayanan kepada PMI dapat bekerjasama
dengan:
a. Kementerian/lembaga terkait;
b. Perwakilan Pemerintah RI/Kantor Dagang Ekonomi
Indonesia, atase ketenagakerjaan, institusi jaminan
sosial di negara tujuan penempatan;
c. Mitra perbankan dan non bank termasuk agensi.
(2) Dalam hal kerjasama dengan Mitra perbankan dan non
bank termasuk agensi sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf c, dapat menetapkan insentif sesuai dengan
kesepakatan/perjanjian kerjasama.
- 82 -

BAB VII
CUSTOMER RELATIONSHIP MANAGEMENT (CRM)

Bagian Kesatu
Pengertian, Tujuan dan Model CRM

Pasal 119
(1) Customer Relationship Management (CRM) merupakan
strategi pengelolaan peserta PU, BPU, Jakons, dan PMI
dengan berfokus pada hubungan dengan Peserta dan
stakeholders yaitu PK/BU, Pekerja, dan Pemerintah.
(2) CRM bertujuan untuk:
a. menjalin hubungan dan komunikasi agar tercipta
awareness, loyalitas, dan engagement dengan Peserta
dan stakeholders;
b. menjadikan Peserta dan stakeholders sebagai advocate
BPJS Ketenagakerjaan; dan
c. meningkatkan kepatuhan dan layanan kepada Peserta.
(3) CRM merupakan pedoman kerja Rumpun Kepesertaan
melalui strategi utama, yaitu:
a. Direct Relationship melalui Business to Business (B2B)
dan Business to Customer (B2Cust);
b. Empowering Community melalui Business to
Community (B2Com); dan
c. Sinergi/Partnership dengan Pemerintah melalui
Business to Government (B2G).

Bagian Kedua
Kegiatan CRM

Pasal 120
(1) Business to Business (B2B) sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 119 ayat (3) huruf a merupakan model CRM yang
menyangkut hubungan dengan Perusahaan/PK/BU
peserta BPJS Ketenagakerjaan.
- 83 -

(2) Kegiatan B2B diawali dengan membuat segmentasi


kepesertaan untuk menentukan skala prioritas seperti
prinsip pareto yaitu Platinum, Gold, Silver, dan Bronze.
(3) Berdasarkan data segmentasi sebagaimana dimaksud
pada ayat (2), Rumpun Kepesertaan melakukan strategi
komunikasi secara berjenjang, yaitu:
Pejabat/Petugas Platinum Gold Silver Bronze
Depdir Pusat/
√ - - -
Kanwil
Asdep & Kakacab √ √ - -
Kabid √ √ √ -
Petugas
Kepesertaan √ √ √ -
Pusat/Kanwil
Petugas
Kepesertaan √ √ √ √
Kacab
(4) Bentuk komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan sesuai dengan jenjang jabatan yang akan
ditemui pada saat strategi komunikasi dilaksanakan
seperti Owner/BOC/BOD, Jenjang 1 di bawah BOC/BOD
dan PIC dari PK/BU.

Pasal 121
(1) Business to Customer (B2Cust) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 119 ayat (3) huruf a merupakan model CRM
yang menyangkut hubungan dengan individual TK peserta
BPJS Ketenagakerjaan.
(2) Kegiatan B2Cust diawali dengan menentukan jenis
komunikasi yang akan dijalankan kepada Peserta
(biasanya bersifat masal) seperti blasting email/sms dan
bentuk strategi lainnya.

Pasal 122
(1) Business to Community (B2Com) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 119 ayat (3) huruf b merupakan model CRM
yang menyangkut hubungan dengan komunitas
- 84 -

Perusahaan/PK/BU dan Pekerja seperti Asosiasi


Pengusaha, Asosiasi sektor/lapangan Usaha, Serikat
Pekerja/Buruh, dan lain-lain.
(2) Kegiatan B2Com berfokus pada sekumpulan PK/BU yang
memiliki entitas yang sama, hubungan yang sama atau
sektor/lapangan usaha yang sama dalam bentuk:
a. komunitas Horizontal yang berisikan pribadi-pribadi
atau organisasi-organisasi yang memiliki kesamaan
sektor/lapangan usaha seperti APINDO, KADIN,
Asosiasi per Sektor Usaha, Forum Komunikasi, Serikat
Pekerja/Buruh, dan lain-lain;
b. komunitas Vertikal yang terbentuk atas jaringan
PK/BU dalam satu grup/afiliasi usaha yang sama
termasuk rantai pasok (supply chain) dari PK/BU
tersebut, yang meliputi Tingkat Group/Holding dan 3
tingkatan/tiers, yaitu:
1. Tiers 1: Unit/Divisi/Cabang/Perwakilan/Anak
Perusahaan;
2. Tiers 2: Mitra/Vendor/Tenant; dan
3. Tiers 3: Kolaborasi dengan komunitas sebagai
bentuk tanggung jawab sosial PK/BU (CSR), untuk
melaksanakan program perlindungan sosial bagi
masyarakat sekitar PK/BU atau pekerja lainnya.
(3) Komunitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
berupa:
a. komunitas yang dibentuk secara formal; atau
b. komunitas yang diidentifikasi dan ditetapkan sendiri
oleh Petugas Kepesertaan untuk mempermudah
penanganan PK/BU.
(4) Sasaran kegiatan B2Com adalah menggali potensi pada
PK/BU dan meningkatkan kepatuhan dengan
memperdayakan kekuatan pada sekumpulan PK/BU
tersebut melalui regulasi/kebijakan, perlindungan pekerja
rentan, pertukaran data, dan lain-lain.
- 85 -

Pasal 123
(1) Business to Government (B2G) sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 119 ayat (3) huruf c merupakan model CRM
yang menyangkut hubungan dengan
Kementerian/Lembaga/instansi Pemerintah Pusat dan
Daerah.
(2) Kegiatan B2G berupa sinergi/kerjasama dengan dengan
Kementerian/Lembaga/instansi Pemerintah Pusat dan
Daerah.
(3) Sasaran kegiatan B2G adalah menggali potensi untuk
meningkatkan kepatuhan dan cakupan jaminan sosial
sebagai program strategis pemerintah melalui
regulasi/kebijakan, perlindungan pekerja rentan,
pertukaran data, dan lain-lain.

Bagian Ketiga
Fitur CRM

Pasal 124
(1) Dalam rangka pelaksanaan strategi dan kegiatan CRM
dapat dikembangkan modul dalam Sistem Aplikasi.
(2) Modul sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
memiliki fitur sebagai berikut:
a. Profiling PK/BU;
b. Kepatuhan atau BPJSTK Clearance;
c. Komunikasi; dan
d. Laporan dan Analisis.
e. Data/informasi lain yang relevan.

Pasal 125
(1) Profiling PK/BU sebagaimana dimaksud dalam Pasal 124
ayat (2) huruf a dilakukan melalui proses pengumpulan
data, identifikasi, dan mapping untuk menentukan
segmentasi kepesertaan.
(2) Profiling PK/BU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan identifikasi dengan klasifikasi profil
berdasarkan:
- 86 -

a. prinsip pareto melalui 4 (empat) kelompok PK/BU aktif


yang diurutkan sesuai nilai iuran bulanan terbesar
dengan rumusan:
Kantor
Kategori Kacab Kanwil
Pusat
((PA1 x 20%) • semua • semua
Platinum x 20%) x 20% BUMN se BUMN;
Kanwil; dan
dan • 200
• 200 PK/BU
PK/BU Iuran
Iuran terbesar
terbesar Nasional
se-Kanwil
Gold ((PA1 x 20%) NA NA
x 20%) x 80%
Silver ((PA1 x 20%) x NA NA
80%)
Bronze (PA1 x 80%) + NA NA
PA2
Keterangan: NA: Not Applicable, PA1: PK/BU Aktif yang memiliki
TK Aktif > 5 orang dan PA2: PK/BU Aktif yang memiliki TK Aktif <
6 orang
b. Skala Usaha Besar, Menengah, Kecil, dan Mikro;
c. Kepemilikan modal badan Swasta Nasional, Swasta
Asing, BUMN, BUMD, Joint Venture, Perseorangan,
Koperasi, Yayasan, dan lain-lain;
d. Bentuk badan hukum usaha PT, CV, FA, Yayasan, dan
lain-lain;
e. Sektor usaha sesuai kriteria OJK dan BPS;
f. Entitas PK/BU yaitu holding, induk, dan anak
perusahaan;
g. Status kantor PK/BU yaitu pusat dan cabang;
dan/atau
h. Sistem pengelolaan kepesertaan sentralisasi atau
desentralisasi.
- 87 -

Pasal 126
(1) BPJSTK Clearance sebagaimana dimaksud dalam Pasal
124 ayat (2) huruf b merupakan fitur kepatuhan
kepesertaan, dengan indikator:
a. PK/BU patuh dan tertib membayar Iuran; dan
b. PK/BU Daftar Sebagian (PDS) yaitu PDS Program, PDS
Upah, dan PDS-TK.
(2) BPJSTK Clearance sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan sarana Petugas Kepesertaan untuk
melaporkan hasil kepatuhan PK/BU, meliputi:
a. pelaporan Tertib Bayar Iuran;
b. pelaporan PDS Program;
c. pelaporan PDS TK;
d. pelaporan PDS Upah.
(3) Output pelaporan sebagaimana dimaksud pada ayat (5)
dapat berupa Sertifikat BPJSTK Clearance dengan
menampilkan status kepatuhan PK/BU, yaitu:
a. PATUH, jika semua variable yang dimaksud pada ayat
(2) memiliki status Patuh.
b. TIDAK PATUH, jika salah satu variable yang dimaksud
ayat (2) memiliki status Tidak Patuh.
c. Unidentified, jika salah satu variable yang dimaksud
pada ayat (2) memiliki status belum dapat
diidentifikasi.
(4) Data kepatuhan PK/BU sebagaimana dimaksud dalam
Pasal ini dapat diakses oleh pihak eksternal sesuai hak
akses yang diberikan.

