Anda di halaman 1dari 18

KESALAHAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM

MENYELESAIKAN SOAL PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT

Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan pada


Program Studi Pendidikan Matematika

Diajukan Oleh:

Zahra Restu Madadina

A410160082

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

2019
KESALAHAN SISWA SEKOLAH MENENGAH PERTAMA DALAM
MENYELESAIKAN SOAL PERSAMAAN DAN FUNGSI KUADRAT
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat dan menganalisis faktor-
faktor yang menyebabkan kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal materi
persamaan dan fungsi kuadrat. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif
kualitatif. Subjek dalam penelitian ini yaitu siswa kelas IX E SMP Negeri 3
Colomadu sebanyak 31 siswa. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini
yaitu tes, wawancara, dan dokumentasi. Keabsahan data menggunakan triangulasi
teknik. Teknik analisis data dalam penelitian ini yaitu reduksi data, penyajian
data, dan verifikasi data. Hasil dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa (1)
kesalahan memahami, siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
pada soal sehingga tidak sesuai dengan permintaan soal. (2) kesalahan
transformasi, siswa salah dalam menggunakan rumus atau cara yang digunakan
dalam menyelesaikan soal. (3) kesalahan keterampilan proses, siswa salah dalam
pengoperasian dan langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan soal
tidak tepat. (4) kesalahan penulisan jawaban, siswa menuliskan jawaban akhir
yang tidak tepat dan tidak menuliskan kesimpulan. Faktor-faktor yang
menyebabkan siswa mengalami kesalahan dalam mengerjakan soal antara lain:
siswa tidak memahami maksud tersirat dalam soal, siswa terburu-buru dalam
menyelesaikan soal, siswa lupa rumus atau cara yang digunakan dalam
menyelesaikan soal, (4) siswa bingung dalam memahami soal, dan tingkat
penalaran siswa yang masih rendah dalam memahami soal.
Kata Kunci : kesalahan, persamaan kuadrat, fungsi kuadrat.
Abstract
This study aims to describe the students' mistakes in solving the matter of
equations and quadratic functions and analyze the factors that cause students to
mistake the matter of equations and quadratic functions. This research is a
qualitative descriptive study. The subjects in this study were students of class IX
E at SMP Negeri 3 Colomadu with 31 students. Data collection techniques in this
study are tests, interviews, and documentation. The validity of the data uses
triangulation techniques. Data analysis techniques in this research are data
reduction, data presentation, and data verification. The results of this study can be
concluded that (1) comprehention error, students do not write what is known and
asked on the problem so it is not in accordance with the question request. (2)
transformation error, students are wrong in using the formula or method used in
solving problems. (3) skill error process, students are wrong in operation and the
steps used in solving problems are not right. (4) writing an answer error, students
write the final answer that is not right and do not write a conclusion. Factors that
cause students to experience errors in working on problems include: students do
not understand the intentions implied in the problem, students rush in solving
problems, students forget the formula or method used in solving problems, (4)
students are confused in understanding problems, and students' level of reasoning
is still low in understanding problems.
Keywords: errors, quadratic equations, quadratic functions.
1. PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu upaya untuk mengembangkan kemampuan
individu dalam mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan yang sedang dan akan
terjadi. Dengan pendidikan, manusia dapat melihat secara akurat, berpikir jernih,
dan bertindak efektif untuk mencapai tujuan hidup sesuai dengan pilihan dan
aspirasinya. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar
dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.
Matematika merupakan mata pelajaran yang menduduki peranan penting
disetiap jenjang pendidikan. Pentingnya matematika menjadikan matematika
sebagai hal yang wajib diajarkan dan diberikan untuk siswa sejak dini. Shadiq
(2014 : 4) menyatakan bahwa pelajaran matematika harus diberikan dengan porsi
yang lebih besar karena selain untuk saringan masa depan, matematika juga
berperan untuk membentuk pribadi dan kompetensi siswa. Abdurrahman (2012:
225) berpendapat bahwa matematika adalah bahasa simbolis untuk
mengekspresikan hubungan kuantitatif dan keruangan, yang memudahkan
manusia untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Namun pada
kenyataannya, banyak siswa yang hanya menerima begitu saja pelajaran tanpa
mempertanyakan mengapa dan untuk apa matematika diajarkan, serta kurangnya
pemahaman konsep matematika pada siswa terutama dalam menyelesaikan soal
matematika. Menurut Ivee K. Guce (2017) menyimpulkan pentingnya untuk
menemukan suatu jawaban matematika adalah mengartikulasikan dengan jelas
dan koheren bagaimana sampai pada jawaban akhir. Tidak jarang muncul
pendapat bahwa matematika merupakan pelajaran sukar dipahami dan kurang
diminati. Sehingga pembelajaran di kelas tidak menghasilkan aspek-aspek
pembelajaran matematika. Aspek-aspek pembelajaran matematika diantaranya
pemahaman konsep, pembuktian, algoritma, penyelesaian soal, pemahaman ruang
apresiasi dan keterampilan psikomotorik.
Berdasarkan hasil penelitian terbaru dari Research on Improvement of
System Education (RISE) tahun 2018, ini dirilis para peneliti dalam Deklarasi
Gerakan Nasional Pemberantasan Buta Matematika di Universitas Indonesia
(UI) Depok, Sabtu, 10 November 2018, menyatakan terjadi kondisi gawat
darurat bermatematika pada siswa SD hingga SMU. Penelitian Zakaria Ndemo
(2019) menyimpulkan bahwa dalam penguasaan konten mata pelajaran
matematika oleh siswa rapuh dan karenanya diperlukan beberapa kebutuhan untuk
melanjutkan pengembangan profesional dalam layanan matematika tentang
pengetahuan konten subjek. Kondisi gawat darurat bermatematika juga
dikhawatirkan berdampak pada kemampuan anak-anak dalam berpikir dan
bernalar, serta menyelesaikan permasalahan sehari-hari. Hasil penelitian Ariyadi
Wijaya, dkk (2019) menunjukkan bahwa kemampuan diagnostik siswa masih
sangat memerlukan dukungan terutama untuk mendiagnosis proses berpikir
matematika. Selain itu berdasarkan hasil Programme for International Student
Assessment (PISA) tahun 2000 hingga 2015, secara konsisten menempatkan
negara Indonesia mendapatkan peringkat terbawah. Telah disebutkan juga
bahwa anak-anak Indonesia ternyata belum mampu menerapkan pengetahuan
prosedural matematika ke dalam permasalahan yang dihadapinya sehari-hari.
Hasil ini juga dikonfirmasi oleh hasil-hasil tes internasional lain seperti Trends
in International Mathematics and Science Study (TIMSS).
Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru matematika kelas IX di SMP
Negeri 3 Colomadu diperoleh informasi bahwa materi persamaan dan fungsi
