Anda di halaman 1dari 16

TUGAS LK. 1.

2 Eksplorasi Penyebab Masalah


NAMA : SUSTRIAMAH
NPM : 229031495418

MATERI KELAS 8 SEMESTER 1


USAHA DAN PESAWAT SEDERHANA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI.
OBJEK KELAS : 8A
MTsN 1 KOTA KEDIRI

KOMPETENSI DASAR :
3.3 Menjelaskan konsep usaha, pesawat sederhana, dan penerapannya dalam kehidupan sehari-hari, serta hubungannya dengan kerja otot pada
struktur rangka manusia
4.3 Menyajikan hasil penyelidikan atau pemecahan masalah tentang manfaat penggunaan pesawat sederhana dalam kehidupan sehari-hari

Masalah yang telah Analisis eksplorasi penyebab


No. Hasil eksplorasi penyebab masalah
diidentifikasi masalah
1.a Pedagogik Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis
1. Isti Rahmawati (2019: 23) terhadap kajian literatur dan
Peserta didik memiliki motivasi
Salah satu penyebab rendahnya motivasi belajar adalah hasil wawancara, serta
belajar yang rendah pada
terdapat pada kemampuan pendidik, yang berdampak pada dikonfirmasi melalui observasi
materi usaha dan peswat
aktivitas peserta didik merasa tidak ada motivasi untuk dapat diketahu bahwa
sederhana, terlihat dari
mengikuti pembelajaran IPA, khususnya materi usaha dan penyebab peserta didik di kelas
minimnya respon yang
pesawat sederhana. memiliki motivasi yang rendah
diberikan peserta didik.
2. Sri Wahyuni, dkk (2020: 2) saat pembelajaran materi usaha
Berdasarkan penelitiannya dikemukakan bahwa dalam proses dan pesawat sederhana
pembelajaran guru yang masih menggunakan metode berlangsung adalah sebagai
ceramah dalam menyampaikan materi pembelajaran. Maka berikut :
dari itu perlu adanya variasi dalam metode pembelajaran, yang 1. Peserta didik kurang
paling utama pada pembelajaran fisika supaya siswanya aktif bergerak melakukan
dalam mengikuti proses pembelajaran. Karena selama aktivitas yang menunjukkan
menggunakan metode lain siswa cenderung tidak termotivasi konsep dasar usaha pada
dan aktif dalam pembelajaran fisika serta hanya sedikit siswa suatu benda, bila sudah
yang aktif dalam proses pembelajaran karena hanya sedikit dijelaskan dan diberi umpan
siswa yang terlihat bertanya dalam proses pembelajaran fisika. untuk menanggapi maka
Sehingga, harus menggunakan metode lain untuk siswanya tidak ada tanggapan, hanya
aktif dan tidak bosan dalam proses pembelajaran fisika. Selain diam saja.
itu kurangnya motivasi belajar siswa pada materi fisika 2. Kemampuan guru yang
membuat seorang guru bekerja keras untuk menyampaikan kurang menguasai kelas,
materi saat proses pembelajaran berlangsung. Hal ini terlihat kurang berinteraksi dan
hasil belajar siswa dari pengetahuan dan keterampilannya memotivasi peserta didik
masih sangat standar pencapaiannya. 3. Guru menggunakan metode
ceramah yang dalam proses
Hasil Wawancara pembelajaran materi usaha
1. Afianti Nila Sari (Guru BK MTsN 1 Kota Kediri) dan pesawat sederhana
Menurut hasil pengamatannya dalam kurangnya motivasi karena mengejar target
peserta didik MTsN 1 Kota Kediri dalam mata pelajaran IPA pencapaian materi tanpa
materi usaha dan pesawat sederhana adalah: mempertimbangkan umpan
 Adanya peserta didik berada di pondok yang padat jadwal balik dari peserta didik
pondoknya, sehingga waktu belajara dan istirahat dalam pemahamannya
berkurang 4. Terdapat peserta didik yang
 Peserta didik mensugesti dirinya bahwa mata pelajaran IPA tertidur saat guru
khususnya Fisika, di dalamnya masuk materi usaha dan menjelaskan konsep usaha
pesawat sederhana adalah pelajaran yang sulit dan pesawat sederhana
2. Lia Masrifatul A., S.Psi. (Pakar Psikolog Remaja) 5. Peserta didik berkata ’aduh
Faktor yang mempengaruhi anak usia remaja dalam akan banyak rumus ini,
rendahnya motivasi belajar adalah: malas ah!’, padahal guru
 Usia remaja merupakan masa pencarian jati diri, termasuk baru akan menjelaskan
tipe belajar yang mereka inginkan belum bisa pertemuan selanjutnya
mendeteksinya 6. Adanya peserta didik yang
 Lingkungan belajarnya turut mendukung atau tidak, terus mencari perhatian guru
prasarana, tempat belajar, dukungan orang tua dengan bertanya hal-hal di
 Peserta didik memiliki permasalahan dengan teman luar materi pelajaran
sebayanya 7. Literatur yang dimiliki
3. Istiqomah (Guru IPA MTsN 1 Kota Kediri) peserta didik hanya buku
Dalam berbagai pengalaman mengajarnya, diperoleh beberapa paket yang dipinjamkan
kesimpulan faktor yang mempengaruhi motivasi belajar IPA pihak perpustakaan sekolah
yang rendah, khususnya materi usaha dan pesawat sederhana 8. Guru belum memberikan
adalah: apersepsi yang terkait
 Buku pendukungmata pelajaran IPA terbatas dengan integrasi keislaman
 Peserta didik menganggap materi yang diberikan adalah sebelum pembelajaran
materi baru, maka harus diberikan motivasi terlebih dahulu dimulai, hanya
oleh guru menggunakan apersepsi
 Metode pembelajaran guru harus disesuaikan dengan secara umum tentang
karakteristik siswa pentingnya usaha
4. Emy Rosyidah, M.Pd.I (Pengawas Manajemen Sekolah MTsN 1 9. Guru belum memberikan
Kota Kediri), mengemukakan bahwa hal-hal yang contoh konkret tentang
mempengaruhi motivasi peserta didik dalam pembelajaran IPA materi usaha dan pesawat
adalah: sederhana dengan
 Guru perlu instrospeksi diri dalam hal pengelolaan kelas memanfaatkan lingkungan
 Pandangan peserta didik cenderung ke konkrit tidak sekitar, hanya memberikan
abstrak, harus didukung media pembelajaran yang konkrit. contoh abstrak sesuai
Terkait dengan metodologi yang digunakan konsep di buku saja
 Guru belum mampu mengelola pembelajaran secara
maksimal terkait pelaksanaan, evaluassi hasil
pembelajaran dan pengembangan potensi peserta didik
 Guru mengembangkan apersepsi sebelum melakukan
pembelajaran, termasuk dikaitkan dengan integrasi
keislaman yang menjadi “ruh” pembelajaran di madrasah
5. Mulyono (Waka Kesiswaan MTsN 1 Kota Kediri, Ketua MGMP
MTsN 1 Kota Kediri, Juara I Karya Tulis Wisata Literasi Guru
Tingkat Nasional), menyampaikan pendapatnya tentang
faktor-faktor penyebab rendahnya motivasi belajar peserta
didik dalam pembelajaran IPA terutama materi usaha dan
pesawat sederhana adalah:
 Sebagian peserta didik menganggap IPA adalah fiktif bukan
dunia nyata
 Guru sebaiknya memberikan motivasi bahwa IPA adalah
ilmu yang nyata yang memanfaatkan apa yang ada di
lingkungan kita sebagai sumber belajar dalam kehidupan
sehari-hari