Pasal 127
(1) Komunikasi secara umum dikelompokkan dalam 2 (dua)
kategori, yaitu:
a. komunikasi untuk level badan/institusi yang lazim
dikenal dengan Corporate Communication yang
dikoordinir oleh Deputi Direktur yang menangani
hubungan antar lembaga; dan
b. komunikasi yang terkait kegiatan pemasaran
(Marketing Communication) dilaksanakan oleh Rumpun
- 88 -

Kepesertaan bersama dengan Deputi Direktur yang


menangani marketing communication.
(2) Bentuk komunikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat berupa:
a. Contact/Phone Call yaitu komunikasi langsung melalui
telepon, SMS, surat, e-mail, Whatsapp dan media
lainnya dengan ketentuan minimal sekali sebulan
untuk semua PK/BU, dan stakeholders;
b. Visit yaitu kunjungan langsung ke lokasi
usaha/kantor PK/BU dan stakeholders;
c. Birthday dan hari besar yaitu ucapan melalui
komunikasi langsung atau media lain pada saat:
1. Ulang tahun pimpinan PK/BU dan stakeholders
(personal birthday);
2. Ulang tahun PK/BU dan stakeholders
(corporate/institutional birthday); dan/atau
3. Hari Raya atau Hari Besar Nasional.
d. Sport Activities yaitu kegiatan olah raga bersama
PK/BU dan stakeholders;
e. Gathering yaitu mengundang Peserta dan stakeholders
dalam bentuk kegiatan pertemuan;
f. Campaign atau pemasaran/penjualan yaitu
penyampaian informasi, manfaat dan program BPJS
Ketenagakerjaan;
g. Power Lunch yaitu pertemuan dengan PK/BU dan
stakeholders secara informal dalam membangun
hubungan emosional;
h. Co-Marketing yaitu merupakan kerjasama promosi
maupun penjualan sebuah produk atau jasa milik
Peserta dan stakeholders;
i. Data sharing yaitu kerja sama pertukaran data PK/BU
yang tergabung dalam komunitas atau pengelolaan
stakeholders yang bertujuan untuk menggali potensi
kepatuhan kepesertaan seperti PWBD dan PDS;
j. Regulasi/kebijakan yaitu penerbitan ketentuan atau
policy di dalam komunitas atau pengelolaan
- 89 -

stakeholders yang bertujuan untuk meningkatkan


kepatuhan kepesertaan; dan/atau
k. Penghargaan (award) yaitu sesuatu yang diberikan
kepada PK/BU dan stakeholders karena melakukan
suatu keunggulan atau capaian di bidang tertentu
yang dapat berupa surat apresiasi, piala,
sertifikat, plakat, uang, barang, dan jenis hadiah
lainnya.
(3) Bentuk komunikasi kategori campaign atau
pemasaran/penjualan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) huruf f dapat berupa:
a. iklan dan promosi penjualan yang disampaikan
melalui media cetak/elektronik, media luar ruang,
billboard, signboard, brosur, leaflet, member get
member, atau media lain yang dapat mempengaruhi
citra dan sikap positif terhadap produk dan brand
BPJS Ketenagakerjaan;
b. penjualan personal melalui interaksi langsung dengan
Peserta/calon Peserta;
c. pemasaran langsung melalui hubungan langsung
dengan Peserta/calon Peserta yang ditargetkan secara
tepat dengan tujuan mendapatkan respon sesegera
mungkin;
d. pemasaran melalui media sosial atau media digital
kepada Peserta atau calon Peserta dengan
memanfaatkan media sosial/digital sesuai
perkembangan teknologi informasi;
e. pemasaran melalui Komunitas yang merupakan
strategi yang fokus pada kebutuhan pelanggan dengan
melibatkan keunggulan bisnis; dan/atau
f. Humas atau Publisitas, berbagai bentuk komunikasi
guna meningkatkan awareness, infomasi layanan dan
manfaat program.
(4) Strategi komunikasi kepesertaan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal ini dilaksanakan oleh Rumpun Kepesertaan
dan/atau Deputi Direktur yang menangani marketing
communication dengan mempertimbangkan:
- 90 -

a. sasaran yang sesuai segmen kepesertaan;


b. ketersediaan anggaran; dan
c. Isu tingkat nasional dan isu lokal/daerah.

BAB VIII
CO-MARKETING

Bagian Kesatu
Tujuan, Bentuk dan Pola Kerja Sama Co-Marketing

Pasal 128
(1) Co-Marketing merupakan bagian dari CRM yang
dimaksudkan sebagai manfaat keseharian atau manfaat
saat ini (present benefit) bagi tenaga kerja Peserta BPJS
Ketenagakerjaan.
(2) Bentuk kerjasama Co-Marketing sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat meliputi:
a. pengembangan business directory offline dan/atau
online yang disediakan oleh BPJS Ketenagakerjaan,
untuk memfasilitasi kegiatan promosi pemasaran
bersama antara BPJS Ketenagakerjaan dengan usaha
milik PK/BU;
b. kerjasama penjualan dengan pelaku usaha, melalui
program potongan harga (discount) untuk pembelian
produk/jasa oleh Peserta; dan
c. kerjasama lainnya sesuai kesepakatan.
(3) Pola kerjasama Co-Marketing dibagi menjadi 2 (dua)
tingkatan, yaitu kerjasama dengan:
a. skala nasional, berlaku di seluruh merchant/outlet
yang dimiliki oleh mitra kerja sama Co-Marketing; dan
b. skala regional, berlaku hanya di beberapa
merchant/outlet yang dikerjasamakan;

Bagian Kedua
Persyaratan Mitra Kerjasama Co-Marketing
- 91 -

Pasal 129
(1) Kerjasama Co-Marketing dilaksanakan dengan mitra yang
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a. Peserta BPJS Ketenagakerjaan;
b. tertib dan tidak menunggak pembayaran iuran
maksimal 6 (enam) bulan;
c. produk atau jasa yang dihasilkan mitra tidak
bertentangan dengan norma hukum, nilai budaya,
norma agama, kesusilaan, dan tidak memiliki citra
yang berdampak negatif bagi BPJS Ketenagakerjaan;
dan
d. melakukan kesepakatan/kerja sama dengan BPJS
Ketenagakerjaan.
(2) BPJS Ketenagakerjaan berhak untuk menghentikan kerja
sama dengan mitra apabila memenuhi salah satu kondisi
sebagai berikut:
a. mitra tidak mematuhi ketentuan yang ditetapkan
dalam kesepakatan kerja sama; dan/atau
b. jangka waktu kerja sama telah berakhir.

Bagian Ketiga
Pengelolaan, Sistem dan Prosedur Co-Marketing

Pasal 130
Pengelolaan Co-Marketing dilaksanakan oleh Rumpun
Kepesertaan dan bidang/unit kerja terkait mulai dari kantor
cabang, kantor wilayah dan kantor pusat.

Pasal 131
(1) Kerja sama Co-Marketing dilaksanakan melalui tahapan
sebagai berikut:
a. BPJS Ketenagakerjaan secara aktif mencari potensi
kerjasama;
b. Mitra kerja sama mengajukan permohonan kerja sama
melalui Sistem Aplikasi;
- 92 -

c. BPJS Ketenagakerjaan melakukan verifikasi


persyaratan mitra kerjasama;
d. Dalam hal mitra kerja sama memenuhi persyaratan,
unit terkait menyetujui permohonan kerja sama
melalui sistem aplikasi BPJS Ketenagakerjaan; dan
e. Dalam hal mitra kerja sama tidak memenuhi
persyaratan, unit terkait menginformasikan kepada
mitra kerja sama.
(2) Permohonan kerja sama yang telah disetujui
ditindaklanjuti dengan penginputan promo oleh mitra
kerja sama dengan ketentuan sebagai berikut :
a. Pengajuan promo melalui Sistem Aplikasi; dan
b. BPJS Ketenagakerjaan melakukan review atas
pengajuan promo.

Bagian Keempat
Sosialisasi, Publikasi dan Sistem Teknologi Informasi

Pasal 132
(1) BPJS Ketenagakerjaan dan mitra kerja sama bersama-
sama melakukan sosialisasi dan publikasi dalam bentuk :
a. pemanfaatan website BPJS Ketenagakerjaan dan atau
mitra kerja sama;
b. pemasangan sticker, spanduk atau banner, dan
penyebaran brosur;
c. pemasangan iklan melalui televisi, radio, dan
pemanfaatan media sosial; dan/atau
d. sosialisasi secara masif melalui media lain yang
disepakati bersama.
(2) Deputi Direktur di Direktorat Kepesertaan dan Deputi
Direktur Bidang terkait, melakukan pengembangan
Sistem Aplikasi dalam pengelolaan, monitoring dan
evaluasi terhadap kerja sama Co-Marketing.
- 93 -

BAB IX
PEMUTAKHIRAN DAN KOREKSI DATA KEPESERTAAN

Pasal 133
(1) Perubahan atau disebut pemutakhiran (update) data
kepesertaan merupakan update karena adanya data baru
atau elemen data yang dipersyaratkan sesuai ketentuan.
(2) Koreksi data kepesertaan karena adanya kesalahan entry
atau pengolahan data baik oleh tindakan manusia
maupun proses Sistem Aplikasi.

Pasal 134
(1) Perubahan/pemutakhiran (update) data kepesertaan PU
meliputi:
a. perubahan data PK/BU;
b. perubahan data Pekerja dan keluarganya;
c. perubahan lokasi pekerjaan;
d. penambahan/pengurangan Pekerja;
e. perubahan susunan penerima manfaat Pensiun;
f. perubahan data Upah pekerja;
g. perubahan jenis program yang diikuti; dan
h. perubahan data lainnya yang relevan.
(2) Perubahan data PK/BU sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi alamat/lokasi PK/BU, nilai
aset/omset, data person in charge (PIC), dan elemen data
lainnya yang relevan.
(3) Perubahan data Pekerja dan keluarganya sebagaimana
dimaksud ayat (1) huruf b meliputi nomor identitas,
alamat domisili, marital status dan susunan keluarga dan
elemen lainnya yang relevan.

Pasal 135
Perubahan data kepesertaan BPU meliputi:
a. Perubahan nilai penghasilan diperolehnya;
b. Perubahan jenis kegiatan usaha atau pekerjaan yang
dilakukan;
c. Perubahan susunan penerima manfaat beasiswa;
- 94 -

d. Perubahan jenis program yang diikuti;


e. Perubahan informasi kontak; dan
f. Perubahan data lainnya yang relevan.

Pasal 136
Perubahan data kepesertaan Jakons meliputi jenis elemen data
Penyedia Jakons, Pengguna Jakons, nilai proyek, jangka waktu
proyek, data upah, data pekerja, dan data relevan lainnya.

Pasal 137
(1) Perubahan data kepesertaan dapat disampaikan dalam
bentuk hardcopy maupun softcopy yang dilakukan dengan
cara:
a. manual atau elektronik;
b. melalui kanal BPJS Ketenagakerjaan; dan/atau
c. sistem host to host (H2H) dengan mekanisme
kerjasama.
(2) Pelaporan bentuk hardcopy menggunakan formulir bentuk
fisik dan softcopy/file dikirim melalui email dan/atau
media teknologi informasi lainnya.
(3) Pengisian formulir sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini
dapat dilakukan dengan cara:
a. langsung; atau
b. melalui saluran tertentu atau secara elektronik sesuai
dengan perkembangan teknologi informasi termasuk
kanal kerja sama dengan BPJS Ketenagakerjaan.