kuadrat menjadi materi yang cukup sulit dipahami sehingga masih banyak siswa
yang sering melakukan kesalahan-kesalahan dalam memecahan soal pada materi
persamaan dan fungsi kuadrat. Farida (2015) mengemukakan bahwa kesalahan
siswa dalam menyelesaikan soal dapat dikarenakan dalam mengubah informasi
yang diberikan ke dalam ungkapan matematika karena siswa tidak memperhatikan
maksud soal, kesalahan dalam aspek konsep karena telah terjadi miskonsepsi pada
diri siswa. Kesalahan pemahaman siswa dalam menyelesaikan soal persamaan dan
fungsi kuadrat merupakan permasalahan yang sering terjadi. Faktor penyebab
kesalahan pemahaman dalam menyelesaikan soal persamaan dan fungsi kuadrat
yaitu kurangnya kemampuan siswa untuk menganalisis soal dan kurang
memahami konsep serta pengaplikasiannya, hal ini sangat berdampak pada
rendahnya hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan Delsika Pramata Sari,
dkk (2018) menyimpulkan bahwa kesalahan yang paling menonjol dari
representasi matematika, kemampuan pada indikator bahwa pemecahan masalah
melibatkan simbol aritmatika (representasi simbolis). Hasil penelitian Muchamad
Subali Noto, dkk (2019) menyimpulkan bahwa adanya hambatan belajar
matematika yang dapat menimbulkan kesalahan meliputi: hambatan belajar dalam
mengaplikasikan konsep; memvisualisasikan objek; memahami prinsip-prinsip;
memahami masalah dan terkait dengan pembuktian matematis.
Persamaan dan Fungsi Kuadrat merupakan salah satu materi mata
pelajaran matematika yang diberikan pada SMP kelas IX semester 1. Persamaan
kuadrat adalah suatu persamaan dari variabel (peubah) yang mempunyai pangkat
tertinggi yaitu dua. Penyelesaian atau pemecahan dari sebuah persamaan ini
disebut sebagai akar-akar persamaan kuadrat. Penyelesaian suatu persamaan
kuadrat dapat dilakukan dengan beberapa metode sehingga diperoleh hasil akhir
berupa akar-akar persamaan kuadrat. Metode yang digunakan untuk mencari akar-
akar persamaan kuadrat yaitu (1) metode pemfaktoran, (2) metode melengkapkan
kuadrat sempurna dan (3) metode rumus ABC. Fungsi kuadrat atau fungsi
polinom adalah fungsi dengan pangkat peubah tertingginya yaitu dua, suatu fungsi
kuadrat selalu berkaitan dengan grafik fungsi yang memiliki bentuk seperti
parabola.
Dalam penelitian Lila Puspitasari, dkk (2019) sehubungan dengan
kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal matematika
menyimpulkan bahwa kesalahan siswa masih cenderung coba-coba, kurang
terstruktur, kurang sistematis dan kurang rinci sehingga dalam menyelesaikan dan
membuat langkah solusi mereka masih menemui banyak kendala. Menurut Iwan
Junaedi (2015) jenis kesalahan pada kategori encoding diantaranya adalah
kurangnya latihan dalam mengerjakan soal matematika. Kesalahan dalam
menyelesaikan soal matematika dapat diartikan sebagai suatu pemahaman yang
kurang tepat dalam mempelajari suatu konsep matematika atau menyinggung dari
suatu konsep matematika. Penelitian yang dilakukan Ika Santia, dkk (2019)
menyimpulkan bahwa skema representasi siswa pendidikan matematika dalam
menyelesaikan masalah yang tidak terstruktur menunjukkan bahwa mereka
cenderung menggunakan representasi verbal-simbolik dan simbolik-verba. Seperti
halnya pada penelitian Indah Puspitasari Maharani dan Subanji (2018)
menyatakan bahwa konflik kognitif memainkan peran penting dalam mengubah
konsep siswa dengan memeriksa kesalahan yang dibuat oleh siswa.
Berdasarkan uraian diatas, tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
mendeskripsikan kesalahan siswa kelas IX SMP Negeri 3 Colomadu dalam
menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat. Penelitian ini juga
bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan siswa
dalam menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat sehingga dapat
mengatasi masalah tersebut guna meningkatkan hasil belajar siswa menjadi lebih
baik.
2. METODE
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain penelitian deskriptif
yang bertujuan untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
peneliti. Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 3 Colomadu yang
beralamatkan di jalan Adi Sumarmo, Nanasan, Gawanan, Kecamatan Colomadu,
Kabupaten Karanganyar, Jawa Tengah 57175. Objek dalam penelitian ini adalah
kesalahan siswa dalam mengerjakan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat.
Peneliti berusaha memperoleh informasi tentang kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat dengan subjek penelitian
adalah siswa kelas IX E SMP Negeri 3 Colomadu. Data dalam penelitian ini
adalah hasil tes soal materi persamaan dan fungsi kuadrat yang berbentuk soal
uraian sebanyak 5 soal dan hasil wawancara dengan beberapa siswa kelas IX E
mengenai kesalahan yang dilakukan dalam mengerjakan soal materi persamaan
dan fungsi kuadrat. Sumber data merupakan sumber subjek dari mana data dapat
diperoleh, sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas IX E SMP Negeri
3 Colomadu sebanyak 31 siswa.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu: (1)
tes guna memperoleh data mengenai kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
materi persamaan dan fungsi kuadrat, kemudian hasil tes tersebut dapat dianalisis,
(2) wawancara diuraikan secara sistematis guna menjawab permasalahan
mengenai letak kesalahan yang dilakukan dalam menyelesaikan soal materi
persamaan dan fungsi kuadrat dengan narasumber yaitu guru dan siswa kelas IX
E, dan (3) dokumentasi sebagai bukti bahwa peneliti melakukan penelitian secara
nyata, berupa foto-foto hasil tes pekerjaan siswa, identitas siswa, dan profil
sekolah. Keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi teknik
yaitu dengan membandingkan hasil tes, wawancara, dan dokumentasi.
Teknik analisis data dalam penelitian ini menurut Miles dan Huberman
(Sugiyono, 2012: 246) sebagai berikut: (1) reduksi data dilakukan dengan
menelaah data yang diperoleh dari hasil tes dan wawancara, sekaligus
memfokuskan, menyederhanakan dan mentransfer data, (2) penyajian data
dilakukan untuk menyusun data yang diperoleh dengan cara mendeskripsikan
kesalahan-kesalahan yang dilakukan siswa sehingga mudah menarik kesimpulan,
dan (3) verifikasi data dilakukan dengan menarik kesimpulan dari data yang telah
diperoleh.
3. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penelitian ini dilakukan pada siswa kelas IX E SMP Negeri 3 Colomadu yang
diikuti oleh 31 siswa dengan memberikan soal materi persamaan dan fungsi
kuadrat. Hasil pekerjaan siswa merupakan data yang akan dianalisis dalam
penelitian ini. Data tersebut diteliti untuk mengetahui jenis kesalahan siswa dalam
menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat sesuai dengan teori
kriteria kesalahan Newman.
Berikut disajikan tabel 1 yang menunjukkan hasil analisis jumlah
kesalahan pada jawaban seluruh siswa kelas IX E SMP Negeri 3 Colomadu dalam
menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat dari nomor 1 hingga
nomor 5.
Tabel 1. Kesalahan Jawaban Siswa
No Jenis Kesalahan Jumlah
1 Kesalahan Memahami 59
2 Kesalahan Transformasi 51
3 Kesalahan Keterampilan Proses 86
4 Kesalahan Penulisan Jawaban 85