1.b Literasi Hasil Kajian Literatur Analisis terhadap kajian


1. Siti Rahmah, dkk (2019: 602) literatur dan hasil wawancara,
Peserta didik kurang memiliki
Menurut hasil penelitiannya diungkapkan bahwa serta dikonfirmasi melalui
motivasi literasi membaca
pembelajaran IPA diharapkan tidak hanya sekedar observasi dapat diketahui
yang baik. Terlihat dari
memperoleh pengetahuan atau konsep-konsep saja namun bahwa penyebab peserta didik
peserta didik yang kesulitan
diharapkan siswa mampu menghubungkan dan menerapkan memiliki kemampuan literasi
mengkomunikasikan kembali
dalam kehidupan sehari-hari. Penerapan ini terutama dalam yang rendah faktornya adalah:
konsep materi usaha dan
menyikapi kondisi lingkungan yang semakin tercemar dan 1. Peserta didik enggan
pesawat sederhana dalam
rusak akibat aktivitas manusia. Oleh sebab itu, sangatlah membuka buku, tapi
kehidupan sehari-hari.
sesuai apabila kemampuan literasi lingkungan diintegrasikan cenderung melihat di luar
dalam pembelajaran IPA, dimana dalam komponen literasi jendela seperti
lingkungan terdapat kriteria acuan untuk mengukur tingkat memunculkan sinyal
literasi lingkungan siswa yang selanjutnya dapat digunakan kejenuhan melihat apalagi
sebagai acuan evaluasi siswa bila waktunya sudah jam
2. Utami Dian Pertiwi (2018: 28) terakhir.
Berdasarkan penelitian, dapat disimpilkan bahwa 2. Guru tidak mengadakan
pembelajaran IPA pada abad 21 berubah menjadi literatur lingkungan apalagi
pembelajaran berpusat pada peserta didik. Pembelajaran ini pada jam terakhir karena
dapat dikembangkan dengan pembelajaran literasi sains. faktor cuaca yang panas
Keberhasilan pembelajaran ditunjukkan apabila peserta didik 3. Guru tidak mengaplikasikan
memahami apa yang dipelajari serta dapat konsep literasi sains pada
mengaplikasikannya dalam menyelesaikan berbagai masalah materi usaha dimana
dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, pembelajaran konteks aplikasi sains pada
literasi sains penting bagi peserta didik untuk memahami apa lingkungan sekitar, peserta
yang dipelajari. Literasi sains dapat dijadikan acuan sebagai didik hanya ditekankan pada
pengembangan pembelajaran IPA karena literasi sains dinilai textbook
efektif dalam mengembangkan pembelajaran IPA SMP abad 4. Peserta didik dilarang
21. membawa gadget, meski
pihak sekolah memiliki akses
Hasil Wawancara internet bagi siswa. Akses
1. Lia Masrifatul A., S.Psi. (Pakar Psikolog Remaja) internet hanya berlaku pada
 Peserta didik berada dalam masa gadget, namun di sekolah guru karena kekhawatiran
peserta didik tidak diijinkan membawa gadget akses internet oleh peserta
 Guru memberikan ruang untuk metode literasi yang didik tidak digunaka
variative, seperti membuat mind mapping agar kreatiftas semestinya untuk
peserta didik muncul mendukung pembelajaran di
 Guru mengapresiasi peserta didik dengan memberikan kelas
reward bagi peserta didik 5. Guru belum memberikan
2. Istiqomah (Guru IPA MTsN 1 Kota Kediri), mengemukakan ruang variatif untuk peserta
bahwa kemampuan literasi peserta didik dalam IPA terutama didik menuangkan kreasi
materi usaha dan pesawat sederhana terlihat saat proses resumenya dalam bentuk
pemahaman deksripsi soal, antara lain: mind mapping
 Peserta didik kurang memiliki pengalaman mengerjakan 6. Peserta didik mengandalkan
soal pada materi dan keterbatasan waktu pembelajaran penjelasan guru di awal
 Guru memberikan pengenalan dahulu, memahami soal dan pembelajaran, tanpa mau
menentukan langkah selanjutnya seperti apa. mempelajarinya dengan
 Peserta didik belum terbiasa mempelajari materi dahulu membaca konsep dalam
secara mandiri sebelum dujelaskan gurunya di kelas buku panduan yang sudah
dimiliki
3. Emy Rosyidah, M.Pd.I (Pengawas Manajemen Sekolah MTsN 1 7. Guru tidak pernah mengajak
Kota Kediri), menghimbau dalam rangka peningkatan literasi peserta didik ke
peserta didik hal yang perlu dilakukan adalah: perpustakaan pada saat
 Guru memberikan clue yang dijelaskan semaksimal jadwal IPA,apalagi
mungkin agar peserta didik benar-benar memahami materi pengenalan pada
(literasi baca tulis) perpustakaan digital karena
 Guru sering mangajak peserta didik ke perpustakaan rendahnya minat guru
 Guru memberikan pemahaman materi yang mengacu 8. Guru belum memberikan
prinsip keberlanjutan, yang bisa diterapkan peserta didik motivasi maksimal dalam
dalam dunia nyata rangka pembuadayaan
 Perlu dikembangkan perpustakaan digital, karena peerta membaca di lingkungan
didik merupakan generasi Z yang akrab easy listening sekolah.
dengan dunia digital
4. Mulyono (Waka Kesiswaan MTsN 1 Kota Kediri, Ketua MGMP
MTsN 1 Kota Kediri, Juara I Karya Tulis Wisata Literasi Guru
Tingkat Nasional), mengemukakan bahwa rata-rata
kemampuan peserta didik Indonesia masih rendah. Maka guru
harus berusaha memberikan motivasi pada peserta didik
untuk mencintai buku sehingga budaya literasinya tercipta.