Pasal 138
(1) Koreksi data kepesertaan dilakukan dengan ketentuan:
a. dilaksanakan sesuai prosedur yang tercantum dalam
Lampiran III Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan
ini; dan
b. dilaksanakan oleh personil sesuai kewenangannya
melalui fitur di Sistem Aplikasi.
(2) Dalam hal belum tersedia fitur pada Sistem Aplikasi atau
terdapat kendala atas fitur yang telah tersedia, proses
koreksi dilakukan dengan mekanisme sebagai berikut:
- 95 -

a. Kacab mengajukan permintaan koreksi data melalui


sistem pelaporan masalah di Deputi Direktur yang
menangani operasional TI;
b. Petugas Deputi Direktur yang menangani operasional
TI melakukan pengecekan dan koreksi sesuai
kebijakan yang ditetapkan dalam Peraturan ini atau
kebijakan yang ditetapkan oleh Deputi Direktur di
Direktorat Kepesertaan sesuai tugas pokok, fungsi dan
kewenangannya; dan
c. Kebijakan koreksi sebagaimana dimaksud pada huruf
b menjadi pedoman bagi unit di Deputi Direktur yang
menangani operasional TI untuk melakukan koreksi
selanjutnya atas jenis koreksi sejenis.
(3) Koreksi selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan
ayat (2) dikoordinasikan dengan:
a. Deputi Direktur Bidang di Direktorat Keuangan terkait
data keuangan dan akuntansi;
b. Deputi Direktur Bidang di Direktorat Pelayanan terkait
data pelayanan dan klaim; dan
c. Deputi Direktur Bidang lainnya sesuai dengan tugas
pokok, fungsi, dan kewenangannya.
(4) Dalam hal diperlukan kebijakan dalam rangka untuk
mempercepat pelayanan kepada Peserta, Deputi yang
menangani kepesertaan dapat menetapkan kebijakan
koreksi data selain sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a.
(5) Kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) ditetapkan
setelah berkoordinasi dengan Deputi Direktur terkait.

Pasal 139
(1) Proses koreksi dan/atau pemutakhiran data kepesertaan
dilakukan secara lengkap dan benar sesuai dengan:
a. pedoman Data Governance; dan
b. data yang disampaikan oleh PK/BU/Tenaga Kerja.
(2) Pedoman Data Governance sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a ditetapkan dalam Peraturan Direksi
tersendiri.
- 96 -

BAB X
INFORMASI JHT/JP DAN AMALGAMASI JHT

Bagian Kesatu
Informasi JHT dan JP

Pasal 140
(1) Informasi dana dan usia pensiun JHT-JP disampaikan
kepada PK/BU dalam bentuk daftar saldo JHT-JP (DSJHT-
JP) sekurang-kurangnya memuat elemen data sebagai
berikut:
a. informasi PK/BU;
b. tahun buku;
c. data tenaga kerja;
d. informasi dana JHT;
e. informasi dana JP; dan
f. informasi relevan lainnya.
(2) Informasi dana dan usia pensiun JHT-JP disampaikan
kepada Peserta berupa:
a. Rincian Saldo JHT-JP (RSJHT-JP) sekurang-kurangnya
memuat elemen data sebagai berikut:
1. saldo JHT;
2. jumlah Iuran JHT;
3. hasil pengembangan saldo JHT; dan
4. informasi lain yang relevan.
b. Surat Pemberitahuan Usia Pensiun (SPUP) sekurang-
kurangnya memuat elemen data sebagai berikut:
1. jumlah Iuran JP;
2. masa iur JP;
3. jatuh tempo usia pensiun; dan
4. informasi lain yang relevan.
(3) RSJHT-JP sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
disampaikan kepada Peserta aktif minimal 1 (satu) kali
dalam 1 (satu) tahun.
(4) RSJHT-JP dan SPUP sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada Peserta non aktif, dengan ketentuan
sebagai berikut:
- 97 -

a. RSJHT-JP disampaikan secara berkala setiap 6 (enam)


bulan;
b. SPUP disampaikan kepada Pekerja paling lambat 3
(tiga) bulan sebelum usia pensiun, dengan
melampirkan formulir data peserta dan susunan
penerima manfaat pensiun.

Pasal 141
(1) Penyampaian RSJHT-JP dan SPUP diintegrasikan menjadi
satu jenis pemberitahuan dalam bentuk Informasi Dana
dan Usia Pensiun Peserta JHT-JP atau nama lain yang
ditetapkan dengan surat Direktur yang menangani
pelayanan.
(2) Penyampaian informasi dapat dilakukan melalui surat,
email; kanal BPJS Ketenagakerjaan dan media lain yang
ditetapkan.
(3) Untuk memastikan informasi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 140 tersampaikan, Kantor Cabang harus
melaksanakaan hal-hal sebagai berikut:
a. memastikan data peserta (alamat domisili dan nomor
telepon, atau alamat surat elektronik) terisi secara
lengkap dan benar dalam basis data pada saat Peserta
masih aktif;
b. melakukan sosialisasi penggunaan kanal BPJS
Ketenagakerjaan kepada Peserta secara masif;
c. melakukan monitoring keberhasilan penyampaian
informasi dan melakukan proses perbaikan secara
terus-menerus untuk meningkatkan keberhasilan
penyampaian informasi.
(4) Direktur yang membidangi pelayanan dapat menetapkan
tata cara lain atas RSJHT-JP dan SPUP untuk kemudahan
pelayanan dan meningkatkan individual enggagement
kepada Peserta.

Pasal 142
Dalam hal Peserta BPU, Peserta PMI, informasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 140 hanya menampilkan rincian saldo
JHT.
- 98 -

Bagian Kedua
Amalgamasi Saldo JHT

Pasal 143
(1) Amalgamasi atau penggabungan saldo JHT dilakukan
karena:
a. perekaman Peserta baru yang melanjutkan
kepesertaan dengan Nomor/Kartu Peserta lama;
b. Peserta memiliki beberapa Nomor/Kartu Peserta untuk
tujuan klaim; dan
c. Peserta memiliki beberapa Nomor/Kartu Peserta untuk
penggabungan saldo tanpa tujuan klaim.
(2) Amalgamasi karena perekaman Peserta baru sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dilaksanakan dengan
ketentuan:
a. proses amalgamasi atas kepesertaan lanjutan
dilakukan secara otomatis melalui Sistem Aplikasi;
b. Petugas Kepesertaan dan/atau Sistem Aplikasi
memverifikasi data baru dan data existing guna
memastikan Kartu Peserta dan saldo JHT milik Peserta
yang akan melanjutkan kepesertaan; dan
c. Proses amalgamasi dan verifikasi melalui Sistem
Aplikasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini
dilakukan berdasarkan dokumen dan/atau elemen
data tertentu serta menyesuaikan dengan kesiapan
sistem TI.
(3) Amalgamasi untuk tujuan klaim sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf b, yaitu:
a. Petugas pelayanan melakukan perekaman atas data
peserta yang akan digabung melalui aplikasi;
b. Petugas pelayanan melakukan verifikasi data peserta
dan saldo JHT guna memastikan kesesuaian data baru
dan data existing yang akan digabungkan saldonya;
c. Dalam hal data lama dan data baru telah valid, maka
dilakukan penggabungan saldo JHT;
- 99 -

d. Dalam hal kondisi pada huruf c tidak terpenuhi maka


petugas pelayanan menginformasikan kepada Peserta.
(4) Amalgamasi untuk tujuan penggabungan saldo tanpa
klaim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c
dilakukan oleh Petugas Pelayanan atau petugas yang
ditunjuk oleh Kepala Kantor Cabang dengan cara:
a. Petugas pelayanan atau petugas yang ditunjuk oleh
Kepala Kantor Cabang melakukan perekaman kartu
yang akan digabung melalui aplikasi;
b. Sistem aplikasi akan menampilkan data peserta dan
saldo JHT sebelumnya;
c. Petugas sebagaimana dimaksud pada huruf a
melakukan verifikasi data peserta dan saldo JHT guna
memastikan kesesuaian data baru dan data existing
yang akan digabungkan saldonya;
d. Dalam hal data lama dan data baru telah valid, maka
dilakukan penggabungan saldo JHT; dan
e. Dalam hal kondisi pada huruf d tidak terpenuhi maka
petugas sebagaimana dimaksud pada huruf a
menginformasikan kepada Peserta.
(5) Amalgamasi untuk tujuan penggabungan saldo tanpa
klaim sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c selain
dilakukan oleh petugas BPJS Ketenagakerjaan dapat
dilakukan:
a. secara mandiri oleh tenaga kerja atau melalui contact
center melalui sistem aplikasi BPJS Ketenagakerjaan.
b. tim task force yang dibentuk oleh BPJS
Ketenagakerjaan dalam rangka peningkatan kualitas
data.
(6) Direktur yang membidangi pelayanan dapat menetapkan
tata cara lain atas proses amalgamasi dengan tujuan
untuk mempercepat proses pelayanan kepada Peserta.
- 100 -

BAB XI
KLASIFIKASI, PELAPORAN DAN MONITORING KEPESERTAAN

Bagian Kesatu
Kriteria Kepesertaan Aktif dan Non Aktif

Paragraf 1
Ruang Lingkup Klasifikasi Kepesertaan

Pasal 144
(1) Klasifikasi kepesertaan meliputi:
a. klasifikasi PK/BU; dan
b. klasifikasi TK.
(2) Klasifikasi sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi:
a. Peserta aktif; dan
b. Peserta non aktif.
(3) Peserta aktif dan peserta non aktif sebagaimana dimaksud
ayat (2), digunakan untuk publikasi dan pelaporan kepada
pihak eksternal.
(4) Peserta aktif sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf a,
digunakan untuk kepentingan perhitungan target
internal, perhitungan penerimaan Iuran, pembiayaan, dan
tujuan lain yang relevan.
(5) Peserta non aktif sebagaimana dimaksud ayat (2) huruf b,
digunakan untuk perhitungan biaya terkait dengan
pemeliharaan dan pengelolaan kepesertaan serta tujuan
lain yang relevan.

Paragraf 2
Klasifikasi PK/BU

Pasal 145
(1) PK/BU aktif merupakan PK/BU yang masih membayar
iuran atau menunggak iuran dan belum melaporkan
berhenti kepesertannya.
(2) Kriteria PK/BU non aktif adalah PK/BU yang telah
memenuhi salah satu kriteria sebagai berikut:
- 101 -

a. PK/BU bubar yang secara fisik maupun perizinan


sudah tidak ada/tidak berlaku lagi sesuai surat/
dokumen dari instansi berwenang atau surat dari
PK/BU;
b. PK/BU hilang alamat atau sudah tidak berada lagi di
alamat semula dan tidak diketahui alamat terkininya
yang dibuktikan dengan berita acara hasil kunjungan
PK/BU dan diketahui oleh 1 (satu) orang saksi dari
pihak eksternal seperti Pengurus RT, RW, atau
Kelurahan setempat;
c. PK/BU pailit sesuai putusan Pengadilan;
d. PK/BU yang secara fisik maupun perijinan masih ada,
namun tidak ada kegiatan usahanya, dibuktikan
dengan berita acara kunjungan PK/BU dan diketahui
oleh 1 (satu) orang saksi baik dari internal maupun
eksternal atau surat dari PK/BU; atau
e. PK/BU non aktif berdasarkan berita acara
pemeriksaan oleh Petugas Pemeriksa.

