Anda di halaman 1dari 15

Refleksi Kasus

“ASI Tidak Eksklusif Pada Bayi Dengan Diare Cair


Akut Dehidrasi Ringan-Sedang dan
Bronkopneumonia”
Disusun untuk Memenuhi Sebagian Syarat dalam Mengikuti Ujian Profesi Dokter Bagian
Ilmu Kesehatan Anak
RSUD dr. Soediran Mangun Sumarso

Disusun Oleh:
Muhammad Wathoni Ikhlas
18712061

Pembimbing:
dr. Khairunisa Wardani, M. Sc, Sp. A

RSUD DR. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO KAB. WONOGIRI


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2019
FORM REFLEKSI KASUS
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
___________________________________________________________________________
______________
Nama Dokter Muda : Muhammad Wathoni Ikhlas
NIM : 18712061
Stase : Ilmu Kesehatan Anak

Identitas Pasien
Nama / Inisial : By. N
Nama Ibu : Ny. S
Alamat : Dadapan RT 05/RW 06, Sukoharjo, Tirtomoyo, Wonogiri
No RM : 673***
Umur : 4 bulan, 4 hari (13 Mei 2019)
Diagnosis/kasus : Diare Cair Akut dengan dehidrasi ringan-sedang, Bronkopneumonia
Jenis Refleksi :
a. Keislaman
b. Sosioekonomi
Form Uraian
1. Resume kasus yang diambil
1. Anamnesis
 Keluhan Utama
Demam
 Riwayat Penyakit Sekarang
Seorang pasien bayi dibawa ibunya datang ke IGD dengan keluhan
demam. Keluhan demam sudah sejak minggu pagi (1 hari SMRS). Demam
mendadak tinggi, terus menerus. Batuk dan pilek (+) sejak 1 minggu SMRS, batuk
seperti ada dahak namun tidak bisa dikeluarkan. Diare (+) 1 hari SMRS, 4 kali,
ampas (+), lendir (-), darah (-), warna kehijauan. Kejang (-), muntah (+) 1 kali
warna putih, gumoh (-), sesak (-). Sudah ganti pampers 2 kali hari ini. Masih mau
minum, minum lahap, menyedot kuat. Tidak rewel, menangis (+), gerak aktif.
 Riwayat Penyakit Dahulu

Nafas nggrok-nggrok sejak baru lahir, bayi terkadang batuk namun tidak
sering, belum pernah demam tinggi seperti sekarang.
 Riwayat Penyakit Keluarga

