Anda di halaman 1dari 1

Untuk penyatuan umat manusia haruslah bisa membedakan dalam hal akidah, dan memasuki

jalan yang terang supaya bisa mencapai jalan keselamatan dan kebahagiaan. Dan begitu juga
menunjukkan kekhususan dalam kehidupan dan berpegang teguh dalam ketentuan yang lebih
spesifik (khusus). Sesuatu yang menghambat dalam jalan dakwah. Janganlah kamu mengambil
kebiasaan yang selama ini kamu lalui. Sebagaimana juga dengan kebiasaan-kebiasaanmu yang
bersifat ekslusif. Semestinya kamu jangan menghambat perjalanan dakwah dan penyebaraan di
seluruh penjuru bumi, begitu juga dengan usaha dalam mengeluarkan manusia dari kegelapan
kepada suasana yang terang-benderang, dan dari kebinasaan, kehancuran dan kesusahan, dan
mengantarkan kepada jalur kebahagiaan yang abadi.1

Akidah dan pemikiran tidaklah bisa dipisahkan, keimanan haruslah dipegang erat-erat dan
menyatukannya dengan jiwa, sehingga apabila hendak dipisahkan tidaklah ada kekuatan
padannya untuk memisahkan2, sebagaimana keimanannya Abu Bakar al-Siddiq ra. Begitu juga
dalam hal penyembahan Abu al-Hasan Ali al-Nadawi menekankan perlunya penyembah secara
komprehensif (kamil) atau secara utuh untuk mendapatkan hasil dalam penyempurnaan akidah,
bukan hanya terpaku pada simbolis semata, yaitu penyembahan nama3.

Sesungguhnya agama ini dari syiar yang pertama dan yang membedakannya adalah
pembersihan akidah mulai dari nabi Adam as sampai kepada nabi Muhammad Saw, mereka
menyeru kepada akidah dan tidak mau mengganti tujuan mereka ini4. Sebagaimana ungkapan
Abu al-Hasan Ali al-Nadawi seseorang yang menyembunyikan akidahnya demi untuk menolong
dirinya atau menegahkan dari penganiayaan dan masih mencintai Rasullah Saw, maka
keimanannya sama seperti keimanannya Abu Talib5.

1
Abu al-Hasan ‘Ali al-Nadawi, Daura al-Ummah al-Islamiyyah fi Inqāzi al-Basyariyyah wa Is’adiha, (India: al-
Majma’ al-Islami al-‘Alamiy,cet.ke-1,1992M/1413H),h.15
2
Abu al-Hasan ‘Ali al-Nadawi, Hikmah al-Dakwah wa Sifat al-Dakwah, (India: Nadwah al-‘Ulama.
1409H/1898M),h.25
3
Ibid,h.19
4
Abu al-Hasan ‘Ali al-Nadawi, al-Akidah wa al-Ibadah wa al-Suluk fi Dau´ al-Kitab wa al-Sunnah wa al-Sirah al-
Nabawiyah, ( Kuwait: Dar al-Qalam, cet.ke-3,1403H/1983M),h.22
5
Ibid,h.24

Anda mungkin juga menyukai