Materi Kie PKK
Materi Kie PKK
Dalam mencapai target - target yang telah ditentukan BKKBN bekerja sama dengan berbagai
pihak, salah satunya adalah dengan PKK. Kerjasama dengan PKK ini dituangkan dalam sebuah
kegiatan yang dilaksanakan setiap tahunnya yaitu yang disebut dengan HKG PKK KB
Kesehatan. Kesatuan Gerak PKK KB Kesehatan merupakan intensifikasi peran PKK dalam
program KB Nasional dan Pembangunan Kesehatan yang dilaksanakan secara terpadu dengan
lintas sektor. Untuk tahun 2018 ini merupakan kegiatan yang ke 46. Dengan melihat ke belakang
Program KB pada awalnya dimulai tahun 1957 yang dilaksanakan oleh PKBI (Perkumpulan
Keluarga Berencana Indonesia) sebagai lembaga swasta. Pada tahun 1969 Program KB
dilaksanakan oleh LKBN (Lembanga Kelurga Berencana Nasional) dan tahun 1970 sampai
sekarang dilaksanakan oleh BKKBN. Dalam jangka 40 tahun ditangani pemerintah, program KB
telah melembaga dan membudaya di masyarakat. Hal ini terbukti pada tahun 1970 DIY 4,76 dan
tahun 2000 1,8 serta tahun 2007 1,9. TFR adalah Total Fertility Rate atau angka kelahiran total
dibandingkan jumlah Pasangan Usia Subur. Prolem utama saat ini jumlah kelahiran relative
rendah tetapi menunjukkan ada kecenderungan meningkat dari 1,8 menjadi 1,9. Disamping itu
secara kualitas masih perlu perhatian karena sesuai hasil HDI (Human Development Indeks)
yang mencakup bidang pendidikan, kesehatan, dan pendapatan, DIY masih harus mendapat
perhatian serius.
Peran PKK dalam Program KB tidak diragukan lagi. PKK dan pengelola KB merupakan satu
keping mata uang, berbeda gambar sisi kepingnya namun hakekatnya satu. Sejak awal program
KB dimana pendekatannya kearah medis teknis kemudian menjadi gerakan masyarakat. Maka
PKK dengan potensi mempunyai kaderdi setiap jenjang wilayah mempunyai peran positif
mendukung pengelolaan program KB, baik dalam perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan
dan evaluasi. PKK tergabung dalam TOP KB ( Tim Operasional KB) di setiap jenjang wilayah.
Selain itu juga sebagai kelompok KB,
Sub PPKBD, PPKBD, APSARI PKK, serta kader dalam kelompok – kelompok kegiatan
Posyandu, GSI, BKB, BKR, BKL, UPPKS dan lain – lain.
Namun demikian di era otonomi ini dengan institusi KB dan sistem pengelolaan program KB
yang berbeda, terasa program melemah, demikian pula peran PKK dalam program KB. Dengan
otonomi daerah, dimana terjadi perubahan institusi BKKBN yang berbeda – beda sehingga
pendampingan terhadap kader PKK berkurang.
Dalam pertemuan upaya penggerakkan potensi masyarakat khususnya potensi PKK untuk selalu
mendukung dan berpartisipasi langsung dalam program KB ini diharapakan ada komitmen
bersama dalam revitalisasi program KB dan peran PKK agar program KB kembali meningkat.
A. Visi
Terwujudnya keluarga yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia dan berbudi luhur, sehat sejahtera, maju, mandiri, kesetaraan dan keadilan gender serta
B. Misi
seimbang.
Indah dan Nyaman, sandang dan perumahan serta tata laksana rumah tangga yang
sehat.
hidup berencana dalam semua aspek kehidupan dan perencanaan ekonomi keluarga
masyarakat setempat.
C. Untuk mewujudkan Visi dan Misi lewat Pemberdayaan Masyarakat dan Pemerintah dengan 10
1. Keberadaan Tim Penggerak PKK yang ada sejak dari tingkat Pusat, Propinsi,
berbagai kelompok kegiatan dan kader dasa wisma yang beranggotakan 10 – 15 KK.
2. Adanya Dewan Pembina di setiap jenjang sejak dari Pusat, Propinsi, Kabupaten /
Kota, Kecamatan, Desa yang terdiri dari Dinas / Sektor terkait dengan Tim Penggerak
III. PROGRAM KB
ditandai dengan menurunnya angka fertilitas TFR menjadi 2,1 dan Net Reproduction
Rate (NRR) = 1.
peserta KB.