1.c Numerasi Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis


1. Hersi Sativa, dkk (2022: 11), mengemukakan bahwa Fisika terhadap kajian literatur dan
Peserta didik belum
merupakan bagian dari IPA (termasuk di dalamnya materi hasil wawancara, serta
memahami konsep perkalian
usaha dan pesawat sederhana) dimana suatu bidang ilmu dikonfirmasi melalui observasi
dan pembagian saat
pengetahuan yang ruang lingkup pembelajarannya terkait dapat diketahui bahwa
penerapan menghitung
dengan gejala yang terjadi di alam. Pembelajaran fisika tersaji penyebab peserta didik belum
besarnya usaha yang
dalam bentuk data-data pengamatan, eksperimen, dan juga memahami konsep menghitung
dipengaruhi oleh gaya dan
bahasa matematika. Pembelajaran fisika sendiri memiliki besarnya usaha adalah:
perpindahan.
tujuan dalam meningkatkan kemampuan berpikir siswa agar 1. Guru tidak menjelaskan
tidak hanya berkompeten di bidang psikomotorik serta kognitif bahasa matematika yang
saja, akan tetapi sudah seharusnya mendukung cara siswa dituangkan dalam rumus ke
berfikir kreatif, siswa berpikir sistematis, dan juga siswa dalam bahasa fisikanya,
berpikir logis sehingga kemampuan
2. Tri Indah Nainggolan (2019: 4) kognitifnya saja yang
Menurut penelitiannya dikemukakan bahwa dalam proses digunakan dengan
belajar mengajar siswa hanya diberikan teori-teori, lebih mengesampingkan
mementingkan penghapalan dan menyelesaikan soal – soal kemampuan
fisika serta dominan menggunakan metode ceramah. Selain psikomotoriknya.
itu, guru juga kadang kurang memberi kesempatan kepada
siswa untuk mencari pemecahan masalah pada pembelajaran. 2. Peserta didik diminta untuk
Dalam hal ini, sistem pembelajaran di sekolah yang ternyata menghafalkan rumus usaha
lebih menekankan pada penyelesaian soal – soal dengan dan menerapkan langsung
menggunakan rumu –rumus bukan pada konsep fisika nya. pada soal
Hal tersebut menyebabkan siswa menjadi tidak aktif dan 3. Peserta didik tidak mengerti
kreatif. perbedaan lambang W
3. Siti Zulaichah, dkk (2021: 67) dengan w, F dan f, serta
Berdasarkan hasil wawancara dengan guru dan siswa, salah perbedaan antara
satu materi yang dianggap sulit oleh siswa yaitu pada materi perpindahan dengan jarak
Usaha dan Pesawat Sederhana karena banyak persamaan yang ditempuh
yang harus dipahami dan diperlukan latihan secara berulang- 4. Peserta didik belum
ulang. mengerjakan latihan soal
secara berulang-ulang dalam
materi usaha dan pesawat
Hasil Wawancara sederhana
1. Afianti Nila Sari (Guru BK MTsN 1 Kota Kediri), 5. Peserta didik memiliki
mengemukakan bahwa Peserta didik mensugesti dirinya sugesti ’tidak menyenangkan’
bahwa mata pelajaran IPA khususnya Fisika, di dalamnya pada pembelajaran IPA
terutama materi usaha dan
masuk materi usaha dan pesawat sederhana adalah pelajaran
pesawat sederhana yang
yang sulit karena terdapat banyak rumus/persamaan dan merupakan bagian dari
dituntut untuk menghitung. Padahal belum mencoba Fisika
mengenal lebih jauh lagi, karena pandangannya pada tingkat 6. Guru terpaku pada capaian
sekolah sebelumnya. target materi daripada
2. Istiqomah (Guru IPA MTsN 1 Kota Kediri) memberikan bimbingan lebih
Berdasarkan hasil pengalaman mengajar materi usaha dan lanjut untuk memahami
pesawat sederhana pada kemampuan menghitung peserta persoalan yang
didik : membutuhkan pemahaman
 Peserta didik memerlukan pengenalan untuk memahami numerasi
numerasi, baik mengerti rumus, membaca grafik dan bagan 7. Adanya peserta didik yang
 Guru memberikan bimbingan lebih lanjut untuk memahami belum memahami
persoalan numerasi dimulai dari hal sederhana, dan tidak sepenuhnya konsep
terpaku target penghabisan materi penjumlahan, pengurangan,
3. Mulyono (Waka Kesiswaan MTsN 1 Kota Kediri, Ketua MGMP pembagian, perkalian,
MTsN 1 Kota Kediri, Juara I Karya Tulis Wisata Literasi Guru pecahan di tingkat dasar
Tingkat Nasional) 8. Guru belum bisa memberi
 Peserta didik seharusnya sudah menguasai konsep bimbingan pemahaman
penjumlahan, pengurangan, pagainian, perkalian, pecahan analisis terhadap peserta
di tingkat dasar didik karena pembelajaran
 Guru IPA harus bisa menguasai metode pembelajaran matematika dasar tadi yang
matematika dasar untuk diterapkan pada peserta didik belum dikuasai peserta didik
yang kurang menguasai
 Bila kemampuan dasar peserta didik tidak dikuasai maka
kemampuan analisis hingga membaca data atau grafik
tidak dapat dikuasai, guru harus bisa membimbingnya
2 Adanya peserta didik Hasil Kajian Literatur Analisis terhadap kajian
seringkali abai saat 1. W.K. Brennan (2018: 5) literatur dan hasil wawancara,
pembelajaran di kelas, tidak Anak lamban belajar dianggap sebagai siswa yang tidak serta dikonfirmasi melalui
bisa diajak interaksi aktif. mampu mengatasi pekerjaan sekolah yang normal untuk observasi dapat diketahui