Riwayat Diabetes mellitus : Tidak ada

Riwayat Hipertensi : Tidak ada

Riwayat Penyakit Jantung : Tidak ada

Riwayat Asma : Tidak ada

Riwayat Keganasan : Tidak ada

Riwayat Alergi : Tidak ada

 Riwayat Kelahiran
1. Prenatal
Lahir dari Ibu G3P2A0, 28 tahun, UK 38 minggu, riwayat kesehatan
Ibu selama kehamilan baik, tanpa adanya penyulit semasa kehamilan,
Hipertensi (-), DM (-), Hiperemesis Gravidarum (-), kontrol kehamilan
rutin di bidan dan dokter.
2. Natal
Lahir Spontan, segera menangis, di bidan. BBL : 3200 gram, PB : 49
cm.
3. Post Natal
Bayi sehat, mau minum, menghisap kuat, bergerak aktif, tidak ada
kesusahan bernafas, namun nafas terkesan nggrok-nggrok.
 Riwayat Tumbuh Kembang
1. Riwayat Tumbuh
Orang tua pasien tidak pernah memerhatikan pertumbuhan pasien
secara statistik (Buku KIA).
2. Riwayat Perkembangan
2.1. Motorik Kasar : Tengkurap usia 3 bulan
2.2. Motorik Halus : -
2.3. Bahasa : Mama, maem usia 4 bulan
2.4. Sosial : Tersenyum
 Riwayat Pemberian Makan
Bayi mendapatkan ASI sejak lahir sampai usia 3 bulan. Bayi biasanya
minum dengan lahap dan kuat, tiap 2-3 jam sekali. Namun 2 minggu yang
lalu (9/9/2019), orang tua pasien memberikan susu kambing Etawa. Susu
tersebut diberikan kurang lebih 50 cc per hari. Pemberian susu tambahan
ini disarankan dari bidan setempat. Bidan yang dulu membantu persalinan.
Hal ini dikarenakan masa cuti orang tua bayi telah habis sehingga Ibu takut
tidak memiliki waktu untuk memberi ASI. Ditambah, di sekolah tempat
Ibu bekerja tidak terdapat pojok ASI/ruang menyusui. Sejak di rumah
sakit, pemberian susu etawa dihentikan.
 Riwayat Imunisasi
Imunisasi sesuai yang ada di Buku KIA.
 Riwayat Sosial dan Lingkungan
Anak tinggal dirumah diasuh oleh Ibu sendiri. Anak diasuh oleh Ibu penuh
sampai usia 3 bulan. Setelah itu pasien diasuh setengah hari oleh bibinya.
Hal ini dikarenakan masa cuti telah habis. Ibu pasien adalah seorang Guru
SD. Jarak antara rumah dan sekolah sekitar 3 Km. Ayah pasien bekerja di
Jakarta. Keadaan tempat tinggal baik, ventilasi cukup, jauh dari Jalan
Besar. Keluarga tidak memelihara binatang dirumah.
 Riwayat Kebiasaan
Biasanya anak tidur dengan cukup, namun semenjak sakit batuk-batuk
yang semakin sering, pasien sulit tidur dan rewel. Batuk-batuk yang
semakin parah ini, setelah seminggu konsumsi susu kambing etawa.
2. Pemeriksaan Fisik dan Penunjang
KU : Lemah, Compos Mentis
Frekuensi jantung : 122x/menit, regular
Frekuensi nafas : 29x/menit, teratur
Suhu : 39,5oC
BB: 6.9 kg TB : 64 cm
Kepala : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), bitot spot (-), UUB
dalam batas normal, sianosis (-), nafas cuping hidung (-), rambut hitam, mata
cowong (+), air mata (+), mukosa mulut tidak kering.
Thoraks :
Inspeksi : Retraksi (-), Ketinggalan gerak (-), iga gambang (-)
Auskultasi : Suara nafas bronkial (+/+), Ronki (+/+), BJ I-II regular
Abdomen :
Inspeksi : Supel, distensi (-), umbilicus dbn, massa (-)
Auskultasi : BU (+) 14x/menit
Palpasi : Turgor kulit baik, massa (-).
Genital : Fimosis (-), edem preputium (-), eritem preputium (-)
Ekstermitas : Hangat, CRT < 2 detik, ADP teraba kuat regular

Laboratorium saat masuk


Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan
Hemoglobin 10.5 g/dl 14-18 g/dl
Eritrosit 3.96 juta/µl 4.6-6.2 juta/µl
Hematokrit 30,1 % 40-54 %
MCV 75,8 fl 80-97 fl
MCH 26.5 fl 26-32 fl
MCHC 34,9 pg 31-36 pg
Leukosit 16,5 ribu/µl 4.1-10.9 ribu/µl
Trombosit 390 ribu/µl 140-440 ribu/µl
Goldar ABO B
RDW-CV 12.4 11.5-14.5
MPV 7.6 0.1-14
Eusinofil 1 1-3
Basofil 0 0-1
Neutrofil 44 38-69
Limfosit 48 22-40
3. Tatalaksana
1. Oralit 525cc dalam 3 jam (3 Sacch)
2. Zink syrup 10mg/5mL, 1 dd 1 cth
3. Paracetamol pulv 70 mg, 4 dd pulv 1
4. Salbutamol syrup 2mg/5mL, 3 dd 1/3 cth
5. Ferriz syrup, 1 dd ½ cth
6. Ampicillin syrup, 4 dd ¾ cth
4. Edukasi
 Lanjutkan pemberian ASI pada bayi
 Cuci tangan terlebih dahulu sebelum menyusui
 Jika tidak bisa memberi susu saat bekerja, susu bisa dipompa dan disimpan
di lemari es.
 Mulai menabung ASI sejak 1 bulan sebelum kerja.
 Hentikan pemberian susu kambing etawa
 Jauhkan bayi dari paparan asap (rokok, asap kendaraan, asap kompor atau
kayu bakar) dan agen infeksi (orang yang batuk-batuk atau sedang sakit,
hewan, benda-benda yang tidak bersih)