Melalui ini BKKBN berupaya untuk menciptakan penduduk yang berkualitas yang
B. Tujuan Program KB
Terkendalinya angka kelahiran dan menurunkan angka kematian ibu, bayi dan anak
hak reproduksi dan kesetaraan gender untuk mewujudkan keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
1. Program KB - KR
b. Jaminan Pelayanan KB
d. KRR, HIV/AIDS
2. KS - PK
a. Program Advokasi dan KIE
1. Memberikan penyuluhan
2. Sebagai Penggerak
3. Sebagai pelaksana
1. Bidang KB - KR
Salah satu permasalahan kenapa partisipasi pria relatif rendah antara lain karena
kebaikan hati ibi - ibu yang melarang suaminya ikut KB. Oleh karena itu melalui
peran kader PKK dalam pertemuan - pertemuan dasa wisma ibu -ibu diberi pengertian
bahwa kalau KB tidak hanya tugas perempuan saja tetapi kaum pria juga dan untuk
b. Jaminan Pelayanan KB
Memberikan penyuluhan bagi PUS yang belum berKB untuk ikut KB dalam hal
ini dapat dikaitkan dengan upaya penurunan AKI, AKB, kegiatan GSI dengan 4
4 Terlalu:
1. Terlalu Muda : Yaitu hamil di bawah umur 20 tahun, berkaitan dengan hal ini
disarankan pada seorang perempuan agar mulai kehamilannya setelah umur 20 tahun
karena organ - organ reproduksi perempuan siap untuk melahirkan setelah umur 20
tahun.
2. Terlalu Tua : Yaitu hamil di atas umur 35 tahun. Seorang perempuan seyogyanya
tidak hamil di usia di atas 35 tahun karena fisiknya sudah tidak kuat.
3. Terlalu Dekat : Yaitu jarak antar kehamilan kurang dari 3 tahun. Dalam hal ini
sebaiknya dalam satu keluarga hanya mempunyai 1 balita sehingga perhatian dan
pengasuhannya mendapat porsi yang cukup. Dengan perhatian dan pengasuhan yang
cukup diharapkan anak akan tumbuh secara optimal sesuai dengan usianya baik
4. Terlalu Banyak : Yang dimaksud terlalu banyak disini adalah bahwa seorang
perempuan melahirkan lebih dari 3 anak. Hal ini perlu dihindari oleh perempuan
3 Terlambat
keputusan segera, ibu hamil harus menunggu suami atau mertua yang belum tentu
saat itu berada di rumah. Padahal ibu hamil harus segera mendapat pertolongan.
Selain itu karena tudak cukupnya informasi bagi ibu - ibu merupakan faktor yang ikut
memadai. Artinya dengan distribusi fasilitas kesehatan yang memadai, waktu untuk
keterlambatan ibu hamil atau nifas dalam mencapai fasilitas kesehatan untuk
mendapat pertolongan.
penting terhadap kematian Ibu. termasuk di dalamnya antara lain berfungsinya sistem
rujukan, kurangnya alat dan obat, dan tidak tercukupinya tenaga kesehatan yang
menunjukkan masih rendahnya kualitas hidup perempuan. Ini merupakan salah satu
Dalam masalah menyiapkan Kelangsungan Hidup Ibu, Bayi dan Anak serta dalam
dengan :
1. Memberikan penyuluhan tentang ber KB bagi PUS yang belum ber KB khususnya
pasca persalinan atau keguguran. Dan untuk yang sudah ber KB mengingatkan agar
2. Memberikan penyuluhan tentang pap smear terutama bagi ibu -ibu yang beresiko.
3. Sebagai kader GSI yang selalu menyuarakan gerakan sayang pada ibu, save
mother.
2. Penyuluhan kepada Kelompok generasi muda, karang taruna tentang KRR dan
HIV / AIDS
# Kader PKK dapat berperan sebagai kader BKB, BKR, dan BKL
# Memberikan penyuluhan
dan SDIDTK di Posyandu dengan harapan semua anak balita ditimbang dan naik
timbangannya, imunisasi dan gizi yang memadai, mengikuti PAUD dan BKB.
# Sebagai kader BLK (Bina Lingkungan Keluarga) dulu, sekarang program ini sudah
tidak ada.
# Pendataan Keluarga
3. Manajemen Program KB
Kesehatan).
V. PENUTUP
Dari uraian di atas dapat diketahui bahwa kader mempunyai potensi kewilayahan,
SDM (kader) pengelola, dengan fungsi sebagai penggerak masyarakat dan berbagai
kelompok kegiatan yang dapat diajak bekerja sama sebagai mitra pemerintah dalam
program dari, oleh, dan untuk kepentingan masyarakat sendiri. Masyarakat adalah
subyek dan obyek pembangunan dalan program KB yang harus ditangani secara
serius, bila tidak akan terjadi ledakan penduduk namun kualitasnya rendah. Secara
mikro keluargalah yang akan menanggung bebannya, dan secara makro (Nasional)
bangsa dan negaralah yang akan menanggung bebannya. Dengan pencatatan yang
jelas dan akurat dari kader (PKK) maka diharapkan kita dapat mengoptimalkan
perencanaan keluarga secara bersama baik dalam sekup kecil (keluarga) maupun
secara Nasional. Selain itu agar keluarga kecil bahagia dan sejahtera terwujud maka
diperlukan pengendalian angka kelahiran dan menurunkan angka kematian ibu, bayi
dan anak melalui peningkatan kualitas pelayanan KB / KR, promosi dan perlindungan
Buku Hasil Rakernas VII PKK Tahun 2010, Tim Penggerak PKK Pusat, Pemberdayaan dan
Kesejahteraan Keluarga.