Pasal 146
(1) Persyaratan untuk proses penonaktifan PK/BU adalah
sebagai berikut:
a. memenuhi kriteria yang ditetapkan;
b. tidak terdapat TK aktif; dan
c. tidak memiliki IBR yang belum diselesaikan.
(2) Proses Non Aktif PK/BU dilakukan dengan tahapan
sebagai berikut:
a. Petugas Kepesertaan atau Petugas Pemeriksa
melakukan Non aktif PK/BU pada sistem aplikasi BPJS
Ketenagakerjaan berdasarkan dokumen pendukung
sesuai kriteria PK/BU Non Aktif;
b. Proses sebagaimana dimaksud pada huruf a dilakukan
berdasarkan persetujuan dari Kepala Bidang
Kepesertaan atau Kepala Kantor Cabang.
(3) Tanggal nonaktif tidak boleh lebih kecil atau sama dengan
tanggal awal kepesertaan, dengan ketentuan:
- 102 -

a. untuk PK/BU bubar dan pailit, maka tanggal nonaktif


merujuk pada BLTH PK/BU dinyatakan non aktif
sesuai surat dari instansi yang berwenang;
b. untuk PK/BU hilang alamat dan tidak ada kegiatan,
maka tanggal nonaktif PK/BU adalah bulan berikutnya
dari BLTH Posting Iuran terakhir (BLTH ITPF +1 bulan).

Paragraf 3
Klasifikasi TK

Pasal 147
(1) Kriteria TK aktif adalah sebagai berikut:
a. TK dari PK/BU yang masih membayar Iuran dan belum
dilaporkan berhenti;
b. TK dari PK/BU menunggak Iuran dan belum
dilaporkan berhenti;
c. TK yang telah menerima manfaat JP tetapi masih
mengikuti program yang lain; atau
d. TK yang telah menerima manfaat JHT sebagian
sebesar 10% atau 30% dan masih melanjutkan
kepesertaannya.
(2) Kriteria TK non aktif terdiri dari:
a. TK yang memiliki saldo JHT dari PK/BU aktif dan
sudah dilaporkan berhenti;
b. TK yang memiliki saldo JHT dari PK/BU non aktif dan
belum melakukan klaim saldo JHT; atau
c. TK yang telah mengambil seluruh saldo JHT nya dan
belum menerima manfaat JP.
(3) Peserta dengan kriteria non aktif sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) tidak termasuk Peserta dengan saldo JHT
kurang bayar.

Pasal 148
Kepesertaan TK dapat bersumber dari:
a. TK yang belum pernah menjadi Peserta dan telah membayar
Iuran pertama;
b. TK yang sudah pernah klaim JHT dan mendaftar kembali
menjadi Peserta; dan/atau
- 103 -

c. TK sudah non aktif dan belum pernah klaim JHT, serta


mendaftar atau aktif kembali menjadi Peserta.

Paragraf 4
PK/BU dan TK Berakhir Kepesertaan

Pasal 149
(1) PK/BU dinyatakan berakhir kepesertaan, jika PK/BU yang
seluruh tenaga kerjanya sudah selesai masa
kepesertaannya karena memenuhi salah satu kriteria
sebagai berikut:
a. PK/BU karena alih kepesertaan ke Kacab lain;
b. PK/BU merger hasil penggabungan dua atau lebih
PK/BU menjadi satu PK/BU baru dengan nama yang
sama atau berbeda;
c. PK/BU non aktif yang seluruh tenaga kerjanya sudah
klaim JHT dan tidak mengikuti JP atau mengikuti JP
yaitu:
1. PK/BU yang tidak ada kegiatan lagi;
2. Semua tenaga kerjanya sudah mengambil seluruh
JHT-nya atau seluruh saldo JHT nya sudah
digabungkan ke kepesertaan lain; dan
3. Seluruh tenaga kerjanya telah menerima manfaat
Pensiun pertama.
d. PK/BU non aktif dan tidak ikut program JHT dan/atau
JP.
(2) TK dinyatakan berakhir kepesertaan jika memenuhi salah
satu persyaratan sebagai berikut:
a. TK sudah klaim JHT seluruhnya dan tidak mengikuti
program JP;
b. TK sudah klaim JHT seluruhnya dan telah menerima
manfaat JP pertama;
c. TK yang saldo JHT-nya sudah digabungkan dengan
kepesertaan yang bersangkutan dan telah menerima
manfaat JP pertama;
d. TK sudah klaim JHT, namun memiliki saldo kurang
bayar dan telah menerima manfaat JP pertama; atau
e. TK tidak ikut JHT dan tidak lagi menjadi peserta.
- 104 -

Paragraf 5
Kepesertaan Aktif dan Non Aktif BPU

Pasal 150
(1) Peserta Aktif BPU meliputi:
a. Peserta yang membayar iuran;
b. Peserta yang sedang dalam masa grace period dan
belum non aktif;
c. Peserta BPU yang telah menerima manfaat JHT
sebagian sebesar 10% atau 30% dan masih
melanjutkan kepesertaannya.
(2) Peserta BPU yang menunggak iuran lebih dari 3 (tiga)
bulan berturut-turut akan diberikan status:
a. Berakhir kepesertaan/keluar, jika Peserta BPU tidak
melakukan pembayaran iuran lanjutan sampai dengan
habisnya masa grace period; atau
b. Non aktif, jika Peserta BPU mengikuti program JHT
dan telah melakukan klaim JHT.

Paragraf 6
Kepesertaan Aktif dan Non Aktif PMI

Pasal 151
(1) CPMI atau PMI yang membayar iuran dan dalam masa
perlindungan, maka diberikan status aktif.
(2) CPMI atau PMI sebagaimana dimaksud dalam Pasal 115
yang tidak melakukan perpanjangan sampai berakhirnya
masa perlindungan maka diberikan status non aktif.

Bagian Kedua
Pelaporan Kepesertaan

Pasal 152
(1) Kantor Pusat BPJS Ketenagakerjaan membuat laporan
informasi kepesertaan kepada:
- 105 -

a. Presiden Republik Indonesia;


b. Otoritas Jasa Keuangan;
c. Dewan Jaminan Sosial Nasional;
d. Kementerian Ketenagakerjaan; dan
e. Instansi/Lembaga yang ditentukan sesuai peraturan
perundang-undangan.
(2) Bentuk dan isi Laporan Pengelolaan Program sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) diatur dalam peraturan tersendiri.
(3) Kanwil/Kacab di ibukota Provinsi melaporkan laporan
kepesertaan kepada Gubernur sesuai wilayah kerjanya.
(4) Kacab melaporkan laporan kepesertaan kepada
Walikota/Bupati di wilayah kerjanya.
(5) Format laporan kepesertaan dan periode penerbitannya
disesuaikan dengan kebutuhan dan tujuan pelaporan.

Pasal 153
(1) Tujuan pelaporan informasi kepesertaan untuk:
a. menyajikan informasi terkait kondisi kepesertaan
BPJS Ketenagakerjaan; dan
b. monitoring dan evaluasi sebagai masukan dan
perbandingan dalam pengambilan keputusan yang
terkait kepesertaan.
(2) Informasi kepesertaan yang disajikan pada laporan
sekurang-kurangnya memuat informasi:
a. Peserta PK/BU/Proyek; dan
b. Peserta Tenaga Kerja (TK).
(3) Informasi kepesertaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) disajikan sesuai segmen Peserta, yaitu:
a. Penerima Upah termasuk PMI;
b. Bukan Penerima Upah; dan
c. Jakons.
(4) Informasi selain yang dimaksud pada ayat (2) dan (3) dapat
ditambahkan sesuai kebutuhan pelaporan dengan
memperhatikan batasan kerahasiaan data kepesertaan
sesuai peraturan perundang-undangan.
- 106 -

Bagian Ketiga
Monitoring Kepesertaan

Pasal 154
(1) Monitoring dan evaluasi kepesertaan wajib dilaksanakan
oleh personil Rumpun Kepesertaan sesuai tugas pokok
dan fungsinya.
(2) Monitoring dan evaluasi kepesertaan untuk level unit kerja
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
dilaksanakan secara berjenjang sesuai tingkatannya.
(3) Ketentuan pelaksanaan monitoring dan evaluasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal ini ditetapkan dalam
Peraturan Direksi yang mengatur pedoman penyusunan
Renstra dan RKAT BPJS Ketenagakerjaan.

Bagian Keempat
Kepesertaan Award

Pasal 155
(1) Dalam rangka monitoring dan evaluasi, dapat diberikan
kepesertaan award kepada unit kerja dan/atau personil
Rumpun Kepesertaan termasuk Petugas Pemeriksa
(2) Award diberikan bagi unit kerja dan personil Rumpun
Kepesertan yang berprestasi dalam:
a. melaksanakan pekerjaan secara optimal sesuai
tupoksinya;
b. mencapai target kepesertaan dan Iuran;
c. serta mewujudkan pengelolaan data yang baik.
(3) Tujuan pemberian award ini adalah:
a. memotivasi peran dan tanggung jawab karyawan di
rumpun kepesertaan;
b. meningkatkan kualitas kepesertaan untuk menunjang
pencapaian target kepesertaan dan Iuran serta
pengelolaan data kepesertaan.

Pasal 156
(1) Substansi kepesertaan award terkait dengan:
a. Akuisisi dan produktivitas kepesertaan;
- 107 -

b. Sustaninability dan/atau kualitas kepesertaan;


c. Pengawasan dan pemeriksaan;
d. Jenis penghargaan lain sesuai kebutuhan.
(2) Hadiah award sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
berupa:
a. Uang tunai dan/atau barang;
b. Plakat dan atau sertifikat; atau
c. Hadiah lain.
(3) Kriteria, indikator penilaian, dan hadiah award ditetapkan
setiap tahun sesuai dengan tema RKAT dan strategi utama
kepesertaan.