Hanya respon diam saat kelompok usia mereka tetapi yang kegagalannya tidak dapat bahwa penyebab peserta didik
ditanya tentang konsep dasar dijelaskan dengan adanya kondisi cacat didefinisikan dalam dikategorikan slow leaner
usaha yang telah dijelaskan sepuluh kategori anak cacat. Jika kondisi seperti itu murid adalah:
berulang kali sehingga yang dianggap sebagai pembelajar lambat (slow leaner), maka 1. Adanya peserta didik sulit
dikategorikan sebagai slow itu akan menjadi dalam bentuk marjinal saja dan jelas memahami definisi usaha
leaner. sekunder untuk pembelajaran kesulitan yang merupakan dalam konsep Fisika setelah
penyebab utama kegagalan sekolah. Memang, kebanyakan berulang kali dijelaskan,
siswa subnormal secara pendidikan ditemukan oleh guru di responnya hanya diam dan
sekolah dan diajukan untuk diperiksa oleh psikolog dan senyum-senyum sendiri
petugas medis sekolah yang harus peduli dengan penyebab 2. Guru memberikan capaian
psikologis atau medis untuk kegagalan siswa untuk belajar, kurikulum yang berbeda
yang mungkin bermanfaat bagi mereka yang harus pada materi usaha, yakni di
mengajarinya. Hanya untuk mengkonfirmasi apa yang bawah capaian peserta didik
diketahui sekolah. Bahwa murid itu secara pendidikan di yang mempunyai
bawah normal adalah menyalahgunakan kesempatan yang kemampuan rata-rata
disajikan oleh ujian dan biasanya dianggap tidak membantu 3. Pihak sekolah belum
oleh guru yang berpengalaman. Faktanya adalah bahwa mengajukan peserta slow
sebagian besar siswa di bawah normal secara pendidikan di leaner ke pihak psikolog
sekolah biasa tidak mungkin telah menerima psikologis atau pihak medis untuk
khusus atau pemeriksaan medis yang bisa menambah guru mendeteksi slow leaner
mereka pengetahuan dan melalui itu untuk kualitas tersebut
pendidikan mereka. 4. Guru kurang ’telaten’
2. Nurbaeti (2019: 59) membimbing peserta didik
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan: yang ’slow leaner’ untuk
 Minat belajar peserta didik teridentifikasi slow learner memahami materi konsep
sebelum diterapkan pembelajaran observasional dasar usaha, seperti
berbantuan media audiovisual berbasis animasi berada memberikan pembelajaran
pada kategori cukup observational berbantuan
media audio visual
 Minat belajar peserta didik teridentifikasi slow learner 5. Peserta didik lebih
setelah diterapkan pembelajaran observasional memahami bahasa teman
berbantuan media audiovisual berbasis animasi berada sejawatnya dalam
pada kategori sangat baik penyampaian materi konsep
 Minat belajar peserta didik yang terdeteksi lamban belajar dasar usaha
mengalami peningkatan setelah diterapkan pembelajaran 6. Guru mengalami kesulitan
observasional berbantuan media audio visual berbasis mencari penyebab kenapa
animasi yaitu dari kategori cukup menjadi sangat baik. peserta didik tidak
memahami bacaan atau
Hasil Wawancara materi konsep usaha yang
1. Afianti Nila Sari (Guru BK MTsN 1 Kota Kediri) disampaikan, karena belum
 Terdapat perbedaan kemampuan anak menerima materi mengetahui karakteristik
dari guru peserta didik saat awal
 Peserta didik yang mengalami keterlambatan berpikir dan masuk pembelajaran
memahami materi harus menerima perlakuan khusus dari 7. Guru memberikan target
‘ketelatenan’ bapak/ibu guru yang mengampu untuk capaian pembelajaran
membimbing peserta didik tersebut konsep dasar usaha yang
berbeda dari teman-
2. Lia Masrifatul A., S.Psi. (Pakar Psikolog Remaja) temannya yang lain
 Kecerdasan setiap peserta didik berbeda, IQ nya 8. Guru belum meluangkan
mempengaruhi proses pemahamannya waktu khusus untuk peserta
 Guru perlu mencari tahu penyebab kenapa peserta didik didik slow learner dalam
tidak memahami bacaan atau materi. Perlu diperhatikan memahami lebih lanjut
linguistiknya, kemungkinan metode penyampaian konsep dasar usaha, karena
disebabkan bahasa guru yang tidak dipahami peserta didik memliki jadwal mengajar
 Peserta didik lebih memahami Bahasa teman sejawatnya yang padat
 Adanya peserta didik yang tidak fokus saat pembelajaran, 9. Guru belum menganalogikan
guru perlu mencari tahu karakteristik peserta didiknya materi usaha dengan
pemahaman peserta didik,
 Peserta didik merasa kurang percaya diri karena ‘takut
sehingga belum mendapatka
salah’ yang dicemaskan
umpan balik yang diinginkan
 Masa perkembangan peserta didik dipengaruhi juga saat
memasuki golden age usia 0-6 tahun. Hal tersebut
berpengaruh besar dengan respon peserta didik memahami
sosialisasi dengan lingkungannya
 Peserta didik yang mempunyai IQ rata-rata ke atas tapi
mengalami kesuitan pemahaman membaca atau menerima
materi pembelajaran tidak bisa dikategorikan Anak
Berkebutuhan Khusus namun perlu dicari lagi apa
penyebab mereka mengalami kesulitan tersebut
3. Istiqomah (Guru IPA MTsN 1 Kota Kediri)