Hasil analisis kesalahan jawaban siswa dalam menyelesaikan soal materi


persamaan dan fungsi kuadrat dapat disajikan dalam bentuk diagram batang
sebagai berikut.

90
80
70
60
50 Series 1
40
30
20
10
0
Gambar 1. Kesalahan Jawaban Siswa
Berdasarkan tabel 1 dan gambar 1 dapat disimpulkan bahwa jenis
kesalahan yang banyak dilakukan siswa kelas IX E SMP Negeri 3 Colomadu
dalam menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat sesuai dengan
teori kriteria kesalahan Newman adalah kesalahan keterampilan proses. Dari hasil
pekerjaan siswa kelas IX E dalam menyelesaikan soal materi persamaan dan
fungsi kuadrat, telah dipilih empat siswa sebagai subjek penelitian yang paling
banyak melakukan kesalahan dibanding siswa lain yaitu S03, S04, S11, S20.
Berdasarkan hasil analisis data, telah diperoleh jenis-jenis kesalahan yang
dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat
beserta faktor-faktor yang menyebabkan kesalahan dalam menyelesaikan soal
materi persamaan dan fungsi kuadrat. Berikut penjelasan mengenai jenis-jenis
kesalahan berdasarkan teori kriteria kesalahan Newman yang dilakukan oleh
siswa yang telah dipilih sebagai subjek penelitian.
3.1 Kesalahan Memahami
Gambar 2. Hasil Pekerjaan S04
Berdasarkan hasil pekerjaan S04 dalam menyelesaikan soal nomor 5,
menunjukkan bahwa S04 melakukan kesalahan dalam memahami soal. S04 tidak
memahami maksud yang tersirat dari soal yang diberikan. Pada soal nomor 5,
subjek diminta untuk menyusun persamaan grafik fungsi kuadrat jika diketahui
titik potong dengan sumbu x dan satu titik yang dilalui dengan penyelesaian
persamaan grafik fungsi kuadrat y = a (x – x1) (x – x2). Pada gambar 2, terlihat
bahwa S04 tidak menuliskan informasi apa yang diketahui dan ditanyakan dalam
soal dan penyelesaian soal pada hasil pekerjaan S04 tidak menggunakan cara
penyelesaian y = a (x – x1) (x – x2) tetapi penyelesaian soal tersebut dengan
mensubstitusikan ke dalam persamaan grafik fungsi kuadrat y = ax² + bx + c
sehingga hasil pekerjaan S04 tidak sesuai dengan permintaan soal. Penyelesaian
soal nomor 5 pada hasil pekerjaan S04 dengan mensubstitusikan ke dalam
persamaan grafik fungsi kuadrat y = ax² + bx + c tersebut seharusnya digunakan
jika pada soal diketahui tiga titik koordinat (x,y) yang dilalui oleh grafik fungsi
kuadrat. Hal tersebut jelas bahwa S04 melakukan kesalahan memahami soal
karena hasil pekerjaan S04 tidak sesuai dengan permintaan soal. Untuk
melengkapi data penelitian, dilakukan wawancara tehadap S04. Berikut petikan
wawancaranya.
P : “Apa kamu sudah paham dengan soal tersebut?”
S04 : “Saya masih bingung kak.”
P : “Coba dek kamu baca lagi soal nomor 5, pada soal tersebut apa saja
yang sudah diketahui dan apa yang ditanyakan?”
S04 : “Pada soal nomor 5 ini diketahui grafik memotong sumbu x pada titik
koordinat (-2,0) dan (5,0) dan memotong sumbu y pada titik koordinat
(0,-20) dan diminta menentukan persamaan fungsi kuadrat kak.”
P : “Nah, dari hasil pekerjaanmu ini apakah sudah benar?”
S04 : “Tidak tau kak, saya mengerjakan soal nomor 5 ini dengan
mensubstitusikan ke dalam persamaan grafik fungsinya kak, karena pada
soal diketahui ada 3 titik potong.”
P : “Hasil pekerjaanmu ini kurang tepat ya dek, jawabanmu ini belum sesuai
dengan permintaan soal seharusnya dalam penyelesaian soal ini langkah
pertama kamu harus mencari nilai a melalui garis yang memotong sumbu
y kemudian menyusun persamaan fungsi kuadrat melalui garis yang
memotong sumbu x, nah penyelesaian akhirmu ini masih salah dek.”
S04 : “Iya kak, saya masih bingung juga dalam mengerjakannya dan tidak
mengetahui maksud soal tersebut kak, saya kira penyelesaiannya dengan
mensubstitusikan ke dalam persamaan grafik fungsinya kak.”
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa
subjek bingung dalam memahami soal nomor 5 sehingga penyelesaian soal pada
hasil pekerjaan subjek tidak sesuai dengan permintaan soal. Subjek tidak
mengetahui maksud dari soal nomor 5. Alasan tersebut sejalan dengan hasil