BAB XII
PENUTUP

Pasal 157
Dengan ditetapkannya Peraturan ini, maka:
a. Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor:
PERDIR/14/062016 tentang Petunjuk Teknis Program
Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Bagi Peserta Bukan
Penerima Upah (BPU) dinyatakan tidak berlaku lagi;
b. Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor:
PERDIR/8/032017 tentang Pedoman Kepesertaan Bukan
Penerima Upah (BPU) Melalui Donasi Program Gerakan
Nasional Peduli Perlindungan Pekerja Rentan (GN
LINGKARAN) dinyatakan tidak berlaku lagi;
c. Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor:
PERDIR/51/122017 tentang Perubahan Atas Peraturan
Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor: PERDIR/14/062016
tentang Petunjuk Teknis Program Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan Bagi Peserta Bukan Penerima Upah (BPU)
dinyatakan tidak berlaku lagi;
d. Ketentuan mengenai kepesertaan PMI yang diatur dalam
Pasal 2, Pasal 3, Pasal 4, Pasal 5, Pasal 6, Pasal 7, Pasal 8,
Pasal 9, Pasal 10, Pasal 11, Pasal 12, Pasal 13, Lampiran
Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor:
PERDIR/4/022019 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan
Program Jaminan Sosial Ketenagakerjaan Bagi Calon
- 108 -

Pekerja Migran Indonesia dan Pekerja Migran Indonesia


dinyatakan tidak berlaku lagi.
e. Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor:
PERDIR/4/022020 tentang Pedoman Kepesertaan
Penerima Upah dan Jasa Konstruksi BPJS Ketenagakerjaan
dinyatakan tidak berlaku lagi;
f. Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor:
PERDIR/11/052021 tentang Perubahan Atas Peraturan
Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor: PERDIR/14/062016
tentang Petunjuk Teknis Program Jaminan Sosial
Ketenagakerjaan Bagi Peserta Bukan Penerima Upah (BPU)
dinyatakan tidak berlaku lagi;
g. Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor:
PERDIR/13/062021 tentang Perubahan atas Peraturan
Direksi BPJS Ketenagakerjaan Nomor: PERDIR/4/022020
tentang Pedoman Kepesertaan Penerima Upah dan Jasa
Konstruksi BPJS Ketenagakerjaan dinyatakan tidak
berlaku lagi.

Pasal 158
Peraturan Direksi BPJS Ketenagakerjaan ini berlaku sejak
tanggal ditetapkan.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juli 2022

BPJS KETENAGAKERJAAN
DIREKSI,

ttd

ANGGORO EKO CAHYO


DIREKTUR UTAMA
- 109 -

SALINAN
LAMPIRAN I
PERATURAN DIREKSI BPJS KETENAGAKERJAAN
NOMOR: 22/PERDIR. 02/072022
TENTANG
PEDOMAN KEPESERTAAN

CONTOH TATA CARA VERIFIKASI ASET DAN OMSET SKALA USAHA


1. Contoh verifikasi kekayaan bersih untuk PK/BU yang memiliki aset tanah
dan bangunan:
PT XXX
Laporan Posisi Keuangan / Neraca
Per 31 Desember 2020

Aset Kewajiban
- Aset Lancar - Kewajiban Lancar
a. Kas 5,000,000 a. Utang Dagang 10,000,000
b. Bank 24,000,000 b. Utang Gaji 12,000,000
c. Piutang 12,000,000 c. Utang Pajak 2,300,000
Akumulasi Peny. Piutang (2,500,000) 9,500,000
d. Persedian 1,500,000
e. Perlengkapan 900,000
Jumlah Aset Lancar .....(1) 40,900,000 Jumlah Kewajiban Lancar .....(1) 24,300,000

- Aset Tetap - Kewajiban Jangka Panjang 0


a. Peralatan 5,000,000
Akumulasi Penyusutan (1,200,000) 3,800,000
b. Kendaraan 126,000,000
Akumulasi Penyusutan (20,000,000) 106,000,000
c. Bangunan 120,000,000
Akumulasi Penyusutan (25,000,000) 95,000,000
d. Tanah 200,000,000
Jumlah Aset Tetap .....(2) 404,800,000 Jumlah Kewajiban 24,300,000

- Aset Lainnya - Modal 421,400,000


Jumlah Aset Lainnya .....(3) 1,000,000
TOTAL ASET 445,700,000 TOTAL KEWAJIBAN DAN MODAL 445,700,000

Perhitungan Kekayaan Bersih untuk Skala Usaha:


Total Aset 445,700,000
Dikurangi:
- Kewajiban (24,300,000)
- Tanah (200,000,000)
- Bangunan (95,000,000)
Jumlah 126,400,000 Usaha MIKRO karena aset bersih < Rp. 1 Milyar
- 110 -

2. Contoh verifikasi kekayaan bersih untuk PK/BU yang tidak memiliki aset
tanah dan bangunan:
PT XYZ
Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Desember 2020

Aset Kewajiban
- Aset Lancar - Kewajiban Jangka Pendek
a. Kas 15,000,000 a. Utang Usaha 100,000,000
b. Bank 580,000,000 b. Utang Gaji 120,000,000
c. Piutang 345,000,000 c. Utang Pajak 23,000,000
Akumulasi Peny. Piutang (25,000,000) 320,000,000 d. Pinjaman Bank 260,000,000
d. Persedian 40,000,000
e. Perlengkapan 90,000,000
Jumlah Aset Lancar .....(1) 1,045,000,000 Jumlah Kewajiban Jangka Pendek .....(1) 503,000,000

- Aset Tetap - Kewajiban Jangka Panjang


a. Peralatan 450,000,000 a. Kewajiban Pajak Tangguhan 4,500,000
Akumulasi Penyusutan (120,000,000) 330,000,000 b. Kewajiban Imbalan Paska Kerja 5,600,000
b. Kendaraan 350,000,000 Jumlah Kewajiban Jangka Panjang.....(2) 10,100,000
Akumulasi Penyusutan (122,000,000) 228,000,000
Jumlah Aset Tetap .....(2) 558,000,000 Jumlah Kewajiban 513,100,000

- Aset Lainnya - Modal 1,090,900,000


Jumlah Aset Lainnya .....(3) 1,000,000
TOTAL ASET 1,604,000,000 TOTAL KEWAJIBAN DAN MODAL 1,604,000,000

Perhitungan Kekayaan Bersih untuk Skala Usaha:


Total Aset 1,604,000,000
Dikurangi:
- Kewajiban (513,100,000)
- Tanah -
- Bangunan -
Jumlah 1,090,900,000 Usaha KECIL karena aset bersih > Rp. 1 Milyar & < Rp. 5 Milyar
- 111 -

3. Contoh verifikasi kekayaan bersih untuk PK/BU usaha bidang Properti:


PT ABC
Laporan Posisi Keuangan
Per 31 Desember 2020

Aset Kewajiban
a. Kas dan Setara Kas 132,000,000 a. Utang Usaha 320,000,000
b. Investasi Saham 380,000,000 b. Utang Gaji 120,000,000
c. Uang Muka Investasi 124,000,000 c. Utang Pajak 83,000,000
d. Piutang Usaha 345,000,000 d. Pinjaman Bank 960,000,000
Akumulasi Peny. Piutang (25,000,000) 320,000,000 e. Kewajiban Pajak Tangguhan 45,000,000
e. Uang Muka Pajak 25,000,000
f. Persediaan 40,000,000 Jumlah Kewajiban 1,528,000,000
g. Tanah untuk Pengembangan 243,000,000
h. Properti Investasi 1,997,000,000
Akumulasi Penyusutan (123,000,000) 1,874,000,000
e. Perlengkapan 90,000,000
f. Aset Tetap-Tanah 225,000,000
g. Aset Tetap Bangunan Kantor 348,000,000
Akumulasi Penyusutan (120,000,000) 453,000,000
g. Aset Lainnya 35,000,000

- Aset Lainnya 12,000,000 - Modal 2,200,000,000


TOTAL ASET 3,728,000,000 TOTAL KEWAJIBAN DAN MODAL 3,728,000,000

Perhitungan Kekayaan Bersih untuk Skala Usaha:


Total Aset 3,728,000,000
Dikurangi:
- Kewajiban (1,528,000,000)
- Tanah & Bangunan (453,000,000) Catatan: Tanah untuk Pengembangan dan Aset Properti merupakan Aset Investasi
Jumlah 1,747,000,000 Usaha KECIL karena aset bersih > Rp. 1 Milyar & < Rp. 5 Milyar

4. Contoh verifikasi omset tahunan untuk PK/BU tanpa retur dan diskon:
PT ABC
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s/d 31 Desember 2020

a. Pendapatan Usaha 850,000,000


b. Beban Pokok Penjualan dan Beban Langsung (390,000,000)
LABA KOTOR 460,000,000
c. Beban Usaha
- Beban Penjualan (250,000,000)
- Beban Umum dan Administrasi (80,000,000)
Jumlah Beban Usaha (330,000,000)
LABA USAHA 130,000,000

d. Penghasilan/Beban Lain
- Penghasilan Bunga 85,000,000
- Beban Keuangan (12,000,000)
- Lain-Lain (2,300,000)
Jumlah Pendapatan/Beban Lain 70,700,000
LABA SEBELUM PAJAK 200,700,000
Dikurangi: Pajak Penghasilan (25,000,000)

LABA BERSIH 175,700,000

Perhitungan Omset Tahunan untuk Skala Usaha:


Pendapatan Usaha: 850,000,000
Dikurangi: Usaha MIKRO
- Retur Penjualan - karena omset
- Diskon, dll - tahunan < Rp. 1
Jumlah 850,000,000 Milyar
- 112 -

5. Contoh verifikasi omset tahunan untuk PK/BU tanpa retur dan diskon:
PT ABC
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s/d 31 Desember 2020

a. Pendapatan Usaha 850,000,000


b. Beban Pokok Penjualan dan Beban Langsung (390,000,000)
LABA KOTOR 460,000,000
c. Beban Usaha
- Beban Penjualan (250,000,000)
- Beban Umum dan Administrasi (80,000,000)
Jumlah Beban Usaha (330,000,000)
LABA USAHA 130,000,000

d. Penghasilan/Beban Lain
- Penghasilan Bunga 85,000,000
- Beban Keuangan (12,000,000)
- Lain-Lain (2,300,000)
Jumlah Pendapatan/Beban Lain 70,700,000
LABA SEBELUM PAJAK 200,700,000
Dikurangi: Pajak Penghasilan (25,000,000)

LABA BERSIH 175,700,000

Perhitungan Omset Tahunan untuk Skala Usaha:


Pendapatan Usaha: 850,000,000
Dikurangi: Usaha MIKRO
- Retur Penjualan - karena omset
- Diskon, dll - tahunan < Rp. 1
Jumlah 850,000,000 Milyar
- 113 -