 Peserta didik mengalami masalah keluarga yang harus guru
memberikan motivasi khusus
 Guru memberikan waktu khusus untuk peserta didik yang
memerlukan perhatian khusus memahami materi karena
keterlambatannya dibanding teman-temannya yang lain
 Guru memberikan target yang tidak sama dengan teman-
temannya yang lain
4. Emy Rosyidah, M.Pd.I (Pengawas Manajemen Sekolah MTsN 1
Kota Kediri)
 Guru menghadapi kelas yang berada di sekolah hanya
berupa kelas klasikal yang menampung segala macam
keadaan yang berbeda-beda, tidak pengklasifikasian
khusus
 Indonesia menerapkan GEDSI (Gender Equality, Disability,
and Social Inclusion)
 Guru meluangkan waktu dengan peserta didik yang
berkebutuhan khusus, peserta didik mencapai target
perkembangan sedikit apapun harus diapresiasi
 Pendidikan inklusi adalah bentuk penyelenggaraan
Pendidikan yang menyatukan anak-anak berkebutuhan
khusus (ABK) dengan anak-anak non ABK pada umumnya
untuk belajar. Intinya, Pendidikan inklusi adalah hak asasi
manusia atas Pendidikan
 Hal yang menjadi pembeda setiap manusia tidak lain
hanyalah ketakwaan terhadap Allah SWT
5. Mulyono (Waka Kesiswaan MTsN 1 Kota Kediri, Ketua MGMP
MTsN 1 Kota Kediri, Juara I Karya Tulis Wisata Literasi Guru
Tingkat Nasional)
 Kemampuan peserta didik memiliki kemampuan berbeda-
beda
 Guru harus ekstra mengikuti pola pikir anak berkebutuhan
khusus tersebut dengan menganalogikan materi IPA sesuai
apa yang menjadi pemahaman peserta didik. Diusahakan
senyata mungkin, sehingga terjadi umpan balik
3.a Relasi dengan Orang tua Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis
1. Menurut Dhea Lintang Suswandana dan Tantri Mayasari terhadap kajian literatur dan
Komunikasi antara guru
(2018: 47), faktor eksternal terdiri dari lingkungan keluarga
hasil wawancara, serta
dengan orang tua peserta didik
yang meliputi cara orang tua mendidik anak, relasi antar dikonfirmasi melalui observasi
terbatas dan kurang harmonis
anggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi dapat diketahui komunikasi
dalam tujuan pembelajaran
keluarga, lingkungan masyarakat meliputi atau aktivitas siswa
antara guru dan orang tua
usaha dan pesawat sederhana
dalam masyarakat, teman bergaul, media massa, dan kurang harmonis dalam
dalam kehidupan sehari-hari.
lingkungan tetangga, serta lingkungan sekolah yang meliputipembelajaran IPA pada konsep
guru yang mengajar, relasi guru dan siswa, alat penunjang dasar usaha karena:
pelajaran, kondisi gedung, waktu sekolah, disiplin sekolah dan
1. Orang tua lebih percaya pada
kurikulum sekolah. peserta didik daripada
2. N.L.M.D. Ernawati, dkk (2014), menyimpulkan dari hasil laporan guru pengampu di
penelitian bahwa interaksi teman sebaya mempunyai kelas saat pembelajaran
pengaruh lebih besar dibandingkan pola asuh orang tua dan konsep usaha
kecerdasan emosional. Kenyataan ini dapat dijadikan 2. Peserta didik banyak
pedoman bagi guru untuk mengembangkan model terpengaruh oleh teman
pembelajaran yang lebih menekankan interaksi dengan teman sejawatnya, berbeda dengan
sebaya dibandingkan model pembelajaran satu arah guru pola asuh orang tua yang
dengan siswa. diberikan
3. Guru hanya bisa
Hasil Wawancara berkomunikasi dengan wali
1. Afianti Nila Sari (Guru BK MTsN 1 Kota Kediri) murid dengan dijembatani
 Pengamatan nilai raport menjadi acuan berkomunikasi oleh wali kelas dan guru BK
dengan orang tua 4. Tidak ada even sekolah
 Komunikasi guru IPA dijembatani oleh wali kelas dan guru dimana orang tua dapat ikut
BK serta memantau proses
 Adanya orang tua yang condong percaya terhadap anak pembelajaran peserta didik
daripada guru khususnya materi IPA
2. Lia Masrifatul A., S.Psi. (Pakar Psikolog Remaja) konsep dasar usaha di kelas
 Lingkungan belajarnya turut mendukung atau tidak,
prasarana, tempat belajar, dukungan orang tua
 Peserta didik memiliki permasalahan dengan teman
sebayannya
3. Istiqomah (Guru IPA MTsN 1 Kota Kediri),
mengemukakan bahwa guru membuat grup kelas
(WA grup) untuk mendukung pembelajaran yang
tidak tercapai pada saat tatap muka. Grup kelas
tersebut terdiri dari seluruh peserta didik dan
beberapa wali murid untuk ikut memantau
perkembangan peserta didik dalam pembelajaran
IPA
4. Emy Rosyidah, M.Pd.I (Pengawas Manajemen
Sekolah MTsN 1 Kota Kediri)
 Peran komite sekolah sebagai persatuan perwakilan wali
murid peserta didik
 Sering adanya silaturahmi antara guru dengan mapel IPA,
maka dapat dibentuk grup khusus wali murid dengan guru
 Bila tergabung dengan wali murid harud diperhatikan public
speaking sehingga gayung bersambut
5. Mulyono (Waka Kesiswaan MTsN 1 Kota Kediri,
Ketua MGMP MTsN 1 Kota Kediri, Juara I Karya
Tulis Wisata Literasi Guru Tingkat Nasional)
 Telah dibuat grup antara guru dengan wali murid untuk
mendukung pembelajaran di kelas
 Komunikasi guru dan wali murid terjalin harmonis