penelitian Oktaviana (2017) yang menunjukkan bahwa siswa melakukan
kesalahan memahami soal dikarenakan tidak mengetahui maksud kalimat yang
terdapat pada soal sehingga tidak mengetahui apa yang akan dicari. Rendahnya
pemahaman siswa dalam memahami maksud dari soal dapat menimbulkan
kesalahan dalam menyelesaikan soal matematika. Hasil penelitian Maya &
Sumarmo (2011) menyimpulkan bahwa siswa memiliki pemahaman yang rendah
tentang soal dan jawaban matematika sehingga menimbulkan beberapa kesalahan.
Selain itu penyebab dari kesalahan memahami dalam penelitian ini adalah tingkat
penalaran yang rendah pada siswa dalam memahami soal matematika. Hasil
penelitian Wati dan Budi Murtiyasa (2016) menyimpulkan bahwa rendahnya
tingkat penalaran dapat menjadi faktor utama penyebab kesalahan dalam
memahami permasalahan matematika.
3.2 Kesalahan Transformasi
Gambar 3. Hasil Pekerjaan S20
Berdasarkan hasil pekerjaan S20 dalam menyelesaikan soal nomor 4,
menunjukkan bahwa S20 melakukan kesalahan transformasi dimana kesalahan
tersebut terjadi karena penggunaan rumus yang tidak tepat dalam menyelesaikan
soal. Pada soal nomor 4, subjek diminta untuk menentukan titik puncak dan
sumbu simetri dari persamaan grafik fungsi kuadrat. Penyelesaian pada soal
b ²−4 ac
tersebut menggunakan rumus titik puncak y= dan rumus sumbu simetri
4a
−b
x= . Pada gambar 3, terlihat bahwa S20 melakukan kesalahan dalam
2a
menuliskan rumus untuk menentukan titik puncak dari persamaan grafik fungsi
−b
kuadrat, rumus yang dituliskan S20 pada hasil pekerjaannya yaitu x= . Hal
2a
tersebut tidak sesuai dengan rumus dalam menentukan titik puncak dari
persamaan grafik fungsi kuadrat. S20 juga masih salah dalam menuliskan simbol
dari titik puncak dan sumbu simetri. Simbol yang digunakan pada titik puncak
yaitu yp sedangkan pada sumbu simetri yaitu xp, hasil pekerjaan S02 pada gambar
3 tidak tepat. Untuk melengkapi data penelitian, dilakukan wawancara tehadap
S20. Berikut petikan wawancaranya.
P : “Menurut kamu apakah rumus yang digunakan dalam menyelesaikan
soal nomor 4 ini dek?”
S20 : “Saya hanya mengetahui rumus mencari sumbu simetri kak.”
P : “Mengapa kamu salah dalam menggunakan rumus untuk menyelesaikan
soal nomor 4?”
S20 : “Saat menyelesaikan soal nomor 4 saya lupa rumus mencari titik puncak
kak, sehingga saya menuliskan rumus yang sama dengan rumus sumbu
simetri untuk mencari titik puncak.”
P : “Jadi rumus yang kamu gunakan masih salah ya dek, pada hasil
pekerjaanmu rumus yang kamu gunakan untuk mencari sumbu simetri
dan titik puncak sama dek, padahal rumus untuk mencari sumbu simetri
itu berbeda dengan rumus mencari titik puncak.”
S20 : “Iya kak, saya lupa bagaimana rumus untuk mencari titik puncak.”
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa
subjek melakukan kesalahan dikarenakan subjek lupa dengan rumus yang
digunakan untuk menyelesaikan soal nomor 4. Kesalahan ini dapat mempengaruhi
kesalahan yang lain yaitu keterampilan proses dan penulisan jawaban
(kesimpulan). Penyebab dari kesalahan transformasi yang telah dilakukan dalam
penelitian ini adalah subjek cenderung hanya menghafalkan rumus yang telah
diberikan oleh guru sehingga mudah lupa dengan rumus yang tepat untuk
menjawab pertanyaan dari soal dan menyebabkan subjek keliru dalam penulisan
rumus serta asal-asalan (membuat rumus sendiri) dalam menyelesaikan soal
nomor 4. Alasan tersebut sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan oleh
Farida (2015) bahwa penyebab kesalahan dalam menuliskan rumus adalah siswa
cenderung menghafalkan rumus yang diberikan oleh guru sehingga siswa mudah
lupa dengan rumus yang telah diberikan. Subjek juga tidak tepat dalam
menentukan rumus sehingga hasil pekerjaan subjek salah. Hal ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan Widodo (2017) bahwa kesalahan transformasi yang
dilakukan subjek adalah subjek mengalami kesalahan dalam menentukan rumus
yang digunakan dalam menyelesaikan soal.
3.3 Kesalahan Keterampilan Proses