2. Latar belakang /alasan ketertarikan pemilihan kasus


ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja kepada bayi berumur 0 – 6 bulan
tanpa memberikan makanan atau minuman lain seperti susu formula, jeruk, madu,
air teh, air putih, dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang, pepaya, bubuk
susu, biscuit, bubur nasi dan tim. Menurut ahli kesehatan, bayi pada usia tersebut
sudah terpenuhi gizinya hanya dengan ASI saja. Manfaat ASI eksklusif yaitu agar
bayi kebal terhadap beragam penyakit pada usia selanjutnya. Vitamin maupun
obat, dalam bentuk tetes atau sirup tidak termasuk makanan tambahan (Depkes,
2007).
ASI memiliki nutrisi yang berperan penting dalam pertumbuhan dan
perkembangan bayi. Hal ini membuat beberapa organisasi seperti (World Health
Organization) WHO, UNICEF, dan (World Health Assembly) WHA
merekomendasikan pemberian ASI saja selama 6 bulan. Departemen kesehatan
dunia juga menargetkan cakupan pemberian ASI eksklusif sebesar 80% (Hubertin,
2004).
 Komposisi ASI
ASI mengandung sebagian besar air sebanyak 87,5%, oleh karena itu bayi
yang mendapat cukup ASI tidak perlu mendapat tambahan air walaupun berada
ditempat yang suhu udara panas. Kekentalan ASI sesuai dengan saluran cerna
bayi, sedangkan susu formula lebih kental dibandingkan ASI. Hal tersebut yang
dapat menyebabkan terjadinya diare pada bayi yang mendapat susu formula
(Hubertin, 2004 ).
Di dalam ASI terdapat laktosa, laktosa ini merupakan karbohidrat utama
dalam ASI yang berfungsi sebagai salah satu sumber untuk otak. Kadar laktosa
yang terdapat dalam ASI hampir dua kali lipat dibanding laktosa yang ditemukan
pada susu formula (Badriul, 2008).
ASI juga mengandung protein. Protein dalam ASI dan susu formula terdiri
dari protein whey dan casein. Protein dalam ASI lebih banyak terdiri dari protein
whey yang lebih mudah diserap oleh usus bayi, sedangkan susu formula lebih
banyak mengandung protein casein yang lebih sulit dicerna oleh usus bayi.
ASI juga mengandung lemak, kadar lemak dalam ASI pada mulanya
rendah kemudian meningkat jumlahnya. Lemak ASI berubah kadarnya setiap kali
diisap oleh bayi yang terjadi secara otomatis. Dalam bentuk Omega 3, Omega 6,
DHA (Docoso Hexsaconic Acid) dan Acachidonid acid merupakan komponen
penting untuk meilinasi bayi (Hubertin, 2004).
ASI mengandung mineral, vitamin K, vitamin A, vitamin D, vitamin E,
dan vitamin yang larut dalam air. Hampir semua vitamin larut dalam air seperti
vitamin B, asam folat, vitamin C terdapat dalam ASI (Badriul, 2008).
 Tipe ASI
Komposisi ASI berbeda-beda sesuai dengan stadium laktasi, waktu, nutrisi
ibu, dan masa gestasi janin saat lahir. Berdasarkan faktor yang telah disebutkan,
ASI dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kolostrum, ASI transisi, dan ASI matang.
1. Kolostrum
Susu pertama yang keluar berbentuk cairan kekuning-kuningan yang lebih
kental dari ASI matang yang kaya akan zat anti infeksi dan berprotein
tinggi, merupakan cairan yang pertama kali disekresi oleh kelenjar
payudara, mengandung tissue debris dan residual material yang terdapat
dalam alveoli dan duktus dari kelenjar payudara sebelum dan setelah masa
puerperium. Kolostrum lebih banyak mengandung protein dibanding
dengan ASI yang matur. Pada kolostrum protein yang utama adalah
globulin (Roesli, 2004). Kolostrum memiliki manfaat yaitu mengandung
zat kekebalan terutama IgA untuk melindungi bayi dari berbagai penyakit
infeksi khususnya diare dan untuk membersihkan saluran pencernaan
terutama dari mekoneum. Kolostrum mengandung protein, vitamin A yang
tinggi, karbohidrat, dan lemak rendah. Sehingga sesuai dengan kebutuhan
zat gizi bayi pada hari – hari pertama setelah kelahiran. Produksi kolostrum
dimulai sejak masa kehamilan sampai beberapa hari setelah kelahiran.
Namun, pada umumnya kolostrum digantikan oleh ASI transisi dalam dua
sampai empat hari setelah kelahiran bayi (Brown, 2005).
2. ASI transisi
Diproduksi mulai dari berhentinya produksi kolostrum sampai kurang lebih