3.b Relasi dengan Peserta Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis
didik 1. Menurut Dhea Lintang Suswandana dan Tantri Mayasari terhadap kajian literatur dan
(2018: 47), faktor eksternal terdiri dari lingkungan keluarga hasil wawancara, serta
Peserta didik kurang
yang meliputi cara orang tua mendidik anak, relasi antar dikonfirmasi melalui observasi
menghargai kehadiran guru di
anggota keluarga, suasana rumah dan keadaan ekonomi dapat dilihat peserta didik
kelas saat menerangkan
keluarga, lingkungan masyarakat meliputi atau aktivitas siswa kurang menghargai guru dalam
konsep dasar usaha
dalam masyarakat, teman bergaul, media massa, dan pembelajaran IPA pada konsep
lingkungan tetangga, serta lingkungan sekolah yang meliputi dasar usaha karena:
guru yang mengajar, relasi guru dan siswa, alat penunjang 1. Peserta didik berasumsi dari
pelajaran, kondisi gedung, waktu sekolah, disiplin sekolah dan awal guru IPA sangat ’horor’
kurikulum sekolah. sehingga cenderung takut,
2. Berdasarkan hasil pengamatan Muhammad Sofyan Zain & enggan menyapa ataupun
Dodi Setiawan Putra (2020: 35)ditemukan bahwa relasi antara bertanya saat pembelajaran
guru dengan siswa terjadi dengan baik dan seperti di konsep usaha berlangsung di
sekolah lain pada umumnya. Mungkin disebabkan kelas
kebiasaan guru yang kurang berinteraksi dengan siswanya 2. Guru kurang berinteraksi
sewaktu kegiatan pembelajaran menyebabkan terjadinya langsung dengan peserta
hubungan atau relasi yang kurang baik, dalam hal ini didik di luar jam pelajaran
guru kurang komunikatif dalam kegiatan pembelajaran. Jadi atau melakukan pendekatan
bila ingin siswa dan guru memiliki relasi yang baik personal saat pembelajaran
tergantung bagaimana guru menyesuaikan terhadap siswanya di kelas berlangsung
bukan siswa yang menyesuaikan terhadap gurunya karena 3. Adanya peserta didik putra
guru memiliki peran penting sebagai fasilitator yang menyendiri karena
pengetahuan siswa. teman sejawatnya enggan
bergaul dengannya karena
Hasil Wawancara ’aneh’ menurut mereka,
1. Afianti Nila Sari (Guru BK MTsN 1 Kota Kediri) sehingga saat pembelajaran
 Peserta didik merasa ‘takut’ terhadap guru mata pelajaran konsep dasar usaha enggan
IPA berinteraksi dengan teman-
 Karena adanya ketakutan tersebut peserta didik enggan temanya
menyapa ataupun bertanya kepada guru IPA 4. Aktivitas peserta didik lebih
2. Lia Masrifatul A., S.Psi. (Pakar Psikolog Remaja) terlihat saat melakukan
 Lingkungan belajarnya turut mendukung atau tidak, praktik bagaimana
prasarana, tempat belajar, dukungan orang tua menerapkan konsep usaha
 Peserta didik memiliki permasalahan dengan teman dalam kehidupan sehari-hari
sebayannya
3. Istiqomah (Guru IPA MTsN 1 Kota Kediri)
 Peserta didik lebih menyukai metode praktik, terlihat dari
semangat mereka berinteraksi dengan sesama temannya
dan guru pengampu di kelas
 Peserta didik dapat berkolaborasi dengan temannya yang
lain saat pembahasan hasil praktik/ketrampilan yang
mereka kerjakan bersama-sama
4. Emy Rosyidah, M.Pd.I (Pengawas Manajemen Sekolah MTsN 1
Kota Kediri)
 Siswa perempuan dan laki-laki memiliki akses yang sama
ke Pendidikan
 Semua anak perempuan dan laki-laki menerima perlakuan
yang sama, dan kurikulum yang sama meskipun materi
pembelajaran dapat diajarkan secara berbeda
 Siswa laki-lakin dan perempuan mampu bekerjasama tanpa
ada subordinasi dan marjinalisasi jenis kelamin tertentu
 Guru memberikan contoh-contoh keberhasilan, prestasi
yang sama antara siswa perempuan dan laki-laki
 Menghindari kekerasan fisik an non-fisik kekerasan seksual
terhadap laki-laki dan perempuan
5. Mulyono (Waka Kesiswaan MTsN 1 Kota Kediri, Ketua MGMP
MTsN 1 Kota Kediri, Juara I Karya Tulis Wisata Literasi Guru
Tingkat Nasional), menjelaskan bahwa peserta didik masih
‘takut’ guru IPA, maka harus ada pendekatan emosional agar
peserta didik merasa nyaman dengan guru saat proses
pembelajaran materi usaha dan pesawat sederhana