Gambar 4. Hasil Pekerjaan S03


Berdasarkan hasil pekerjaan S03 dalam menyelesaikan soal nomor 3,
menunjukkan bahwa S03 melakukan kesalahan keterampilan proses. Pada soal
nomor 3, subjek diminta untuk menentukan persamaan kuadrat baru yang akar-
akarnya x1 – 2 dan x2 – 2. Penyelesaian soal nomor 3 dengan menentukan terlebih
−b c
dahulu x1 + x2 = dan x1 . x2 = , kemudian menyusun persamaan kuadrat baru
a a
dengan menjumlahkan akar-akar yang telah diketahui dalam soal (x 1 – 2) + (x2 –
2) dan mengalikan akar-akar (x1 – 2) . (x2 – 2) dengan langkah tersebut diperoleh
persamaan kuadrat baru yaitu x² + 2x + 7 = 0. Pada gambar 4, terlihat bahwa hasil
pekerjaan S03 tidak menggunakan langkah-langkah penjumlahaan akar-akar (x1 –
2) + (x2 – 2) dan perkalian akar-akar (x1 – 2) . (x2 – 2). S03 hanya menuliskan
langkah-langkah dalam menyusun persamaan kuadrat baru dengan menentukan x1
−b c
+ x2 = dan x1 . x2 = yang kemudian disusun persamaan kuadrat baru. Hal
a a
tersebut menunjukkan bahwa S03 melakukan kesalahan dalam menuliskan
langkah-langkah untuk menyelesaikan soal nomor 3 sehingga hasil pekerjaan S03
menjadi tidak tepat. Terlihat jelas dalam proses pengoperasian S03 menuliskan x1
b −b
+ x2 = tetapi pada penyelesaian soal ini, cara yang digunakan yaitu x1 + x2 =
a a
, proses pengoperasian S03 tidak sesuai dengan langkah penyelesaian soal. Untuk
melengkapi data penelitian, dilakukan wawancara tehadap S03. Berikut petikan
wawancaranya.
P : “Bagaimana kamu mengerjakan soal nomor 3 ini dek?”
S03 : b c
“Saya menyusun persamaan kuadrat baru dengan cara x²+ a + a = 0.”