dua minggu setelah melahirkan. Kandungan protein dalam ASI transisi
semakin menurun, namun kandungan lemak, laktosa dan vitamin larut air,
semakin meningkat. Volume ASI transisi semakin meningkat seiring
dengan lama menyusui dan kemudian digantikan oleh ASI matang (Roesli,
2004).
3. ASI matang
Mengandung dua komponen berbeda berdasarkan waktu pemberian yaitu
foremilk dan hindmilk. Foremilk merupakan ASI yang keluar pada awal
bayi menyusu, sedangkan hindmilk keluar setelah permulaan let-down.
Foremilk mengandung vitamin, protein, dan tinggi akan air. Hindmilk
mengandung lemak empat sampai lima kali lebih banyak dari foremilk
(Roesli, 2004).
 Manfaat ASI
Manfaat ASI bagi bayi yaitu ASI sebagai nutrisi, makanan terlengkap
untuk bayi, terdiri dari proporsi yang seimbang dan cukup karena mengandung zat
gizi yang diperlukan untuk 6 bulan pertama, mengandung antibodi (terutama
kolostrum) yang melindungi terhadap penyakit, seperti diare dan gangguan
pernafasan, menunjuang perkembangan motorik sehingga bayi yang diberi ASI
eksklusif akan lebih cepat jalan, meningkatkan jalinan kasih saying, selalu siap
tersedia, dan dalam suhu yang sesuai, mudah dicerna dan zat gizi mudah diserap,
melindungi terhadap alergi karena tidak mengandung zat yang dapat menimbulkan
alergi, mengandung cairan yang cukup untuk kebutuhan bayi dalam 6 bulan
pertama (87% ASI adalah air), mengandung asam lemak yang diperlukan untuk
pertumbuhan otak sehingga bayi dengan pemberian ASI Eksklusif potensial lebih
pandai, menunjang perkembangan kepribadian dan kecerdasan emosional,
kematangan spiritual dan hubungan sosial yang baik (Roesli, 2004).
 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Ketidakberhasilan ASI Eksklusif
 Faktor Internal
1. Ketersediaan ASI
Hal-hal yang dapat mengurangi produksi ASI adalah tidak
melakukan inisiasi menyusui dini, menjadwal pemberian ASI, memberikan
minuman prelaktal (bayi diberi minum sebelum ASI keluar apalagi
memberikannya dengan botol/dot, kesalahan pada posisi dan perlekatan
bayi pada saat menyusui (Badriul, 2008 ).
2. Pekerjaan /aktivitas
3. Pengetahuan
4. Kelainan pada payudara
5. Kondisi kesehatan ibu
 Faktor Eksternal
1. Faktor petugas kesehatan
2. Kondisi kesehatan bayi
3. Pengganti ASI (PASI) atau susu formula
4. Keyakinan
 Kontraindikasi Pemberiaan ASI (IBU)
1. Indikasi untuk tidak menyusui
 Ibu HIV positif
 Ibu penderita HTLV (Human T-lymphotropic Virus) tipe 1 dan 2
 Ibu penderita CMV (citomegalovirus) yang melahirkan bayi prematur juga
tidak dapat memberikan ASInya.
2. Indikasi untuk sementara tidak menyusui
 Pengobatan ibu: psikoterapi jenis penenang, anti epilepsi
 Virus herpes simplex type 1 (HSV-1): kontak langsung mulut bayi dengan
luka di dada ibu harus dihindari sampai pengobatannya tuntas
 Ibu sakit berat sehingga tidak bisa merawat bayinya misalnya psikosis,
sepsis, atau eklamsi
 Opioid dan kombinasinya
 Kemoterapi sitotoksik.
3. Pertimbangan pada beberapa kondisi ibu
 Ibu yang merokok, peminum alkohol, pengguna ekstasi, amfetamin dan
kokain
 Kontraindikasi Pemberiaan ASI (ANAK)
1. Galaktosemia
2. Maple syrup urine disease
3. Fenilketonuria
 Susu Formula
Susu formula bayi adalah susu yang dihasilkan oleh industri untuk
keperluan asupan gizi yang diperlukan bayi. Susu formula kebanyakan tersedia
dalam bentuk bubuk. Dibandingkan dengan ASI, susu formula memiliki banyak
kelemahan terutama dalam hal kandungan gizinya. Selain itu penggunaan susu
formula harus dikontrol dari kemungkinan masuknya organisme-organisme
patogen atau terjadinya kontaminasi yang dapat menyebabkan diare. Untuk
mencukupi kebutuhan bayi maka susu diberikan sesuai dengan takarannya.
Takaran akan bertambah sesuai dengan bertambahnya umur bayi. Jadwal
menyusui dengan susu formula tetap seperti pada bayi yang diberi ASI (Nadesul,
2005).
Perbedaan komposisi susu sapi dan komposisi ASI terdapat pada
konsentrasi vitamin dan mineral yang lebih tinggi dan laktosa yang lebih rendah.
ASI mengandung lebih banyak asam lemak tidak jenuh sehingga mudah dicerna