6. Contoh verifikasi omset tahunan untuk PK/BU dengan retur dan diskon:
PT XYZ
Laporan Laba Rugi
Periode 1 Januari s/d 31 Desember 2020

a. Penjualan 360,000,000
Dikurangi:
- Retur Penjualan (45,000,000)
- Diskon Penjualan (29,000,000) (74,000,000)
PENJUALAN BERSIH 286,000,000
b. Harga Pokok Penjualan
- Persediaan barang dagangan 144,000,000
- Pembelian 136,000,000
- Retur Pembelian (20,000,000)
- Potongan Harga Pembelian (25,000,000)
- Pembelian Bersih 91,000,000
- Barang Tersedia untuk Dijual 235,000,000
-Persedian Akhir (34,000,000)
HARGA POKOK PENJUALAN 201,000,000
LABA KOTOR 85,000,000
c. Beban Usaha
- Beban Penjualan (66,000,000)
- Beban Umum dan Administrasi (20,000,000)
Jumlah Beban Usaha (86,000,000)
LABA USAHA (1,000,000)

d. Penghasilan/Beban Lain
- Penghasilan Bunga 8,500,000
- Beban Keuangan (1,200,000)
- Lain-Lain (230,000)
Jumlah Pendapatan/Beban Lain 7,070,000
LABA SEBELUM PAJAK 6,070,000
Dikurangi: Pajak Penghasilan (14,000,000)
LABA BERSIH (7,930,000)

Perhitungan Omset Tahunan untuk Skala Usaha:


Penjualan Bersih 286,000,000
Dikurangi: Usaha MIKRO
- Retur Penjualan - karena omset
- Diskon, dll - tahunan < Rp. 1
Jumlah 286,000,000 Milyar

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juli 2022

BPJS KETENAGAKERJAAN
DIREKSI,

ttd

ANGGORO EKO CAHYO


DIREKTUR UTAMA
- 114 -

SALINAN
LAMPIRAN II
PERATURAN DIREKSI BPJS KETENAGAKERJAAN
NOMOR: 22/PERDIR. 02/072022
TENTANG
PEDOMAN KEPESERTAAN

KERTAS KERJA PERHITUNGAN SKALA USAHA BERDASARKAN IURAN

Formula Skala Usaha


No Uraian
Perhitungan Mikro Kecil Menengah
1 Omset Penjualan Bersih per Tahun (setelah a 2,000,000,000 15,000,000,000 50,000,000,000
dikurangi retur dan diskon) dengan asumsi
menggunakan data UU-UMKM termasuk margin
keuntungan 20%
2 Total Biaya Produksi per Tahun = a bagi 120% b = a/120% 1,666,666,667 12,500,000,000 41,666,666,667
3 Total Biaya Produksi per Bulan = b bagi 12 bulan c = b/12 bulan 138,888,889 1,041,666,667 3,472,222,222
4 Biaya Gaji per Bulan (Asumsi Rata-rata poporsi d = c x 40% 55,555,556 416,666,667 1,388,888,889
Biaya Pegawai dibandingkan dengan Biaya Produksi
di rata-rata Sektor Industri sebesar 40%)
5 Iuran JKK & JKM per bulan (0,9% = 0,3% JKM + rata- e = d x 0,9% 500,000 3,750,000 12,500,000
rata rate JKK 0,6%)
6 Iuran JKK, JKM & JHT per bulan (6,6% = 0,9% + 5,7% f = d x 6,6% 3,666,667 27,500,000 91,666,667
JHT)
7 Iuran JKK, JKM & JHT per bulan (9,6% = 6,6% + 3% g = d x 9,6% 5,333,333 40,000,000 133,333,333
JHT)
8 Hasil konversi perhitungan omset tahunan sesuai g dibulatkan 6,000,000 40,000,000 135,000,000
UU UMKM menjadi skala usaha berdasarkan Nilai
Iuran per bulan (dibulatkan)

Klasifikasi Skala Usaha Berdasarkan Nilai Iuran


No Skala Usaha Omset Tahunan Batasan Iuran (Rp per Bulan)
1 Mikro s.d Rp 2 Milyar s.d Rp 6 juta
2 Kecil di atas Rp 2 Milyar s.d Rp 15 Milyar di atas Rp 6 Juta s.d Rp 40 Juta
3 Menengah di atas Rp 15 Milyar s.d Rp 50 Milyar di atas Rp 40 juta s.d Rp 135 juta
4 Besar di atas Rp50 Milyar di atas Rp 135 juta

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juli 2022

BPJS KETENAGAKERJAAN
DIREKSI,

ttd

ANGGORO EKO CAHYO


DIREKTUR UTAMA
- 115 -

SALINAN
LAMPIRAN III
PERATURAN DIREKSI BPJS KETENAGAKERJAAN
NOMOR: 22/PERDIR. 02/072022
TENTANG
PEDOMAN KEPESERTAAN

KEBIJAKAN KOREKSI DATA KEPESERTAAN

A. KOREKSI DATA PEMBERI KERJA/BADAN USAHA (PK/BU)

1. Elemen Data PK/BU


Terdapat elemen data PK/BU yang perlu dilakukan
pemutakhiran atau koreksi karena adanya informasi
Kondisi : baru, kesalahan entry, dan atau kesalahan pelaporan
oleh PK/BU (Nama PK/BU, Jenis Usaha, Alamat,
NPWP, dll)
• Dokumen perubahan dari PK/BU; atau
Syarat & • Bukti lain yang dapat dipertanggungjawabkan atas
:
Dokumen kesalahan input data atau kesalahan pelaporan dari
PK/BU.
a. Perubahan elemen data seperti Nama PK/BU, Rate
JKK, alamat, nomor telepon, email, NPWP, dll
Kebijakan dilakukan oleh Petugas Kepesertaan
:
Koreksi b. Perubahan juga dapat dilakukan langsung oleh PIC
PK/BU melalui sistem/kanal BPJS
Ketenagakerjaan
• PT ABC karena perkembangan usaha berubah
menjadi PT ABC Sejahtera, maka perubahan harus
dilakukan oleh Petugas Kepesertaan dan kemudian
dilakukan pencetakan ulang Sertifikat
• PT Fajar Utama yang sebelum bergerak di bidang
usaha pabrik dan reparasi mesin-mesin listrik (rate
Contoh : JKK 0,89%) berubah jenis usaha menjadi jenis
usaha pembikinan dan reparasi kapal dari baja (rate
JKK 1,27%), maka dilakukan perubahan Petugas
Kepesertaan.
• PT XYZ pindah alamat dari Jl. Mangga No. 16 ke
Jalan Rambutan No. 100, maka perubahan
dilakukan oleh Petugas Kepesertaan
• Petugas Kepesertaan
• Kabid Kepesertaan
Kewenangan :
• PIC PK/BU
• Petugas yang ditunjuk
- 116 -

2. Perubahan Non Aktif PK/BU


• Kesalahan penonaktifan PK/BU baik untuk BLTH
NA dan elemen terkait lainnya.
Kondisi :
• Buka Kode NA karena ada sisa IBR yang belum
selesai dilakukan posting
• Dokumen yang valid tentang adanya kesalahan
Syarat &
: proses Non Aktif
Dokumen
• Bukti sisa IBR yang tercatat pada sistem aplikasi.
• Koreksi BLTH NA dan elemen lainnya dilakukan
sesuai dengan dokumen dan bukti.
• Dalam hal buka kode NA karena ada sisa IBR, maka
Kebijakan
: setelah Posting Iuran langsung dilakukan
Koreksi
penonaktifan kembali.
• Koreksi dapat dilakukan baik untuk level NPP
maupun Divisi
• PT ABC telah dilakukan NA pada Januari 2015 dan
ternyata seharusnya bulan Februari 2015
• PT XYZ telah non aktif bulan Januari 2014, namun
Contoh : masih mempunyai sisa IBR Rp 3.400.000, maka
dilakukan pembukaan kode non aktif dan dilakukan
non aktif kembali oleh Petugas Kepesertaan setelah
Posting Iuran sisa IBR selesai.
• Petugas TI Kantor Daerah dengan persetujuan
berdasarkan surat pengajuan/agenda permintaan
Kewenangan :
dari Bidang Kepesertaan.
• Petugas yang ditunjuk

B. KOREKSI DATA PENERIMAAN IURAN

1. Keterlambatan Posting Iuran Pertama


PK/BU telah membayar Iuran pertama, namun
Kondisi : terlambat dilakukan posting, sehingga melewati bulan
tanggal pembayaran Iuran pertama.
Bukti penerimaan Iuran pertama lunas sesuai tanggal
Syarat &
: bayar yang tercatat pada sistem aplikasi atau bukti
Dokumen
transaksi yang sah.
Iuran dilakukan posting dengan bulan tahun
Kebijakan
: kepesertaan sesuai dengan bulan pembayaran Iuran
Koreksi
pertama sudah lunas.
• PT A mendaftar di bulan Januari 2015 dan Iuran
pertama dibayarkan 20 Januari 2015. Iuran belum
Contoh : dilakukan posting sampai dengan akhir bulan
Januari 2015, dan baru akan dilakukan posting
pada bulan ≥ Februari 2015
- 117 -

• Koreksi: PT A dilakukan Posting Iuran pertama


dengan bulan kepesertaan Januari 2015

Kewenangan : Petugas Kepesertaan/Kabid Kepesertaan

2. Koreksi Tanggal Kepesertaan bagi peserta Non ASN


PK/BU telah memiliki komitmen awal kepesertaan
namun belum membayar Iuran pertama karena
kebijakan pencairan anggaran (APBN/APBD) atau
Kondisi :
alasan lain yang dapat dipertanggungjawabkan,
sehingga melewati batas bulan tanggal pembayaran
Iuran pertama.
• Dokumen penetetapan dalam APBN/D atau
Perjanjian Kerja Sama atau dokumen lainnya yang
Syarat &
: mencantumkan komitmen awal pendaftaran
Dokumen
kepesertaan
• Dokumen lain yang dapat dipertanggungjawabkan,
Kepesertaan awal disesuaikan dengan komitmen
Kebijakan
: sebagaimana tercantum pada dokumen yang di
Koreksi
persyaratkan
Kepesertaan Non ASN pada Pemda A berkomitmen
akan mendaftarkan kepesertaan sejak Januari 2022
dan pencairan anggaran untuk pembayaran iuran
Contoh :
baru dapat dilakukan April 2022, maka posting iuran
pertama dilakukan bulan April 2022 sedangkan
kepesertaan awal berlaku sejak Januari 2022
Petugas Kepesertaan/Kabid Kepesertaan dengan
Kewenangan :
persetujuan Kakacab

3. Koreksi Tanggal Awal Kepesertaan dan/atau Tanggal Pembayaran Iuran


PK/BU
PK/BU telah membayar iuran namun terkendala pada
Kondisi :
sistem perbankan yang bekerjasama

Syarat & Bukti pembayaran, bukti transfer, atau bukti lainnya


:
Dokumen yang relevan

Kepesertaan awal dan tanggal bayar disesuaikan


Kebijakan
: dengan tanggal pembayaran sebagaimana tercantum
Koreksi
pada dokumen yang di persyaratkan
PT XYZ melakukan mendaftarkan dan membayarkan
iuran secara lunas pada tanggal 31 Januari 2022,
namun karena kendala pada sistem bank
Contoh : mengakibatkan transaksi iuran tertunda sampai
bulan berikutnya
Koreksi : BLTH awal kepesertaan dan tanggal
pembayaran disesuaikan dengan kebijakan koreksi.
- 118 -