P : “Apakah perhitungannya sudah benar pada hasil pekerjaanmu?”


S03 : “Menurut saya sudah kak.”
P : “Apakah langkah-langkah dalam menyelesaikan soal tersebut sudah
tepat?”
S03 : “Saya masih ragu kak, karena saya lupa cara mengerjakannya dan tidak
tau bagaimana langkah untuk menyelesaikan soal nomor 3 ini sehingga
saya hanya menuliskan jawaban dengan singkat sesuai dengan apa yang
saya ketahui saja kak.”
P : “Hasil pekerjaanmu ini belum tepat ya dek, cara pengoperasian yang
−b
kamu gunakan masih salah seharusnya x1 + x2 = bukan x1 + x2 =
a
b
. Selain itu pada hasil pekerjaanmu ini, akar-akar yang digunakan
a
dalam menyusun persamaan kuadrat baru tidak sesuai dengan
permintaan soal.”
S03 : “Iya kak.”
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa
subjek dapat memahami maksud soal tetapi lupa bagaimana cara dalam menyusun
persamaan kuadrat baru sehingga subjek hanya menuliskan jawaban sesuai
dengan apa yang diketahuinya, hal tersebut tidak sesuai dengan konsep
penyelesaian soal. Alasan tersebut sejalan dengan penelitian yang telah dilakukan
oleh Ika Wahyuni dan Nurul (2017) bahwa kesalahan-kesalahan matematis yang
ditemukan pada jawaban siswa diantaranya adalah lupa atau salah konsep.
Langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan soal nomor 3 pada hasil
pekerjaan subjek tidak tepat, hal ini dikarenakan subjek tidak mengetahui
langkah-langkah untuk menyelesaikan soal tersebut. Subjek juga melakukan
kesalahan dalam pengoperasian sehingga menyebabkan hasil akhir pekerjaan
subjek salah. Hasil penelitian Rohman dan Sutiarso (2018) menyimpulkan bahwa
siswa melakukan kesalahan keterampilan proses umumnya kerena kesalahan
siswa dalam pengoperasian sehingga menyebabkan hasil kesimpulan menjadi
salah.
3.4 Kesalahan Penulisan Jawaban