sedangkan susu sapi tidak demikian. ASI mengandung lebih banyak asam linoleat,
asam lemak yang esensial bagi manusia. Kandungan kolesterol ASI lebih tinggi
jika dibandingkan kolesterol yang terdapat pada susu sapi. ASI mengandung
cukup vitamin dan zat gizi yang dibutuhkan oleh bayi (Nadesu, 2005).
 Pertimbangan tambahan susu formula
1. Bayi yang berisiko hipoglikemia
Dibenarkan memberi suplemen ASI perah atau susu formula bila gula
darah < 2.6 mmol (40 mg/dl) dan diulang 1 jam setelah minum ASI.
Perbaikan, penambahan susu formula dikurangi dan akhirnya dihentikan.
2. Dehidrasi
Bayi yang secara klinis menunjukkan gejala dehidrasi (turgor/ tonus
kurang, frekuensi urin < 4x setelah hari ke-2, buang air besar lambat keluar
atau masih berupa mekonium setelah umur bayi > 5 hari).
3. Berat bayi turun lebih dari 10%
4. Hiperbilirubinemia pada hari-hari pertama
Bila diduga produksi ASI belum banyak atau bayi belum bisa menyusu
efektif. Kuning karena ASI (breastmilk jaundice), bila bilirubin melebihi
20 - 25 mg/dL pada bayi sehat. Anjuran untuk membantu diagnosis dengan
menghentikan ASI 1-2 hari sambil sementara diberi susu formula. Bila
bilirubin terbukti menurun, ASI dimulai kembali.
5. Lain-lain
Bayi terpisah dari ibu, bayi dengan kelainan kongenital yang sukar
menyusu langsung (sumbing, kelainan genetik).
Produk susu formula berupa tepung susu yang diformulasikan sedemikian
rupa sehingga komposisinya mendekati ASI. Komposisi susu formula bervariasi
tergantung pada industri pembuatannya. Di Indonesia beredar berbagai macam
susu formula dengan berbagai merek dagang, akan tetapi dapat dibagi menjadi tiga
golongan sebagai berikut
1. Susu Formula “Adapted”
Adapted berarti disesuaikan dengan keadaan fisiologis bayi. Susu formula
ini komposisinya sangat mendekati ASI sehingga cocok digunakan bagi
bayi baru lahir sampai berumur 4 bulan.
2. Susu Formula “Complete Starting”
Susu formula ini susunan zat gizinya lengkap dan dapat diberikan sebagai
formula permulaan. Kadar protein dan kadar mineral dalam susu formula
ini lebih tinggi daripada susu formula adapted, karena cara pembuatannya
lebih mudah dibandingkan dengan susu formula adapted, maka susu
formula ini harganya lebih murah. Untuk menghemat, biasanya bayi
diberikan susu formula adapted sampai berumur 3 bulan, kemudian
dilanjutkan dengan susu formula ini.
3. Susu Formula Follow-up
Pengertian follow-up dalam susu formula ini adalah lanjutan, yaitu
menggantikan susu formula yang sedang digunakan dengan susu formula
ini. Susu formula ini diperuntukan untuk bayi berumur 6 bulan ke atas.
Pada umumnya susu formula follow-up mengandung protein dan mineral
yang lebih tinggi daripada susu formula adapted dan susu formula
complete starting.
Dalam kasus ini, Ny. S yang merupakan Ibu pasien secara sadar
menghentingkan pemberian ASI yang digantikan dengan Susu Kambing Etawa
dimana secara teori tidak tepat pemberiaannya. Hal ini kemungkinan yang
menyebabkan timbulnya gejala dari penyakit yang diderita oleh Bayi N yang
berusia 4 bulan. Gejala yang timbul berupa batuk dan diare yang kemungkinan
manifestasi dari adanya perubahan dari imunitas. Selian itu kemungkinan adanya
alergi terhadap susu etawa sehingga menimbulkan manifestasi tersebut.
Beberapa faktor yang menyebabkan pemberiaan susu etawa yaitu kondisi
orang tua yang sudah habis masa cuti, kurangnya pengetahuan mengenai
pentingnya ASI eksklusif, kurangnya pembinaan dari tenaga kesehatan di wilayah
terkait. Sedangkan faktor risiko dari penyakit yang diderita Bayi N yaitu ASI tidak
eksklusif, higenitas yang kurang, paparan lingkungan.
Langkah awal penatalaksanaan kasus ini adalah dengan menstabilkan
keadaan umum pasien, menghentikan konsumsi susu etawa, melanjutkan
pemberiaan ASI, memberikan farmakoterapi empirik terhadap manifestasi yang
timbul kemudian dilakukan rontgen thoraks untuk mengetahui diagnosa pasti dan
terapi definitif yang akan diberikan.
3. Refleksi dari aspek keislaman
Menyusui anak disebutkan dalam Al-Quran selama dua tahun, Allah SWT
berfirman dalam QS. Al-Baqarah/2 : 233.