• Pengajuan: Kabid Kepesertaan


Kewenangan :
• Persetujuan: Kepala Kantor Cabang

4. Pengembalian Iuran Kepada PK/BU


• Penyetoran uang oleh PK/BU yang salah masuk ke
rekening bank milik BPJS Ketenagakerjaan
• Adanya permintaan pengembalian atas kelebihan
Iuran karena PK/BU tidak bersedia untuk
dilakukan kompensasi kepada penerimaan Iuran
bulan berikutnya
Kondisi : • Penyetoran Iuran milik BPJS Kesehatan (JKN) yang
salah disetorkan ke BPJS Ketenagakerjaan dan
PK/BU tidak bersedia untuk mengkompensasi uang
tersebut kepada penerimaan Iuran BPJS
Ketenagakerjaan
• Pengembalian iuran Jakons karena addendum atau
kesalahan penyetoran oleh Penyedia Jakons
Proses pengembalian Iuran agar dilakukan secara
sangat hati-hati yang didukung dengan dokumen:
a. Surat permintaan dari PK/BU yang menjelaskan
alasan pengembalian Iuran.
Syarat &
: b. Bukti pembayaran/setoran bank atas transaksi
Dokumen
yang akan dikembalikan tersebut
c. Berita Acara Pengembalian Iuran yang
ditandatangani oleh Kabid Kepesertaan dan Kabid
Keuangan yang disetujui oleh Kakacab
Koreksi dapat dilakukan jika Iuran belum dilakukan
Kebijakan
: posting. Jika telah posting, maka dilakukan proses
Koreksi
koreksi Posting Iuran terlebih dahulu.

Kelebihan pembayaran Iuran yang dilakukan oleh PT


Contoh : ABC dan tidak bersedia dikompensasi, sehingga perlu
dilakukan pengembalian Iuran

• Pengajuan: Kabid Kepesertaan


• Persetujuan dan verifikasi dokumen pendukung:
Kabid Keuangan
Kewenangan : • Persetujuan: Kepala Kantor Cabang
Catatan: proses ini dituangkan dalam Berita Acara
Pengembalian Iuran seperti diatur dalam Syarat &
Dokumen

5. Koreksi Penerimaan Iuran (Split Iuran atau Iuran Salah NPP)


• Split Iuran : PK/BU yang masih pembayaran Iuran
dari beberapa NPP yang digabung dalam 1 (satu)
Kondisi :
pembayaran Iuran, sehingga perlu koreksi dari 1
NPP kepada >1 NPP (one to many)
- 119 -

• Iuran Salah NPP : Pembayaran milik “NPP A” salah


disetor ke “NPP X”, sehingga perlu dilakukan koreksi
dari “NPP A” ke “NPP X” (one to one)

Proses pengembalian Iuran agar dilakukan secara


sangat hati-hati yang didukung dengan dokumen:
a. Surat permintaan dari PK/BU yang menjelaskan
alasan pengembalian Iuran.
Syarat &
: b. Bukti pembayaran/setoran bank atas transaksi
Dokumen
yang salah entry tersebut
c. Berita Acara Pengembalian Iuran yang
ditandatangani oleh Kabid Kepesertaan dan Kabid
Keuangan yang disetujui oleh Kakacab
• Koreksi dapat dilakukan jika Iuran belum dilakukan
posting. Jika telah posting, maka dilakukan proses
koreksi Posting Iuran terlebih dahulu.
• Dalam hal koreksi belum dapat dilakukan oleh
Kebijakan
: Kacab/KCP, maka koreksi dilakukan oleh Deputi
Koreksi
Direktur Bidang Keuangan Kantor Pusat atau dapat
ditetapkan lain sesuai dengan ketentuan yang
ditetapkan oleh Deputi Direktur Bidang di
Direktorat Keuangan.
PT ABC sebagai PK/BU induk memiliki beberapa
NPP/Divisi pada saat melakukan pembayaran Iuran,
PT ABC melakukan pembayaran untuk seluruh
Contoh : NPP/Divisi dengan menggunakan satu kode VA,
sehingga Iuran tersebut hanya tercatat pada PK/BU A
tersebut dan perlu dilakukan koreksi berupa spilt
Iuran.
• Pengajuan: Kabid Kepesertaan
• Persetujuan dan verifikasi dokumen pendukung:
Kabid Keuangan
Kewenangan : • Persetujuan: Kepala Kantor Cabang
Catatan: proses ini dituangkan dalam Berita Acara
Pengembalian Iuran seperti diatur dalam Syarat &
Dokumen

6. Koreksi Posting Iuran di Bulan Sama oleh Petugas Kepesertaan


Fitur digunakan saat tanggal koreksi posting masih di
bulan yang sama dengan tanggal posting. Koreksi
dilakukan karena :
a. Kesalahan entry nomor VA/EPS oleh perbankan
Kondisi :
maupun salah setor oleh PK/BU, sehingga Iuran
tersebut salah masuk pada NPP yang lain
b. Kesalahan pelaporan data kepesertaan yang
bersifat masif dan massal, sehingga sangat sulit
- 120 -

apabila harus dilakukan koreksi satu per satu


Tenaga Kerja (TK).
c. Kondisi lain yang dapat dipertanggungjawabkan
dan apabila tidak dikoreksi dapat mengganggu
pelayanan dan atau reputasi BPJS
Ketenagakerjaan
Syarat & Surat atau dokumen yang dapat dipertanggung
:
Dokumen jawabkan.
Petugas Kepesertaan selaku pembina segera
Kebijakan
: melakukan koreksi sebelum melewati bulan yang
Koreksi
sama dengan tanggal proses posting.

Iuran bulan Januari 2019 milik PT ABC dilakukan


posting pada tanggal 25 Maret 2019. Pada tanggal 27
Maret 2019 ditemukan kesalahan sesuai kondisi yang
Contoh :
dijelaskan di atas. Petugas Kepesertaan segera
melakukan koreksi posting di bulan yang sama (Maret
2019)
Kewenangan : Petugas Kepesertaan sesuai binaan

7. Koreksi Posting Iuran di Bulan yang Berbeda oleh Kantor Wilayah


Fitur digunakan saat tanggal koreksi posting masih di
bulan yang sama dengan tanggal posting. Koreksi
dilakukan karena :
a. Kesalahan entry nomor VA/EPS oleh perbankan
maupun salah setor oleh PK/BU, sehingga Iuran
tersebut salah masuk pada NPP yang lain
b. Kesalahan pelaporan data kepesertaan yang
Kondisi :
bersifat masif dan massal, sehingga sangat sulit
apabila harus dilakukan koreksi satu per satu
Tenaga Kerja (TK).
c. Kondisi lain yang dapat dipertanggungjawabkan
dan apabila tidak dikoreksi dapat mengganggu
pelayanan dan atau reputasi BPJS
Ketenagakerjaan
a. Surat permintaan dari PK/BU atau surat
pernyataan dari Petugas Kepesertaan yang
menjelaskan alasan kesalahan penyetoran Iuran
atau nomor VA/EPS atau alasan kesalahan
Syarat & pelaporan data.
:
Dokumen b. Bukti pembayaran/setoran bank atas transaksi
Iuran yang telah di setorkan tersebut.
c. Berita Acara Koreksi Posting Iuran yang
ditandatangani oleh Kabid Kepesertaan dan
disetujui oleh Kakacab
- 121 -

• Proses koreksi agar dilakukan secara sangat hati-


hati dan harus didukung dengan dokumen yang
valid
• Proses koreksi Posting Iuran dilakukan di Kanwil dan
menjadikan posisi Iuran tersebut menjadi IBR dan
merubah peruntukan Iurannya kepada PK/BU yang
Kebijakan
: seharusnya memiliki Iuran tersebut.
Koreksi
• Koreksi Posting Iuran hanya boleh digunakan
kesalahan Iuran/posting yang bersifat massal dan
tidak diperkenankan untuk melakukan koreksi
Upah untuk beberapa TK (tidak massal). Untuk yang
beberapa TK menggunakan mekanisme Koreksi
Upah.
• Pihak PK/BU melakukan kesalahan pelaporan data
Upah TK secara massal dan telah dilakukan proses
posting oleh Petugas Kepesertaan pada PK/BU
tersebut, maka kondisi ini dapat memungkinkan
Contoh : untuk dilakukan proses koreksi Posting Iuran
• Pihak teller salah melakukan proses entry nomor VA
atau EPS sehingga Iuran tersebut masuk bukan ke
PK/BU yang seharusnya dan telah dilakukan proses
posting oleh Petugas Kepesertaan
Role Petugas TI Kantor Daerah dengan persetujuan
Kewenangan : berdasarkan surat pengajuan/agenda permintaan dari
Kacab/KCP.

C. KOREKSI DATA TENAGA KERJA

1. Elemen Data Tenaga Kerja


Terdapat elemen data TK yang perlu dilakukan
pemutakhiran dan koreksi karena adanya informasi
Kondisi :
baru, kesalahan entry, dan atau kesalahan pelaporan
oleh PK/BU

• Dokumen perubahan dari PK/BU


Syarat & • Bukti lain yang dapat dipertanggungjawabkan atas
:
Dokumen kesalahan input data atau kesalahan pelaporan dari
PK/BU dan Tenaga Kerja bersangkutan
• Koreksi dilakukan dalam 4 kategori, yaitu:
a. Perubahan elemen data TK aktif berupa Nama,
NIK, NPWP, detil informasi TK, susunan
Kebijakan
: keluarga/ahli waris dilakukan oleh Petugas
Koreksi
Kepesertaan
b. Perubahan elemen data TK Non-aktif berupa
Nama, NIK, NPWP detail informasi TK, susunan
- 122 -

keluarga/ahli waris dilakukan oleh Petugas


Kepesertaan atau Petugas Pelayanan
c. Perubahan elemen data TK Aktif dan Non-aktif
berupa Nama, NIK, NPWP, detail informasi TK,
susunan keluarga/ahli waris dilakukan secara
mandiri oleh TK melalui sistem aplikasi BPJS
Ketenagakerjaan.
d. Melengkapi identitas detil TK yang kosong

• Koreksi data TK dilakukan dengan ketentuan:


a. Kesamaan data memenuhi atau melebihi ambang
batas yang ditetapkan; dan
b. Dalam hal kesamaan data kurang dari ambang
batas yang ditetapkan, maka perubahan data
dapat dilakukan setelah mendapatkan
persetujuan Kepala Bidang dan Kepala Kantor
Cabang.
• TK Aktif yang tidak dapat menggunakan aplikasi
BPJS Ketenagakerjaan dikarenakan NIK tidak valid,
dilakukan perubahan data NIK yang valid oleh
Petugas Kepesertaan sehingga dapat mendaftarkan
akunnya untuk selanjutnya melakukan perubahan
data lainnya secara mandiri melalui aplikasi yang
disediakan oleh BPJS Ketenagakerjaan.
Contoh : • TK Non Aktif pada saat klaim dikarenakan adanya
ketidaksesuaian data antara sistem dan dokumen
pengajuan yang diantaranya nama, tanggal lahir,
susunan keluarga/ ahli waris berdasarkan
dokumen yang valid maka Petugas Kepesertaan,
CSO, Petugas TI Kantor daerah, Kabid Kepesertaan
dan Kabid Pelayanan dapat melakukan perubahan
data sehingga proses klaim dapat dilakukan.
• Petugas Kepesertaan atau Petugas Pelayanan atau
Petugas TI
Kewenangan : • Dalam kondisi tertentu dapat ditetapkan melalui
persetujuan Kabid Kepesertaan atau Kabid
Pelayanan dan Kepala Kantor Cabang.