4 Guru belum memaksimalkan Hasil Kajian Literatur Analisis terhadap kajian


implementasi model-model 1. Effendi dan Dwi Patriani (2019: 65), menyimpulkan dari hasil literatur dan hasil wawancara,
pembelajaran inovatif dalam penelitian yang telah dilakukan bahwa proses pembelajaran serta dikonfirmasi melalui
menjelaskan materi usaha dan dengan model generatif mampu memperkenalkan konsep dan observasi dapat diketahui
pesawat sederhana memungkinkan peserta didik untuk mengadopsi informasi bahwa penyebab guru belum
baru terhadap apa yang sudah diketahui sebelumnya. maksimal dalam implementasi
Pemahaman konsep akan meningkatkan minimal terjadinya model-model pembelajaran
miskonsepsi pada pembelajaran fisika khususnya materi inovatif dalam menjelaskan
usaha dan pesawat sederhana. Dengan demikian, secara materi usaha dan pesawat
keseluruhan hasil belajar fisika peserta didik akan meningkat sederhana dikarenakan:
melalui model pembelajaran generatif. 1. Guru masih menggunakan
2. Siti Zulaichah (2021: 71) model pembelajaran
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa telah konvensional (satu arah)
dikembangkan modul IPA berbasis inquiry lesson pada materi dalam mempelajari materi
Usaha dan Pesawat Sederhana untuk meningkatkan usaha dan pesawat
kreativitas ilmiah siswa. Berdasarkan hasil validasi dosen ahli, sederhana, bukan model
modul yang dikembangkan sangat layak digunakan untuk generatif yang berorientasi
mendukung kegiatan belajar siswa. Hasil uji coba lapangan pada konstruktivisme
operasional menunjukkan bahwa modul IPA berbasis inquiry 2. Guru belum menerapkan
lesson efektif untuk meningkatkan kreativitas ilmiah siswa. pembelajaran usaha dengan
3. Rika Yunita Anawati (2020: 126) menggunakan peraga
Menurut hasil penelitian menyimpulkan bahwa penelitian sederhana agar pemahaman
untuk mengukur pengaruh model discovery learning berbasis peserta didik semakin
alat peraga sederhana fisika materi usaha dan energi terhadap meningkat karena
HOTS peserta didik. Model discovery learning berbasis alat memanfaatkan lingkungan
peraga sederhana juga membuat peserta didik lebih mudah sekitar, seperti halnya
menerima materi pelajaran pada tahap menganalisis, konsep discovery learning
mengevaluasi dan mengkreasi. 3. Guru memberikan
pembelajaran usaha dan
Hasil Wawancara pesawat sederhana masih
1. Lia Masrifatul A., S.Psi. (Pakar Psikolog Remaja), menyatakan menggunakan metode
bahwa guru mengajar dengan pembelajaran monoton, guru ceramah, sehingga
ceramah sedangkan peserta didik hanya mengerjakan tugas kreativitas ilmiah peserta
dan hal tersebut terjadi berulang-ulang sehingga peserta didik didik rendah. Tidak
kurang kreatif. Serta guru yang model pembelajarannya memberikan pelatihan
kurang inovatif kreativitas ilmiah yang
2. Istiqomah (Guru IPA MTsN 1 Kota Kediri), mengemukakan menerapkan model
bahwa dalam pembelajaran materi usaha dan pesawat pembelajaran berbasis
sederhana sudah dikembangkan metode pembelajaran inovatif penyelidikan misalnya model
namun terkendala penulisannya inquiry lesson
3. Emy Rosyidah, M.Pd.I (Pengawas Manajemen Sekolah MTsN 1 4. Guru menerapkan model
Kota Kediri) pembelajaran materi usaha
• Model pembelajaran harus diterapkan guru harus dan pesawat sederhana yang
mencakup ketrampilan abad ke-21 yang meliputi 4C : mencakup 4C belum plus 2 C
critical thinking, creativity, communication, collaboration,
plus 2C : computational thinking, compassion
• Menghindari miskonsepsi, maka guru harus benar-benar
menguasai materi sebelum disampaikan ke peserta didik
4. Mulyono (Waka Kesiswaan MTsN 1 Kota Kediri, Ketua MGMP
MTsN 1 Kota Kediri, Juara I Karya Tulis Wisata Literasi Guru
Tingkat Nasional), menyatakan guru sudah menerapkan
model pembelajaran yang inovatif dan menyenangkan, sesuai
dengan materi seperti materi usaha dan pesawat sederhana

5 Penilaian yang diterapkan Hasil Kajian Literatur Setelah dilakukan analisis


guru bukan pembelajaran 1. Rika Yunita Anawati (2020: 126) terhadap kajian literatur dan
berbasis HOTS (Hots Order Menurut hasil penelitian menyimpulkan bahwa penelitian hasil wawancara, serta
Thinking Skill), masih berbasis untuk mengukur pengaruh model discovery learning berbasis dikonfirmasi melalui observasi
LOTS (Low Order Thinking Skill) alat peraga sederhana fisika materi usaha dan energi dapat dilihat bahwa guru masih
pada konsep usaha dan terhadap HOTS peserta didik. Model discovery learning menggunakan LOTS dalam
pesawat sederhana berbasis alat peraga sederhana juga membuat peserta didik penilaian evaluasinya
lebih mudah menerima materi pelajaran pada tahap dikarenakan:
menganalisis, mengevaluasi dan mengkreasi. 1. Guru belum memberikan
2. Dini Aulia (2021: ii) peraga sederhana untuk
Hasil penelitian menunjukkan pengembangan instrumen menjelaskan konsep usaha
High Order Thinking Skills (HOTS) materi usaha dan energi dan pesawat sederhana
sebagai media untuk melatih peserta didik agar mampu 2. Peserta didik tidak terlatih
mengembangkan kemampuan berfikir tingkat tinggi untuk menggunakan soal-soal
memperolah wawasan baru dna tantangan baru dalam suatu berbasis HOTS karena guru
pemecahan masalah, sangat baik digunakan untuk media tidak memberikan pelatihan
pembelajaran pelatihan soal soal HOTS dalam
pembelajaran konsep usaha
dan pesawat sederhana
Hasil Wawancara 3. Guru memberikan soal
1. Istiqomah (Guru IPA MTsN 1 Kota Kediri) evaluasi materi usaha dan
 Peserta didik kurang sabar dalam metode HOTS, maka pesawat sederhana masih
perlu banyak latihan dengan menggunakan HOTS memenuhi 4C
 Guru memberikan soal HOTS tidak terlalu banyak
2. Emy Rosyidah, M.Pd.I (Pengawas Manajemen Sekolah MTsN 1
Kota Kediri), menyatakan guru seharusnya menerapkan
konsep penggunaan metode evaluasi HOTS harus diterapkan
guna tercapai ketrampilan abad ke-21 meliputi 4C+2C
3. Mulyono (Waka Kesiswaan MTsN 1 Kota Kediri, Ketua MGMP
MTsN 1 Kota Kediri, Juara I Karya Tulis Wisata Literasi Guru
Tingkat Nasional), menyatakan guru memberikan evaluasi dari
evaluasi yang diberikan di akhir materi, 30 % soal HOTS
dimasukkan untuk melatih kemampuan berpikir peserta
didik.