Terjemahannya:
“Para ibu hendaklah menyusukan anak-anaknya selama dua tahun penuh,
Yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan. dan kewajiban ayah
memberi makan dan pakaian kepada Para ibu dengan cara ma'ruf.
Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya.
janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya, dan warispun berkewajiban demikian.
apabila keduanya ingin menyapih (sebelum dua tahun) dengan kerelaan
keduanya dan permusyawaratan, Maka tidak ada dosa atas keduanya. dan
jika kamu ingin anakmu disusukan oleh orang lain, Maka tidak ada dosa
bagimu apabila kamu memberikan pembayaran menurut yang patut.
bertakwalah kamu kepada Allah dan ketahuilah bahwa Allah Maha
melihat apa yang kamu kerjakan”.
Ayat tersebut di atas menegaskan bahwa seorang ibu hendaklah
menyusukan anaknya hingga dua tahun. Penyusuan yang selama dua tahun itu
merupakan batas kesempurnaan penyusuan.
Namun jika seorang ibu tidak mampu menyempurnakan penyusuan dengan
alasan faktor ketidakmampuan dari segi fisik. Yang apabila ia menyusui akan
menyebabkan kesengsaraan bagi ibu tersebut maka ia dapat mengurangi masa
penyusuannya. Karena dalam penggalan ayat di atas disebutkan bahwa
“janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan
seorang ayah karena anaknya”.
Dan tidak ada dosa bagi orang tua yang ingin anaknya disusukan oleh
orang lain, selama ada kesepakatan antara keduanya. Dan mereka memberikan
bayaran yang sesuai kepada orang yang bersedia untuk menyusukan anaknya.
Namun pada kasus ini, Ibu pasien tidak memiliki uzur yang dapat
menggugurkan pemberian ASI, baik dari segi fisik maupun materi. Namun
dikarenakan kurangnya ilmu menyebabkan celaka bagi sang anak.
Kemudian dalam QS. Surat Al-An'am (6) Ayat 140, Allah berfirman,