2. Koreksi Upah
• Terjadi kesalahan input/pelaporan data Upah dan
dan sudah dilakukan posting.
• Terjadi kesalahan pelaporan non aktif atau data TK
• Kondisi : lainnya oleh PK/BU.
• Upah yang tertukar antara satu TK dengan TK
lainnya yang biasanya dikarenakan adanya TK
dengan nama yang sama.
- 123 -

• Kondisi lain yang dapat dipertanggungjawabkan dan


apabila tidak dikoreksi dapat mengganggu
pelayanan dan atau reputasi BPJS Ketenagakerjaan
• Kondisi tersebut dapat terjadi pada saat TK
mengajukan klaim atau bukan karena pengajuan
klaim
• Koreksi Upah bukan karena TK mengajukan klaim:
a. Surat permintaan yang ditandatangani oleh
Pimpinan PK/BU yang menjelaskan alasan
kesalahan data Upah maupun TK.
b. Jika dalam proses Koreksi Upah terdapat
kekurangan Iuran maka PK/BU membayarkan
kekurangan Iuran tersebut terlebih dahulu atau
dikompensasikan dari saldo IBR
c. Surat permintaan Koreksi Upah dari Kacab/KCP
yang ditandatangani oleh Petugas Kepesertaan,
Kabid Kepesertaan dan Kabid Keuangan yang
Syarat &
: disetujui oleh Kakacab.
Dokumen
d. Permohonan Koreksi Upah dari Kacab/KCP ke
Kanwil
e. Bukti lain yang relevan dan dapat
dipertanggungjawabkan
• Untuk percepatan pelayanan, koreksi tersebut dapat
ditetapkan kebijakan yaitu dapat dilakukan oleh
Petugas TI Kantor Daerah sesuai dengan kebijakan
dan role yang diberikan sesuai persyaratan yang
ditetapkan (tanpa persayatan di huruf d)
• Koreksi Upah karena TK mengajukan klaim
ditetapkan dalam Juknis Jaminan
• Proses koreksi agar dilakukan secara sangat hati-
hati dan harus didukung dengan dokumen yang
valid.
Kebijakan • Proses Koreksi Upah dilakukan di Kanwil/Kacab
:
Koreksi dan merubah peruntukan Iurannya sesuai dengan
data yang valid.
• Koreksi Upah karena TK mengajukan klaim dapat
ditetapkan dalam Juknis Jaminan
• PT XYZ seharusnya menonaktifkan TK A pada bulan
10-2015 namun yang dilaporkan adalah TK B maka
proses adjusment Upah adalah mengaktifkan TK B
dengan mengisi Upah dan saldo JHT nya, serta
Contoh : menonaktifkan TK A dengan menghapus Upah dan
mengkoreksi saldo JHT nya
• PT ABC melaporkan Non-aktif TK A pada BLTH 09-
2015 yang seharusnya TK tersebut NA pada BLTH
10-2015 maka proses adjusment Upah yang
- 124 -

dilakukan adalah mengkoreksi BLTH NA nya dan


saldo JHT.
• Terjadi kekeliruan dalam melakukan entry data
Upah pada TK A dan TK B maka proses adjusmnet
Upah yang dilakukan adalah dengan menukarkan
Upahnya dan mengkoreksi saldo JHT nya
• Dalam hal PK/BU mengikuti program JP maka
koreksi juga dilakukan pada nilai Iuran JP nya
Petugas Kepesertaan atau Petugas Pelayanan atau
Kewenangan :
Petugas TI

3. Koreksi Kode TK
Nomor Kartu Peserta yang sama digunakan oleh 2
orang atau lebih yang disebabkan:
a. Kesalahan input data Kartu Peserta dan NIK yang
berasal dari perekaman TK baru sudah punya Kartu
Peserta baik karena salah entri pembina maupun
Kondisi :
kesalahan pelaporan oleh PK/BU atau atau data
lama (offline) yang belum akurat.
b. Kondisi lain yang dapat dipertanggungjawabkan
dan apabila tidak dikoreksi dapat mengganggu
pelayanan dan atau reputasi BPJS Ketenagakerjaan
• Surat pernyataan dari Tenaga Kerja yang
menerangkan bahwa TK yang bersangkutan tidak
pernah bekerja di PK/BU seperti tercatat pada report
Syarat &
: aplikasi BPJS Ketenagakerjaan; atau
Dokumen
• Berita Acara Koreksi yang ditandatangani oleh
Petugas Kepesertaan dan disetujui oleh Kabid
Kepesertaan dan Kakacab.
• Proses koreksi agar dilakukan secara sangat hati-
Kebijakan
: hati dan didukung dengan dokumen yang valid.
Koreksi
• Koreksi dilakukan melalui role Kacab Kepesertaan
• TK an. Anton mempunyai Kartu yang sama dengan
TK an. Singgih yaitu Kartu Peserta Nomor:
12345667.
Contoh :
• Proses koreksi dilakukan dengan memisahkan atau
memberikan kode TK (pisah suffix) yang berbeda
antara Sdr. Anton dengan Singgih.
Kewenangan : Petugas TI Kantor Daerah atau Petugas yang ditunjuk

4. Koreksi saldo JHT dan JP


• Adanya pelaporan akibat saldo yang tidak sesuai.
• Saldo JHT/JP tidak sesuai dikarenakan proses
amalgamasi yang salah atau data lama (offline) yang
Kondisi :
belum akurat.
• Saldo TK tergabung dikarenakan perekaman TK
yang sudah punya Kartu Peserta
- 125 -

• Surat keterangan/pernyataan dari Peserta/PK/BU;


atau
Syarat &
: • Berita Acara Koreksi Saldo JHT/JP yang
Dokumen
ditandatangani oleh Petugas Kepesertaan, Kabid
Kepesertaan yang disetujui oleh Kakacab
• Proses koreksi agar dilakukan secara sangat hati-
hati dan didukung dengan dokumen yang valid
Kebijakan • Untuk meningkatkan sistem pengendalian dan
:
Koreksi pemisahan fungsi, proses koreksi saldo harus oleh
fungsi yang berbeda dari fungsi kepesertaan yaitu
oleh Petugas TI
Saldo JHT TK an. Budi Imran tercatat sebesar Rp.
Contoh :
5.640.000, padahal seharusnya adalah Rp. 4.640.000.
Petugas Kepesertaan atau Petugas Pelayanan atau
Kewenangan :
Petugas TI

5. Rollback karena Pemadanan NIK


• Adanya kesalahan pemadanan data, sehingga data
pada aplikasi berubah menjadi milik orang yang
berbeda/tidak berhak baik dalam rangka pembayaran
klaim maupun bukan klaim.
• Dalam hal pelaksanaan klaim, maka Bidang
Pelayanan melakukan verifikasi sesuai dengan Juknis
Jaminan, dengan membandingkan antara data
sebelum dan sesudah pemadanan, untuk kemudian:
1) Memastikan apakah TK yang mengajukan klaim
tersebut adalah orang yang berhak dan dengan KTP
Kondisi :
yang valid.
2) Apabila terjadi perubahan elemen data seperti
penyingkatan kharakter nama, perubahan tgl
lahir/nama ibu kandung/alamat, dan lain-lain,
proses klaim dapat dilanjutkan dengan syarat telah
dipastikan bahwa TK yang mengajukan klaim
tersebut adalah orang yang sama/ berhak. Dalam
hal ini tidak diperlukan roll back pemadanan,
namun cukup dengan surat
keterangan/pernyataan dari peserta/ PK/BU.
Identitas tenaga kerja seperti KTP-EL atau Kartu
Syarat & Keluarga atau surat keterangan lainnya yang
:
Dokumen menunjukkan bahwa data pada aplikasi berubah
menjadi milik orang yang berbeda/tidak berhak
Proses rollback agar dilakukan secara sangat hati-hati
Kebijakan dan harus didukung dengan dokumen yang valid dan
:
Koreksi hanya untuk kondisi, dimana data pada aplikasi
berubah menjadi milik orang yang berbeda/tidak berhak
- 126 -

Kartu Peserta Nomor XXXXXX12 milik TK an. Budi


Contoh : Santoso dengan NIK 123456789 ternyata berubah milik
TK an. Irwan Santoso
Petugas Kepesertaan atau Petugas Pelayanan atau
Kewenangan :
Petugas TI

6. Perubahan Program Kepesertaan TK


• TK dalam PK/BU tidak terdaftar sesuai dengan
kepesertaan program yang diikuti oleh PK/BU
tersebut kecuali atas TK yang tidak memenuhi
Kondisi : persyaratan sesuai ketentuan.
• Perubahan jenis program baik untuk PK/BU maupun
TK, sehingga tidak sesuai dengan kondisi yang
sebenarnya.
Syarat & Pelaporan oleh PK/BU kepesertaan program yang diikuti
:
Dokumen oleh PK/BU tersebut; atau pelaporan oleh pembina
Seluruh TK dalam PK/BU wajib terdaftar sesuai dengan
kepesertaan program yang diikuti oleh PK/BU tersebut,
kecuali untuk TK lama sebelum berlakunya aplikasi
Ketentuan : SIJSTK.
TK asing bukan sebagai peserta program JP atau
TK dengan umur tertentu yang tidak memenuhi
persyaratan untuk mengikuti suatu program

Misalnya TK “A” sebelum mengikuti 4 Program, namun


Contoh :
karena sebab tertentu berubah menjadi 2 program
Kewenangan : Petugas Kepesertaan sesuai binaan

D. KOREKSI DATA PIUTANG DAN DENDA


Koreksi data piutang dan denda Iuran ditetapkan dalam Peraturan Direksi
yang terkait sistem penagihan piutang.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 28 Juli 2022

BPJS KETENAGAKERJAAN
DIREKSI,

ttd

ANGGORO EKO CAHYO


DIREKTUR UTAMA

Anda mungkin juga menyukai