6 Guru kurang maksimal Hasil Kajian Literatur Setelah melakukan analisis


pemanfaatan teknologi 1. A. Ferawati Jafar (2021: 16) terhadap kajian literatur dan
informasi (TIK) dan inovasi Menurut hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: hasil wawancara, serta
dalam pembelajaran dalam • Komik elektronik (e-comic) yang dikembangkan dinyatakan dikonfirmasi melalui observasi
materi usaha dan pesawat praktis berdasarkan lembar observasi guru dan peserta dapat diketahui bahwa
sederhana dalam kehidupan didik dengan persentase 100%. penyebab guru belum maksimal
sehari-hari. • Komik elektronik (e-comic) Usaha dan Pesawat Sederhana dalam implementasi model-
yang dikembangkan dinyatakan efektif dengan persentase model pembelajaran inovatif
87% peserta didik memperoleh ketuntasan belajar diatas dalam menjelaskan materi
nilai KKM setelah menggunakan komik elektronik (e-comic) usaha dan pesawat sederhana
Usaha dan Pesawat Sederhana. dikarenakan:
2. Hersi Sativa (2022:18), menurut hasil penelitian yang 1. Guru belum
dilakukan disimpulkan bahwa Pengembangan e-learning mengaplikasikan media
materi usaha dan pesawat sederhana untuk meningkatkan pembelajaran yang interaktif,
berfikir kreatif yang telah dilaksanakan kepada siswa kelas lebih dinamis dan mudah
VIII di SMPIT Harapan Mulia Palembang dapat peneliti diakses untuk mempelajari
simpulkan bahwa e learning yang telah dikembangkan layak materi usaha dan pesawat
dan praktis dengan persentase diterima sebesar 100%, dan sederhana, misalkan komik
mampu meingkatkan kemampuan berfikir kreatif siswa kelas elektronik (e-comic)
VIII SMP dengan kriteria sedang dan skor N-gain 0,44.
Hasil Wawancara 2. Penggunaan e-learning
1. Istiqomah (Guru IPA MTsN 1 Kota Kediri) madrasah berlaku hanya
Dalam pembelajaran IPA, termasuk di dalamnya materi saat pembelajaran daring
usaha dan pesawat sederhana maka perkembangan TIK yang
namun saat luring e-learning
terjadi di kelas:
tidak digunakan lagi dalam
 Prasarana di kelas sudah cukup memadai dengan adanya
LCD proyektor pembelajaran usaha dan
 Peserta didik sudah mulai diajarkan mengerjakan tugas pesawat sederhana
membuat video 3. Guru belum memaksimalkan
 Peserta didik mempresentasikan hasil tugas mereka sarana IT yang sudah ada di
termasuk perekam suara dan memanfaatkan prasarana kelas untuk mendukung
yang telah disediakan pembelajaran materi usaha
 Guru harus bisa mengembangkan diri dalam bidang IT
dan pesawat sederhana
mengikuti zaman sekarang ini
4. Peserta didik telah mampu
 Tim MGMP IPA madrasah memberikan wacana untuk
pelatihan aplikasi bagi guru IPA secara kontinyu mengerjakan penugasan
(berkelanjutan) dalam bentuk pembuatan
2. Emy Rosyidah, M.Pd.I (Pengawas Manajemen Sekolah MTsN video pembelajaran atau
1 Kota Kediri), mengungkapkan bahwa guru IPA ahrus memanfaatkan aplikasi
’melek’ IT untuk mengikuti perkembangan zaman yang ada pendukung presentasi
3. Mulyono (Waka Kesiswaan MTsN 1 Kota Kediri, Ketua MGMP seperti powerpoint untuk
MTsN 1 Kota Kediri, Juara I Karya Tulis Wisata Literasi Guru
Tingkat Nasional) pembelajaran usaha dan
 Sekolah sudah menyiapkan prasarana yang melengkapi pesawat sederhana
penerapan TIK, setiap kelas akses wifi tersedia, LCD 5. Guru belum mendapatkan
proyektor pelatihan aplikasi yang
 Peserta didik mengerjakan evaluasi akhir dengan online kontinyu sebagai sarana
dapat mengakses informasi tidak hanya dari buku tapi pendukung media
dari internet pembelajaran konsep usaha
 Perpustakaan digital telah berkembang
dan pesawat sederhana
 Guru harus tidak boleh ketinggalan informasi dan minim
penggunaan teknologi untuk pembelajaran karena peserta
didik adalah generasi Z
 MGMP IPA terus mengembangkan pelatihan TIK guna
menyelaraskan pembelajaran setiap guru IPA dan sharing
untuk mendapatkan metode pembelajaran terbaik untuk
peserta didik

Anda mungkin juga menyukai