Terjemahan :
“Sesungguhnya rugilah orang yang membunuh anak-anak mereka, karena
kebodohan lagi tidak mengetahui dan mereka mengharamkan apa yang Allah
telah rezeki-kan pada mereka dengan semata-mata mengada-adakan terhadap
Allah. Sesungguhnya mereka telah sesat dan tidaklah mereka mendapat
petunjuk.”
Secara tidak langsung orang-orang yang tak ber-ilmu yang memberikan
PASI tanpa indikasi yang jelas sama seperti kaum qurays yang menguburkan
anak-anak mereka.

4. Refleksi dari aspek Sosioekonomi


Semakin meningkatnya angkatan kerja wanita di berbagai sektor sehingga
semakin banyak ibu yang harus meninggalkan bayinya sebelum berusia 6 bulan, setelah
cuti bersalin. Hal ini menjadi kendala tersendiri bagi kelangsungan pemberian ASI
Eksklusif. Salah satu kendala umum menyusui yang dijumpai di kota-kota besar adalah
para ibu yang bekerja. Hal inilah yang terjadi pada Ny. S yang berstatus sebagai guru
SD. Sehingga tidak mempunyai waktu untuk mengasuh anaknya secara intensif selama 2
minggu terakhir.
Namun, dengan tekad yang kuat, ibu bekerja tetap dapat memberikan ASI
Eksklusif. Bagi sebagian wanita bekerja merupakan kesenangan tersendiri. Tapi tidak
sedikit juga wanita yang bekerja karena ingin memenuhi kebutuhan kehidupan
keluarganya. Meskipun mencari nafkah itu merupakan kewajiban sang suami, namun
jika sang istri merasa bahwa penghasilan suaminya belum mencukupi kebutuhan
keluarganya, maka hal inilah yang biasanya menjadi alasan utama seorang wanita untuk
bekerja membantu sang suami. Ny. S mengatakan bahwa sang suami bekerja sebagai
wiraswasta di Jakarta dan gajinya pas-pasan, sehingga Ny. S mau tidak mau harus
menjalani pekerjaannya.

Firman Allah SWT dalam Q.S Al-Israa’/17: 26

Terjemahannya:
“Dan berikanlah kepada keluarga-keluarga yang dekat akan haknya, kepada
orang miskin dan orang yang dalam perjalanan dan janganlah kamu menghambur-
hamburkan (hartamu) secara boros”.
Ayat di atas menjelaskan tentang hak keluarga dekat, baik dari pihak ibu
maupun pihak bapak, walau keluarga jauh akan haknya berupa bantuan, kebijakan,dan
silaturrahim, dan demikian juga kepada orang miskin walau bukan kerabat dan orang
yang dalam perjalanan, baik dalam bentuk zakat maupun sedekah atau bantuan yang
mereka butuhkan, dan janganlah menghambur-hamburkan hartamu secara boros, yakni
pada hal-hal yang bukan pada tempatnya dan tidak mendatangkan kemaslahatan.
Pada kasus ini bibi dari pasien bersedia meluangkan waktunya untuk
mengasuh pasien selama Ibu bekerja. Selain itu, dari pihak keluargapun sering
membantu pasien dari segi finansial.

5. Umpan balik dari pembimbing

Wonogiri, Juli 2019


TTD Dokter Pembimbing TTD Dokter Muda
dr. Khairunisa Wardani, M. Sc, Sp.A. Muhammad Wathoni Ikhlas

DAFTAR PUSTAKA
Badriul, et all. 2008. Bedah Asi. Jakarta: Balai Pustaka FKUI.
Depkes RI, 2007. Pedoman Strategi KIE Keluarga Sadar Gizi (KADARZI). Direktorat
Jendral
Bina Kesehatan Masyarakat. Direktorat Bina Gizi Masyarakat. Jakarta.
IDAI, 2010. Kendala Pemberian ASI eksklusif. http://www.idai.or.id/asi.asp,
diakses 15 September 2019
Hubertin, et all. 2004. Konsep Penerapan ASI eksklusif, Jakarta : Penerbit
Buku kedokteran EGC.
Roesli, U. 2009. Mengenal ASI Eksklusif. Jakarta : PT. Pustaka Pembangunan
Swadaya Nusantara.

Anda mungkin juga menyukai