Gambar 5. Hasil Pekerjaan S11


Berdasarkan hasil pekerjaan S11 dalam menyelesaikan soal nomor 1,
menunjukkan bahwa S11 melakukan kesalahan penulisan jawaban. Pada soal
nomor 1, subjek diminta untuk menentukan akar kembar dari persamaan kuadrat
x² - 10x +25 = 0. Penyelesaian dari soal nomor 1 menggunakan cara pemfaktoran.
Pada gambar 5, terlihat bahwa S11 telah menggunakan cara pemfaktoran pada
hasil pekerjaannya, tetapi S11 tidak menuliskan kesimpulan jawaban dengan
tepat. Sesuai dengan permintaan soal nomor 1 yaitu menentukan akar kembar dari
persamaan kuadrat x² - 10x +25 = 0 dengan cara pemfaktoran diperoleh hasil
akhir (kesimpulan) x1 =5 dan x2 = 5. S11 tidak menuliskan kesimpulan dari hasil
pekerjaannya, hanya menuliskan cara pemfaktorannya saja sehingga tidak sesuai
dengan permintaan soal. Hal tersebut menunjukkan bahwa S11 melakukan
kesalahan penulisan jawaban dengan tidak menuliskan kesimpulan dari hasil
pekerjaannya. Untuk melengkapi data penelitian, dilakukan wawancara tehadap
S11. Berikut petikan wawancaranya.
P : “Dari hasil pekerjaanmu, apakah jawaban akhirmu sudah sesuai dengan
yang diminta pada soal nomor 1 dek?”
S11 : “Sepertinya sudah kak.”
P : “Apa yang ditanyakan pada soal nomor 1 ini dek?”
S11 : “Mencari akar kembar dari persamaan kuadrat kak.”
P : “Apakah jawaban akhirmu itu sudah menunjukkan akar-akar dari
persamaan kuadrat sesuai dengan permintaan soal dek?”
S11 : “Belum kak.”
P : “Mengapa kamu tidak menuliskan kesimpulan dari hasil pekerjaanmu?”
S11 : “Saya lupa menuliskan kesimpulannya kak, jadi hasil akhir pekerjaan
saya hanya sampai pemfaktoran dari persamaan kuadratnya.”
P : “Iya dek, seharusnya kamu menuliskan kesimpulan dari soal nomor 1 ini
yaitu x1 =5 dan x2 = 5 dimana x1 dan x2 menunjukkan akar kembar dari
persamaan kuadrat sesuai dengan permintaan soal.”
S11 : ”Saya juga terburu-buru dan tidak mengoreksi kembali mengenai
permintaan pada soalnya kak.”
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dapat diketahui bahwa
subjek belum menunjukkan kesimpulan dari hasil pekerjaannya dengan benar. Hal
ini sejalan dengan penelitian Suyitno (2015) kesalahan penulisan jawaban adalah
jenis kesalahan yang dilakukan oleh siswa, terjadi jika belum mampu
menunjukkan jawaban akhir (kesimpulan) yang benar. Subjek lupa menuliskan
kesimpulan dalam menyelesaikan soal nomor 1. Hasil pekerjaan subjek tidak tepat
karena subjek tidak menuliskan kesimpulan jawaban yang sesuai dengan
permintaan soal. Penelitian Rindayana (2013) menyimpulkan bahwa kesalahan
siswa dalam menulis jawaban terjadi karena siswa tidak menuliskan kesimpulan
jawaban akhir dan menuliskan kesimpulan jawaban akhir tidak sesuai konteks
soal. Subjek terburu- buru dalam menyelesaikan soal. Subjek juga tidak
mengoreksi kembali mengenai apa yang ditanyakan pada soal nomor 1, sehingga
subjek tidak menyelesaikan jawaban akhir dengan tepat. Alasan tersebut sejalan
dengan penelitian yang telah dilakukan Islamiyah (2018) bahwa penyebab
kesalahan penulisan jawaban adalah siswa tidak mengoreksi kembali terhadap apa
yang ditanyakan.
PENUTUP
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa jenis-jenis
kesalahan yang dilakukan siswa dalam menyelesaikan soal materi persamaan dan
fungsi kuadrat sesuai dengan teori kriteria kesalahan Newman yaitu: 1) Kesalahan
memahami terjadi jika siswa tidak menuliskan apa yang diketahui dan ditanyakan
pada soal sehingga tidak sesuai dengan permintaan soal, kesalahan ini terjadi
karena siswa tidak memahami maksud soal dan kurang teliti terhadap apa yang
ditanyakan pada soal. 2) Kesalahan transformasi terjadi jika siswa salah dalam
menggunakan rumus atau cara yang digunakan dalam menyelesaikan soal,
kesalahan ini terjadi karena siswa cenderung hanya menghafalkan rumus yang
telah diberikan oleh guru sehingga mudah lupa dengan rumus atau cara yang tepat
untuk menjawab pertanyaan dari soal dan menyebabkan siswa salah dalam
penulisan rumus serta asal-asalan (membuat rumus sendiri) dalam menyelesaikan
soal. 3) Kesalahan keterampilan proses terjadi jika siswa salah dalam
pengoperasian dan langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan soal
tidak tepat, kesalahan ini terjadi karena siswa salah dalam menggunakan cara
untuk menyelesaikan soal tersebut sehingga langkah-langkah yang digunakan
dalam menyelesaikan soal menjadi tidak tepat. 4) Kesalahan penulisan jawaban
terjadi jika siswa menuliskan jawaban akhir yang tidak tepat dan tidak menuliskan
jawaban akhir (kesimpulan), kesalahan ini terjadi karena siswa tidak teliti dalam
menyelesaikan soal sehingga siswa tidak dapat menyelesaikan jawaban akhir
dengan tepat. Adapun faktor-faktor yang menyebabkan siswa melakukan
kesalahan dalam menyelesaikan soal materi persamaan dan fungsi kuadrat yaitu:
1) tidak memahami maksud tersirat dalam soal, 2) terburu-buru dalam
menyelesaikan soal, 3) lupa rumus atau cara yang digunakan dalam
menyelesaikan soal, 4) bingung dalam memahami soal dan 5) tingkat penalaran
yang rendah dalam memahami soal.
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman. (2012). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta:
Rineka Cipta.\
As’ari, A.R., Mahmudi, A., & Nuerlaelah, E. (2017). Our Prospective Mathematic
Teachers Are Not Critical Thinkers Yet. Journal on Mathematics
Education, 8(2), 145–156. Retrieved from
(https://doi.org/10.22342/jme.8.2.3961.145-156).

Csaky, A., Azabova, E., & Nasticka, Z. (2015). Analysis of Errors in Student
Solutions of Context-Based Mathematical Tasks. Acta Mathematica
Nitriensia, 1(1), 68 –75.