Kumpulan Materi Pengayaan Ketahanan Keluarga, Seksi Ketahanan Keluarga, Subdin KB,
Dinas Dukcapilkabermas, 2007.
Petunjuk Pelaksanaan Pengembangan IMP, Direktorat Bina Hubungan Antar Lembaga dan
Direktorat Bina Lini Lapangan BKKBN. Jakarta, 2011.
Pedoman Penguatan IMP dalam Program Kependudukan Keluarga Berencana dan Pembangunan
Keluarga di Lini Lapangan, BKKBN DIY, Yogyakarta, 2014.
Dijelaskannya, kerja sama BKKBN meliputi seluruh kelompok kerja (Pokja) sesuai empat
bidang dalam PKK. Misalnya, Pokja Satu dikerjasamakan di bidang pembinaan bagi anak dan
remaja (BKR) dan Pokja Dua kerja sama pembinaan bina keluarga Balita (BKB).
Sementara itu Pokja Tiga dilakukan kerja sama dalam bidang penyuluhan kepada masyarakat
khususnya untuk program Halaman Asri Teratur Indah dan Nyaman (Hatinya) dan fokus di
Kampung KB. “Sedangkan Pokja Empat dikerjasamakan kegiatan pos pelayanan terpadu
(posyandu), penyuluhan stunting dan Kesatuan Gerak PKK KB Kesehatan,” jelas Eli.
Ditambahkan, guna optimalisasi kinerja dan kerja sama itu maka BKKBN akan melakukan
pelatihan dan orientasi bagi kader PKK sesuai pelaksanaan kegiatan.
Sebagai salah satu lembaga mitra pemerintah yang dekat dengan masyarakat hingga di tingkat
Dasa Wisma. Tim Penggerak PKK Aceh menyatakan siap berkolaborasi dalam menyukseskan
program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Banggakencana)
yang merupakan program dari Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional
(BKKBN).
Hal tersebut disampaikan Wakil Ketua TP PKK Aceh, Dyah Erti Idawati, saat memberikan
materi dalam Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) BKKBN Aceh, di Hotel Hermes Palace,
Banda Aceh, Selasa (10/3/2020).
Dyah mengatakan peran aktif PKK dalam menggerakkan program Banggakencana sejalan
dengan 10 program pokok PKK yang disinergikan dalam program kampung KB. Program
kampung KB bertujuan untuk mewujudkan keluarga berkualitas dan sehat.
Menurut Dyah, melalui penerapan program kampung KB akan memberikan dan meningkatkan
pemahaman masyarakat akan pentingnya perencanaan keluarga, dengan perencanaan yang baik
akan menciptakan keluarga yang berkualitas dan sehat.
“Program pemberdayaan Keluarga Berencana (KB) dibina oleh kelompok kerja (Pokja) 2,” ujar
Dyah.
Ia menuturkan, kolaborasi antara BKKBN dan PKK Aceh merupakan langkah strategis yang
dianggap efektif dalam menekan peningkatan populasi penduduk di Aceh melalui kader-kader
PKK yang tersebar di seluruh gampong/desa.
Dyah berharap, melalui kerja kolaboratif bersama seluruh steakholder, program pemberdayaan
masyarakat melalui program Banggakencana akan tercapai sesuai dengan yang diharapkan.
Hal senada juga disampaikan, Mayor Infanteri Roqich Hariadi Kodam Iskandar Muda,
menyatakan bahwa pihak TNI telah berkomitmen untuk mendukung dan mensukseskan program
Banggakencana.
Menurut dia, program Banggakencana sangat bagus untuk menekan populasi penduduk serta
memberikan peningkatan kualitasnya hidup masyarakat melalui perencanaan keluarga yang baik.
Ia menyebut, dukungan yang akan diberikan berupa pengembangan dan penggarapan kampung
KB menjadi kampung KB mandiri, memberikan dukungan dalam penyusunan dan
mensosialisasikan grand design pengembangan kependudukan, serta memberikan dukungan
tenaga pelaksana penyuluh lapangan yang memenuhi syarat untuk melaksanakan program
Banggakencana.
Perubahan nama tersebut dilakukan karena sebutan KKBPK di anggap kurang efektif dan sulit
untuk diingat dan dibaca, sehingga kini diubah menjadi Banggakencana (pembangunan keluarga
kependudukan dan keluarga berencana). []