Farida, N. (2015). Analisis Kesalahan Siswa SMP Kelas VIII dalam


Menyelesaikan Masalah Soal Cerita Matematika. Jurnal Pendidikan
Matematika FKIP Univ. Muhammadiyah Metro, 4(2), 42-52.
Guce, I. K. (2017). Mathematical Writing Errors in Expository Writings ofCollege
Mathematics Students. International Journal of Evaluation and Research
in Education, 6(3), 241. Retrieved from (https://eric.ed.gov/?
id=EJ1157147).
Islamiyah, A. C., Prayito, S., & Amrullah. (2018). “Analisis Kesalahan Siswa
SMP Pada Penyelesaian Masalah Sistem Persamaan Dua Variabel.” Jurnal
Dikdaktik Matematika. 5 (1). Diakses pada 30 September 2018
(http://www.jurnal.unsyiah.ac.id/DM/article/view/10035).
Junaedi, I., Suyitno, A., & Sugiharti, E. (2015).Disclosure Causes of Students
Error in ResolvingDiscrete Mathematics Problems Based on NEA as A
Means of Enchacing Crearivity. International Journal of Education, 7(4),
31-42.
Maharani, I. P., & Subanji. (2018). Scaffolding Based on Cognitive Conflict in
Correcting the Students’ Algebra Errors. International Electronic Journal
Of Mathematics Education, 13(2), 67-74.

Maya, R., & Sumarmo, U. (2011). Mathematical Understanding and Proving


Abilities: Experiment With Undergraduate Student by Using Modified
Moore Learning Approach. Journal on Mathematics Education, 2(2), 231-250.
Retrieved from (http://doi.org/10.22342/jme.2.2.751.231-250).
Ndemo, Z. (2019). Flaws in Proof Constructions of Postgraduate Mathematics
Education Student Teachers. Journal on Mathematics Education, 10(3),
379- 396. doi: 10.22342/jme.10.3.7864.
Noto, M.S., Priatna, N., & Dahlan, J.A. (2019). Mathematical proof: Learning
obstacles pre-service teachers on transformation geometry. Journal on
Mathematics Education, 10(1), 117-126.

Oktaviana, D. (2017). Analisis Tipe Kesalahan Berdasarkan Teori Newman


Dalam Menyelesaikan Soal Cerita Pada Mata Kuliah Matematika Diskrit.
Jurnal Pendidikan Sains dan Matematika, 5(2).
PISA. (2015). Results in focus. Retrieved from (https://www.oecd.org/pisa/pisa-
\201results-in-focus.pdf).
Puspitasari, L., dkk. (2019). Analysis of Students’ Creative Thinking in
SolvingArithmetic Problems. International Elektronic Journal Of
MathematicsEducation, 14(1), 58. Retrieved from(https://www.iejme.com/
3962.pdf ).
Rindyana, Bunga Suci Bintari. (2012). Analisis Kesalahan Siswa Dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika Materi Sistem Persamaan Linear
Dua Variabel Berdasarkan Analisis Newman (Studi Kasus MAN Malang 2
Batu). Tesis. Malang: Universitas Negeri Malang.
Rohmah, Muslihah, & Sugeng, S. (2018). Analysis Problem Solving in
Mathematical Using Theory Newman. EURASIA Journal of Mathematics,
Science and Technology Education, 14(2), 671-681.
Santia, I., Purwanto, Sutawidjadja, A., Sudirman, & Subanji. (2019). Exploring
Mathematical Representations in Solving Ill-Structured Problems: The
Case of Quadratic Function. Journal on Mathematics Education, 10(3),
365-378. doi: 10.22342/jme.10.3.7600.
Shadiq. (2014). Pembelajaran Matematika.Yogyakarta: Graha Ilmu.

Stacey, K. (2011). The PISA View Of Mathematical Literacy In Indonesia.


Journal on Mathematics Education, 2(2), 95-126. Retrieved from
(https://doi.org/10.22342/jme.2.2.746.95-126).
Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung:
Alfabeta.
Suyitno, A., & Hardi, S. (2015). Learning Therapy for Students in Mathematics
Communication Correctly Based-On Application of Newman
Procedure. International Journal of Education and Research, 3(1),
529-538.
Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional No. 20. (2013). Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional. Retrieved from
(https://www.komisiinformasi.go.id/regulasi/download/id/101).
Wahyuni, I., & Nurul, I., K. (2017). “Analisis Kemampuan Pemahaman Dan
Penalaran Matematis Mahasiswa Tingkat Iv Materi Sistem Bilangan
Kompleks Pada Mata Kuliah Analisis Kompleks.” Jurnal Nasional
Pendidikan Matematika, 2(1), 228-240.
Wati, E., H., Murtiyasa, B., and Surakarta, UM. (2016). Kesalahan Siswa SMP
dalam Menyelesaikan Soal Matematika Berbasis PISA Pada Konten Change and
Relationship i. KNPMP 1, 199–209.
Wijaya, A., Retnawati, H., Setyaningrum, W., Aoyama, K., & Sugiman. (2019).
Diagnosing Students’ Learning Difficulties in the Eyes of Indonesian
Mathematics Teachers. Journal on Mathematics Education, 10(3), 357-
364. doi: 10.22342/jme.10.3.7798.
Widodo, A.N.A., Sujadi, I., & Mardiyana. (2017). “Analisis Kesalahan Siswa
Dalam Menyelesaikan Soal Kesebangunan Berdasarkan Prosedur Newman
Ditinjau Dari Kemampuan Spasial.” Journal of Mathematics and
Mathematics Education. 7(1): 13-20. Retrieved from
(https://jurnal.uns.ac.id/jmme/article/view/20238).

Anda mungkin juga menyukai